Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
KOMPONEN-KOMPONEN AKREDITASI PROGRAM DIPLOMA VOKASIONAL Abdul Muis Mappalotteng Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM Abstrak Proses akreditasi merupakan penilaian terhadap komponenkomponen yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan program diploma untuk mencapai kualitas pendidikan sesuai dengan standar atau ketentuan yang telah ditetapkan, dan sesuai pula dengan karakteristik program pendidikan diploma. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen kegiatan sehari-hari yang berlaku di setiap lembaga pendidikan. Proses akreditasi program diploma yang dimaksudkan adalah akreditasi terhadap lembaga penyelenggara program diploma tersebut yang meliputi beberapa program studi tingkat diploma satu sampai dengan diploma empat. Kata kunci: Komponen akreditasi, Program Diploma
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan tinggi di Indonesia memiliki dua jalur. Jalur program akademik yang sifat programnya broad-based di mana porsi terbesar adalah basic sciences, yang biasa kita sebut enabling competences. Jalur program pendidikan profesional, di mana pemikiran awalnya dirumuskan sebagai program pendidikan tinggi kejuruan (fachhochschule). Ciri-ciri pendidikan profesional pada hakekatnya adalah penguasaan terapan teknologi yang sudah mapan dan dan terkodefikasi serta kesiapan menyerap teknologi baru, sehingga program pendidikan dan pelaksanaanya selalu mengacu pada standar dan norma-norma industri yang baku. Ini sangat penting karena lulusan program diploma akan melaksanakan pekerjaan yang mengikuti standar dan norma baku atau melakukan tugas yang menuntut standar dan norma baku itu. Sistem Pendidikan dan Pelatihan Nasional tidak mungkin lagi menutup diri dari tekanan kecenderungan pendidikan global, di mana batas-batas
negara akan semakin kabur. Tekanan dari standar kompetensi global akan semakin kuat di mana “mutu nyata“ menjadi indikator utamanya. Pada saat ini sistem pendidikan negara-negara anggota Uni Eropa sedang dalam proses perubahan menuju satu sistem yang diterima oleh semua anggota dalam semangat menuju standar kualitas global. Terjadi pergeseran paradigma pengelolaan perguruan tinggi di Indonesia. Paradigma baru itu mengarah pada pendekatan yang berorientasi pada mahasiswa, dengan penilaian berdasarkan indikator kinerjanya. Arah tema pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia sekarang ini ditujukan pada aspekaspek relevansi, suasana akademik (academic atmospere), manajemen kelembagaan (institusional management), keberlanjutan program (sustainability), dan effisiensi (RAISE). Untuk mendapatkan lembaga pendidikan tinggi yang memenuhi standar tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mendorong penerapan kelima tema tersebut dalam pelaksanaan akreditasi
Abd.Muis M, Komponen-Komponen Akreditasi Program Diploma Vokasional
program dan lembaga perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi (BAN-PT). Pengendalian mutu pendidikan tinggi yang dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dilaksanakan melalui : a. Pengawasan internal yang dilakukan oleh lembaga itu sendiri yang dapat berupa self evaluation yang terprogram. b. Pengawasan luar yang dilakukan oleh lembaga/institusi khusus yang ditunjuk, seperti Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi c. Penyusunan dan penerapan peraturan perundang-undangan yang mengatur atau menetapkan syarat yang harus dipenuhi program-program pendidikan, termasuk program diploma. d. Pemberian kebebasan kepada masyarakat (dunia usaha dan industri) untuk menilai lulusan sebagai produk suatu institusi/lembaga pendidikan. Lulusan yang berkualitas dan memenuhi standar kebutuhan pasar kerja akan memenangkan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan sebaliknya lulusan yang tidak berkualitas akan tersingkir. Pengendalian seperti ini disebut pengendalian dengan mekanisme pasar. e. Pengembangan sistem akreditasi sebagai upaya pengendalian mutu di samping pengendalian yang berdasarkan mekanisme pasar, di mana pada periode tertentu dilakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang berperan penting untuk menentukan kualitas internal lembaga pendidikan itu. Aspek utama yang menentukan kualitas program dan lembaga pendidikan, termasuk proigram pendidikan diploma antara lain adalah : a. Kurikiulum yang berbasis pada hasil (result/outcomes) yang mengacu pada kebutuhan (dimand) b. Tenaga pengajar yang kompeten c. Sumber daya yang tersedia, baik finansial, fisik, maupun teknologi
d. Proses
e. f. g.
pembelajaran yang terpadu dengan sistem jaminan mutu sesuai dengan yang digariskan oleh kurikulum (program-oriented) Sistem pengelolaan dan administrasi yang efektif dan efisien Kualitas peserta didik Hasil pendidikan atau kualitas lulusan.
KOMPONEN-KOMPONEN AKREDITASI Akreditasi program dan lembaga pendidikan diploma dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Visi, misi, sasaran, dan tujuan, mencakup: 1) Rumusan visi program studi yang konsisten dengan visi lembaga. 2) Rumusan misi program studi yang diturunkan dari misi lembaga. 3) Rumusan tujuan program studi yang merujuk tujuan lembaga. 4) Rumusan sasaran program studi yang relevan dengan misinya. Visi sebuah program studi/lembaga perguruan tinggi, dalam hal ini politeknik dengan program D-I, D-II, D-III, dan D-IV, merupakan pernyataan yang berorientasi ke masa depan mengenai gambaran program studi/lembaga perguruan tinggi itu di masa yang akan datang, termasuk pandangan mengenai pendidikan profesi dan masa depannya dengan memperhatikan tuntutan lokal, nasional dan global, serta keseimbangan proporsional antara orientasi produk (product-oriented) dan orientasi layanan/jasa (serviceoriented). Visi mencakup pernyataan mengenai: (a) antisipasi tentang kondisi dan kinerja program studi/lembaga perguruan tinggi yang membaik pada masa yang akan datang; (b) antisipasi tentang kecenderungan perkembangan historis, budaya, dan nilainilai program studi/lembaga perguruan tinggi; (c) kemampuan program studi/lembaga perguruan tinggi yang
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
istimewa; (d) standar yang istimewa yang dilandasi oleh ambisi dan aspirasi positif; (e) rangsangan ke arah inspirasi, antusiasme, dan komitmen yang tinggi; dan (f) mengarah kepada rumusan sasaran dan tujuan yang jelas. Misi program studi/lembaga perguruan tinggi merupakan deskripsi tugas, kewajiban dan tanggung jawab, dan rencana tindakan, yang dirumuskan sesuai dengan visi program studi/lembaga perguruan tinggi, yang akan digunakan sebagai dasar untuk pengembangan program pendidikan/ pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sasaran program studi/lembaga perguruan tinggi adalah rumusan ekspektasi umum dan komprehensif yang akan dipenuhi melalui pencapaian misinya. Tujuan program studi/lembaga perguruan tinggi adalah rumusan hasil khusus yang diharapkan program studi dalam bentuk suatu profil kompetensi yang diharapkan dari lulusan sesuai dengan ke butuhan dan standar yang dituntut oleh stakeholder internal dan eksternal, termasuk tuntutan pasar kerja.
b. Tata pamong (governance), mencakup: 1) Struktur organisasi. 2) Personil beserta fungsi dan tugas pokoknya.
3) Mekanisme tata pamong. Suatu perguruan tinggi harus memiliki suatu sistem pengelolaan program yang memadai, termasuk tata pamong kelembagaan dan aspek sistem kelembagaan lainnya. Perguruan tinggi harus memiliki pedoman tertulis mengenai pengelolaan lembaga dan program. Khusus bagi program Diploma, struktur organisasi hanya terddiri atas unsur pimpinan (direktur), ketua program studi, kepala urusan, dan kepala unit penunjang (perpustakaan, laboratorium, dll). Untuk yang hanya mempunyai satu jurusan dan mahasiswanya relatif sedikit beberapa jabatan yang ada dirangkap oleh unsur pimpinan dalam rangka efisiensi.
Pengelolaan manajerial di dalam suatu akademik (program studi) selayaknya dilakukan melalui sistem perencanaan implementasi, kontrol dan evaluasi. Sistem perencanaan dirancang secara menyeluruh dan meliputi pengembangan institusi, SDM (dosen, mahasiswa, staf), kurikulum, dan lain-lainnya. Perencanaan tersebut dibangun berdasarkan kebutuhan institusi yang merupakan umpan balik (feedback) dari sistem-sistem evaluasi yang diterapkan secara disiplin.
c. Pengelolaan
lembaga (institutional management), mencakup: 1) Kepemimpinan. 2) Perencanaan dan pengembangan program. 3) Pelacakan lulusan. 4) Jaminan mutu program studi dan lembaga perguruan tinggi. 5) Dampak proses penjaminan mutu terhadap pengalaman belajar mahasiswa.
Program pengembangan. Suatu program studi/lembaga perguruan tinggi harus memiliki suatu program pengembangan yang jelas dan komprehensif dalam rangka perbaikan dan peningkatan program. Perencanaan dan pengembangan program dilakukan berdasarkan hasil evaluasi program yang merupakan sumber informasi yang difungsikan untuk mengembangkan program studi dalam mengakomodasikan kemajuan teknologi dan gobalisasi. Program dikembangkan berdasarkan analisis SWOT terhadap informasi yang komprehensif dan relevan yang diperoleh dari evaluasi-diri, evaluasi program dan proses, penilaian kemajuan dan keberhasilan mahasiswa, pelacakan lulusan, dan kepuasan pelanggan (customers’ satisfaction index: CSI). Masukan dari masyarakat dan kajian terhadap kecenderungan pertumbuhan global adalah variabel yang penting untuk dipertimbangkan dalam sistem perencanaanya. Tenure of development mengikuti masa jabatan ketua program studi
Abd.Muis M, Komponen-Komponen Akreditasi Program Diploma Vokasional
yakni 4 (empat) tahun, dan dikembangkan rinciannya dalam setiap tahun.
d. Mahasiswa dan layanan pembimbingan, mencakup: 1) Profil. 2) Sistem seleksi. 3) Pelayanan untuk mahasiswa: - Bantuan tutorial yang bersifat akademik. - Informasi dan bimbingan karir. - Konseling pribadi dan sosial. 4) Keterlibatan mahasiswa dalam berbagai organisasi kemahasiswaan. 5) Kegiatan non-kurikuler. Profil mahasiswa merupakan kepedulian utama suatu program studi/lembaga perguruan tinggi, dan dianggap sebagai indikator penting dari keberhasilan program studi/lembaga perguruan tinggi. Kualitas awal mahasiswa dan kemajuaan hasil belajar yang signifikan pada akhir program menandai kualitas keseluruhan program. Sistem seleksi yang tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan calon mahasiswa yang memenuhi kriteria yang ditetapkan yang telah ditetapkan oleh program studi diploma. Sistem seleksi ini dapat berupa ujian tertulis tentang kemampuan akademik dan profesional, tes psikologis, tes kesehatan, dan seleksi administrasi. Pada dasarnya sistem seleksi diterapkan untuk mendapatkan calon mehesisiwa yang memiliki dasar pengetahuan, minat, dan keterampilan yang siap dikembangkan melalui proses pembelajaran sesuai dengan kuriokulum yang berlaku. Dalam beberapa hal, suatu program studi dapat menerima mahasiswa yang keterampilan dasarnya kurang, tetapi hal itu memerlukan program matrikulasi, agar dasar keterampilan mereka menjadi homogen. Layanan bantuan bagi mahasiswa pada suatu program studi harus penyediakan layanan bantuan yang komprehensif dan seimbang bagi semua mahasiswa yang
mencakup: (a) tutorial akademik, termasuk penyesuaian mahasiswa baru terhadap program pendidikan secara keseluruhan, penyesuaian mahasiswa terhadap mata-mata pelajaran yang dipilihnya dan membantu mahasiswa untuk memiliki keterampilan belajar yang tepat, (b) pemecahan masalah sosial-pribadi, dan penyajian informasi dalam rangka pengembangan karir. Layanan kepada mahasiswa itu dapat diberikan oleh para dosen, terutama dosen pembimbing akademik (dosen PA), sehingga tercipta interasksi yang sehat yang dapat memelihara suasana akademik, dan mendukung keberhasilan proses belajar-mengajar. Keterlibatan mahasiswa dalam berbagai orgenisasi kemahasiswaan, hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan berorganisasi dan menambah wawasan, mahasiswa seyogianya melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan/Profesi, Badan Eksekutif Mahasiswa (BAM), atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Himpunan Jurusan Mahasiswa Jurusan (Profesi merupakan organisasi kemahasiswaan yangn berfungsi membina dan mengembangkan kegiatan penalaran dan perluasan wawasan mehasiswa sesuai dengan minat profesinya. Badan Eksekutif Mahasiswa merupakan lembaga eksekutif mahasiswa yang dipimpin oleh seorang ketua. Unit Kegiatan Mahasiswa merupakan organisasi kemahasiswaan untuk menyalurkan hobi, minat dan bakat mahasiswa dalam bidang olahraga, seni budaya, kerohanian, pramuka, palang merah, cinta alam dan bela negara. Kegiatan non-kurikuler, mengingat keterampilan mahasiswa memerlukan sistem pembelajaran yang maksimal, maka mahasiswa perlu dibina dengan kegiatankegiatan non-kurikuler yang fungsinya untuk memperkaya (enrich) atau memfasihkan keterampilannya. Kegiatan tersebut disajikan di luar kelas dalam suasana informal atau kondisi pembelajaran dimana mahasiswa dapat mengontrol laju pembelajarannya secara mandiri.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
e. Sumber daya manusia (SDM), mencakup: 1) Pengelolaan sumber daya manusia. 2) Ketersediaan dosen, tenaga administrasi, teknisi dan pendukung. 3) Mutu, kualifikasi, dan kesesuaian sumber daya manusia. 4) Kecukupan. 5) Pengembangan staf. 6) Peraturan kerja. 7) Kode etik. Pengelolaan sumbardaya manusia merupakan aspek yang sangat penting dan strategis bagi kelangsungan suatu lembaga pendidikan sebagai lembaga pembweri jasa. Unsur orang (people) yang melaksanakan proses pendidikan akan menentukan kualitas lulusan lembaga pendidikan terlkait. Pengelolaan sumberdaya menusia dimulai dari proses rekrutmen, sistem seleksi, penempatannya pada bidang yang tepat, pengembangan, pembinaan dan penyuluhan staf, sampai pada sistem pemutusan kerja. Dari keseluruhan sistem pengelolaan SDM, pengelolaan dosen mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis, karena dosen harus menguasai dan memahami sasaran dan tujuan program studi, kurikulum, metode pembelajaran dan penilaian serta sandar-sandar yang berkaitan dengan mata kuliah yang diajarkannya. Para dosen harus menyadari kontribusinya terhadap pencapaian sasaran dan tujuan program studi. Dengan demikian dalam sistem pengelolaan sumber daya manusia, unsur dosen harus mendapat perhatian utama, karena melalui dosen, kompetensi, pengetahuan dan keterampilan dapat ditransfer dan ditanamkan kepada mahasiswa. Ketersediaan dosen dan staf administrasi serta tenaga pendukung lainnya minimal harus mengacu kedpada Kepmendiknas No. 234/U/2000 atau Kepdirjendikti No. 108/Dikti.Kep/2001 tentang persyaratan minimal dosen serta kualifikasinya, tenaga administrasi pen unjang akademik serta kualifikasinya, dan
kesesuaiannya dengan keperluan program studi. Melihat rasio muatan perkuliahan antara teori (pengetahuan) dan praktek (keterampilan) pada masing-masing program D-I, D-II, D-III, dan D-IV adalah 20-80, 30-70, 40-60 dan 50-50 maka tenaga dosen yang berfungsi sebagai instuktur pembentuk keterampilan tentunya menempati porsi yang lebih banyak. Kecukupan staf dosen untuk setiap program diploma sekurang-kurangnya merujuk nisbah dosen tetap dengan mahasiswa 1:30 untuk ilmu pengetahuan sosial, dan 1:20 untuk IPA (Kepmendiknas 234/U/2000). Pengembangan staf untuk program diploma seyogianya berorientasi pada peningkatan profesikonalisme dosen, termasuk kegiatan magang pada industri, pengikutsertaan sertifikasi profesi serta pengembangan kualifikasi dan kualitas dosen. Keseluruhannya perlu menjadi komitmen lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan. Peraturan kerja untuk menjamin kelancaran, ketertiban, dan kelangsungan kegiatan belajar-mengajar seyogianya dibuat secara tertulis dan disosialisasikan dengan baik kepada semua pihak terkait untuk kemudian diterapkan dan diawasi pelaksanaannya mengarah kepada pembinaan disiplin kerja semua pihak terkait. Kode etik merupakan unsur penting dalam pendidikan program diploma karena pada hakekatnya program diploma menyiapkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam profesi tertentu. Setiap dosen, instruktur, tenaga administrasi, dan tenaga pendukung lainnya harus memahami dan berusaha menaati kode etik sebagai rule of conduct dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sehingga mampu menjadi panutan peserta didik.
f. Pembiayaan dan sumber dana, mencakup:
1) Pengelolaan
Abd.Muis M, Komponen-Komponen Akreditasi Program Diploma Vokasional
2) 3) 4) 5)
Sumber dana dan pembiayaan Kecukupan Akuntabilitas Auditabilitas
Untuk menjamin keberlanjutannya, program studi harus beroperasi dengan pembiayaan yang memadai, yang disediakan oleh perguruan tinggi terkait dan sumber dana lainnya, seperti industri dan instansi lain yang peduli akan kualitas lulusan yang akan dipekerjakannya. Biaya harus dirancang sesuai dengnan standar finansial yang baku agar memungkinkan tercapainya sasaran dan tujuan program studi/lembaga perguruan tinggi. Biaya tersebut meliputi biaya penyelenggaraan program, pengadaan dan pemeliharaan materi pembelajaran dan fasilitas lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan program. Biaya perkuliahan untuk pengelolaan program Diploma pada umumya diperoleh melalui SPP mahasiswa. Mengingat bahwa pratikum di laboratorium memerlukan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan perkuliahan dalam kelas, maka biaya laboratorium dihitungdan dibayarkan secar terpisah yang meliputi pembelian bahan, perawatan peralatan, kebersihan dan lainlainya. Biaya pratikum khusus dikumpulkan secara khusus pula; misalnya, ke tempattempat tertentu yang dilaksanakan secara insidentil, suatu kegiatan yang tidak dicantumkan dalam kurikulum. Dana pengelolaan dan pengembangan akademik juga dapat diperoleh dari kerjasama lintas institusi ; misalnya, antara perguruan tinggi dengan dunia industri yang menempatkan dirinya sebagai clients/ customers pada perguruan tinggi tersebut.
g. Sarana dan Prasarana (Infrastruktur), Mencakup: 1) Pengelolaan. 2) Ketersediaan dan kualitas gedung, ruang kuliah, lab, perpustakaan, dll. 3) Fasilitas pendukung pembelajaran dan penelitian terapan dan tindakan. 4) Kecukupan.
5) Kesesuaian. Komponen ini mencakup instalasi dan fasilitas pendukung, termasuk gedung, perabotan, perpustakaan, dan sumber serta materi pembelajaran, ruang dosen dan ruang rapat, ruang kelas, studio, laboratorium, bengkel kerja, ruang dan fasilitas serba guna, alat bantu pembelajaran (alat pandangdengar, bahan cetak, elektronik, dan dijital), dan sebagainya. Pengadaan sarana dan prasarana harus konsisten dan relevan dengan sasaran dan tujuan program studi, sesuai dengann tuntutan kurikulum. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana biasanya terpusat pada tingkat univeritas/lembaga perguruan tinggi. Perbagian sumber (resource sharing) antara fakultas, jurusan dan program studi harus ditata secara efektif dan efisien.
h. Kurikulum: rancangan, isi, dan implementasinya, mencakup: 1) Kesesuaian kurikulum dengan visi, misi, sasaran, dan tujuan. 2) Relevansi terhadap tuntutan dan kebutuhan stakeholders. 3) Kompetensi lulusan yang diharapkan. 4) Derajat integrasi materi pembelajaran. 5) Kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdekat dan kepentingan internal lembaga. 6) Mata kuliah pilihan. 7) Skripsi/tesis/disertasi/tugas akhir. 8) Struktur dan isi kurikulum (keluasan, kedalaman, koherensi, penataan/ organisasi). 9) Peluang bagi mahasiswa untuk: melanjutkan studi, mengembangkan pribadi, memperoleh pengetahuan dan pemahaman materi khusus sesuai dengan bidang studinya, mengembangkan keterampilan sesuai engnan norma dan standar-standar baku dunia kerja yang dapat dialihkan (transferable skills), terorientasikan ke arah pekerjaan, pengembangan karir, pemerolehan pekerjaan, dan tuntutan kerja mandiri.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
Dalam pengertian yang luas dan umum, kurikulum berarti keseluruhan program kegiatan dan sumber-sumber yang disediakan untuk pencapaian sasaran dan tujuan suatu program studi, termasuk program belajar-mengajar yang mencerminkan proses pengalihan/ pemerolehan ilmu (tranfer/acquisition of knowledge), pembuktian ilmu (validation of knowledge) dan pengembangan keterampilan (skill development), sumber-sumber, penilaian kemajuan dan keberhasilan mahasiswa (formatif dan sumatif), dan lain sebagainya. Dalam proses pembelajaran dan evaluasi sekaligus tercermin (imbedded) jaminan mutu (QA) untuk mencapai hasil (outcomes) yang diharapkan. Akan tetapi, untuk kepentingan pengamatan dan pengkajian yang spesifik, kurikulum didefinisikan sebagai program pengajaran yang ditawarkan dan dituntut dari mahasiswa untuk mencapai sasaran dan tujuan suatu program studi, dan mencakup struktur serta isi yang dipilih sesuai dengan sasaran dan tujuan program studi. Pada umumnya, perguruan tinggi memiliki kurikulum inti yang bersifat nasional, yang ditetapkan oleh pemerintah. Kenyataannya , tidak semua kurikulum program Diploma telah ditetapkan oleh pemerintah. Kalaupun ada, kurikulum tersebut kurang memberikan ruang bagi pengelola untuk membangun keterampilan akademik yang diharapkan oleh masyarakat. Mengingat bahwa kebutuhan masyarakat sebagai pengguna lulusan perguruan tinggi selalu berubah, maka kurikulum program Diploma diubah, disesuaikan, diperbaiki secara periodik, maksimal setiap 2 (dua) tahun sekali. Masukan informasi untuk perubahan kurikulum dapat dikumpulkan secara internal dari data keefektifan pengelolaan belajar mengajar dan juga secara eksternal dari masukan dunia usaha, industri, atau kelompok masyarakat lainnya. Program Diploma menghasilkan tenaga siap kerja, bukan siap latih, yaitu seorang praktisi yang terampil dan cakap, oleh karena itu harus memiliki visi dengan pengkomunikasikan dan pemahaman yang jelas sehingga menjadi milik seluruh civitas
akdemi dan diwujudkan dalam misi yang dilaksanakan dalam setiap kegiatan. Serta memiliki struktur dan menempatkan orangorang yang mempunyai keahlian sesuai dengan tempatnya yang tepat. Dalam kegiatan belajar mengajar digambarkan bahwa makin tinggi tingkat perbandingan antara teori dengan praktek maka makin nampak keterampilan kemampuan akan penguasaan tugasnya. Pada dasarnya program Diploma adalah program siap pakai sehingga setiap kelompok mata kuliah harus ada kegaiatan laboratorium/praktikum, studi kasus dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dengan perbandingan prosentasi jam pembelajaran teori dan praktek sebagai berikut. Pada Program D-I perbandingan teori dengan praktek adalah 20 : 80 Pada Program D-II 30 : 70 Pada Program D-III 40 : 60 Pada Program D-IV 50 : 50
i. Suasana akademik, mencakup: 1) Ketersediaan sarana
2) 3) 4) 5) 6) 7)
untuk memelihara interaksi dosen– mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kampus, dan untuk menciptakan iklim yang mendorong perkembangan dan kegiatan akademik/professional. Kuantitas kegiatan akademik dosen dan mahasiswa. Kualitas kegiatan akademik dosen dan mahasiswa. Rancangan menyeluruh untuk mengembangkan suasana akademik yang kondusif untuk pembelajaran. Hubungan dosen-mahasiswa. Kegiatan seminar di kampus. Keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan ilmiah.
j. Pembelajaran, mencakup: 1) Mengajar, termasuk: a) Kesesuaian strategi dan metode dengan tujuan b) Relevansi c) Efisiensi dan produktivitas
Abd.Muis M, Komponen-Komponen Akreditasi Program Diploma Vokasional
d) Struktur dan rentang kegiatan mengajar e) Penggunaan teknologi informasi. 2. Belajar, termasuk: a) Keterlibatan mahasiswa. b) Peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan: - Pengetahuan dan pemahaman materi khusus sesuai bidangnya, - Keterampilan umum dan spesifik yang dapat dialihkan (transferable genedric and specific skills), - Pemahaman dan pemanfaatan kemampuannya sendiri, - Kemampuan belajar mandiri, - Nilai, motivasi dan sikap.
k. Fasilitas belajar Media belajar yang paling dominan dalam program pendidikan diploma adalah laboratorium, studio dan bengkel sebagai sarana untuk membentuk keterampilan. Secara fisik, laboratorium/studio/ bengkel merupakan seperangkat alat atau instrumen pembelajaran dalam bentuk rangkaian bangunan. Secara non-fisik, laboratorium/studio/bengkel merupakan seperangkat program kegiatan yang memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan dirinya sendiri dalam rangka membentuk keterampilan. Kelengkapan untuk melaksanakan program kegiatan tersebut dapat berujud buku panduan, modul, buku/lembar kerja dan sebagainya.
l. Penilaian, mencakup: 1) Strategi dan metode penilaian kemajuan dan keberhasilan mahasiswa. 2) Peraturan mengenai penilaian kemajuan dan penyelesaian studi mahasiswa. 3) Penentuan yudisium (pernyataan kualitatif dari hasil belajar seorang mahasiswa pada akhir jenjang pendidikan). 4) Penelaahan mengenai kepuasan mahasiswa (student satisfaction index).
Suatu program studi harus memiliki sistem evaluasi dan penilaian (baik formatif maupun sumatif) yang jelas dan komprehensif yang memungkinkan program studi menilai: sampai dimana tujuan program telah tercapai, sampai di mana program telah memenuhi kebutuhan dan tuntutan para stakeholders (yaitu evaluasi program); sampai di mana efektivitas dan efisiensi proses-proses pendidikan yang dilakukan dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan program (evaluasi proses); dan sampai di mana kualitas hasil yang diperoleh dari pelaksanaan program (penilaian kemajuan dan keberhasilan mahasiswa).
m. Proses pembelajaran, mencakup: 1) Pembentukan/pengembangan kompetensi yang diharapkan. 2) Efisiensi internal dan eksternal. Proses pembelajaran dimaksudkan untuk pembentukan dan pengembangan komptensi yang diharapkan yaitu suatu perpaduan proporsional antara pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kemampuan mempertimbangkan (capacity of judgement), dan ilmu-ilmu pendukung untuk pengembangan bidang studi/profesi yang ditekuni mahasiswa di masa mendatang. Perbandingan prosentase jam pembelajaran antar pengetahuan dan keterampilan untuk program D-I, D-II, D-III, dan D-IV, masingmaqsing sebesar 80-20, 70-30, 60-40, dan 5050. Penempatan pengembangan keterampilan dapat dipisahkan menjadi satuan kegiatan praktikum tersendiri atau dalam mata kuliah lainnya yang diberikan bobot terapan dalam metodologi mengajar yang digunakan. Penempatan pengembangan keterampilan itu pada struktur kurikulum tergantung pada hakikat bidang studi yang dikelola. Sementara itu, tenaga dosen yang difungsikan sebagai pengajar pada perkuliahan tatap muka di dalam kelas adalah tenaga akademik yang mempunyai wawasan/pengalaman lapangan di sektor riil, sehingga dosen itu akan lebih berkualitas . Adapun, mereka yang bertugas untuk membangun keterampilan mahasiswa di laboratorium
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
adalah tenaga profesional yang memiliki keahlian dalam bidamgnya. Kualifikasi akdemik yang dimilikinya tidak harus sarjana; namun, untuk mengontrol kinerja mereka diperlukan seorang Sarjana dengan kualifikasi kedosenan yang memenuhi syarat.
n. Hasil pembelajaran, mencakup: 1) Kompetensi yang dicapai 2) 3) 4) 5)
dibandingkan dengan yang diharapkan. Produktivitas sistem pembelajaran. Data tentang kemajuan dan penyelesaian studi mahasiswa selama sembilan tahun terakhir. Yudisium lulusan. Kepuasan mahasiswa/lulusan.
Kualifikasi lulusan adalah berpengetahuan dan mempunyai keterampilan dalam bidangnya. Pengetahuan difungsikan untuk mengembangkan keterampilan secara mandiri setelah lulus : dan keterampilan adalah kompetensi optimal yang menjadi bekal bagi mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Evaluasi terhadap kinerja lulusan, melalui studi pelacakan terhadap employability/customers’ satisfaction index (CSI) mahasiswa menjadi penting karena hal itu adalah umpan balik yang berharga bagi program studi baik untuk perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) maupun untuk mengembangkan pendidikannya. Kualitas lulusan merupakan salah satu indikator dari keberhasilan program studi. Lulusan harus memenuhi tuntutan kelulusan program studi sesuai dengan sasaran dan tujuannya. Program studi harus memiliki pedoman yang jelas dan operasional serta rencana untuk pelacakan lulusan sebagai cara untuk memperbaiki program secara berkelanjutan, dan untuk memperbaiki kinerja dan profil kompetensi lulusan program studi pada masa yang akan datang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan stakeholders.
Program studi harus memiliki dan dapat menyajikan catatan mengenai mahasiswa dan lulusan yang mencakup: data berkala mengenai mutu kemajuan dan keberhasilan mahasiswa; mutu kinerja dan kompetensi lulusan dibandingkan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan stakeholders, yang ditandai oleh penyerapan lulusan dalam bagian terkait pada pasar kerja; keluhan dan masukan dari masyarakat mengenai kinerja dan kompertensi lulusan; keberhasilan karir lulusan; angka putus kuliah.
o. Penelitian terapan/tindakan dan publikasi, mencakup: 1) Kualitas, produktivitas, relevansi sasaran (diutamakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terumuskan secarea baik (welldefined/closed ended problems), efisiensi pemanfaatan dana. 2) Agenda penelitian, keberlanjutan, diseminasi hasil penelitian. 3) Hubungan pengajaran dan penelitian. 4) Banyak dan kualitas kegiatan penelitian dan publikasi dosen. 5) Kegiatan penelitian bersama dosen dan mahasiswa. 6) Banyak dan kualitas kegiatan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa. 7) Hubungan kerjasama dan kemitraan penelitian dengan lembaga dalam dan luar negeri
p. Pengabdian/pelayanan
kepada masyarakat, yang pada hakekatnya mempunyai “nilai ekonomi langsung), mencakup: 1) Kualitas, produktivitas, relevansi sasaran, efisiensi pemanfaatan dana. 2) Agenda pengabdian/pelayanan kepada masyarakat, keberlanjutan, diseminasi hasil pengabdian/ pelayanan kepada masyarakat yang bersifat terbuka.
Abd.Muis M, Komponen-Komponen Akreditasi Program Diploma Vokasional
3) Hubungan 4) 5) 6) 7)
program pengabdian/ pelayanan kepada masyarakat dengan program penelitian. Pengabdian/pelayanan kepada masyarakat oleh dosen yang berorientasi nilai ekonomi. Kegiatan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat dosen bersama mahasiswa Banyak dan kualitas kegiatan pengabdian/pelayanan kepada masyarakat oleh mahasiswa Kerjasama dan kemitraan dengan lembaga di dalam dan luar perguruan tinggi
menerapkan sistem informasi manajemen untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan program. Sistem informasi manajemen ini harus mencakup pengumpulan, analisis, penyimpanan, pemunculan kembali (retrieval), dan penyajian data dan informasi bagi pihakpihak terkait.
s. Keberlanjutan (Sustainability), mencakup: 1) Pembiayaan 2) Prasarana 3) Ketenagaan 4) Peminat 5) Pasar kerja
q. Sistem peningkatan dan pengendalian mutu, mencakup: 1) Sistem penjaringan calon mahasiswa baru. 2) Pengelolaan mutu secara internal pada tingkat program studi (misalnya kajian kurikulum, monitoring dan mekanisme balikan bagi mahasiswa, dosen dan penguji eksternal). 3) Hubungan dengan penjaminan mutu pada tingkat lembaga. 4) Dampak proses penjaminan mutu terhadap pengalaman belajar mahasiswa. 5) Pengembangan program. 6) Metodologi baku mutu (benchmarking). 7) Penilaian dan pengembangan pranata kelembagaan. 8) Akreditasi/evaluasi eksternal.
r. Sistem informasi manajemen, mencakup: 1) Sarana dan prasarana 2) Tenaga 3) Dana 4) Kesesuaian 5) Kecukupan 6) On-campus connectivity (intranet) 7) Global connectivity (internet) Suatu program studi/lembaga perguruan tinggi harus memiliki dan
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses akreditasi merupakan penilaian terhadap komponenkomponen yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan program diploma untuk mencapai kualitas pendidikan sesuai dengan standar atau ketentuan yang telah ditetapkan, dan sesuai pula dengan karakteristik program pendidikan diploma. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen kegiatan sehari-hari yang berlaku di setiap lembaga pendidikan. Proses akreditasi program diploma yang dimaksudkan adalah akreditasi terhadap lembaga penyelenggara program diploma tersebut yang meliputi beberapa program studi tingkat diploma satu sampai dengan diploma empat. Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada penyelenggara pendidikan program diploma vokasional untuk senantiasa meningkatkan kualitas sistem pendidikan yang tercakup dalam komponen-komponen akreditasi. Perbaikan dan penyempurnaan sistem pendidikan dari waktu-waktu harus terus dilaksanakan. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya system penjaminan mutu internal yang bekerja secara berkala mengaudit keseluruhan komponen-komponen tersebut di atas.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2009
DAFTAR PUSTAKA Diknas, 2001. Akreditasi Program Studi pada Program Diploma, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Diknas, 2007. Naskah akademik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen pendidikan Nasional. Sri
Soejatminah Ekroman. 2002. Qualty Assurance dalam Sistim Pendidikan Tinggi. Jakarta: Sekjen Depdiknas