KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR POPULASI IKAN KAKATUA (FAMILI SCARIDAE) DI PERAIRAN DANGKAL KARANG CONGKAK, KEPULAUAN SERIBU
NUGRAH KHALIFA
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN Nugrah Khalifa. C24070057. Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh Isdradjad Setyobudiandi dan Zairion. Ikan kakatua merupakan salah satu jenis ikan pemakan alga di karang mati dan bukan termasuk ikan ekonomis penting melainkan termasuk ikan lain-lain (majority). Ikan kakatua memiliki nilai ekonomis apabila sudah dijadikan bentuk olahan ikan asin. Oleh karena itu, data hasil tangkapan ikan kakatua jarang tersedia, termasuk di Kepulauan Seribu, meskipun penangkapan berlangsung terus menerus. Untuk itu diperlukan informasi tentang sumberdaya ikan kakatua di perairan Karang Congkak sebagai salah satu daerah penangkapan di Kepulauan Seribu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap dan yang dominan tertangkap, struktur populasi dan pola pertumbuhan ikan kakatua yang dominan tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu. Jenis data berupa data primer yaitu ikan kakatua ditangkap dengan menggunakan bubu bambu dan jaring insang dengan mengikuti nelayan, pada bulan Maret 2011-Mei 2011 dengan periode waktu penangkapan dua kali dalam sebulan. Identifikasi ikan kakatua menggunakan karakter morfologis. Analisa data yang digunakan analisa persentase komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap di habitat karang dan lamun, sebaran frekuensi panjang, dan hubungan panjang bobot. Komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap sebanyak 7 spesies, yaitu Scarus psittacus, Scarus ghobban, Scarus rivulatus, Scarus frenatus, Scarus chameleon, Leptoscarus vaigiensis dan Scarus quoyi. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban merupakan ikan yang dominan tertangkap. Ikan kakatua banyak ditemukan di habitat karang daripada di habitat lamun. Total ikan kakatua yang tertangkap sebanyak 272 ekor, ditemukan di habitat karang sebanyak 215 ekor dan di habitat lamun 57 ekor. Ukuran panjang ikan kakatua (famili Scaridae) terbanyak pada selang kelas 123-144 mm. Ukuran ikan sebesar ini diduga menjadi ukuran yang paling sesuai hidup di sekitar karang dan lamun karena mampu masuk ke celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Ikan kakatua yang dominan tertangkap yaitu Scarus psittacus dengan ukuran panjang pada selang kelas 123-144 mm, sedangkan Scarus ghobban terbanyak pada selang 145-166 mm. Hubungan panjang bobot ikan kakatua yang dominan tertangkap yaitu spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban didapat persamaan masing-masing W = 0,000026 L 2,9252, dan W = 0,000029 L 2,8873 dengan nilai b sebesar 2,9253 dan 2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan kakatua Scarus psittacus dan Scarus ghobban memiliki pola pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan bobot. Implementasi pengelolaannya berupa perlindungan habitat dengan cara melakukan pemantauan agar nelayan tidak menangkap dengan alat tangkap yang merusak. Keberadaan ikan kakatua sangat penting, karena interaksi ikan kakatua dengan karang akan mengendalikan pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang.
KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR POPULASI IKAN KAKATUA (FAMILI SCARIDAE) DI PERAIRAN DANGKAL KARANG CONGKAK, KEPULAUAN SERIBU
NUGRAH KHALIFA C24070057
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011
Nugrah Khalifa C24070057
PENGESAHAN SKRIPSI Judul
: Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu.
Nama Mahasiswa
: Nugrah Khalifa
NIM
: C24070057
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc NIP. 19580705 198504 1 001
Ir. Zairion, M.Sc NIP. 19640703 199103 1 003
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP. 19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 22 Agustus 2011
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu dengan baik. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis selama tiga bulan pada Maret hingga Mei 2011 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan, masukan dan arahan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap dengan tersusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Ir. Zairion, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan arahan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. 4. Dr. Ir. Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc selaku dosen penguji tamu dan Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran yang berarti untuk penulis. 5. Keluarga tercinta: Ibu, Ayah, dan adik atas doa, pengorbanan, keikhlasan serta dukungan semangatnya. 6. Para staf Tata Usaha MSP terutama Mba Widar dan seluruh civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 7. PKSPL-IPB atas bantuan finansial dalam penelitian ini. 8. Tim penelitian Pulau Seribu (Ari, Ica, Cemay, Mega, dan Sandi), tim larva (Furry, Rini dan Ipul), tim Selat Bali (Adang, Dede, August dan Nto), Eja, Omen, Iboth, Zulmi, Alim, Ayu, Endah, Ekie, Adit, Pipit, Nta, seluruh keluarga besar MSP 44 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, MSP 39 (Harun), MSP 42, 43, 45 dan 46, ITK 41 (Amal), (Resty dan Vivi), serta Irena atas doa, bantuan, dukungan, kesabaran, kerjasama dan semangatnya kepada penulis. 9. Keluarga Pulau Panggang (Pa Lawi, Bu Mae dan putri-putrinya), keluarga Wisma Rosa atas doa, bantuan, dan kebersamaanya selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 6 Juli 1989 sebagai putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Sugiarto dan Ibu Dedeh Nurbaeti. Pendidikan formal yang pernah dijalani oleh penulis berawal dari SDN Kemiri 1 (2001), SMPN 2 Rengasdengklok (2004), dan SMAN 1 Karawang (2007). Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Setelah melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama selama 1 tahun, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Selama mengikuti perkuliahan penulis diberi kepercayaan menjadi Asisten Mata Kuliah Sumberdaya Perikanan (2010/2011). Penulis juga aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan Divisi Minat dan Bakat periode 2009 dan 2010 dan mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture X-pression (MAX) sebagai anggota di bagian music. Penulis pernah mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa berupa artikel ilmiah serta turut aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitian di lingkungan kampus IPB. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Komposisi Jenis dan Struktur Populasi Ikan Kakatua (Famili Scaridae) di Perairan Dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu”.
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
xiii
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang................................................................................... 1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 1.3. Tujuan ............................................................................................... 1.4. Manfaat..............................................................................................
1 2 3 3
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Kakatua (Famili Scaridae) .......................................................... 2.1.1. Klasifikasi dan deskripsi ........................................................... 2.1.2. Jenis dan distribusi ikan kakatua............................................... 2.1.3. Kebiasaan makan ..................................................................... 2.1.4. Musim pemijahan..................................................................... 2.2. Alat Tangkap Ikan Kakatua................................................................ 2.3. Pertumbuhan ..................................................................................... 2.4. Hubungan Panjang dan Bobot ............................................................ 2.5. Ekologi Ikan Karang Secara Umum.. ................................................. 2.6. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ......................................
4 4 6 8 10 10 11 13 14 15
3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 3.3. Pengumpulan Data ............................................................................. 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 3.4.1. Komposisi jenis di habitat karang dan lamun ............................ 3.4.2. Sebaran frekuensi panjang........................................................ 3.4.3. Hubungan panjang bobot..........................................................
16 16 17 18 18 18 19
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komposisi Jenis Ikan Kakatua ........................................................... 4.1.1. Berdasarkan habitat .................................................................. 4.1.2. Berdasarkan alat tangkap.......................................................... 4.2. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua........................................... 4.2.1. Berdasarkan habitat .................................................................. 4.2.2. Berdasarkan alat tangkap.......................................................... 4.3. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua yang Dominan Tertangkap. 4.4. Sebaran Frekuensi Panjang Spesies Ikan Kakatua Dominan ............... 4.4.1. Berdasarkan habitat .................................................................. 4.4.2. Berdasarkan alat tangkap.......................................................... 4.5. Hubungan Panjang Bobot...................................................................
21 24 26 28 28 30 32 33 33 37 40
4.6. Implementasi Untuk Pengelolaan Ikan Kakatua (Famili Scaridae)......
41
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan........................................................................................ 5.2. Saran .......... ........................................................................................
43 43
DAFTAR PUSTAKA.................. ...................................................................
44
LAMPIRAN ...................................................................................................
46
x
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis-jenis ikan kakatua (Famili Scaridae)....................................................
2. Komposisi jenis ikan kakatua ...........................................................................
xi
7 21
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Ikan kakatua (Famili Scaridae) ...............................................................
5
2.
Peta lokasi penelitian ........................................................................... .....
16
3.
Komposisi hasil tangkapan Scaridae ................................................... .....
21
4.
Spesies ikan kakatua yang tertangkap .....................................................
22
5.
Komposisi ikan kakatua yang tertangkap, (a) karang dan (b) lamun ........
24
6.
Komposisi hasil tangkapan ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring ............
26
7.
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) karang dan (b) lamun .........
28
8.
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring.............
30
9.
Sebaran frekuensi panjang, (a) Scarus psittacus dan (b) Scarus ghobban
32
10.
Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) karang dan (b) lamun....
34
11.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) karang dan (b) lamun ....
35
12.
Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) bubu dan (b) jaring .......
37
13.
Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) bubu dan (b) jaring........
38
14.
Hubungan panjang bobot, (a) Scarus psittacus (b) Scarus ghobban ........
40
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Alat yang digunakan selama penelitian ........................................................
47
2. Dokumentasi kegiatan penangkapan ikan kakatua ........................................
48
3. Data panjang dan bobot ikan kakatua selama penelitian ...............................
49
4. Komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian ....................
57
5. Uji statistik nilai b ikan kakatua yang dominan tertangkap ...........................
58
xixiii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ikan kakatua termasuk ke dalam famili Scaridae dan merupakan salah satu jenis ikan herbivor yang utama di ekosistem terumbu karang (Sale 1991). Famili Scaridae terdiri dari berbagai jenis, karena memiliki jumlah genus yang cukup banyak yaitu 7 genera dengan genus terbanyak adalah Scarus. Ikan kakatua hidup di sekitar terumbu karang dan biasanya ditemukan juga pada perairan dangkal dengan kedalaman sampai 30 meter. Ikan kakatua merupakan ikan pemakan alga di karang mati. Cara membedakan jenis ikan kakatua yang paling mudah adalah dengan melihat komposisi warna, karena ikan kakatua memiliki variasi warna yang beraneka ragam pada tubuhnya (FAO 2001). Ikan kakatua termasuk ikan majority atau ikan lain-lain dan bukan ekonomis penting. Ikan kakatua akan memiliki nilai ekonomis apabila sudah diolah menjadi ikan asin untuk dikonsumsi oleh masyarakat di Kepulauan Seribu. Ikan kakatua memiliki nilai ekologis sebagai ikan pemakan alga pada karang mati, karena ikan kakatua mampu mengendalikan pertumbuhan alga yang bersaing hidup dengan karang. Walaupun ikan kakatua bukan sebagai tujuan utama penangkapan, pemanfaatan ikan kakatua sebagai tangkapan sampingan oleh nelayan di perairan dangkal Karang Congkak secara terus menerus dikhawatirkan dapat mengurangi populasi ikan kakatua di alam. Berdasarkan FAO (2001) sampai saat ini tidak ada data produksi ikan kakatua, akan tetapi masih tersedia di pasar ikan, hal ini yang perlu dikaji untuk mencegah kepunahan ikan kakatua. Aktivitas penangkapan nelayan terhadap ikan kakatua dapat mempengaruhi perubahan struktur populasi dari sumberdaya ikan kakatua, antara lain dapat dilihat dari bentuk ukuran ikan, jumlah hasil tangkapan nelayan dan habitat ikan tersebut. Hal ini yang mengakibatkan sebagian besar ikan-ikan yang ada di perairan menjadi berkurang dan dapat punah, jika ikan kakatua punah akan berpengaruh pada kehidupan terumbu karang, karena ikan kakatua merupakan salah satu ikan karang yang jumlahnya banyak di terumbu yang dapat membantu kehidupan terumbu karang dengan cara memakan alga yang menempel pada terumbu karang yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang jika alga
2 tumbuh banyak dan tidak ada yang membersihkan, oleh karena itu ikan kakatua merupakan salah satu penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu (Nybakken 1992). Sehingga diperlukan pengelolaan yang didasarkan informasi biologis untuk mempertahankan kelestarian populasi ikan kakatua, khususnya di perairan dangkal Karang Congkak. Selain ikan kakatua, sumberdaya ikan yang sering tertangkap oleh nelayan di perairan dangkal Karang Congkak adalah ikan kakap, kerapu, lencam, baronang, sotong, udang mantis dan cumi-cumi. Perairan dangkal Karang Congkak terdiri dari terumbu karang dan lamun. Terumbu karang merupakan keunikan di antara asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organism-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat (Nybakken 1992). Padang lamun di daerah pesisir memiliki fungsi sebagai produsen primer, pendaur zat hara, stabilisator dasar perairan, perangkap sedimen, serta penahan erosi. Selain memiliki produktivitas biologis yang tinggi, kekayaan ikan juga terkonsentrasi pada ekosistem lamun sehingga ekosistem lamun sangat berperan bagi kehidupan ikan sebagai tempat berlindung, tempat mencari makan, dan sebagai ruang hidup (Tomascik et al. 1997).
1.2. Rumusan Masalah Keberadaan ikan kakatua cukup potensial di perairan dangkal Karang Congkak, karena ikan kakatua setiap hari tertangkap oleh nelayan dengan ukuran yang masih kecil. Agar mempunyai nilai ekonomis, ikan kakatua tersebut selama ini dijadikan olahan yakni menjadi ikan asin. Walaupun ikan kakatua bukan merupakan tangkapan utama, pemanfaatan ikan kakatua secara terus menerus dikhawatirkan dapat mempengaruhi penyebaran ikan kakatua dan dapat mengalami kepunahan, apalagi data produksi ikan kakatua hingga saat ini di Kepulauan Seribu pada umumnya dan perairan Karang Congkak pada khususnya jarang tersedia, sehingga informasi mengenai ikan kakatua sangat minim. Selain ikan kakatua tangkapan utama nelayan di perairan Karang Congkak adalah cumi-cumi dan baronang.
3 Oleh karena itu diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan informasi terhadap populasi ikan kakatua, jenis apa saja yang tersedia dan yang tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak. Dengan demikian dapat diketahui bahwa keberadaan ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak apakah sebagai daerah spawning ground, feeding ground atau nursery ground, serta dapat dilakukan pengelolaan perikanan yang baik terhadap penyebaran spesies ikan kakatua di perairan Karang Congkak agar populasinya di alam dapat tetap terpelihara.
1.3. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui komposisi jenis ikan kakatua yang tertangkap dan ikan kakatua yang dominan tertangkap. 2. Struktur populasi ikan kakatua dilihat dari struktur ukuran panjang. 3. Mengetahui pola pertumbuhan ikan kakatua yang dominan tertangkap.
1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan ikan kakatua dari segi ekonomis dan ekologis di perairan dangkal Karang Congkak, sehingga berguna bagi pengelolaan sumberdaya ikan kakatua yang berkelanjutan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Kakatua (Famili Scaridae) 2.1.1. Klasifikasi dan deskripsi Klasifikasi ikan kakatua (Gambar 1) berdasarkan www.fishbase.org: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterigii
Ordo
: Perciformes
Famili
: Scaridae
Genus
: Scarus dan Leptoscarus
Spesies
: Scarus psittacus (Forsskal, 1775) Scarus ghobban (Forsskal, 1775) Scarus frenatus (Lacepede, 1802) Scarus rivulatus (Valenciennes in Cuvier and Valenciennes, 1840) Scarus chameleon (Choat and Randall, 1986) Leptoscarus vaigiensis (Quoy and Gaimard, 1824) Scarus quoyi (Valenciennes in Cuvier and Valenciennes, 1840)
Nama umum : Rosy-cheek parrotfish Blue-barred parrotfish Bridled parrotfish Surf parrotfish Chameleon parrotfish Seagrass parrotfish Green-blotched parrotfish Nama lokal
: Mogong iler (Pulau Panggang) Mogong lape bataan (Pulau Panggang) Mogong hijau (Pulau Panggang) Mogong kepala gede (Pulau Panggang) Mogong lape putih (Pulau Panggang) Mogong lepu (Pulau Panggang) Mogong bendera (Pulau Panggang)
5
Gambar 1. Ikan kakatua Scarus frenatus Sumber : Dokumentasi pribadi
Ikan kakatua merupakan salah satu ikan yang hidupnya berada di sekitar terumbu karang, dengan memiliki bentuk tubuh memanjang dan lunak, panjang ikan kakatua dapat mencapai 120 cm. Secara umum bentuk kepala ikan kakatua bulat pada bagian anterior. Ikan kakatua memiliki gigi yang bersatu membentuk seperti sepasang lempengan paruh berwarna putih yang berada di setiap rahang. Sirip punggung ikan kakatua terdiri dari 9 jari-jari lemah mengeras dan 10 jari-jari lemah. Sirip anal terdiri dari 3 jari-jari lemah mengeras dan 9 jari-jari lemah. Sirip dada terdiri dari 2 jari-jari tidak bercabang, dan 11 sampai 14 jari-jari bercabang. Sirip ekor bentuknya bervariasi, dari yang bulat sampai bentuk bulan sabit, dapat berubah seiring dengan pertumbuhan ikan. Sebagian besar sisik ikan kakatua berbentuk sikloid atau melingkar, dengan 22 sampai 24 baris pada bagian garis rusuk, sirip ekor tanpa sisik, pada pipi terdapat 1 sampai 4 baris, 2 sampai 8 garis pada bagian tengah di sekitar punggung ikan (FAO 2001). Ikan kakatua memiliki warna yang bervariasi dan beragam. Ikan kakatua memiliki tahap berubah warna sesuai dengan jenis kelamin dan pertumbuhannya, erat sekali kaitannya antara warna ikan dengan perubahan jenis kelamin, karena sebagian besar ikan kakatua adalah hermafrodit protogini, artinya ketika ikan kakatua kecil jenis kelaminnya betina, sedangkan ketika ikan kakatua dewasa jenis kelaminnya berubah menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin terdapat dalam dua tahap, yaitu: tahap pertama yang disebut tahap inisial, jenis kelamin ikan kakatua dapat berupa jantan atau betina, sedangkan tahap kedua yang disebut tahap terminal
6 jenis kelamin ikan kakatua selalu jantan. Warna ikan pada tahap awal didominasi warna coklat dan abu-abu, sedangkan pada tahap terminal warna ikan kakatua berubah menjadi biru, hijau dan merah muda, keterpaduan warna ini sangat kompleks. Jadi untuk keperluan identifikasi ikan kakatua biasanya didasarkan pada pola warna (FAO 2001). Selama ini, para peneliti mengalami kesulitan bertahun-tahun untuk mengidentifikasi ikan kakatua dan kebanyakan peneliti bergantung pada morfologi eksternal yaitu pola warna sebagai kriteria yang paling mendasar untuk identifikasi. Pendekatan seperti ini menyulitkan mengingat sebagian besar spesies ikan kakatua memiliki pola warna yang kompleks, yang disebabkan oleh perubahan seksual. Identifikasi dengan cara mengawetkan spesimen sangat terbatas karena pola-pola warna biasanya hilang jika di awetkan (Bellwood 1994).
2.1.2. Jenis dan distribusi ikan kakatua Ikan kakatua ditemukan hidup di sekitar terumbu karang, biasanya paling banyak dalam daerah perairan dangkal dengan kedalaman 30 meter. Beberapa spesies ikan kakatua memiliki sebaran perpindahan yang luas, sementara yang lain ada juga yang bertahan hidup dalam daerah tertentu saja, dan keberadaannya sangat rentan dengan kepunahan. Ikan kakatua bukan termasuk hasil utama penangkapan, tetapi masih dapat ditemukan di pasar ikan. Walaupun di beberapa daerah ikan kakatua dijadikan sebagai ikan konsumsi tetapi tidak ada data yang dilaporkan kepada FAO tentang tangkapan ikan kakatua. Ikan kakatua biasanya tertangkap dengan menggunakan bubu, jaring insang, atau dengan tombak. Daging ikan kakatua sangat lembut, oleh karena itu ikan ini dipasarkan dan dimakan dalam bentuk segar (FAO 2001). Ikan kakatua terdiri dari 7 genera dan terdiri dari 44 spesies (Tabel 1). Spesies ikan kakatua yang menyebar di Samudera Hindia dan juga diduga berasal dari Indonesia bagian Barat adalah jenis Hiposcarus harid/longiceps; Chlorurus strongylocephalus/microrhinos; Scarus russelii/schlegeli; Scarus Scaber/dimidiatus/ oviceps; Scarus spinus/viridifucatus. Scarus viridifucatus juga ditemukan di Bali (FAO 2001).
7 Tabel 1. Jenis-jenis ikan kakatua (Famili Scaridae) No.
Genus
Spesies
1
Bolbometopon
Bolbometopon muricatum
2
Colotomus
Calotomus carolinus
3
Colotomus
Calotomus spinidens
4
Cetoscarus
Cetoscarus bicolor
5
Chlorurus
Chlorurus blekeri
6
Chlorurus
Chlorurus bowersi
7
Chlorurus
Chlorurus capistratoides
8
Chlorurus
Chlorurus frontalis
9
Chlorurus
Chlorurus japanensis
10
Chlorurus
Chlorurus microrhinos
11
Chlorurus
Chlorurus oedema
12
Chlorurus
Chlorurus sordidus
13
Chlorurus
Chlorurus strongylocephalus
14
Chlorurus
Chlorurus troschelii
15
Hipposcarus
Hiposcarus harid
16
Hipposcarus
Hiposcarus longiceps
17
Leptoscarus
Leptoscarus vaigiensis
18
Scarus
Scarus altipinnis
19
Scarus
Scarus chameleon
20
Scarus
Scarus dimidiatus
21
Scarus
Scarus festivus
22
Scarus
Scarus flavipectoralis
23
Scarus
Scarus forsteni
24
Scarus
Scarus frenatus
25
Scarus
Scarus ghobban
26
Scarus
Scarus globiceps
27
Scarus
Scarus hypcelopterus
28
Scarus
Scarus koputea
29
Scarus
Scarus longipinnis
30
Scarus
Scarus niger
8 No.
Genus
Spesies
31
Scarus
Scarus oviceps
32
Scarus
Scarus prasiognathos
33
Scarus
Scarus psittacus
34
Scarus
Scarus quoyi
35
Scarus
Scarus rivulatus
36
Scarus
Scarus rubroviolaceus
37
Scarus
Scarus russelii
38
Scarus
Scarus scaber
39
Scarus
Scarus schlegeli
40
Scarus
Scarus spinnus
41
Scarus
Scarus tricolor
42
Scarus
Scarus viridifucatus
43
Scarus
Scarus xanthopleura
44
Scarus
Scarus sp 1 and 2
Secara umum ikan kakatua termasuk ikan karang, sebagian besar ikan karang memiliki tubuh yang kecil, jenis ikan dengan ukuran lebih besar dari 200-300 mm jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton 1992). Ikan kakatua memilik efek positif pada kesehatan terumbu karang (Barclay 2009). Variasi dalam pola dan intensitas warna dipengaruhi oleh sejumlah faktor ekologi termasuk kedalaman, jenis substrat, kekeruhan dan waktu (Venkataramani & Jayakumar 2006).
2.1.3. Kebiasaan makan Ikan kakatua (Scaridae) dapat ditemukan di terumbu karang di seluruh dunia dan sangat terkait erat dengan terumbu karang. Ikan kakatua sangat mendominasi dan menjadi bagian yang paling mencolok dari komunitas ikan herbivora. Dengan demikian, ikan kakatua telah menjadi fokus dari sejumlah studi tentang pentingnya peranan ikan herbivor pada terumbu karang (Bellwood 1994).
9 Semua spesies ikan kakatua adalah herbivor diurnal. Sebagian besar spesies menempati karang dan memakan algae epilithik pendek yang menutupi substrat karang. Pemakan alga dibedakan atas dua kelompok yaitu kelompok excavator dan scraper. Kelompok excavator memiliki rahang yang kuat sehingga dapat menggali substrat dan meninggalkan bekas gigitan pada substrat, sedangkan kelompok scraper tidak memiliki rahang yang kuat dan tidak meninggalkan bekas gigitan pada substrat. Kelompok excavator terdiri dari genus Chlorurus, Bolbometopon, Cetoscarus, dan Sparisoma viride, sedangkan kelompok scraper terdiri dari Scarus dan Hipposcarus (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994). Selain itu, kelompok scraper juga kadang-kadang memakan permukaan pasir di sekitar terumbu karang (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994). Beberapa spesies juga ada yang memakan kotoran karang (Bailey & Robertson 1982 in Bellwood 1994), dan ada juga beberapa keterangan yang menyatakan ikan kakatua ditemukan hidup di padang lamun (Nicholsina, Calotomus, Leptoscarus dan Sparisoma) yang menjadikan lamun sebagai pakan utama, epifit yang terkait, ganggang dan sejumlah besar material anorganik menjadi makanan mereka, sehingga ikan kakatua dapat menghapus sejumlah besar bahan anorganik dan sebagai hasilnya ikan kakatua adalah agen bioeroding yang besar pada terumbu karang. Yang perlu diperhatikan ikan kakatua dapat menyebabkan erosi primer, sedimen ulang dan modifikasi habitat dan telah menjadi fokus dari sejumlah studi terbaru (Bellwood & Choat 1990 in Bellwood 1994). Ikan kakatua (Scaridae) yang menjadikan terumbu karang sebagai habitat dan tempat untuk mencari makan. Menurut Nybakken 1992, interaksi yang terjadi antara ekosistem terumbu karang dan ikan karang adalah: 1. Pemangsaan, yaitu dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni karang, seperti ikan buntal (Tetraodontidae), ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) dan sekelompok omnivor yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan alga di dalam kerangka karang atau berbagai invertebrate yang hidup dalam lubang kerangka. 2. Grazing. Dilakukan oleh kelompok ikan-ikan famili Siganidae, Pomacentridae, Acanthuridae dan Scaridae yang merupakan herbivor grazer pemakan alga
10 sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat terkendali. Ikan herbivor adalah konsumen langsung bagi produsen primer. Proses pemindahan energi dan perpindahan makanan terjadi pada rantai makanan. Melalui proses fotosintesis, produsen primer mengolah nutrien menjadi protein dan gula (sumber energi) untuk digunakan dalam metabolisme dan pertumbuhan. Sumber energi tersebut dibutuhkan oleh herbivor dan karnivor. Terdapat proses-proses penting yang melibatkan ikan herbivor pada ekosistem terumbu karang, yaitu ikan herbivor menghubungkan aliran energi (proses trophodynamic) bagi para konsumen lainnya di dalam ekosistem; ikan herbivor mempengaruhi pola distribusi dan komposisi tumbuhan di dalam lingkungan terumbu karang; interaksi antar ikan herbivor, terutama dari jenis yang bersifat teritori, digunakan sebagai dasar pengembangan model demografi dan tingkah laku ikan karang secara umum. Kebanyakan ikan herbivor menyenangi turf algae sebagai makanannya. Turf algae memiliki ukuran kurang dari 2 cm dan tidak mengandung bahan kiimia yang tidak disukai ikan. Ikan herbivor sangat suka memakan tumbuhan yang kecil ukurannya, strukturnya yang sederhana dan berkumpul (Sale 1991). Aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan menentukan distribusi ikan herbivor. Kelimpahan ikan herbivor menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman air. Ikan herbivor lebih menyenangi daerah dangkal karena aktifitas fotosintesis di daerah tersebut sangat cepat, sehingga selalu tersedia makanan baginya untuk metabolisme dan pertumbuhan (Hakim 2009).
2.1.4. Musim pemijahan Berdasarkan penelitian sebelumnya ikan Calotomus japonicus (Scaridae) pada perairan Semenanjung Nagasaki di Barat Laut Kyushu, Jepang, diketahui musim puncak pemijahan terjadi selama bulan Juli dan Agustus (Kume et al. 2009).
2.2. Alat Tangkap Ikan Kakatua Teknik penangkapan ikan di Indonesia dibagi atas sepuluh jenis alat tangkap yaitu trawl, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul kerang dan rumput laut, muroami, dan alat tangkap
11 lainnya (Sudirman dan Mallawa 2004). Alat tangkap yang banyak digunakan nelayan di Karang Congkak, Kepulauan Seribu khususnya dalam penangkapan ikan kakatua, menggunakan alat tangkap perangkap (bubu dasar) dan jaring. Bubu dasar (perangkap) adalah alat penangkapan ikan yang dipasang tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan mempersulit keluarnya. Alat tangkap bubu dasar merupakan alat tangkap yang terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting), dan anyaman kawat (wire netting). Bentuknya ada yang seperti selinder, setengah lingkaran, empat persegi panjang, segitiga memanjang, dan sebagainya. Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan, selain itu alat tangkap ini biasanya digunakan pada daerah karang. Umumnya bubu yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu badan atau tubuh bubu, lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan, dan mulut bubu (Sudirman dan Mallawa 2004). Alat tangkap selain bubu yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak adalah jaring lingkar (Surrounding Gill Net). Alat tangkap jaring lingkar biasanya digunakan untuk menangkap ikan di daerah lamun, pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dengan jaring, antara lain untuk menghadang arah lari ikan. Agar gerombolan ikan dapat dilingkari atau ditangkap dengan sempurna, maka bentuk jaring sewaktu operasi dapat membentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf V atau U, bengkokbengkok seperti alur gerombolan ikan (Sudirman dan Mallawa 2004).
2.3. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu suhu air, kandungan oksigen terlarut, ammonia, salinitas, dan fotoperiod (panjang hari) serta makanan (Effendie 2002). Faktor yang paling banyak mempengaruhi pertumbuhan adalah jumlah dan ukuran pakan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan pakan yang
12 tersedia, kualitas air terutama suhu, oksigen terlarut, umur, ukuran ikan serta kematangan gonad (Effendie 2002). Ikan kakatua merupakan kelompok dominan dalam hal jumlah dan biomassa dalam perairan dangkal di terumbu karang (Williams & Hatcher 1983, Russ 1984, Choat & Bellwood 1991 in Choat et al. 1996). Ukuran dewasa spesies Scaridae bervariasi yakni di antara 110-1000 mm, meskipun mayoritas terletak dalam rentang 200-500 mm. Perkiraan tingkat pertumbuhan dan rentang hidup merupakan langkah awal yang penting dalam menentukan produktivitas dan tingkat perubahan ikan karang dominan yang tertangkap di beberapa daerah (Wright 1993 in Choat et al. 1996). Sejumlah penelitian telah melaporkan perkiraan tingkat pertumbuhan pada famili Scaridae (Russ & St John 1988 in Choat et al. 1996) dipengaruhi oleh perbedaan habitat (Clifton 1995 in Choat et al. 1996) dan perbedaan jenis kelamin (Warner & Downs 1977, van Rooij et al. 1995 in Choat et al. 1996). Ikan Scaridae berdasarkan salah satu penelitian pada spesies Scarus frenatus dapat mencapai usia maksimum hingga 20 tahun (Hart & Russ 1996 in Choat 1996). Ikan Scaridae jantan (fase terakhir) memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan betina. Kelimpahan ikan Scaridae (Scarus psittacus dan Scarus rivulatus) tidak mengalami tumpang tindih antara fase awal dan fase terakhir. Perubahan jenis kelamin ikan kakatua dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan, akan tetapi setelah mengalami perubahan jenis kelamin rentang kehidupannya relatif singkat. Perubahan jenis kelamin pada fase awal terjadi dalam waktu yang lebih lama dan juga dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan. Perubahan dari betina ke jantan terjadi setelah 3-4 tahun pada tiap spesies (Choat et al. 1996). Penentuan perbedaan jenis kelamin pada ikan Scaridae biasa dinalisis dari panjang ikan. Biasanya ikan jantan memiliki ukuran yang lebih besar dari betina. Diasumsikan pertumbuhan pada ikan betina dan jantan memiliki rentang yang seragam. Ikan jantan dan betina yang sama-sama memiliki umur yang panjang dapat menunjukkan bahwa beberapa betina akan mempertahankan jenis kelamin sepanjang hidupnya. Penyebaran ikan kakatua berdasarkan jenis kelamin didorong oleh tingkat pertumbuhan yang berbeda antara betina dan jantan dengan faktor pentingnya adalah peningkatan pertumbuhan berjalan seiring dengan pergantian jenis kelamin (Choat et al. 1996).
13 Pertumbuhan pada ikan famili Scaridae dalam jurnal El-Sayed et al. (2010), yakni pada tiga spesies ikan kakatua, Hipposcarus harid, Scarus ferrugineus, dan Chlorurus sordidus, di Pantai Timur Laut Merah, Arab Saudi. Ditemukan hubungan antara panjang (L) dan bobot (W). Pertumbuhan ikan betina pada tahap awal adalah yang terendah, diikuti oleh ikan jantan, dan yang terakhir menunjukkan tingkat pertumbuhan tercepat yaitu ikan jantan pada tahap awal fase terminal. Jadi, pada transisi dari tahap awal ke fase terminal ikan jantan dikaitkan dengan peningkatan pertumbuhan.
2.4. Hubungan Panjang dan Bobot Persamaan hubungan panjang bobot ikan dimanfaatkan untuk bobot ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang atau sebaliknya. Selain itu, dapat diketahui juga pola pertumbuhan, kemontokan, dan pengaruh perubahan lingkungan terhadap pertumbuhan ikan (Effendie 2002). Pengukuran panjang tubuh ikan memberikan bukti langsung terhadap pertumbuhan. Peningkatan ukuran panjang umumnya tetap berlangsung walaupun ikan mungkin dalam keadaan kekurangan makanan. Panjang tubuh ikan dapat diukur dengan cara mengamati panjang total, panjang cagak, dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Panjang cagak adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan sampai ujung bagian luar lekukan sirip ekor, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang diukur dari ujung terdepan dari kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggungnya atau pangkal sirip ekor (Effendie 2002). Effendie (2002) menyatakan bahwa jika panjang dan berat diplotkan dalam suatu gambar maka akan didapatkan persamaan W = aLb; W=berat, L=panjang, a dan b adalah suatu konstanta. Nilai b berfluktuasi antara 2,5 dan 4 tetapi kebanyakan mendekati 3 karena pertumbuhan mewakili peningkatan dalam tiga dimensi,
14 sedangkan pengukuran panjang diambil dari satu dimensi. Nilai b yang merupakan konstanta adalah nilai pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Hubungan panjang bobot ikan kakatua spesies Scarus ghobban dalam jurnal Veeramani T et al. 2010 didapatkan persamaan regresi linear log W = -0,7151 + 2,5377 log L (r2 0,9533). Nilai a = -0,7151 dan b = 2,5377, dengan koefisien korelasi lebih besar 0,9. Artinya ikan Scarus ghobban mempertahankan bentuknya sepanjang hidupnya, dengan peningkatan panjang lebih cepat daripada bobot. Nilai b=3 menggambarkan pertumbuhan isometrik, yang akan mencirikan ikan mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah atau pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Nilai b≠3 menggambarkan pertumbuhan allometrik. Jika b<3 menunjukkan pertambahan panjang ikan lebih cepat dari pertambahan berat ikan. Jika b>3 menunjukkan pertambahan berat ikan lebih cepat dari pertambahan panjang ikan (Effendie 2002). Perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh musim, jenis kelamin, area, temperatur, fishing time, fishing vessel dan ketersediaan makanan (Osman 2004 in Lelono 2007).
2.5. Ekologi Ikan Karang Secara Umum Setiap spesies ikan karang memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung ketersediaan makanan dan beberapa parameter fisika seperti kedalaman, kejernihan air, arus dan gelombang. Besarnya spesies yang ditemukan di karang mencermikan habitat tersebut mempunyai kondisi habitat yang mendukung bagi pertumbuhan ikan. Di perairan karang terdapat banyak habitat yang bisa didiami oleh ikan-ikan dibandingkan perairan yang lebih dalam karena tidak terdapat barier untuk berlindung dari arus dan predasi (Allen 1999). Kedalaman perairan untuk ikan karang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: perairan dangkal (0-4 m), intermedit (5-19 m), dan perairan dalam (≥ 20 m). batas kedalaman tersebut dapat berbeda tergantung dari jenis habitat itu dan kondisi perairan laut tersebut. Lingkungan dangkal dicirikan dengan adanya gelombang yang rendah di area yang terlindungi/tertutup seperti pesisir dan laguna. Sebaliknya di luar struktur karang dampak dari gelombang permukaan terkadang dapat mencapai sekitar 10 m. Jenis ikan karang dan terumbu karang yang baik tersedia pada zona perairan intermedit, karena pada daerah tersebut sinar matahari optimal
15 bagi pertumbuhan terumbu karang, gelombang relatif kecil meskipun arus biasanya kencang begitu sebaliknya di perairan dalam. Meskipun beberapa spesies ikan karang mulai berkurang pada perairan dalam tetapi ikan karang yang hidup lebih menarik (Allen 1999).
2.6. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya dan implementasi dari aturan-aturan main di bidang ikan dalam rangka menjamin kelangsungan produktivitas sumber, dan pencapaian tujuan perikanan lainnya (FAO 1997 in Widodo & Suadi 2006). Pengelolaan sumberdaya perikanan saat ini menuntut perhatian penuh dikarenakan oleh semakin meningkatnya tekanan eksploitasi terhadap berbagai stok ikan (Widodo & Suadi 2006). Secara umum tujuan pengelolaan perikanan dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu biologi, ekologi, ekonomi dan sosial, dimana tujuan sosial mencakup tujuan politik dan budaya. Beberapa contoh yang termasuk dalam setiap kelompok tujuan tersebut antara lain menjaga spesies target berada pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin produktivitas yang berkelanjutan, meminimalkan berbagai dampak penangkapan atas lingkungan fisik dan non-target (hasil tangkapan sampingan), memaksimumkan pendapatan bersih bagi nelayan yang terlibat dalam perikanan (tujuan ekonomi) dan memaksimumkan kesempatan kerja bagi yang hidup dari kegiatan perikanan (tujuan sosial) (Widodo & Suadi 2006).
3. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Pulau Seribu Utara, DKI Jakarta (Gambar 2) pada kedalaman 0-2 meter. Daerah pengamatan atau pengambilan contoh dilakukan di daerah sekitar karang dan sekitar lamun.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua dilakukan selama 3 bulan (Maret 2011-Mei 2011). Pengambilan data primer dilakukan berupa pengukuran panjang dan bobot ikan yang ditangkap di perairan dangkal Karang Congkak dengan interval waktu pengambilan dua kali dalam sebulan.
3.2. Alat dan bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah bubu dasar, jaring insang, penggaris 30 cm dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan digital dengan
17 ketelitian 0,01 gr, alat bedah 1 set, alat tulis, snorkle, tisu, dan kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kakatua. Penggunaan alat tangkap bubu dan jaring dilakukan oleh nelayan untuk mendapatkan ikan kakatua, kedua alat tangkap ini digunakan pada kedalaman yang berbeda (0-2 m) tergantung dari kebiasaan nelayan menangkap ikan. Alat tangkap bubu biasanya disimpan di antara karang mati dan di sekitar lamun, dimana kedua habitat tersebut menjadi tempat tinggal ikan kakatua untuk mencari makan dan bersembunyi dari predator, dan alat tangkap jaring digunakan disekitar karang dan lamun, tetapi tidak terlalu dekat dengan karang karena dikhawatirkan akan tersangkut dengan jaring, setelah tertangkap ikan kakatua diukur panjangnya menggunakan penggaris dan bobotnya menggunakan timbangan digital, setelah itu dibedah dengan menggunakan alat bedah untuk melihat gonad ikan kemudian dicatat. Selain itu, dalam menangkap ikan digunakan alat snorkle yang fungsinya untuk melihat gerombolan ikan kakatua yang berada di sekitar tempat penangkapan, sehingga dapat memudahkan dalam menangkapnya, dan juga kamera yang diperlukan untuk dokumentasi selama penelitian.
3.3. Pengumpulan Data Ikan kakatua yang diambil merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan dangkal Karang Congkak. Penangkapan ikan kakatua dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval waktu 2 minggu. Data yang dikumpulkan selama penelitian berupa data primer, yaitu melakukan penangkapan ikan dengan mengikuti nelayan yang kesehariannya menangkap ikan di perairan Karang Congkak. Nelayan yang menangkap ikan kakatua adalah dengan menggunakan alat tangkap bubu dan jaring. Ikan kakatua yang tertangkap dengan bubu dan jaring kemudian dipisahkan untuk diukur panjang dan bobotnya. Panjang ikan kakatua yang diukur adalah panjang total, yaitu panjang ikan dari ujung mulut terdepan sampai dengan ujung sirip ekornya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris panjang 30 cm dengan skala terkecil 1 mm, sedangkan berat ikan kakatua yang ditimbang adalah berat basah total. Berat basah total adalah berat total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya. Dalam hal ini digunakan timbangan digital yang mempunyai skala terkecil 1 gram.
18 Metode yang digunakan dalam penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua adalah pengukuran panjang dan bobot ikan kakatua untuk menduga pertumbuhan populasi dan pola pertumbuhan individu ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak. Selanjutnya digunakan metode pengumpulan data dan informasi lainnya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan nelayan yang menangkap ikan di perairan dangkal Karang Congkak. Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara berupa data unit penangkapan ikan kakatua (pemilik, mesin, kapal, nelayan atau anak buah kapal dan alat tangkap), kegiatan operasi penangkapan, daerah penangkapan, dan biaya operasi penangkapan. Ikan kakatua yang tertangkap difoto untuk keperluan identifikasi. Foto ikan kakatua kemudian disesuaikan dengan foto ikan kakatua yang ada pada literatur untuk mengetahui nama latin dan nama umumnya, adapun buku yang digunakan dalam identifikasi adalah buku yang berjudul A field guide for anglers and divers: Marine fishes of south east Asia, dengan pengarang Allen 1999. Cara identifikasi dengan
morfologi
eksternal
merupakan
cara
yang
paling
efektif
untuk
mengidentifikasi ikan kakatua mengingat pola warna yang mudah hilang jika diawetkan dan struktur tubuh yang mudah membusuk (Bellwood 1994).
3.4. Analisis Data 3.4.1. Komposisi jenis di habitat karang dan lamun Data yang digunakan dalam menentukan komposisi jenis dari kedua habitat karang dan lamun adalah data jumlah tangkapan dari tiap spesies ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan lamun, data jumlah tangkapan tersebut dibedakan berdasarkan spesies ikan kakatua, setelah itu dimasukkan ke dalam diagram pie, kemudian dapat diketahui perbedaan persentase jumlah tangkapan pada tiap spesies ikan kakatua yang tertangkap di habitat karang dan lamun, akan terlihat mulai dari jumlah tangkapan yang paling banyak hingga jumlah tangkapan yang paling sedikit.
3.4.2. Sebaran frekuensi panjang Data yang digunakan dalam menentukan sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan lamun
19 dengan alat tangkap bubu dan jaring pada kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Tahap untuk menganalisis data frekuensi panjang ikan yaitu: a. Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh data panjang total ikan kakatua b. dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang ikan ditetapkan jumlah kelas sebanyak 10 kelas dengan interval sebesar 22 mm. c. Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas. d. Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas. e. Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata-ratakan limit kelas. f. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat beberapa data, diantaranya jumlah puncak yang menggambarkan jumlah ikan yang tertangkap (ekor) dan pergeseran distribusi kelas panjang.
3.4.3. Hubungan panjang bobot Hubungan panjang bobot digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan allometrik (Hile 1936 in Effendie 2002). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan: W=aLb Keterangan: W = berat total ikan (gr) L = panjang total ikan (mm) a dan b = konstanta hasil regresi Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan: Log W = Log a + b Log L Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linier sederhana dengan Log W sebagai ’y’ dan Log L sebagai ’x’. Untuk menentukan bahwa nilai b=3 atau b ≠ 3 (b>3, pertambahan berat lebih cepat dari pada
20 pertambahan panjang) atau (b<3, pertambahan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat) dilakukan uji-t (Walpole 1992), dengan rumus: thitung =
3 Sb
Hipotesa: H0: b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik H1: b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Jika thitung > ttabel maka tolak hipotesis nol (H0), dan sebaliknya jika thitung < ttabel maka terima hipotesis nol (H0).
4. HASIL PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Jenis Ikan Kakatua Ikan karang memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung dari ketersediaan makanan dan beberapa parameter fisika seperti kedalaman, kejernihan air, arus dan gelombang (Allen 1999). Berikut disajikan komposisi jenis ikan kakatua (Scaridae) di perairan dangkal Karang Congkak pada Tabel 2 dan Gambar 3. Tabel 2. Komposisi jenis ikan kakatua Jumlah tangkapan pada sampling ke(ekor) I II III IV V 7 40 25 37 35 23 16 6 14 4 2 9 3 4 6 1 8 0 8 2 0 2 1 5 3 0 3 2 2 1 0 1 0 1 1
Spesies Scarus psittacus Scarus ghobban Scarus rivulatus Scarus frenatus Scarus chameleon Leptoscarus vaigiensis Scarus quoyi
jumlah
∑
144 63 24 19 11 8 3 272
Ikan kakatua yang tertangkap selama sampling 1 hingga sampling ke 5 sebanyak 272 ekor dengan didominasi oleh spesies Scarus psittacus dengan 144 ekor dan Scarus ghobban dengan 63 ekor. Scarus Leptoscarus chameleon vaigiensis 4% 3% Scarus Scarus rivulatus frenatus 9% 7% Scarus ghobban 23%
Scarus quoyi 1%
Scarus psittacus 53%
Gambar 3. Komposisi hasil tangkapan Scaridae
22
Berdasarkan data hasil tangkapan ikan kakatua (Scaridae) didapatkan 7 spesies ikan kakatua dengan persentase terbanyak adalah spesies Scarus psittacus sebanyak 53% dan persentase terendah adalah spesies Scarus quoyi sebanyak 1%. Sebaran habitat spesies dari famili Scaridae di perairan dangkal Karang Congkak termasuk beranekaragam karena terdapat 7 spesies ikan famili Scaridae dari dua genus berbeda. Hal ini sesuai dengan FAO (2001) bahwa ikan Scaridae tersebar secara merata di perairan dangkal sekitar karang dan lamun serta mampu menetap lama di habitat tersebut. Dari ketujuh jenis yang tertangkap dapat dicirikan dari perbedaan warna sisik ikan yang sangat mencolok, perbedaan bentuk mulut dan bentuk ekor. Ikan kakatua merupakan salah satu ikan karang yang memiliki pola warna yang sangat indah, oleh karena itu ikan kakatua dapat dijadikan ikan hias dalam akuarium laut, sehingga mampu memberikan keindahan bagi yang melihatnya. Pada gambar 4 disajikan ikan kakatua yang tertangkap selama penelitian berjumlah 7 ekor spesies:
Mogong iler Scarus psittacus Palenose parrotfish
Mogong lape bataan Scarus ghobban Blue-barred parrotfish
Mogong hijau Scarus rivulatus Surf parrotfish
Mogong kepala besar Scarus frenatus Six-banded parrotfish
Gambar 4. Spesies ikan kakatua yang tertangkap
23
Mogong lepu Leptoscarus vaigiensis Blue-spotted parrotfish
Mogong lape putih Scarus chameleon Chameleon parrotfish
Mogong bendera Scarus quoyi Quoyi’s parrotfish Gambar 4. (Lanjutan)
Perbedaan ketujuh spesies ikan kakatua yang paling mencolok adalah dari mofologi eksternal yaitu pada pola warna. Scarus psittacus memiliki dominan warna hijau muda bercampur abu-abu, Scarus ghobban memiliki dominan warna hijau muda bercampur kuning dan biru, pada tubuhnya terdapat semacam garis dengan warna putih dan di sekitar pipinya terdapat garis warna biru, Scarus rivulatus memiliki warna yang hijau bercampur coklat pada tubuhnya, sirip dorsal dan sirip pektoral memiliki warna hijau, kuning dan biru membentuk garis, dan di sekitar pipi dekat mulut terdapat garis hijau dan kuning, Scarus frenatus didominasi oleh warna merah bercampur hitam, pada tubuhnya terdapat semacam garis dengan warna putih keabu-abuan, Scarus chameleon didominasi warna putih bercampur kuning, Leptoscarus vaigiensis didominasi warna hijau tua bercampur coklat, dan Scarus quoyi memiliki warna merah, coklat, hijuan dan orange pada tubuhnya, sirip dorsal, pectoral, ventral dan anal memiliki warna hijau, biru, dan orange yang membentuk garis, di sekitar pipi dekat mulut terdapat pola warna hijau dan ungu. Scarus rivulatus dan Scarus quoyi memiliki lebih banyak variasi warna dibandingkan spesies yang lain. Pola warna seperti ini akan berubah seiring dengan perubahan jenis kelamin ikan.
24
4.1.1. Berdasarkan habitat Ikan kakatua merupakan salah satu jenis ikan yang banyak ditemukan di sekitar karang dan lamun, sehingga dapat diketahui perbandingan komposisi hasil tangkapan dari habitat karang dan lamun pada Gambar 5.
Scarus chameleo Scarus n frenatus 5% 7% Scarus rivulatus 9%
Scarus ghobban 22%
Scarus Leptoscar quoyi us 1% vaigiensis 4%
Scarus frenatus Scarus 5% rivulatus 7%
(a)
Scarus chameleo n 2%
Scarus quoyi 2%
Lepto scaru s vaigie nsis 0%
(b)
Scarus psittacus 52%
Scarus ghobban 27%
Scarus psittacus 57%
Gambar 5. Komposisi ikan kakatua yang tertangkap, (a) karang dan (b) lamun
Populasi ikan kakatua yang hidup di perairan dangkal Karang Congkak sangat berlimpah, karena di perairan tersebut tersedia dua ekosistem yang dapat menunjang kehidupan ikan-ikan tersebut, sehingga dapat dijadikan tempat mencari makan (feeding ground), daerah asuhan (nursery ground) atau daerah pemijahan (spawning ground). Berdasarkan Gambar 5 diketahui persentase spesies ikan kakatua (Scaridae) pada habitat karang dan lamun. Spesies ikan kakatua yang mendominasi di habitat karang adalah Scarus psittacus dengan persentase sebesar 52 %, kemudian berurut di bawahnya adalah Scarus ghobban sebesar 22 %, Scarus rivulatus sebesar 9 %, Scarus frenatus sebesar 7 %, Scarus chameleon sebesar 5 %, Leptoscarus vaigiensis sebesar 4 % dan terakhir Scarus quoyi sebesar 1 %. Selanjutnya spesies ikan kakatua yang mendominasi di sekitar lamun adalah Scarus psittacus dengan persentase sebesar 57 %, kemudian berurut di bawahnya Scarus ghobban sebesar 27 %, Scarus rivulatus 7 %, Scarus frenatus 5 %, Scarus chameleon dan Scarus quoyi masingmasing sama sebesar 2 %, dan terakhir adalah Leptoscarus vaigiensis sebesar 0 %. Ikan kakatua yang dominan tertangkap pada daerah sekitar karang dan lamun adalah spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Hal ini menunjukkan bahwa
25
spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban masih tersebar banyak di alam dengan memanfaatkan kedua ekosistem karang dan lamun yang ada, sehingga ikan tersebut dapat tertangkap. Secara umum ikan kakatua (Scaridae) banyak tersedia di sekitar terumbu karang dan lamun. Ikan kakatua merupakan pemakan alga pada karang mati atau bebatuan, biasanya hidup di dekat pantai dan perairan yang jernih. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perairan dangkal Karang Congkak merupakan perairan yang masih jernih dan belum tercemar sehingga mempunyai berbagai jenis spesies ikan dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Ikan-ikan yang mendiami perairan dangkal Karang Congkak akan terbantu dengan adanya habitat karang dan lamun yang masih bagus, dapat dijadikan tempat untuk berlindung dari arus, gelombang serta predasi. Keberadaan ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak sangat potensial, karena kedalaman perairan sangat berpengaruh dengan jumlah populasi ikan yang ada, semakin dalam suatu perairan semakin berkurang keanekaragaman hayatinya. Ikan kakatua merupakan ikan herbivor yaitu memakan alga yang menempel pada karang, alga tersebut dapat tumbuh jika mendapatkan sinar matahari yang cukup karena akan terjadi aktivitas fotosintesis yang sangat cepat. Oleh karena itu, ikan kakatua yang termasuk ikan herbivor akan menyukai daerah sekitar terumbu karang yang berada pada perairan dangkal (Hakim 2009). Selain itu, keberadaan ikan kakatua di sekitar lamun juga banyak, yang menjadikan lamun sebagai makanan utama, ganggang dan sejumlah material anorganik juga menjadi makanan ikan kakatua (Bellwood 1994). Jumlah populasi ikan kakatua yang tersebar di perairan dangkal Karang Congkak banyak terdapat di sekitar karang dan lamun, hal ini menunjukkan bahwa pernyataan beberapa literatur yang menyebutkan ikan kakatua banyak terdapat di karang dan lamun benar, karena ikan kakatua menjadikan karang dan lamun sebagai habitatnya, dimana tersedia banyak makanan bagi ikan kakatua dan juga sebagai tempat berlindung dari predasi. Interaksi antara ikan herbivor mempunyai peranan yang penting terhadap penyaluran aliran energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan konsumen lain dalam ekosistem, salah satunya pada ikan karnivor, sehingga akan berlangsung secara terus menerus dalam rantai makanan (Sale 1991).
26
4.1.2. Berdasarkan alat tangkap Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua (Scaridae) di perairan dangkal Karang Congkak menggunakan dua alat tangkap yakni bubu dan jaring. Berikut disajikan persentase jenis spesies Scaridae yang tertangkap dengan alat tangkap bubu dan jaring pada Gambar 6.
Scarus chameleo n Scarus 4% frenatus 7%
Scarus rivulatus 10%
Scarus ghobban 28%
Leptoscar us vaigiensis 4%
Scarus quoyi 0%
Scarus Scarus chameleo n frenatus 5% 7%
Leptoscar Scarus us quoyi vaigiensis 2% 1%
Scarus rivulatus 7%
Scarus psittacus 47%
(a)
Scarus ghobban 16%
(b)
Scarus psittacus 62%
Gambar 6. Komposisi hasil tangkapan ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring
Spesies Scarus psittacus yang tertangkap di perairan dangkal karang Congkak memiliki persentase tertinggi pada kedua alat tangkap yang digunakan yaitu bubu dan jaring. Scarus psittacus yang tertangkap oleh bubu sebesar 47 %, sedangkan yang tertangkap oleh jaring sebesar 62 % dari total keseluruhan jumlah ikan Scaridae yang tertangkap pada masing-masing alat tangkap. Hal ini menunjukkan bahwa populasi ikan Scarus psittacus sangat berlimpah di alam karena paling dominan tertangkap dari seluruh jenis ikan Scaridae yang lain. Spesies Scarus ghobban memiliki persentase tertinggi kedua dari keseluruhan spesies Scaridae yang tertangkap. Scarus ghobban yang tertangkap oleh bubu 28 %, sedangkan yang tertangkap oleh jaring sebesar 16 %. Kedua spesies ini merupakan spesies dominan yang tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak Spesies Scarus rivulatus memiliki persentase tertinggi ketiga dengan jumlah yang tertangkap oleh bubu sebesar 10 % dan yang tertangkap oleh jaring sebesar 7 %. Kemudian ikan Scarus frenatus memiliki jumlah persentase yang sama pada alat
27
tangkap bubu dan jaring yakni sebesar 7 %. Selanjutnya ikan Scarus chameleon memiliki persentase sebesar 4 % yang tertangkap dengan bubu dan 5 % yang tertangkap dengan jaring. Ikan Leptoscarus vaigiensis yang tertangkap dengan bubu sebesar 4 % dan jaring sebesar 1 %. Kemudian ikan Scarus quoyi yang memperoleh tangkapan paling sedikit dari keseluruhan yang tertangkap. Ikan Scarus quoyi yang tertangkap dengan bubu sebesar 0 % dan yang tertangkap dengan jaring sebesar 2 %. Secara keseluruhan ikan kakatua Scaridae mempunyai komposisi hasil tangkapan yang berbeda-beda tiap spesies berdasarkan alat tangkap. Hal ini disebabkan penyebaran ikan tiap spesies berbeda dan jumlahnya juga berbeda, karena semua ikan Scaridae yang tertangkap berada pada perairan dangkal, sehingga perlu mengetahui alat tangkap yang tepat untuk menangkapnya, selain itu perlu diperhatikan mengenai pengaturan penangkapan, perairan dangkal Karang Congkak banyak terdapat karang yang telah rusak dan telah di tumbuhi algae dalam hal ini merupakan makanan ikan kakatua tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari perumbuhan algae yang semakin meningkat dan menyebabkan karang tersebut tidak dapat tumbuh kembali dengan baik, maka hindari penangkapan ikan kakatua di sekitar karang yang telah rusak tersebut agar ikan kakatua dapat terus hidup dan tidak ada yeng tertangkap, sehingga dapat memakan algae yang menempel pada karang dan pertumbuhan karang dapat dikendalikan. Jika dilihat alat tangkap bubu dan jaring yang digunakan keduanya merupakan alat tangkap yang non selektif. Keduanya digunakan dalam waktu yang berbeda. Bubu dapat digunakan oleh nelayan dalam berbagai macam kondisi alam, baik itu sedang angin atau lagi teduh, karena cara kerjanya yang hanya menyimpan di sekitar karang dan lamun kemudian di tinggal, sedangkan alat tangkap jaring hanya bisa digunakan ketika cuaca sedang tenang tidak ada angin kencang, karena pengoperasiannya yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Akan tetapi jika dilihat dari kondisi habitat di perairan dangkal Karang Congkak yang terdapat karang, alat tangkap bubu lebih tepat digunakan dan dapat menangkap ikan kakatua dengan mudah, dibandingkan dengan alat tangkap jaring yang kemungkinan bisa tersangkut di karang, itu sangat menyulitkan nelayan dan membutuhkan waktu lama. Berdasarkan pandangan konservasi yang tentunya melindungi sumberdaya alam yang ada, alat tangkap bubu dirasa lebih tepat digunakan daripada jaring, karena alat
28
tangkap bubu tidak merusak habitat ikan di laut, berbeda dengan jaring yang dapat merusak karang jika tersangkut dan adanya campur tangan manusia, yang tidak menutup kemungkinan akan merusak karang dengan cara menginjaknya pada saat membenahi jaring yang tersangkut.
4.2. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua 4.2.1. Berdasarkan habitat Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang hidup di perairan dangkal Karang Congkak beraneka ragam, dalam penelitian ini akan disajikan hasil tangkapan total ikan kakatua yang berasal dari sekitar karang dan sekitar lamun
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
61
27
20
(a) 55 26 14 2
4
2
3
Selang kelas (mm)
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
seperti pada Gambar 7.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
24 14
11
5
3
1
Selang kelas (mm)
Gambar 7. Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) karang dan (b) lamun
Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang berada di perairan dangkal Karang Congkak dilihat dari dua habitat yaitu karang dan lamun. Ekosistem karang dan lamun sangat mempengaruhi kehidupan ikan-ikan yang ada, biasanya terdapat banyak makanan serta menjadi pelindung bagi predator. Perairan Karang Congkak dihuni oleh banyak spesies ikan dengan sebaran ukuran yang tidak terlalu besar dikarenakan perairannya relatif dangkal. Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat ikan kakatua menyebar di sekitar karang dan lamun dimulai dari selang 79-100 mm sampai selang 277-298 mm. Ikan kakatua yang tersebar di sekitar karang terlihat lebih banyak dan lebih merata pada berbagai ukuran. Ikan kakatua di sekitar karang memiliki frekuensi terbesar pada selang 123-
29
144 mm yaitu sebanyak 61 ekor. Ikan kakatua yang berada pada perairan sekitar karang tersebar secara merata dengan jumlah yang relatif banyak hanya dari selang 79-100 mm sampai 189-210 mm, kemudian pada selang 211-232 mm sampai 277298 mm frekuensi ikan kakatua tidak mencapai 5 ekor pada tiap selang. Ikan kakatua yang tersebar di sekitar lamun memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan ikan kakatua yang tersebar di sekitar karang dan tidak tersebar merata pada tiap ukuran. Ikan kakatua di sekitar lamun memiliki frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm yaitu sebanyak 24 ekor. Sama seperti selang ukuran ikan kakatua yang tersebar di sekitar karang juga memperoleh frekuensi terbanyak pada selang 123-144 mm. Akan tetapi pada selang 79-100 mm, 233-254 mm, 255-276 mm dan terakhir 277-298 mm tidak ditemukan sama sekali ikan kakatua di sekitar lamun, hal ini dikarenakan jumlah ikan kakatua yang tertangkap lebih banyak di sekitar karang dibandingkan di sekitar lamun. Perairan dangkal Karang Congkak dihuni oleh ikan kakatua yang berukuran relatif kecil, dapat diduga perairan dangkal Karang Congkak hanya dijadikan sebagai daerah untuk mencari makan (feeding ground) dan daerah asuhan (nursery ground) khususnya bagi ikan kakatua. Secara umum ikan kakatua memiliki tubuh yang kecil, jenis ikan dengan ukuran lebih besar dari 200-300 mm jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton 1992). Jumlah dan biomassa ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan lamun pada dasarnya bergantung dari ketersediaan makanan, ikan kakatua yang dewasa bervariasi yakni di antara 110-1000 mm, meskipun mayoritas terletak dalam rentang 200-500 mm (Wright 1993 in Choat et al. 1996). Berdasarkan hasil tangkapan di habitat karang dan lamun ikan kakatua yang tertangkap termasuk ke dalam ikan kakatua dewasa karena paling banyak tertangkap pada selang ukuran 100 mm ke atas. Selain itu, ikan kakatua dengan ukuran yang kurang dari 200 mm merupakan ikan kakatua betina, karena ikan kakatua jantan memiliki ukuran yang lebih besar daripada ikan kakatua betina (FAO 2001). Perubahan jenis kelamin ikan kakatua yang disertai dengan perubahan ukuran ikan kakatua menjadi lebih besar dipengaruhi oleh faktor ketersediaan makanan.
30
Ikan kakatua yang merupakan ikan herbivor dapat memakan alga pada karang mati, kotoran karang, memakan permukaan pasir dan ada juga yang menyebutkan ikan kakatua menjadikan lamun sebagai pakan utama. Sehingga jumlah ikan kakatua di sekitar karang dan lamun akan berlimpah. Terkait dengan lamanya ikan kakatua bertambah besar berarti berubah juga jenis kelaminnya dapat terjadi setelah ikan kakatua hidup selama 3-4 tahun (Choat et al. 1996).
4.2.2. Berdasarkan alat tangkap Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang tertangkap dengan menggunakan bubu dan jaring di perairan dangkal Karang Congkak dalam penelitian kali ini
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a) 58 37 24
25 11 2
Selang kelas (mm)
3
2
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
disajikan pada Gambar 8.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
27 29
27 10
6
6
1
1
3
Selang kelas (mm)
Gambar 8. Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua, (a) bubu dan (b) jaring
Penangkapan ikan di perairan harus memperhatikan berbagai macam jenis alat tangkap yang sesuai untuk menangkap ikan. Ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak ditangkap dengan menggunakan bubu dan jaring, sehingga dapat dibandingkan sebaran ukuran ikan kakatua yang tertangkap dengan jaring dan yang tertangkap dengan bubu. Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat sebaran ukuran ikan kakatua yang tertangkap dengan bubu dan jaring di perairan dangkal Karang Congkak dimulai dari selang 79-100 mm hingga 277-298 mm. Ikan kakatua yang tertangkap dengan bubu memiliki frekuensi tertinggi pada selang 123-144 mm sebanyak 58 ekor. Akan tetapi pada selang terkecil 79-100 mm dan yang terbesar 277-298 mm ikan kakatua tidak
31
ada yang tertangkap sama sekali. Hal ini dikarenakan bubu merupakan alat tangkap pasif sehingga ikan-ikan dengan ukuran tertentu saja yang tertangkap sesuai dari mulut bubu. Ikan kakatua yang tertangkap dengan menggunakan jaring memiliki frekuensi terbesar pada selang 145-166 mm sebesar 29 ekor, pada selang 79-100 mm dan 123144 mm ikan kakatua yang tertangkap memiliki jumlah yang sama yaitu 27 ekor. Selang tersebut tidak beda nyata dan cenderung lebih merata dalam menangkap ikan kakatua berdasarkan ukuran. Dapat dilihat alat tangkap jaring mampu menangkap ikan kakatua dengan selang terkecil dan selang yang terbesar, hal ini berbeda dengan alat tangkap bubu yang tidak mampu menangkap ikan kakatua pada selang tersebut. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa alat tangkap jaring ternyata lebih baik untuk menangkap ikan kakatua dibandingkan dengan alat tangkap bubu, karena dengan alat tangkap jaring didapatkan variasi ukuran dari yang terkecil hingga yang terbesar. Akan tetapi, alat tangkap jaring juga memiliki kelemahan yaitu tidak bisa dipakai dalam berbagai kondisi harus melihat cuaca dan keadaan alam, karena apabila kondisi alam sedang tidak baik, nelayan tidak akan melaut dan menggunakan jaring untuk menangkap ikan, berbeda dengan alat tangkap bubu yang dapat ditinggal selama beberapa hari di laut, dengan kata lain tidak memerlukan usaha yang lebih untuk menangkap ikan. Penggunaan alat tangkap ikan kakatua jika dilihat dari segi konservasi yang berarti memperhatikan kesejahteraan sumberdaya ikan beserta habitatnya yakni harus menggunakan alat tangkap yang tidak merusak, dalam hal ini penggunaan alat tangkap bubu lebih baik karena dalam operasi penangkapannya dilakukan dengan pelan-pelan tidak buru-buru yang dapat berakibat pada rusaknya karang oleh injakan kaki nelayan seperti pengoperasian alat tangkap jaring. Sebaran ukuran ikan kakatua yang terdapat pada perairan dangkal Karang Congkak memiliki ukuran yang berbeda-beda, yakni berkisar dari selang 79-100 mm hingga selang 277-298 mm, secara keseluruhan ikan kakatua yang tertangkap di sekitar karang dan lamun serta yang tertangkap dengan alat tangkap bubu dan jaring memiliki frekuensi terbanyak pada selang 123-144 mm. Berdasarkan data tersebut pada perairan ini banyak dihuni ikan-ikan yang relatif kecil, karena dilihat dari sebaran ukuran ikan kakatua yang tertangkap di perairan dangkal lebih banyak pada
32
ukuran kecil. Perairan dangkal (0-2 meter) Karang Congkak diduga menjadi daerah feeding ground atau tempat mencari makan, dan nursery ground atau daerah asuhan, hal ini sesuai dengan pernyataan FAO tahun 2001 bahwa ikan Scaridae termasuk ikan pemakan alga yang berasal dari terumbu karang yang terdapat di perairan tersebut. Selain itu, ikan kakatua mempunyai penyebaran yang tidak luas, kebanyakan mendiami perairan dangkal, ikan kakatua akan mendiami tempat tersebut lebih lama dan populasi sekarang sudah terancam dengan kepunahan (FAO 2001).
4.3. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Kakatua yang Dominan Tertangkap Ikan kakatua yang dominan tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak adalah spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Kedua spesies ini selalu tertangkap lebih banyak dibandingkan spesies Scaridae yang lain. Sebaran frekuensi
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a) 56 28 17
30 10
3
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
Scarus psittacus dan Scarus ghobban disajikan pada Gambar 9.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
17 6
Selang kelas (mm)
4
24 8
2
1
1
Selang kelas (mm)
Gambar 9. Sebaran frekuensi panjang, (a) Scarus psittacus dan (b) Scarus ghobban
Penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ikan kakatua (Scaridae) di perairan dangkal Karang Congkak menemukan 7 spesies ikan kakatua dengan jumlah tangkapan yang berbeda satu sama lain. Dari ketujuh spesies yang ditemukan terdapat 2 spesies yang selalu didapatkan dengan jumlah yang lebih banyak dari 5 spesies lain yaitu Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Berdasarkan sebaran frekuensi panjang pada Gambar 9 dapat dilihat selang ukuran dari dua spesies dominan tersebut. Scarus psittacus memiliki frekuensi
33
terbanyak pada selang 123-144 mm dengan jumlah 56 ekor, sedangkan Scarus ghobban memiliki frekuensi terbanyak pada selang 145-166 mm dengan jumlah 24 ekor. Selang tersebut menggambarkan bahwa kedua spesies dominan yang tertangkap di perairan Karang Congkak tidak terlalu besar. Hal ini menunjukkan keberadaan 2 spesies tersebut di perairan dangkal diduga hanya untuk mencari makan (feeding ground) dan sebagai daerah asuhan (nursery ground). Informasi dari nelayan yang sering menangkap ikan di perairan dangkal Karang Congkak juga menyebutkan bahwa kedua spesies yang tertangkap dengan alat pada saat penelitian merupakan spesies yang biasa nelayan dapatkan dalam jumlah terbanyak dibandingkan dengan spesies kakatua yang lain. Hal ini menunjukkan kedua spesies ikan kakatua yang dominan tertangkap tersebut masih tersedia dalam jumlah banyak di perairan dangkal Karang Congkak. Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang tertangkap pada saat penelitian jika dilihat dari pengamatan visual kedua ikan tersebut berenang bergerombol dengan sesama spesies, sehingga jika dilakukan penangkapan dengan alat tangkap bubu dan jaring ikan yang bergerombol tersebut akan tertangkap bersama-sama, karena berada pada tempat dan waktu yang sama saat dilakukan penangkapan. Hal ini berbeda dengan kelima spesies ikan kakatua yang lain cenderung terlihat berenang tidak terlalu banyak di perairan dan populasi spesies tersebut tidak sebanyak Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Secara keseluruhan famili Scaridae merupakan ikan yang hidup bergerombol di sekitar karang dan lamun pada perairan dangkal, dengan ukuran yang relatif kecil agar tubuh ikan dapat menyesuaikan diri untuk masuk ke celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton 1992).
4.4. Sebaran Frekuensi Panjang Spesies Ikan Kakatua Dominan 4.4.1. Berdasarkan habitat Ikan kakatua yang ada di perairan dangkal Karang Congkak hidup di daerah sekitar karang dan lamun dan menyebar berdasarkan ukuran yang berbeda-beda. Sebaran frekuensi panjang ikan kakatua yang dominan yaitu Scarus psittacus dan
34
Scarus ghobban. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus berdasarkan habitat
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a) 41 27 17 16
8
2
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
karang dan lamun disajikan pada Gambar 10.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
12 15
Selang kelas (mm)
3
2
1
Selang kelas (mm)
Gambar 10. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) karang dan (b) lamun
Ikan Scarus psittacus yang tertangkap di sekitar karang dan lamun jumlahnya berbeda dan memiliki selang yang berbeda juga. Ikan Scarus psittacus yang tertangkap di sekitar karang sebanyak 111 ekor, sedangkan yang tertangkap di sekitar lamun sebanyak 33 ekor. Sebaran frekuensi terbesar ikan Scarus psittacus yang tertangkap di sekitar karang adalah pada selang 123-144 mm dengan jumlah 41 ekor, sedangkan frekuensi terbesar yang tertangkap di sekitar lamun adalah pada selang yang sama 123-144 mm dengan jumlah 15 ekor. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan terhadap ukuran ikan Scarus psittacus yang hidup di sekitar karang dan lamun, karena memiliki frekuensi yang terbesar pada selang ukuran yang sama, akan tetapi ikan Scarus psittacus pada selang 79-100 mm tidak tertangkap sama sekali di sekitar lamun, sedangkan di sekitar karang pada selang tersebut mendapatkan jumlah 17 ekor. Perbedaan selang ukuran ini menunjukkan bahwa ikan Scarus psittacus yang hidup di sekitar karang mempunyai sebaran ukuran yang lebih beragam dan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan ikan Scarus psittacus yang hidup di sekitar lamun. Berdasarkan literatur menyebutkan kebiasaan makan dari ikan kakatua famili Scaridae adalah pemakan alga pada karang dan bebatuan, akan tetapi dapat ditemukan juga di sekitar lamun (Allen 1999). Mengingat kedua ekosistem hidup berdampingan dan berdekatan, jadi apabila ikan kakatua yang beredar di sekitar
35
karang juga ditemukan di sekitar lamun dengan variasi ukuran yang bermacammacam. Sebaran ukuran yang tidak terlalu besar pada setiap habitat yaitu karang dan lamun dapat menunjukkan bahwa ikan Scarus psittacus yang ada pada kedua daerah tersebut diduga untuk mencari makan dan menjadikan daerah asuhan saja. Karena berdasarkan literatur secara umum ikan karang berukuran kecil agar tubuhnya dapat berlindung di celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun (Wooton 1992). Besarnya ukuran ikan juga dipengaruhi oleh kedalaman perairan, karena berdasarkan pengamatan visual ikan-ikan yang mendiami perairan dangkal relatif berukuran lebih kecil daripada ikan-ikan yang mendiami perairan yang lebih dalam. Berdasarkan informasi nelayan juga menyebutkan ikan kakatua yang terdapat pada habitat karang dan lamun di perairan dangkal Karang Congkak memiliki ukuran yang relatif kecil. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban di sekitar karang dan lamun
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a)
6
3
11
16 7
2
1
1
Selang kelas (mm)
frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
disajikan pada Gambar 11.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
1
6
8
1
Selang kelas (mm)
Gambar 11. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) karang dan (b) lamun
Ikan Scarus ghobban yang tertangkap di sekitar karang dan lamun juga mempunyai perbedaan ukuran. Ikan Scarus ghobban yang ditemukan di sekitar karang sebanyak 47 ekor dan di sekitar lamun ditemukan sebanyak 16 ekor dengan selang yang ukuran yang berbeda-beda. Ikan Scarus ghobban yang ditemukan di sekitar karang memiliki frekuensi terbesar pada selang 145-166 mm dengan jumlah 16 ekor dan yang ditemukan di sekitar lamun memiliki frekuensi terbesar pada selang 145-166 mm dengan jumlah 8
36
ekor. Kedua habitat karang dan lamun sama-sama menjadi tempat hidup bagi ikan Scarus ghobban yang memiliki ukuran kecil, karena perairannya relatif dangkal sehingga tidak ditemukan ikan Scarus ghobban yang berukuran besar. Ikan Scarus ghobban dengan selang terkecil yaitu 79-100 mm tidak ditemukan di sekitar lamun melainkan ditemukan di sekitar karang dengan jumlah 6 ekor. Hal ini menunjukkan ikan Scarus ghobban yang hidup di sekitar karang lebih bermacam-macam ukurannya, sama seperti Scarus psittacus yang ditemukan di sekitar karang juga beragam ukurannya. Selain karena jumlahnya yang lebih banyak di karang daripada di lamun, distribusi ikan kakatua dipengaruhi oleh kedalaman perairan. Penelitian ini juga menemukan ikan kakatua banyak ditemukan di perairan dangkal dengan ukuran relatif kecil dan hidup di sekitar karang dan lamun. Ketersediaan makanan di sekitar karang dan lamun lebih banyak daripada perairan yang tidak ada karang dan lamun. Apalagi ikan kakatua termasuk ikan pemakan alga yang ada di karang mati. Berdasarkan sebaran frekuensi panjang yang dibedakan atas habitat dan alat tangkap, frekuensi terbesar ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban ditemukan pada selang 123-144 mm dan 145-166 mm, hal ini dapat menunjukkan dari semua hasil penelitian tersebut ikan kakatua yang tersebar di perairan dangkal Karang Congkak memiliki ukuran yang relatif kecil, karena berdasarkan literatur secara umum ikan karang berukuran kecil, jenis ukuran yang lebih besar dari 200-300 mm jarang ditemui. Hal ini memungkinkan mereka berlindung di celah-celah sempit karang, lubang, cekungan dan di antara daun-daun lamun. Adaptasi lain yaitu bentuk tubuhnya cenderung disesuaikan agar bisa berlindung di dasar perairan (Wooton 1992). Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang ditemukan merupakan ikan kakatua yang dominan ditemukan, jumlah tangkapannya pun berbeda jauh dengan spesies ikan kakatua yang lain. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang banyak ditemukan tersebut keberadaan populasinya masih berlimpah di alam khususnya perairan dangkal Karang Congkak, oleh karena itu perlindungan spesies ikan kakatua dengan intensitas penangkapan yang tidak terlalu banyak dan membiarkan ikan kakatua berukuran kecil dapat tumbuh besar terlebih dahulu, dengan demikian kelangsungan hidup terumbu karang dapat terjaga yang merupakan
37
habitat bagi ikan kakatua karena persaingan hidup dengan algae sebagai makanan ikan kakatua dapat terkendali.
4.4.2. Berdasarkan alat tangkap Ikan kakatua yang tertangkap pada saat penelitian dengan menggunakan bubu dan jaring menunjukkan ukuran yang beragam, terutama spesies dominan yang
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a) 35 19
12
7
3
Selang kelas (mm)
Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
tertangkap. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus disajikan pada Gambar 12.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
17
21 18 9
3
Selang kelas (mm)
Gambar 12. Sebaran frekuensi panjang Scarus psittacus, (a) bubu dan (b) jaring
Populasi ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak sangat berlimpah, selain itu sumberdaya ikan yang lain juga sangat banyak, sehingga banyak nelayan yang menangkap ikan di perairan Karang Congkak. Nelayan Karang Congkak pada umumnya menggunakan alat tangkap bubu, jaring dan pancing. Karena ikan kakatua tidak bisa dipancing, nelayan mendapatkan ikan kakatua dari hasil bubu dan jaring, mengingat ikan kakatua bukan termasuk tangkapan utama melainkan sebagai tangkapan tambahan atau sampingan. Ikan kakatua yang dominan tertangkap pada perairan dangkal Karang Congkak adalah Scarus psittacus dan Scarus ghobban. Alat tangkap bubu yang menangkap spesies Scarus psittacus selama penelitian berjumlah 76 ekor dan Scarus psittacus yang tertangkap oleh jaring berjumlah 68 ekor. Ikan Scarus psittacus yang tertangkap oleh bubu mempunyai frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm dengan jumlah 35 ekor, sedangkan pada selang 79-100 mm tidak ada ikan Scarus psittacus yang tertangkap. Kemudian ikan Scarus psittacus yang tertangkap dengan
38
jaring memiliki frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm dengan jumlah 21 ekor, sedangkan pada selang terkecil yaitu selang 79-100 mm ikan Scarus psittacus yang tertangkap mencapai 17 ekor. Berdasarkan kedua hasil sebaran frekuensi panjang ikan Scarus psittacus yang tertangkap dengan bubu dan jaring terdapat perbedaan, yaitu pada selang terkecil alat tangkap bubu tidak dapat menangkap ikan Scarus psittacus, akan tetapi alat tangkap jaring mampu menangkapnya. Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap jaring lebih baik dalam menangkap ikan khususnya ikan Scarus psittacus, karena alat tangkap jaring mampu menangkap ukuran ikan yang paling kecil dari ikan contoh yang didapat. Alat tangkap jaring yang menangkap ikan scarus psittacus dengan selang terkecil dapat membantu penelitian untuk melihat sebaran populasi ikan di perairan dangkal Karang Congkak, sehingga kedepannya lebih mempersiapkan alat tangkap jaring dengan berbagai ukuran mata jaring. Ikan kakatua yang hidup bergerombol untuk mencari makan dapat tertangkap dengan jaring karena dengan menebar di tempat yang banyak ikan dapat menangkap ikan yang lebih banyak dengan berbagai ukuran, akan tetapi harus memperhatikan kehidupan habitat tempat ikan tersebut tinggal, jangan sampai rusak terkena jaring. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu dan
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(a) Frekuensi (ekor)
Frekuensi (ekor)
jaring disajikan pada Gambar 13.
15 17 3
7
2
Selang kelas (mm)
1
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(b)
6
1
2
6
1
1
Selang kelas (mm)
Gambar 13. Sebaran frekuensi panjang Scarus ghobban, (a) bubu dan (b) jaring
39
Alat tangkap bubu dan jaring yang mendapatkan ikan Scarus ghobban mempunyai jumlah yang berbeda dengan sebaran ukuran yang beragam. Alat tangkap bubu mendapatkan Scarus ghobban sebanyak 45 ekor, sedangkan alat tangkap jaring mendapatkan 17 ekor. Kedua alat tangkap tersebut memperoleh selang ukuran yang berbeda-beda. Ikan Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu memiliki frekuensi terbesar pada selang 145-166 mm, sedangkan Scarus ghobban yang tertangkap oleh jaring memiliki frekuensi terbesar pada selang 79-199 mm dan 145-166 mm dengan jumlah tangkapan sebanyak 6 ekor. Berdasarkan data tersebut ikan Scarus ghobban mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Perbedaannya terdapat pada alat tangkap yang menangkap ikan tersebut, alat tangkap bubu tidak dapat menangkap selang ukuran yang terkecil, sedangkan alat tangkap jaring mampu mendapatkan ikan Scarus ghobban pada selang terkecil. Hal ini menunjukkan alat tangkap jaring lebih baik karena mampu mendapatkan ikan Scarus ghobban dengan ukuran yang paling kecil. Ikan kakatua bukan merupakan ikan yang menjadi tangkapan utama bagi nelayan, akan tetapi dengan melihat populasinya yang melimpah di alam harus diperhatikan pengelolaannya agar tidak mengalami kepunahan. Penyebaran ikan kakatua spesies Scarus ghobban di perairan dangkal Karang Congkak memiliki selang ukuran yang tidak terlalu besar, karena dengan melihat hasil tangkapan nelayan yang menangkap ikan kakatua jenis Scarus ghobban juga menangkap dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang tertangkap dengan bubu dan jaring mempunyai perbedaan pada frekuensi selang yang tertangkap. Ikan Scarus psittacus mendapatkan frekuensi terbesar pada selang 123-144 mm, sedangkan ikan Scarus ghobban mendapatkan frekuensi terbesar pada selang 79-100 mm dan 145166 mm, masing-masing pada setiap alat tangkap. Kedua spesies ikan kakatua yang dominan tersebut tidak tertangkap pada selang yang terkecil dengan menggunakan bubu, akan tetapi dengan menggunakan jaring keduanya dapat tertangkap. Hal ini menunjukkan dari ukuran terkecil kedua ikan kakatua yang dominan tersebut, hanya tertangkap dengan jaring, akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah tangkapan, alat tangkap bubu lebih banyak
40
menangkap, dikarenakan perbedaan effort penangkapan, karena pada saat penangkapan di awal penelitian, alat tangkap jaring tidak sering digunakan mengingat kondisi alam yang tidak baik dengan besarnya angin, setelah itu, ketika penelitian akan berakhir kondisi alam sudah membaik sehingga memungkinkan untuk menggunakan jaring.
4.5. Hubungan Panjang Bobot Hubungan panjang bobot ikan betujuan untuk melihat pola pertumbuhan ikan dengan parameter panjang dan bobot, dengan kata lain hubungan panjang-bobot digunakan untuk menduga bobot melalui panjang atau sebaliknya. Analisis hubungan panjang bobot menggunakan data panjang total dan bobot basah ikan kakatua yang dominan untuk melihat pola pertumbuhan ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak. Hubungan panjang bobot disajikan pada Gambar 14.
(a) W= R² = 0,962058 r = 0,9808
(b)
250
0,000026L2,925261
0,000029L2,887394
W= R² = 0,931851 r = 0,9653
200
Berat (gr)
Bobot (gr)
160 140 120 100 80 60 40 20 0
150 100 50 0
0
50
100
150
200
250
0
Panjang (mm)
100
200
300
Panjang (mm)
Gambar 14. Hubungan panjang-bobot, (a) Scarus psittacus (b) Scarus ghobban
Berdasarkan hasil analisis regresi hubungan panjang-bobot ikan kakatua (famili Scaridae) yang dominan tertangkap, yaitu spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban diperoleh persamaan pada Scarus psittacus adalah W = 0.000026 L 2,9252
, dan persamaan pada Scarus ghobban adalah W = 0,000029 L
2,8873
dengan
nilai b sebesar 2,9253 dan 2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan kakatua spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban memiliki pola pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan bobot (Effendie 2002).
41
Pola pertumbuhan ikan kakatua spesies Scarus psittacus di perairan dangkal Karang Congkak sesuai dengan pola pertumbuhan Scarus psittacus di perairan Pantai Tenggara Nagapattinam, India, dengan nilai b sebesar 2,9. Kemudian pola pertumbuhan Scarus ghobban berbeda dengan pola pertumbuhan Scarus ghobban, juga dalam literatur yang sama, diperoleh hasil bahwa peningkatan panjang lebih cepat daripada bobot tubuh (Veeramani T et al. 2010). Perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh musim, jenis kelamin, area, temperatur, fishing time, fishing vessel dan tersedianya makanan (Osman 2004 in Lelono 2007). Hal ini dapat diduga juga bahwa perbedaan nilai b dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah dan variasi ukuran ikan yang diamati, karena jumlah ikan kakatua yang diamati tidak terlalu banyak.
4.6. Implementasi Untuk Pengelolaan Ikan Kakatua (Famili Scaridae) Pengelolaan sumberdaya ikan kakatua (Scaridae) untuk mencegah terjadinya kepunahan ikan kakatua adalah dengan perlindungan habitat. Ikan kakatua yang tertangkap pada saat penelitian berada di sekitar karang dan lamun yang merupakan tempat mencari makan ikan yang hidup di perairan dangkal. Selain itu, ikan kakatua yang tertangkap memiliki ukuran yang relatif kecil. Ukuran ikan kakatua yang masih kecil lebih baik dibiarkan hidup di alam, untuk memberikan kesempatan kepada ikan kakatua yang berukuran kecil tersebut agar dapat memijah, sehingga dalam hal ini harus diperhatikan pengaturan alat tangkap yang lebih cocok. Perlindungan spesies dapat ditekankan pada pengaturan penangkapan. Kebanyakan nelayan Karang Congkak menangkap ikan kakatua di daerah terumbu karang yang rusak, seharusnya kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan karena ikan kakatua yang hidup di sekitar karang yang rusak akan membantu pertumbuhan kembali karang tersebut, karena alga yang menempel di karang akan habis dimakan oleh ikan kakatua sehingga pertumbuhan karang dapat dikendalikan karena tidak dipenuhi dengan alga. Perairan dangkal Karang Congkak mendapatkan cahaya matahari yang langsung mengenai karang yang ada di tempat tersebut, aktivitas fotosintesis sangat cepat sehingga selalu tersedia makanan untuk ikan kakatua (Hakim 2009). Selain itu, campur tangan dari Pemerintah Daerah Administrasi Kepulauan Seribu sangat diperlukan, dengan operasi rutin untuk mengawasi berbagai aktivitas
42
manusia di sekitar perairan dangkal Karang Congkak, sehingga berbagai bentuk kegiatan yang dapat merusak biota harapannya dapat dicegah, karena rusaknya alam, punahnya biota, dan bencana alam lainnya kebanyakan adalah ulah manusia yang tidak memperhatikan kelangsungan hidup agar tetap lestari. Daerah perairan dangkal Karang Congkak banyak ditemukan nelayan yang menangkap ikan dari berbagai daerah di Kepulauan Seribu. Karena berdasarkan informasi perairan dangkal Karang Congkak masih merupakan tempat yang sesuai untuk hidup berbagai biota perairan, dengan kejernihan air, hamparan karang dan lamun yang masih baik. Oleh karena itu ikan-ikan masih dapat hidup di perairan dangkal Karang Congkak dengan kondisi lingkungan yang masih baik. Mengenai pengelolaan ikan kakatua yang ada di perairan Karang Congkak harus diterapkan prinsip pengelolaan terpadu yakni pengelolaan habitatnya agar diperhatikan untuk keberlangsungan hidup ikan, perlindungan spesies dengan memperhatikan ukuran ikan kakatua yang tertangkap, dan adanya control dari pihak yang terkait dan kerjasama masyarakat di sekitar perairan Karang Congkak. Keterkaitan satu sama lain antara manusia dengan sumberdaya ikan kakatua di laut sangat penting, jika kesadaran manusia akan pentingnya sumberdaya ikan bagi kehidupan yang berkelanjutan, keberadaan jenis tiap spesies ikan akan terjaga dengan baik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Kesimpulan penelitian komposisi jenis dan struktur populasi ini adalah: 1. Komposisi jenis ikan kakatua di perairan dangkal Karang Congkak yang tertangkap ada 7 spesies, berurut dari mulai yang tertangkap paling banyak, yaitu Scarus psittacus, Scarus ghobban, Scarus rivulatus, Scarus frenatus, Scarus chameleon, Leptoscarus vaigiensis dan Scarus quoyi. Ikan Scarus psittacus dan Scarus ghobban yang dominan tertangkap. 2. Ikan kakatua yang tertangkap di perairan dangkal Karang Congkak memiliki struktur ukuran yang terbanyak pada selang 123-144 mm. Ukuran sebesar itu merupakan ukuran ikan kakatua yang sesuai untuk hidup di perairan dangkal, karena mampu masuk ke dalam cekungan, celah-celah karang, dan daun-daun lamun untuk berlindung dari predator. 3. Pola pertumbuhan dengan melihat hubungan panjang-bobot ikan kakatua (Famili Scaridae) yang dominan tertangkap, yaitu spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban diperoleh persamaan pada Scarus psittacus adalah W = 0.000026 L 2,9252
, dan persamaan pada Scarus ghobban adalah W = 0,000029 L 2,8873 dengan
nilai b sebesar 2,9253 dan 2,8873, kemudian setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan kakatua spesies Scarus psittacus dan Scarus ghobban memiliki pola pertumbuhan isometrik, artinya pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan bobot.
5.2. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian yang mengkaji aspek reproduksi ikan kakatua terkait dengan ikan kakatua yang termasuk ikan hermafrodit protogini, dan memiliki dua fase untuk memijah, yaitu fase inisial dan fase terminal. Apabila struktur ukuran ikan kakatua untuk memijah sudah diketahui, selanjutnya dapat di terapkan implikasi untuk pengelolaan dengan acuan dari penelitian ini lebih ditekankan pengelolaan tentang habitat ikan kakatua tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Allen G. 1999. A field guidd for anglers and divers: Marine fishes of south east Asia. Singapore: Periplus edition (HK) Ltd. 292 p. Bellwood DR. 1994. A phylogenetic study of the parrotfishes famili Scaridae (pisces: Labroidei), with a revision of genera. Department of Marine Biology. James Cook University of North Queensland, Townsville. Qld 4811. Australia. 86 p. Barclay JL. 2009. A survey of Scaridae on champagne marine reverse, dominica wi. Department of Wildlife and Fisheries Sciences. Texas A&M University. College station, TX 77840. 7 p. Choat JH, Axe LM & Lou DC. 1996. Growth and longevity in fishes of the family Scaridae. Department of Marine Biology. James Cook University, Townsville. Queensland 4811. Australia. Vol. 145: 33-41 p. Effendie MI. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantama. 163 hlm. El-Sayed Ali T, Osman AM, Abdel-Aziz SH, & Bawazeer FA. 2010. Growth and longevity of the protogynous parrotfish, Hipposcarus harid, Scarus ferrugineus and Chlorurus sordidus (Teleostei, Scaridae), off the eastern coast of the Red Sea. [FAO] Food and Agriculture Organitation. 2001. The living marine resources of the western central pacific, volume 6 Bony part 4 (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. FAO. Rome, Italy. 3468 p. Kume G, Kubo Y, Yoshimura T, Kiriyama T, & Yamaguchi A. 2009. Life history characteristics of the protogynous parrotfish Calotomus japonicus from northwest Kyushu, Japan. Ichthyol Res. 57: 113-120 p. Lelono TD. 2007. Dinamika populasi dan biologi ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang tertangkap dengan purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi Trenggalek, p.1-11. In: Isnansetyo A, Murwantoko, Yusuf IBL, Djumanto, Saksono H, Dewi IP, Setyobudi E, Soeparno, Prabasunu N, Budhiyanti SA, Ekantari N, Ptiyono SB (editor). Prosiding: Seminar nasional tahunan IV hasil penelitian perikanan dan kelautan 28 Juli 2007. Jurusan Perikanan dan Kelautan. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Nybakken JW. 1992. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. (Alih Bahasa oleh: H.M. Eidman, Koesobiono, D.G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
45 Sale PF. 2002. Coral reef fishes: Dynamics and diversity in a complex ecosystem. ISBN: 0-12-615185-7. San Diego: Academic Press. Sudirman & Mallawa A. 2004. Teknik penangkapan ikan. Rineka Cipta: Jakarta Tomascik T, Mah AJ, Nontji A & Moosa MK. 1997. The ecology of Indonesian seas. The ecology of Indonesian series. Vol VII. Singapura: Periplus Edition Ltd. 1388 p. Veeramani T, Ravi V, Kesavan K, & Balasubramanian T. 2010. Length-weight relationship of parrotfish Scarus ghobban, Forsskal 1775 from Nagapattinam, South East Coast of India. Advances in Biological Research 4 (3): 182-184 p. Venkataramani VK & Jayakumar N. 2006. Biodiversity and biology of marine ornamental reef fishes of gulf of mannar-parrotfishes (family: Scaridae). Fisheries College and Research Institute. Tamilnadu Veterinary and Animal Sciences University. Thoothukudi-628 008. 7 p. Walpole RE. 1992. Pengantar statistic, edisi ke-3 [Terjemahan dari Introduction to statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 515 hlm. Widodo J & Suadi. 2006. Pengelolaan sumberdaya perikanan laut. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 252 hlm. Wooton RJ. 1992. Tertiary level biology: fish ecology. New York: Chapman and Hall. X + 212 p. www.fishbase.org. Family scaridae - Parrotfish. [terhubung berkala]. http://www.fishbase.org/summary/familysummary.php?id=364 [8 Februari 2011]
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Alat yang digunakan selama penelitian
Alat tulis
tisu
snorkle
Timbangan digital
Penggaris 30 cm
Alat bedah
Kamera digital
GPS
48
Lampiran 1. (lanjutan)
Perahu Lampiran 2. Dokumentasi kegiatan penangkapan ikan kakatua
49
Lampiran 3. Data panjang dan bobot ikan kakatua selama penelitian a. Sampling ke-1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama lokal Mogong ijo Mogong ijo Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong kepala gede
spesies Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus frenatus
panjang (mm) 174 138 110 136 132 125 130 162 155 130 165 120 114 150 144 140 144 132 139 154 146 240 132 173 120 177 134 152 140 125 130 145 145
berat (gr) 87,7 44,5 26,9 40,2 38,2 33,1 39,3 82 68,9 37,1 76,1 29,7 267 48,4 46 44,1 50,7 37,2 46,9 57,5 47,7 156,9 38,8 84,4 29,6 81,8 42,7 63,1 43,8 30 33,3 48,4 60,7
50
b. Sampling ke-2 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama lokal Mogong bendera Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler
spesies Scarus quoyi Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus
panjang (mm) 193 155 165 204 192 113 128 184 184 222 115 155 150 137 152 135 130 142 130 135 121 153 163 130 125 117 127 138 117 123 110 115 121 128 131 139 133 124 120 124
berat (gr) 123,6 68,2 83,5 134,5 130,8 24,8 38,3 124 124 213,4 28,7 73,9 63 49,49 63,2 43,4 39,8 49,3 39,6 42,7 26,5 58,5 78,3 41,2 35,9 30,4 35,5 52,6 27,9 32,9 22,3 27,8 35,6 38 40,2 47,7 43,2 36,9 31,8 36,4
51
No 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Nama lokal Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong Iler Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lepu Mogong lepu Mogong lepu Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede
spesies panjang (mm) Scarus psittacus 117 Scarus psittacus 122 Scarus psittacus 110 Scarus psittacus 114 Scarus psittacus 121 Scarus psittacus 122 Scarus psittacus 132 Scarus psittacus 170 Scarus psittacus 170 Scarus ghobban 146 Scarus ghobban 134 Scarus ghobban 160 Scarus ghobban 172 Scarus ghobban 160 Scarus ghobban 172 Scarus ghobban 166 Scarus ghobban 149 Scarus ghobban 137 Scarus ghobban 127 Scarus ghobban 158 Scarus ghobban 152 Scarus ghobban 212 Scarus ghobban 152 Scarus ghobban 158 Scarus ghobban 147 Scarus chameleon 170 Scarus chameleon 170 Leptoscarus vaigiensis 179 Leptoscarus vaigiensis 238 Leptoscarus vaigiensis 238 Scarus frenatus 144 Scarus frenatus 163 Scarus frenatus 152 Scarus frenatus 134 Scarus frenatus 144 Scarus frenatus 139 Scarus frenatus 134 Scarus frenatus 112
berat (gr) 29,3 34,1 25,9 28,4 32,9 36,9 43,2 85,6 85,6 46,6 36,9 94,9 90,9 94,9 90,9 69,7 51,2 44,8 37,1 59,8 55,4 157,6 55,4 59,8 51,2 65,4 65,4 68,8 183 183 62,5 81,2 63,2 118,9 62,5 46,4 42,5 23
52
c. Sampling ke-3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama lokal Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape putih Mogong lepu Mogong lepu
spesies Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus chameleon Leptoscarus vaigiensis Leptoscarus vaigiensis
panjang (mm) 185 205 180 130 130 190 140 135 170 132 114 112 124 126 145 150 114 183 192 133 128 122 128 138 140 145 178 122 158 149 130 177 205 172 190 275 264
berat (gr) 100,6 153 105,3 44,5 42,2 142,5 48,1 45,7 88,9 44,3 25,2 25,1 36,4 35,5 57,7 62 32,3 100,8 104,8 41,6 36,2 33,7 36,2 47,5 54,7 55,6 102,3 32,6 67,4 56 40,3 84,2 134,9 35 96,1 368 266
53
d. Sampling ke-4 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama lokal Mogong bendera Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler
spesies Scarus quoyi Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus
panjang (mm) 208 229 190 189 192 196 160 165 97 94 149 97 157 141 85 125 150 110 104 97 130 100 145 139 155 140 96 95 102 90 105 93 145 175 155 145 132 145 137 156
berat (gr) 154 217,3 133,8 19,9 132 123,8 72,4 78,6 14,3 14,6 58,2 16,6 57,3 51,3 13,1 33,6 56,7 24,5 19,1 17,1 46,9 20,7 60,1 53,3 74,5 55,5 16 14 18 12 14 12 52 106 72 58 44 52 46 70
54
No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Nama lokal Mogong iler Mogong iler Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lepu Mogong lepu Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede Mogong kepala gede
spesies Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus chameleon Scarus chameleon Scarus chameleon Scarus chameleon Scarus chameleon Leptoscarus vaigiensis Leptoscarus vaigiensis Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus Scarus frenatus
panjang (mm) 140 140 193 188 150 139 145 90 96 96 120 139 100 95 91 150 142 133 279 143 180 161 162 180 187 79 85 145 97 95 140
berat (gr) 50 50 116,9 113,8 51,7 44,5 61,2 12 14 14 28 52 14 16 12 58 43,1 34,6 231 43,6 92,4 77,7 92 113,9 132,7 9 10,9 60,7 18,6 20,1 50
55
e. Sampling ke-5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nama lokal Mogong bendera Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong ijo Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler Mogong iler
spesies Scarus quoyi Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus rivulatus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus psittacus
panjang (mm) 240 210 175 160 195 169 200 175 175 140 160 142 139 180 129 138 100 120 130 126 90 90 90 100 104 145 125 180 149 147 149 145 149 124 135 125 90 125 120 90
berat (gr) 246 186 112 132 132 102 186 98 100 48 68 56 52 112 46 46 20 32 50 44 14 14 14 22 26 48 44 60 62 58 58 52 52 38 42 34 14 44 30 12
56
No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Nama lokal Mogong iler Mogong iler Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape bataan Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lape putih Mogong lepu Mogong kepala gede Mogong kepala gede
spesies Scarus psittacus Scarus psittacus Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus ghobban Scarus chameleon Scarus chameleon Scarus chameleon Leptoscarus vaigiensis Scarus frenatus Scarus frenatus
panjang (mm) 155 104 165 145 172 165 290 280 145 147 151 134
berat (gr) 80 22 82 56 88 90 412 412 48 58 70 54
57
Lampiran 4. Komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Famili Apogonidae Asteroidea Atherinidae Balistidae Belonidae Chaetodontidae Crab (Portonidae) Dasyatidae Diodontidae Gerreidae Gobidae Hemiramphidae Labridae Lethrinidae Longilinidae Lutjanidae Monacantidae Mullidae Nemipteridae Pomacentridae Scaridae Scorpaenidae Serranidae Siganidae Terapontidae Total
Jumlah individu 123 1 8 3 2 32 23 1 2 9 2 19 145 64 1 11 37 10 90 76 272 3 23 348 1 1306
58
Lampiran 5. Uji statistik nilai b ikan kakatua yang dominan tertangkap Scarus psittacus
Jumlah tangkapan (n) : 144 ekor Diketahui
: b (nilai pola pertumbuhan Scarus psittacus) : 2,9252, Sbi : 0,0487
Contoh perhitungan : H0 : b = 3 H1 : b ≠ 3 t hitung
| 2,9252 3 | 1,5331 0,0487
ttabel (0.05,143) = 1,9767 thitung < ttabel maka gagal tolak H0. Nilai b = 3 maka pola pertumbuhan Scarus psittacus adalah isometrik.
59
Lampiran 5. (Lanjutan) Scarus ghobban
Jumlah tangkapan (n) : 63 ekor Diketahui
: b (nilai pola pertumbuhan Scarus ghobban) : 2,8874, Sbi : 0,0999
Contoh perhitungan : H0 : b = 3 H1 : b ≠ 3 t hitung
| 2,8874 3 | 1,1263 0,0999
ttabel (0,05 , 62) = 1,9989 thitung < ttabel maka gagal tolak H0. Nilai b = 3 maka pola pertumbuhan Scarus ghobban adalah isometrik.