KOMPONEN UTAMA MANAJEMEN PERKANTORAN
Oleh :
SITTI MARLINA 21311153
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI TIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, kami telah berhasil menyusun makalah yang diberikan oleh dosen mata kuliah Manajemen Perkantoran dengan judul makalah “Komponen Utama Manajemen Perkantoran”. Makalah ini untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan dengan berbagai permasalahan yang ada, pembahasan dan analisa yang telah di tulis dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti bagi siapa saja yang ingin membaca dan memahaminya. Sehingga menjadi manusia cerdas yang terus berkembang dalam hal kemampuan, keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran positif yang kiranya dapat membantu dalam penyempurnaan makalah berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kendari, 21 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................................ ii Daftar Isi ................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C.
Tujuan .................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN A. Komponen Utama Manajemen Perkantoran .......................................... 3-12
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................ 13 B.
Saran ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manajemen kantor adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengelola, merencanakan, dan mengontrol setiap aktivitas kantor, dimana hasil akhir kegiatan kantor ini berwujud pelayanan informasi pada berbagai pihak. Sedangkan beberapa bentuk kegiatan/pekerjaan kantor antara lain: kegiatan catat mencatat, komunikasi, pengumpulan dan penyimpanan informasi (arsip), pelayanan tamu, pelayanan rapat dan lain sebagainya. Dalam proses manajemen, sasaran yang ingin diperoleh adalah tercapainya tujuan secara efisien. Apabila dalam mencapai tujuan tidak sesuai dengan perencanaan dan dalam proses kegiatannya menimbulkan pemborosan tersebut, maka hal tersebut sebaiknya dihindari. Untuk mencegah adanya pemborosan tersebut, maka sumber-sumber daya yang akan dimanfaatkan dalam proses mencapai tujuan itu hendaknya dikelola dengan menerapkan fungsifungsi manajemen. Dalam kehidupan organisasi yang berorientasi pada masa depan, usaha penyelenggaraan kegiatan perkantoran perlu ditangani secara profesiaonal, dalam arti bahwa penyelenggaraan kegiatan perkantoran memerlukan pimpinan dan staff yang mengerti akan tugasnya, bersemangat dalam mengejar prestasi dan seorang karyawan diharapkan dapat mencurahkan perhatiannya secara bersungguhsungguh, dan berusaha untuk dapat mengolah informasi, sehingga dapat menjadi sesuatu yang berdaya guna. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan perkantoran adalah merupakan inti kehidupan organisasi. Maka dari itu penulis dalam makalah ini membahas mengenai komponen utama dalam manajemen perkantoran agar pembaca mendapatkan ilmu dalam hal pengelolaan kantor sehingga mampu mengelola kantor dengan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan serta bisa mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Selain itu bisa mengelola sumber daya manusia.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: 1.
Apa sajakah komponen utama dalam manajemen perkantoran?
C. Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu: 1.
Untuk mengetahui komponen utama dalam manajemen perkantoran
D. Manfaat Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu: 1.
Bagi dosen, dapat mejadikan salah satu bahan acuan untuk pembelajaran
2.
Bagi mahasiswa, dapat memperluas ilmu dan wawasannya mengenai manajemen perkantoran
BAB II PEMBAHASAN
A. KOMPONEN UTAMA MANAJEMEN PERKANTORAN 1.
Fasilitas Fisik a.
Kebutuhan Dasar Tempat Kerja Abraham Maslow, seorang psikologi terkemuka, mengemukakan bahwa rangkaian kegiatan yang diperlukan manusia dalam berinteraksi di rumah, tempat kerja dan lingkungan sekitar yaitu : -
Kebutuhan psikologi dasar manusia untuk bertahan hidup seperti, makanan, air dan tidur
-
Kebutuhan keamananan, meliputi perasaan aman di lingkungan tertentu dimana bisnis harus memastikan adanya rencana dan kebijakan yang mempengaruhi berbagai keadaan yang mungkin terjadi seperti kebakaran, banjir, angin topan atau bahkan kecelakaan yang mungkin terjadi di tempat kerja.
-
Kebutuhan kepemilikan dimana memberikan rasa kekeluargaan dan membuat karyawan merasa sebagai bagian dari tim. Contohnya topi, kaos atau aksesoris biasa digunakan untuk menunjukkan kekompakan group serta identitas personal. Hal lain seperti mengingatkan hari ulang tahun dengana
memberikan
ucapan
selamat
atau
kartu
ucapan
untuk
menanamkan rasa keberadaan dan menciptakan lingkungan dimana produktivitas individu meningkat karena mereka merasa dihargai. -
Kebutuhan penghargaan memberikan rasa pencapaian dan kepuasan pada karyawan. Karyawan teladan, sertifikat penghargaan, ucapan terima kasih di depan umum atas pekerjaan yang terselesaikan dengan baik, merupakan hal positif di lingkungan kerja.
b.
Engineering System dan Service (Merekayasa Sistem dan Layanan) Masyarakat pada umumnya tidak dapat lagi dipenuhi kebutuhannya atas dasar standar pemerintah semata, melainkan telah dituntut adanya kualitas layanan yang ditentukan oleh kebutuhan masyarakat sendiri. Kebutuhan tersebut ditujukan terhadap barang privat maupun terhadap barang publik
dimana barang layanan privat dapat dipenuhi melalui mekanisme pasar, sedangkan barang publik dipenuhi melalui pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah (Lean, lain Mc., 1989: 19). Strategi yang digunakan dalam mereinvensi kegiatan pemerintah dalam pelayanan masyarakat dengan mengunakan 5 strategi yaitu: -
Strategi inti
-
Strategi konsekuensi
-
Strategi pelanggan
-
Strategi control
-
Strategi budaya (Osborn dan plastrik: 1996). Penyelenggaraan pelayanan dipengaruhi oleh 2 orientasi kegiatan
yang terkait dengan kegiatan sosial yaitu adanya:
Value-Rationality, artinya kegiatan ini secara sadar ditentukan melalui nilai-nilai individu demi kepentingan masyarakat.
Instrumental Rationality, artinya bahwa kegiatan yang dilakukan telah memperhatikan, memperhitungkan dan mempertimbangkan maksud, tujuan dan konsekuensinya. (Weber, Harmon & Mayer: 1986: 75) Pelayanan adalah aktifitas/manfaat yang ditawarkan oleh organisasi
atau perorangan kepada konsumen yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki (Daviddow dan Uttal, 1989). Konsumen adalah masyarakat yang mendapat manfaat dari aktifitas yang dilakukan oleh organisasi atau petugas. Karakteristik pelayanan yaitu: -
Pelayanan merupakan suatu produksi yang sifatnya tidak dapat diraba, berbeda dengan barang produksi lain (barang jadi atau barang industri yang berwujud).
-
Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial.
-
Produksi dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata karena pada umumnya kejadianya bersamaan dan terjadi ditempat yang sama (Normann : 1991: 14). Pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sering disebut dengan
pelayanan umum. Menurut Londsdale: 1994, pelayanan umum adalah sesuatu yang disediakan baik oleh organisasi pemerintah maupun swasta.
Menurut Keputusan MenPAN nomor 81 tahun 1993 adalah segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam: pelayanan umum, pelayanan pembangunan, maupun pelayanan administrative (Hoesein, Bhenyamin: 1995). Pelayanan umum berupa: -
Pelayanan fisik, berbentuk jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah sakit dan sebagainya.
-
Pelayanan
non
pemanfaatannya
fisik
merupakan
dinikmati
oleh
pelayanan personal
yang
yang
diberikan
berupa
dan
pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan dan sebagainya. Fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan umum yaitu: -
Environmental service, berupa penyediaan sarana dan prasarana antara lain jalan, jembatan, taman, kebersihan dan sebagainya.
-
Personal services adalah pelayanan langsung pada manusianya antara lain pelayanan pendidikan, kesehatan, keagamaan dan sebagainya.
-
Developmental services, yang bersifat enabling dan fasilitatif atau penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian.
-
Protective services, yang bersifat pemberian pelayanan keamanan dan perlindungan yang dilakukan oleh polisi pamong praja, militer dan juga perlindungan dari bahaya kebakaran, bencana alam dan sebagainya. Dilihat dari jenis pelayanan dalam perspektif structural, pelayanan
terdiri dari: -
Sosial Investment atau pelayanan yang berkaitan dengan investasi sosial. Pelayanan ini mempunyai sifat langsung mendukung akumulasi kapital atau bahkan menyediakan kapital. Pelayanan seperti ini banyak dilakukan dalam lembaga-lembaga perekonomian, misalnya Bank, Pasar Modal dan sebagainya.
-
Social Consumption atau sering disebut dengan pelayanan yang berkaitan dengan barang konsumsi sosial. Dalam hal ini pelayanan bersifat tidak
langsung mendukung akumulasi kapital karena sifat dari pelayanan ini adalah sebagai pengantar atau sarana untuk peningkatan kapital itu sendiri, misalnya dengan menyediakan pelayanan untuk reproduksi tenaga kerja. Sebagai contoh pelayanan hiburan, kesehatan atau pelayanan pendidikan. -
Social security atau sering disebut dengan pelayanan keamanan sosial. Sebagai contoh adanya pelayanan kepolisian.
Pelayanan Umum Sebagai Suatu Sistem Penyediaan pelayanan umum merupakan suatu hasil produksi, yang diproses secara bersamaan, artinya antara produksi dan konsumsi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Disamping itu pelayanan umum merupakan suatu kegiatan individu (seseorang) dalam memenuhi suatu kebutuhannya yang tidak dapat dilakukannya sendiri secara individu. Pelayanan umum dapat dikatakan sebagai suatu sistem. Sistem adalah suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Shrode dan Voich, 1974: 115). Pengertian lain sistem adalah hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur (Awad: 1979:4). Dalam sistem terdapat dua perbedaan pengertian yaitu sistem sebagai metode disebut sebagai perspektif dan sistem sebagai entity atau disebut deskriptif. Kedua pengertian tersebut memiliki ciri yang sama antara lain keduaduanya mempunyai beberapa unsure satu sama lain berhubungan dan satu sama lain bergantung. Perbedaannya adalah sistem sebagai metode atau perspektif mempunyai ciri sebagai alat transformasi dan mempunyai sasaran sedangkan sistem sebagai entity atau deskriptif mempunyai ciri-ciri sebagai transformasi dan tujuan. Contoh sistem sebagai deskriptif adalah ini sebuah mobil, sedangkan mobil tersebut dapat digunakan untuk memberikan layanan transportasi yang ekonomis, hal ini merupakan contoh sebagai perspektif. Sistem dalam pelayanan umum mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan yaitu: N
= Number (jumlah unit)
S
= Size (kemampuan layanan tiap unit)
B
= Boundary (jangkauan layanan)
L
= Location (jarak antar unit)
Ne (Nw)
= Network (hubungan kerja antar unit kerja) Unsur-unsur ini satu sama lain saling berhubungan dan saling
berpengaruh. Misalnya hubungan antara jumlah unit dengan kemampuan layanan, apabila jumlah unit yang dilayani besar (banyak) maka kemampuan layanan setiap unit akan kecil sehingga terjadi hubungan berbanding terbalik. Unsur-unsur yang mempunyai hubungan berbanding terbalik antara lain: hubungan antara Number dengan Size, Location dengan Number. Sedangkan yang mempunyai hubungan linier adalah Location dengan Size dan Location dengan Boundary, Boundary dengan Number dan Number dengan Network (Nw). Sistem ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan pelayanan yang akan dipergunakan yang berkaitan dengan kualitas. Konsep Barang Layanan yang diberikan pada prinsipnya terdapat 2 kategori yaitu (1). barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain akan barang tersebut. Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Barang publik adalah untuk masyarakat secara umum (keseluruhan) sehingga dari semua kalangan dapat menikmatinya. Contoh barang publik ini diantaranya udara, cahaya matahari, papan marka jalan, lampu lalu lintas, pertahanan nasional, pemerintahan dan sebagainya. (2). barang privat (private goods). Kedua barang tersebut pemisahannya sangat ditentukan oleh konsumsi dan produksi dari suatu barang, hal ini akan menyangkut pada pengelolaan barang layanan tersebut di atas (Savas: 1987: 45). Karakteristik dasar pembedaan terhadap kedua jenis barang tersebut adalah barang publik murni biasanya mempunyai 3 karakteristik yaitu: penggunaaannya tidak dimediasi oleh transaksi bersaing sebagaimana barang ekonomi individu biasa, tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian, indivisibly. Karena itu, pihak swasta tidak berkehendak masuk kedalam proses produksi barang publik murni tersebut karena prinsip-prinsip persaingan ekonomi tidak dapat diterapkan sebagaimana biasanya. Sedangkan karakteristik dari barang privat berlawanan dengan barang murni. Kedua kategori dasar barang pelayanan, menunjukkan adanya perubahan terhadap kedua kategori tersebut sehingga menjadi 4 kategori yaitu:
1.
Private goods, barang privat yang digunakan untuk memenuhi kepentingan individu yang bersifat barang privat. Tidak ada konsep tentang penyediaannya, permintaan dan penawaran sangat bergantung pada pasar, produsen akan memproduksi barang permintaan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bersifat sangat terbuka, oleh sebab itu penyediaan layananan barang yang bersifat barang privat ini dapat berlaku pasar, hanya apabila barang privat ini menyangkut kesejahteraan orang banyak, misalnya beras atau
bahan kebutuhan pokok lainnya, maka
pemerintah tidak membiarkan berlakunya pasar secara murni. Contohnya makanan, pakaian, dan tempat tinggal. 2.
Toll goods, barang yang digunakan atau dikonsumsi bersama-sama dengan persyaratan apabila akan menggunakan barang tersebut harus membayar atau ada biaya penggunaannya dan bila tidak membayar maka tidak dapat mengkonsumsinya. Penyediaan barang dapat dengan melalui pasar sebab produsen akan menyediakan permintaan atau kebutuhan barang tersebut. Kuantitas maupun kualitas ditentukan oleh konsumen. Jenis barang seperti ini disebut dengan barang penyediaan dan konsumsi/penggunaannya hampir sama dengan barang privat, penyediaan barang ini di beberapa Negara disediakan oleh Negara dan seringkali menggunakan ukuran pemakaiannya atau dapat dikatakan barang privat tetapi dikonsumsi secara bersama-sama. Contohnya TV kabel, telepon, listrik, pipa air, bioskop dan taman hiburan.
3.
Collective goods, barang ini digunakan/dikonsumsi secara bersama atau kolektif dan penyediaannya tidak dapat dilakukan dengan melalui pasar karena barang ini digunakan secara terus menerus dan secara bersamasama serta sulit diukur berapa besar penggunaan barang ini untuk setiap individu. Dalam penggunaan barang ini apabila penggunaanya diukur secara
ekonomi
selalu terdapat
free
rider
(pembonceng gratis).
Pembonceng gratis yaitu orang yang ikut serta menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa membayar dan tanpa kontribusi secara fair dalam pemenuhan kebutuhannya. Produksi barang kolektif tidak ada yang mau memproduksi
barang ini secara sukarela. Oleh karena itu
penyediaan barang ini dilakukan dengan kontribusi secara kolektif yaitu
dengan menggunakan pajak. Contohnya pertahanan nasional, perlindungan polisi dan kontrol polusi udara. 4.
Common pool goods, jenis barang ini mempunyai karkteristik dimana yang menggunakan barang ini tidak ada yang mau membayar, biasanya digunakan/dikonsumsi secara bersama-sama dan kepemilikan barangnya oleh umum, tidak ada orang yang mau menyediakan barang ini. Oleh sebab itu pemerintah melakukan pengaturan terhadap penggunaannya. Contohnya ikan di laut, dan gas bawah tanah. Terdapat 5 gap/kesenjangan yang menjadi ukuran kepuasan, yaitu:
1.
Gap 1: Tidak Memahami Kehendak Konsumen Gap ini terjadi akibat pihak manajemen tidak dapat merasakan secara tepat apa yang dikehendaki atau menjadi pertimbangan konsumen. Hal ini disebabkan kurangnya “riset konsumen” (masyarakat/pelanggan), kurang interaksi antara manajemen dan konsumen serta terlalu banyak level of management antara managemen puncak dan pelaksana yang berhubungan langsung dengan pelanggan.
2.
Gap 2: Penerapan Standar Kualitas Tidak Tepat Gap ini menunjukkan adanya perbedaan persepsi manajemen dan penetapan spesifikasi standar pelayanan untuk memenuhi kehendak konsumen. Hal ini disebabkan kurang komitmen pelayanan, kurang tepatnya hasil studi kelayakan dan tidak tepatnya standarisasi tugas pelaksanaan pelayanan.
3.
Gap 3: Kurangnya Pemenuhan Pelayanan Gap ini terjadi jika pelaksana tidak mampu menyampaikan pelayanan sebagaimana mestinya seperti yang telah ditetapkan manajemen. Hal ini disebabkan kurangnya pelatihan bagi pelaksana atau beban kerja yang terlalu berat serta peralatan kerja yang kurang tepat.
4.
Gap 4: Pelayanan Tidak Sesuai Dengan Yang Dijanjikan Harapan konsumen juga dipengaruhi oleh janji-janji yang disampaikan pada saat terjadi komunikasi. Gap ini timbul jika pelayanan yang disampaikan ternyata tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini bisa diakibatkan kurangnya komunikasi horizontal antara sesama pelaksana.
5.
Gap 5: Pelayanan Yang Tidak Memuaskan
Terjadi apabila pelayanan yang dirasakan konsumen tidak seperti yang diharapkan. Penyebabnya adalah satu atau lebih gabungan gap-gap yang lain. Gap 5 dapat diukur dengan menggunakan dimensi kualitas layanan yaitu
Tangible, Empathy, Reability, Responsiveness dan Assurance
(Terukur, Empati, Kemampuan ulang, Kemampuan reaksi, dan Jaminan). Kelima dimensi di atas dapat digunakan untuk mengukur kualitas layanan yang diberikan pada pelanggan/masyarakat. Indikator ini juga dapat digunakan sebagai indikator akuntabilitas layanan secara konkret.
c.
Konkret Para psikologi berpendapat bahwa lokasi fisik atau tata ruang tempat orang bekerja mempunyai pengaruh tehadap sikap, produktivitas dan interaksi dengan sekitarnya. Ruang kantor modern saat ini dirancang dan dibangun sesuai dengan pemikiran tersebut dan perkembangan interior ruang serta teknologi alat-alat kantor. Rancangan ruang kantor saat ini mengarah ke „sistem kantor terbuka‟ yang mempermudah komunikasi dan terjalinnya suasana kerja yang harmonis. Human Miller and human Miller Inc., perusahaan perancang kantor yang terkenal taraf Internasional, berkedudukan di Zeeland, Michigan adalah seorang penganjur utama konsep kantor terbuka. Miller menjelaskan bahwa pada mulanya kantor adalah sekumpulan orang yang bekerja dalam satu ruangan yang penuh, memakai pena dan tinta untuk menulis dengan tangan dalam buku-buku besar, para pegawai mengerjakan hitungan yang rumit, tanpa mesin tik dan mesin hitung, meja dan kantor yang seadanya, alat-alat produksi, memiliki sedikit pengertian mengenai pengaruh lokasi serta kenyamanan bagi para personil yang bekerja. Keuntungan yang diperoleh dari sistem ruang kantor yang terbuka adalah: -
Ruang kantor terbuka memungkinkan perubahan terus menerus dengan biaya minimum setelah pola dasarnya diterapkan.
-
Adanya kenyamanan karena sirkulasi udara cukup lancar, penerangan merata, kursi ergonomis dan meja yang enak dipakai memperbaiki semangat kerja dan cenderung menghilangkan sebagian dari perselisihan yang timbul akibat tempat kerja terlalu berdekatan.
-
Arus pekerjaan lebih lancar dan hal-hal yang saling berkaitan dapat ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan dapat dengan mudah beralih dari seksi yang satu ke seksi yang lain.
-
Penyeliaan
lebih
mudah
diadakan
karena
penempatan
penyelia
memungkinkannya melihat apa yang dikerjakan oleh semua pegawai.
Ruang Kantor Yang Produktif Ide dasar untuk ruang kantor agar meningkatkan produktivitas: 1.
Sesuai Image/Citra Usaha Anda Elemen penting dari suatu pemasaran adalah branding dan citra (image) perusahaan Anda. Ketika Anda mengundang klien maupun tidak, desain ruang kantor Anda harus tetap selaras dengan brand produk Anda. Untuk hal tersebut Anda perlu memahami dan menyelami brand Anda. Mempunyai kartu nama mengkilap dan image/citra teknologi tinggi tetapi furniture dan peralatan kantornya kuno akan mempersulit proyeksi brand Anda kepada klien.
2.
Kurangi Kebisingan Suara ribut di ruang kantor Anda akan berdampak terhadap produktivitas. Level kebisingan yang rendah dapat meningkatkan performance kerja Anda. Gunakan karpet, pembatas ruang dan horden untuk mengurangi kebisingan suara. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah lingkungan alami seperti foto keluarga, tanaman dalam ruang untuk mendapatkan oksigen yang segar dalam ruangan, periksa „ergonomics furniture‟ seperti pandangan ke arah monitor harus di bawah level mata, kaki menapak dilantai dengan pas, sandaran kursi yang baik untuk mengurangi sakit pada punggung. Terdapat empat asas pokok penataan ruang kantor yang baik: -
Asas jarak terpendek ialah suatu tata letak ruang kantor yang terbaik dimana memungkinkan proses penyelesaian suatu pekerjaan dapat dilakukan sependek-pendeknya atau dengan waktu yang efektif.
-
Asas rangkaian kerja ialah penempatan para karyawan dan alat-alat kantor yang diurut rangkaiannya agar sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan.
-
Asas penggunaan segenap ruangan ialah asas dimana suatu tata ruang kantor mempergunakan sepenuhnya ruang kantor termasuk di dalamnya secara vertikal ke atas dan ke bawah.
-
Asas perubahan. Perubahan susunan ruang kerja dapat dilakukan apabila tata letak suatu ruang kerja diharuskan untuk berubah karena alasan-alasan 3 hal di atas. Perubahan tata letak kantor dapat digunakan untuk membut suasana baru dalam suatu kantor.
d.
Lingkungan Perkantoran Menciptakan lingkungan kerja dimana karyawan produktif adalah hal penting untuk meningkatkan profit organisasi, korporasi atau usaha kecil. Prinsip-prinsip manajemen yang menyarankan bagaimana, memaksimalkan produktivitas karyawan, menitikberatkan pada dua area penting: motivasi personal dan infrastruktur lingkungan kerja. Untuk memulainya, penting untuk mengenali elemen manusia dalam keterkaitannya dengan tempat kerja.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas dalam makalah ini maka kami menyimpulkan : 1.
Kebutuhan dasar tempat kerja ada tiga yaitu kebutuhan psikologi, kebutuhan keamanan dan kebutuhan kepemilikan.
2. Strategi yang digunakan dalam mereinvensi kegiatan pemerintah dalam pelayanan masyarakat dengan mengunakan 5 strategi yaitu strategi inti, strategi konsekuensi, strategi pelanggan, strategi control, strategi budaya (Osborn dan plastrik: 1996). 3. Barang pelayanan ada dua yaitu barang publik dan barang privat. 4. Penyelenggaraan pelayanan dipengaruhi oleh 2 orientasi kegiatan yang terkait dengan kegiatan sosial yaitu adanya:
Value-Rationality, artinya kegiatan ini secara sadar ditentukan melalui nilai-nilai individu demi kepentingan masyarakat.
Instrumental Rationality, artinya bahwa kegiatan yang dilakukan telah memperhatikan, memperhitungkan dan mempertimbangkan maksud, tujuan dan konsekuensinya. (Weber, Harmon & Mayer: 1986: 75)
5. Ide dasar untuk ruang kantor agar meningkatkan produktivitas:
B.
Sesuai image/citra usaha anda
Kurangi kebisingan
Saran Adapun saran kami kepada pembaca yaitu sebaiknya pembaca membaca dengan saksama mengenai komponen utama manajemen perkantoran agar memahami semua mengenai komponen utama manajemen perkantoran sehingga pembaca bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam dunia perkantoran.
DAFTAR PUSTAKA
Irra Chrisyanti Dewi, S.Pd., M.SM., Manajemen Perkantoran Irma Selvyani Makalah Manajemen Perkantoran.htm PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP Perubahan Paradigma Barang dan Jasa (PublicPrivate Goods).htm