PERBEDAAN TINGKAT KEPEMILIKAN ASING DAN JUMLAH PERUSAHAAN PERATA LABA PADA PERIODE SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN PENERAPAN IFRS DI INDONESIA
Oleh : MURTAZIQOH NIM : 232010064
KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52 – 60 Tlp: (0298) 321212, 311881 Salatiga , 50711 - Indonesia Fax. (0298) – 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Murtaziqoh NIM : 232010064 Program Studi : Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi : Judul : Perbedaan Tingkat Kepemilikan Asing Dan Jumlah Perusahaan Perata Laba Pada Periode Sebelum dan Sesudah Pengumuman Penerapan IFRS di Indonesia Pembimbing : Yeterina Widi Nugrahanti, SE., M. Acc., Akt Tanggal diuji : 29 Januari 2014 adalah benar – benar karya saya. Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah – olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 8 Januari 2014 Yang memberi pernyataan,
Murtaziqoh
ii
HALAMAN MOTTO
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri (QS. Al-Isra’ : 7)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN Kertas kerja ini dapat terselesikan atas bantuan oleh pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, ilmu dan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan kertas kerja ini, khususnya kepada: 1. Ibu Yeterina Widi Nugrahanti selaku dosen pembimbing dan wali studi yang telah banyak memberikan petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis. 2. Seluruh pengajar dan staff Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh kuliah. 3. Kedua orang tua tercinta, Bapak Sumardi dan Ibu Martiah serta Kakak tersayang, Mbak Muttaqiyah, Mas Ahmad Toharudin dan si kecil Anisa Meiana Latifa yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan serta doa yang tiada hentinya untuk penulis. 4. Riyan Wisnu Ajie, yang selalu memberikan dukungan, menyediakan bantuan dan memberikan kasih sayang kepada penulis. 5. Teman-teman tercinta, Mayang, Nita, Diva, Ayu, Dwi, Cimol, Rara, Candra, Monic, Luluk, Vina, Risma, Garry, Agung, Tri, Rion dan Beruk. Terimakasih untuk persahabatan dan kebersamaan yang kalian berikan selama ini. 6. Geng Susu Jahe yang selalu membuat tawa, Cholina Bening Maulany, Oktaviana Budi Arumsari, Dwiga Ayuning Febriana, Rizky Hapsari, Rendi Satria, Yulius Ardy Wiranata, Arya Perdana Putra, Ike Herwidoarsi, Alexander Putut, Dedy Hartanto, Mima Astarina dan Sisca Evanda Halim. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini, hingga akhirnya penulis bisa menjadi seperti kalian. 7. Kakak Efrianus Landu Mila yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan kertas kerja ini, Rizky Dina dan Umi Lutfiah yang menjadi sahabat seperjuangan menyelesaikan studi masing-masing, namun tetap saling peduli satu sama lain. Serta Vito Ryan Saputra yang menjadi teman berbagi cerita bagi penulis. v
8. Giovanni Saputro Cahyo Widodo dan Devitia Putri yang telah menjadi rekan yang baik selama penulis menjalankan tugasnya. 9. Fungsionaris Kelompok Studi Akuntansi periode 2011-2012 dan periode 2012-2013 dan Korps Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis Periode 2012-2013 dan periode 2013-2014 yang tetap kompak. 10. Teman-teman panitia NATIONS 2012, SWAN 2013 dan NASSA 2013 dan teman-teman FEB angkatan 2010 yang telah banyak memberikan pelajaran kepada penulis. 11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.
Salatiga, Januari 2014 Penulis
vi
ABSTRACT The purpose of this research is to evaluate the level of foreign ownership and the level of income smoothing before and after the IFRS announcement. Foreign ownership is measured by the percentage of foreign institutions shareholders in the company and income smooting is measured by Indeks Eckel. This researh’s sample was taken with a purposive sampling technique from the 280 manufacture companies wich listed on Indonesian Stock Exchange in 20042012. The statistical method used for this research was Wilcoxon Signed Test and McNemar Test. The result of this research indicated that there are an increase of the level of foreign ownership and the level of income smoothing after IFRS announcement. It indicates that the benefits which is wanted from IFRS implementation could be reached, although it still needs to do some control and flexibility that the IFRS will give. Key word : International Financial Reporting Standards, Foreign Investment, Income Smoothing
vii
SARIPATI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kepemilikan asing dan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba untuk periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Kepemilikan asing diukur dari persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi asing dan perataan laba diukur menggunakan Indeks Eckel. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling sebanyak 280 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2012. Teknik analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Test dan uji McNemar. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat kenaikan tingkat kepemilikan asing dan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba sesudah diumumkannya penerapan IFRS di Indonesia. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa manfaat yang diharapkan dari penerapan IFRS dapat terpenuhi akan tetapi masih dibutuhkan pengendalian atas fleksibilitas yang ditawarkan oleh IFRS. Kata kunci : International Financial Reporting Standards, Kepemilikan Asing, Perataan Laba
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul................................................................................................................ i Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Skripsi ............................................................ ii Halaman Persetujuan / Pengesahan .............................................................................. iii Halaman Motto............................................................................................................. iv Halaman Persembahan .................................................................................................. v Abstract ....................................................................................................................... vii Saripati ....................................................................................................................... viii Daftar Isi....................................................................................................................... ix Daftar Tabel ................................................................................................................. xi Daftar Lampiran ........................................................................................................... xi PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ................................... 4 International Financial Reporting Standards (IFRS) ......................................... 4 Perataan Laba (Income Smoothing) ................................................................... 5 Teori Keagenan (Agency Theory) ....................................................................... 7 Pengembangan Hipotesis .................................................................................... 7 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 12 Jenis dan Sumber Data ...................................................................................... 12 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 12 Pengukuran Variabel Penelitian ........................................................................ 13 Teknik dan Langkah Analisis............................................................................ 14 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 15 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................................ 15 Statistika Deskriptif........................................................................................... 15 Pengujian Hipotesis I ........................................................................................ 16 Pengujian Hipotesis II ....................................................................................... 18 KESIMPULAN ........................................................................................................... 22 Kesimpulan ....................................................................................................... 22 Implikasi Teori .................................................................................................. 22
ix
Implikasi Terapan.............................................................................................. 23 Keterbatasan dan Saran ..................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24 LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Tabel 1. Descriptive Statistics ..................................................................................... 15 Tabel 2. Kepemilikan Asing Tertinggi dan Terendah ................................................. 16 Tabel 3. Uji Normalitas ............................................................................................. 16 Tabel 4. Hasil Uji Statistik ....................................................................................... 17 Tabel 5. Perusahaan Dengan Peningkatan Jumlah Kepemilikan Asing ................... 18 Tabel 6. Klasifikasi Perusahaan Perata dan Non-Perata ............................................. 18 Tabel 7. Hasil Uji Statistik .......................................................................................... 19 Tabel 8. Perubahan Status Perusahaan Sebelum dan Sesudah IFRS ........................ 19 Tabel 9. Kenaikan Jumlah Perataan Laba Sesudah Penerapan IFRS ....................... 22
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Pemilihan Sampel ..................................................................... 28 Lampiran 2. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan Sampel ........................ 29 Lampiran 3. Status Perusahaan Sebelum-Sesudah Pengumuman IFRS ..................... 30 Lampiran 4. Tingkat Kepemilikan Asing Sebelum-Sesudah Pengumuman IFRS ..... 32 Lampiran 5 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test ........................ 34 Lampiran 6. Uji Non Parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test .................................. 35 Lampiran 7. Uji Non-Parametrik McNemar Test ........................................................ 36 Lampiran 8. Daftar PSAK yang Telah Diharmonisasikan .......................................... 37 Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. 40
xi
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu anggota dari Forum G20, yaitu forum informal yang terdiri dari negara-negara industri dan emerging economies, ditambah Uni Eropa yang bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi penguatan arsitektur keuangan internasional dan memberikan kesempatan untuk berdialog tentang kebijakan-kebijakan internasional, kerjasama internasional dan lembagalembaga keuangan internasional (Hermawan, 2012). Sebagai anggota dari Forum G20, maka Indonesia harus menerapkan International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai hasil kesepakatan atas pertemuan yang dilakukan pada tanggal 15 November 2008 di Washington DC (Martani, 2011). Sebagai kelanjutannya, pada tanggal 23 Desember 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergensi IFRS dalam standar akuntansi keuangannya sehingga perusahaan yang go public diharuskan menyusun laporan keuangannya berdasarkan prinsip akuntansi yang baru (www.iaiglobal.or.id). Manfaat penerapan IFRS secara umum adalah: 1) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional. 2) Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. 3) Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. 4) Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. 5) Meningkatkan kualitas laporan keuangan (Martani, 2011). Salah satu manfaat yang diharapkan dari penerapan IFRS di Indonesia adalah meningkatnya arus investasi secara global yang berarti bahwa diharapkan jumlah investor asing yang menanamkan modal di Indonesia meningkat (Martani, 2011). Hal tersebut dapat tercapai melalui penerapan IFRS di Indonesia karena IFRS sebagai standar keuangan yang seragam dapat mempermudah berjalannya kegiatan bisnis lintas negara. Berbeda halnya jika kegiatan bisnis lintas negara dilakukan tanpa menggunakan standar akuntansi yang seragam, maka akan timbul masalah yang dihadapi oleh calon investor maupun kreditor karena perbedaan standar akuntansi suatu negara dengan negara lain. Sehingga diharapkan dengan
1
diterapkannya IFRS dapat mempermudah pemahaman atas laporan keuangan sehingga tidak ada interpretasi yang keliru (Cahyati, 2011). Penelitian yang dilakukan di luar negeri untuk menguji dampak penerapan IFRS terhadap struktur kepemilikan asing sudah banyak dilakukan. Antara lain, Florou dan Pope (2009), Yu (2010), Lee dan Farghar (2010), Defond et al. (2011) dan Gordon et al. (2011) menemukan bahwa investasi asing meningkat pada perusahaan setelah menerapkan IFRS. Sedangkan di Indonesia, belum ada penelitian yang dilakukan untuk menguji apakah penerapan IFRS benar-benar memberikan manfaat dalam peningkatan arus investasi global yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan tingkat kepemilikan asing di Indonesia. Pada tahun 2007, sudah ada beberapa PSAK yang diharmonisasikan dengan IFRS, antara lain PSAK 13 tentang Properti Investasi dan PSAK 16 tentang Aset Tetap. Penilaian aset tetap yang dulu menggunakan historical cost, kini harus dinilai menggunakan fair value. Sehingga dibutuhkan professional judgment untuk menentukan nilai dari aset tetap tersebut. PSAK yang sudah diharmonisasikan ini dapat dimanfaatkan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangannya karena penilaian berdasarkan fair value bersifat subjektif. Dengan demikian, bisa saja praktik manajemen laba meningkat setelah diterapkannya IFRS. Peningkatan kualitas laporan keuangan yang diharapkan diperoleh dari penerapan IFRS tidak dapat terwujud. Salah satu bentuk dari manipulasi laba (manajemen laba) yang dapat menurunkan kualitas laba adalah praktik perataan laba (income smoothing). Perataan laba menurut Beidleman (1973) dalam Rohaeni dan Aryati (2012) adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Terjadinya praktik perataan laba juga dapat dikaitkan dengan teori keagenan. Dalam teori keagenan, pemilik dan manajer dianggap memiliki konflik kepentingan untuk menyejahterakan diri masing-masing. Karena informasi yang dimiliki oleh manajer lebih banyak dibanding pemilik, timbullah dysfunctional behavior yang dilakukan oleh manajer. Salah satu bentuk dari dysfunctional behavior ini adalah perataan laba. Di Indonesia, praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur pada tahun 2008
2
sudah mencapai angka yang cukup tinggi yakni 56% (Susanti, 2008). Sehingga diharapkan adanya regulasi yang dapat melindungi publik dari praktik pasar yang tidak efisien, sesuai dengan tujuan dariteori kepentingan publik (public interest theory). Penelitian mengenai dampak penerapan IFRS terhadap income smoothing di luar negeri antara lain, Osma dan Pope (2010) yang menemukan bukti bahwa praktik perataan laba menurun setelah diterapkannya IFRS. Namun hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian Paananen and Lin (2008), Ahmed et al. (2010), Chen et al. (2010) dan Tudor (2010) yang melaporkan bahwa praktik perataan laba meningkat setelah diterapkannya IFRS. Sedangkan penelitian mengenai dampak penerapan IFRS terhadap praktik perataan laba di Indonesia belum banyak dilakukan. Rohaeni dan Aryati (2012) dan Trisanti (2012) menemukan bukti bahwa jumlah praktik perataan laba menurun setelah diterapkannya IFRS. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kepemilikan asing dan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba di Indonesia pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Penelitian untuk menguji adanya kenaikan tingkat kepemilikan asing pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS belum pernah dilakukan di Indonesia, sedangkan penelitian untuk menguji adanya kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan pengembangan atas penelitian yang dilakukan oleh Trisanti (2012). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Trisanti (2012), periode amatan yang digunakan adalah tahun 2000 – 2009 dengan jumlah sampel 327 perusahaan yang terdaftar di BEI. Hasilnya, terdapat penurunan praktik perataan laba sesudah diterapkannya IFRS namun jumlah praktik perataan laba itu sendiri masih terbilang cukup tinggi di Indonesia. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian ini ditambahkan juga variabel tingkat kepemilikan asing yang diduga meningkat setelah diumumkannya penerapan IFRS dan periode pengamatan yang diubah menjadi 2004 - 2012.
3
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan laba perusahaan. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan Lembaga Penyusun Standar Akuntansi di Indonesia dalam menilai standar yang ada agar dapat terjadi peningkatan kualitas standar. TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS International Financial Reporting Standards (IFRS) Pada tahun 1973 dibentuk International Accounting Standard Committee (IASC) yang diberi tugas untuk menyusun International Accounting Standards (IAS). Pada tahun 2001, IASC mengubah struktur organisasi mereka dengan membentuk International Accounting Standard Board (IASB) yang menangani International Financial Reporting Standards (kelanjutan dari IAS) (Materi Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., Akt., 2007). Data dari International Accounting Standard Board (IASB) menunjukkan bahwa pada tahun 2008, sudah terdapat 102 negara yang telah menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang berbeda-beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan domestik dan 4 negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk perusahaan domestik tertentu (www.iaiglobal.or.id) Di Indonesia sendiri, IAI mendeklarasikan rencana Indonesia untuk melakukan konvergesi IFRS dalam standar akuntansi keuangannya pada tahun 2008. IAI mencanangkan bahwa IFRS akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara penuh (www.iaiglobal.or.id). Indonesia melakukan konvergensi IFRS secara bertahap sejak 2008 hingga 2011 dimana tahap-tahap tersebut terdiri dari tahap adopsi pada tahun 2008 hingga tahun 2010, tahap persiapan akhir yang dilaksanakan selama tahun 2011 dan tahap pengimplementasian PSAK berbasis IFRS serta dilakukan evaluasi mulai tahun 2012 (Husin, 2008). PSAK yang sudah diharmonisasikan dengan IFRS yang mulai berlaku efektif pada tahun 2008– 2010 dapat dilihat pada Lampiran 8.
4
Sebelum penerapan IFRS, Indonesia menggunakan US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard) sebagai dasar penyusunan standar akuntansi keuangannya. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan standar akuntansi keuangan yang dulu berbasis aturan (rule based) menjadi berbasis prinsip (principal based). Rule based mengatur transaksi secara lebih detail dan biasanya hanya untuk suatu industri tertentu sehingga lebih mudah diaplikasikan karena peraturannya lebih eksplisit (Prasetya, 2012). Sedangkan dalam principal based, kesesuaian penyajian akuntansi dengan realitas ekonomi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Principal based memberikan prinsip-prinsip akuntansi untuk suatu jenis transaksi khususnya terkait dengan pengakuan dan pengukuran dan mengharuskan perusahaan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi yang mempunyai kesamaan substansi secara sama (Prasetya, 2012). Selain itu standar akuntansi keuangan yang berbasis prinsip menuntut adanya professional judgment, sehingga akuntan diharapkan memiliki integritas dan kompetensi dalam menyusun laporan keuangan (Martani, 2011). Selain itu, perbedaan terletak pada revaluation model, yaitu penilaian aktiva menggunakan nilai wajar (fair value). Hal ini berbeda dengan US GAAP yang menggunakan historical cost sebagai dasar penilaian. Historical cost menilai aktiva sebesar kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva atau harga saat perolehan aktiva tersebut. Penilaian menggunakan historical cost ini mempunyai kelebihan
lebih
objektif
dan
verifiable
namun
kurang relevan
untuk
mencerminkan kondisi saat ini (Cahyati, 2011). Sedangkan penilaian berdasarkan fair value menggunakan harga pasar pada saat terjadi transaksi, namun jika tidak terdapat harga pasar aktif maka penilaian didasarkan atas estimasi berdasarkan informasi yang tersedia. Estimasi ini yang memicu dibutuhkannya professional judgment atas penilaian aktiva yang menyebabkan peluang untuk melakukan manajemen laba meningkat (Materi Pidato Pengukuhan Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A., Akt., 2007). Perataan Laba ( Income Smoothing ) Konsep perataan laba pertama kali diperkenalkan oleh Hepworth pada tahun 1953. Perataan laba menurut Beidleman (1973) dalam Rohaeni dan Aryati (2012)
5
adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Sugiarto (2003) menyebutkan beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba adalah: 1) Kompensasi bonus, bonus yang tinggi memicu manajemen untuk meratakan laba agar laporan keuangan terlihat baik. 2) Kontrak hutang, perusahaan yang melanggar perjanjian hutang telah merekayasa labanya, satu periode sebelum perjanjian hutang itu dibuat. 3) Faktor politik, manajer perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari UU Anti-Trust. 4) Pengurangan pajak, yakni perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. 5) Perubahan CEO, perekayasaan laba dilakukan dengan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun sebelum penggantian tak rutin eksekutif. 6) Penawaran saham perdana, banyak perusahaan yang melakukan perataan laba demi mendapatkan dan mempertahankan investor. Menurut Ekcel (1981) dalam Rohaeni dan Aryati (2012), income smoothing dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1. Naturally smoothing (Perataan secara alami) Naturally smooth merupakan perataan laba yang terjadi dengan sendirinya tanpa campur tangan pihak lain. Hal ini dapat kita dapati pada perolehan penghasilan dari keperluan atau pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain. 2. Intentionally Smoothing (Perataan yang disengaja) Intentionally smoothing diartikan sebagai praktik perataan laba yang sengaja dilakukan oleh pihak tertentu dengan tujuan tertentu, dalam hal ini adalah manajemen. Intentionally smoothing terdiri dari dua macam, yaitu: a. Real smoothing adalah perataan laba yang dilakukan melalui transaksi ekonomi dengan melakukan perubahan kebijakan operasi beserta waktunya. Misalnya, seorang manajer memutuskan mengeluarkan sejumlah biaya riset dan pengembangan hanya pada suatu tahun tertentu.
6
b. Artificial smoothing atau yang sering juga disebut accounting smoothing, yaitu praktik perataan laba yang dilakukan secara sengaja dengan perubahan prosedur dan kebijakan akuntansi yang telah diterapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain yang dianggap memerlukan tambahan atau pengurangan jumlah laba sehingga dapat terlihat lebih rata dari tahun ke tahun. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini dikemukakan dikemukakan oleh Michael C Jensen dan Milliam H Meckling pada tahun 1976. Secara umum, teori keagenan menyatakan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara manajer (agent) dan pemilik (principal) untuk menyejahterakan diri mereka masing-masing. Manajer berkeinginan untuk mendapat bonus yang lebih besar dengan menunjukkan kinerja yang baik, sedangkan pemilik menginginkan profitabilitas yang selalu meningkat serta tentunya kesejahteraan bagi pemilik saham. Dalam teori keagenan disebutkan bahwa perusahaan dikelola oleh manajer (agent) bukan oleh pemilik (principal) secara langsung. Oleh sebab itu, manajer mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pemilik karena pemilik tidak secara langsung menangani perusahaan. Keadaan yang tidak seimbang ini memicu terjadinya dysfunctional behavior yang dapat dilakukan oleh manajer. Salah satu bentu dari dysfunctional behavior ini adalah perataan laba. Pengembangan Hipotesis Peningkatan Kepemilikan Asing Sesudah Pengumuman Penerapan IFRS Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Penelitian yang dilakukan di luar negeri untuk menguji apakah penerapan IFRS mempunyai dampak terhadap struktur kepemilikan asing sudah banyak dilakukan. Antara lain, Florou dan Pope (2009) meneliti apakah penerapan IFRS dapat mempengaruhi keputusan investor institusi asing dengan menggunakan 10.852 perusahaan dari 45 negara selama tahun 2003-2006 dan menemukan bahwa
7
penerapan IFRS dapat meningkatkan investor institusi asing. Sedangkan Lee dan Farghar (2010) meneliti dengan menggunakan sampel dari 40 negara ( 21 negara pengadopsi IFRS dan 19 negara yang tidak mengadopsi IFRS). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa penerapan IFRS memang dapat meningkatkan jumlah investasi asing. Yu (2010) menemukan bahwa penerapan IFRS dapat meningkatkan investor asing karena IFRS dapat mengurangi biaya untuk memproses informasi bagi investor asing dan dapat mengurangi hambatan dalam berinvestasi misalnya jarak geografis, ekonomi dan kebudayaan. Selain itu, Yu (2010) juga menemukan bukti bahwa peningkatan investor asing lebih tinggi dibandingkan investor lokal pada perusahaan yang telah menerapkan IFRS. Defond et al. (2011) meneliti 5460 perusahaan di Eropa pada tahun 2003-2007 dan menemukan bahwa mandatory IFRS dapat memperbaiki keterbandingan antar laporan keuangan yang akhirnya dapat meningkatkan jumlah investasi asing. Gordon et al. (2011) melakukan penelitian menggunakan 1300 sampel dari 124 negara dan menemukan bahwa IFRS dapat meningkatkan jumlah investasi asing terutama di negara berkembang. Struktur kepemilikan asing di Indonesia juga diharapkan akan mengalami perubahan sesudah diterapkannya IFRS. Karena hal ini berarti peningkatan arus investasi global yang merupakan salah satu manfaat dari penerapan IFRS dapat tercapai. Sebelumnya, laporan keuangan perusahaan di Indonesia menggunakan GAAP sebagai dasar penyusunan laporan keuangannya. Karena laporan keuangan negara lain disusun berdasarkan IFRS, maka kedua laporan keuangan ini tidak dapat dibandingkan karena tidak adanya keseragaman. Selain itu, calon investor yang berasal dari negara lain tidak dapat memahami laporan keuangan dengan mudah karena dasar penyusunan yang digunakan berbeda. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Defond et al. ( 2011), hambatan yang dihadapi oleh investor dalam menanamkan modalmya di negara lain adalah tingginya biaya akuisisi dan biaya untuk memproses informasi dalam laporan keuangan serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merekonsiliasi atas perbedaan yang ada pada laporan keuangan dari negara lain. Hambatan ini mempersulit tercapainya tujuan pelaporan keuangan dalam Conceptual Framework, yaitu
8
laporan keuangan
menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Namun setelah laporan keuangan disusun menggunakan IFRS, calon investor yang berasal dari negara lain dapat memahami laporan keuangan karena disusun menggunakan standar internasional yang baku. Bahkan menurut Rohaeni dan Aryati (2012), IFRS merupakan jalan untuk memfasilitasi investasi antar negara dan akses terhadap pasar modal secara global. Sehingga diharapkan tingkat penanaman modal oleh investor asing akan meningkat setelah diterapkannya IFRS. Jika penanaman modal oleh investor asing meningkat, maka jumlah kepemilikan asing di Indonesia juga akan meningkat. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat indikasi adanya peningkatan jumlah kepemilikan asing atas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sesudah pengumuman penerapan IFRS. Peningkatan Praktik Perataan Laba Sesudah Pengumuman Penerapan IFRS Penelitian untuk menguji apakah terdapat perbedaan atas terjadinya praktik perataan laba setelah diterapkan IFRS di luar negeri sudah banyak dilakukan. Lin dan Paananen (2008) meneliti karakteristik perusahaan-perusahaan di Jerman yang membuat laporan keuangannya berdasarkan IAS selama tahun 2000-2002 serta IFRS yang diterapkan secara sukarela selama tahun 2003-3004 dan IFRS yang diterapkan sebagai keharusan pada tahun 2005-2006. Lin dan Paananen (2008) melaporkan bahwa terdapat peningkatan praktik perataan laba setelah adanya keharusan pengadopsian IFRS di Jerman. Jeanjean dan Stolowy (2008) menggunakan sampel 1146 perusahaan dari Amerika, Prancis dan Australia mulai dari tahun 2005-2006 untuk meneliti dampak penerapan IFRS terhadap income smoothing. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kualitas akuntansi menurun pada tiga negara serta praktik manajemen laba meningkat setelah dilakukan pengadopsian IFRS di Prancis. Chen et al. (2010) meneliti pengaruh penerapan IFRS terhadap kualitas akuntansi di 15 negara anggota Uni Eropa. Chen et. Al (2010) menemukan bukti bahwa perusahaan di Uni Eropa yang menerapkan IFRS secara mandatory lebih banyak melakukan perataan laba setelah diterapkannya IFRS dan perusahaan lebih tidak tepat waktu dalam
9
mengakui kerugian yang nilainya besar. Begitu juga dengan Ahmed et al. (2010) yang membandingkan 20 negara yang mengadopsi IFRS pada tahun 2005 dengan perusahaan yang berasal dari negara yang tidak mengadopsi IFRS. Hasilnya, perusahaan yang berasal dari negara pengadopsi IFRS menunjukkan praktik perataan laba yang lebih tinggi dan penurunan pengakuan kerugian dibanding perusahaa yang berasal dari negara yang tidak mengadopsi IFRS. Tudor (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak penerapan IFRS terhadap perataan laba dan kaitannya dengan informasi laba di masa depan di Amerika, Prancis dan Belanda pada tahun 2002-2008. Dan hasilnya, praktik perataan laba lebih tinggi terjadi di Amerika, Prancis dan Belanda sesudah IFRS diterapkan dan penerapan IFRS dianggap dapat menurunkan informasi laba di ketiga negara tersebut. GAAP yang dulu dianut di Indonesia bersifat rule based. Dalam rule based, transaksi diatur secara lebih detail dan biasanya hanya untuk suatu industri tertentu sehingga lebih mudah diaplikasikan karena peraturannya lebih eksplisit (Prasetya, 2012). Jadi tidak diperlukan lagi adanya judgment, sehingga peluang untuk melakukan manajemen laba menjadi lebih kecil. Hal ini berbeda dengan IFRS yang bersifat principal based memberikan prinsip-prinsip akuntansi untuk suatu jenis transaksi khususnya terkait dengan pengakuan dan pengukuran dan mengharuskan perusahaan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi yang mempunyai kesamaan substansi secara sama (Prasetya, 2012). Selain itu standar akuntansi keuangan yang berbasis prinsip menuntut adanya professional judgment, sehingga akuntan diharapkan memiliki integritas dan kompetensi dalam menyusun laporan keuangan (Martani, 2011). Adanya unsur judgment tersebut dapat memberikan peluang kepada manajemen untuk mengambil tindakan sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Sehingga hal ini dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba. Gordon dan Gallery (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsistensi dan keterbandingan menurun dengan diterapkannya principle based, namun dapat meningkat dengan diterapkannya rule based. Hal tersebut terjadi karena principle based menuntut manajemen menggunakan judgment dalam
10
penyusunan laporan keuangan sehingga konsistensi dan keterbandingan sulit tercapai. Gordon dan Gallery (2008) juga berpendapat bahwa rule based mempunyai kelebihan dalam konsistensi dan keterbandingan, sementara principle based mempunyai kelebihan dalam kesesuaian substansi ekonominya. Sementara itu, Burgemeestre et. Al (2010) menyatakan bahwa pengimplementasian rule based membutuhkan lebih sedikit interpretasi dibandingkan principle based. Selain itu, konsep fair value juga dapat memberikan peluang kepada manajemen untuk memoles laporan keuangan mereka. Pada saat GAAP masih diterapkan di Indonesia, konsep yang digunakan untuk menilai besarnya aset adalah konsep historical cost. Historical cost menilai aktiva sebesar kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva atau harga saat perolehan aktiva tersebut. Penilaian menggunakan historical cost ini mempunyai kelebihan lebih objektif dan verifiable namun kurang relevan untuk mencerminkan kondisi saat ini (Cahyati, 2011). Namun setelah IFRS diterapkan di Indonesia, konsep yang digunakan untuk menilai besarnya aset adalah konsep fair value. Pada konsep fair value, penilaian yang digunakan adalah harga pasar saat transaksi terjadi. Namun jika tidak ditemukan harga pasar aktif, dapat digunakan estimasi berdasarkan informasi yang tersedia untuk menilai aktiva. Estimasi inilah yang dapat memicu terjadinya praktik perataan laba. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pope dan McLeay (2011) yang menyebutkan bahwa praktik manajemen laba membutuhkan adanya pilihan akuntansi yang bisa muncul dari fleksibilitas yang ditawarkan oleh IFRS atau bisa juga berasal dari estimasi dan judgment yang tidak sesuai dengan prinsip pengakuan dan pengukuran. Selain itu, adanya konflik kepentingan antara principal dan agent sesuai dengan teori keagenan juga dapat menyebabkan manajer melakukan tindakan perataan laba. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Terdapat indikasi adanya kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba sesudah pengumuman penerapan IFRS.
11
METODE PENELITIAN Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, berupa data laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi tiap-tiap perusahaan serta melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id. Data yang digunakan untuk menguji kepemilikan asing adalah jumlah saham pihak asing dan total jumlah saham perusahaan yang beredar. Sedangkan untuk menguji praktik perataan laba, data yang digunakan adalah penjualan dan laba perusahaan selama periode amatan. Populasi dan sampel Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2007 (periode sebelum pengumuman penerapan IFRS) dan tahun 2009-2012 (periode setelah pengumuman penerapan IFRS). Tahun 2008 dijadikan sebagai periode cut-off penerapan IFRS di Indonesia karena pada tahun tersebut IAI mencanangkan bahwa Indonesia akan menerapkan IFRS sebagai standar akuntansi keuangannya. Sehingga dianggap tahun 2008 merupakan tahun peralihan antara Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan IFRS (www.iaiglobal.or.id). Beberapa PSAK yang sudah mulai diharmonisasikan dengan IFRS pada tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 8. Pemilihan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian ini karena sektor perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten terbanyak yang listing di BEI. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur memiliki pengaruh yang signifikan dalam dinamika perdagangan di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan pemilihan sampel terpilih (non probability sampling) menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar dan menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004 sampai 2012. 2) Selama periode amatan, perusahaan tidak melaporkan rugi. 3) Selama periode amatan, perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi. 4) Selama periode amatan, perusahaan menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
12
Pengukuran variabel penelitian Struktur Kepemilikan Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Dalam penelitian ini, proporsi kepemilikan asing dihitung dengan cara membagi jumlah saham yang beredar yang dimiliki oleh institusi asing dengan jumlah total saham yang beredar. Rumus untuk mencari persentase kepemilikan asing dalam suatu perusahaan menurut Defond et al. (2011) adalah sebagai berikut : Kepemilikan Asing = Jumlah Saham Pihak Institusi Asing x 100% Total Saham Beredar Perataan Laba ( Income Smoothing ) Sampel dibedakan menjadi perusahaan perata dan non-perata menggunakan indeks Eckel (1981). Rumus dari perataan laba adalah sebagai berikut : CVΔI / CVΔS Dimana : CVΔI = Koefisien Variasi untuk perubahan Laba dalam satu periode CVΔS = Koefisien Variasi untuk perubahan Penjualan dalam satu periode Dimana CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut: CVΔI atau CVΔS
=
∑
̅̅̅
̅
Dimana, ΔX
= Perubahan Laba (I) atau Penjualan (S) antara tahun n-1
Δx
= Rata-rata Perubahan Laba (I) atau Penjualan (S) antara tahun n-1
n
= Banyaknya Tahun yang diamati.
Variabel ini merupakan variabel dummy. Jika hasil indeks Ekcel kurang dari satu, maka perusahaan tersebut dianggap sebagai perusahaan perata laba dan diberi angka satu, sedangkan perusahaan yang hasil indeks Ekcelnya lebih dari satu dianggap sebagai perusahaan non-perata laba diberi angka nol.
13
Alasan mengapa Indeks Eckel yang digunakan adalah: 1. Objektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan yang melakukan perataan laba dan yang tidak melakukan. 2. Mengukur terjadinya praktik perataan laba tanpa memaksakan prediksi pendapatan atau pertimbangan yang subjektif. 3. Mengukur perataan laba dengan menjumlahkan pengaruh dari beberapa variabel perata laba yang potensial dan menyelidiki pola perilaku perataan laba selama periode waktu tertentu (Jatiningrum 2000). Teknik dan langkah analisis Untuk mengetahui adanya kenaikan tingkat kepemilikan asing di Indonesia pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS, persentase jumlah kepemilikan asing di setiap perusahaan harus dihitung terlebih dahulu untuk masing-masing periode. Sebelum uji hipotesis, data yang akan diteliti dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan Shappiro Wilk. Jika data berdistribusi normal maka pengujian selanjutnya menggunakan metode statistika parametrik dua sampel berpasangan dengan Paired Sample t test. Sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian selanjutnya menggunakan metode statistika non parametrik dua sampel berpasangan dengan Wilcoxon Signed Test. Sedangkan untuk mengetahui adanya kenaikan jumlah praktik perataan laba di Indonesia pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS, data akan diuji menggunakan Uji McNemar (Hasan, 2004). Uji McNemar adalah uji komparatif dua sampel berkorelasi untuk data nominal. Setelah hasil uji diketahui, apabila memang terdapat perbedaan antara jumlah perusahaan perata laba sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS, maka langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbedaan yang ada tersebut menunjukkan peningkatan atau penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 16.
14
HASIL DAN PEMBAHASAN Diskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2007 (periode sebelum pengumuman penerapan IFRS) dan tahun 2009-2012 (periode setelah pengumuman penerapan IFRS). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling) sebagaimana dijabarkan dalam Lampiran 1. Jumlah sampel yang digunakan sepanjang periode amatan (2004 – 2007 dan 2009 – 2012) adalah 280 sampel. Jadi untuk setiap tahun sampel yang digunakan adalah 35 sampel. Statistika Deskriptif Berikut adalah statistika deskriptif yang digunakan untuk mencari nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai mean dari data tingkat kepemilikan asing pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Tabel 1 Descriptive Statistics N asing_sebelum_ifrs asing_sesudah_ifrs
Mean 140 140
Std. Deviation
26.5191 29.9296
29.62737 33.38411
Minimum
Maximum
.00 .00
83.00 95.65
Sumber : Data sekunder diolah, 2014 Berdasarkan hasil pengujian diatas, dapat diketahui jumlah perusahaan yang digunakan untuk setiap tahun amatan adalah 35 perusahaan. Karena dalam penelitian ini menggunakan periode amatan sebanyak 8 tahun, maka jumlah sampel yang digunakan adalah 280 perusahaan. Nilai mean kepemilikan asing untuk periode sebelum pengumuman penerapan IFRS adalah sebesar 26,5191 sedangkan nilai mean untuk periode sesudah pengumuman penerapan IFRS adalah sebesar 29,9296. Perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan tertinggi ataupun terendah untuk masing-masing periode dapat dilihat dalam tabel 2.
15
Tabel 2 Kepemilikan Asing Tertinggi dan Terendah Sebelum pengumuman penerapan IFRS
Sesudah pengumuman penerapan IFRS
Kepemilikan asing tertinggi PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. (83 % pada tahun 2007)
Kepemilikan asing tertinggi PT. Astra Otoparts Tbk. (95,65% pada tahun 2010 dan 2011)
Kepemilikan asing terendah PT Astra Otoparts Tbk., PT Fast Food Indonesia Tbk., PT Kimia Farma Tbk., dan PT Kalbe Farma Tbk. (0%)
Kepemilikan asing terendah PT. AKR Corporindo Tbk., PT Budi Acid Jaya Tbk., PT. Kimia Farma Tbk. dan PT. Kalbe Farma Tbk. (0%)
Sumber : Data sekunder diolah, 2014 Sedangkan data untuk perusahaan perata laba dan non-perata laba tidak dapat disajikan deskriptif statistiknya karena data tersebut merupakan variabel dummy. Pengujian Hipotesis I dan Pembahasan (Tingkat Kepemilikan Asing Pada Periode Sesudah Pengumuman Penerapan IFRS) Uji Normalitas Setelah data jumlah kepemilikan asing diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan uji normalitas. Uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan Shappiro Wilk. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel 3, dimana berdasarkan hasil uji normalitas tersebut, baik pada periode sebelum atau sesudah memiliki angka signifikansi dibawah alpha (0,05), yaitu 0,000 yang berarti data berdistribusi tidak normal. Sehingga pengujian selanjutnya menggunakan uji nonparametrik dua sampel berpasangan dengan Wilcoxon Signed Test. Tabel 3 Uji Normalitas a
Kolmogorov-Smirnov Statistic asing_sebelum_ifrs asing_sesudah_ifrs
df
.250 .291
Shapiro-Wilk
Sig. 140 140
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Data sekunder diolah, 2014
16
.000 .000
Statistic .806 .799
Df
Sig. 140 140
.000 .000
Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis pertama telah disajikan dalam tabel 4. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh angka signifikansi kurang dari alpha (0,05) yaitu 0,048. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepemilikan asing pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Tabel 4 Hasil Uji Statistik asing_sesudah_ifrs asing_sebelum_ifrs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a
-1.976 .048
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Data sekunder diolah, 2014 Berdasarkan tabel 1 yang sudah disajikan diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean dari data untuk kepemilikan asing pada periode sebelum pengumuman penerapan IFRS adalah sebesar 26,5191 sedangkan nilai mean dari data untuk kepemilikan asing pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS adalah sebesar 29,9296. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat indikasi adanya kenaikan jumlah kepemilikan asing pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS dengan kata lain hipotesis pertama (H1) dapat diterima. Pembahasan Sebelum diterapkannya IFRS di Indonesia, laporan keuangan perusahaan di Indonesia menggunakan GAAP sebagai dasar penyusunan laporan keuangannya. Karena laporan keuangan negara lain disusun berdasarkan IFRS, maka kedua laporan keuangan ini tidak dapat dibandingkan karena tidak adanya keseragaman. Selain itu, calon investor yang berasal dari negara lain tidak dapat memahami laporan keuangan dengan mudah karena dasar penyusunan yang digunakan berbeda. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Defond et al. ( 2011), hambatan yang dihadapi oleh investor dalam menanamkan modalmya di negara lain adalah tingginya biaya akuisisi dan biaya untuk memproses informasi dalam laporan keuangan serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merekonsiliasi atas perbedaan yang ada pada laporan keuangan dari negara lain. Namun setelah
17
laporan keuangan disusun menggunakan IFRS, calon investor yang berasal dari negara lain dapat memahami laporan keuangan karena disusun menggunakan standar internasional yang baku. Bahkan menurut Rohaeni dan Aryati (2012), IFRS merupakan jalan untuk memfasilitasi investasi antar negara dan akses terhadap pasar modal secara gobal. Sehingga jumlah investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia meningkat dan jumlah kepemilikan asing di Indonesia juga meningkat. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Florou dan Pope (2009), Yu (2010), Lee dan Farghar (2010), Defond et al. (2011) dan Gordon et al. (2011) menemukan bahwa investasi asing meningkat pada perusahaan setelah menerapkan IFRS. Sebagai contoh, kita dapat melihat dalam tabel 5 beberapa perusahaan yang mengalami peningkatan jumlah kepemilikan asing pada periode sesudah diumumkannya penerapan IFRS. Tabel 5 Perusahaan Dengan Peningkatan Jumlah Kepemilikan Asing PT. Arwana Citramulia Tbk Sebelum 38,755 % Sesudah 62,672 % Sumber : Data sekunder diolah, 2014
PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 81,25 % 92,66 %
PT Jaya Pari Steel Tbk 42,177 % 72,302 %
Pengujian Hipotesis II dan Pembahasan ( Jumlah Praktik Perataan Laba Pada Periode Sesudah Pengumuman Penerapan IFRS) Setelah data untuk 280 sampel dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut menggunakan Indeks Eckel untuk mengklasifikasikan perusahaan perata laba dan non perata laba. Hasilnya seperti yang disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 6 Klasifikasi Perusahaan Perata dan Non-Perata
Smoother 54
2004 – 2007 Non-Smoother 86
Smoother 72
Sumber : Data sekunder diolah, 2014
18
2009 – 2012 Non-Smoother 68
Pengujian Hipotesis Teknik statistik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Uji McNemar. Sesuai dengan Hasan (2004), uji statistik yang digunakan untuk analisis komparatif dua sampel berkorelasi (dependen) untuk data nominal adalah Uji McNemar. Tabel 7 Hasil Uji Statistik sebelum_ifrs & sesudah_ifrs N a Chi-Square Asymp. Sig.
140 4.379 .036
a. Continuity Corrected b. McNemar Test
Sumber : Data sekunder diolah, 2014 Hasil pengujian hipotesis kedua telah disajikan dalam tabel 7. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh angka signifikansi kurang dari alpha yaitu 0,036. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat indikasi adanya perbedaan yang signifikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS. Tabel 8 Perubahan Status Perusahaan Sebelum dan Sesudah IFRS sesudah_ifrs sebelum_ifrs
0
0 1
1 44 24
42 30
Sumber : Data sekunder diolah, 2014 Selain itu dalam tabel 8, dijelaskan pula jumlah perusahaan yang mengalami perubahan status dari perata laba menjadi non-perata laba ataupun sebaliknya. Jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sebelum pengumuman penerapan IFRS adalah 54 perusahaan. Sesudah pengumuman penerapan IFRS, sebanyak 30 perusahaan tetap berstatus sebagai perata laba pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS dan terdapat 42 perusahaan yang pada awalnya berstatus sebagai non-perata laba berubah menjadi perata laba pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS. Sehingga terdapat 72 perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sesudah penerapan IFRS.
19
Terdapat 86 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba pada periode sebelum pengumuman penerapan IFRS. Namun jumlah tersebut berubah menjadi 68 perusahaan pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS. Jumlah tersebut terdiri dari 44 perusahaan yang sama dengan periode sebelumnya dan 24 yang pada awalnya merupakan perata laba berubah menjadi non-perata laba. Setelah diketahui bahwa terdapat indikasi adanya perbedaan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sebelum dan sesudah pengumuman penerapan IFRS, maka langkah selanjutnya adalah menentukan apakah perbedaan tersebut merupakan peningkatan atau penurunan. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel 6 diatas. Jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sebelum pengumuman penerapan IFRS berjumlah 54 perusahaan, sedangkan setelah pengumuman penerapan IFRS perusahaan yang melakukan perataan laba meningkat menjadi 72 perusahaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat indikasi adanya kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS dengan kata lain hipotesis kedua (H2) dapat diterima. Pembahasan Meningkatnya jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS dapat dipicu oleh beberapa faktor. GAAP yang dulu dianut di Indonesia bersifat rule based. Dalam rule based, transaksi diatur secara lebih detail dan biasanya hanya untuk suatu industri tertentu sehingga lebih mudah diaplikasikan karena peraturannya lebih eksplisit (Prasetya, 2012). Jadi tidak diperlukan lagi adanya judgment, sehingga peluang untuk melakukan manajemen laba menjadi lebih kecil. Hal ini berbeda dengan IFRS yang bersifat principal base memberikan prinsip-prinsip akuntansi untuk suatu jenis transaksi khususnya terkait dengan pengakuan dan pengukuran dan mengharuskan perusahaan untuk mencatat dan memperlakukan transaksi yang mempunyai kesamaan substansi secara sama (Prasetya, 2012). Selain itu standar akuntansi keuangan yang berbasis prinsip menuntut adanya professional judgment, sehingga akuntan diharapkan memiliki integritas dan kompetensi dalam menyusun laporan keuangan (Martani, 2011). Adanya unsur judgment tersebut
20
dapat memberikan peluang kepada manajemen untuk mengambil tindakan sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Sehingga hal ini dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan praktik perataan laba. Selain itu, konsep fair value juga dapat memberikan peluang kepada manajemen untuk memoles laporan keuangan mereka. Pada saat GAAP masih diterapkan di Indonesia, konsep yang digunakan untuk menilai besarnya aset adalah konsep historical cost. Historical cost menilai aktiva sebesar kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva atau harga saat perolehan aktiva tersebut. Penilaian menggunakan historical cost ini mempunyai kelebihan lebih objektif dan verifiable namun kurang relevan untuk mencerminkan kondisi saat ini (Cahyati, 2011). Namun setelah IFRS diterapkan di Indonesia, konsep yang digunakan untuk menilai besarnya aset adalah konsep fair value. Pada konsep fair value, penilaian yang digunakan adalah harga pasar saat transaksi terjadi. Namun jika tidak ditemukan harga pasar aktif, dapat digunakan estimasi berdasarkan informasi yang tersedia untuk menilai aktiva. Estimasi inilah yang dapat memicu terjadinya praktik perataan laba. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Pope dan McLeay (2011) yang menyebutkan bahwa praktik manajemen laba membutuhkan adanya pilihan akuntansi yang bisa muncul dari fleksibilitas yang ditawarkan oleh IFRS atau bisa juga berasal dari estimasi dan judgment yang tidak sesuai dengan prinsip pengakuan dan pengukuran. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paananen and Lin (2008), Ahmed et al. (2010), Chen et al. (2010) dan Tudor (2010) yang melaporkan bahwa praktik perataan laba meningkat setelah diterapkannya IFRS. Beberapa perusahaan yang melakukan perataan laba lebih sering pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS dibandingkan saat periode sebelum pengumuman penerapan IFRS adalah sebagai berikut :
21
Tabel 9 Kenaikan Jumlah Perataan Laba Nama No. Perusahaan
Sebelum penerapan pengumuman IFRS 2004 2005 2006 2007
PT Arwana Citramulia 1 Tbk 0 0 0 PT Multi Bintang Indonesia 2 Tbk 0 0 0 PT Semen 3 Gresik Tbk 0 0 0 PT Surya Toto Indonesia 4 Tbk 0 0 0 Sumber : Data sekunder diolah, 2014
Sesudah pengumuman penerapan IFRS 2009 2010 2011 2012
0
0
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan Uji nonparametrik dua sampel berpasangan dengan Wilcoxon Signed Test dan Uji McNemar yang telah dijelaskan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat indikasi adanya kenaikan jumlah kepemilikan asing pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS. 2. Terdapat indikasi adanya kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode sesudah pengumuman penerapan IFRS. Implikasi Teori Hasil penelitian petama sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Florou dan Pope (2009), Lee dan Farghar (2010) dan Gordon et al. (2011) yang menyatakan bahwa investor asing meningkat setelah diterapkannya IFRS. Sedangkan hasil penelitian kedua sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Paananen (2008) yang melaporkan bahwa terdapat peningkatan praktik perataan laba setelah pengadopsian IFRS di Jerman, Jeanjean dan Stolowy
22
(2008) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba meningkat setelah dilakukan pengadopsian IFRS di Prancis, Ahmed et al. (2010) yang menemukan bukti bahwa perusahaan lebih banyak melakukan praktik perataan laba setelah diterapkannya IFRS, Chen et. Al (2010) yang memperoleh bukti bahwa perusahaan di Uni Eropa yang menerapkan IFRS secara mandatory lebih banyak melakukan perataan laba dan Tudor (2010) yang melaporkan bahwa praktik perataan laba lebih tinggi terjadi di Amerika, Prancis dan Belanda setelah diterapkannya IFRS. Implikasi Terapan 1. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa adanya indikasi bahwa tingkat kepemilikan asing di Indonesia meningkat sesudah diumumkannya penerapan IFRS. Hal ini diharapkan dapat memacu pemerintah dan Lembaga Penyusun Standar Akuntansi di Indonesia untuk dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada Standar Akuntasi Keuangan mengingat manfaat yang diperoleh dari penerapannya dan juga dapat menyempurnakan tahap pengadopsian IFRS ini di Indonesia. 2. Bagi perusahaan, dengan adanya indikasi bahwa terdapat kenaikan tingkat kepemilikan asing berarti bahwa langkah untuk menerapkan IFRS sebagai dasar penyusunan laporan keuangan tidak salah. Perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat dari meningkatnya investor asing di perusahaannya. namun diharapkan perusahaan tidak menyalahgunakan fleksibilitas yang ditawarkan oleh IFRS untuk memanipulasi laporan keuangannya. 3. Bagi penyedia jasa appraisal dan jasa audit, dengan adanya indikasi bahwa terdapat kenaikan jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba di Indonesia ini berarti bahwa kualitas dan jumlah penyedia jasa harus ditingkatkan untuk mencegah perusahaan memanfaatkan fleksibilitas yang ditawarkan oleh IFRS dalam menyusun laporan keuangannya. 4. Bagi investor, diharapkan dapat lebih berhati-hati dan selektif dalam menanamkan modalnya
karena terdapat
23
indikasi
bahwa sesudah
pengumuman penerapan IFRS di Indonesia, jumlah perusahaan yang melakukan perataan laba meningkat. Keterbatasan dan Saran : Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini belum benar-benar menerapkan IFRS dalam penyusunan laporan keuangannya. Selain itu, dalam penelitian ini juga mengabaikan UndangUndang No. 25 Tahun 2007 dan faktor-faktor lain secara makro seperti krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Saran untuk penelitian mendatang, sebaiknya dapat menggunakan tahun amatan yang dimulai dari tahun 2012, karena pengadopsian IFRS secara penuh di Indonesia baru terlaksana pada tahun 2012. Selain itu, penggunaan tahun 2012 sebagai periode amatan dikarenakan pada tahun 2012 dampak dari Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 dan krisis global yang terjadi pada tahun 2008 sudah tidak terlalu kuat karena telah berselang beberapa tahun.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Anwer S, Michael Neel dan Dechun Wang. 2010. Does Mandatory Adoption of IFRS Improve Accounting Quality? Preliminary Evidence. http://ssrn.com/abstract=1502909. Burgemeestre, Brigitte, Joris Hulstijn dan Yao-Hua Tan. 2010. Rule Based Versus Principle Based Regulatory Compliance. Diunduh pada tanggal 31 Januari 2014. Cahyati, Ari Dewi. 2011. Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi IFRS : Sebuah Tinjauan Teoritis dan Empiris. Jurnal Riset Akuntansi dan Komputerisasi Vol. 2 No. 1. Chen, Huifa, Qingliang Tang, Yihong Jian dan Zhijun Lin. 2010. The Role of International Financial Reporting Standards in Accounting Quality: Evidence from the European Union. Journal of International Financial Management & Accounting. Vol. 21. Defond, Mark, Xuesong Hu, Mingyi Hung dan Siqi Li. 2011. The Impact of Mandatory IFRS Adoption on Foreign Mutual Fund Ownership: The Role of Comparability. http://ssrn.com/abstract=1473889. Florou, Annita dan Peter F. Pope. 2009. Mandatory IFRS Adoption and Institutional Investment Decisions. http://ssrn.com/abstract=1362564.
24
Gordon, L. A., Loeb M. P. dan Zhu W. 2011. The impact of IFRS adoption on foreign direct investment. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 31 No. 4. Gordon, Isabel dan Natalie Gallery. 2008. Rules Versus Princples-Based Pension Accounting Standards: An Analysis of Comparability. Diunduh pada 31 Januari 2014. Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta. Hermawan, Yulius Purwadi. 2012. Legitimasi Efektifitas dan Akuntabilitas G20 sebagai Klub Eksklusif dalam Pembentukan Tata Kelola Ekonomi Global. Jurnal Ilmiah Hubungan International. Vol. 8. No. 2. Husin, E. Z. 2008. 51 Tahun IAI & Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke International Financial Reporting Standards (IFRS). Majalah Akuntan Indonesia. Edisi No. 14/Tahun III/ Februari. Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEJ. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. Vol. 2 No. 2. Jeanjean, T., dan H. Stolowy. 2008. Do accounting standards matter? An exploratory analysis of earnings management before and after IFRS adoption. Journal of Accounting and Public Policy. Vol. 27. Kusuma, Indra Wijaya, 2007, Pengadopsian International Financial Reporting: Implikasi Untuk Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Indra Wijaya Kusuma, M.B.A.,Akt. Diunduh pada tanggal 24 Maret 2013. Lee, Gladys dan Neil Fargher. 2010. Did the adoption of IFRS encourage crossborder investment?. http://ssrn.com/abstract=1686571. Martani, Dwi. 2011. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK – ETAP). Materi Seminar Riau 15 Maret 2011. Diunduh pada tanggal 21 Maret 2013. Osma, Beatriz Gracia dan Peter F. Pope. 2010. Strategic Balance Sheet Adjustments under First-Time IFRS Adoption and the Consequences for Earnings Quality. http://ssrn.com/abstract=1735009. Paananen, Mari dan Henghsiu Lin. 2008. The Development of Accounting Quality of IAS and IFRS Over Time: The Case of Germany. http://ssrn.com/abstract=1066604. Pope, Peter F. dan Stuart J. Mcleay. 2011. The European IFRS Experiment: Objectives, Research Challenges and some Early Evidence. Diunduh pada tanggal 21 Maret 2013. Prasetya, Ferry Danu. 2012. Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1 No. 4. Rohaeni, D. dan Aryati, T. 2012. Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Income Smoothing dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi. Diunduh pada tanggal 21 Maret 2013. Sugiarto, Sopa. 2003. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VI.
25
Susanti, A. S. (2008). Pengaruh Kualitas Corporate Governance, Kualitas Audit dan Earning Management Terhadap Kinerja Perusahaan. Master Thesis, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta, Indonesia. Trisanti, Theresia. 2012. The Effect of IFRS Adoption on Income Smoothing Practices by Indonesian Listed Firms. Vol. XXIV No.1. Tudor, Alexandra. 2010. Income Smoothing and Earnings Informativeness. http://hdl.handle.net/2105/5605. Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6. www.iaiglobal.or.id Yu, Gowoon. 2010. Accounting Standards And International Portofolio Holdings: Analysis of Cross-Border Holdings Following Mandatory Adoption of IFRS. Disertasi yang dipublikasikan. Universitas Michigan.
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
27
LAMPIRAN 1 Kriteria Pemilihan Sampel 2004 2005 2006 2007 2009 2010 2011 2012
No
Kriteria
1
Jumlah perusahaan di Bursa Efek Indonesia selama periode 20042007 dan 20092012 Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode 2004-2007 dan 2009-2012 Perusahaan yang selama periode 2004-2007 dan 2009-2012 tidak melaporkan laba Perusahaan yang melakukan akuisisi dan merger selama periode 20042007 dan 20092012 Perusahaan yang selama periode 2004-2007 dan 2009-2012 menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang selain Rupiah Sampel penelitian yang digunakan
2
3
4
5
Jumlah
153
150
146
142
150
146
149
146
1182
31
29
29
21
27
28
25
24
( 214 )
61
59
57
61
59
54
55
52
( 458 )
27
24
21
19
28
25
27
26
( 197 )
5
4
6
3
5
3
3
4
( 33 )
29
34
33
38
31
36
39
40
280
28
LAMPIRAN 2 Daftar Identitas Perusahaan Manufaktur yang Dijadikan Sampel NO
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
AKRA ARNA ASII AUTO BATA BTON BUDI DLTA DVLA EKAD FAST HMSP INTA INTP JPRS KAEF KLBF LION LMSH LTLS MERK MLBI MYOR PYFA RDTX SMGR SMSM STTP TCID TIRA TOTO TSPC TURI ULTJ UNTR
NAMA PERUSAHAAN PT AKR Corporindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Sepatu Bata Tbk PT Betonjaya Manunggal Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Ekadharma International Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT Intraco Penta Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Lion Metal Works Tbk PT Lionmesh Prima Tbk PT Lautan Luas Tbk PT Merck Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Roda Vivatex Tbk PT Semen Gresik Tbk PT Selamat Sempurna Tbk PT Siantar Top Tbk PT Mandom Indonesia Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk PT United Tractor Tbk
29
LAMPIRAN 3 Status Perusahaan Pada Periode Sebelum Pengumuman IFRS Sebelum IFRS NAMA NO KODE PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 AKRA PT AKR Corporindo Tbk 1 0 0 1 1 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 2 0 0 0 0 ASII PT Astra International Tbk 3 0 0 0 0 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 4 0 0 1 0 BATA PT Sepatu Bata Tbk 5 0 1 0 1 BTON 6 PT Betonjaya Manunggal Tbk 0 1 1 0 BUDI 7 PT Budi Acid Jaya Tbk 0 0 0 0 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 8 0 1 1 1 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 9 0 1 1 1 10 EKAD PT Ekadharma International Tbk 1 0 1 0 11 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 0 0 1 0 12 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 0 0 1 0 13 INTA PT Intraco Penta Tbk 0 0 1 0 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 14 0 0 1 0 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk 15 1 1 1 1 16 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 0 0 0 0 17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 0 0 1 0 18 LION PT Lion Metal Works Tbk 1 1 0 0 19 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 1 1 1 0 20 LTLS PT Lautan Luas Tbk 1 0 1 0 21 MERK PT Merck Tbk 0 0 0 0 MLBI 22 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0 0 0 0 MYOR 23 PT Mayora Indah Tbk 0 0 1 0 24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 1 0 0 0 25 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 1 0 1 1 26 SMGR PT Semen Gresik Tbk 0 0 0 0 27 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 1 1 1 1 28 STTP PT Siantar Top Tbk 0 1 1 0 29 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1 0 0 0 30 TIRA PT Tira Austenite Tbk 1 1 0 0 31 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 0 0 0 0 32 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 0 1 1 0 33 TURI PT Tunas Ridean Tbk 1 1 1 1 34 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading 0 0 0 0 35 UNTR PT United Tractor Tbk 0 1 1 1
30
LAMPIRAN 3 Status Perusahaan Pada Periode Sesudah Pengumuman IFRS Sesudah IFRS NAMA NO KODE PERUSAHAAN 2009 2010 2011 2012 AKRA PT AKR Corporindo Tbk 1 1 1 0 0 ARNA PT Arwana Citramulia Tbk 2 0 1 1 1 ASII PT Astra International Tbk 3 0 1 0 1 AUTO PT Astra Otoparts Tbk 4 1 0 0 0 BATA PT Sepatu Bata Tbk 5 0 1 0 1 BTON 6 PT Betonjaya Manunggal Tbk 1 0 1 1 BUDI 7 PT Budi Acid Jaya Tbk 0 0 0 0 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 8 0 1 1 0 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 9 0 1 1 1 10 EKAD PT Ekadharma International Tbk 1 1 0 1 11 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk 0 0 0 0 12 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 1 0 0 0 13 INTA PT Intraco Penta Tbk 1 1 0 0 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 14 0 0 1 0 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk 15 1 1 0 0 16 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 0 1 0 1 17 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 1 0 1 0 18 LION PT Lion Metal Works Tbk 1 1 1 1 19 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 1 1 0 1 20 LTLS PT Lautan Luas Tbk 1 1 0 1 21 MERK PT Merck Tbk 0 0 1 0 MLBI 22 PT Multi Bintang Indonesia Tbk 0 1 1 0 MYOR 23 PT Mayora Indah Tbk 1 1 0 0 24 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 0 1 0 0 25 RDTX PT Roda Vivatex Tbk 1 0 0 0 26 SMGR PT Semen Gresik Tbk 1 0 1 0 27 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 1 1 0 1 28 STTP PT Siantar Top Tbk 1 0 0 1 29 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 1 1 0 0 30 TIRA PT Tira Austenite Tbk 1 1 0 1 31 TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk 1 1 0 1 32 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk 1 1 1 1 33 TURI PT Tunas Ridean Tbk 1 1 0 0 34 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading 0 1 0 0 35 UNTR PT United Tractor Tbk 0 1 1 0
31
LAMPIRAN 4 Tingkat Kepemilikan Asing Sebelum Pengumuman IFRS NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
NAMA PERUSAHAAN AKRA PT AKR Corporindo Tbk ARNA PT Arwana Citramulia Tbk ASII PT Astra International Tbk AUTO PT Astra Otoparts Tbk BATA PT Sepatu Bata Tbk BTON PT Betonjaya Manunggal Tbk BUDI PT Budi Acid Jaya Tbk DLTA PT Delta Djakarta Tbk DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk EKAD PT Ekadharma International Tbk FAST PT Fast Food Indonesia Tbk HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk INTA PT Intraco Penta Tbk INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk KLBF PT Kalbe Farma Tbk LION PT Lion Metal Works Tbk LMSH PT Lionmesh Prima Tbk LTLS PT Lautan Luas Tbk MERK PT Merck Tbk MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk MYOR PT Mayora Indah Tbk PYFA PT Pyridam Farma Tbk RDTX PT Roda Vivatex Tbk SMGR PT Semen Gresik Tbk SMSM PT Selamat Sempurna Tbk STTP PT Siantar Top Tbk TCID PT Mandom Indonesia Tbk TIRA PT Tira Austenite Tbk TOTO PT Surya Toto Indonesia Tbk TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk TURI PT Tunas Ridean Tbk ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading UNTR PT United Tractor Tbk KODE
32
2004 0 37.95 41.94 0 80 78 11.1 58.3 80 5.05 0 39 0 61 45.51 0 0 57.7 32.22 0 78 80 7.48 0 0 0 0 5.11 60.12 0 38.8 14.84 33.7 0 0
Sebelum IFRS 2005 2006 14.11 0 39.09 32.9 47.55 50.11 0 0 72.6 78.8 78 79.07 11.1 9.47 58.3 58.3 81 81 6.35 5.88 0 0 39 0 0 27.05 63 63 45.51 45.51 0 0 0 0 57.7 57.7 32.22 32.22 0 0 74 74 81 81 6.7 0 0 0 0 0 25.53 25.53 0 0 5.11 0 60.12 60.78 0 0 38.13 39.5 0 0 37.38 37.38 0 0 0 0
2007 0 45.08 50.11 0 81 0 0 58.3 83 0 0 0 27.05 63 32.18 0 0 57.7 32.22 0 74 81 0 0 6.33 25.53 0 0 60.78 0 39.5 0 37.38 0 0
LAMPIRAN 4 Tingkat Kepemilikan Asing Sesudah Pengumuman IFRS NO
KODE
NAMA PERUSAHAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
AKRA ARNA ASII AUTO BATA BTON BUDI DLTA DVLA EKAD FAST HMSP INTA INTP JPRS KAEF KLBF LION LMSH LTLS MERK MLBI MYOR PYFA RDTX SMGR SMSM STTP TCID TIRA TOTO TSPC TURI ULTJ UNTR
PT AKR Corporindo Tbk PT Arwana Citramulia Tbk PT Astra International Tbk PT Astra Otoparts Tbk PT Sepatu Bata Tbk PT Betonjaya Manunggal Tbk PT Budi Acid Jaya Tbk PT Delta Djakarta Tbk PT Darya Varia Laboratoria Tbk PT Ekadharma International Tbk PT Fast Food Indonesia Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk PT Intraco Penta Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk PT Jaya Pari Steel Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Kalbe Farma Tbk PT Lion Metal Works Tbk PT Lionmesh Prima Tbk PT Lautan Luas Tbk PT Merck Tbk PT Multi Bintang Indonesia Tbk PT Mayora Indah Tbk PT Pyridam Farma Tbk PT Roda Vivatex Tbk PT Semen Gresik Tbk PT Selamat Sempurna Tbk PT Siantar Top Tbk PT Mandom Indonesia Tbk PT Tira Austenite Tbk PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Tempo Scan Pacific Tbk PT Tunas Ridean Tbk PT Ultrajaya Milk Industry & Trading PT United Tractor Tbk
33
Sesudah IFRS 2009 0 67.51 50.11 0 85.7 79.87 0 58.3 92.66 0 0 0 27.06 51 83.95 0 0 57.7 32.2 0 74 83.37 0 0 6.33 25.19 0 0 61.02 0 39.5 0 38.29 0 0
2010 0 71.77 50.11 95.65 82.6 0 0 58.3 92.66 0 0 0 0 51 68.42 0 0 57.7 32.22 0 74 82 0 0 0 0 0 0 60.84 0 39.5 0 43.84 9.5 59.5
2011 0 56.14 50.11 95.65 87.5 79.87 0 58.3 92.66 0 0 0 45.78 51 68.42 0 0 57.7 32.22 0 74 82.53 0 0 5.6 0 0 0 60.84 0 39.5 0 43.84 9.5 59.5
2012 0 55.27 50.11 0 87.7 79.87 0 58.3 92.66 0 0.32 0 45.62 51 68.42 0 0 57.7 32.22 0 74 82.53 0 0 6.73 0 0 0 60.84 0 39.48 0 43.84 9.5 0
LAMPIRAN 5 Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
asing_sebelum_ifrs
.250
140
.000
.806
140
.000
asing_sesudah_ifrs
.291
140
.000
.799
140
.000
a. Lilliefors Significance Correction
34
LAMPIRAN 6 Uji Nonparametrik Dua Sampel Berpasangan (Wilcoxon Signed Ranks Test)
Ranks N a
39.64
991.00
Positive Ranks
48
b
35.62
1710.00
Ties
67
Total
140
asing_sebelum_ifr s
Sum of Ranks
25
asing_sesudah_ifr Negative Ranks s-
Mean Rank
a. asing_sesudah_ifrs < asing_sebelum_ifrs b. asing_sesudah_ifrs > asing_sebelum_ifrs c. asing_sesudah_ifrs = asing_sebelum_ifrs
Test Statisticb asing_sesudah_ifrs asing_sebelum_ifrs a
Z
-1.976
Asymp. Sig. (2-tailed)
.048
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
35
c
LAMPIRAN 7 Uji Nonparametrik Dua Sampel Berpasangan (McNemar Test)
b
Test Statistics
sebelum_ifrs & sesudah_ifrs N
140 a
4.379
Asymp. Sig.
.036
Chi-Square
a. Continuity Corrected b. McNemar Test
sebelum_ifrs & sesudah_ifrs sebelum _ifrs
sesudah_ifrs 0
1
0
44
42
1
24
30
36
LAMPIRAN 8 Daftar PSAK yang Telah Diharmonisasikan dengan IFRS PSAK Disahkan 2007 – 2008 1. PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap 2. PSAK 13 (revisi 2007): Properti Investasi 3. PSAK 30 (revisi 2007): Sewa 4. PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan PSAK Disahkan 23 Desember 2009 1. PSAK 1 (revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (revisi 2009) : Laporan Arus Kas 3. PSAK 4 (revisi 2009) : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 4. PSAK 5 (revisi 2009) : Segmen Operasi 5. PSAK 12 (revisi 2009) : Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 6. PSAK 15 (revisi 2009) : Investasi Pada Entitas Asosiasi 7. PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan 8. PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset 9. PSAK 57 (revisi 2009) : Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 10. PSAK 58 (revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan Interpretasi Disahkan 23 Desember 2009 1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus 2. ISAK 9 : Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa 3. ISAK 10 : Program Loyalitas Pelanggan 4. ISAK 11 : Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik 5. ISAK 12 : Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer PPSAK Disahkan Sepanjang 2009 (Berlaku efektif 2010) 1. PPSAK 1 : Pencabutan PSAK 32 Akuntansi Kehutanan, PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol 2. PPSAK 2 : Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang 3. PPSAK 3 : Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang bermasalah 4. PPSAK 4 : Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana 5. PPSAK 5 : Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing PSAK Disahkan 19 Februari 2010 37
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PSAK 19 (2010) : Aset tidak berwujud ISAK 14 (2010) : Biaya Situs Web PSAK 23 (2010) : Pendapatan PSAK 7 (2010) : Pengungkapan Pihak‐Pihak yang Berelasi PSAK 22 (2010) : Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010) PSAK 10 (2010) : Transaksi Mata Uang Asing (disahkan 23 Maret 2010) ISAK 13 (2010) : Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri PSAK Disahkan November 2010 1. PSAK 24 (2010) : Imbalan Kerja 2. ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12) 3. PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan 4. PSAK 50 (R 2010) : Instrumen Keuangan: Penyajian 5. PSAK 8 (R 2010) : Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 6. PSAK 53 (R 2010) : Pembayaran Berbasis Saham Exposure Draft Public Hearing 27 April 2010 1. ED PSAK 24 (2010) : Imbalan Kerja 2. ED PSAK 18 (2010) : Program Manfaat Purnakarya 3. ED ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa (IFRIC 12) 4. ED ISAK 15 : Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya. 5. ED PSAK 3 : Laporan Keuangan Interim 6. ED ISAK 17 : Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai Exposure Draft Public Hearing 14 Juli 2010 1. ED PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan 2. ED PSAK 50 (R 2010) : Instrumen Keuangan: Penyajian 3. ED PSAK 8 (R 2010) : Peristiwa Setelah Tanggal Neraca 4. ED PSAK 53 (R 2010) : Pembayaran Berbasis Saham Exposure Draft Public Hearing Agustus 2010 1. ED ISAK 20 : Pajak Penghasilan: Perubahan dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham 2. ED PSAK 46 : Pajak Penghasilan 3. ED ISAK 18 : Bantuan Pemerintah – Tidak ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi 4. ED PSAK 63 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 5. PSAK 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah Exposure Draft Public Hearing 18 November 2010 1. ED PSAK 34 : Kontrak konstruksi 2. ED PSAK 45 : Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba 3. ED ISAK 19 : Penerapan Penyajian Kembali dalam PSAK 63 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiper Inflasi 4. ED ISAK 21 : Perjanjian Konstruksi Real Estate 5. ED PPSAK 6 : Pencabutan PSAK 21 Akuntansi Ekuitas, ISAK 1 Penentuan Harga Pasar Dividen, ISAK 2 Penyajian Modal dalam Neraca
38
dan Piutang kepada Pemesan Saham, ISAK 3 Akuntansi atas Sumbangan dan Bantuan 6. ED PPSAK 7 : Pencabutan PSAK 44 Konstruksi Rel Estate 7. ED PPSAK 8 : Pencabutan PSAK 27 Akuntansi Koperasi Exposure Draft Public Hearing 25 Januari 2011 1. ED PSAK 62 : Kontrak Asuransi 2. ED PSAK 28 : Revisi 2011 Akuntansi Asuransi Kerugian 3. ED PSAK 36 : Revisi 2011 Akuntansi Asuransi Jiwa 4. ED PSAK 56 : Laba Per Lembar Saham 5. ED PPSAK 10 : Pencabutan PSAK 51 Akuntansi Kuasi Reorganisasi Exposure Draft Public Hearing 14 Maret 2011 1. PSAK 33 (revisi 2011): Akuntansi Pertambangan Umum 2. PSAK 64: Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral 3. ISAK 22: Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan 4. ISAK 23: Sewa Operasi‐Insentif 5. ISAK 24: Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa 6. PSAK 11: Pencabutan PSAK 39: Akuntansi Kerja Sama Operasi. Sumber : Martani, 2011
39
LAMPIRAN 9 (DAFTAR RIWAYAT HIDUP)
40
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Murtaziqoh
Tempat, tanggal lahir
: Salatiga, 15 Juni 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tinggi / Berat Badan
: 155 cm / 45 kg
Agama
: Islam
Kota Asal
: Salatiga
Alamat
: Payaman RT 01/04 Tingkir Tengah Salatiga
Email
:
[email protected]
Pendidikan
: TK Pertiwi Tingkir Tengah
Pengalaman
(1997-1998)
SD Negeri 01 Tingkir Tengah
(1998-2004)
SMP Negeri 2 Salatiga
(2004-2007)
SMA Negeri 3 Salatiga
(2007-2010)
Universitas Kristen Satya Wacana
(2010-2014)
: Anggota Divisi Research and Development KSA UKSW 2011 – 2012 Koordinator Sekretariat Kuliah Umum BRI 2011 Sie. Sekretariat Kepanitiaan Seminar dan Call For Paper “Enhancing Indonesia’s Competitive Advantage in Global Economy” 2011 Koordinator Divisi Keilmuan KSA UKSW 2012 – 2013 Sekretaris
National
Accounting Competition
and
Seminar 2012 Satgas Seminar “Peraturan Pemerintah Pelaksana UU AP dan Kapita Selekta Yag Berlaku Tahun 2011 dan 2012” 2012 Panitia Sosialisasi Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan 2012 Pantia Seminar Satu Dasawarsa Reformasi Birokrasi 2012
41
Steering Commite National Seminar On Accounting 2013 Ketua Panitia Satya Wacana’s Accounting Competition 2013 Asisten Dosen Matematika dan Bisnis 2012/2013 Asisten Dosen Lab. Pengantar Akuntansi 2012/2013 Koordinator Asisten 2013/2014 Asisten Dosen Lab. SIA 2013/2014 Asisten Dosen Lab. Pengauditan 2013/2014 Asisten Dosen Perpajakan 2013/2014
42