KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
ABSTRACT This research examines the antecendents and consequences of commitment in auditor and auditee relationship. Using mail survey to public company and client’s of a local audit firm in Semarang, this research found client orientation is an important determinant for affective commitment. Both affective and calculative commitments predicted client’s opportunistic behavior. Affective commitment is suggested to decrease client’s opportunistic behavior, while, calculative commitment is suggested to increase client’s opportunistic behavior. Finally, this research suggested that auditee’s opportunistic behavior determined auditee’s continuance intention. Keywords: antecedents, consequences, commitment, continuance intention PENDAHULUAN Kantor
Akuntan
beberapa KAP yang ada berupaya untuk Publik
(KAP)
mencari strategi alternatif yang tepat untuk
sebagai salah satu dari beberapa organisasi
digunakan pada organisasi masing-masing.
yang bergerak di sektor jasa keuangan
Segala aktivitas diarahkan pada pemberian
dalam memasarkan jasa kepada klien saat ini
nilai lebih (value added) pada klien yang
menghadapi adanya kompetisi yang intensif,
berupa pengembangan penerapan strategi
kejenuhan dan deregulasi. Sarbanes-Oxley
audit, pengembangan portofolio jasa-jasa,
Act 2002 merupakan regulasi yang paling
dan penyediaan laporan keuangan yang
mempengaruhi profesi auditing bukan saja
berorientasi pada klien, sehingga hubungan
di Amerika Serikat tetapi pengaruhnya sudah
jasa yang tercipta antara KAP dan klien
sampai seluruh dunia. Sebagai akibatnya,
dapat dipertahankan untuk perikatan audit
terjadi pembatasan jasa-jasa yang diberikan
selanjutnya
KAP, rotasi partner dan pada saat yang sama
jangka panjang1.
yang
berorientasi
hubungan
KAP menghadapi persaingan yang ketat. Oleh
Perkembangan tersebut sejalan dengan
karena itu, beberapa KAP harus mengadopsi
peralihan paradigma dalam teori dan praktik
dan menerapkan strategi yang berorientasi
1 Meskipun terdapat peraturan yang mengharuskan rotasi auditor, namun auditor diprediksi tetap berusaha membina hubungan baik dengan auditee. Hal ini karena terdapat kemungkinan auditee akan melakukan perikatan kembali dengan auditor semula setelah terjadi rotasi auditor.
pemasaran (Ahmed & Hopson, 1990) dengan tetap menjaga etika profesi. Kebutuhan untuk marketing orientation tersebut menyebabkan
114
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
pemasaran yang awalnya berfokus pada
didasarkan karena adanya batasan komitmen
pendekatan transaksi ke arah pendekatan
yang
hubungan jangka panjang. Sebagian besar
intraorganisasi saja dan bukan dalam lingkup
riset yang terkait dengan perkembangan teori
interorganisasi seperti komitmen terhadap
ini menekankan pada hasil dari hubungan
konsumen, pemasok, pelanggan, distributor,
pembeli dan penjual dalam sudut pandang
publik dan bahkan dengan pesaing. Banyak
profitabilitas, pangsa pasar dan kepuasan
KAP yang telah menyadari pentingnya
pelanggan. Pandangan seperti ini dikemukakan
hubungan dengan klien, tetapi informasi yang
oleh Morgan & Hunt (1994) dan Mangos et
lengkap terkait dengan komponen-komponen
al., (1995). Dalam teori pemasaran terbaru,
penting hubungan tersebut masih belum
Dwyer et al. (1987) dan Gundlach et al. (1995)
banyak tersedia. Penelitian ini dilakukan untuk
berargumen bahwa komitmen merupakan
menyediakan informasi yang lengkap bagi
elemen
KAP dalam membangun hubungan jangka
utama
dalam
membangun
dan
mempertahankan hubungan jangka panjang.
selama
ini
berada
pada
lingkup
panjang dengan klien.
Dalam konteks bisnis jasa audit, konstruk
Salah satu kunci pokok kelangsungan
komitmen ini mempunyai peran penting dalam
hubungan auditor dengan klien adalah adanya
hubungan bisnis.
komitmen
Selama
ini
riset-riset
mengenai
tersebut
antara
keduanya.
diharapkan
dapat
Komitment membangun
penerapan konsep relationship marketing
hubungan jangka panjang antara klien dengan
dalam konteks auditing masih belum banyak
auditor. Identifikasi terhadap anteseden dan
dilakukan. Sebagian studi yang pernah
konsekuensi
dilakukan
untuk memprediksi niat klien untuk menjalin
dalam
rangka
mengevaluasi
komitmen selalu berada pada lingkup internal
komitmen
perlu
dilakukan
hubungan jangka panjang dengan auditor.
suatu organisasi. Namun dengan adanya pergesaran paradigma, menyebabkan konstruk
TINJAUAN PUSTAKA DAN
komitmen telah mengalami perkembangan
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dalam lingkup yang lebih luas, yaitu tidak
Konseptualisasi Komitmen
hanya berkembang pada disiplin ilmu psikologi
Komitmen dalam hubungan antara
atau perilaku organisasi saja, namun telah
penyedia jasa dan klien telah didefinisikan
menjadi perhatian oleh peneliti dalam bidang
sebagai ikatan, baik secara implisit maupun
pemasaran. Konsep dan pengukuran terhadap
eksplisit, atas keberlangsungan hubungan
komitmen dalam kajian pemasaran juga telah
antara pasangan dalam pertukaran, yang
mulai dikembangkan dengan cermat. Hal ini
berimplikasi pada keinginan masing-masing Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
115
untuk menciptakan manfaat jangka panjang
untuk menunjukkan alasan instrumental yang
(Dwyer et al., 1987). Demikian pula dengan
membentuk dasar bagi tipe komitmen ini.
Moorman
mendefinisikan
Tipe komitmen ini menunjukkan penilaian
komitmen sebagai keinginan yang abadi
secara eksplisit terhadap biaya dan manfaat
dalam mempertahankan hubungan nilai yang
dalam mengembangan dan mempertahankan
ada. Sedangkan, Anderson & Weitz (1992)
suatu hubungan. Dalam pemasaran jasa audit,
menjelaskan komitmen sebagai keinginan
komitmen kalkulatif menjadi sebuah konsep
untuk
yang
yang penting ketika audit menjadi lebih seperti
stabil dan keinginan untuk memberikan
sebuah komoditi sehingga dipilih pada tingkat
pengorbanan jangka pendek dalam rangka
harga yang lebih rendah.
et
al.
(1992)
mengembangkan
hubungan
memelihara hubungan dan percaya pada stabilitas hubungan. komitmen
konseptualisasi
komitmen
dalam
suatu
hubungan dikonseptualisasikan sebagai suatu
Menurut Gundlach (1995) dalam mengkaji
Kedua,
dalam
yang
pemasaran,
& Meyer, 1990; Gundlach et al., 1995).
luas
Dimensi ini menggambarkan orientasi afektif
mengidentifikasi tiga aspek penting yang
dan keselarasan nilai dengan rekanan bisnis
berhubungan dengan komitmen. Pertama,
yang menurut Buchanan (1974) terpisah dari
komitmen dalam hubungan bisnis yang
kemurnian nilai instrumennya (Ruyter dan
mencakup
atau
Wetzels, 1999). Hubungan yang didalamnya
komponen masukan yang mangacu pada
terdapat keterkaitan individu dengan tujuan dan
pertaruhan kepentingan sendiri dan rekanan
nilai organisasi sepertinya akan berlangsung
dalam suatu hubungan (Allen & Meyer,
lebih lama (Ruyter dan Wetzels, 1999).
1990). Dimensi ini mengusulkan komitmen
Komitmen afektif didasarkan pada perasaan
sebagai tindakan kalkulatif, yaitu tindakan
positif terhadap pasangan dalam hubungan
dimana biaya dan manfaat dipertukarkan. Hal
pertukaran (Konovsky & Cropanzano, 1991).
dimensi
paling
konstruk sikap (attitudinal constract) (Allen
instrumental
ini berkembang sebagai hasil dari investasi
Terakhir,
perhatian
diarahkan
yang dijalankan dalam suatu hubungan atau
komitmen sebagai dimensi temporal yang
kurangnya
menyebabkan
berarti selama dilakukan dalam rentang waktu
tingkat biaya pertukaran (switching cost)
yang lama atau secara konsisten (Moorman et
yang berhubungan dengan penghentian suatu
al., 1992). Dengan adanya kesinambungan,
hubungan. Istilah komitmen kalkulatif telah
maka tingkat perputaran (turnover) pelanggan
diadopsi oleh beberapa penulis seperti Kumar
dapat dikurangi dan pasangan kerja akan
et al. (1995) dan Anderson & Weitz (1992)
lebih
116
alternatif
yang
meningkatkan
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
kerjasama
dalam
pencapaian tujuan bersama (Anderson &
hubungan antara kualitas jasa dan komitmen.
Narus, 1990). Melalui komitmen hubungan
Walaupun begitu, karena komitmen bisa
jangka panjang dan berkelanjutan berdampak
dilihat dan digunakan sebagai wakil dari
pada peningkatan kerjasama dan penurunan
loyalitas yang diartikan sebagai komitmen
perilaku oportunistik (Morgan & Hunt, 1994;
terhadap merek tertentu dan karena hubungan
Gundlach et al., 1995).
positif antara kualitas jasa dan loyalitas telah dilaporkan secara konsisten dalam area
Model Konseptual Anteseden Komitmen
pemasaran jasa, maka ditetapkan bahwa akan
Pengaruh Perceived Quality Service
ada hubungan positif antara kualitas jasa
terhadap Komitmen
terhadap komitmen afektif maupun kalkulatif.
Kualitas jasa profesional merupakan
H1:
Perceived
Service
alasan penting mengapa pelanggan melakukan
berhubungan
hubungan dengan penyedia jasa. Menurut
komitmen afektif
Parasuraman et al. (1994); Lytel & Mokwa
H2:
Perceived
Quality
positif
dengan
Service
(1992), kualitas jasa sering dikonseptualisasikan
berhubungan
sebagai suatu perbandingan antara harapan
komitmen kalkulatif
Quality
positif
dengan
pelanggan terhadap pelaksanaannya (Ruyter & Wetzels, 1999). Terdapat 5 kunci yang telah
Pengaruh Trust (Kepercayaan) terhadap
diidentifikasi dalam menentukan kualitas
Komitmen
suatu jasa yaitu reliability, responsiveness,
Spekman, dalam Morgan & Hunt
assurance, emphaty, dan tangibles. Danssen
(1994) telah mendefinisikan kepercayaan
(1995)
KAP
sebagai dasar bagi persekutuan yang strategik.
menganggap secara subjektif kualitas audit
Morgan & Hunt (1994) telah mengartikan
yang dirasakan lebih penting daripada kualitas
kepercayaan sebagai keyakinan yang dimiliki
teknik pengujian audit yang lebih objektif
dalam hubungan dengan pasangan kerja terkait
(Ruyter & Wetzels, 1999). Dimensi reliability,
dengan sikap jujur dan saling membantu
responsiveness, assurance dianggap penting
satu sama lain. Adanya kepercayaan juga
oleh auditee.
memberikan dasar keyakinan bahwa tindakan
melaporkan
bahwa
klien
Woodside et al. (1992) menemukan
pasangan kerja mengarah pada pencapaian
dukungan tentang pentingnya suatu konsep
hasil
yang
baik
(Rempel
responsiveness yang dirasakan oleh klien KAP
1986). Sebagai dimensi komitmen afektif,
ketika penilaian kinerja. Di dalam literatur,
kepercayaan
tidak ada konsep atau bukti empiris mengenai
integritas dan pengurangan ketidakpastian
berhubungan
&
Holmes,
dengan
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
rasa
117
(Rempel & Holmes, 1986). Oleh karena
dengan adanya tingkat ketergantungan yang
itu, Granovetter (1985) berpendapat bahwa
tinggi menyebabkan pasangan kerja dalam
kepercayaan mengarah pada keinginan untuk
suatu hubungan bisnis telah membentuk
mempertahankan suatu hubungan diantara
suatu
pasangan kerja (Ruyter & Wetzels, 1999).
barrier) mereka sendiri. DeAngelo (1981)
dari
penghalang
pertukaran
(switching
Sebagai salah satu dimensi anteseden
juga memperkirakan bahwa hubungan jangka
komitmen
panjang menghemat biaya evaluasi ulang
mempunyai
afektif,
keterkaitan
kepercayaan dengan
sikap
yang dikeluarkan klien untuk melanjutkan
integritas dan pengurangan ketidakpastian
hubungan dengan KAP (Ruyter & Wetzels,
(Rempel & Holmes, 1986). Granovetter
1999).
(1985) juga berpendapat bahwa kepercayaan
Dalam
penelitiannya
Kumar
et
mengarah pada keinginan yang kuat untuk
al. (1995) dan Geykens dan Steenkamp
mempertahankan hubungan diantara semua
(1995)
pihak (Ruyter dan Wetzels, 1999). Geykens
terdapat hubungan positif antara saling
& Steenkamp (1985) melaporkan terdapat
ketergantungan dengan komitmen afektif.
hubungan positif antara kepercayaan dan
Selanjutnya Geykens dan Steenkamp juga
komitmen afektif. Selain itu, hal yang berbeda
menjelaskan hubungan positif antara saling
juga dilaporkan mengenai hubungan negatif
ketergantungan dan komitmen kalkulatif.
antara kepercayaan dan komitmen kalkulatif.
Hal
Trust
H3:
berhubungan
positif
dengan
komitmen afektif
ini
membuktikan
dikarenakan
secara
adanya
empiris
hubungan
investasi yang spesifik menyebabkan motivasi perhitungan untuk melanjutkan hubungan
H4: Trust berhubungan negatif dengan komitmen kalkulatif
akan muncul. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa hubungan jangka panjang menghemat biaya yang dikeluarkan oleh klien untuk
Pengaruh Interdependence terhadap
mengevaluasi ulang kelanjutan hubungan
Komitmen
dengan KAP (Ruyter dan Wetzels, 1999). Oleh
Dalam setiap hubungan sosial dan
karena itu diajukan bahwa terdapat hubungan
ekonomi selalu ada rasa saling ketergantungan
positif antara interdependence dengan dengan
di antara semua pihak. Tingkat ketergantungan
kedua konstruk commitment.
dalam
H5: Interdependence berhubungan positif
hubungan
pertukaran
ditentukan
melalui besarnya tingkat motivasi untuk berinvestasi
yang
akan
siap
dilakukan
dan penggantian terhadap pasangan kerja.
dengan komitmen afektif H6: Interdependence berhubungan positif dengan komitmen kalkulatif
Anderson & Weitz (1992) berpendapat bahwa
118
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
Pengaruh Client Orientation terhadap
H7: Client Orientation berhubungan positif
Komitmen
dengan komitmen afektif
Saxe & Weitz (1982) berpendapat pelanggan
Model Konseptual Konsekuensi Komitmen
merupakan konstruk yang telah terbukti
Pengaruh Komitmen terhadap Cooperation
penting dalam pengembangan hubungan
Morgan & Hunt (1994) telah menguji
bahwa
orientasi
terhadap
jangka panjang dengan pasangan kerja.
adanya
Konstruk ini telah didefinisikan oleh Ruyter
komitmen dan kerjasama. Hal ini didasarkan
& Wetzels (1999) sebagai perhatian terhadap
pada penerapan komitmen yang sebagian besar
kebutuhan pelanggan pada tingkat interaksi
menggunakan konsep afektif. Kerjasama dapat
antara karyawan dan pelanggan. Konstruk
dilihat sebagai komitmen institusional, yang
ini berperan penting terutama dalam jasa
berdasarkan pada motivasi afektif. Oleh karena
profesional keuangan ketika terdapat tingkat
itu diusulkan hipotesis mengenai hubungan
yang relatif tinggi dalam interaksi hubungan
positif antara komitmen afektif dan kerjasama.
dengan pasangan kerja dalam pertukaran (Van
Sebagai alternatif, ada kemungkinan klien
der Walt et al., 1994). Mangos et al. (1995)
yang lebih termotivasi secara kalkulatif akan
menekankan bahwa terdapat kemunculan
lebih tertarik pada keuntungan moneter dan
orientasi terhadap klien dalam KAP. Oleh
akan terpancing oleh fee yang menarik sebagai
karena itu, Dassen (1995) menyimpulkan
contoh dari pesaingnya. Kumar et al. (1995)
bahwa auditor harus mendengarkan kebutuhan
dalam penelitian tentang jalur penghubung
klien dengan hati-hati.
atau perantara pemasaran melaporkan bahwa
Mangos et al. (1995) berpendapat bahwa
KAP
mempunyai
fokus
hubungan
yang
positif
antara
komitmen kalkulatif mempunyai pengaruh
yang
negatif terhadap keinginan perantara untuk
berorientasi kepada pelanggan. Orientasi
tetap tinggal dan berinvestasi dalam suatu
kepada pelanggan sering dilihat sebagai
hubungan. Lebih jauh lagi, tingginya tingkat
orientasi utama yang berpengaruh ketika
komitmen kalkulatif perantara menyebabkan
melakukan hubungan interaksi antara penyedia
akan mencari alternatif penyedia jasa yang
jasa dan klien (Ruyter & Wetzels, 1999). Oleh
lain. Berdasarkan hal ini muncul tambahan usul
karena itu, Dansen (1995) menyimpulkan
tentang hubungan negatif antara komitmen
bahwa auditor harus mendengarkan dengan
kalkulatif dan kerjasama.
seksama apa yang menjadi keinginan klien.
H8:
Berdasarkan hal tersebut diusulkan adanya hubungan positif antara orientasi kepada pelanggan dan komitmen afektif.
Komitmen Afektif berhubungan positif dengan Cooperation
H9:
Komitmen
Kalkulatif
berhubungan
negatif dengan Cooperation
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
119
Pengaruh Komitmen terhadap
Pengaruh Cooperation dan Perilaku
Opportunistic Behaviour (Perilaku
Oportunis terhadap Continuance
Oportunis)
Intentions Continuance intentions merupakan
Perilaku oportunis merupakan perilaku sepihak yangbahwa membahayakan untuk klien KAP hubungan dengan komitmen
sebuah elemen suatu esensial mempertahankan hubungan.dalam Dalam sebuah
tujuan mengambil keuntungan darilebih kesempatan kalkulatif yang tinggi cenderung
hubungan karena dapat dipandang sebagai penelitian ini diajukan bahwa cooperation
sebuah indikasi untuk pendapatan masa
yang ada. Perilaku ini bisa menyebabkan berperilaku oportunis.
akan
berpengaruh
datang.
hubungan antara partner bisnis menjadi tidak H10 : Komitmen afektif berhubungan
Konstruk
continuance
positif
ini
intentions.
terhadap
Sebaliknya
kecenderungan untuk mau mempertahankan
stabil. Menurut Kumar dkk (1994) dalam negatif dengan perilaku oportunis.
perilaku
oportunis
akan
berpengaruh
suatu hubungan. Dalam penelitian ini diajukan
Ruyter dkk (1999) tingginya tingkat komitmen
negatif terhadap continuance intentions
H11 : Komitmen kalkulatif berhubungan
bahwa cooperation akan berpengaruh positif
afektif akan menurunkan kecenderungan
karena perilaku ini akanintentions. berujung pada terhadap continuance Sebaliknya
positif dengan perilaku oportunis.
pihak tertentu untuk berperilaku oportunis.
perpecahan. perilaku oportunis akan berpengaruh negatif
Sebaliknya Simon dan Francis (1988) dalam
Cooperation berhubungan positif continuance intentions
Pengaruh Cooperation dan Perilaku
H12: terhadap
Oportunis terhadap Continuance
perilaku dengan ini akan berujungIntentions pada perpecahan. Continuance
Intentions
H12: Cooperation H13: Opportunisticberhubungan behaviour positif
Ruyter dkk (1999) melaporkan bahwa klien KAP dengan komitmen kalkulatif yang tinggi lebih cenderung berperilaku oportunis.
H13: Opportunistic behaviour berhubungan Continuance Intentions
sebuah elemen esensial dalam sebuah
dengan perilaku oportunis.
negatif dengan Continuance Intentions
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
hubungan karena dapat dipandang sebagai
H11 : Komitmen
kalkulatif
berhubungan
indikasi untuk pendapatan positifsebuah dengan perilaku oportunis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun disusun
masa
untuk
kerangka
pemikiran
penelitian ini seperti disajikan dalam
seperti disajikan dalam Gambar 1. Gambar
mau
1.
Gambar 1. ModelPenelitian Penelitian Gambar 1. Model
Perceived Service Quality
Trust
Interdepedence
+ +
Affective Commitment
+ +
+ -
+ -
Cooperation
Calculative Commiment
teoritis
kerangka pemikiran teoritis penelitian ini
datang. Konstruk ini mengindikasikan kecenderungan
karena
dengan Continuance Intentions berhubungan negatif dengan
Continuance intentions merupakan
H10 : Komitmen afektif berhubungan negatif
Opportunistic Behaviour
+
+ Client Orientation
120
mengindikasikan
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
+ -
Continuance Intentions
METODA PENELITIAN
Anteseden Komitmen Berdasarkan penelitian yang telah
Variabel Penelitian
dilakukan oleh Ruyter & Wetzels (1999)
Komitmen ini
diidentifikasi 5 faktor anteseden yang utama
mengacu pada 2 variabel komitmen yang
dari komitmen dalam konsep marketing
dikembangkan oleh Gundlach (1995) yaitu:
relationship antara lain konstruk perceived
1. Komitmen Afektif
service
Komitmen
dalam
penelitian
Komitmen ini dalam suatu hubungan
quality.
perceived
service
Penelitian quality
mengukur
menggunakan
suatu
5 item pertanyaan yang diambil dari 3
konstruk sikap (attitudinal constract)
dimensi pada instrumen SERVQUAL yang
(Allen & Meyer, 1990; Gundlach et al.,
dikembangkan Parasuraman et al. (1994).
1995).
didasarkan
Penelitian ini menggunakan 5 item pertanyaan
pada perasaan positif terhadap pasangan
yang dikembangkan oleh Kumar et al (1995)
dalam hubungan pertukaran (Konovsky &
untuk
Cropanzano, 1991). Pengukuran konstruk
(trust). Konstruk perceived interdependence
affective commitment pada penelitian
juga diukur mengunakan instrumen yang
ini
yang
dikembangkan oleh Kumar et al. yang terdiri
dikembangkan oleh Kumar et al. (1995)
dari 4 item pertanyaan. Konstruk client
yang terdiri dari 3 item pertanyaan dengan
orientation
skala likert 5 poin.
SOCO yang dikembangkan oleh Saxe & Weitz
dikonseptualisasikan
sebagai
Komitmen
afektif
menggunakan
instrumen
mengukur
dimensi
digunakan
kepercayaan.
pengukuran
skala
(1982) yang terdiri dari 6 item pertanyaan.
2. Komitmen Kalkulatif Dimensi ini mengusulkan komitmen sebagai tindakan kalkulatif, yaitu tindakan
Konsekuensi Komitmen
dimana biaya dan manfaat dipertukarkan.
Dalam penelitian ini, ada beberapa
Hal ini berkembang sebagai hasil dari
instrumen pertanyaan yang digunakan dalam
investasi yang dijalankan dalam suatu
mengukur
hubungan atau kurangnya alternatif yang
dimensi
menyebabkan tingkat biaya pertukaran
yang telah
konsekuensi kerjasama
komitmen.
digunakan
Pada
instrumen
dikembangkan oleh Ruyter &
berhubungan
Wetzels (1999) yang terdiri dari 5 item
dengan penghentian suatu hubungan.
pertanyaan. Dimensi opportunistic behaviour
Instrumen calculative commitment pada
dikembangkan sendiri dalam penelitian ini.
penelitian ini menggunakan instrumen
Peneliti membuat 3 item pertanyaan untuk
yang dikembangkan oleh Kumar et al.
mengukur konstruk ini. Selanjutnya digunakan
(1995).
instrumen yang dikembangkan oleh Shemwell
(switching
cost)
yang
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
121
et al. (1994) untuk mengukur continuance
jumlah sampel relatif kecil seperti yang
intention. Dalam instrumen ini digunakan 3
digunakan dalam penelitian ini. Sebagai
item pertanyaan dengan skala 5 poin.
konsekuensinya kompleksitas model dalam jumlah konstruk dan indikatornya dapat
Sampel Penelitian
membuat peneliti kesulitan untuk memperoleh
Populasi dari penelitian ini adalah klien-klien KAP yang merupakan perusahaan go public di Bursa Efek Jakarta. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
purposive
sampling
dengan
kriteria: (1) unit analisis yang dipilih adalah direktur, manajer keuangan atau kepala bagian akuntansi (controller); (2) klien sudah pernah melakukan perikatan audit dalam satu periode pelaporan keuangan. Alasan penggunaan manajer
keuangan
atau
kepala
bagian
model yang sesuai dengan data. Penggunaan PLS juga didasarkan atas kelemahan penelitian Ruyter dan Wetzel (1999) yang menggunakan SEM berbasis covarian dengan pendekatan partial aggregation model dengan cara menjumlahkan item-item yang membentuk konstruk menjadi satu bentuk. Pendekatan ini menyebabkan kualitas pengukuran konstruk tidak dapat secara eksplisit dinilai (Ruyter dan Wetzel , 1999). Selain itu PLS lebih sesuai
akuntansi (controller) sebagai unit analisis
digunakan karena model konseptual dalam
dalam penelitian ini adalah karena kepala
penelitian ini masih dalam tahap eksploratori
bagian akuntansi dan controller memiliki
(Chin, 1998; Ghozali 2006). PLS merupakan
informasi yang lengkap dan menyeluruh dalam
metode analisis yang powerfull karena tidak
mengevaluasi kinerja KAP sebab mereka
mendasarkan pada banyak asumsi dan dapat
selalu berhubungan dengan KAP. Selain itu,
juga digunakan tidak hanya untuk konfirmasi
kuesioner juga ditujukan kepada direktur
teori namun juga dapat digunakan untuk
karena kewenangan yang dimilikinya untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar
turut menentukan kelangsungan perikatan
variabel laten serta menghindari masalah
dengan auditor.
inadmisable solution. Pendekatan SEM berbasis varian terdiri
Teknik Analisis
dari pengujian outer model (measurement) dan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
inner (struktural) model. Ada tiga kriteria yang
model persamaan struktural berbasis varian
digunakan dalam penilaian outer model yaitu
atau Partial Least Squares (PLS). Penelitian
convergent validity, discriminant validity, dan
ini menggunakan PLS karena PLS dapat
construct reliability. Model telah memenuhi
mengestimasi model yang kompleks (jumlah
kriteria dilihat dari convergent validity jika
konstruk dan indikator yang banyak) dengan
nilai loading factor lebih besar dari 0,7 (Chin,
122
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
1998). Model yang baik juga harus mempunyai
keuangan lainnya. Kedua sektor ini dipilih
composite reliability di atas 0,8. Discriminat
karena dominasinya dalam peta industri
validity dapat dilihat dari Average Variance
perusahaan yang sudah go public. Kuesioner
Factor (AVE) yaitu jika nilai akar AVE lebih
juga dikirim pada beberapa klien sebuah
tinggi dari korelasi dengan konstruk yang lain
KAP di Kota Semarang karena rendahnya
maka dapat disimpulkan konstruk tersebut
response rate dari perusahaan go public.
memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Hasil
Pengiriman kuesioner dilakukan melalui
pengujian inner model memberikan nilai
jasa pos. Pengiriman kuesioner dimulai pada
koefisien struktural jalur, nilai t-hitung, dan
pertengahan bulan Pebruari 2007 dan batas
R- square.
penerimaan kuesioner ditetapkan pada akhir bulan Maret 2007. Pada setiap klien KAP
HASIL DAN PEMBAHASAN
dikirim 4 eksemplar kuesioner yang ditujukan
Profil Responden
kepada Dewan Direksi, Manajer Keuangan
Data penelitian ini diperoleh dengan mengirimkan
kuesioner
sebanyak
976
eksemplar pada perusahaan go public di
dan Manajer Akuntansi. Perincian pengiriman kuesioner dan penerimaan kuesioner yang kembali disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
bidang manufaktur, perbankan dan lembaga Tabel 1. Perincian Pengiriman dan Penerimaan Kuesioner Keterangan - Klien sebuah KAP di Kota Semarang - Perusahaan Go Public Perbankan & Keuangan - Perusahaan Go Public Manufaktur Jumlah klien KAP Jumlah kuesioner yang dikirim
Klien
30 67 147 244
1220
Kuesioner yang kembali: - Klien sebuah KAP di Kota Semarang - Perusahaan Go Public Perbankan & Keuangan - Perusahaan Go Public Manufaktur Jumlah kuesioner yang diterima kembali - Tidak lengkap Jumlah kuesioner yang diolah
Kuesioner 37 3 18 58 -1 57
Jumlah kuesioner yang diterima kembali
tidak dapat diolah karena tidak lengkap.
sebanyak 58 buah dengan perincian 57
Sebagian besar responden merupakan klien
kuesioner dapat diolah sedangkan 1 kuesioner
dari sebuah KAP di Kota Semarang yaitu 37 Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
123
responden. Sedangkan jumlah kuesioner yang
ini menunjukkan response rate yang sangat
dikembalikan oleh perusahaan go public adalah
rendah yaitu hanya 5,9%. Profil perusahaan
21 kuesioner. Secara keseluruhan, jumlah
yang dijadikan responden disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Profil Responden Perusahaan Lama perikatan 1 tahun > 1 tahun Jumlah
Sebanyak
Perusahaan 6 14 20
% 30% 70%
Auditor KAP Big 4 KAP non-Big 4 Jumlah
4 16 20
20% 80%
Industri Perbankan & Keuangan Non Perbankan & Keuangan Jumlah
9 11 20
45% 55%
20
perusahaan
mengembalikan dan mengisi dengan baik kuesioner
yang
perusahaan
dikirim.
mengembalikan
Tidak 4
mengembalikan 1 kuesioner. Statistik Deskriptif
semua
Statistik deskriptif untuk konstruk-
kuesioner
konstruk yang digunakan dalam penelitian ini
yang dikirim. Beberapa perusahaan hanya
disajikan Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3 Descriptive Statistics KA KK KP OK KJ IN CO OP HUB Valid N (listwise)
N 57 57 57 57 57 57 57 57 57 57
Minimum 4 7 14 18 10 4 11 3 8
Maximum 15 13 24 27 23 15 22 10 13
Mean 10,25 9,82 19,23 22,11 18,77 10,21 16,25 6,51 11,04
Std. Deviation 2,309 1,227 1,871 2,603 2,018 2,969 2,182 1,377 1,336
Keterangan: KJ: Perceived service quality, KP: Trust, IN: interdependence, OK: client orientation, KA: komitment afektif, KK: komitmen kalkulatif, CO: cooperation, OP: opportunistic behavior, HUB: continuance intention.
124
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
menunjukkan
validity cukup baik ditunjukkan loading
bahwa data semua variabel mempunyai nilai
faktor indikator-indikator di atas 0,6 dan
standar deviasi yang lebih kecil dari nilai
signifikan (Tabel 4). Convergent validity dari
rata-rata. Hal menunjukkan karakteristik data
measurement model dengan indikator refleksif
cukup bagus.
dilihat dari score item/indikator dengan score
Statistik
deskriptif
konstruknya. Indikator individu dianggap Analisis PLS Outer Model: Pengujian
valid jika memiliki nilai korelasi di atas 0,50
Validitas dan Reliabilitas Konstruk
dan signifikan. Berdasarkan pada hasil analisis
Dengan
mempertimbangkan
terdapat beberapa indikator refleksif dengan
convergent validity, discriminant validity,
loading kurang dari 0,50. Tabel 6 menunjukkan
dan composite reliability
maka model
hasil bahwa semua factor loading indikator
final menghapus beberapa indikator. Hasil
refleksif dari konstruk laten semuanya telah
pengujian outer model terhadap model
bernilai di atas 0,50 dan signifikan sehingga
final
menunjukkan
bahwa
convergent
telah memenuhi convergent validity.
Tabel 4. Convergent Validity Indikator Reflektif KJ kj4 KP kp1 kp3 IN in1 in2 in3 in4 OK ok4 ok6r KA ka1 ka2 ka3 KK kk2r CO co4 co5 OP op1 HUB hub1
original sample estimate 1.000 0.920 0.687 0.915 0.731 0.704 0.620 0.759 0.796 0.767 0.798 0.852 1.000 0.866 0.796 1.000 1.000
mean of subsamples 1.000 0.853 0.706 0.850 0.698 0.658 0.570 0.719 0.787 0.771 0.811 0.832 1.000 0.820 0.757 1.000 1.000
Standard deviation 0.000 0.210 0.182 0.166 0.187 0.220 0.266 0.190 0.174 0.080 0.074 0.068 0.000 0.190 0.244 0.000 0.000
T-Statistic 4.376 3.777 5.527 3.909 3.199 2.327 3.993 4.565 9.573 10.781 12.485 4.547 3.263
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
125
Sedangkan validity
pengujian
discriminant
lebih besar daripada korelasi antara konstruk
yang
tersebut dengan konstruk lainnya (Tabel 5
memuaskan, ditunjukkan dengan nilai Average
dan Tabel 6). Dengan demikian model bisa
Variance Exctracted (AVE) dan akar AVE
dikatakan baik.
menunjukkan
hasil
fit
Tabel 5. Average variance extracted (AVE) dan Akar AVE Akar AVE Average variance extracted (AVE) 1 KJ 1.000 0,8117 KP 0.659 0,7503 IN 0.563 0,7778 OK 0.605 0,8062 KA 0.650 1 KK 1.000 0,8312 CO 0.691 1 OP 1.000 1 HUB 1.000 Keterangan: KJ: Perceived service quality, KP: Trust, IN: interdependence, OK: client orientation, KA: komitment afektif, KK: komitmen kalkulatif, CO: cooperation, OP: opportunistic behavior, HUB: continuance intention.
Tabel 6. Korelasi antar konstruk KJ KP IN OK KA KK CO OP HUB KJ 1.000 KP 0.388 1.000 IN -0.092 -0.260 1.000 OK 0.020 0.180 0.156 1.000 KA 0.160 0.147 0.243 0.394 1.000 KK 0.097 0.334 -0.337 0.065 -0.026 1.000 CO -0.441 -0.201 0.177 -0.140 -0.286 -0.234 1.000 OP -0.156 0.160 -0.346 -0.166 -0.435 0.273 0.458 1.000 HUB 0.053 -0.071 0.343 0.370 0.624 -0.087 -0.231 -0.477 1.000 Keterangan: KJ: Perceived service quality, KP: Trust, IN: interdependence, OK: client orientation, KA: komitment afektif, KK: komitmen kalkulatif, CO: cooperation, OP: opportunistic behavior, HUB: continuance intention. Composite reliability menunjukkan hasil
reliabilitas konstruk diukur dengan composite
yang baik yaitu di atas 0,7 (Tabel 7). Uji
reliability. Konstruk dinyatakan reliable jika
126
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
nilai composite reliability di atas 0,70. Hasil
uji reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Composite Reliability KJ KP IN OK KA KK CO OP HUB
Composite Reliability 1.000 0.791 0.835 0.754 0.848 1.000 0.817 1.000 1.000
Hasil output composite reliability
trust, interdependence dan client orientation
untuk konstruk refleksif semuanya di atas
sebesar 22,5% sedangkan 77,5% dijelaskan
0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk
oleh variabel lain diluar yang diteliti. Model
memiliki reliabilitas yang baik. Hasil analisis
pengaruh perceived service quality, trust dan
di atas menunjukkan bahwa semua kriteria
interdependence terhadap komitmen kalkulatif
validitas dan reliabilitas telah terpenuhi
memberikan nilai R-square sebesar 0,180 yang
sehingga instrumen kuesioner yang digunakan
dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas
telah layak digunakan.
konstruk komitmen kalkulatif dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk perceived service
Analisis PLS Inner Model: Pengujian
quality, trust dan interdependence sebesar
Model Struktural
18% sedangkan 82% dijelaskan oleh variabel
Pengujian terhadap model struktural
lain diluar yang diteliti. Variabilitas konstruk
dilakukan dengan melihat nilai koefisien
cooperation
determinasi
merupakan
komitmen afektif dan komitmen kalkulatif
uji goodness-fit model. Model pengaruh
sebesar 13,9% sedangkan 86,1% dijelaskan
variabel perceived service quality, trust,
oleh variabel lain diluar penelitian ini.
interdependence dan client orientation terhadap
Variabilitas konstruk opportunistic behavior
komitmen afektif memberikan nilai R-square
dapat dijelaskan oleh variabel komitmen
sebesar 0,225 yang dapat diinterpretasikan
afekttif dan komitmen kalkulatif sebesar
bahwa
komitmen
25,7% sedangkan 74,3% dijelaskan oleh
afektif yang dapat dijelaskan oleh variabilitas
variabel lain diluar model penelitian ini.
variabel-variabel perceived service quality,
Variabilitas konstruk continuance intention
(R-square)
variabilitas
yang
konstruk
dapat
dijelaskan
variabel
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
127
konstruk
komitmen
kalkulatif
dijelaskan
oleh
variabilitas
perceived
service
quality,
lain
dapat
diluar
Variabilitas
konstruk
model konstruk
penelitian
ini.
continuance
dan
intention dapat dijelaskan oleh variabel
interdependence sebesar 18% sedangkan
cooperation dan opportunistic behavior
82% dijelaskan oleh variabel lain diluar
sebesar
yang
konstruk
dijelaskan oleh variabel lain diluar model
variabel
penelitian
trust
dapat dijelaskan oleh variabel cooperation
sedangkan 77,3% dijelaskan oleh variabel lain
dan opportunistic behavior sebesar 22,7%
diluar model penelitian ini.
diteliti.
cooperation
Variabilitas
dapat
dijelaskan
22,7%
sedangkan
77,3% ini.
komitmen afektif dan komitmen kalkulatifTabel 8. R-Square
R-square TabelKA 8. R-Square0.225 KKR-square 0.180 KACO 0.225 0.139 KKOP0.180 0.257 COHUB 0.139 0.227 OP
0.257
HUB 0.227
Gambar 2. Diagram Jalur Konstruk Gambar 2. Diagram Jalur Konstruk PenelitianPenelitian
Keterangan:
hubungan dengan Auditor
KJ : Persepsi tentang Kualitas Jasa Auditor KP : Kepercayaan (Trust) IN : Saling Ketergantungan (Interdependence) OK : Orientasi kepada Klien KA : Komitmen Afektif KK : Komitmen Kalkulatif CO : Kerjasama (Cooperation) OP : Perilaku Oportunistik HUB : Keinginan klien untuk melanjutkan
(Continuance Intention)
128
Pengujian signifikansi variabel anteseden dan konsekuensi komitmen antara auditor dengan auditee dapat dinilai dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik. Berikut adalah hasil pengujian PLS terhadap model penelitian:
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
Tabel 9. Inner model original sample mean of Penerimaan T-Statistic estimate subsamples Hipotesis KJ -> KA + 0.139 0.261 0.532 Ditolak KP -> KA + 0.092 0.054 0.520 Ditolak IN -> KA + 0.227 0.236 1.163 Ditolak OK -> KA + 0.340 0.322 2.562** Diterima KJ -> KK + -0.035 0.005 0.259 Ditolak KP -> KK 0.278 0.282 1.895 Ditolak IN -> KK + -0.268 -0.265 1.688 Ditolak KA -> CO + -0.290 -0.325 1.747 Ditolak KK -> CO -0.242 -0.243 1.619 Ditolak KA -> OP -0.428 -0.436 3.872** Diterima KK -> OP + 0.261 0.245 2.529** Diterima CO -> HUB + -0.016 -0.059 0.104 Ditolak OP -> HUB -0.469 -0.450 3.320** Diterima * signifikan pada tingkat keyakinan 10%, ** signifikan pada tingkat keyakinan 5%. Keterangan: KJ: Perceived service quality, KP: Trust, IN: interdependence, OK: client orientation, KA: komitment afektif, KK: komitmen kalkulatif, CO: cooperation, OP: opportunistic behavior, HUB: continuance intention. Hipotesis
Hasil
pengujian
inner
model
Komitmen
afektif
dan
komitmen
menunjukkan bahwa kualitas jasa, kepercayaan
kalkulatif tidak berpengaruh signifikan terhadap
(perceived service quality), kepercayaan (trust)
tingkat kerjasama antara klien dengan auditor
dan saling ketergantungan (interdependence)
(CO). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
tidak berpengaruh terhadap komitmen afektif
t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel. Konstruk
antara klien dengan auditor. Sedangkan sikap
komitmen afektif dan komitmen kalkulatif
KAP yang dianggap berorientasi kepada klien
mampu memprediksi tingkat kerjasama antara
berpengaruh signifikan terhadap komitmen
auditor dengan klien sebesar 13,9%. Namun,
afektif dengan nilai t-hitung > t-tabel. (2.562
komitmen afektif dan kalkulatif berpengaruh
> 1.96).
signifikan terhadap perilaku oportunis klien.
Kualitas jasa yang diberikan auditor,
Hal ini ditunjukkan dari nilai t-hitung yang
kepercayaan dan saling ketergantungan antara
lebih besar dari nilai t-tabel. Komitmen afektif
auditor terhadap klien tidak berpengaruh
dan komitmen kalkulatif mampu memprediksi
terhadap
perilaku oprtunis sebesar 25,7%.
tingkat
komitmen
kalkulatif
antara klien dengan auditor. Hasil analisis
Kerjasama
yang
harmonis
antara
menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih kecil
klien dengan auditor tidak mempengaruhi
dari nilai t-tabel.
keputusan klien untuk melanjutkan perikatan Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
129
audit dengan auditor. Sedangkan perilaku
subjektif atas kualitas jasa audit dari KAP. Hal
oportunis mempengaruhi secara signifikan
ini berlawanan dengan argumen pada beberapa
keputusan klien untuk melanjutkan perikatan
penelitian empiris terdahulu (Becker et al,
audit dengan auditor. Hal ini ditunjukkan dari
1998, Krishnan, 2003a,b) yang menyatakan
nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel
bahwa KAP tertentu misalnya telah berafiliasi
(3.320 > 1.96). Tingkat prediksi variabel
dengan KAP internasional mempunyai kualitas
kerjasama dan perilaku oportunis terhadap
jasa yang lebih baik dibandingkan KAP lokal.
kelanjutan hubungan antara auditor dengan
Sebagai penyedia jasa audit, auditor
klien adalah 22,7%.
manapun pasti berusaha memberikan jasa yang
Pembahasan Mengenai Anteseden
memuaskan dan pastilah orang yang menjadi
Komitmen
auditor sudah berkompeten, berpengalaman,
Pengaruh Perceived Quality Service
dan berkeahlian dalam bidang akuntansi dan
terhadap Komitmen
auditing. Pemikiran seperti ini kemungkinan
Komitmen bisa dilihat dan digunakan
besar menyebabkan klien beranggapan bahwa
sebagai wakil dari loyalitas yang diartikan
tidak terdapat perbedaan kualitas audit yang
sebagai komitmen terhadap merek tertentu.
cukup signifikan antara satu KAP dengan
Hubungan positif antara kualitas jasa dan
lainnya sehingga persepsi tentang kualitas jasa
loyalitas telah dilaporkan secara konsisten
auditor tidak mempengaruhi komitmen klien
dalam area pemasaran jasa. Namun hasil
terhadap auditor. Hasil ini tidak mendukung
penelitian ini tidak menemukan bahwa
temuan Woodside et al. (1992) tentang
persepsi tentang kualitas jasa yang diberikan
pentingnya suatu konsep responsiveness yang
oleh auditor tidak membawa pada timbulnya
dirasakan oleh klien KAP ketika penilaian
komitmen afektif mupun komitmen kalkulatif
kinerja. Dengan demikian, penelitian ini tidak
dari klien. Artinya, selama perikatan audit klien
bisa menerima hipotesis 1 dan hipotesis 2.
tidak mempunyai persepsi tertentu tentang
Profil sampel yang 80% merupakan
kualitas jasa yang diberikan auditor. Hasil ini
klien dari KAP Non-Big 4 kemungkinan
tidak sesuai dengan penelitian Danssen (1995)
juga menyebabkan hipotesis 1 dan hipotesis
dan Ruyter & Wetzels (1999) yang melaporkan
2 tidak dapat diterima. Mayoritas sampel
bahwa klien KAP menganggap secara subjektif
kemungkinan belum mampu membandingkan
kualitas audit yang dirasakan lebih penting
perbedaan kualitas jasa audit yang di-supply
daripada kualitas teknik pengujian audit yang
oleh KAP Big 4 dan KAP Non Big 4 karena
lebih objektif. Fenomena ini menunjukkan
hanya mengadakan perikatan audit dengan
bahwa klien tidak melakukan penilaian yang
KAP Non Big 4.
130
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
Pengaruh Trust terhadap Komitmen Hasil
analisis
data
masih ragu bahwa sebagai individu, auditor
menunjukkan
tidak akan menceritakan rahasia perusahaan
bahwa kepercayaan antara klien dengan
kepada siapapun. Dengan demikian tidak
auditor tidak berpengaruh terhadap komitmen
ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
afektif dan komitmen kalkulatif. Hal ini
kepercayaan klien terhadap komitmen afektif
menunjukkan
maupun
bahwa
kepercayaan
tidak
komitmen
kalkulatif
sehingga
berhubungan dengan dengan rasa integritas dan
hipotesis 3 dan hipotesis 4 tidak dapat diterima.
pengurangan ketidakpastian sebagai dimensi
Pengaruh Interdependence terhadap
dari komitmen afektif (Rempel dan Holmes,
Komitmen
1986). Temuan ini tidak konsisten dengan
Penelitian ini menemukan bahwa
hasil penelitian Shemwell (1993), Moorman
interdependence antara klien dengan auditor
et al. (1992), dan Ruyter dan Wetzels (1999).
tidak berpengaruh terhadap komitmen afektif
Tidak adanya pengaruh yang signifikan
dan komitmen kalkulatif. Hal ini menunjukkan
antara kepercayaan klien dengan komitmen
bahwa sikap saling ketergantungan antara
kalkulatif menunjukkan bahwa semakin tinggi
klien dengan auditor bukan penentu tingkat
tingkat kepercayaan yang dirasakan oleh klien
komitmen antara klien dengan auditor. Hasil
tidak dapat mengurangi tingkat risiko yang
ini tidak sesuai dengan penelitian Kumar et
menyertai jasa yang diberikan oleh penyedia
al. (1995) dan Geykens dan Steenkamp (1995)
jasa dan ketidakpastian. Oleh karena itu tidak
yang membuktikan secara empiris terdapat
mengurangi pengorbanan biaya yang harus
hubungan positif antara saling ketergantungan
dikeluarkan klien sehubungan dengan resiko
dengan
audit maupun pergantian auditor.
pengaruh
Morgan
Hunt
tidak
Sedangkan
signifikan
antara
interdependence terhadap komitmen kalkulatif
mengartikan kepercayaan sebagai keyakinan
tidak sesuai dengan hasil penelitian Geykens
yang
dengan
dan Steenkamp (1995) yang menjelaskan
pasangan kerja terkait dengan sikap jujur dan
hubungan positif antara saling ketergantungan
saling membantu satu sama lain. Namun, hasil
dan komitmen kalkulatif.
dalam
(1994)
yang
afektif.
telah
dimiliki
&
komitmen
hubungan
penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan
Kumar et al. (1995) dan Geykens
tidak mempengaruhi hubungan klien dengan
dan Steenkamp (1995) membuktikan secara
auditornya. Klien tentunya tidak mempercayai
empiris terdapat hubungan positif antara saling
auditor sebagai pihak luar yang mengetahui
ketergantungan dengan komitmen afektif.
segala rahasia perusahaan. Meskipun auditor
Selanjutnya Geykens dan Steenkamp (1995)
terikat pada kode etik akuntan publik, klien
juga menjelaskan hubungan positif antara Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
131
saling ketergantungan dan komitmen kalkulatif.
antara klien dengan auditor. Hal ini berbeda
Hal
hubungan
dengan pendapat Geykens & Wetzels (1985)
investasi yang spesifik menyebabkan motivasi
bahwa perilaku auditor yang ramah tidak
perhitungan untuk melanjutkan hubungan
berkontribusi terhadap hubungan kerja yang
akan muncul. Selanjutnya, DeAngelo (1981)
lebih menyenangkan. Temuan ini konsisten
menyatakan bahwa hubungan jangka panjang
dengan penelitian yang dilakukan oleh
menghemat biaya yang dikeluarkan oleh
Mangos et al. (1995), Danssen (1995), dan
klien untuk mengevaluasi ulang kelanjutan
Ruyter dan Wetzels (1999). Saxe dan Weitz
hubungan dengan KAP (Ruyter dan Wetzels,
(1982) berpendapat bahwa orientasi terhadap
1999). Namun argumen tersebut tidak dapat
klien merupakan variabel yang terbukti
dibuktikan oleh hasil penelitian ini sehingga
penting dalam hubungan jangka panjang
hipotesis 5 dan hipotesis 6 tidak dapat diterima.
dengan pasangan kerja. Hal ini karena
Penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat orientasi terhadap klien
tidak terdapat ketergantungan klien terhadap
akan meningkatkan kepuasan jangka panjang
auditor yang mampu mendorong klien untuk
yang dirasakan klien dan pada akhirnya
berkomitmen secara afektif maupun kalkulatif
akan memperbesar komitmen klien dalam
terhadap
hal
melakukan hubungan di masa mendatang
ini disebabkan karena semakin banyaknya
(Saxe dan Weitz, 1982). Dalam hubungan jasa
supplier jasa audit sehingga tidak mustahil
profesional, dimana tingkat interaksi hubungan
klien merasa tidak perlu untuk berkomitmen
antar pasangan kerja tinggi, orientasi terhadap
jangka panjang pada satu auditor dan regulasi
klien memang sangat penting (Van der Walt et
juga telah membatasi lamanya perikatan
al., 1994). Penelitian ini menunjukkan bahwa
auditor dengan klien. Selain itu, klien mungkin
untuk dapat menumbuhkan komitmen klien
merasa bahwa dia mempunyai kebijakan
dalam melakukan hubungan jangka panjang,
sendiri yang tidak tergantung pada auditor.
KAP harus mampu mengidentifikasi apa yang
Pengaruh Client Orientation terhadap
dibutuhkan dan diinginkan klien agar kepuasan
Komitmen
jangka panjang mereka dapat terpenuhi.
ini
dikarenakan
auditornya.
adanya
Kemungkinan
Hasil penelitian ini menunjukkan
Auditor hendaknya berorientasi kepada
bahwa orientasi kepada klien berpengaruh
klien salah satunya dengan cara menjalin
signifikan terhadap komitmen afektif sehingga
komunikasi yang nyaman dan kooperatif
hipotesis 7 dapat diterima. Semakin tinggi
dengan klien, misalnya pelaksanaan jadwal
orientasi kepada klien maka semakin tinggi
pekerjaan audit yang tidak mengganggu
integrasi yang terbangun dalam hubungan
kegiatan operasional klien. Orientasi kepada
132
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
pelanggan sering dilihat sebagai orientasi
Dalam menentukan sikapnya terhadap
utama yang berpengaruh ketika melakukan
auditor, klien juga tidak memperhitungkan
hubungan interaksi antara penyedia jasa dan
untung-rugi
klien (Ruyter & Wetzels, 1999). Jika auditor
auditor. Hal ini tidak sesuai dengan Kumar et
menerapkan hal tersebut, niscaya komitmen
al. (1995) yang melaporkan bahwa komitmen
afektif klien terhadap auditor akan tumbuh.
kalkulatif
dalam
berhubungan
mempunyai
pengaruh
dengan
negatif
terhadap keinginan perantara untuk tetap Pembahasan Mengenai Konsekuensi
tinggal dan berinvestasi dalam suatu hubungan.
Komitmen
Lebih jauh lagi, tidak terbukti secara empiris
Pengaruh Komitmen terhadap Cooperation
bahwa tingginya tingkat komitmen kalkulatif
Penelitian
ini
tidak
menemukan
akan menyebabkan klien mencari alternatif
pengaruh komitmen afektif dan komitmen
penyedia jasa yang lain. Sikap kooperatif klien
kalkulatif yang signifikan terhadap cooperation
kemungkinan disebabkan karena kepentingan
sehingga hipotesis 8 dan hipotesis 9 tidak
klien terhadap opini auditor saja bukan karena
dapat diterima. Hasil penelitian ini tidak sesuai
ia berkomitmen terhadap perikatan audit
dengan hasil penelitian Geykens dan Wetzels
dengan auditor.
(1985) yang menunjukkan bahwa komitmen afektif dan komitmen kalkulatif berpengaruh
Pengaruh Komitmen terhadap
signifikan terhadap sikap kooperatif klien
Opportunistic Behaviour (Perilaku
terhadap auditor. Hasil ini menunjukkan
Oportunis)
bahwa sebagian besar responden menganggap
Penelitian ini menemukan bahwa
dimensi –dimensi komitmen tidak memiliki
komitmen afektif berpengaruh negatif dan
konsekuensi langsung terhadap keinginan
signifikan terhadap perilaku oportunis klien
bekerjasama. Hal ini dapat disebabkan adanya
dalam berhubungan dengan auditor sehingga
kepentingan dari kedua belah pihak ketika
hipotesis 10 dan hipotesis 11 dapat diterima.
melakukan hubungan kerja. Di satu sisi, KAP
Hasil ini mengkonfirmasi hasil penelitian
memiliki kepentingan ekonomis terhadap
Geykens dan Wetzels (1985). Adanya integritas
klien, sedangkan di sisi lain klien juga
klien terhadap auditor akan mendorong
mengharapkan hasil jasa dari KAP. Temuan
keinginan klien untuk melanjutkan hubungan
ini tidak berhasil mendukung penelitian yang
dengan auditor dalam jangka panjang sehingga
telah dilakukan oleh Morgan dan Hunt (1994),
hal ini akan mengurangi kecenderungan
Kumar et al. (1995), dan Ruyter dan Wetzels
klien untuk berperilaku oportunis yang dapat
(1999). .
menyebabkan rusaknya hubungan baik antara Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
133
klin dengan auditor dan hanya berorientasi
(tiga) tahun buku berturut-turut. Peraturan
jangka pendek.
ini dikeluarkan untuk menjaga independensi
Penelitian ini juga menemukan bahwa
auditor dalam melakukan perikatan audit.
komitmen kalkulatif berpengaruh positif dan
Regulasi tersebut tentunya menyebabkan
signifikan terhadap perilaku oportunis klien.
kerjasama dalam hubungan jangka panjang
Hasil ini mengkonfirmasi penelitian Simon
yang sudah terjalin antara KAP dan klien
& Francis (1988). Kecenderungan klien
harus dikorbankan sesuai dengan batas waktu
untuk memperhitungkan untung rugi dalam
yang telah ditentukan.
berhubungan dengan auditor akan semakin
Penelitian ini menemukan bahwa
mendorong klien untuk berperilaku oportunis
perilaku oportunis klien secara signifikan
dan menguntungkan dirinya sendiri.
berpengaruh negatif terhadap niat klien untuk
melanjutkan hubungan dengan auditor di masa
Pembahasan Mengenai Pengaruh
datang. Artinya kecenderungan klien untuk
Cooperation dan Perilaku Oportunis
berperilaku oportunis akan memperbesar
terhadap Continuance Intentions
terjadinya ketidakcocokan antara auditor
Penelitian
ini
tidak
menemukan
dengan
klien
sehingga
memperkecil
pengaruh signifikan dari cooperation terhadap
kemungkinan kelanjutan hubungan antara
niat klien untuk melanjutkan hubungan
klien dengan auditor di masa mendatang.
dengan auditor. Hasil ini tidak sesuai dengan
Hasil ini juga mengkonfirmasi hasil penelitian
hasil penelitian Geykens dan Wetzels (1985)
Geykens dan Wetzels (1985).
yang menemukan bahwa hubungan kerja yang kooperatif antara klien dengan auditor
KESIMPULAN DAN SARAN Secara keseluruhan penelitian ini
menentukan niatan klien untuk melanjutkan hubungannya dengan auditor pada perikatan
menunjukkan
bahwa
sikap
berorientasi
audit yang akan datang. Fenomena ini
kepada klien merupakan anteseden penting
kemungkinan besar terjadi karena regulasi
dalam hubungan antara klien dengan auditor.
yang membatasi lamanya hubungan perikatan
Perhatian KAP terhadap kebutuhan klien pada
antara auditor dengan kliennya. Sarbanes Oxley
tingkat interaksi karyawan-pelanggan (client
Act dan Keputusan Ketua BAPEPAM No. 20
orientation) dapat meningkatkan komitmen
Tahun 2002 menetapkan bahwa pemberian
afektif dalam hubungan antara klien dengan
jasa audit umum atas laporan keuangan klien
auditor. Kedua dimensi komitmen (affective
hanya dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
dan
oleh seorang akuntan paling lama untuk 3
pada perilaku oportunis klien. Meskipun
134
calculative)
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
membawa
konsekuensi
telah ada komitmen dalam hal perikatan
inisiatif yang dapat menunjang perasaan
audit, auditor harus tetap menyadari bahwa
positif dan affiliasi. Hubungan jangka panjang
klien mempunyai kepentingan sendiri yang
dengan klien dapat memberikan beberapa
tak jarang berlawanan dengan auditor dan
jenis keuntungan bagi KAP. Oleh karena itu
menimbulkan kecenderungan klien untuk
untuk merealisasikan keuntungan-keuntungan
berperilaku oportunis. Perbedaan kepentingan
tersebut
antara auditor dengan klien tak jarang
aktivitas-aktivitas dan inisiatif-inisiatif yang
menimbulkan perdebatan yang bisa berakibat
menunjang perasaan positif dan affiliasi.
ketidakharmonisan hubungan antara klien
Sebagai contoh, ketika akan memperkerjakan
dengan auditor. Akibatnya, kecenderungan
karyawan,
perilaku oportunis klien akan menjadi penentu
kemampuan sosial calon karyawan yang dapat
kelanjutan hubungan antara klien dengan
mengembangkan dan menjaga hubungan
auditor. Adanya komitmen afektif mampu
jangka panjang dengan klien. Auditor juga
mengurangi kemungkinan klien berperilaku
seharusnya mengenali dirinya sebagai orang
oportunis dan hasilnya adalah niat klien untuk
yang mewakili citra KAP dan juga memandang
terus menjalin hubungan jangka panjang
dirinya
dengan auditor semakin meningkat. Tingginya
Auditor juga harus tanggap akan kebutuhan
komitmen kalkulatif menyebabkan semakin
klien misalnya selalu menyelesaikan pekerjaan
tinggi
berperilaku
audit sesuai dengan perjanjian perikatan audit
oportunis, namun hal ini tidak berpengaruh
ataupun mampu berkomunikasi baik dan
pada niat klien untuk berhubungan dengan
menyesuaikan diri dengan budaya kerja klien
auditor dalam jangka panjang. Kesimpulannya,
sehingga klien merasa rugi waktu dan biaya
auditor harus menumbuhkan komitmen afektif
jika harus berganti KAP.
kecenderungan
klien
KAP
KAP
sebagai
seharusnya
seharusnya
relationship
menekankan
menyeleksi
managers.
pada diri klien sehingga tidak berperilaku
Pengakuan akan pentingnya hubungan
oportunis dan timbul niat untuk berhubungan
dengan klien dan juga identifikasi konstruk
dalam jangka panjang. Cara yang dapat
dapat memberikan input bagi KAP untuk
ditempuh adalah melalui orientasi kepada
pengembangan strategi segmentasi alternatif.
klien.
Selain segmentasi berdasar kriteria tradisional Hasil-hasil
penelitian
juga
seperti ukuran dan tipe industri klien, strategi
mempunyai implikasi-implikasi manajerial.
segmentasi juga bisa berdasar karakteristik
Karena affective commitment dan calculative
komitmen klien. Segmen berbeda berdasar
commitment
empiris
komitmen yang berbeda membutuhkan taktik
mempunyai peran penting dalam hubungan
dan strategi manajemen yang berbeda pula.
dengan klien, maka KAP disarankan untuk
Sebagai contoh, adanya hubungan positif
menekankan aktivitas-aktivitas dan inisiatif-
antara orientasi kepada klien dan affective
terbukti
secara
ini
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
135
commitment, berarti bahwa untuk segmen
beberapa variabel macro-environment
klien yang dikarakteristikkan dengan tingkat
seperti ketidakpastian dan tingkat
affective commitment yang tinggi, KAP
kompetisi dalam industri dan pasar.
seharusnya memberikan jasa sesuai dengan
Penelitian selanjutnya juga dapat
harapan klien. Hal ini akan menyebabkan
memasukkan
meningkatnya
affective
commitment
konstruk
penilaian
pelanggan/klien terhadap karyawan
sehingga menyebabkan niat klien untuk
KAP
terus mempertahankan hubungannya dengan
Service Employee/COSE). COSE yang
auditor.
terdiri dari dimensi technical skills,
Teknik sampling yang digunakan
(Customer
Orientation
of
social skills, motivasi, dan decision
dalam penelitian ini melahirkan masalah
making-authority
generalisasi. Untuk itu terdapat beberapa saran
(2004) COSE merupakan konstruk
untuk penelitian selanjutnya.
penting dalam menjelaskan komitmen
1. Penelitian
mendatang
hendaknya
Menurut
Thurau
pelanggan.
mngukur konstruk penelitian dalam hubungan bisnis dinamis sepanjang waktu sehingga hasil penelitian tidak hanya essential dari perspektif yang statis. 2. Terdapat
dimensi
komitmen
lain
yang tidak diteliti pada penelitian ini, misalnya moral commitment dalam hubungan bisnis (Allen &Meyer, 1990; Kumar et al, 1995). 3. Penelitian mendatang hendaknya dapat mengeksplorasi
variabel-variabel
anteseden tambahan lain mengingat anteseden-anteseden yang digunakan penelitian ini baru bisa menjelaskan 22,5% untuk variasi konstruk affective commitment dan 18% untuk konstruk calculative commitment. Variabel lain yang dapat dimasukkan ke dalam model adalah sifat dan frekuensi interaksi, fairness, reputasi KAP, dan 136
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Z., dan Hopson, J. 1990. A Strategic Plan for Marketing Audit Service. CPA Journal, Vol. 60, pp. 50-57. Allen, N.J dan Meyer, J.P 1990. The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance, and Normative Commitment to The Organization. Journal of Occupational Psychology, Vol. 63. pp. 1-18 Anderson, E. dan Weitz, B. 1992. The Use of Pledges to Build and Sustain Commitment in Distribution Channels. Journal of Marketing Research, Vol.29, pp. 18-34. Anderson, J. C dan Narus, J. A. 1990. A Model Distributor Firm and Manufacturer Firm Working Partnership. Journal of Marketing, Vol. 54, pp. 42-58. Becker, Connie L; Mark L. DeFond; James Jiambalvo; K.R. Subramanyam. 1998. “The Effect of Audit Quality on Earnings Management”.
KOMITMEN ANTARA AUDITOR DAN KLIEN: ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI Nur Cahyonowati Universitas Diponegoro
Contemporary Accounting Research. Spring. 15. 1. pg.1. Buchanan II, B. 1974. Building Organizational Commitment: The Socialization of Managers in Work Organizations. Administrative Science Quarterly, Vol. 19, pp. 533-546. Chin, WW.1998. The Partial Least Squares Approach for Structural Equation Modeling. Modern Method for Business Research Dwyer, R.F., Schurr, P.H., dan Oh, S. 1987. Developing Buyer-Seller Relationship. Journal of Marketing, Vol.51, pp. 1127. Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Squares. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Gundlach, Gregory. T, Achrol, R. S., dan Mentzer, J. T. (1995). The Structure of Commitment in Exchange. Journal of Marketing, Vol. 59, pp. 78-92. Krishnan, Gopal V. 2003a. “Audit Quality and the Pricing of Discretionary Accruals”. Auditing : Journal of Practise and Theory. Vol.22. No. 1. pg. 109 – 126. _______________. 2003b. “Does Big 6 Auditor Industry Expertise Constrain Earnings Management ?”. Accounting Horizons. Supplement. pg. 1-16. Konovsky, M.A dan Cropanzano, R. 1991. Perceived Fairness of Employee Drug Testing as a Predictor of Employee Attitudes and Job Performance. Journal of Applied Psychology, Vol.56, pp 689-707. Kumar, N., Scheer, L. K, dan Steenkamp, J. E. M. 1995. The Effect of Perceived
Interdependence on Dealer Attitudes. Journal of Marketing Research, Vol. 32, pp. 348-356. Mangos, N. C, Roffey, B. H., dan Stevans, J. A. 1995. Marketing Audit Services: a Cross-cultural Comparison. International Marketing Review, Vol. 26, pp 68-81. Moorman, C., Zaltman, G. dan Despande, G. 1992. Relationship Between Provider and Users of Marketing Research: Dynamics of Trust Within and Between Organizations. Journal of Marketing Research, Vol. 29, pp. 314-329. Morgan, R. M. dan Hunt, S. D. 1994. The Commitment-Trust Theory of Relationship Marketing. Journal of Marketing. Vol. 58, pp. 20-38. Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. dan Berry, L. L. 1994. Reassessment of Expectations as a Comparison Standard in Measuring Service Quality: Implications for Further Research. Journal of Marketing, Vol. 58. Ruyter,
Ko De dan Wetzel, Martin. 1999. Commitment in AuditorClient Relationship: Antecedents and Consequences. Accounting, Organization and Society, Vol. 24, pp 57-75.
Saxe, R. dan Weitz, B. 1982. SOCO Scale: A Measurement of Customer Orientation of Salespeople. Journal of Marketing, Vol. 20, 343-359. Thurau, Thorsten Hennig. 2004. Customer Orientation of Service Employee: its impact on customer satisfaction, commitment, and retention. International Journal of Service Management Vol. 15 pp. 460-478.
Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 10/No. 1/November 2013 : 114 - 138
137