Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
KOMISI YUDISIAL: Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya Oleh: Taufiqurrohman Syahuri Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul
ABSTRAK Munculnya Komisi Yudisial dengan salah satu tugas pokoknya adalah pengawasan terhadap (norma moral) perilaku hakim, selain mengajukan usul Hakim Agung, adalah suatu terobosan yang melahirkan pergeseran terhadap norma etika. Akan tetapi kini telah berkembang pemikiran perlunya norma moral diadopsi untuk dijadikan sebagai norma hukum dalam suatu undang-undang. Dalam hal ini, undangundang nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial dapat dijadikan sebagai suatu contoh kongkrit bahwa norma moral dapat diadopsi menjadi norma hukum. Oleh karena itu, pelanggaran atas norma tersebut akan dapat berakibat diberikan sanksi yang tegas, meskipun bukan dalam hukuman pidana, karena pelanggaran tersebut adalah pelanggaran atas kode etik perilaku hakim. Misalnya, seorang hakim yang melakukan perbuatan tercela, yang jika dilihat dari sisi hukum, belum sampai kepada kualifikasi perbuatan pidana, akan tetapi tetap diancam dengan sanksi. pelanggaran kode etik yang mengatur profesi tertentu biasanya akan diselesaikan oleh suatu dewan kehormatan kode etik, yang dibentuk sendiri oleh organisasinya, dan ironisnya anggota dewan itu biasanya diambil dari dalam organisasi itu sendiri. Kondisi demikian tentu sangat tidak sehat, dan dapat mengundang penilaian negatif oleh mesyarakat, karena teman sejawat diperiksa oleh teman sejawat sendiri. Dalam konteks ini akan sulit diharapkan kemandirian dan obyektifitas anggota dewan tersebut dalam melakukan pemeriksaan perilaku yang dilakukan oleh temannya sendiri. Kecenderungan untuk membela korpsnya biasanya sangat kuat. Apakah munculnya lembaga Komisi Yudisial akan dapat menjawab persoalan ini? Key Words: Norma Etika, Komisi Yudisial, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung
bahwa tidak perlu ada hubungan antara
Norma Moral dan Norma Hukum Norma etika atau disebut juga
norma
moral
dan
norma
hukum.
dengan istilah norma moral berbeda
Artinya, norma moral berdiri di samping
dengan norma hukum. Norma hukum
norma hukum. Namun demikian, tidak
biasanya
sebuah
seluruhnya kedua norma itu selalu harus
dan
terpisah, karena dalam bagian-bagian
sanksinya tegas, maka norma moral itu
lain justru kedua norma tersebut kadang
biasanya hidup dalam masyarakat dan
sulit dipisahkan. Sebagai contoh dapat
sanksinya tidak tegas. Dalam aliran
disebut disini yaitu: norma dilarang
hukum positifisme, Hart menjelaskan
membunuh, dilarang menipu, dilarang
terdapat
dalam
peraturan perundang-undangan
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
34
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
mencuri dan dilarang memfitnah. Semua
Yudisial) dapat dijadikan sebagai suatu
contoh
juga
contoh kongkrit bahwa norma moral
yang
dapat diadopsi menjadi norma hukum.
sekaligus mengandung unsur norma
Oleh karena itu, pelanggaran atas norma
moral. Memang akan lebih baik apabila
tersebut akan dapat berakibat diberikan
suatu norma moral dijadikan sebagai
sanksi yang tegas, meskipun bukan
norma
dalam
norma
merupakan
larangan
norma
hukum
itu
hukum
melalui
perundang-undangan,
peraturan
pidana,
karena
akan
pelanggaran tersebut adalah pelanggaran
dapat dikenakan sanksi yang tegas, tidak
atas kode etik perilaku hakim. Misalnya,
seperti sanksi yang dikenakan terhadap
seorang
pelanggaran norma moral. Selain itu,
perbuatan tercela, yang jika dilihat dari
tingkat ketaatan terhadap norma hukum
sisi hukum, belum sampai kepada
yang mengandung norma moral itu
kualifikasi perbuatan pidana, akan tetapi
diharapkan akan lebih baik karena pada
tetap diancam dengan sanksi.
dasarnya
sehingga
hukuman
masyarakat
sudah
lama
hakim
yang
melakukan
Sanksi yang diberikan bagi hakim
mengenal norma tersebut dalam bentuk
yang
norma moral yang bersumber dari hati
pelanggaran kode etik perlaku hakim
nurani.
sebagaimana disebut dalam pasal 23
Munculnya
Komisi
Yudisial
terbukti
telah
melakukan
ayat (1) UU Komisi Yudisial dapat
dengan salah satu tugas pokoknya
berupa:
adalah pengawasan terhadap (norma
a. Teguran tertulis,
moral)
b. Pemberhentian sementara,
perilaku
hakim,
selain
mengajukan usul Hakim Agung, adalah suatu
terobosan
yang
c. Pemberhentian.
melahirkan
Jadi
Komisi
Yudisial
dapat
pergeseran terhadap norma etika. Di atas
berperan sebagai garda pertama dalam
Hart mengatakan bahwa norma noral
upaya pencegahan pelanggaran hukum.
(etika) tidak perlu berhubungan dengan
Dengan
norma hukum. Akan tetapi kini telah
hakim yang ketat diiringi ancaman
berkembang pemikiran perlunya norma
sanksi administratif, akan membuat para
moral diadopsi untuk dijadikan sebagai
hakim berpikir dua atau tiga kali kalau ia
norma hukum dalam suatu undang-
mau
undang. Dalam hal ini, undang-undang
yangmelanggar hukum. Baru melakukan
nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi
perlanggran etika saja sudah dihadang
Yudisial (selanjutnya ditulis UU Komisi
dengan sanksi, apalagi kalau melanggar
pengawasan
melakukan
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
etika
perilaku
perbuatan
35
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
hukum. Kalau perilaku hakim terjaga
sudah ada atau yang akan dibentuk
dengan baik, maka harapan masyarakat
nanti.
untuk
sebagian besar organisasi profesi telah
memperoleh
keputusan
pengadilan yang adil akan
Namun
yang
pasti
hampir
mudah
memiliki aturan kode etik termasuk
tidak
dalam hal ini adalah hakim baik di
melanggar norma etika adalah hakim
Makhkamah Agung (MA) ataupun di
yang baik. Dan hakim yang baik akan
Mahkamah Konstitusi (MK).
diwujudkan.
Hakim
yang
menghasilkan keputusan yang baik. Selama
ini,
yang
membentuk norma kode etik, sudah
namanya pelanggaran kode etik yang
sewajarnya apabila dalam perumusan
mengatur profesi tertentu biasanya akan
norma kode etik perilaku hakim itu
diselesaikan
dewan
dibuat sebaik dan seadil mungkin.
kehormatan kode etik, yang dibentuk
Sebab, apalah artinya ada pengaw asan
sendiri oleh organisasinya, dan ironisnya
terhadap perilaku hakim, kalau rumusan
anggota dewan itu biasanya diambil dari
norma
dalam organisasi itu sendiri. Kondisi
prnsip-prinsip kebenaran, keadilan dan
demikian tentu sangat tidak sehat, dan
kesetaraan. Dalam konteks ini mungkin
dapat mengundang penilaian negatif
perlu menengok naskah kode etik hakim
oleh mesyarakat, karena teman sejawat
The Bangalore Principlesss (Untuk
diperiksa oleh teman sejawat sendiri.
selanjutnya ditulis Prinsip Bangalore),
Dalam konteks ini akan sulit diharapkan
yang
kemandirian dan obyektifitas anggota
perilaku
dewan
melakukan
adalah naskah kode etik perilaku hakim
pemeriksaan perilaku yang dilakukan
yang disusun dan disepakati bersama
oleh temannya sendiri. Kecenderungan
oleh
untuk
berbagai
oleh
tersebut
membela
memang
Terlepas dari siapa yang berhak
suatu
dalam
korpsnya
biasanya
sangat kuat.
etikanya
memuat hakim.
perwakilan negara
tidak
mengandung
prinsip-prinsip Prinsip
para
dasar
Bangalore
hakim
sebagai
dari
pedoman
perilaku hakim di mana saja berada.
Penulis pikir, munculnya lembaga
Kesepakatan Prinsip Bangalore pertama
Komisi Yudisial akan dapat menjawab
kali dicetuskan di Bangalore, India, pada
persoalan ini. Hanya saja, dalam UU
bulan febuari 2001. pertemuan terakhir
Komisi Yudisial tidak disebutkan siapa
di Den Haag pada bulan November
yang akan merumuskan norma kode
2002, yang menghasilkan draft yang
etik, apakah lembaga peradilan yang
diberi judul “The Bangalore Principles
bersangkutan atau lembaga lain yang
of Judicial Conduct” dengan 6 (enam)
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
36
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
prinsip
yaitu:
(2)
orang dihadapan pengadilan, seorang
ketidakberpihakan, (3) integritas, (4)
hakim harus menyadari dan memahami
kesopanan,
(5)
(6)
keberagaman masyarakat yang timbul
kompetensi
dan
ketaatan.
Ke-enam
dari berbagai sumber, seperti warna
secara
singkat
prinsip
(1)
kebebasan,
kesetaraan,
tersebut
dapatdiuraikan sebagai berikut.
kulit,
agama,
kepercayaan,
jenis
kelamin, dan etnis.
Prinsip Kebebasan adalah salah
Prinsip Kompetisi dan Ketaatan,
satu prasyarat terhadap aturan hukum
menempatkan
dan suatu jaminan mendasar atas suatu
mengabadikan kegiatan profesionalnya
persidangan yangadil. Oleh karena itu
di atas segala kegiatan lainnya. Seorang
seorang hakim harus menegakan dan
hakim akan mengambil langkah-langkah
memberi contoh mengenai kebebasan
yang
peradilan.
meningkatkan pengetahuan, keahlian,
Prinsip
ketidakberpihakan
sangatlah penting agar seorang hakim dapat
melaksanakan
mengharapkan praduga.
tugasnya
imbalan,
Seorang
dan
hakim
hakim
pada
posisi
sungguh-sungguh
untuk
dan kualitas pribadi untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
tidak tanpa
Pengawasan Perilaku Hakim
harus
Aturan hukum yang terkait dengan
memastikan bahwa perilakunya, baik di
tugas pengawasan perilaku hakim itu
dalam ataupun diluar pengadilan, tetap
tersebar
terjaga.
perundang-undangan. Dapat disebut di
dalam
berbagai
peraturan
Prinsip Integritas mengatur agar
sini, antara lain Undang Undang Dasar
seorang hakim harus memastikan bahwa
Negara Republik Indonesia (UUD 1945)
perilakunya tidak tercela dari sudut
pasal
pandang pengamatan yang wajar.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004
24B,
UU
Komisi
Yudisial,
Prinsip kesopanan mengharuskan
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
seorang hakim menghindari perilaku dan
nomor 14 tentang Mahkamah Konsitusi
citra yang tidak sopan dalam segala
(UU MK) pasal 23. dua ketentuan
aktivitas
hukum terakhir itu mengatur wewenang
hakim,
serta
harus
rela
menerima pembatasan pribadi yang mungkin dianggap memberbani oleh masyarakat.
dan pembentukan Majelis Kehormatan. Rumusan pasal yang memuat Majelis Kehormatan itu yang tercantum
Prinsip Kesetraan, memastikan perlakuan yang sama terhadap semua
dalam UU MK dan UU MA sama persis redaksinya yaitu sebagai berikut:
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
37
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
“Ketentuan
mengenai
pembentukan, susunan, dan tata kerja
Agung
dan
atau/
Mahkamah
Konstitusi”.
Majelis Kehormatan mahkaamh (Agung/
Pertanyaannya adalah ketentuan
Konstitusi) diatur lebih lanjut oleh
hukum mana yang harus dijalankan
(Mahkamah
Konstitusi)”.
dalam pengawasan perilaku hakim? Di
Majelis inilah yang akan mengusulkan
sini, perlu dilihat ketentuan hirarki
sanksi
peraturan perundang-undangan seperti
Agung/
pelanggaran
etika
kepada
pimpinan”
diatur dalam UU No. 10 tahun 2004
Dalam
Peraturan
Mahkamah
tentang
Pembentukan
Peraturan
Konsitusi (PMK) No.2 tahun 2003
Perundang-Undangan.
tentang
standar hirarki aturan hukum ini maka
Kode
Tingkah
Etik
Laku
dan
Hakim
disebutkan bahwa
Pedoman Konsitusi,
salah satu tugas
ketentuan
hukum
pelaksanaan
Berdasarkan
yang
wewenang
mengatur pengawasan
Majelis Kehormatan adalah memeriksa
yang terdapat di dalam UU Komisi
dan
atas
Yudisial adalah lebih tinggi posisi
etik, yang akan
hukumnya daripada yang diatur dalam
kepada
Pimpinan
PMK. Dengan demikian, yang lebih
Mahkamah Konstitusi (pasal 4 ayat (2)
tepat melakuakan tugas pengawasan dan
c).
memutuskan
memutuskan
pelanggaran
kode
direkomendasikan
kewenangan
tindakan
demikian
memiliki
jenis
sanksi
yang
hakim
yang
kesamaan dengan kewenangan Komisi
dijatuhkan
terhadap
Yudisial seperti diatur dalam pasal 23
melanggar
kode
ayat (2) dan (3) UU Komisi yudisial,
diusulkan kepada MK dan/ atau MA
sebagai berikut:
adalah Komisi Yudisial. Artinya Majelis
etik,
yang
akan
“ayat (2): Usul penjatuhan sanksi
tersebut tidak lagi memiliki kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yang telah dijalankan oleh Komisi
huruf
Yudisial yang memiliki “derajat hukum”
a berserta alasan kesalahanny
bersifat mengikat, disampaikan oleh
lebih
tinggi
Komisi Yudisial
kepada pimpinan
Kehormatan. Selain itu, ditinjau dari
Mahkamah Agung dan/ atau Mahkamah
sudut objektifitas, akan lebih baik jika
Konstitusi. Ayat (3): Usul penjatuhan
Komisi Yudisial yang memeriksa hakim
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat
dan menjatuhkan jenis sanksinya karena
(1) huruf b dan huruf c diserahkan oleh
ia
Komisi Yudisial kepada Mahkamah
eksternal.
merupakan
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
daripada
lembaga
Majelis
pengawas
38
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
Metode Pengawasan Hakim Yang
antara lain, melalui laporan masyarakat,
Efektif
berita media masa ataupun laporan dari
Sebagaimana disebut di atas, ada
lembaga
tempat
kerja
hakim
dua tugas pokok Komisi Yudisial, yang
sebagaimana yang diwajibkan undang-
jika
kesulitas
undang. Selain itu, perlu dilakukan
Tugas
ikatan kerjasama dengan berbagai pihak,
pertama (mengusulkan Hakim Agung
misalnya, media masa terutama dengan
kepada DPR) tentu tidak begitu sulit.
radio yang memiliki progran siaran
Berbeda dengan tugas kedua, yakni
langsung interaktif dengan publik, dan
melaksanakan
juga dengan perguruan tinggi dengan
dilihat
dari
pelaksanaannya
perilaku
tingkat
tidak
sama.
pengawasan
hakim;
terhadap
tentunya
akan
mengalami banyak kesulitan, terutama
membentuk
Pos/
Pusat
Pemantau
Perilaku Hakim.
mengingat jumlah hakim se-Indonesia
Untuk mempermudah akses publik
yang akan diawasi mencapai ribuan
terhadap kegiatan
orang.
dalam
perlu dibuka layanan publik, dengan
melaksanakan tugas pengawasan tanpa
membuka situs di Internet atau Web Site,
menggunakan metode yang tepat, akan
yang antara lain mencantumkan daftar
sulit untuk dapat berjalan secara efektif.
nama atau identitas hakim dan program
Dengan demikian, dalam melaksanakan
lainnya
tugas pengawasan ini, perlu diupayakan
pengawasan dan juga pencegahan dini
sistem dan mekanisme kerja yang
atas
professional.
organisasi
Menerbitkan berita media cetak dengan
tenaga-tenaga
format yang menarik secara berkala.
harus
Oleh
karena
itu
Manajemen
didukung
oleh
yang
Komisi
mendukung
pelanggaran
etika.
Membuka
teknologi informasi yang menguasai
berbagai saluran seperti, telepon, Short
metode data basedan juga tenaga ahli di
Massage Service (SMS), Faximili dan
bidang manajemen organisasi.
E-mail.
melalui
metode
Di bidang manajemen organisasi,
akan
perlu dilakukan langkah-langkah yang
diidentifikasi dan diberi nomor identitas.
mengarah kepada satu tujuan, yaitu
Dengan nomor identitas inilah, perilaku
organisasi yang dapat bekerja secara
hakim akan mudah dipantau oleh publik.
efektif. Oleh karena itu, tata kerja
Informasi mengenai eprilaku hakim
organisasi
dapat diperoleh melalui berbagai sarana,
profesional dengan mengikuti prinsip-
data
base,
menggunakan
publik
tugas
terampil dan tenaga ahli di bidang
Dengan
layanan
norma
Yudisial,
seluruh
hakim
perlu
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
diatur
secara
39
Taufiqurrohman Syahuri - KOMISI YUDISIAL:Norma Etika Yang Dipositifkan dan Metode Kerjannya
prinsip transparansi, efektivitas dan birokrasi ramping serta pertanggungjawaban kepada publik. Prinsip kebersamaan dan penghargaan
bagi
karyawan
yang
berprestasi harus dilaksanakan. Sistem dan mekanisme kerja organisasi di atas, akan mendukung dan menunjang tugastugas anggota Komisi Yudisial yang hanya beranggotakan 7 (tujuh) orang. Semoga.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, SH, Etika Profesi Hukum, Bandung: Aditya Bakti, 2001, hal. 17. http://www.transparency.org/building_c oalitions/codes/bangalore_cond uct/.html, diakses bulan januari 2005 J. van Kan dan J.H. Beekhuis, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet.7 tahun 1997. hal. 10-11. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, pasal 13. huruf b. Lembaran Negara tahun 2004 No. 89 Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Jakarta: Kanisius, 1990. hal 16 W. Friedmann, Teori & Filsafat Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Pertama, 1990, hal.147.
***
Lex Jurnalica /Vol.2 /No.3 /Agustus 2005
40