KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PADA PT TEMPO INTI MEDIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : FITRI SUSILAWATI NIM. 106051001815
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Desember 2010
Fitri Susilawati
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PADA PT TEMPO INTI MEDIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Fitri Susilawati NIM. 106051001815
Pembimbing:
Dr.Hj. Roudhonah, M. Ag NIP.195809101987032001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PADA PT TEMPO INTI MEDIA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Pamulang, 20 Desember 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP.19700903 199603 1 001
Umi Musyarrofah, MA NIP. 19710816 199703 02 002 Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs.H.S. Hamdani, MA NIP.19550309 199403 1 001
Drs. H. Sunandar, MA NIP.19620626 199303 1 004
Dosen Pembimbing
Dr.Hj. Roudhonah,MA NIP.195809101987032001
ABSTRAK Fitri Susilawati “Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Pada Tempo Inti Media” Pemimpin merupakan unsur terpenting dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena maju dan mundurnya perusahaan ada di tangan pemimpin. Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, pemimpin harus mampu berkomunikasi secara efektif kepada para bawahanya (staff). Komunikasi efektif dapat terwujud jika ada keterbukaan dan kepercayaan dalam struktur vertikal maupun horizontal pada perusahaan. Penerapan komunikasi yang efektif dapat menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik pula. PT Tempo Inti Media merupakan salah satu perusahaan media dan penerbitan terbesar di Indonesia. Dibalik perusahaan yang terus tumbuh maju dengan segala prestasi yang membanggakan pasti ada koordinasi yang efektif antara pemimpin dan karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Melihat konteks di atas maka ada beberapa pertanyaan yaitu, bagaimana iklim komunikasi organisasi di PT Tempo Inti Media? Dan bagaimana metode pimpinan dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya? Di PT Tempo Inti Media tepatnya pada Divisi Sirkulasi dan Distribusi memiliki beberapa unit kerja yang butuh koordinasi maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan pada divisi ini adalah target oplah, target penerimaan rupiah yang harus terus meningkat setiap bulanya. Untuk mencapai itu semua antara atasan dan bawahan harus saling mendukung satu sama lain, salah satu caranya dengan komunikasi. Pada divisi ini peneliti melihat adanya komunikasi yang demokratis antara atasan dan bawahan, atasan membuka pintu lebar kepada staff-staff nya untuk memberikan saran. Namun kenyataanya tidak semua karyawan berani mengeluarkan pendapat. Komunikasi yang efektif dapat dilihat dari iklim komunikasi organisasinya. Pada penelitian iklim komunikasi, peneliti menggunakan teori Charles Redding mengenai lima dimensi iklim komunikasi sebagai indikator penelitian. Metode yang digunakan dalam menganalisis pesan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menghimpun data yang aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang diangkat. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan data bahwa iklim komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari penjabaran lima dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi keterbukaan tidak terlalu kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak selalu terbuka dengan atasanya baik mengenai keluh kesah, ide, saran, maupun kritik. Dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya, atasan menggunakan aliran campuran yaitu aliran serentak dan berurutan. Penggunaan aliran ini disesuaikan dengan isi pesan (informasi) yang akan disampaikan. Jika informasinya umum maka atasan akan menggunakan aliran serentak. Sebaliknya jika informasinya khusus, harus disampaikan secara detail dan mendalam maka aliranya berurutan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas berkah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhamad SAW, karena perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT. Skripsi ini bisa dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, fasilitas, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syrif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A, beserta Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Jumroni. M.Si, dan Sekertaris Jurusan Ibu Hj. Umi Musyarofah, MA yang penuh dengan kesabaran banyak membantu penulis dalam memberikan informasi. 3. Dosen Pembimbing Ibu Dr .Hj. Roudhonah, M. Ag yang telah bersedia memberikan waktunya, dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr H. Daud Effendi.AM. Selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan support hingga penulis dapat menyelesaikan skripi ini.
ii
5. Seluruh Bapak, dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta civitas Akademik yang juga memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama dalam masa perkuliahan. 6. Pimpinan, dan karyawan Perpustakaan Utama, dan Perpustakaan Fakultas yang telah membantu penulis dengan penyediaan bahan-bahan untuk kerangka rujukan dalam mengerjakan skripsi ini. 7. Segenap Jajaran PT Tempo Inti Media Jakarta, khususnya Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Bapak Windalaksana selaku Kepala Divisi Sirkulasi dan Distribusi, pak Shalfi Andri selaku Kanit Non Eceran, staff sales executive: Mas Hengky, Mba Gita, Mas Bobby, Mas Harca, Staff komunitas: pak Joko, pak Yono, pak Didit, pak Puji, staff administrasi: mba Ina, mba Yoyo, mba Luisa, mba Hesti, Staff SDM: mas Yudis, semua teman-teman telemarketing Tempo: mba Endah, Fiko, Diana, Shanti, Eka, Titin, Trisna, dan semua staff Tempo yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, suport, masukan, data, dan informasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Kedua Orang tuaku, ayahanda tercinta (alm)Bapak Sunaryo dan Ibunda tercinta Suwartini yang telah memberikan doa, kasih sayang, perhatian, kesabaran yang tulus, dukungan baik moril maupun materil, dan motivasi, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tuaku.
iii
9. Kedua adik-adikku Eti Winarti dan Dedy Kurniawan yang telah membantu mengetik skripsi ini. Terima kasih atas doa, suport dan kecerian di rumah yang membuat penulis terhibur. 10. Keluarga Besar Ngawi yang begitu tulus memberikan doa dan kasih sayangnya kepada penulis. Semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT. 11. Keluarga Besar KPI B angkatan 2006 dan kelompok KKS 95 yang sudah memberi keceriaan dan indahnya persahabatan yang terjalin selama ini. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga hingga akhir hayat. 12. Rahmat Hidayat yang telah memberikan doa, perhatian, dan, motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini. Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta. Amin ya Rabbal Alamin.
Pamulang, 4 Desember 2010
Fitri Susilawati
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................................
7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.....................................................
7
D. Metodologi Penelitian .....................................................................
8
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................
10
F. Sistematika Penulisan ......................................................................
12
BAB II KAJIAN TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN A. Komunikasi .....................................................................................
14
1. Pengertian Komunikasi .............................................................
14
2. Unsur-Unsur Komunikasi .........................................................
16
B. Organisasi ........................................................................................
18
1. Pengertian Organisasi................................................................
18
2. Ciri-ciri Organisasi ....................................................................
20
3. Unsur-Unsur Organisasi ............................................................
20
4. Fungsi Organisasi ......................................................................
21
C. Komunikasi Organisasi ...................................................................
21
1. Pengertian komunikasi Organisasi ............................................
21
2. Aliran Informasi Dalam Organisasi ..........................................
23
3. Arus Informasi Dalam Organisasi .............................................
25
v
4. Iklim Komunikasi Organisasi ...................................................
29
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ......................................
33
D. Kepemimpinan ................................................................................
34
1. Pengertian Kepemimpinan ........................................................
34
2. Tipe-Tipe Kepemimpinan .........................................................
36
BAB III
GAMBARAN UMUM PT TEMPO INTI MEDIA
A. Sejarah dan perkembangan PT TEMPO INTI MEDIA ...................
40
1. Produk PT TEMPO INTI MEDIA ..............................................
42
2. Visi dan Misi PT TEMPO INTI MEDIA ....................................
44
3. Penghargaan dan Prestasi PT TEMPO INTI MEDIA ...............
45
4. Struktur Organisasi PT TEMPO INTI MEDIA ..........................
48
B. Divisi Sirkulasi dan Distribusi ........................................................
49
BAB IV
PELAKSANAAN KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM KEPEMIMPINAN PADA PT TEMPO INTI MEDIA
A. Iklim Komunikasi Organisasi di PT TEMPO INTI MEDIA ..........
51
1. Supportivennes ............................................................................
51
a. Kesamaan..................................................................................
52
b. Orientasi Masalah.....................................................................
53
c. Deskripsi...................................................................................
53
d. Spontanitas...............................................................................
54
2. partisipasi membuat keputusan ...................................................
55
3. kepercayaan .................................................................................
56
4. keterbukaan .................................................................................
57
5. tujuan kinerja yang tinggi ...........................................................
59
B. Metode Pimpinan PT TEMPO INTI MEDIA dalam menyebarkan Informasi .........................................................................................
60
1. Aliran komunikasi dalam menyebarkan informasi .....................
60
2. Pola penggunaan media dan non media dalam menyebarkan
vi
Informasi .....................................................................................
63
3. faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi...............
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................
69
B. Saran-saran ......................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN
vii
72
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Penyebaran pesan secara serentak ........................................
24
2. Gambar 2 Penyebaran pesan secara berurutan ......................................
24
3. Gambar 3 Alur komunikasi formal .......................................................
28
4. Gambar 4 Bagan pembaca tempo menurut jenis kelamin.....................
42
5. Gambar 5 Bagan pembaca tempo menurut jenjang ekonomi ...............
43
6. Gambar 6 Bagan pembaca tempo english magazine menurut jenjang pendidikan .............................................................................................
44
7. Gambar 7 Penyebaran pesan secara serentak ........................................
62
8. gambar 8 Penyebaran pesan secara berurutan .......................................
62
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemimpin dan organisasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Organisasi tanpa pemimpin tidak akan dapat berjalan dengan baik, dan sebaliknya pemimpin tanpa organisasi tidak ada gunanya. Pemimpin adalah ujung tombak dari suatu perusahaan. Baik buruknya perusahaan tergantung dari pemimpin. Pemimpin yang baik mampu mempengaruhi anak buahnya untuk bekerja semaksimal mungkin. Pemimpin juga harus mampu menyatu dengan bawahan, mendengarkan keluhan mereka dan memberikan solusi yang terbaik untuk mereka. Maka dengan sendirinya bawahan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi. Kepemimpinan
secara
etimologi
berasal
dari
kata
“pemimpin”
ditambahkan awalan “ke” dan akhiran “an”, maka kepemimpinan dapat diartikan menjadi beberapa bagian yaitu: a) orang atau sekelompok orang yang memimpin; b) usaha memimpin; c) kemampuan atau kemahiran seseorang untuk memimpin; d) wibawa sang pemimpin.1 Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan bukan hanya kegiatan memimpin namun juga kemampuan menjalankan usaha tersebut dan adanya wibawa yang menyebabkan orang dianggap mampu memimpin. Dengan kemampuan yang dimiliki pemimpin, maka diharapkan dapat mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan1
J. Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), cet ke-4,
hal. 1-2
1
2
kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Ringkasnya, pemimpin dapat membawa usahanya untuk maju pesat atau bahkan mundur jika ia salah dalam bertindak dan tidak bijaksana. Selain harus memiliki kemampuan, pemimpin juga perlu memiliki sifat kemanusiaan, demokratis dan mencintai bawahanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imraan (3), ayat 159:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Dari ayat tersebut jelas bahwa seorang pemimpin harus bertutur dan bertingkah laku lemah lembut namun tegas. Dalam menjalankan tugasnya pemimpin harus banyak berkomunikasi dengan bawahan, klien, ataupun teman sejawat. Komunikasi sangat penting untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan. Menurut W.G Scott dan T.R. Mitchell yang dikutip oleh Stephen P. Robbins dalam buku Perilaku Organisasi menyatakan “komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam suatu kelompok atau organisiasi yaitu kendali (kontrol), motivasi, pengungkapan emosional, dan informasi.”2
2
Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1996), Edisi Bahasa Indonesia, hal. 5
3
Menurut Kohler yang dikutip oleh Arni Muhamad dalam buku Komunikasi Organisasi bahwa “Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu, para pimpinan organisasi dan para komunikator
dalam
organisasi
perlu
memahami,
dan
menyempurnakan
kemampuan komunikasi mereka.”3 Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang pimpinan dapat diterima, dan dipahami oleh para anggota, maka seorang pimpinan harus menerapkan pola komunikasi yang baik pula. Pengetahuan dasar tentang komunikasi saja belumlah cukup untuk dapat memahami komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi terdiri dari kata komunikasi dan organsiasi yang memiliki penjabaran yang luas. Untuk memahami komunikasi perlu kiranya sedikit membahas konsep dasar komunikasi. Komunikasi menurut Hovland, Janis dan Kelley yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi yaitu “Proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainya (khalayak).” 4 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi ada pengirim (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) yang saling berhubungan, pesan tersebut dapat mengubah persepsi bahkan tingkah laku (behavior) komunikan. Sedangkan organisasi adalah “sistem yang mapan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian kerja.”5 Selain itu juga “organisasi telah dibentuk sejak manusia
3
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta:Bumi Aksara,2009), Cet ke-10, h. 1 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), h. 21 5 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Modul Kuliah, hal. 1.5 4
4
berada di muka bumi, di dorong oleh tiga motif unsur dasar yaitu orang-orang (sekelompok orang), kerjasama dan tujuan yang akan dicapai.”6 Tiga motif organisasi saling ketergantungan satu sama lain, dan penghubung itu semua adalah komunikasi. Dari pengertian singkat mengenai komunikasi dan organisasi, maka komunikasi organisasi adalah “komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berada di dalam organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di dalam organisasi dengan publik luar, dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan.”7 Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Secara formal misalnya dengan diadakan rapat antara atasan dan bawahan, surat memo, dll. Sedangkan komunikasi non formal misalnya grapevine. Grapevine merupakan desas desus yang terjadi di perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Arni Muhamad dalam buku komunikasi organisasional : Grapevine yaitu sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Komunikasi informal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa.8 Dalam segala lini kehidupan baik di sekolah, negara, perusahaan, organisasi, agama, dan lain lain, penerapan komunikasi organisasi yang efektif sangat penting. Karena komunikasi organisasi mencakup segala hal bentuk komunikasi, misalnya komunikasi interpersonal, komunikasi formal, komunikasi informal, komunikasi kelompok, komunikasi publik, dan lain-lain.
6
Yayat hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi, (Bandung: ALfabeta,2005).Cet ke-4,hal. 2. Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasi, hal. 1.3 8 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), cet ke-9, h. 125 7
5
Komunikasi yang efektif dapat membentuk iklim komunikasi yang baik pula. Mudah berkomunikasi dengan sesama rekan kerja atau dengan atasan akan membuat suasana di kantor menjadi hangat dan terbuka. Keterbukaan adalah faktor penting dalam membangun kinerja karyawan. Dengan terbuka kepada atasan mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam melakukan pekerjaan, maka akan sedikit berkurang beban, setidaknya atasan mengetahui kendala para karyawan dalam bekerja. Disinilah pentingnya berkomunikasi, atasan dapat mengoreksi, memberikan motivasi, pemberian tugas kerja, memberikan solusi, dan lain-lain sehingga karyawan merasa dihargai. Selain itu pula bawahan dapat memberikan masukan ide, gagasan atau bahkan kritikan untuk perusahaan, hal ini senada dengaan pendapat Toto Tamara dalam buku Komunikasi Dakwah: Komunikasi organisasi membantu pemimpin dan bawahan dalam menjalankan tugas masing-masing. Dengan adanya komunikasi maka informasi dapat tersampaikan. Interakasi harmonis antara para anggota dalam suatu organisasi akan membuat roda organisasi berjalan kearah tujuan, namun bila yang terjadi sebaliknya tentu akan mengakibatkan terjadinya konflik antar sesama anggota, maka dari itu komunikasi antar pimpinan dengan anggotanya harus berjalan secara proporsional.9
Dalam kaitanya dengan penelitian komunikasi organisasi, penulis memilih PT Tempo Inti Media, karena perusahaan tersebut adalah salah satu perusahaan media massa dan penerbitan terbesar di Indonesia. Produk media yang dihasilkan dari perusahaan ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, sebut saja Majalah Tempo, Koran Tempo, dll. Dibalik perusahaan yang sukses pasti dibarengi dengan pemimpin yang cakap dalam mengorganisir perusahaan. Dalam kegiatan tersebut, komunikasi sangat diperlukan sekali untuk kelancaran mengatur atau memanej karyawan. 9
Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997),Cet. ke-2
6
PT. Tempo Inti Media adalah perusahaan besar yang memiliki tiga kantor pusat di Jakarta, pada perusahaan ini ada banyak divisi yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Divisi-divisi tersebut diataranya Divisi Pemberitaan, Divisi SDM dan Umum, Divisi Sirkulasi dan Distribusi, Divisi Iklan, Divisi Keuangan. Dalam skiripsi ini penulis membatasi objek penelitian dan fokus hanya pada Divisi Sirkulasi dan Distribusi yang berkedudukan di Jl Palmerah Barat No. 8 Jakarta, karena menurut hemat penulis divisi ini adalah tulang punggung perusahaan. Produk yang bagus pasti harus dibarengi dengan penjualan (marketing) yang bagus pula. Divisi Sirkulasi dan Distribusi bertugas memasarkan produk Tempo kepada masyarakat luas. Kerja keras divisi ini dapat terlihat dari oplah penjualan. Hal ini terbukti bahwa koran Tempo menduduki tiga besar media massa yang dikonsumsi masyarakat dengan oplah sebesar 240.000 eksemplar. Sedangkan majalah Tempo adalah majalah yang menguasai 68% pangsa pasar dalam majalah berita dengan oplah 180.000 eksemplar. Keberhasilan penjualan ini tidak semata-mata karena karyawan yang bekerja secara total dan loyal, namun ada yang lebih berperan penting yaitu pemimpin. Pemimpin lah yang berperan penting dalam kinerja anggotanya. Bagaimana cara pemimpin memberikan intruksi tugas dan motifasi kepada karyawannya, berimbas besar pada kinerja karyawan. Dengan latar belakang inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengambil judul “Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Pada PT Tempo Inti Media”.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya pada komunikasi organisasi dalam kepemimpinan yang ada di PT Tempo Inti Media bagian Sirkulasi dan Distribusi. Maka komunikasi organisasinya dibatasi hanya komunikasi vetikal yaitu dari atasan ke bawahan dan dari bawahan ke atasan. Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan mempermudah dalam penelitian, selain itu untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang akan di teliti. Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka perlu di buat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana iklim komunikasi organisasi di PT. Tempo Inti Media? 2. Bagaimana metode pimpinan PT. Tempo Inti Media dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam kepemimpinan di PT Tempo Inti Media?
C. Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, maka tujuan penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut: a. Ingin mengetahui iklim komunikasi organisasi di PT. Tempo Inti Media. b. Ingin mengetahui metode pimpinan Tempo Inti Media dalam menyebarkan informasi. c. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam kepemimpinan di PT Tempo Inti Media.
8
2. Kegunaan Penelitian Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat dari segi akademisi dan praktisi, yaitu : Secara akademisi yaitu: Untuk pengembangan Ilmu komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan peningkatan wawasan akademis dalam bidang komunikasi organisasi khusunya yang terkait dengan kepemimpinan. Secara praktisi yaitu: memberikan informasi bagi akademisi dan masyarakat luas mengenai komunikasi organisasi di PT Tempo Inti Media. Selain itu untuk PT. Tempo Inti Media sebagai bahan informasi dan evaluasi mengenai penerapan komunikasi organisasi dalam perusahaan.
D.
Metodologi Penelitian 1.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yakni
penelitian yang dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data yang akurat berdasarkan fakta di lapangan disertai wawancara dengan narasumber. “Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data yang di kumpulkan umumnya bersifat kualitatif.”10 Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi yang terjadi di PT Tempo Inti Media. Dengan metode ini penulis akan mendapatkan hasil yang lebih mendalam karena dilakukan dengan wawancara dan observasi.
10
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Peneltian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41
9
Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menghimpun data yang aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang diangkat. Adapun penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skrpsi,Tesis, Disertasi) yang diterbitkan oleh Ceqda (center for quality development and assurance). 2. Subjek dan Objek Subjek penelitian disini adalah Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Penulis memilih Divisi Sirkulasi dan Distribusi karena berperan penting dalam memasarkan produk Tempo. Meningkat dan menurunya oplah penjualan tergantung dari kinerja divisi ini, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Divisi tersebut. Sedangkan objek penelitian disini adalah proses komunikasi organisasi secara vertikal yang terjadi di PT. Tempo Inti Media. 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung ke PT. Tempo Inti Media di Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210. Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat
10
menghambat dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan untuk proses wawancara, pendekatan antar personal dengan karyawan dan pimpinan, dan pengamatan kegiatan kerja di Divisi Sirkulasi dan Distribusi. b. Wawancara (Interview) Dalam sesi wawancara, penulis memilih narasumber bapak Windalaksana Kepala Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Selain wawancara dengan pemimpin, penulis juga mewawancari sejumlah karyawan di Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Pemilihan karyawan dilakukan secara random. Dalam proses wawancara, penulis menggunakan beberapa media pendukung yaitu tape recorder, alat tulis, foto digital, dan lain-lain. c. Dokumentasi Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan buku-buku, majalah, artikel, artikel dari internet yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dan kepemimpinan. Dokumentasi memudahkan penulis dalam mencari teori-teori yang berkaitan dengan judul skripsi. d. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif kualitatif, yaitu setelah
data
diklasifikasikan
sesuai
aspek
data
yang
terkumpul
lalu
diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan tergambar sejauh manakah alat komunikasi dalam pengembangan kepemimpinan, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui observasi, dan wawancara, setelah itu dianalisis yang kemudian disusun dalam laporan penelitian.
E.
Tinjauan Pustaka
11
Dalam penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku, majalah-majalah serta skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar pola komunikasi organisasi. Buku-buku yang digunakan diantaranya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek karya Onong Uchayana Efendi, Kepemimpinan dan Komunikasi karya Onong Uchayana Efendi, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat karya H.A.W Widjaya, dan lain-lain. Adapun skripsi-skripsi yang pernah membahas seputar komunikasi organisasi diantaranya: Komunikasi Organisasi dalam Pengembangan kepemimpinan di SMU Muhammadiyah 4 Jakarta. Penulis Eska Ariyati. Pada sikripsi ini mengkaji bentuk pelaksanaan komunikasi yang dilakukan oleh siswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhamdiyaah di SMU Muhmadiyah 4 Jakarta. Hasil yang ditemukan adalah organisasi tersebut menerapkan semua bentuk komunikasi organisasi yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal, dan komunikasi ekternal. Metode yang digunakan dalam komunikasi organisasi tersebut menggunakan metode teladan dan pembiasaan praktek langsung. Komunikasi Organisasi Persatuan TIONGHOA INDONESIA (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta Dalam Berdakwah. Penulis Farah Nurul Hikam Agustin. Fokus masalah yang diteliti mengenai pola komunikasi antara pengurus dengan pengurus PITI, pengurus dengan jamaah PITI, dan jamaah dengan jamaah lainya. Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. Penulis Hayustiro. Pada skiripsi ini Hayustiro meneliti media yang digunakan pimpinan BAPPEDA dalam menyampaikan informasi kepada anggotanya.
12
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa skirpsi yang penulis ajukan tidak sama dengan ke tiga skripsi di atas. Pada skripsi ini penulis meneliti komunikasi organisasi untuk mengetahui iklim komunikasi di PT Tempo Inti Media dan metode pemimpin dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya. Selain itu perbedaanya terletak pada tempat penelitian, pada skripsi ini penulis meneliti PT Tempo Inti Media yang berbeda dengan tempat-tempat penelitian pada skripsi di atas.
F.
Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan, dimana masing-masing dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian sebagai berikut : Bab I
: Pendahuluan Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegiatan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II
: Landasan Teoritis Bab ini Merupakan uraian teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini, diantaranya pengertian komunikasi, unsur-unsur komunikasi, pengertian organisasi, ciri-ciri organisasi, unsur-unsur organisasi, fungsi organisasi, pengertian komunikasi organisasi, pengertian kepemimpinan, dan tipe-tipe kepemimpinan.
13
Bab III : Gambaran Umum PT. Tempo Inti Media dan Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Bab ini membahas tentang sejarah dan perkembangan PT. Tempo Inti Media, Produk PT Tempo Inti Media, visi dan misi, Prestasi dan Penghargaan, Struktur organisasi, tugas Divisi sirkulasi dan distribusi. Bab IV : Temuan dan Analisis Bab ini membahas mengenai iklim organisasi di PT. Tempo Inti Media.
Menganalisa
metode
pimpinan
dalam
menyampaikan
informasi. Dan menganalisa faktor pendukung dan penghambat dalam penyampian pesan dari pimpinan kepada karyawan PT. Tempo Inti Media. Bab V : Penutup Pada bab terakhir ini penulis berharap dapat mendeskripsikan hasil dari penelitian dan menguraikan data secara baik. Adapun beberapa uraian penting yang penulis berikan dari hasil penelitian ini akan di rangkum
dalam
bahasan
kesimpulan.
Selanjutnya
untuk
menyempurnakan penelitian ini penulis menyisipkan saran-saran agar menjadi bahan pertimbangan tentang bahasan penulis yang telah diangkat sebagai pokok permasalahannya.
BAB II KAJIAN TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI `DALAM KEPEMIMPINAN
A. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Berkembangnya pengetahuan manusia dari hari ke hari karena komunikasi. Komunikasi juga membentuk sistem sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu komunikasi dan masyarakat tidak dapat dipisahkan. Menurut Edward Sapir yang dikutip oleh Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi bahwa ”Jaringan hubungan masyarakat itu melalui komunikasi, jikalau tidak ada komunikasi, maka tidak ada masyarakat.”1 Pengertian komunikasi dapat dilihat dari etimologi (bahasa) dan terminologi (istilah). Dari sudut etimologi, Menurut Raymond S. Ross yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar bahwa ”komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti membuat sama.”2 Selain itu menurut Roudhonah dalam buku Ilmu Komunikasi, dibagi menjadi beberapa kata diantaranya ”communicare yang berarti berpartisipasi atau memberi tahukan, communis opinion yang berarti pendapat umum.”3 Dari pengertian tersebut dapat ditarik
1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007), h. 13 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-9, h. 46 3 Roudhonah, Ilmu Komunikasi, Jakarta: UIN Press, 2007), h. 27 2
14
15
kesimpulan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan yang bertujuan untuk membuat sama persepsi atau arti antara komunikator dan komunikan. Sedangkan secara ‟terminologi‟ ada banyak ahli yang mencoba mendefinisikan diantaranya Colin Cherry yang dikutip oleh Burhan Bungin dalam buku Sosiologi Komunikasi bahwa ”komunikasi adalah penggunaan lambanglambang untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian.”4 Menurut Harold D. Laswell dikutip oleh Djamalul Abidin dalam buku Komunikasi dan Bahasa Dakwah, merumuskan bahwa ”komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what to whom in which channel to whom with what effect (siapa berkata apa dalam media apa kepada siapa dengan dampak apa).”5 R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam buku Komunikasi Organisasi lebih merinci definisi komunikasi yaitu ”Komunikasi merupakan suatu proses, di dalamnya terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi yaitu pertunjukan pesan dan penafsiran pesan. Pertunjukan pesan berarti menyebarkan sesuatu sehingga dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan. Sedangkan penafsiran pesan yaitu menguraikan atau memahami sesuatu.”6 Dari beberapa pengertian di atas dapat dirangkum bahwa komunikasi ialah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan media tertentu untuk membuat pemahaman yang sama diantara mereka, informasi
4
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-1, h. 254 Djamaludin Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 16-17 6 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-6,h. 26-28 5
16
yang disampaikan dapat memberikan efek tertentu kepada komunikan, bisa mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral nya. 2. Unsur-Unsur Komunikasi a. Komunikator Dalam proses komunikasi komunikator berperan penting karena mengerti atau tidaknya lawan bicara tergantung cara penyampaian komunikator. “Komunikator
berfungsi
sebagai
encoder,
yakni
sebagai
orang
yang
memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan konteks pengertiannya sendiri.”7 Persamaan makna dalam proses komunikasi sangat bergantung pada komunikator, maka dari itu terdapat syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator, diantaranya: 1) 2) 3) 4) 5)
memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya kemampuan berkomunikasi mempunyai pengetahuan yang luas sikap memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.8
b. Pesan Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima. ”Pesan ini dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku, majalah, memo, sedangkan pesan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap
7
Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), Cet. Ke-
8
Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59
11, h. 59
17
muka, percakapan melalui telepon, radio, dan sebagainya. Pesan non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.”9 Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya: 1) informatif, yakni memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. 2) persuasif, yakni dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan rupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. 3) koersif, yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan publik.10 Ketiga bentuk pesan ini sering kali kita temukan dalam kehidupan seharihari, misalnya seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan komunikasi informatif, selain itu jika murid tidak mematuhi peraturan menggunakan komunikasi koersif. c. Media Media yaitu sarana atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback dari komunikan kepada komunikator. ”Media sendiri merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang artinya perantara, penyampai, atau penyalur.”11 d. Penerima ”Penerima adalah orang yang menjadi sasaran kegiatan komunikasi, penerima pesan biasa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.”12 Penerima tidak hanya pasif menerima informasi namun juga mengolahnya sehingga terdapat 9
Arni Muhamad, Komunikasi organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 17-18 H.A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), cet. Ke-3,h. 14 11 Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi yang Efektif : Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 2003), cet. Ke-22, h. 8 12 YS. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1998), h. 71 10
18
kesamaan makna, ”Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.”13 Komunikasi yang efektif harus ditunjang dari komunikator dan komunikan. Komunikan harus mampu mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan. Begitu pula sebaliknya komunikator harus mampu menyampaikan pesan dengan baik. e. Efek Pengaruh atau efek adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. ”Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan”.14 Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu: 1) dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. 2) Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya daripada dampak komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. 3) Dampak behavioral (konatif), yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.15
B. Organisasi 1. Pengertian Organisasi Organisasi sudah diterapkan manusia sejak dahulu kala. Adanya bentuk kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lainya untuk meraih sesuatu 13
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 26 14 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 27 15 Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 7
19
merupakan salah satu kegiatan organisasi. Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi, menurut Schien yang dikutip oleh Arni Muhamad dalam buku Komunikasi Organisasi mengatakan bahwa “organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum untuk pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.”16 Selanjutnya menurut Khocler yang dikutip oleh Onong Uchayana dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek mengatakan organisasi adalah “sistem hubungan yang berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.”17 Lain lagi dengan pendapat Wright yang dikutip Onong Uchayana, dia mengatakan bahwa “organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktifitas yang di koordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.”18 Dari ketiga penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki tujuan dan terbagi dalam sistem kepangkatan yang harus dipertanggung jawabkan. Organisasi juga merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponenkomponen yang saling tergatung satu sama lain, dalam sistem tersebut butuh koordinasi untuk mencapai tujuan bersama. Koordinasi tersebut penting agar masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak menggangu bagian lainya, Misalnya dalam perusahaan, manajer harus
16
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Budi Aksara, 2007), Cet, Ke-8,
h. 23 17
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2002). Cet. Ke-6, h. 7. 18 Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, h. 7
20
mengkoordinasikan kegiatan karyawan-karyawanya sehingga pekerjaan masingmasing berjalan lancar. 2. Ciri-Ciri Organisasi Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karakteristik yang umum,yaitu : a. Dinamis, yaitu terbuka terus menerus mengalami perubahan b. Memerlukan Informasi c. Mempunyai Tujuan d. Terstruktur 19 Organisasi memang harus bersifat dinamis, pujian dan kritikan harus ditanggapi dengan bijak untuk kemajuan organisasi. Untuk mempermudah dalam koordinasi dibutuhkan struktur organisasi agar ada pembagian kerja yang jelas sehingga roda organisasi dapat berputar. 3. Unsur-Unsur Organisasi Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana ada juga yang sangat kompleks. Maka untuk membantu kita memahami organisasi tersebut perhatikanlah model berikut yang menggambarkan elemen dasar dari organisasi dan saling keterkaitan satu elemen dengan elemen lainnya. a. Struktur Sosial Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada antara partisipan di dalam suatu organisasi. b. Partisipan Partisipan adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. c. Tujuan Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan kontroversial dalam mempelajari organisasi. d. Teknologi 19
h 29
Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Budi Aksara, 2007), Cet, Ke-8,
21
Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan. e. Lingkungan Sebagai organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Semua tergantung pada lingkungan yang lebih besar untuk dapat untuk hidup, tetapi pekerjaan sekarang menitikberatkan kepada lingkungan hidup. 20 4. Fungsi Organisasi Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi, ada 4 (empat) fungsi organisasi yang sangat perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen organisasi, yakni: a. Planning (perencanaan) b. Organizing (pengaturan) c. Accounting (pelaporan) d. Controling (pengawasan).21 Organisasi membutuhkan perencanaan yang matang dalam menjalankan kegiatanya. Perencanaan dapat dimusyawarahkan oleh seluruh anggota organisasi. Untuk mewujudkan perencaan dibutuhkan pengaturan job desk masing-masing anggota untuk mempermudah jalannya organisasi. Pelaporan dan pengawasan adalah fungsi penunjang agar tujuan organisasi dapat tercapai.
C. Komunikasi Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Organisasi Dalam buku Komunikasi Organisasi karya R. Wayne Pace dan Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat dilihat dari dua
20
Arni Muhamad, ,Komunikasi Organisasi, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-
8, h, 23 21
Lppsm, ”Fungsi Organisasi” Artikel diakses pada tanggal 1 Oktober 2010 dari www.lppsm.co.cc
22
sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif. Keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Komunikasi organisasi dalam prespektif subjektif adalah „perilaku pengorganisasian‟ yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada prespektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakaan, memelihara, dan mengubah organisasi. Sedangkan dalam definsi objektif adalah kegiatan penangan pesan yang terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.22 Jika R wayne memandang komunikasi organisasi dalam dua prespektif, lain halnya dengan Redding dan Sanborn yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku Komunikasi Organisasi, menurut mereka “komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dengan bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward, komunikasi upward, dan lain-lain.”23 Hampir sama dengan Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional
menyatakan
bahwa “komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal organisasi” 24 Dari ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi di dalam organisasi formal maupun informal dalam bentuk komunikasi yang kompleks, komunikasi tersebut dapat
22
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya, 2006), hal.33 23 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara,2007), cet. Ke-8, h. 67 24 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal. 1.3
23
menimbulkan pengertian yang sama sehingga dapat mewujudkan tujuan organisasi tersebut. 2. Aliran Informasi Dalam Organisasi Informasi tidak bergerak dengan sendirinya, kenyataanya informasi dialirkan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian informasi tersebut merupakan tantangan besar karena mungkin saja terjadi distorsi di tengah jalan. Dalam suatu organisasi dalam bentuk perusahaan, aliran komunikasi yang digunakan menentukan informasi tersebut tepat sasaran dan dapat dipahami secara “sama” oleh semua pihak. Menurut Guetzzkow yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules dalam buku Komunikasi Organisasi menyatakan bahwa “aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara: serentak, berurutan, atau kombinasi dari kedua cara ini.”25 a.
Penyebaran pesan secara serentak Pada zaman sekarang, penyebaran pesan secara serentak di perusahaan
besar mudah dilakukan. Karena banyak teknologi yang memudahkan manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Sebut saja mesin fax, internet, telefon, dan lainlain. Penyebaran pesan secara serentak mungkin suatu cara yang lebih umum, lebih efektif dan lebih efisien daripada cara lainya untuk melancarkan aliran informasi dalam suatu organisasi. Berikut di bawah ini gambar penyebaran pesan serentak:26
25
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung, Rosdakarya, 2006), hal.171 26 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, hal. 172
24
Sumber
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
tujuan
Gambar 1 penyebaran pesan secara serentak
b.
Penyebaran Pesan Secara Berurutan Dalam buku Komunikasi Organisasi karya Abdullah Masmuh menjelaskan
bahwa penyebaran pesan secara berurutan disampaikan secara bertahap. Bertahap disini maksudnya adalah sesuai dengan struktur organisasi dalam perusahaan. Aliran informasi ini memperlambat laju informasi yang akan disampaikan pada semua pihak yang berada di dalam perusahaan tersebut. Maka individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang berlainan. Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut, mungkin timbul masalah dalam koordinasi. Dibawah ini gambar penyebaran pesan secara berurutan:27 P
T
T
T
T
T
T
Ket: P = Pesan, T= Tujuan
Gambar 2 Penyebaran pesan secara berurutan 27
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, hal. 173
25
3. Arus Informasi Dalam Organisasi Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting. Karena dalam komunikasi ada interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu. Dengan adanya komunikasi maka akan memudahkan pimpinan dalam menyampaikan informasi kepada karyawan guna mencapai tujuan utama perusahaan. Selain itu juga akan memudahkan karyawan dalam menyampaian gagasan atau bahkan keluhan kepada pimpinan. Hal ini penting juga untuk dapat meningkatkan loyalitas dan totalitas mereka dalam bekerja, jika keluhan dan gagasan mereka ditanggapi dengan bijak. Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan, untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal, komunikasi ekternal. a. Komunikasi Internal Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi diantara orang yang memiliki level kepangkatan yang sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lainlain. 28 Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertical, horizontal, diagonal, dan grapvine. 1) Komunikasi Vertikal 28
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal. 2.12
26
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication). Pada downward communication, pimpinan menyampaikan pesan kepada bawahan. Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut: (a) Pemberian atau penyampain intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan, penerangan, manual kerja, uraian tugas. (b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa sutu tugas perlu dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui bagaimana tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut. (c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan, dan lain-lain. (d) Penyampaian informasi mengenai bagaimana penampilan pekerja, baik itu penampilan fisik maupun penampilan kemampuan menjalankan pekerjaan dan memperlihatkan daya tahan dalam keberhasilan kerja. (e) Pemberian informasi bagaimana mengembangkan misi perusahaan.29 Selain di atas, komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau upward communication. Metode yang digunakan dalam penyampaian informasi bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema, atau kombinasi diantara semuanya. Metode upward communication memiliki beberapa fungsi, yaitu: (a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan yang belum selesai dilaksanakan. (b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. (c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.30
2) Komunikasi horizontal Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Menurut soleh Soemirat dan 29 30
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, hal. 2.14 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, hal. 2.15
27
Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus informasi ini antara lain: (a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas (b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan (c) Mengatasi masalah (d) Mendapatkan pemahaman bersama (e) Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi perbedaan (f) Membangun dukungan interpersonal.31 Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak metode yang digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada saat istirahat, percakapan melalui telefon, menggunakan memo, dengan diadakanya rapat diantara para karyawan yang sejajar kedudukannya, dan lain-lain. 3) Komunikasi diagonal Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda dalam kedudukanya dan bagian. Dalam komunikasi ini tidak ada perintah maupun pertanggung jawaban, biasanya hanya menyampaikan ide. Komunikasi diagonal diperlukan khusunya bagi para pekerja pada level bawah guna menghemat waktu. Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni: (a) Setiap pekerja melakukan komunikasi secara diagonal harus memperoleh izin dari atasanya langsung (b)
Setiap
pekerja
yang
melakukan
komunikasi
diagonal
menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.32 Berikut gambar mengenai contoh jenis alur komunikasi formal :33
31
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.17 Soleh Soemirat dkk., Komunikasi Organisasiona, h. 2.20 33 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.13 32
harus
28
Direktur
Manajer
Sta ff
sta ff
Manajer
sta ff
sta ff
sta ff
Manajer
sta ff
sta ff
sta ff
sta ff
Gambar 3. Alur komunikasi formal
4) Grapvine “Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanamanan anggur dan karena tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral dan lingkaran yang kait mengait maka perkataan inilah yang dipilih untuk sistem komunikasi informal.”34 “Grapevine biasanya disebut juga sebagai rumors.”35 Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke mulut, selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang memungkinkan disalah artikan, namun begitu umumnya 75% sampai 90% pesan grapevine akurat yang berkaitan dengan situasi tempat kerja. b. Komunikasi Eksternal “Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berada di dalam dengan khalayak di luar organisasi.”36 Adapun tujuan utama dilaksanakan komuniksi eksternal oleh sebuah organisasi adalah:
34
Phil. Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta, Binacipta, 1986), Cet.Ke-4, h. 89 35 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.20 36 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.21
29
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik 2) Untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan 3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif.37
4. Iklim Komunikasi Organisasi Iklim komunikasi organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. “Istilah „Iklim‟ disini merupakan kiasan (Metafora). Kiasan adalah bentuk ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frase jelas artinya dalam situasi yang berbeda yang bertujuan menyatakan suatu kemiripan.”38 Contohnya: tempat ini di rumah sendiri, nyaman, suasanya kekeluargaan, meskipun perbandingan figuratif, perbandingan tersebut memberi informasi mengenai ini, struktur, dan arti situasi baru tersebut. Frase „iklim komunikasi organisasi‟ menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti iklim anda membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik terdiri dari kondisikondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.39 Dalam menelaah iklim komunikasi organisasi, kita harus memilah terlebih dahulu apa itu iklim komunikasi dan iklim organisasi. Kedua bentuk iklim tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Untuk pertama-tama akan dibahas terlebih dahulu iklim komunikasi. a. Iklim Komunikasi Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon 37
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.21 R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-4, h.146 39 R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi organisasi h.147 38
30
terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.40 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa iklim komunikasi berhubungaan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan timbul suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negative dapat menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan. b. Iklim Organisasi Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang dikutip oleh Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku Komunikasi Organisasional meyatakan bahwa: Iklim organisasi adalah „sifat emosional intern organisasi‟ yang didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut dibuat atas dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi cuaca. Beberapa iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila orang-orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan sesuai dengan martabatnya.41 Sebenarnya pengertian
iklim organisasi belum ada kesepakatan yang
sama dari para ilmuwan. Menurut hemat penulis hal ini dikarenakan iklim organisasi sangat kompleks cakupan pembahasanya, karena mencakup semua unsur
dasar 40
organisasi
yaitu
anggota,
pekerjaan,
praktik-praktik
yang
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi h.147 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal. 7.5 41
31
berhubungan dengan pengelolaan, struktur dan pedomanan. Namun dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi dan kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari perpaduan unsurunsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas, ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas secara keseluruhan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut Falcinone yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa : Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komuniksai organisasi. Kita mengansumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifatsifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.42 Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhamad dalam buku Komunikasi Organisasi yanng mengemukakan lima dimensi penting dari iklim organisasi yaitu: 1. Supportivennes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun, dan menjaga perasaan diri berharga, dan penting. 2. Partisipasi membuat keputusan 3. Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia 4. Keterbukaan, dan keterusterangan 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.43
42
R. Wayne Pace & Don F.Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-4, h. 149 43 Arni Muhamad, Komunikasi Organisasi (Jakarta, Bumi Aksara, 2007),hal. 85
32
Supportiveness dapat di bagi lagi menjadi beberapa kategori, menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional bahwa ”tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness. Di antara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut : 1. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada kejadian yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif atau emosional. 2. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama. 3. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam merespons situasi yang terjadi 4. Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap anggota lainya 5. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan. 6. Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.44 Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim komunikasi organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan karena iklim komunikasi organisasi juga memberikan pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Guzley yang dikutip oleh Akhi. Muwafik Saleh dalam buku Fungsi Komunikasi dalam Organisasi bahwa : Keputusan dan perilaku individu berupa Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan secara dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, untuk
44
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal. 6.9
33
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya.45 5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi organisasi, yaitu: fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif. Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1.
Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi.
Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.46 2.
Fungsi Regulatif “Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk mengendalikan informasi dan memberikan intruksi atau perintah. Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan”.47
3.
Fungsi Persuasif “Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan dalam sebuah
organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari karyawan.”48 Fungsi persuasif adalah penyeimbang dari pemberian intruksi. Seorang atasan harus pintar-pintar mendapatkan hati para karyawanya, maka persuasif inilah caranya.
45
Akhi. Muwafik Saleh, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Artikel diakses pada tanggal 18 Agustus 2010 dari www. muwafikcenter.blogspot.com 46 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 274 47 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta, Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, h. 2.5 48 Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, h. 2.5
34
Atasan dalam memberikan intruksi pekerjaan juga harus dibarengi dengan sikap mengajak yang santun dan bijak. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding jika pimpinan sering mmperlihatkan kekuasaan dan kewenanganya. 4.
Fungsi Integratif Setiap
organsiasi
berusaha
untuk
menyediakan
saluran
yang
memungkinkan karyawan dapat melaskanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. “Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran informal, seperti perbincangan antarpribadi dalam masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, dan lain-lain.”49
D. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Dalam organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainya. Biasanya orang yang seperti itu disebut pemimpin. Kepemimpinan mendapat awalan „ke‟ dan sisipan „em‟ serta akhiran „an‟. Menurut tata bahasanya awalan „ke‟ dan „ke-an‟ berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak yang mengandung arti menjadi atau peristiwa. Sedangkan sisipan „em‟ pada kata pemimpin berfungsi membentuk kata baru yang artinya tak berbeda dengan kata dasarnya. Arti sisipan „em‟ di sini mengandung sifat. Jika pemimpin berasal dari kata „pimpin‟ yang mendapat awalan „pe‟ mempunyai arti orang yang melakukan, jadi pemimpin adalah orang yang memimpin.50
49
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 276 50 M.Arifin, Psikologi dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h.87
35
Sedangkan pengertian kepemimpinan menurut istilah, dalam hal ini para ahli banyak berpendapat, di antaranya: Onong Uchajana dalam bukunya, Human Relations dan Public Relations dalam Management, mengatakan bahwa “Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), mempengaruhi (influences), atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.”51 Menurut Veithzal Rivai dalam buku Kepemimpinan dan perilaku organisasi yang mengatakan bahwa “kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di dalam orgnisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Proses mempengaruhi tersebut sering melibatkan berbagai kekuasaan seperti ancaman, penghargaan, otoritas, maupun bujukan.”52 Di samping itu, Howard H. Hoyt seperti yang dikutip Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan kepemimpinan, mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “kepemimpinan adalah seni mempengaruhi tingkah laku manusia, kemampuan untuk membimbing orang.”53 Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk memimpin (directs), membimbing (guides), mempengaruhi (influences), atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan daan tingkah laku orang lain untuk mencapai visi dan misi yang disepakati bersama.
51
Onong Uchjana, Human relation dan Public Relations dalam Management, (Bandung: CV. Mandar maju, 1989), cet. Ke-7, h.195 52 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 3 53 Kartini kartono, pemimpin dan kepemimpinan, (Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada, 1998), cet. Ke-8, h.49
36
Ada tiga teori terkenal yang menganalisa timbulnya seorang pemimpin yaitu: teori genetic, teori sosial, dan teori ekologis. a. Teori genetis Teori ini memilki prinsip leaders are born not made, untuk itu seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia lahir dengan membawa bakat memimpin. Pendapat lain masih menggunakan prinsip ini mengemukakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila ia lahir dari keluarga pemimpin. b. Teori sosial Prinsip yang digunakan dalam teori ini bertentangan dengan teori genetis, leaders are born not made. Teori ini berpendapat bahwa seorang akan mampu menjadi pemimpin apabila ia memiliki pendidikan, dan pengalaman yang mendukung kepemimpinannya. c. Teori ekologis. Dalam hal ini, teori ekologis muncul sebagai solusi dari pertentangan kedua teori di atas. Teori ekologis berkeyakinan bahwa seorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila ia lahir dengan membawa bakat, dan setelah dewasa bakatnya diasah dengan pendidikan, dan pengalaman.54 2. Tipe-Tipe Kepemimpinan Tipe kepemimpinan sering disebut perilaku kepemimpinan atau gaya kepemimpinan (leadership style). “Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.”55 Di bawah ini akan diuraikan tipe-tipe (gaya-gaya) kepemimpinan tersebut di atas dengan maksud memberikan gambaran yang jelas mengenai persamaan dan perbedaannya, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam memahami gaya kepemimpinan disebabkan pengistilahan yang berbeda padahal maksud dan tujuannya sama. 54
Sondang. P.Siagian, Peran Staf dalam Manajemen ,(Jakarta: Gunung Agung,1986), cet Ke-10,h.101-102 55 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 64
37
a. Kepemimpinan Otokrasi atau otoriter “Gaya pemimpin otoriter adalah seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tanpa berkonsultasi atau memastikan
persetujuan
dari
para
anggotanya.
Pemimpin
ini
bersifat
impersonal.”56 Ciri –ciri gaya kepemimpinan otokrasi diantaranya: 1) Semua ketentuan kebijakan oleh pemimpin 2) Teknik dan langkah aktivitas ditentukan oleh penguasa, satu persatu, sehingga langkah-langkah masa depan umumya selalu tidak pasti 3) Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap anggota 4) Penguasa cenderung bersifat “pribadi” dalam memuji dan mencela pekerjaan masing-masing anggota; mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahlianya.57 b. Kepemimpinan Demokrasi Gaya pemimpin demokrasi adalah seorang pimpinan dalam menentukan kebijakan melibatkan anggota kelompok untuk dimintai masukan-masukan. Sehingga tugas pemimpin selain memberikan pengarahan juga mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikendaki para anggotanya. 58 Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokrasi diantaranya: 1) Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan 2) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih 3) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih, dan pemberian tugas ditentukan oleh kelompok
56
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 266 Fremont E.Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manejemen, (Jakarta, Bumi Aksara, 1995), cet-5, hal. 536 58 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 266 57
38
4) Pemimpin adalah objektif atau “fact minded” dalam memberikan pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan 59 Pada penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan Selain harus memiliki kemampuan, pemimpin juga perlu memiliki sifat kemanusiaan, demokratis dan mencintai bawahanya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali-Imraan (3), ayat 159:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Dalam ayat tersebut terdapat kalimat musyawarah yang artinya meminta pendapat dan mencari kebenaran, itu merupakan salah satu prinsip dalam demokrasi yang dianut sebagian besar bangsa di dunia. Didalam Islam bermusyawarah untuk mencapai mufakat adalah hal yang disyariatkan.
c. Kepemimpinan Laisser Faire “Gaya pemimpin laisser faire adalah seorang pimpinan dalam menentukan kebijakan tidak memiliki inisiatif untuk mengarahkan atau menyarankan alternatif tindakan.”60 Akan tetapi, pemimpin ini lebih mengijinkan kelompok untuk
59 60
Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), hal. 267 Abdullah Masmuh, Komunikasi Organisasi, (Malang, UMM Press, 2008), h. 267
39
mengembangkan dan melaksanakan sendiri pekerjaanya, bahkan termasuk juga mengijinkan untuk melakukan kesalahan. Ciri-ciri gaya kepemimpinan laisser faire diantaranya: 1) Kebebasan penuh untuk keputusan kelompok atau individu dengan minimnya partisipasi pemimpin 2) macam-macam bahan disediakan pemimpin, yang dengan jelas mengatakan bahwa ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan, ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok 3) Pemimpin tidak berpatisipasi sama sekali 4) Komentar spontan yang titak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama seklai untuk menilai atau mengatur kejadiankejadian.61
61
Winardi SE, Kepemimpinan dalam Manajemen, (Bandung, Rineka Cipta, 1990), h. 79
BAB III GAMBARAN UMUM PT TEMPO INTI MEDIA
A. PT Tempo Inti Media 1. Sejarah dan Perkembangan PT Tempo Inti Media Tempo Media lahir pada zaman orde baru, disokong oleh perusahaan yang juga dibesarkan pada masa orde baru tahun 1971, tetapi orde baru juga yang mematikanya.1 Produk media yang pertama kali dihasilkan dari PT Tempo Inti Media adalah Majalah Tempo yang umumnya meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada tanggal 6 Maret 1971 yang merupakan awalawal pemerintahan orde baru. Majalah Tempo mengutamakan berita yang netral, mengulas informasi dengan objektif dan menguraikanya dengan bahasa jernih. Dinamakan Tempo karena pertama, nama itu singkat dan bersahaja, enak diucapkan oleh lidah Indonesia dari segala jurusan. Kedua, nama ini terdengar netral, tidak mengejutkan ataupun merangsang. Ketiga, nama itu bukan simbol suatu golongan. Dan arti “Tempo” sederhana saja yaitu waktu. Sebuah pengertian yang dengan segala variasinya lazim dipergunakan oleh banyak penerbitan jurnalistik diseluruh dunia.2 Majalah Tempo merupakan media pertama dan tidak memiliki afiliansi dengan pemerintah. Majalah Tempo didirikan oleh jurnalis dari PT Grafiti Pers. Pendiri Tempo antara lain: Goenawan Muhamad, Fikri Jufri, Bur Rasuanto, Christianto Wibisono, Yusril Djalinus, Putu Wijaya. Maka dari salah satu blok
1
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/2053888,htm, artike berjudul ”Enak ddibaca tetapi ini sejarah dari atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 15 september 2010, pukul 11.00 2 Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
40
41
gedung di Jl. Senen Raya 83 Jakarta pada tanggal 6 maret 1971 nomor perdana tempo dilahirkan dengan Yayasan Jaya Raya sebagai penerbitnya. Kebebasan Majalah Tempo untuk meliput informasi dengan berita yang objektif mungkin terbentur oleh pemerintahan orde baru. Dua kali Tempo dilarang terbit yaitu pada tahun 1982 dan kemudian hal itu terulang kembali ditahun 1994. Majalah ini dibredel oleh pemerintah orde baru karena berusaha untuk menampilkan informasi yang seobjektif mungkin yang dinilai sensitif oleh pemerintahan. Banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan tentang impor kapal perang dari Jerman. Laporan ini dianggap membahayakan "stabilitas negara". Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh Menristek BJ Habibie. 3 Sekitar empat tahun Tempo vakum dari dunia media massa karena kasus pembredelan oleh pemerintah. Seiring dengan runtuhnya orde baru, akhirnya manajemen Tempo kembali menerbitkan majalah Tempo pada 6 Oktonber 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo English Managazine. Pada 2 April 2001, manajemen PT. Tempo Inti Media meluncurkan inovasi baru yang diberi nama Koran Tempo. Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Media Harian, anak perusahaan dari PT Tempo Inti Media. Dalam proses pendirianya, koran Tempo melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo
3
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
42
pertama kali diterbitkan di Jakarta 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.4 Kini PT. Tempo Inti Media memiliki 3 kantor di Jakarta yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, lokasi perusahaan PT. Tempo Inti Media antara lain: a. Gedung Tempo Jl Proklamasi No. 72 (redaksi Majalah Tempo dan divisi pendukung) b. Ruko kebayoran center Blok A11-15 jalan Kebayoran Baru, Mayestik (redaksi Koran Tempo dan Iklan) c. PT Temprint Jl. Palmerah Barat No. 8(divisi Sirkulasi dan percetakan).5
2. Produk-Produk PT Tempo Inti Media a. Majalah Tempo Terbit setiap Senin. Ada 120 halaman dalam setiap edisi. Pada tahun 2009 Tiras mencapai 180.000 eksemplar dan menguasai 68% pangsa pasar majalah berita mingguan. Rata-rata Majalah Tempo dibaca oleh kaum pria dan mayoritas mereka adalah kelompok mapan kategori A dan B (menengah keatas). Gambar 4. Pembaca Tempo menurut jenis kelamin
4 5
http://idd.wikipedia.org/wiki/koran-Tempo,diakses pada 17 September 14.00 Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
43
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
Gambar 5. Pembaca Tempo menurut jenjang ekonomi
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
b. Koran Tempo Koran tempo terbit 7 (tujuh) hari seminggu. Koran ini hanya 40 halaman terdiri dari bagian-bagian yang ditandai dengan huruf abjad. Isi beritanya berkaitan dengan ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, terkadang juga mengulas gaya hidup. Format korannya berbentuk compact yaitu tidak terlalu panjang dan lebar, karena bentuknya yang compact maka tulisanya ringkas dan padat. Yang menjadi ciri utama di Koran Tempo, tulisanya tidak bersambung ke halaman lain. Tiras Koran Tempo tahun 2009 sebesar 240.000 eks. c. Tempo English Magazine Terbit setiap Rabu, ada 80 halaman. Yang menarik dari majalah ini adalah satu-satunya majalah berbahasa Inggris dengan prespektif Indonesia. tiras mencapai 29.000 eksemplar pada tahun 2009. Pembaca Tempo English Magazine mayoritas berpendidikan pascasarjana, karena mereka umumnya adalah ekspatriat.
44
Gambar 6. Pembaca Tempo English Magazine menurut jenjang pendidikan
Sumber : Sales kitt Produk Tempo tahun 2009
d. U Magazine U Magazine adalah majalah lifestyle khusus pria. Terbit setip bulan di minggu pertama. Tiras U Magazine sebesar 30.000 eksemplar pada tahun 2009. Kelompok pembaca utama adalah kalangan profesional muda perkotaan. Meskipun U Mag merupakan majalah baru namun termasuk kedalam 6 (enam) besar majalah yang banyak dibaca. e. Tempo Interaktif Tempo interaktif merupakan perintis media berita di internet. Diluncurkan pada tanggal 6 Maret 1996. pengakses sekitar 3 juta perbulan (Maret 2009). Rubrik favorite adalah frontpage 91%, nasional 89,8%, internasional 67,1%, teknologi 66,5%.
3. Visi dan Misi a. Visi Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.
45
b. Misi 1) Menyumbangkan kepada masyarak suatu produk multimedia yang menampung dan menyalutkan secara adil suara yang berbeda-beda 2) Sebuah produk multi media yang mandiri. Bebas dari tekanan kekuasaan modal maupun politik 3) Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasan dan tampilan visual yang baik 4) Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik 5) Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan zaman 6) Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor 7) Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya khasanah artistik dan intelektual. 6
4. Penghargaan dan Prestasi a. Penghargaan 1) 1986
Best Cover-Asia Publishingg Congress, Singapore
2) 1989
Second Best Coverr-Asiaa Publishing Congrrrress, Hongkong
3) 1989
Best Article, 25th National Health Day Award
4) 1990
Best Outdoor Ad, Citra Mara Award, Indonesia
5) 1991
Best Photo, Adinegoro Award, Indonesiaa
6) 1999
The Mosst Read News Magazine, AC Nielsen
7) 1999
Best foreign series foster, 7th International Printed Graphic Art, Pakistan
6
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
46
8) 1999
The most satsfactory news magazine, frontier
9) 1999
The most recognized magazine, MI
10) 1999
The most popular brand news magazine, marsfrontier-SWA
11) 1999
The most read magazine by indonesian Bussinessmen, IPSOSRSL (Hongkong) Asian Bussinessman Readership Survey
12) 2002
Penghargaan Index Customer Satisfaction Award Frontier
13) 2004
Penghargaan Medal of Honor dari Missiori School of Journalism Amerika Serikat
14) 2004 Penghargaan dewan pers: Koran Tempo sebagai harian yang pemberitaanya paling berimbang dan harian kedua terbaik secara umum.7 b. Prestasi 1) Edisi perdana TEMPO dapat menjual 20.000 kopi 2) 1799 Penjualan mencapai 47.000 kopi 3) 1988 Penjualan mencapai 166.000 kopi 4) 1991
Menjadi satu-satunyaaa jurnalis dari Indonesia yaang meliput perang Teluk dari Bagdad, Irak
5) 1993 Penjualan mencapai 200.000 kopi 6) 1996
Reporter TEMPO, Ahmad Taufik menerima anugerah S Tasrieb Award
7) 1997
Reporter Bina Bektiati menerima penghargaan US Woman Journalist Award
8) 1998
Penjualan pada edisi perdana TEMPO pasca di breidel mencapaai 150.000 kopi
7
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
47
9) 1998 Goenawan Muhamad menerima CPJ Award 10) 2000
Media pertama yang mengungkap Sengketa Buloggate, sedangkan yang lain menguttip dari TEMPO
11) 2002 Hasil survey AC Nielsen MBM paling banyak pembacanya 12) 2002
Romy Fibri menerima penghargaan sebagai nominee dari International Federation of Journalist (IFJ) & European Union (EU) di Belgia
13) 2003
Karaniya Dharmasaputra mendapatkan penghargaan dari AJI (Aliansi Jurnalistik Independent) untuk tulisanya investigasi Boullage II
14) 2003
Rommy F dan Maria H menerima penghargaan apresiasi jurnalis Jakarta dalam peringatan 9 tahun AJI
15) 2003
Merupakan media yang paling komprehensif mengangkat isu ilegal logging periode 2002-2003 dari Greencom dan Inform (TWI, WALHI, Telapak, WWF, Kemala, AMAN, FFI, TNC, BLI, CI)
16) 2003
karaniya Dharmasaputra menerima penghargaan M Hatta Award atas kinerjanya memberantas korupsi
17) Penghargaan kepada wartawan Tempo (Nezar Patria): tolerance Prizedari International Federation of Journalists atas pemberitaanya mengenai Aceh.8
5. Struktur Organisasi:
8
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
48
Komisaris
Direktur Utama Biro SIM
Corporate Secretary
Direktur Departemen Produksi, SDM dan Umum
General Manager Divisi Iklan
Bag. CS
Bag. Eceran Koran & langgan an
Bag. Kolektif
Direktur Departemen Pemasaran dan Keuangan
General Manager Divisi sirkulasi
Bag. Distri busi
Bagian MBM Eceran
Bag. eceran & langgan an TEBI
Keterangan: Komisaris Utama : Goenawan Muhamad Komisaris
: Sri Nugraha Yusril Djalinus Komisaris Independen : 1. Zulkifly Lubis 2. Ir. H. Tribudi Rahardjo Direktur Utama : Bambang Harymurti Corporate Secretary: Rustam F Man Dayan Direktur Departemen Produksi, SDM, Umum : Toriq Hadad Direktur Departemen Pemasaran dan Keungan : Hery Hernawan GM. Divisi Iklan : Gabriel Sugrahety GM Sirkulasi dan Distribusi : Windalakasana Kepala Custumer Service : Demian Subarkah Kepala unit koran eceran dan langganan : Shanty N Kepala unit kolektif : Shalfi A kepala unit distribusi : Ismet Tamara Kepala unit majalah eceran dan pelanggan : Hariyadi
Bag. Eceran & Langga nan U Mag
Unit riset & promosi
49
kepala unit Tempo English Magazine : Jefri Kepala Unit U Magazine : Indra.9
B.
Divisi Sirkulasi dan Distribusi Divisi sirkulasi dan distribusi adalah divisi yang bertugas memasarkan
atau mengenalkan produk Tempo kepada khalayak sehingga mereka tertarik untuk membeli, selain itu juga mendistribusikan kepada konsumen. Dalam memasarkan dan mendistribusikan produk, divisi ini bekerjasama dengan para agen-agen yang ada di Indonesia. Untuk mempermudah dalam memasarkan produk, ada pembagian tugas kerja yaitu dibagi menjadi tujuh unit seperti yang tertera di struktur organisasi di atas. Penulis akan menyenderhanakan menjadi 3 bagian yaitu: 1. Unit Eceran dan Langganan Pada unit ini dibagi menjadi bermacam-macam sub yaitu unit eceran dan langganan Koran Tempo, unit eceran dan langganan Majalah Tempo, unit eceran dan langganan Tempo English Magazine, Unit eceran dan langganan Majalah U Mag. Pada tiap-tiap unit ini bertugas untuk mencari dan bekerjasama dengan agen-agen yang ada di Indonesia, selain itu juga memasarkan produk kepada masyarkat umum secara eceran (satuan) dan juga langganan. Agen-agen surat kabar akan membantu memasarkan produk Tempo kepada masyarakat dengan bantuan loper koran yang ada di bawah naungan agen. 2.
Unit Kolektif Unit kolektif ini dibagi menjadi dua yaitu Corporate Relations dan Tempo
komunitas. Corporate Relations bertugas memasarkan produk Tempo ke perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia misalnya Rumah sakit, hotel, 9
Company profile Tempo Inti Media, pada tanggal 15 September 2010
50
airlines, food & beverage, dan lain-lain. Sedangkan Tempo Komunitas merupakan sebuah wadah bagi pembaca Koran Tempo dan Majalah Tempo untuk berinteraksi satu sama lain. Tempo Komunitas banyak bekerjasama dengan berbagai event organizer, konsultan, dan pusat pelatihan, hal itu juga bertujuan untuk menjaring pembaca Tempo lebih banyak lagi. 3.
Unit Distribusi Pada unit ini bertugas untuk mengirimkan produk kepada konsumen
langsung dan juga ke agen-agen yang ada di Indonesia. Hanya koran Tempo dan majalah Tempo yang di distribusikan ke seluruh wilayah Indonesia, sedangkan Tempo English Magazine dan majalah U Mag untuk saat ini hanya di wilayah Jabodetabek, Jawa, dan Bali. Dari semua unit kerja di atas, tujuan akhir yang akan dicapai menurut Windalaksana, General Manager Sales dan Marketing adalah “target oplah, target penjualan, target penerimaan rupiah, sehingga bisa mendukung target keseluruhan dari perusahaan.”10 Pencapaian kerja unit-unit di atas dapat dilihat dari tiras produk-produk Tempo, misalnya koran Tempo mencapai 240.000 eksemplar, selain itu majalah Tempo menduduki 68 % pangsa pasar majalah mingguan dengan tiras 180.000 eksemplar.
10
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
51
BAB IV PELAKSANAAN KOMUNIKASI ORGANISASI PADA PT TEMPO INTI MEDIA
A. Iklim Komunikasi Organisasi Pada PT Tempo Inti Media Setiap lingkungan kerja memiliki atmosfer yang berbeda. Para ahli menggunakan istilah iklim komunikasi organisasi untuk menggambarkan tingkat kenyamanan yang karyawan rasakan di tempat kerja. Iklim komunikasi organisasi sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, kepuasan, dan kenyaman karyawan berada di tempat kerja. Iklim komunikasi yang positif menciptakan suasana kerja yang kekeluargaan dan karyawan leluasa untuk mengemukakan pendapatnya baik kepada sesama rekan kerja maupun terhadap atasanya. Suasana yang nyaman di tempat kerja menurut Gin (1961) adalah iklim mendukung. Dalam menganalisa, penulis menggunakan teori Charles Redding yang mengemukakan lima dimensi penting iklim organisasi dan akan dijabarkan satu persatu. 1. Supportivennes Suasana suportif atasan kepada bawahan dapat di lihat dari seberapa sering atasan memberikan saran dan solusi yang baik kepada bawahan, itu merupakan salah satu bentuk dukungan atasan untuk membantu mengatasai permasalahan bawahanya. Suasana ini sering terjadi, biasanya atasan memanggil langsung salah satu atau beberapa karyawan ke ruangannya. Dalam pembicaraan tertutup atasan mendengarkan apa yang terjadi di lapangan, jika memang ada masalah atasan segera memberikan petunjuk untuk mengatasi. Hal seperti ini sering terjadi
51
52
hampir setiap hari. Atasan (General Manager of Sales & Marketing) memantau pekerjaan karyawanya setiap hari. Pada teori suportivennes dapat dijabarkan lagi menjadi beberapa kategori, hal ini sesuai dengan pendapat Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional yaitu: a. Kesamaan Di Tempo Inti Media, suasana yang dirasakan nyaman, antar karyawan bebas berkomunikasi, saling menghargai satu sama lain. Penulis mewawancarai beberapa karyawan mengenai iklim komunikasi, menurut Sutiyono, “suasana di kantor
ini
kekeluargaan,
berkomunikasi
dengan
semua
karyawan
menyenangkan.”1 Hal ini senada dengan Denda, menurut beliau: “suasana disini itu enak sih, kekeluargaanlah, saling membantu satu sama lain.”2 Iklim komunikasi yang positif tidak hanya dilihat dari tingkat kenyamanan berkomunikasi dengan sesama rekan kerja namun juga keterbukaan dan kenyamanan berkomunikasi dengan atasan. Atasan memberikan ruang bicara kepada bawahan untuk mengutarakan pendapatnya, bisa mengenai kritik, saran, ide, dan lain sebagainya. “Saya membebaskan cara penyampaian opini, kritik, saran dari bawahan, apapun mau pake jalur struktur melalui kepala seksi trus ke kepala unit langsung ke saya itu bebas saja karena ya itu tadi kembali ke cerita awal saya tentang Tempo, Tempo itu demokratis. Nah saran itu diterima atau tidaknya nanti akan kembali lagi kepada struktur, kepada otoritas. Nah kemudian komunikasi, emmm apa ya, pesan tadi atau informasi tadi masuk atau tidak tergantung kepada perantaranya. Klo di sampaikan secara stuktur kan mungkin pemahaman kepala unit, kepala seksi kan berbeda-beda. Makanya saya sering meminta kepada semua orang untuk bebas berbicara kepada siapa saja walau kepada koleganya, 1
Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24 September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media 2 Wawancara pribadi dengan Denda, Staff PT Tempo Inti Media, Jakarta, Jumat 24 September 2010 pukul 15.00, PT Tempo Inti Media
53
kepada atasanya, kepada bawahanya selama pembicaraan itu konteksnya dalam membangun, kontrukstif bukan defensive, bukan menggunting dalam lipatan tapi sesuatu yang memang bagus untuk perusahaan. Atau jika ia merasa terzalimi, merasa dibedakan atau merasa tersakiti ya di sampaikan saja, kita akan komunikasikan apa dan bagaimananya, kenapanya di komunikasikan dengan pihak yang terkait. Sehingga saya dalam melihat organisasi itu adalah seperti harmoni sepeti alunan semuanya bias menikmati dan jangan sampai ada nada sumbang, ada nada fales. Saya ingin semuanya pada sebuah pola tapi bukan berarti ritme itu tidak dinamis ritme itu pasti ritmik atau bermain pada kort pada nada-nada yang bermain, tidak statis pada satu nada”3 b. Orientasi Masalah Pendapat dari bawahan baik berupa ide, saran maupun kritik
sangat
penting sekali untuk manajemen perusahaan. Karena Bawahanlah yang bekerja di lapangan dan mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi dilapangan. Di Divisi Sirkulasi dan Distribusi, rata-rata karyawan memang bekerja di luar ruangan. Karena mereka harus menawarkan produk Tempo Media kepada masyarakat luas. Target pasar mereka pun dibagi per unit, seperti pada bagian sirkulasi dibagi menjadi dua yaitu unit eceran dan unit non eceran. Target pasar unit eceran adalah masyarakat umum, mereka biasanya bekerjasama dengan para agen dan loper koran di seluruh Indonesia. Sedangkan unit non eceran berkerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, misalnya hotel, airlines, rumah sakit, dll. Karyawan yang menghadapi kendala atau masalah ketika berhubungan dengan client harus segera ditangani, disinilah fungsi saling keterbukaan dengan atasan. Karena dengan di bicarakan akan menghasilkan saran dan solusi yang terbaik. Dalam penyampaian ide, saran maupun kritik karyawan dapat langsung kepada atasan tinggi atau menghadap ke atasan per unit. 3
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
54
c. Deskripsi Rapat merupakan salah satu alternatif untuk membicarakan pekerjaan kepada atasan dan kepada sesama rekan kerja. Rapat di Tempo Inti Media dilakukan 1 (satu) minggu sekali di hari Senin. “Emm klo saya rapatnya banyak, tapi secara utuh dan lengkap yaitu seminggu sekali, tapi disisi lain terkadang ada rapat-rapat unit yang terkadang harus saya ikuti. Jadi rapat umumnya ada satu, rapat perunitnya banyak”.4 Dalam rapat akan banyak yang didiskusikan, berbagi pengalaman, mengutarakan masalah yang terjadi, mencarikan solusi yang
terbaik, dan
merencanakan program kerja yang akan dilaksankan kemudian hari. Review lebih mengevaluasi apa yang terjadi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu dan seperti apa capaian kinerja minggu lalu. Problem solving, mengevaluasi masalah-masalah apa saja yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari penyelesaianya apa yang terbaik untuk memecahkan masalah pada minggu lalu. Setelah itu ditemukan solusi, apa yang harus segera dilakukan untuk menuju hari esok atau minggu depan. d. Spontanitas Ketika rapat memang bawahan dan atasan dituntut untuk mengutarakan pendapatnya. Jika memang ada yang tidak setuju dengan ide atau gagasan yang di berikan atasan, bawahan bebas saja untuk memberikan komentar. Namun terkadang ada juga sebagian karyawan yang tidak berani menolak pendapat dari atasan dan alhasil mereka melakukan grapevine yaitu komunikasi informal yang
4
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
55
berjalan berliku-liku di semua tingkatan sesuai dengan derajat ikatan bathin yang dimiliki anggota, biasanya disebut dengan desas desus. Grapevine biasanya terjadi karena adanya rasa ketidak puasan karyawan akan suatu hal, misalnya gaji yang minim. selain itu adanya keterikatan bathin diantara karyawan karena sering bekerjasama maka disamping pekerjaan resmi yang dibicarakan juga hal-hal lain yang menyangkut orang-orang dalam lingkungan kerjanya. Hal ini senada dengan beberapa karyawan yang diwawancarai ”Kita biasanya klo ada uneg-uneg lebih sering ngomong di belakang tentang suasana kantor yang tidak nyaman, ga brani ngomong langsung ke pemimpin.”5 ”Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik maupun memberikan pendapat. Tidak ada melalui media misalnya kotak saran. Saran dan kritik dilakukan langsung kepada pemimpin. Tapi jika hanya 4 (empat) mata memang bisa terbuka, tapi jika beramai-ramai tidak terlalu terbuka. Tapi intinya dalam menyampaikan harus hati-hati.”6 Inilah sebenarnya yang harus dihindari, tidak semua karyawan berani untuk mengungkapkan pendapatnya langsung kepada atasan. Harus ada media lain yang di gunakan agar keluhan, ide, kritik, saran dari para bawahan tersampaikan. Penulis mengamati tidak ada media seperti kotak saran yang dipasang, selain itu para karyawan yang tidak setuju dengan pendapat atasan hanya membicarakan di belakang namun tidak disampaikan langsung ke atasan.
5
Wawancara pribadi dengan beberapa staff Tempo, Jakarta, Jumat 24 September 2010 pukul 15.00, PT Tempo Inti Media 6 Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24 September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media
56
Ini adalah salah satu kendala untuk membentuk iklim komunikasi yang positif di perusahaan. Sebenarnya informasi dari komunikasi grapevine dapat digunakan pemimpin untuk meningkatkan pengertian serta kerjasama dan suasana kerja yang baik dalam organisasi. Selain itu dapat juga menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan yang lebih baik untuk karyawan. 2. Partisipasi membuat keputusan Setiap karyawan memang diharapkan untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan baik ketika rapat umum mapun ketika rapat per unit. Ketika rapat memang beberapa bawahan aktif, mereka juga memberikan saran untuk memecahkan masalah. Misalnya ketika rapat membahas mengenai program kerja yang akan dilaksanakan pada bulan ramadhan. Para staf seperti bagian Corporate Relation dan Marketing & Community Relation memberikan masukan, program kerja apa yang akan dibuat untuk bulan ramadhan. Setelah keputusan diambil, Manager Sales & Marketing mengemukakan program kerja tersebut ke forum direksi (rapat umum). ”. . . . . klo saya dalam rapat yang umum, kepala unit sudah menghandle permasalahan yang terjadi pada bawahanya. Pastinya saya membutuhkan masukan dari teman-teman untuk memecahkan masalah yang tejadi di lapangan dan mencari solusi yang terbaik.”7 3. Kepercayaan Saling percaya antar atasan dan bawahan adalah dimensi yang sangat krusial. Atasan memberikan beban dan tanggung jawab kepada bawahanya sesuai dengan job desk nya masing-masing, itu merupakan bukti atasan memberikan 7
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
57
kepercayaan kepada bawahanya. Atasan yang memiliki rasa kepercayaan yang tinggi terhadap bawahanya tidak akan selalu mendikte apa yang harus dilakukan oleh anak buahnya. Atasan percaya bahwa anak buahnya memiliki kemampuan untuk menjalankan tugas pekerjaan dengan sebaik mungkin. Rasa kepercayaan ini bukan berarti atasan melepas kontrol begitu saja, namun dilakukan secara demokratis yaitu gaya kepemimpinan dengan memberikan kesempatan kepada anggota (bawahanya) untuk mengembangkan kemampuanya dan melaksanakan cara yang dikehendaki para bawahanya namun atasan tetap memberikan arahan dan kontrol kepada bawahan. ”Ada sesuatu hal yang secara umum tapi tidak menjadi sebuah pola tapi sebagai sebuah roh bisa dikatakan, kepemimpinan di Tempo itu demokratis. Emm kepemimpinan itu sulit untuk distandarisasi dalam pola, karena macem-macem. Klo pada zaman Soeharto kan ada tut wuri handayani, emm ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa sama tut wuri handayani. Nah itu tergantung pada pimpinannya pertama dan tergantung pada organisasinya. Nah klo organisasi pada pemasaran saya lebih memilih tengah tengah ing madya mangun karsa”.8 Dari kutipan di atas ada penggalan kalimat ”ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Arti dari semboyan itu adalah: dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan, di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, dan di depan, seorang pendidik harus memberikan teladan aataau contoh tindakan yang baik. 4. Keterbukaan Selain kepercayaan pastinya harus dibarengi dengan keterbukaan. Keterbukaan antar karyawan dan juga dengan atasan akan meningkatkan rasa solidaritas yang tinggi. Keterbukaan adalah salah satu cara untuk meningkatkan
8
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
58
rasa empati, kedekatan satu sama lain, dan memperat rasa persaudaraan. Komunikasi yang dilakukan tidak hanya terbatas pada komunikai formal namun juga non formal. Komunikasi non formal inilah biasanya bawahan tidak canggung untuk mengeluarkan pendapat kepada atasanya, karena situasi dan kondisinya berbeda, lebih santai dan rileks. Berbeda jika dengan komunikasi formal, misalnya rapat, karyawan terkadang enggan memberikan pendapat, karena suasana dan kondisi terkesan kaku, formal sehingga ada beban tersendiri jika berbicara dengan atasan. Dalam konteks ini atasan harus melebur dengan bawahan. Berkomunikasi antar pribadi dengan bawahan, bukan hanya mengenai pekerjaan saja namun juga tentang kehidupan pribadinya. Atasan harus mampu mengemas intruksi pekerjaan dengan cara yang terkadang formal namun juga terkadang santai. ”Emmm saya lebih banyak berkomunikasi dalam konteks yang pastinya pekerjaan, intinya adalah pekerjaan. Tapi dalam mengemas pekerjaan tadi, saya biasanya mengemas dalam dua pendekatan yaitu formal dan informal. Jadi obrolan ketika lagi makan siang, obrolan ketika lagi melakukan aktivitas di luar kantor, obrolan ketika lagi main futsal, main sepeda atau lagi ngobrol di kantor, obrolanya sekalipun obrolan informal tapi menyampaikan pesanya tentang pekerjaan.”9 Keterbukaan juga sangat diperlukan bawahan dari atasanya, misalnya mengenai cara untuk dapat naik pangkat. Atasan dan juga perusahaan harus terbuka mengenai hal ini, karena para bawahan juga ingin memperlihatkan kemampuanya lebih dari yang ia kerjakan. Di Tempo Inti Media ada keterbukaan mengenai jenjang karir, Misalnya dengan memberikan challenge berupa kompetisi membuat proposal mengenai marketing dan bisnis. ”Keterbukaan mengenai jenjang karir juga ada sih, misalnya seperti kenaikan pangkat di Tempo terbuka lebar untuk itu. Pimpinan juga 9
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
59
memberikan informasi jika memang ada kesempatan. Yang paling terpenting adalah kemampuan dan kesempatan. Dalam divisi ini pernah diadakan kompetisi membuat proposal untuk kenaikan pangkat contoh proposal marketing plan dan marketing bisnis”.10 Untuk jenjang karir di Tempo Inti Media, karyawan rata-rata harus mengenyam pendidikan S1 telebih dahulu, selain itu pula memiliki kemampuan dan jam terbang yang tinggi. ”Emmm klo secara administratif lah saya katakan pastinya S1, karena pimpinan itu kan macem-macem ada pimpinan di level bawah ada pimpinan di level atas, tapi secara umum bisa saya gambarkan harus S1. Terbuka kemungkinan untuk di bawah SI tapi tentunya dengan track record, forto folio yang sudah memberikan pembuktian, jam terbang yang sudah memberikan pembuktian artinya tidak kaku”.11 5. Tujuan kinerja yang tinggi Yang terakhir dari lima dimensi iklim komunikasi organisasi adalah Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja di komunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi. Atasan harus memberikan informasi yang jelas mengenai intruksi pekerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Jika di Divisi Sirkulasi dan Distribusi tujuannya adalah target oplah, target penjualan dan target penerimaan rupiah. ”Tugasnya tentunya yah kembali lagi mencapai tujuan perusahaan atau mendukung tujuan perusahaan. Nah tujuan perusahaan kebetulan pada unit kerja saya sirkulasi dan distribusi eemm pastinya target yaitu target oplah, target penjualan, target penerimaan rupiah, sehingga bisa mendukung target keseluruhan dari perusahaan. Nah tugas-tugas secara besar tadi terjemahkan pada unit-unit kerja yang kecil-kecil, produk yang dikerjakan juga banyak, jadi kalo dipecah berdasarkan produk dan berdasarkan bisnis model. Nah model ada langganan, ada eceran, ada kolektif, semuanya berbeda-beda. Pembagianya berdasarkan bisnis model 10
Wawancara pribadi dengan Sutiyono, Community Relation, Jakarta, Jumat 24 September 2010 pukul 14.00, PT Tempo Inti Media 11 Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
60
tadi nah targetnya diakumulasikan. Elemen omset itukan volume kali price, jumlah kali harga, jadi dua variable itulah yang menjadi acuan”.12 Tujuan perusahaan harus menjadi acuan karyawan dalam bekerja. Karena tujuan tersebut bagaikan cambuk semangat untuk bekerja semaksimal mungkin untuk menggapai tujuan bersama. Kinerja karyawan juga ditentukan oleh atasanya. Jika atasanya dapat memberikan pengarahan dengan benar, tidak selalu menekan dan bersikap kasar, dengan sendirinya bawahan akan menjalankan pekerjaannya dengan baik. Atasan setidaknya harus memahami arti kepemimpinan, karena dengan begitu atasan tidak akan bertindak sewenang-wenang dengan bawahnya. Atasan dan bawahan harus bisa bekerja sama dengan baik. Karena atasan tanpa bawahan yang loyal maka dapat dipastikan perusahaan tidak akan berjalan lama. ”Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya pemimpin itu sendiri tapi karena tim yang mendukung sehingga kalaupun misalnya emm dia berhasil pasti akan diikuti dengan keberhasilan timnya, jika ia gagal ada dua kemungkinan yaitu kegagalan pada konteks bawahan atau kegagalan dalam konteks kepemimpinanya, demikikan juga dengan keberhasilan, karena kalo seorang pemimpin punya unit kerja yang banyak ada yang gagal ada yang berhasil. Jika direkap itu secara rata-rata berhasil atau secara rata-rata gagal. Gagal dan berhasil konteksnya adalah standar target. Nah klo saya melihat karena ini adalah masalah dalam pembagian tugas sehingga intinya adalah kita bersama-sama. Misalnya bukan saya menjadi motor penarik gerbong tapi semua element itu menjadi motor. Jadi jika diilustrasikan dalam mesin, dalam mesin itu ada gir yang saling berinteraksi, ada gir besar ada gir kecil, nah tidak hanya gir besar menggerakan gir kecil tapi gir besar dan gir kecil sama-sama bergerak sehingga energi yang dihasilnya dari mesin itu justru lebih besar. Harus bekerjasama antara satu dengan yang lainya”.13 Dari penjabaran diatas penulis menarik kesimpulan bahwa iklim komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari penjabaran lima 12
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media 13 Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
61
dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi keterbukaan tidak terlalu kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak selalu terbuka dengan atasanya baik mengenai keluh kesah, ide, saran, maupun kritik. Hal ini terbukti dari banyaknya karyawan yang melakuka grapevine di kantor maupun di luar kantor. Untuk mengatasi hal tersebut mungkin manajemen bisa memberikan kebebasan yang nyaman bagi karyawan untuk memberikan pendapat misalnya dengan mengadakan saran dan kritik untuk manajemen tanpa menuliskan identitas yang ditulis di secarik kertas, atau menyediakan kotak saran sebagai sarana karyawan menyalurkan uneg-uneg nya.
B. Metode Pimpinan dalam Menyebarkan Informasi 1. Aliran Komunikasi dalam Menyebarkan Informasi Komunikasi adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan organisasi atau
perusahaan.
mengkoordinir
Dengan
bawahanya
berkomunikasi untuk
memungkinkan
mencapai
tujuan
atasan
bersama.
untuk Dengan
berkomunikasi baik verbal maupun non verbal atasan dapat memberikan intruksi dan motivasi kepada bawahanya. Bayangkan jika atasan dan bawahan tidak ada komunikasi maka perusahaan dapat dipastikan tidak akan berjalan maju. Memang komunikasi bukanlah oase di padang gurun yang luas, tapi setidaknya komunikasi dapat menciptakan pengertian dan saling memahami. Dengan berkomunikasi dapat meminimalisir konflik. Jika membicarakan penyampaian pesan berarti membahas aliran komunikasi yang digunakan atasan dalam penyampaian pesan. Aliran komunikasi
62
terbagi menjadi tiga yaitu secara serentak, secara berurutan, dan kombinsi antara keduanya. Setiap pemimpin pasti memiliki cara yang berbeda dalam menyampaikan informasi kepada karyawanya. Hal ini tergantung dari informasi yang akan disampaikan. Jika informasi yang akan disampaikan bersifat umum, misalnya tanggal cuti bersama untuk Idul Fitri maka pengumuman dari atasan akan ditempel di dinding pengumuman. Sedangkan jika informasinya memerlukan intensitas, misalnya atasan menginginkan program baru yang lebih menarik agar lebih banyak perusahaan-perusahaan bekerja sama dengan Tempo, maka informasi tersebut disampaikan per kepala unit. Kemudian setelah itu kepala unit menyebarkan ke bawahanya. ”Tergantung emmm materinya. Biasanya kalo materinya umum saya akan sebarkan langsung melalui surat pengumuman, surat edaran, atau apapun dan di tempel di dinding pengumuman. Tapi jika yang memerlukan intensitas atau memerlukan kedalaman, saya menugaskan secara struktur. Dari Kepala Divisi minta ke Kepala Unit, dari Kepala Unit minta ke Kepala Seksi setelah itu baru ke staff staffnya. Jadi klo yang intens itu artinya perlu disampaikan dengan pemahaman yang utuh dan jelas dan memerlukan kedalaman, tapi klo yang umum kan gampang orang memahami jadi tergantung isi, tergantung materinya”.14 Penyebaran Informasi secara serentak: Divisi Sirkulasi Windalaksana
semua staff di Divisi Sirkulasi dan Distribusi Gambar 7. Penyebaran informasi secara serentak
Penyebaran informasi secara berurutan: 14
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
63
Direktur Pemasaran Herry Hernawan
GM Sirkulasi Windalaksana
7
1 2
6 3
staff
4
5
staff
staff staff
staff
staff
staff
Gambar 8. Penyebaran pesan secara berurutan
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kepada Custumer Service : Demian Subarkah Kepala unit koran eceran dan langganan : Shanty N Kepala unit corporate dan community : Shalfi A kepala unit distribusi : Ismet Tamara Kepala unit majalah eceran dan pelanggan : Hariydi kepala unit Tempo English Magazine : Jefri Kepala Unit U Magazine : Indra15 Maka dapat disimpulkan dalam penyebaran informasi dari atasan ke
bawahan dengan menggunakan aliran kombinasi yaitu aliran serentak dan aliran berurutan. Penggunaan aliran tersebut disesuaikan dengan materi atau isi pesan yang akan di sampaikan. Dalam penyebaran informasi dari atasan kepada bawahan dapat menggunakan media atau non media. Media yang digunakan di Tempo diantaranya telepon, email, telepon genggam, papan pengumuman, dll. Dalam 15
Profile company PT Tempo Inti Media
64
pengamatan banyak karyawan yang menggunakan telepon kantor untuk berkomunikasi dengan sesama rekan kerja yang jarak mejanya berjauhan. Jika berkomunikasi dengan atasan biasanya akan menuju ke ruang kerja atasanya. Jika dalam situasi formal, atasan dalam berkomunikasi dengan bawahanya biasanya berbicara di ruangnya. “.........Kalo langsung, adalah pertemuan langsung secara fisik dari mata ke mata, klo yang tidak langsung melalui sebuah medium. Kalo langsung bisa empat mata itu atlist langsung di ruangan saya atau bisa juga diluar kantor secara formal maupun informal. Kemudian ada juga yang dalam forum rapat itu klo bicara langsung. Kalo secara tidak langsung ya pasti melalui seperangkat yang lain seperti hand phone, hand phone bisa call bisa sms, sementara saya ga pake black berry, jadi ga bisa BBM, kemudian bisa juga melalui PSTN atau bisa juga terkadang saya menggunakan sekertaris saya untuk bisa menyapaikan pesan kepada orang lain. Itu medium komunikasi atau modal komunikasi yang saya pakai dan tidak hanya dalam konteks hanya menyebarkan informasi tapi juga konteks berkomunikasi”.16
2. Pola Penggunaan Media dan Non Media dalam Menyebarkan Informasi Dari penjelasan di atas mengenai cara penyampain informasi dari atasan kepada bawahan dapat dibagi menjadi media dan non media yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu. a. Pola penggunaan media dalam menyebarkan informasi 1) Papan Pengumuman Di Divisi Sirkulasi dan Distribusi terdapat satu papan pengumuman yang memudahkan karyawan untuk mengetahui informasi. Biasanya informasi yang di berikan sifatnya umum. Informasi yang di berikan bisa dari internal, misalnya pemberitahuan rapat karyawan untuk pemilihan ketua koperasi yang baru. Bisa
16
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
65
juga dari eksternal, misalnya pemberitahuan dari PLN akan ada pemadaman listrik di daerah perkantoran dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 15.00. 2) Surat Edaran Surat edaran ini informasinya juga umum. Sama halnya dengan media papan pengumuman, surat edaran juga memiliki dua kategori, yang pertama, surat edaran yang dikeluarkan oleh PT. Tempo Inti Media. Kedua, surat edaran yang dikirim dari luar perusahaan. Surat edaran ini biasanya menggunakan Fax untuk memudahkan pihak atasan dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya. 3) Jaringan Telepon Tiap-tiap divisi dilengkapi dengan pesawat telepon. Untuk di Divisi Sirkulasi dan Distribusi terdapat 50 (lima puluh) pesawat telepon. Sebagian besar, tiap-tiap meja karyawan difasilitasi pesawat telepon, hal ini untuk memudahkan karyawan dalam berkomunikasi dengan sesama karyawan, dengan atasan, dan juga dengan klien mereka. 4) Email Setiap karyawan memang harus memiliki email pribadi. Rata-rata server email mereka @tempo.co.id. Dengan email karyawan mudah untuk mengirim proposal penawaran kerjasama kepada klien. Selain itu juga dengan email, memudahkan karyawan untuk saling memberikan informasi yang sifatnya tentang pekerjaan. 5) Fax Terdapat 2 (dua) mesin fax di Divisi Sirkulasi dan Distribusi. Mesin fax untuk menerima dan untuk mengirim. Fungsi mesin fax ini hampir sama dengan email, yaitu untuk mengirimkan surat-surat penting ke klien, misalnya surat
66
penawaran untuk berlangganan koran Tempo. Selain itu juga untuk memudahkan pihak atasan dalam menyebarkan informasi kepada karyawannya. 6) Telepon Genggam Telepon genggam adalah tekonologi yang sangat memudahkan dalam proses berkomunikasi. Telepon genggam saangat fleksibel unutk memberikan informasi kapan pun. Karena semua pegawai Tempo memiliki telepon genggam.
b. Pola penggunaan non media dalam menyebarkan informasi 1) Rapat umum Rapat umum adalah rapat yang dilakukan oleh kepala-kepala bagian di Departemen pemasaran dan keuangan. Divisi sirkulasi dan distribusi termasuk kedalam departement tersebut. Rapat umum dilakukan seminggu sekali setiap hari Senin pukul 09.00 wib. Dalam rapat umum biasanya tiap-taip unit menunjukan kinerja bawahanya. Selain itu juga membicarakan masalah yang terjadi di lapangan, dan kemudian melakukan perencanaan apa saja yang akan dilakukan untuk satu minggu yang akan datang. 2) Rapat per unit Rapat per unit dilakukan setelah rapat umum. Jadi tiap-tiap unit ada hari tersendiri untuk rapat dengan staf-stafnya. Dalam rapat tersebut biasanya kepala unit menyampaikan ide atau gagasan dari atasan misalnya dari General Manager Marketing atau dari Direktur Pemasaran. Ide atau gagasan tersebut di diskusikan apakah akan di jalankan atau tidak. Dalam rapat per unit juga tiap-tiap kepala unit memberikan solusi dari masalah yang terjadi di lapangan. 3) Rapat Kondisional
67
Rapat kondisional adalah rapat mendadakan yang dilakukan oleh atasan. rapat ini hampir setiap hari terjadi. Atasan memanggil salah satu atau beberapa staf untuk keruanganya kemudian mendiskusikan mengenai pekerjaan. Rapat kondisional memudahkan atasan (General Manager Sales & Marketing) untuk memantau kinerja staf-stafnya. Ini adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri dengan para karyawanya. Dalam rapat ini hanya empat mata atau enam mata, maka pembicaraan juga lebih rileks. Biasanya dalam rapat kondisional atasan memberikan wejangan kepada karyawanya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Berkomunikasi Dalam berkomunikasi pasti ada faktor distorsi yang menyebabkan pesan tidak ditangkap sempurna oleh komunikan. Penyebab distorsi tersebut bermacammacam, bisa karena media yang digunakan tidak berfungsi dengan baik, misalnya surat yang dihasilkan dari mesin fax sulit untuk di baca karena cetakanya ngeblur. Ada banyak kendala dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi dari atasan kepada bawahan. Terkadang ketika atasan sedang berbicara dengan bawahan sering menggunakan bahasa asing (Inggris) yang para bawahan tidak semua memahami, itu yang menjadi salah satu kendala dalam berkomunikasi. Selain itu juga atasan sering menggunakan kata-kata ilmiah yang berkaitan dengan dunia bisnis dan marketing. Dengan komunikasi semacam itu, pesan yang di sampaikan tidak diterima dengan penuh dan baik oleh komunikan (bawahan). Dalam berkomunikasi memang diperlukan faktor pendukung untuk memudahkan pesan diterima dengan baik. Selain media komunikasi tentunya yang harus disiapkan adalah paradigma antara komunikan dan komunikator harus
68
sama. Kesamaan tersebut menyebabkan pesan ditangkap sempurna. “Kalo pendukung adalah mengkomunikasikanya dengan baik dan memastikan apa yang dikomunikasikan ditangkap dengan paradigma yang sama dengan pemahaman yang sama sehingga pendukungnya adalah tentunya pasti kemampuan, penggunaan bahasa,dan lain-lain”.17 Faktor pendukung di atas dapat pula menjadi penghambat dalam berkomunikasi. Itulah yang perlu diminimalisir. Karena tidak semua karyawan memiliki kemampuan yang sama. Untuk mengatasi hambatan komunikasi tersebut diharapkan karyawa meningkatkan kemampuanya, baik dalam wawasanya, struktur berfikirnya,
dan lain-lain. Yang lebih penting adalah
ketika
berkomunikasi harus memastikan pesanya objektif jangan subjektif. “Meningkatkan kompetensi, kemampuan. Kemampuan itu ya masuk di dalam wawasanya, penangkapanya, struktur berfikirnya, paradigmanya yang kadang-kadang kita bisa lupa kadang orang berfikir dengan asumsi. Itu hal-hal yang menghambat, jadi ketika kita berdiskusi atau berkomunikasi kita harus jauhkan dari asumsi, kita harus memastikan asumsi itu objektif tidak subjektif. Kalo asumsinya pribadi itu subjektif tapi kalo asumsinya sudah dikonfirmasi itu objektif, sehingga tidak lagi menjadi asumsi tapi menjadi sebuah fakta. Itu yang kadang-kadang kita lupa. Terus yang kedua adalah tentang empati, terkadang kita tidak berempati apa yang terjadi pada orang itu, tanpa ada rasa tanpa ada tendensi dalam berkomunikasi tidak memahami lawan bicaranya”.18
17
Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media 18 Wawancara pribadi dengan windalaksana, General Manager Sales & Marketing, Jakarta, Rabu 22 September 2010, Pukul 10.00, PT Tempo Inti Media
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian di atas, sebagai upaya dari hasil pembahasan dalam penulisan skripsi ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Iklim komunikasi di Tempo Inti Media positif. Hal ini dapat telihat dari penjabaran lima dimensi iklim komunikasi organisasi. Meskipun dimensi keterbukaan tidak terlalu kuat karena ada sebagian karyawan yang tidak selalu terbuka dengan atasanya baik mengenai keluh kesah, ide, saran, maupun kritik. Hal ini terbukti dari banyaknya karyawan yang melakukan grapevine di kantor maupun di luar kantor. 2.a. Dalam menyebarkan informasi kepada karyawanya, atasan menggunakan aliran campuran yaitu aliran serentak dan berurutan. Penggunaan aliran ini disesuaikan dengan isi pesan (informasi) yang akan disampaikan. Jika informasinya umum maka atasan akan menggunakan aliran serentak. Sebaliknya jika informasinya khusus, harus disampaikan secara detail dan mendalam maka aliranya berurutan. 2.b Atasan juga menggunakan media dan non media komunikasi dalam menyampaikan pesan kepada karyawanya, diantaranya: 1) Media (a)
Surat edaran
(b)
Jaringan Telepon
(c)
Email
68
69
(d)
Fax
(e)
Telpon Genggam
2) Non Media (a) Rapat Umum (b)
Rapat perunit
(c)
Rapat kondisional
3. Dalam berkomunikasi terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat. Di PT Tempo Inti media selain media yang terkadang menjadi penghambat dalam berkomunikasi ada hal lain yang lebih penting yaitu kesiapan diri secara personal. Faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut adalah kemampuan, penggunaan bahasa, paradigma yang sama. Jika lawan bicara (karyawan) kurang memahami apa yang dikatakan atasan karena tidak memiliki paradigma yang sama atau tidak memahami informasinya maka hal itu akan menjadi penghambat, dan juga sebaliknya jika karyawan dan atasan memiliki paradigma yang sama maka akan menjadi pendukung dalam berkomunikasi.
B. Saran-saran 1. Disarankan agar PT Tempo Inti Media menyediakan sarana untuk menampung saran dan kritik dari para karyawan. Karena tidak semua karyawan berani bicara dengan atasan. 2. Untuk meminimalisir penghambat dalam berkomunikasi, disarankan pemimpin dapat menyesuaikan dengan bawahanya. Penggunaan kalimat
70
yang sederhana lebih memudahkan bawahan dalam menerima informasi dari atasan. 3. Atasan atau pimpinan dapat menggunakan informasi dari grapevine untuk menjadi salah satu rujukan dalam membuat kebijakan perusahaan. Karena informasi dari grapevine jika disaring bukan hanya desas desus belaka tapi juga informasi di level bawah yang tidak disampaikan kepada atasanya. Infromasi dari grapevine bisa dijadikan koreksi bagi pimpinan. 4. Bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam hal ini adalah Fakultas Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam untuk mengadakan “Praktek Kerja Lapangan” guna menerapkan ilmu yang di pelajari di kuliah dan memiliki pengalaman mengenai dunia kerja. Mengingat banyaknya lulusan sarjana yang kurang memiliki bekal pengalaman kerja.
Berita Wawancara Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Denda (Nama Samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 24 September 2010 Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana suasana di kantor mba? Saya sih ngrasa suasana di kantor ini kekeluargaan saling membantu satu sama lain.
Jika ada masalah atau keluh kesah terbuka tidak ke atasan? Antara saya dengan atasan sih terbuka. Atasan saya kan pak Yono dan pak Joko, jadi ya sering curhat klo ada masalah di kantor. Biasanya sih anak-anak telemarketing cuhat sama pak Yono dan pak Joko kalo ada yang tidak menyenangkan, trus masalah di kantor, masalah dengan klien. Tapi terkadang curhat kita-kita hanya di dengar aja tapi ga disampein ke atasan yang lebih tinggi, ga tau deh kenapa.
Terkadang kita sungkan untuk memberikan saran atau kritik ke atasan, gimana tuh mba? Antara saya dan atasan sih tebuka, saya mengeluarkan pendapat saya, jika ada masalah saya sih crita, tapi kadang tidak disampaikan keluhannya ke atasan yang lebih tinggi. Kita kan ga berani ngomong langsung dengan atasan yang lebih tinggi. Emm kita biasanya kalo ada uneg-uneg sering ngomong di belakang tentang suasana di kantor yang tidak nyaman, ga berani mengeluarkan uneg-uneg ke pemimpin langsung.
Responden
Denda
Koresponden
Fitri Susilawati
Berita Wawancara Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Sutiyono
Jabatan
: Maketing & Community Relation
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 24 September 2010 Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana suasana kerja di PT. Tempo Inti Media pak? Menurut saya sih suasananya kekeluargaan, bebas berkomunikasi dengan semua karyawan, yah menyenangkanlah.
Untuk berkomunikasi dengan atasan terbuka ga pak, misalnya menyampaikan ide, kritik, dan lain-lain? Untuk berkomunikasi dengan atasan memang kadang sungkan untuk mengkritik maupun memberikan pendapat, tidak ada melalui media. Kritik dan saran dilakukan langsung keatasan. Jika hanya empat mata memang bisa terbuka, tapi jika beramairamai tidak terlalu terbuka juga, tapi untuk menyampaian harus hati-hati.
Atasan tebuka tidak pak mengenai jenjang karir? Emm terbuka sih. Keterbukaan dalam jenjang karir misalnya seperti kenaikan pangkat di Tempo terbuka lebar untuk itu. Pimpinan juga memberikan infromasi jika memang ada kesempatan, yang paling terpenting adalah kemampuan dan kesempatan sih. Dalam divisi ini pernah diadakan kompetisi membuat proposal untuk kenaikan pangkat, yaitu membuat proposal ”Marketing Plan atau Marketing Bisnis” kalo tidak salah. Kompetisi disesuaikan dengan job desk yang kosong.
Responden
Koresponden
Sutiyono
Fitri Susilawati
Berita Wawancara Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Guntur (nama samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010 Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media? Menurut saya suasana di kantor baik, lumayan menyenangkan. Orang-orang disini care semua, kekeluargaan juga, jadi ngerasa betah aja.
Apakah anda nyaman bekerja di PT. Tempo Inti Media ? Kadang nyaman, kadang juga ga, tergantung suasanya. Kalo abis di omelin, kadang jadi males, tapi kadang yang bikin ga nyaman kerja disini juga karena faktor salary nya yang ga ada kenaikan. Secara ini perusaan besar tapi kenapa salarnya segitu-gitu aja .
Trus, jika anda tidak setuju atau ada keluhan seperti itu bicara langsung tidak ke atasan? Ga sih, Cuma crita aja ke teman kerja, karna ga berani ngomong langusng ke atasan, karena takut salah bicara, yah paling-paling hanya dibicarakan sama temen-temen aja.
Atasan sering memberikan motifasi tidak? Kadang-kadang kalo lagi rapat suka dikasih masukan, gimana caranya supaya bisa perolehnya banyak Atasan sering membantu tidak dalam menyelesaikan masalah di pekerjaan? Emm palingan dikasih data base untuk cari pelanggan baru.
Responden
Koresponden
guntur
Fitri Susilawati
Berita Wawancara Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Donna (nama samaran)
Jabatan
: Staff
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010 Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media? Baik karna suasanya seperti keluarga sendiri
Apakah anda nyaman bekerja di PT. Tempo Inti Media ? Nyaman, karena kita bekerja disini ada teman-teman yang baik ada atasan yang emmm okay dan ada rekan-rekan yang sudah kita kenal baik. Dan tidak nyaman bagi saya salary nya yang jauh dari angan-angan.
Bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat atasan? Yah cerita sama teman-teman yang senasip aja. Walau pun kita mau berpendapat di depan atasan kita rasanya mulut ini susah banget mengeluarkan kata-kata atau pendapat. Yang ada hanya bisa ngomongin pendapat kita dari belakang mereka.
Atasan sering memberikan motifasi tidak? Kadang-kadang sih, kalo kita lagi dapat perolehan sedikit kadang-kdang dikasih semangat.
Atasan sering membantu tidak dalam menyelesaikan masalah di pekerjaan? Iya dibantu tapi kita di marahin dulu. Baru di kasih solusinya hee..
Responden
Dona
Koresponden
Fitri Susilawati
Berita Wawancara Komunikasi Organisasi Dalam Kepemimpinan Di Tempo Inti Media
Responden
: Endah. F
Jabatan
: Administrasi Retur
Korespoden
: Fitri Susilawati
Waktu Wawancara : Jumat, 12 November 2010 Tempat Wawancara : PT. Tempo Inti Media
Bagaimana Suasana di PT. Tempo Inti Media? Suasananya penuh dengan kekeluargaan, keharmonisan dan kesetikawanan, ga ada jenjang perbedaan sih karena semua rata dan semua sama.
Nyaman tidak bekerja di PT. Tempo Inti Media ? Nyaman sih, situasi kerja yang penuh kekeluargaan
Bagaimana jika anda tidak setuju dengan pendapat atasan? Bicara langsunglah ke atasan kalo kita tidak setuu dengan pendapatnya. Kita juga bisa memberikan masukan, ide, pendapat yang sekiranya bisa dipertimbangkan oleh atasan.
Atasan sering memberikan motivasi tidak dalam bekerja? Dalam pekerjaan yang cukup sulit biasanya atasan suka memberikan bantuan atau menanyakan kesulitan dan sering kali memberikan semangat melalui candaan seperti halnya dalam keluarga.
Atasan membantu permasalahan yang dihadapi di tempat kerja? Sering sih. Misalnya masalah program komputer yang digunakan. Sering kali membantu untuk memperbaiki dan membuatnya lebih mudah.
Responden
Koresponden
Endah
Fitri Susilawati
Transkip Wawancara dengan Windalaksana (General Manager Sales & Marketing)
Media dan non media apa saja yang digunakan pimpinan dalam menyebarkan informasi? Kalo saya membedakan media dan non media dalam kacamata saya adalah langsung dan tidak langsung. Kalo langsung, adalah pertemuan langsung secara fisik dari mata ke mata, klo yang tidak langsung melalui sebuah medium. Kalo langsung bisa empat mata itu atlist langsung di ruangan saya atau bisa juga diluar kantor secara formal maupun informal. Kemudian ada juga yang dalam forum rapat itu klo bicara langsung. Kalo secara tidak langsung ya pasti melalui seperangkat yang lain seperti hand phone, hand phone bisa call bisa sms, sementara saya ga pake black berry, jadi ga bisa BBM, kemudian bisa juga melalui PSTN atau bisa juga terkadang saya menggunakan sekertaris saya untuk bisa menyapaikan pesan kepada orang lain. Itu medium komunikasi atau modal komunikasi yang saya pakai dan tidak hanya dalam konteks hanya menyebarkan informasi tapi juga konteks berkomunikasi. Bagaimana cara untuk menyebarkan informasi dari pimpinan kepada anggotanya? Kemudian emm caranya yaitu tadi, jadi klo media berikut dengan cara jadi iclued dalam media dan no 2 jawabanya ada di no 1. Biasanya dalam penyebaran informasi secara serentak atau secara berurutan? Tergantung emmm materinya. Biasanya kalo materinya umum saya akan sebarkan langsung melalui surat pengumuman, surat edaran, atau apapun dan di tempel di dinding pengumuman. Tapi jika yang memerlukan intensitas atau memerlukan kedalaman, saya menugaskan secara struktur. Dari Kepala Divisi minta ke Kepala Unit, dari Kepala Unit minta ke Kepala Seksi setelah itu baru ke staff staffnya. Jadi klo yang intens itu artinya perlu disampaikan dengan pemahaman yang utuh dan jelas dan memerlukan kedalaman, tapi klo yang umum kan gampang orang memahami jadi tergantung isi, tergantung materinya. Sebagai pemimpin, mengenai hal apa saja yang anda komunikasikan kepada anggota? Emmm saya lebih banyak dalam konteks yang pastinya pekerjaan, intinya adalah pekerjaan. Tapi dalam mengemas pekerjaan tadi, saya biasanya mengemas dalam
dua pendekatan yaitu formal dan informal. Jadi obrolan ketika lagi makan siang, obrolan ketika lagi melakukan aktivitas di luar kantor, obrolan ketika lagi main futsal, main sepeda atau lagi ngobrol di kantor, obrolanya sekalipun obrolan informal tapi menyampaikan pesanya tentang pekerjaan. Kemudian tentang motivasi juga termasuk dalam elemen dimana saya berkomunikasi. Makanya intinya adalah komunikasi bukan pada informasinya. Informasi adalah elemen inti tapi dalam komunikasinya saya memasukan element motivasi, Elemen dimana saya menantang mereka, menchalange mereka, menarget mereka itu adalah bagian-bagian motivasi untuk mereka yang disatukan dengan intruksi pekerjaan ataupun pekerjaan. Menurut anda, apa pengertian kepemimpinan? Kepemimpinan menurut saya, kalo kepemimpinan itu ada dua hal yaa yaitu menjadi leader dan menjadi boss. Dan saya memilih cenderung menjadi leader. Pemahaman saya, ini hanya masalah dalam konteks responsibility atau tanggung jawab. Kalo tentang hubungan ke perusahaan itu semua sama, artinya peranan mereka harus memberikan sesuatu untuk perusahaan itu sama. Yang berbeda adalah pada tanggung jawab, maksudnya terkait pada otoritas. Sehingga terkadang saya menempatkan mereka menjadi boss saya, konteksnya begini dimana-mana organisasi, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya pemimpin itu sendiri tapi karena tim yang mendukung sehingga kalaupun misalnya dia berhasil pasti akan diikuti dengan keberhasilan timnya, jika ia gagal ada dua kemungkinan yaitu kegagalan pada konteks bawahan atau kegagalan dalam konteks kepemimpinanya, demikikan juga dengan keberhasilan, karena kalo seorang pemimpin punya unit kerja yang banyak ada yang gagal ada yang berhasil. Jika direkap itu secara ratarata berhasil atau secara rata-rata gagal. Gagal dan berhasil konteksnya adalah standar target. Nah klo saya melihat karena ini adalah masalah dalam pembagian tugas sehingga intinya adalah kita bersama-sama. Misalnya bukan saya menjadi motor penarik gerbong tapi semua element itu menjadi motor. Jadi jika diilustrasikan dalam mesin, dalam mesin itu ada gir yang saling berinteraksi, ada gir besar ada gir kecil, nah tidak hanya gir besar menggerakan gir kecil tapi gir besar dan gir kecil sama-sama bergerak sehingga energi yang dihasilnya dari mesin itu justru lebih besar. Harus bekerjasama antara satu dengan yang lainya. Apa tugas, dan syarat dalam suatu kepemimpinan di PT Tempo Inti Media ini? Emmm klo secara administratif lah saya katakan pastinya S1, karena pimpinan itu kan macem-macem ada pimpinan di level bawah ada pimpinan di level atas, tapi secara umum bisa saya gambarkan harus S1. Terbuka kemungkinan untuk di bawah SI tapi tentunya dengan trade record, forto folio yang sudah memberikan pembuktian, jam terbang yang sudah memberikan pembuktian artinya tidak kaku. Nah klo saya melihat dalam konteks pertanyaan disini, apa tugas dan syarat kepemimpinan itu, emm kepemimpinan itu sulit untuk distadarisasi dalam pola, karena macem-macem. Klo pada zaman Soeharto kan ada tut wuri handayani, ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa sama tut wuri handayani. Nah itu tergantung pada pimpinannya pertama dan tergantung pada organisasinya. Nah klo organisasi pada pemasaran saya lebih memilih tengah tengah ing madya mangun karsa jadi sama-sama tapi dalam konteks seperti distribusi, karena disana kan sistemik nah itu lebih memimpin yang di depan artinya dia memberikan intruksi. Eemm klo di keuangan juga demikian karena tidak bisa ada element kreatifitas tapi harus mengikuti sistem yang berlaku. Jadi polanya tergatung dimana dia memimpin, di unit kerja apa dia memimpin, dan divisi apa dia memipim tapi secara umum Tempo memberikan ilustrasi seperti itu. Tugasnya tentunya yah kembali lagi mencapai tujuan perusahaan atau mendukung tujuan perusahaan. Nah tujuan perusahaan kebetulan pada unit kerja saya sirkulasi dan distribusi eemm pastinya target yaitu target oplah, target penjualan, target penerimaan rupiah, sehingga bisa mendukung target keseluruhan dari perusahaan. Nah tugas-tugas secara besar tadi terjemahkan pada unit-unit kerja yang kecilkecil, produk yang dikerjakan juga banyak, jadi kalo dipecah berdasarkan produk dan berdasarkan bisnis model. Nah model ada langganan, ada eceran, ada kolektif, semuanya berbeda-beda. Pembagianya berdasarkan bisnis model tadi nah targetnya diakumulasikan. Elemen omset itukan volume kali prise, jumlah kali harga, jadi dua variable itulah yang menjadi acuan. Ada sesuatu hal yang secara umum tapi tidak menjadi sebuah pola tapi sebagai sebuah roh bisa dikatakan, kepemimpinan di Tempo itu demokratis. Semua orang bisa mengutarakan apa pendapatnya, apa idenya, apa opininya. Dan tidak dibatasi oleh kamar-kamar atau bidang-bidang dimana meereka bekerja. Jadi setiap orang terlepas dari posisinya apapun bisa mengutarakan pendapat dan setiap orang juga harus bisa untuk menerima pendapat orang lain. Nah dalam intruksi pertama tadi apa lagi sudah lari kearah implementasi, pendapat-pendapat tadi ya diperhitungkan untuk menemukan hasil yang terbaik atau pendapat yang terbaik. Bisa satu pendapat utuh dari satu orang bisa diambil, atau bisa menjadi kombinasi diantara itu semua agar kita bisa mengambil jalan yang terbaik. Dan yang mayorits memberikan pendapat itu yang akan diambil, nah selain itu juga pendapat harus diperkaya dengan variable-variable penyeimbang, jadi klo penyeimbangnya juga utuh, kaya dan dilengkapi dengan masing-masing pendapat orang lain itu yang menjadikan keputusan tadi menjadi mantap, itu elemen dan proses tentang kepemimpinan di Tempo. Menurut bapak faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam berkomunikasi dengan bawahan? Kalo pendukung adalah mengkomunikasikanya dengan baik dan memastikan apa yang dikomunikasikan ditangkap dengan paradigma yang sama dengan pemahaman yang sama sehingga pendukungnya adalah tentunya pasti kemampuan, penggunaan bahasa,dan lain-lain. yah klo tidak bisa pendukung pasti penghambat.
Nah untuk mengatasi hambatanya itu gimana? Meningkatkan kompetensi, kemampuan. Kemampuan itu ya masuk di dalam wawasanya, penangkapanya, struktur berfikirnya, paradigmanya yang kadangkadang kita bisa lupa kadang orang berfikir dengan asumsi. Itu hal-hal yang menghambat, jadi ketika kita berdiskusi atau berkomunikasi kita harus jauhkan dari asumsi, kita harus memastikan asumsi itu objektif tidak subjektif. Kalo asumsinya pribadi itu subjektif tapi kalo asumsinya sudah dikonfirmasi itu objektif, sehingga tidak lagi menjadi asumsi tapi menjadi sebuah fakta. Itu yang kadang-kadang kita lupa. Terus yang kedua adalah tentang empati, terkadang kita tidak berempati apa yang terjadi pada orang itu, tanpa ada rasa tanpa ada tendensi dalam berkomunikasi tidak memahami lawan bicaranya. Rapat antara pimpinan dan bawahan berapa minggu sekali? Emm klo saya rapatnya banyak, tapi secara utuh dan lengkap yaitu seminggu sekali, tapi disisi lain terkadang ada rapat-rapat unit yang terkadang harus saya ikuti. Jadi rapat umumnya ada satu rapat perunitnya banyak.
Biasanya membahas tentang apa? Isinya review, problem solving, perencanaan. Review itu lebih mengevaluasi apa yang teradi pada minggu lalu, bagaimana kinerja minggu lalu dan seperti apa capaian kinerja minggu lalu. Yang kedua mengevaluasi masalah-masalah apa saja yang terjadi pada minggu lalu, masalah itu dicari penyelesaianya apa yang terbaik untuk memecahkan masalah pada minggu lalu. Setelah ditemukan solusi, apa yang harus segera kita lakukan untuk menuju hari esok atau minggu depan.
Dalam rapat apakah bawahan dilibatkan dalam memberikan masukan dan juga dalam pengambil keputusan? Tentunya, tentunya sepeti yang saya jelaskan tadi dalam review, klo saya dalam rapat yang umum, kepala unit sudah menghandle permasalahan yang terjadi pada bawahanya. Pastinya saya membutuhkan masukan dari teman-teman untuk memecahkan masalah yang tejadi di lapangan dan mencari solusi yang terbaik. Pak misalnya dalam penyampaian kritik dan saran kan, terkadang bawahan suka sungkan, nah itu dalam Tempo apakah menggunakan media seperti kotak saran atau bagaimana? Saya membebaskan cara penyampaian opini, kritik, saran dari bawahan, apapun mau pake jalur struktur melalui kepala seksi trus ke kepala unit langsung ke saya itu bebas saja karena ya itu tadi kembali ke kecerita awal saya tentang Tempo,
Tempo itu demokratis. Nah saran itu diterima atau tidaknya nanti akan kembali lagi kepada struktur, kepada otoritas. Nah kemudiaan komunikasi, emmm apa ya, pesan tadi atau informasi tadi masuk atau tidak tergantung kepada perantaranya. Klo disampaikan secara stuktur kan mungkin pemahaman kepala unit, kepala seksi kan berbeda-beda. Makanya saya sering meminta kepada semua orang untuk bebas berbicara kepada siapa saja walau kepada koleganya, kepada atasanya, kepada bawahanya selama pembicaraan itu konteksnya dalam membangun, kontukstif bukan defensive, bukan menggunting dalam lipatan tapi sesuatu yang memang bagus untuk perusahaan. Atau jika ia merasa terzalimi, merasa dibedakan atau merasa tersakiti ya disampaikan saja, kita akan komunikasikan apa dan bagaimananya, kenapanya dikomunikasikan dengan pihak yang terkait. Sehingga saya dalam melihat organisasi itu adalah seperti harmoni sepeti alunan semuanya bias menikmati dan jangan sampai sampai ada nada sumbang, ada nada fales. Saya ingin semuanya pada sebuah pola tapi bukan berarti ritme itu tidak dinamis ritme itu pasti ritmik atau bermain pada kort pada nada-nada yang bermain, tidak statis pada satu nada. Jakarta, 22 September 2010 mengetahui,
Fitri Susilawati Peneliti
Windalaksana General Manager Sales & Marketing
DOKUMENTASI
Foto bersama Staff Telemarketing dan Community Relations
Suasana tempat kerja di kantor Tempo, Divisi sirkulasi dan distribusi
Foto bersama General Manager Sales & Marketing (Windalaksana)