Komparasi Informasi Asimetrik sebelum dan sesudah Pene rapan IFRS pada Emiten dan Investor di Indonesia Caecilia Widi Pratiwi (
[email protected]) Rita Desniwati (
[email protected]) Abstrak Penerapan IFRS memiliki peranan yang cukup penting bagi perusahaan perbankan yaitu dari bid-ask spread nya. Semakin bagus laporan keuangan di suatu perusahaan perbankan maka asimetri informasinya akan semakin kecil, karena infomasi yang dimiliki oleh perusahaan lebih dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan semakin tinggi nya asimetri informasi maka semakin buruk laporan keuangannya, karena informasi yang dimiliki oleh perusahaan tidak dipublikasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Setelah dilakukan pengujian hipotesis terhadap 15 perusahaan perbankan melalui metode Bid-Ask Spread, dengan menggunakan Uji Paired Sample T-test dan tingkat signifikansi = 0,05 diketahui bahwa tidak terdapat perbedan yang signifikan dari bid-ask spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS. Key words : IFRS, asimetri informasi, laporan keuangan, bid-ask spread Daftar Pustaka (1997-2011) Abstract The application of IFRS has significance role for banking company, namely form its bid-ask spread. The better financial report in a banking company, the smaller its asymmetry information, because the information owned by company is more published to the sides involved and the higher asymmetry information, the worse its financial report, because the information owned by the company is not published to the sides involved. After implementing hypotheses assessment toward fifteen banking companies through BidAsk Spread method using Paired sample T -test assessment and the significance degree = 0,05 known that there is no significant difference from the bid-ask spread before anda after the application of IFRS. Key words : IFRS, asymmetry information, financial report, bid-ask spread Daftar Pustaka (1997-2011)
A. Background Globalisasi perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha di Indonesia. Dapat dilihat dari rata-rata laba yang diperoleh setiap tahunnya semakin meningkat, misalnya laba tahun 2008 pada bank umum sebesar Rp. 29.891 dan laba tahun 2009 sebesar Rp. 39.869 dan dapat dilihat dari nilai kapitalisasi pasar hingga akhir Juli 2012 meningkat sekitar 5,22 persen dibandingkan nilai kapitalisasi pasar pada Juli 2011 sebesar Rp3.772 triliun, ini menandakan peningkatan perkembangan yang dialami pada perusahaan perbankan. Selain itu, globalisasi juga menuntut adanya peningkatan transparansi informasi dunia usaha kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti stakehorder dan publik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Internasional Akuntansi Standar (IAS) yang mutakhir dan sesuai dengan perkembangan
lingkungan yang mempengaruhinya mutlak diperlukan. Standar alat yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparansi tersebut. Di Indonesia, Bank Indonesia mendukung penuh upaya IAI untuk melakukan konvergensi standar akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS. Hal ini didasarkan pada beberapa manfaat yang didapat dari konvergensi IFRS, yaitu : meningkatkan kualitas standar laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan daya banding antar yuridiksi yang berlaku secara internasional, memenuhi komitmen Indonesia sebagai anggota IFAC (International Federation of Accountants) dan sebagai anggota G-20, berkontribusi terhadap stabilitas sistem keuangan. Tahun 2011 dapat dikatakan sebagai tahun yang cukup berat bagi dunia perbankan di Indonesia dalam menghadapi fraud. Sepanjang tahun 2011, berbagai kasus fraud telah mewarnai dunia perbankan Indonesia dengan nilai kerugian miliaran rupiah. Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan akan meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga- lembaga yang menyimpan dananya atau menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan secara domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar, terutama dalam hal standar Akuntansinya. Diharapkan dengan adanya standar yang bagus, maka kualitas laporan keuangannya juga bagus. Berdasarkan latar belakang diatas dan menginga t pentingnya standar pelaporan keuangan dalam sektor perbankan, maka dalam penelitian ini akan dibahas mengenai : Apakah ada komparasi informasi asimetrik sebelum dan sesudah penerapan IFRS pada emiten dan investor di Indonesia ? B. Research Method Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini. Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal- hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Standar Akuntansi Internasional (IFRS) Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS ) disusun oleh empat organisasi utama dunia. Organisasi tersebut yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999).
Agensi Theori Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal antara mereka. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informas i (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. As i me tri I nfo rmas i Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user). Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Teori Bid-Ask Spread Pengukuran tingkat asimetri informasi dapat dilakukan dengan menggunakan proksi bid-ask spreads. Istilah ask diasosiasikan dengan selling limit order, sedangkan bid diasosiasikan dengan buying limit order. Istilah bid-ask spreads diartikan dengan selisih harga beli tertinggi dari investor dengan harga jual yang diajukan oleh emiten atau penjual saham. Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2001) menyatakan bahwa bid ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari: 1) pemilikan saham (inventory holding); 2) pemrosesan
pesanan (order processing); 3) informasi asimetri. Ketidakseimbangan informasi tersebut menyebabkan munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard dalam perdagangan saham antar trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka uninformed trader menghadapi risiko rugi jika bertransaksi dengan informed trader. Upaya mengurangi risiko rugi tersebut tercermin dalam bid ask spread. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 hingga 2010. Total perusahaan perbankan yang listing di bursa adalah 39 perusahaan. Tetapi karena ada yang merger, dan data tidak lengkap, maka tinggal 15 perusahaan yang diteliti. Kperusahaan tersebut adalah : Tabel 3.1 Data Perusahaan Perbankan
No.
Nama Perusahaan
1 Bank Bumi Putera Indonesia Tbk 2 Bank Central Asia Tbk 3 Bank Danamon Indonesia Tbk 4 Bank Eksekutif Internasional Tbk 5 Bank Internasional Indonesia Tbk 6 Bank Kesawan Tbk 7 Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 Bank Mega Tbk 9 Bank Negara Indonesia Tbk 10 Bank Niaga Tbk 11 Bank NISP Tbk 12 Bank Pan Indonesia Tbk 13 Bank Pertama Tbk 14 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 15 Bank Victoria Internasional Tbk Sumber : JSX, diolah Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask spread sebelum penerapan IFRS (International Financial Reporting Standard) dan setelah IFRS. Periode sebelum IFRS adalah periode tahun 2003 – 2006, sedangkan periode setelah IFRS adalah 2007 – 2010. Data yang digunakan untuk menghitung spread adalah data bid – ask saham dari 2003 – 2010. Untuk menghitung spread, digunakan rumus sebagai berikut :
C. Result & Discussion Data Bid–Ask Spread pada 15 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI sebelum dan setelah penerapan IFRS ( Internasiona Financial Reporting Standard ) sebagai berikut : Tabel 4.1 Bid-Ask Spread sebelum perusahaan perbankan Tahun 2003-2006 Per Tahun
No
Nama Bank
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2
Bank Central Asia Tbk
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
5
Bank Internasional Indonesia Tbk
6
Bank Kesawan Tbk
7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
8
Bank Mega Tbk
9
Bank Negara Indonesia Tbk
TAHUN 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004
ASK 160 195 200 120 4000 4075 3900 5550 2075 4450 5900 6800 115 190 180 80 150 200 220 255 800 245 400 460 1050 2000 2050 2950 1150 1950 2500 2475 1400 1775
BID 110 130 100 35 2075 1750 2725 3350 235 2025 3325 3875 60 75 45 45 40 100 125 145 170 170 175 295 700 975 1100 1500 900 1075 1150 2000 85 1000
SPREAD 0.3704 0.4000 0.6667 1.0968 0.6337 0.7983 0.3547 0.4944 1.5931 0.7490 0.5583 0.5480 0.6286 0.8679 1.2000 0.5600 1.1579 0.6667 0.5507 0.5500 1.2990 0.3614 0.7826 0.4371 0.4000 0.6891 0.6032 0.6517 0.2439 0.5785 0.7397 0.2123 1.7710 0.5586
10
Bank Niaga Tbk
11
Bank NISP Tbk
12
Bank Pan Indonesia Tbk
13
Bank Permata Tbk
14
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
15
Bank Victoria Internasional Tbk
2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006 2003 2004 2005 2006
1900 2550 50 510 570 1050 450 850 1050 950 355 430 630 590 55 1300 840 920 1325 2950 3400 5750 70 95 120 110
1150 1070 25 25 305 390 175 360 730 650 155 240 330 370 15 30 475 620 950 1225 2050 3000 25 45 60 75
0.4918 0.8177 0.6667 1.8131 0.6057 0.9167 0.8800 0.8099 0.3596 0.3750 0.7843 0.5672 0.6250 0.4583 1.1429 1.9098 0.5551 0.3896 0.3297 0.8263 0.4954 0.6286 0.9474 0.7143 0.6667 0.3784
Sumber : Data JSX, diolah
Tabel 4.2 Bid-Ask Spread setelah IFRS perusahaan perbankan Tahun 2007-2010 Per Tahun
No
Nama Bank
1
Bank Bumi Putera Indonesia Tbk
2
Bank Central Asia Tbk
3
Bank Danamon Indonesia Tbk
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007
ASK 150 151 120 156 7600 7300 5500 7200 9150
BID 62 50 50 83 4600 2000 2275 4425 5200
SPREAD 0.8302 1.0050 0.8235 0.6109 0.4918 1.1398 0.8296 0.4774 0.5505
4
Bank Eksekutif Internasional Tbk
5
Bank Internasional Indonesia Tbk
6
Bank Kesawan Tbk
7
Bank Mandiri (Persero) Tbk
8
Bank Mega Tbk
9
Bank Negara Indonesia Tbk
10
Bank Niaga Tbk
11
Bank NISP Tbk
12
Bank Pan Indonesia Tbk
13
Bank Permata Tbk
14
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 2007 2008
8000 5100 7100 91 130 108 250 320 520 490 1010 520 690 770 1040 4050 3550 5300 7250 4200 3600 3650 3500 2900 1980 2150 5100 1010 990 820 2650 1000 950 1000 2425 810 1040 880 1280 1000 940 1020 2025 8700 7800
1780 2075 4275 53 50 50 162 146 260 275 245 425 480 570 700 2150 1140 1680 4150 2000 2400 2000 2000 1640 395 640 1730 670 360 380 700 800 700 650 790 500 420 415 760 890 450 400 740 4400 2400
1.2720 0.8432 0.4967 0.5278 0.8889 0.7342 0.4272 0.7468 0.6667 0.5621 1.2191 0.2011 0.3590 0.2985 0.3908 0.6129 1.0277 1.0372 0.5439 0.7097 0.4000 0.5841 0.5455 0.5551 1.3347 1.0824 0.9868 0.4048 0.9333 0.7333 1.1642 0.2222 0.3030 0.4242 1.0171 0.4733 0.8493 0.7181 0.5098 0.1164 0.7050 0.8732 0.9295 0.6565 1.0588
15
Bank Victoria Internasional Tbk
2009 2010 2007 2008 2009 2010
8700 12800 194 151 230 195
3550 6950 80 61 84 120
0.8408 0.5924 0.8321 0.8491 0.9299 0.4762
Sumber : Data JSX, diolah Statistik deskriptif untuk menjelaskan gambaran data yang digunakan dalam penelitian ini berupa nilai rata-rata (mean), deviasi standar maupun nilai maksimum dan nilai minimum. Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
SEBELUM 60 .2123 IFRS SETELAH IFRS 60 .1164 Valid N 60 (listwise) Sumber : Data Diolah spss 17
Mean
Std. Deviation
1.9098 .715469
.3694122
1.3347 .707089
.2819760
Perbandingan rata-rata antara spread sebelum dan setelah penerapan IFRS terlihat cukup jelas, yaitu dari 0.7154 menjadi 0.7071. Adanya penurunan spread ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan informasi asimetri setelah penerapan IFRS. Hal ini sesuai dengan penelitian marjan Petreski (2005), Mary Bart (2007) yang mengatakan bahwa dengan adopsi standar internasional, laporan keuangan yang dihasilkan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi, dan manajemen laba semakin kecil. Dengan adanya standard auntansi internasional yang lebih transparan, maka asimetri informasi yang ada menjadi lebih kecil. Pengujian Hipotesis Bid-Ask Spread Sebelum dan Setelah Penerapan IFRS Uji paired t-Test adalah uji t dimana sample saling berhubungan antara satu sample dengan sample yang lain. Tujuan dari pengujian ini adlah untuk menguji perbedaan rata-rata antara sample-sample yang berpasangan. Dimana jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka Ho diterima dan jika nilai signifikan kurang dari 0,05 maka Ha ditolak. Pengujian ini untuk mengetahui Bid-Ask Spread sebelum dan sesudah penerapan IFRS. Apakah memiliki perbedaan sebelum dan setelah diadakannya penerapan IFRS ( Internasional Financial Reporting Standard ) yang dilakukan oleh pemerintah. Hasil pengujian bisa dilihat di bawah ini :
Tabel 4.4 Uji T Bid-Ask Spread Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Std. Std. Deviati Error on Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
Sig. (2df tailed)
Pair 1 SEBELUM .008380 .481005 .062097 - .132636 .135 59 IFRS 0 5 5 .1158769 9 SETELAH IFRS Sumber : Data Diolah spss 17
.893
Dari hasil analisis t-test menggunakan paired sample T-test, hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah : H0 : Tidak terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS pada emiten dan investor Ha : Terdapat perbedaan Bid-Ask Spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapan IFRS pada emiten dan investor Berdasarkan table 4.4 nilai signifikansi rata-rata bid-ask spread sebelum dan setelah penerapan IFRS sebesar 0.893. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifansi lebih besar dari 0.05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap bid-ask spread sebelum penerapan IFRS dan setelah penerapa n IFRS. Hasil di atas sesuai dengan penelitian Christian Leuz (2003, 472), yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal asimetri informasi untuk perusahaan yang menggunakan IAS dan US GAAP di Pasar modal jerman. Untuk pasar modal Indo nesia, meskipun tidak signifikan, tetapi secara rata-rata, terdapat penurunan asimetri informasi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan adanya fluktuasi data yang tinggi pada tahun 2008, yang diakibatkan oleh adanya krisis moneter dan krisis bursa dunia. D.
Conclusion and Suggestion
Kesimpulan yang bisa diambil adalah, untuk bursa Efek Indonesia, tidak terdapat perbedaan informasi asimetrik yang diproksikan oleh bid-ask sebelum dan sesudah penerapan ifrs yang signifikan pada emiten dan investor di Indonesia. Suggestion Agar generalisasi lebih bagus, sebaiknya dipergunakan data semua sector perusahaan yang listing di Bursa, sehingga bisa dilihat pengaruh penerapan IFRS terhadap masing- masing sector industry di bursa Efek.
Daftar Pustaka Arief Ujiyantho. . Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. http//www.google.co.id Clarke, Jonathan, Shastri, Kuldeep, 2001, On Information Asymmetry Metrics, Working Paper, the 2001 Eastern Finance Association Conference Halim, J, Meiden, C dan Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Termasuk dalam Indeks LQ – 45. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Haniati dan Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Ikatan Akuntan Indonesia, 2008, Sejarah Standar Akuntansi Keuangan, available at http://www.iaiglobal.or.id, diunduh tanggal 20 November 2011. Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Irfan, Ali. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002. Kusuma, Hadri. 2005. Efek Informasi Asimetri terhadap Kebijakan Dividen. Leuz, Christian. 2003. "IAS Versus U.S. GAAP : Information Asymmetry - Based Evidence from Germany's New market". Journal of Accounting Research Vol 41 No 3 June 2003. 445-472. Nasution, Marihot., dan Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Rahmawati., Suparno, Yacob., dan Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX. Prihadi, Toto. 2012. Laporan Keuangan sesuai IFRS & PSAK. Jakarta: Ppm Manajemen. Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta: Mediakom. Raja. 2012. Akuntansi Keuangan versi IFRS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management : Some Evidence. http /www.ssrn.com. Rini., Wahiddatul. 2010. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Informasi Asimetri. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Unyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Veronica, Sylvia dan Bachtiar, Yanivi S. 2004. Good Corporate Governance, Information Asymmetry, and Earnings Management. Simposium Nasional Akuntansi VII: 60-72.