KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN ACEH SINGKIL (STUDI KASUS PADA DAERAH PEMILIHAN II KECAMATAN GUNUNG MERIAH)
PENELITIAN DILAKSANAKAN OLEH :
KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL
KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015
ABSTRAK Negara yang demokratis para penyelenggara pemerintahannya
dipilih melalui sistem Pemilihan Umum. Pemilihan Umum di Indonesia
kita kenal antara lain yaitu Pemilihan Umum Legislatif yakni untuk
memilih wakil-wakil rakyat yang duduk dilembaga Legislatif terdiri dari DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota; Di
Indonesia
Pemilu
Presiden
dan
Wakil
Presiden
dilaksanakan berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,
dan adil dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum sebagai salah satu
instrument dalam perwujudan demokrasi pemilih merupakan unsur
paling vital dalam perannya sebagai penentu terpilihnya wakil-wakil dari mereka untuk duduk dalam pemerintahan. Pemilih merupakan warga negara yang telah cukup umur sebagaimana diatur dalam
undang-undang yang dapat menyalurkan suaranya dalam pemilihan umum.
Partisipasi pemilih akan sangat berpengaruh bagi suksesnya
pelaksanaan pemilihan umum, sehingga peningkatan partisipasi
pemilih sangat penting dan menjadi tanggung jawab bersama penyelenggara dan kontestan pemilu untuk selalu mensosialisasikan
kepada masyarakat khususnya yang telah bisa menggunakan hak pilihnya.
Riset ini berisikan hasil survey lapangan yang diolah dalam
bentuk data-data dengan menggunakan metode statistik guna melihat sejauh mana faktor-faktor penentu jumlah pengguna hak pilih dalam
pemilihan umum di Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayahNya serta Salawat dan
Salam tidak lupa disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang
mana telah menuntun umat manusia dari alam zahiliyah kealam yang berilmu pengetahuan.
Berkat hal tersebut Komisi Independen Pemilihan Kabupaten
Aceh Singkil dapat menyelesaikan penysunan laporan hasil riset berkenaan dengan partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilihan
Umum Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Aceh Singkil khususnya di Kecamatan Gunung Meriah yang merupakan salah satu wilayah yang
pada Pemilihan Umum Legislatif berada pada Daerah Pemilihan Aceh Singkil 2 (dua).
Kami berharap hasil riset ini dapat menjadi informasi bagi
masyarakat pada umumnya dan penyelenggara pada khususnya serta Pihak lain yang terkait, sebagai bahan dalam menghadapi Pemilihan Umum atau Pemilukada di masa yang akan datang dan menjadi berarti
dalam pembangunan demokrasi di Indonesia pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Aceh Singkil.
Kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan
bantuan dalam penyusunan Laporan ini, kami sampaikan banyak terima kasih dan semoga mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT.
Aceh Singkil, 22 Juni 2015 KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL Ketua, YARWIN ADI DHARMA, S. Pt
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
……………
i
KATA PENGANTAR
……………
ii
DAFTAR ISI
……………
iii
DAFTAR TABEL
……………
vi
DAFTAR GAMBAR
……………
viii
DAFTAR LAMPIRAN
……………
ix
DAFTAR PUSTAKA
……………
x
BAB
BAB
BAB
I
PENDAHULUAN
……………
1
1.1
Latar Belakang Masalah
……………
1
1.2
Perumusan Masalah
……………
7
1.3
Pembatasan Masalah
……………
7
1.4
Tujuan Penelitian
……………
7
1.5
Manfaat Penelitian
……………
7
1.6
Kerangka Pemikiran
……………
7
1.7
Hipotesis
……………
8
II
TINJAUAN PUSTAKA
……………
9
2.1
Definisi Pemilih
……………
9
2.2
Sistem Pendaftaran Pemilih
……………
10
2.3
Sistem Kepartaian dan Pemilihan Umum
……………
10
2.4
Perilaku Pemilih
……………
11
2.4.1
Pendekatan Sosiologis
……………
11
2.4.2
Pendekatan Psikologis
……………
12
2.4.3
Pendekatan Rasional
……………
13
2.5
Partisipasi Politik
……………
14
III
METODE PENELITIAN
……………
19
iii
BAB
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
……………
19
3.2
Jenis dan Sumber Data
……………
19
3.3
Metode Pengumpulan Data
……………
20
3.4
Metode Penentuan Sampel
……………
20
3.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data
……………
23
3.6
Pengujian Model
……………
26
IV
GAMBARAN
……………
30
……………
30
……………
30
……………
31
……………
32
……………
32
……………
33
……………
35
……………
36
……………
37
……………
38
……………
41
UMUM
DAERAH
PEMILIHAN 4.1
Proses
Pembentukan
Kecamatan
Gunung Meriah 4.2
Kecamatan Gunung Meriah Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum
4.3
Letak Geografis Kecamatan Gunung Meriah
4.4
Karakteristik Penduduk Kecamatan Gunung Meriah 4.4.1
Karakteristik
Berdasarkan
Kelompok Umur 4.4.2
Karakteristik
Berdasarkan
Mata Pencaharian 4.4.3
Karakteristik
Berdasarkan
Tingkat Pendidikan 4.4.4
Karakteristik
Berdasarkan
Agama 4.4.5
Karakteristik
Berdasarkan
Kepala Keluarga 4.4.6
Karakteristik
Berdasarkan
Jenis Pekerjaan BAB
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
iv
5.1
Karakteristik Berdasarkan
Responden Tingkat
Partisipasi
Memilih 5.2
Perbandingan Pekerjaan
Calon
……………
43
……………
44
……………
45
……………
46
……………
50
……………
50
……………
51
……………
53
Program Kerja Dari Calon Anggota Legislatif
5.3
43
Kedekatan Emosional Dengan Calon Anggota Legislatif
5.2.3
…………… Anggota
Legislatif 5.2.2
41
Karakteristik
Responden 5.2.1
……………
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih 5.4
Pengujian Secara Parsial Terhadap Masing-Masing Variabel Bebas 5.4.1
Pekerjaan (X1) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Memilih
5.4.2
Kedekatan
Emosional
Berpengaruh
(X2) Positif
Terhadap Keputusan Untuk Memilih 5.4.3
Program
Kerja
Berpengaruh Terhadap
Negatif Tingkat
Pengembalian Kredit BAB
(X3)
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
……………
55
6.1
Kesimpulan
……………
55
6.2
Saran
……………
55
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jumlah Pemilih dan Sampel Pada Kecamatan Gunung Meriah
………………
22
………………
32
………………
34
Pendidikan
………………
35
Tabel 4.4
Karakteristik Berdasarkan Agama
………………
36
Tabel 4.5
Karakteristik Berdasarkan Kepala ………………
37
Pekerjaan
………………
39
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif Responden
………………
42
Tabel 5.2
Analisa Tabulasi Silang Pekerjaan ………………
43
………………
44
Tabel 4.1
Karakteristik
Berdasarkan
Kelompok Umur Tabel 4.2
Karakteristik Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4.3
Karakteristik Berdasarkan Tingkat
Keluarga Tabel 4.6
Karakteristik Berdasarkan Jenis
Calon Legislatif Dan Keputusan Memilih Tabel 5.3
Analisis Tabulasi Silang Kedekatan Emosional Dan Keputusan Memilih
vi
Tabel 5.4
Analisis Tabulasi Silang Program Kerja Dan Keputusan Memilih
………………
45
Tabel 5.5
Hosmer And Lameshow Test
………………
46
Tabel 5.6
Hasil Pengolahan Regresi Logistik
Memilih
………………
47
Hasil Pengujian Hipotesis
………………
49
Mengenai
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Keputusan Untuk
Tabel 5.7
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Faktor-faktor
Yang ………………
Mempengaruhi Perilaku Pemilih
viii
7
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Data Hasil Quisioner Terhadap Responden di Kecamatan Gunung Meriah
2.
Input Data Hasil Quisioner Responden;
3. 4. 5.
(Daerah Pemilihan Aceh Singkil 2);
Deskripsi Statistik Hasil Quisioner Responden;
Proses Pengolahan Data Hasil Quisioner Terhadap Jawaban Responden;
Proses Pengolahan Data Berkenaan Keputusan Yang Diambil Oleh Responden;
ix
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Rahmat, 1998. Sistem Politik Indonesia, Surabaya : Penerbit SIC;
Asfar, 1996. Beberapa Pendekatan Dalam Memahami Perilaku Pemilih, Jakarta. Jurnal Ilmu Politik Edisi No 16. PT. Gramedia pustaka utama; Gujarati, Damodar N, 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta;
Mardikanto, T Dan Sri Sutarni, 2006. Pengantar Statistika : Surakarta Hapsara;
Michael Rush Dan Althoff, 1989. Pengantar Sosiologi Politik : Jakarta . PT Rajawali; Prihatmojo, Joko J, 2005. Pilkada Secara Langsung : Yogyakarta. Pustaka Pelajar;
Puspasari, Tri Prasetya, 2012. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi Banten Tahun 2011 Di Kecamatan Karawaci Kota Tanggerang: Serang. Skripsi : Fakultas Sospol. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa; Samuel P Hutington Dan Joan M. Nelson, 1997. No Easy Choice : Political Participation In Developing Countries : Cambridge, Mass : Harvard University Press; Sarwoko,2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Andi. Yogyakarta;
Sudijono Sastroadmojo, 1995. Perilaku Politik, IKIP Semarang Press;
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Singkil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3827) Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Singkil Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil Wahyudi Kumorotomo, 1999. Etika Administrasi Negara, Jakarta : Rajawali Pers; x
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Inconesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 52461); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316);
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2013 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Untuk Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dimana rakyat dapat memilih pemimpin politik secara langsung.Yang
dimaksud dengan pemimpin politik disini adalah wakil-wakil rakyat
yang duduk di lembaga perwakilan rakyat (parlemen) baik ditingkat pusat maupun daerah dan pemimpin lembaga eksekutif atau kepala pemerintahan seperti presiden, gubernur, atau bupati/walikota.
Penyelenggaraan Pemilu sangatlah penting bagi suatu negara,
hal ini disebabkan karena pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat, sarana untuk melakukan penggantian pemimpin
secara kontitusional, sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi dan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik
Di Indonesia sendiri, Pemilihan Umum (Pemilu) pada awalnya
ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD
Provinsi dan DPRD Kabupaten Kota. Setelah amandemen ke empat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat
sehingga Pilpres pun dimasukkan kedalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada pemilu 2004. 1
2
Dalam
Pemilu Legislatif
tahun 2014 untuk Provinsi Aceh
terdiri dari 15 (Lima Belas) Partai Politik, terdiri dari 12 Partai Politik
Nasional dan 3 Partai Politik Lokal Sistem yang digunakan adalah sistem proposional dengan daftar calon terbuka. Dalam surat suara
tertera tanda gambar parpol yang di bawah tanda gambar parpol bersangkutan terdapat daftar nama calon wakil yang akan duduk di
legislatif. Pemilih diberi kesempatan memilih salah satu tanda gambar parpol dan calon yang terdapat di bawahnya.
Pemilu 2014 diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) yang bersifat nasional, tetap mandiri. Bersifat nasional, KPU
dibentuk secara berjenjang, mulai KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/ Kota dan bersifat tetap atau permanen. Bersifat tetap juga
mengandung maksud pendidikan politik dan demokrasi kepada
masyarakat akan berlangsung terus-menerus. Sedangkan mandiri
pemahamannya adalah dalam menyelenggarakan Pemilu bersifat independen tanpa ada campur tangan/ pengaruh pihak lain, baik
pemerintah maupun partai politik. Di samping itu dimaksudkan agar
pelayanan proses pendidikan politik yang berhubungan dengan Pemilu lebih berkesinambungan. Adapun dasar yang digunakan lahirnya
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pasca Reformasi adalah Pasal 22E ayat (5) UUD 1945 yang sudah diamandemen ketiga tahun 2001.
Dari adanya perubahan aturan main tersebut, Pemilu Legislatif
2014 sedikit membawa angin segar karena adanya dinamika perilaku
memilih. Pada tataran masyarakat terjadi perkembangan yang positif
3
bagi politik di Indonesia ke depan. Pertama, sebagian perilaku pemilih masyarakat, meskipun masih banyak yang menjadi pendukung fanatik partai politik tertentu, tetapi sebagian telah mulai bergeser dari pola panutan (tradisional) menjadi lebih rasional. Dalam arti mereka tidak
lagi berorientasi kepada tokoh yang dianggap sebagai panutan atau patronnya. Hal lain yang dapat disebutkan adalah pergeseran pola tersebut terjadi dari sikap pemilih yang semula menganggap Pemilu
sebagai kewajiban telah mulai bergerak ke arah sikap yang menunjukkan pilihan mereka di dasari atas kesadaran bahwa memilih itu adalah hak.
Pemilu Legislatif 2014 adalah pemilihan untuk calon anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Kabupaten/
Kota. Pemilu legislatif diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat, mulai dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/ kota.
Berdasarkan UU No. 8 Tahun 2012, tentang Pemilu Legislatif,
pemberian suara untuk Pemilu Anggota DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan dengan mencoblos salah satu tanda gambar
partai politik peserta Pemilu dan mencoblos salah satu calon di bawah tanda gambar partai politik peserta Pemilu, sedang untuk DPD langsung mencoblos pada tanda gambar calon yang bersangkutan. Ketika
pemilih
akan
melakukan
pencoblosan,
dalam
menentukan pilihannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada faktorfaktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan
4
politik seseorang. Dengan demikian para pemilih bukan hanya pasif
tetapi juga aktif, bukan hanya terbelenggu oleh karakteristik sosiologis
tetapi juga bebas bertindak. Faktor-faktor situasional itu bisa berupa
isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan. Namun meskipun sistem
Pemilu sudah dilakukan perubahan, dari sistem proposional dengan
daftar calon tertutup (tanpa daftar calon) ke system proposional dengan daftar calon terbuka, ternyata belum memberikan adanya perubahan yang berarti. Selain itu sikap apatis dari masyarakat secara
umum masih menonjol, ini bila dicermati terhadap penyelenggaraan
Pemilu Legislatif 2014 kemarin. Faktor lain adanya kejenuhan terhadap
Pemilu. Alasan lain, adanya anggapan Pemilu itu hanya merupakan kepentingan partai politik, belum bisa menampung kepentingan
masyarakat yang mempunyai kedaulatan rakyat. Pandangan lain dari masyarakat adalah
Pemilu 2014, dengan sistem baru hanya
menghabiskan anggaran besar, lebih parah lagi para wakil rakyat yang terpilih, sering melupakan kepentingan rakyat yang telah memilihnya.
Kabupaten Aceh singkil terdiri atas 11 kecamatan, dan dalam
Pemilu Legislatif di Kabupaten Aceh Singkil, terbagi atas 4 (Empat) Daerah Pemilihan (DP), yang meliputi DP I : kecamatan Singkil, Singkil Utara, Pulau Banyak, Pulau Banyak Barat dan Kuala Baru,
DP II :
Kecamatan Gunung Meriah, DP III : Kecamatan Simpang Kanan dan Danau Paris dan DP IV : Kecamatan Suro, Kota Baharu dan Singkohor.
Berdasarkan data dari KPU Kabupaten Aceh Singkil Jumlah
Penduduk
(2014), data statistic Pemilu Legislatif 2004, jumlah
5
penduduk 113.000, dengan jiwa pemilih terdaftar 72.494. Pemilih dan yang menggunakan hak pilihnya sebesar 58.235 (80,3%)
Bila dilihat dari tingkat partisipasi politik dalam menggunakan
hak pilihnya, pada Pemilu 2014, angka tingkat tidak menggunakan hak pilih (Golput) cukuplah tinggi berkisar sebesar 20%.
Hal ini
memunculkan fenomena yang menarik dan perlu dikaji permasalahan apa yang terjadi di dalam masyarakat. Padahal di satu sisi sebenarnya sistem Pemilu 2014 dirancang agar lebih baik, demokratis, transparan,
sistem proposional dengan daftar calonterbuka dan diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang independen. Kesemuanya
bertujuan agar hasil Pemilu dapat dipercaya oleh semua lapisan masyarakat. Banyak faktor yang dimungkinkan dapat mempengaruhi,
mulai dari faktor kerumitan tentang sistem Pemilu, KPU sebagai penyelenggara
Pemilu,
surat
suara
yang
terlalu
besar
dan
membingungkan, kejenuhan masyarakat, serta adanya sikap apatis masyarakat terhadap Pemilu dan masih banyak lagi.
Hal ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan tentang itu,
meski sistem Pemilu sudah dilakukan perubahan. Sementara itu, masyarakat cenderung masih memiliki pandangan yang kurang baik,
terhadap partai politik. Masih ada anggapan bahwa Pemilu tidak
ubahnya hanya sebatas untuk kepentingan orang-orang Parpol belaka.
Sementara aspirasi yang disalurkan lewat Pemilu tidak pernah tersalurkan melalui wakil-wakilnya.
6
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan
uraian
latar
belakang
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
diatas
maka,
dapat
1.
Bagaimana karakteristik
pemilih dalam pemilu legislatif tahun
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam
2014 di Kabupaten Aceh Singkil;
pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Aceh singkil.
1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, ruang lingkup permasalahannya dibatasi
pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih dalam Pemilihan Umum Legislatif Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2014 di Kecamatan Gunung Meriah. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan yaitu agar : 1.
Untuk mengetahui karakteristik pemilih dalam pemilu legislatif
2.
Untuk menganalisis Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
tahun 2014 di Kabupaten Aceh Singkil;
perilaku pemilih dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Aceh Singkil.
1.5 Manfaat Penelitian 1.
Memberikan gambaran bagaimana perilaku pemilih pemilu legislatif tahun 2014 di Kecamatan Gunung Meriah;
7
2.
Sebagai bahan evaluasi untuk lebih meningkatkan partisipasi
politik masyarakat Kecamatan Gunung Meriah dan secara umum untuk
semua
masyarakat
Kabupaten
Aceh
penyelenggaraan pemilu legislatif mendatang.
Singkil
pada
1.6 Kerangka Pemikiran Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pemilih dalam pemilu legislatif Kabupaten Aceh Singkil di Kecamatan
Gunung Meriah ini menggunakan rangkuman tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih yang dikembangkan oleh Adam Nursal (2000:72), sebagai berikut :
Gambar 1.1
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih Pileg 2014
Perilaku Pemilih
Partisipasi Pemilih
Memilih/ti dak memilih
FaktorFaktor
1. 2.
1.7 Hipotesis
3.
Pendekatan Sosiologis ( Pekerjaan) Pendekatan Psikologis (Kedekatan Emosional) Pendekatan Rasionalitas (Program Kerja)
Diduga faktor pekerjaan, kedekatan emosional, dan program
kerja dari calon legislatif
mempengaruhi probabilitas tingkat
8
keputusan untuk memilih dalam pemilu legislatif Kabupaten Aceh Singkil.
tahun 2014
di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pemilih UU No 8/2012 pemilih adalah warga Negara Indonesia yang
telah genap berumur 17 tahun, atau sudah pernah kawin. Tetapi dalam
pelaksanaan pemilu yang berhak memberikan hak pilihnya adalah
pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) yang telah ditetapkan oleh komisi pemilihan umum (KPU)
Menurut (Joko J.Prihatmoko) dalam Tri Prasetya (2012;hal 42)
pemilih adalah sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat
pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa
di wakili oleh suatu ideology tertentu yang kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik.
Pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak
menjadi konstituen partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari
beragam kelompok, terdapat kelompok masyarakat yang memang non partisipan, dimana ideology dan tujuan politik mereka tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu . Mereka menunggu sampai ada
9
10
satu partai politik yang bisa menawarkan program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan mereka pilih. 2.2 Sistem Pendaftaran Pemilih Untuk bisa memilih, umumnya calon pemilih harus terdaftar
sebagai pemilih terlebih dahulu. Kemudahan dalam pendaftaran pemilih bisa mempengaruhi minat seseorang untuk terlibat dalam pemilihan. Sebaliknya, sistem pendaftaran yang rumit dan tidak teratur bisa mengurangi minat orang dalam pemilihan.
Menurut Joko Prihatmoko ( 2005:201) Secara umum ada dua
sistem pendaftaran pemilih, yaitu sistem aktif dan sistem pasif. Sistem aktif adalah sistem pendaftaran pemilih dengan cara warga sendirilah yang aktif mendatangi panitia atau petugas pendaftaran atau
pencacahan untuk didaftar sebagai pemilih. Pemilih punya hak untuk menolak didaftar sebagai pemilih jika tidak menginginkannya.
Sedangkan sistem pasif adalah sistem pendaftaran pemilih dengan cara
petugas pendata atau pencacah untuk mencacah atau mendaftar sebagai pemilih. Sistem yang pertama akan menghasilkan partisipasi pemilih (voting turnout) yang tinggi.
2.3 Sistem Kepartaian dan Pemilihan Umum Menurut (russel dan Martin, 1993) dalam Tri 2012, sistem dua partai relatif bisa mengurangi tingkat partisipasi pemilih. Motivasi pemilih untuk ikut memilih bisa surut ketika partai atau calon yang
11
maju dalam pemilihan tidak ada yang disukai. Sebaliknya negara yang menganut sistem multipartai relatif bisa memancing partisipasi pemilih yang lebih tinggi. Hal ini karena pemilih lebih punya banyak pilihan dan
alternatif. Sejumlah penelitian juga menunjukkan, sistem proporsional
lebih membuat partisipasi pemilih lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan sistem distrik. Keterwakilan proporsional pada umumnya dipercaya dapat meningkatkan kehadiran pemilih karena semua partai dapat meningkatkan keterwakilan mereka.
. 2.4 Perilaku Pemilih
Secara teoritis ada dua penjelasan teori mengapa seseorang
tidak ikut memilih dalam pemilihan. Penjelasan pertama bersumber
dari teori-teori mengenai perilaku pemilih (voter behavior). Penjelasan ini memusatkan perhatian pada individu. Besar kecilnya partisipasi
pemilih (voting turnout) dilacak pada sebab-sebab dari individu pemilih. Secara umum analisa-analisa mengenai “voting behaviour” atau
perilaku pemilih didasarkan pada tiga pendekatan atau model ( Asfar; 1996) yaitu:
2.41 Pendekatan Sosiologis Pendekatan sosiologis sering disebut Mazhab Columbia (The
Columbia School of Electoral Behavior) merupakan pendekatan
yang menekankan pada peranan faktor-faktor sosiologis dalam membentuk perilaku politik seseorang. Seseorang tidak ikut
dalam pemilihan dijelaskan sebagai akibat dari latar belakang
12
sosiologis tertentu, seperti agama, pendidikan, pekerjaan, ras dan sebagainya. Faktor jenis pekerjaan juga dinilai bisa mempengaruhi keputusan orang ikut pemilihan atau tidak. 2.4.2 Pendekatan Psikologis Berbeda
dengan
pendekatan
sosiologis,
pendekatan
psikologis, yang sering disebut dengan Mazhab Michigan (The Michigan Survey Research Center) lebih menekankan pada pengaruh faktor psikologis seseorang dalam menentukan perilaku politik. Pendekatan psikologi ini mengembangkan
konsep psikologi, khususnya konsep sikap dan sosialisasi dalam menjelaskan perilaku sesorang. Konsep sikap merupakan variabel sentral dalam menjelaskan perilaku pemilih karena
Menurut Greenstein ada 3 fungsi sikap yakni ; pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan. Artinya, penilaian terhadap suatu obyek diberikan berdasarkan motivasi, minat dan
kepentingan orang tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri. Artinya, seseorang bersikap tertentu sesuai
dengan keinginan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh atau kelompok yang dikaguminya.
Ketiga, sikap
merupakan fungsi eksternalisasi dan pertahanan diri. Artinya,
sikap seseorang itu merupakan upaya untuk mengatasi konflik batin atau tekanan psikis, yang mungkin berwujud mekanisme pertahanan (defense mechanism).
13
Pembentukan sikap tidaklah bersifat begitu saja terjadi,
melainkan proses sosialisasi yang berkembang menjadi ikatan
psikologis yang kuat antara seseorang dengan partai politik atau
kandidat tertentu. Kedekatan inilah yang menentukan seseorang ikut memilih atau tidak. Makin dekat seseorang dengan partai
atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan. 2.4.3 Pendekatan Rasional Dua pendekatan diatas menempatkan pemilih pada
waktu dan ruang kosong baik secara implisit maupun eksplisit. Mereka
beranggapan
bahwa
perilaku
pemilih
bukanlah
keputusan yang dibuat pada saat menjelang atau ketika ada di
bilik suara, tetapi sudah ditentukan jauh sebelumnya, bahkan
jauh sebelum kampanye dimulai. Karakteristik sosiologis, latar belakang keluarga, pembelahan kultural atau identifikasi partai
melalui proses sosialisasi dan pengalaman hidup, merupakan
variable yang secara sendiri-sendiri maupun komplementer mempengaruhi perilaku atau pilihan politik sesorang.
Tetapi pada kenyataannya, ada sebagian pemilih yang
mengubah pilihan politiknya dari satu pemilu ke pemilu lainnya.
Ini disebabkan oleh ketergantungan pada peristiwa-peristiwa politik tertentu yang bisa saja mengubah preferensi pilihan
politik seseorang. Hal ini berarti ada variabel-variabel lain yang
14
ikut
menentukan
dalam
mempengaruhi
perilaku
politik
seseorang. Ada faktor-faktor situasional yang ikut berperan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang dalam pemilu.
Dengan begitu, pemilih bukan hanya pasif melainkan juga individu yang aktif. Ia tidak terbelenggu oleh karakteristik
sosiologis, melainkan bebas bertindak. Faktor-faktor situasional, bisa berupa isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan, seperti ketidakpercayaan dengan pemilihan yang bisa membawa
perubahan lebih baik. Atau ketidakpercayaan masalah akan bisa diselesaikan jika pemimpin baru terpilih, dan sebagainya.
Pemilih yang tidak percaya dengan pemilihan akan menciptakan keadaan lebih baik, cenderung untuk tidak ikut memilih.
Berdasarkan pendekatan ini Him Helwit mendefinisikan
perilaku pemilih sebagai pengambilan keputusan yang bersifat
instant, tergantung pada situasi sosial politik tertentu, tidak berbeda dengan pengambilan keputusan lain Jadi tidak tertutup
kemungkinan adanya pengaruh dari faktor tertentu dalam mempengaruhi keputusannya. 2.5 Partisipasi Politik Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi.
Partisipasi merupakan taraf partisipasi politik warga masyarakat dalam
kegiatan – kegiatan politik baik yang bersifat aktif maupun pasif dan bersifat langsung maupun yang bersifat tidak langsung guna
15
mempengaruhi
kebijakan
pemerintah.
Wahyudi
Kumorotomo
(1999;112) Partisipasi adalah berbagai corak tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbal balik antara pemerintah dan warganya. Lebih jauh dia mengingatkan bahwa secara umum corak
partisipasi warga negara dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
pertama, partisipasi dalam pemilihan (electoral participation), kedua,
partisipasi kelompok (group participation), ketiga, kontak antara warga negara dengan warga pemerintah (citizen government contacting) dan
keempat, partipasi warga negara secara langsung. Menurut Samuel P. Hutington dan Joan Nelson dalam No Easy Choice (1997;3) : Political
participation in developing : Partisipasi adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah, partisipasi bisa bersifat pribadipribadi atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif. Sedangkan Arifin Rahmat (1998;128) mendefinisikan, partisipasi
politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintah. Dengan demikian, pengertian
Hutington dan Nelson dibatasi beberapa hal, yaitu: pertama, Hutington dan Nelson mengartikan partisipasi politik hanyalah mencakup
kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap. Dalam hal ini, mereka tidak
16
memasukkan komponen-komponen subjektif seperti pengetahuan tentang poiltik, keefektifan politik, tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana berbagai sikap dan perasaan tersebut berkaitan dengan
bentuk tindakan politik. Kedua, yang dimaksud dengan partisipasi
politik adalah warga negara biasa, bukan pejabat-pejabat pemerintah. Hal ini didasarkan pada pejabat-pejabat yang mempunyai pekerjaan profesional di bidang itu, padahal justru kajian ini pada warga negara
biasa. Ketiga, kegiatan politik adaalah kegiatan yang dimaksud untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Kegiatan yang dimaksudkan
misalnya membujuk atau menekan pejabat pemerintah untuk bertindak
dengan cara-cara tertentu untuk menggagalkan keputusan, bahkan
dengan cara mengubah aspek-aspek sistem politik. Dengan itu protesprotes, demonstrasi, kekerasan bahkan bentuk kekerasan pembrontak
untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dapat disebut sebagai partisipasi politik.
Keempat, partisipasi juga mencakup semua
kegiatan yang mempengaruhi pemerintah, terlepas tindakan itu efektif
atau tidak, berhasil atau gagal. Kelima, partisipasi politik dilakukan langsung atau tidak langsung, artinya langsung oleh pelakunya sendiri
tanpa menggunakan, tetapi ada pula yang tidak langsung melalui orangorang yang dianggap dapat menyalurkan kepemerintah.
Sudjiono (1995;74) Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari
bentuk partisipasi politik yang dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua , yaitu:
17
1.
Partisipasi aktif, bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi
masukan dan keluaran suatu sistem politk. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan
kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut serta 2.
dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.
Partisipasi Pasif, bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi
keluaran suatu sistem politik. Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.
Selain kedua bentuk partisipasi diatas Rush dan althoff (1989;131) menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada dinilai telah
menyimpang dari apa yang dicita-citakan sehingga tidak ikut serta dalam politik. orang-orang yang tidak ikut dalam politik mendapat beberapa julukan, seperti apatis, sinisme, alienasi, dan anomie. 1.
2.
Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah
urusan yang kotor, tidak dapat dipercaya, dan menganggap
18
partisipasi politik dalam bentuk apapun sia-sia dan tidak ada 3.
hasilnya.
Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan pemerintahan masyarakat dan kecendrungannya
berpikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang 4.
dilakukan oleh orang lain untuk orang lain tidak adil.
Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang
individu mengalami perasaan ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).
Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku pemilih dalam pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Aceh Singkil, Pemilihan tempat penelitian tersebut
dengan pertimbangan : Kabupaten Aceh Singkil secara nasional melaksanakan pemilu legislatif pada tahun 2014 dengan mengambil
sampel dengan jumlah pemilih terbanyak di Daerah Pemilihan II
Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil . Waktu penelitian dilakukan pada minggu ketiga Mei sampai dengan minggu ke empat Juni tahun 2015.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner dan
wawancara langsung dengan para responden yaitu pemilih yang telah
bisa menggunakan hak pilihnya. Sedangkan data sekunder diperoleh
dari instansi terkait meliputi Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Aceh Singkil, Kantor Kecamatan Gunung Meriah. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari penelusuran kepustakaan, internet dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian. 19
20
3.3 Metode Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data
yakni dengan metode wawancara langsung terhadap pihak-pihak terkait, penyebaran kuisioner dan studi literatur. Data primer didapat
melalui wawancara langsung dengan responden dengan harapan agar
peneliti memperoleh informasi secara langsung mengenai karakteristik responden.
Pengumpulan data dengan cara ini akan dibantu
menggunakan kuisioner yang berisikan daftar-daftar pertanyaan yang relevan dengan tujuan penelitian. Penggunaan kuisioner bermanfaat
sebagai pemandu agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Teknis penggunaan atau pengisian kuisioner oleh responden akan dipandu oleh peneliti. 3.4 Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat terdaftar pada pemilih dalam pemilu legislatif Kabupaten Aceh Singkil.
yang
tahun 2014 di
2. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat terdaftar pada pemilih dalam pemilu legislatif Kabupaten Aceh Singkil.
yang
tahun 2014 di
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 orang pemilih yang
berdasarkan pada
21
Metode Slovin yang menggunakan Rumus : n=
N 1 + Ne²
Dimana :
n = ukuran sampel
N= Ukuran Populasi e=Persen
kelonggaran
ketidaktelitian
karena
kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi yaitu 10 persen.
Berdasarkan rumus tersebut dapatlah ditarik sampel sebagai 23.264
berikut : n=
1 + 23.264 (0.1)²
= 99,86 dibulatkan 100
sehingga berdasarkan penentuan sampel tersebut diambil sampel sebanyak 100 orang pemilih
Kemudian penentuan sampel untuk masing-masing Desa di
Kecamatan Gunung Meriah dilakukan dengan menggunakan
metode Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006). Tahap-tahap penentuan sampel adalah :
22
a.
Tahap pertama, adalah dengan mendata Jumlah pemilih terdaftar yang ada pada Kecamatan gunung meriah
b. Tahap kedua, setelah diperoleh pemilih
yang dimaksud,
kemudian diambil secara proporsional dari masing-masing Desa pada Kecamatan Gunung Meriah. Penentuan
jumlah
sampel petani responden untuk masing-masing Desa ditentukan dengan rumus (Sugiyono, 2009)
ni =
nk n N
Dimana:
ni : Jumlah sampel dari masing-masing Desa
nk : jumlah pemilih dari masing-masing Desa N:Jumlah
populasi
atau
kecamatan gunung meriah
jumlah
seluruh
pemilih
pada
n : Jumlah responden sebanyak 100 pemilih
Jumlah sampel dalam penelitan sesuai dengan rumus diatas adalah: Tabel 3.1
Jumlah Pemilih dan Sampel Pada Kecamatan Gunung Meriah
No 1
Nama Desa Blok 15
Jumlah Pemilih
Jumlah Sampel
1,144
5
23
2
Blok 18
4
Blok IV Baru
3 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Blok 31
Bukit Harapan Cingkam
360
2
1,898
8
185
2,101 310
Gunung Lagan
1,597
Lae Butar
1,936
Penjahitan
77
Labuhan Kera Pandan Sari Perangusan
Pertampakan Rimo
Sangga Beru Silulusan Sebatang
Seping Baru
70
1,250 237 137
2,120 933 229 146
Sianjo-anjo Meriah
1,005
Suka Makmur
1,304
Sidorejo
Tanah Bara
Tanah Merah
Tanjung betik Tulaan
Tunas Harapan Total
2,075 1,349 278 128
1,615 780
23,264
1 9 1 7 0 8 5 0 1 1 9 4 1 1 4 9 6 6 1 1 7 3
100
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dalam penelititan ini menggunakan perangkat
digital komputer dengan aplikasi program SPSS 17 dan Microsoft Excell
24
2007. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. a.
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan melalui analisis deskripktif
dengan menjabarkan satu persatu karakteristik Pemilih
dalam
bentuk tabulasi yang ditujukan untuk menunjang analisis kuantitatif.
b. Analisis Kuantitatif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regerasi Logit pengujian dilakukan dengan Hosmer and
Lemeshow Test ( Goodness –of- fit-test) . pengujian ini bertujuan untuk menguji ketepatan atau kecukupan data pada model regerasi logistik. Dengan hipotesis :
Ho : Model logistik menunjukkan kecukupan data (fit)
Ha : Model Logistik tidak menunjukkan kecukupan data (fit) Apabila nilai probabilita kecil, misalnya kurang dari 0.1
maka
model regerasi logistik tidak menunjukkan kecukupan data. Adapun nilai probabilita yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebesar 10 % ( α = 0.1) sehingga dasar pengambilan keputusan uji Hosmer and lemeshow adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas > alpha 0.1 maka Ho diterima Jika Probabilitas < alpha 0.1 maka Ho ditolak
25
Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel prediktor secara individu dilakukan dengan uji Wald (Wj), dengan rumus: βj
Wj =
SE (βk )
Keterangan:
β = Penduga β
SE = Penduga standard error dari β
βk = Koefisien variabel prediktor ke-k Hipotesis
: H0 = βk = 0
H1 = βk ≠ 0, k=1,2,...,k
Statistik Wj mengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj > Zα/2 twotailed p-value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,1) maka keputusannya adalah menolak H0 artinya variabel prediktor
ke-k tersebut berpengaruh secara nyata/signifikan terhadap variabel respon.
Model probit yang digunakan dalam penelitian ini adalah: p
Li = ln
= a + ß1X1i + ß2X2i + ß3X3i + ui
1-p
Keterangan:
Li = Keputusan Untuk Memilih 1 = Ya Memilih
0 = Tidak Memilih
X1i =Pekerjaan (Skor) 1=Kyai
26
2=Pengusaha 3=Politikus 4=Lainnya
X2i =Kedekatan Emosional (Skor) 1= Dekat
2= Sangat Dekat
3= Tidak Dekat
4= Tidak ada kedekatan
X3i =Program Kerja (Skor) 1= Berpengaruh
2= Sangat Berpengaruh 3= Tidak berpengaruh 4=Tidak Tahu
i = Pemilih ke-i ui = error
a = Intersep
ß1 ...ß3 = Koefisien koefisien estimasi 3.6 Pengujian Model Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian
tentang konsistensi model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang mendasarinya. Pengujian terdiri dari :
27
1. Uji R² (Koefisien determinasi ) Koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R², nilainya
diformulasikan dari persamaan berikut ini : R²
JKS
= 1-
JKT
Dimana :
JKS = jumlah kuadarat sisaan dan JKT = jumlah Kuadrat total
Uji ini mengambarkan seberapa variansi dari variabel
tak bebas dapat dijelaskan oleh variansi dari variabel bebas. Nilai R²
mempunyai jarak antara 0-1. Makin besar R²
(mendekati 1) maka hasil estimasi akan semakin mendekati sebenarnya. 2.
Uji distribusi F. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen
secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F. Nilai F dapat diformulasikan sebagai berikut :
R²/ (K – 1)
F = ( 1-R² ) / ( n – K )
28
Dimana :
K = Jumlah variabel independen termasuk konstanta. N = Jumlah sampel.
R² = Koefisien deyerminasi
Caranya adalah dengan membandingkan antara nilai kritis F
(Ftabel ) dengan nilai F hiting ( F Ratio ) dengan kaidah sebagai berikut :
Ho : b1 = b2 = ....... = bn = 0 Ha : b1 = b2 =.........= bn ≠ 0
bila nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan bila nilai F
hitung > F tabel , maka Ho ditolak yang berarti bahwa inputinput yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama. (Sarwoko,2005).
3.
Uji distribusi t Pengujian terhadap pengaruh variabel independen
secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan
menggunakan uji distribusi t. Nilai - t dapat diformulasikan sebagai berikut : t =
(bi – bi*) Sbi
Dimana :
bi = koefisien dari variabel ke i
29
bi* = nilai hipotesis dari bi
Sbi = simpangan baku dari variabel bebas ke i
Caranya adalah dengan membandingkan antara nilai kritis t
(tabel ) dengan nilai t hiting ( t Ratio ) dengan kaidah sebagai berikut :
Ho : b1 = b2 = ....... = bn = 0 Ha : b1 = b2 =.........= bn ≠ 0
Bila nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan bila nilai t hitung> t tabel , maka Ho ditolak yang berarti bahwa variabel yang bersangkutan berpengaruh secara signifikan. (Sarwoko ,2005).
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Proses Pembentukan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil merupakan kecamatan hasil dari
pemekaran kabupaten induk yaitu Aceh Selatan, Kabupaten Aceh
Singkil terbentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Singkil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
48,
Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 3827), yang
terdiri dari 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan Singkil, Kecamatan Simpang Kanan dan Kecamatan Simpang Kiri.
Kecamatan Gunung Meriah merupakan kecamatan hasil dari
pemekaran dari kecamatan induk yaitu Kecamatan Simpang Kanan,
Kecamatan Gunung Meriah disahkan menjadi kecamatan definitif berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Singkil Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.
4.2 Kecamatan Gunung Meriah Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRA dan
DPRK, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Umum
Gubernur dan Wakil Gubernur serta Pemilihan Umum Bupati dan Wakil 30
31
Bupati di Kabupaten Aceh Singkil terbagi dalam 4 (empat) Daerah Pemilihan.
Kecamatan Gunung Meriah merupakan Daerah Pemilihan 2
(dua) yang tersendiri tidak tergabung dengan kecamatan lainnya
dikarenakan Kecamatan Gunung Meriah memiliki jumlah penduduk terbanyak sehingga mempengaruhi terhadap jumlah pemilih terbanyak dibandingkan dengan Kecamatan ataupun Daerah Pemilihan lainnya.
Kecamatan Gunung Meriah terdiri dari 25 (dua puluh lima) desa
dengan keragaman budaya, suku dan bahasa diantaranya Alas, Dairi,
Pakpak, Jawa dan sebagainya. Dalam pelaksanaan Pemilihan Umum alokasi jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah yang terbanyak yaitu 64 (enam puluh empat) TPS.
Berkaitan dengan alokasi kursi dalam pelaksanaan Pemilihan
Umum DPR, DPD, DPRA dan DPRK di Kabupaten Aceh Singkil,
Kecamatan Gunung Meriah memiliki alokasi kursi terbanyak untuk mengisi Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Aceh Singkil sebanyak 9 (sembilan) kursi dibandingkan dengan Daerah Pemilihan lainnya. 4.3 Letak Geografis Kecamatan Gunung Meriah Kecamatan Gunung Meriah merupakan salah satu Kecamatan
dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil, yang terletak kurang lebih 40
km dari ibu kota Kabupaten Aceh Singkil. Kecamatan Gunung Meriah berbatasan dengan :
32
a.
b. c.
d.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Danau Paris; Sebelah Utara Utara;
berbatasan dengan Kecamatan Singkil
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Baharu:
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Kanan.
4.4 Karakteristik Penduduk Kecamatan Gunung Meriah Kecamatan Gunung Meriah memiliki keanekaragaman dan
karakteristik penduduknya, dalam hal ini dapat dibagi dalam : 4.4.1
Karakteristik Berdasarkan Kelompok Umur
Pada pertengahan tahun 2014 jumlah penduduk di
Kecamatan Gunung Meriah tercatat sebanyak 39.422. untuk
lebih jelasnya menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Kelompok Umur Umur
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(Jiwa)
(%)
1
0 s/d 4
2.894
7,34
3
10 s/d 14
4.522
No
2 4
5 s/d 9
15 s/d 19
4.443
11,27
4.001
10,15
11.47
33
5
20 s/d 24
4.195
10,64
7
30 s/d 34
3.868
9,81
6 8 9
10 11 12 13 14 15 16
25 s/d 29 35 s/d 39 40 s/d 44 45 s/d 49 50 s/d 54 55 s/d 59 60 s/d 64 65 s/d 69 70 s/d 74 74
Jumlah
4.486 2.948 2.443
11,38 7,48 6,2
1.774
4,42
914
2,32
427
1,08
1.229 533 304 401
39.422
3,3
1,35 0,77 1,02 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014. 4.4.2
Karakteristik Berdasarkan Mata Pencaharian Jika dilihat keadaan penduduk Kecamatan Gunung
Meriah pada pertengahan
tahun 2014 berdasarkan mata
pencaharian penduduk, maka mata pencaharian utama terbesar sektor pertanian dalam arti luas yaitu sebesar 85,59%
seperti petani, wiraswasta, dan karyawan swasta. Selain itu mata pencaharian penduduk terdiri dari peternak, pedagang,
pegawai negeri sipil, TNI, POLRI, dan lain-lain. Masing-masing
34
jumlah tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2
Karakteristik Berdasarkan Mata Pencaharian
No 1
Petani/ Pekebun
3
TNI
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
3.712
34,55
66
0,62
Mata Pencaharian
PNS
Kepolisian RI ( POLRI )
Anggota DPRD Kabupaten Peternak
Pedagang
Karyawan Swasta
964 106 8 9
161
8,97 0,99 0,07 0,08 1,5
2.082
19,38
Transportasi
113
1,05
Wiraswasta
3.401
31,66
25
0,23
Karyawan BUMN Industri Dokter Bidan
Perawat
Jumlah
23 38 13 22
10.743
0,22 0,35 0,12 0,21 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014.
35
4.4.3
Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki sebahagian besar
penduduk Kecamatan Gunung Meriah pada pertengahan 2014
adalah belum / tidak tamat SD yaitu sebanyak kurang lebih43,83% dari total penduduk. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
Tingkat Pendidikan
1
Belum / Tidak Tamat SD
17.623
42,21
3
SLTP / Sederajat
6.106
14,61
2 4 5 6 7 8 9
Tamat SD
SLTA / Sederajat Diploma I / II
Akademi Diploma III Strata I
Strata II
Strata III
Jumlah
8.848 7.209 310 477
1.148 29 1
41.746
21,19 17,29 0,74 1,14 2,75 0,07
0,002 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014.
36
4.4.4
Karakteristik Berdasarkan Agama Pada pertengahan thun 2014 Mayoritas Agama yang
dianut sebahagian besar penduduk di Kecamatan Gunung Meriah adalah Islam dengan jumlah 39.725 jiwa atau sebanyak
93,51%, Kristen dengan jumlah 2.749 jiwa atau sebanyak 6,47%, Hindu dengan jumlah 5 jiwa atau sebanyak 0,01% dan
lainnya sebanyak 2 jiwa atau sebanyak 0,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Agama
No
Jumlah
Persentase
(Jiwa)
(%)
Agama
1
Islam
39.725
93,51
3
Hindu
5
0,01
2
4
Kristen
Lainnya Jumlah
2.749
2 42.481
6,47
0,00 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014.
37
4.4.5
Karakteristik Berdasarkan Kepala Keluarga Pada akhir tahun 2014 jumlah kepala keluarga di
Kecamatan Gunung Meriah tercatat sebanyak 10.697 jiwa
Kepala Keluarga (KK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Karakteristik Berdasarkan Kepala Keluarga
No
Jumlah KK
Persentase
(Jiwa)
(%)
Desa
1
Gunung Lagan
678
6,34
3
Tulaan
737
6,9
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13
Sebatang Sidorejo Blok 15 Blok 18 Blok 31
Blok VI Baru Rimo
Tanjung Betik Penjahitan
Bukit Harapan Cingkam
113
0,11
923
8,63
177
1,65
500 96
4,67 0,9
817
7,64
65
0,61
1.013 48
1.064 149
9,47 0,45 10
1,4
38
14
Labuhan Kera
16
Suka Makmur
15 17 18 19 20 21 22 23 24 25
39
0,36
565
5,3
Tanah Bara
600
Perangusan
103
0,96
Tanah Merah
239
2,23
Pandan Sari
649
Tunas Harapan
310
Seping Baru
Pertampakan Sanggaberu Silulusan Lae butar
Sianjo-anjo Meriah Jumlah
61 66
436
5,6
0,57 0,62 6,07 4,07 2,9
751
7,02
10.697
100
493
4,61
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014.
4.4.6
Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jika dilihat dari jenis pekerjaan penduduk di Kecamatan
Gunung Meriah pada pertengahan tahun 2014,jenis pekerjaan terbanyak adalah belum /tidak bekerja yaitu sebanyak kurang
lebih 26,64%dari total penduduk masing-masing jumlah tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel dibawah ini.
39
Tabel 4.6 Karakteristik Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No
Jumlah KK
Persentase
(Jiwa)
(%)
Nama pekerjaan
1
Belum / tidak bekerja
10.501
26,64
3
Pelajar/ Mahasiswa
9.649
24,48
2 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Mengurus rumah tangga Pensiunan
7.224 69
18,32 0,17
PNS/TNI/POLRI
1.136
Petani/Pekebun
3.712
9,42
Nelayan/Perikanan
25
0,06
Konstruksi
34
Perdagangan Perternak Industri
Transfortasi
198 9
38 113
Karyawan swasta
2.082
Karyawan BUMD
10
Karyawan BUMN
23
Karyawan Honerer
127
Buruh tani/ Perkebunan
166
Buruh harian lepas Tukang Batu
212 26
2,88 0,5
0,02 0,01 0,09 0,29 5,28 0,06 0,03 0,32 0,54 0,42 0,07
40
20
Tukang Jahit
16
0,04
22
Wartawan
5
0,01
21 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Mekanik
27
Ustadz/Mubaligh
12
Dokter
13
Perawat
22
Anggota DPRD Kab Bidan Supir
Pedagang
Wiraswasta Lain-lain
Jumlah
8
25 173 161
3.401 205
39.422
0,07 0,03 0,02 0,03 0,06 0,05 0,44 0,41 8,63 0,52 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Tahun 2014.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan Tingkat Partisipasi
Memilih Karakteristik responden baik yang memilih maupun yang tidak
memilih dalam keputusan untuk memilih dalam pemilihan umum legislatif
diidentifikasi berdasarkan variabel-variabel yang diduga
berpengaruh terhadap tingkat keputusan untuk memilih. Keputusan untuk memilih tersebut yang terdiri dari : a.
Umur Responden yang dikelompokan terdiri dari : 1.
1<19 tahun;
3.
3=30-39Tahun;
2. 4. b.
c.
5.
2=20-29Tahun; 4=40-49Tahun; 5>50Tahun.
Jenis Kelamin yang dikelompokan terdiri dari: a.
b.
1=laki-laki;
2=Perempuan.
Pendidikan responden yang dikelompokan terdiri dari: a. 1=Sarjana;
b. 2=Diploma; c. 3=SMA;
41
42
d. 4=SMP; e. 5=SD; d.
f. 6=Tidak sekolah.
Pekerjaan Responden yang dikelompokan terdiri dari : a.
1=PNS;
c.
3=Petani;
b. d. e.
2=Wiraswasta; 4=BUMN;
5=Lainnya.
Statistik deskriptif dari karakteristik responden disajikan sebagaimana dalam tabel dibawah ini :
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif Responden
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Umur
100
1
5
3.20
1.082
Jenis_Kelamin
100
1
2
1.54
.501
Pendidikan
100
1
6
3.52
1.359
Pekerjaan
100
1
5
3.06
1.427
Sumber : Lampiran 3 Dari Tabel 5.1 dapat diketahui umur responden rata-rata 3.20
yaitu dikelompok usia 3 (30-39) Tahun, Jenis kelamin rata-rata
responden yaitu dikelompok 1 yaitu (Laki-laki), Pendidikan rata-rata
43
responden dikelompok 3 yaitu (SMA), dan pekerjaan rata-rata responden adalah dikelompok 3 yaitu petani. 5.2 Perbandingan Karakteristik Responden Karakteristik responden baik dengan kategori memilih maupun
tidak memilih di klasifikasikan berdasarkan variabel pekerjaan Caleg,
Kedekatan emosional dengan caleg dan Program kerja dari Caleg lain yaitu :
5.2.1 Pekerjaan Calon Anggota Legislatif Pekerjaan atau status sosial dari caleg yang baik akan
memberikan performance yang tinggi dari seorang caleg, sehingga keputusan untuk memilih dari seorang responden akin semakin besar.
Tabel 5.2 Analisa Tabulasi Silang
Pekerjaan Calon Legislatif Dan Keputusan Memilih
Keputusan Memilih
Pekerjaan Kyai
Pengusaha Politikus Lainnya
Total
Sumber : Lampiran 4
Total
Tidak Memilih
Memilih
1
18
19
2
35
37
1 1 5
34 8
95
35 9
100
44
Dari Tabel 5.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari
pekerjaan calon legislatif yang tidak dipilih oleh responden
adalah dari kalangan politikus yaitu sebanyak 2 orang dari 5 responden yang tidak ikut memilih.
5.2.2 Kedekatan Emosional Dengan Calon Anggota Legislatif Kedekatan emosional adalah sejauh mana hubungan
kekeluargaan caleg terhadap para respondennya, semakin dekat
hubungan kekeluargaan antara caleg dan pemilih maka tingkat dari keputusan untuk memilih dari responden adalah semakin tinggi.
Tabel 5.3 Analisis Tabulasi Silang Kedekatan Emosional Dan Keputusan Memilih Keputusan Memilih Tidak Memilih
Kedekatan Emosional Dekat
Sangat Dekat Tidak dekat Tidak kedekatan
Total
Sumber : Lampiran 5
Memilih
2
15
17
0
31
31
1 ada
Total
11
12
2
38
40
5
95
100
45
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa partisipasi
pemilih Kec.Gunung Meriah adalah pemilih yang rasional ini
dapat dilihat dari keputusan untuk memilih dalam pemilu legislatif 2014 tidak ditentukan oleh hubungan kedekatan dengan caleg ini dapat dilihat dari hubungan tidak dekat dan
tidak ada kedekatan dengan para caleg yang ikut memilih adalah sebesar 71 responden.
5.2.3 Program Kerja Dari Calon Anggota Legislatif Program kerja atau janji kampanye adalah program kerja
atau janji kampanye yang dijanjikan para caleg kepada para
pemilih, semakin baik atau menjanjikan program kerja dari para
caleg maka akan memberikan kepercayaan kepada pemilih dan tentunya tingkat partisipisai pemilih dalam memilih akan semakin tinggi.
Tabel 5.4 Analisis Tabulasi Silang
Program Kerja Dan Keputusan Memilih
Keputusan Memilih
Program Kerja
Berpengaruh Sangat Berpengaruh
Total
Tidak memilih
Memilih
3
19
22
0
12
12
46
Tidak Berpengaruh
1
36
37
Total
5
95
100
Tidak Tahu
1
Sumber: Lampiran 9
28
29
Berdasarkan tabel 5.4. dapat dijelaskan bahwa responden
dikecamatan Gunung Meriah tidak memperhatikan program kerja
ataupun janji kampanye dari para caleg ini dapat terlihat dari yang memilih yaitu sebanyak 63 orang responden (37 + 29).
5.3 Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Berdasarkan output hasil pengolahan SPSS 17
nilai uji
Goodness of Fit dari model dengan menggunakan pengujian hosmer dan lemeshow yang hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.5
Hosmer And Lameshow Test
Step 1
Chi-square 5.371
Sumber: lampiran 2
df 8
Sig.
.717
Dengan uji hosmer dan lemeshow test diketahui bahwa nilai
hosmer dan lemeshow tes lebih besar dari tingkat signifikan 0,1
maka model regresi ini layak digunakan. Nilai statistik uji hosmer dan
47
lemeshow sebesar 5,371 dengan tingkat signifikan sebesar 0,717 yang berarti jauh diatas 0,1 sehingga model regresi ini layak di gunakan.
Hasil pengolahan regresi logistik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi Keputusan untuk memilih dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.6
Hasil Pengolahan Regresi Logistik Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Untuk Memilih
Step Pekerjaan 1a Kedekatan_e mosional Program Kerja
Constant
B
S.E.
Wald
df 1
.389
.525 .404
1.079
-.641
.439
1.259
1.864
.419
a. Variable(s) entered on Kedekatan_emosional,Program_Kerja Sumber : Lampiran 2
.551
Sig.
Exp(B)
1
.046 .030
1.521
2.137
1
.144
1.899
.456
1
.499
3.522
step
1:
.677
Pekerjaan,
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regerasi logistik
dapat dibuat persamaannya sebagai berikut : Li = Log
Pi
1-Pi
= 1.259 + 0.389X1 + 0.419X2 - 0.641X3
Dari persamaan diatas dapat diketahui tingkat probabilitas
keputusan untuk memilih dengan mengestimasikan variabel bebas
48
secara bersamaan dengan mengambil nilai rata-rata dari masingmasing variabel seperti Pekerjaan (X1 = 2.36), Kedekatan Emosional ( X2 = 2.94), program kerja (X3 = 2.73). maka probabilitasnya adalah : Log
Pi
1-Pi 1-Pi
= 1.259 + 0.389X1 + 0.419X2 - 0.641X3
= 1.259 + 0.389 (2.36) + 0.419 (2.94) – 0.641 (2.73) = 1.658
Log
Pi
=
Log
e
z
1 - Pi 1.658
Pi
Log
1- Pi
=
Log (2,718)
Pi 1- Pi
1.658
= 2,718
Pi 1- Pi
= 5.247
Pi = 5.247 – 5.247Pi
6.247Pi = 5.247
5.247 = 0.8339 x 100% = 83.9%
Pi = 6.247
49
Dengan demikian, probabilitas keputusan untuk memilih dalam pemilu legislative pada tahun 2014 adalah sebesar 83,9%
Dari hasil pengolahan dengan menggunakan regresi logistik
dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata (signifikan) dan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk memilih.
Identifikasi variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai P variabel yang bersangkutan. Bila nilai p suatu variabel lebih kecil dari 10
persen (P<0,1) maka variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap
keputusan untuk memilih. Demikian juga sebaliknya, jika nilai P suatu
variabel lebih besar dari 10 persen ( P>0,1) maka variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk memilih. Tabel 5.7
Hasil Pengujian Hipotesis
No
1 2 8
Variabel
Pekerjaan Caleg (X1) Kedekatan (X2)
Emosional
Program kerja (X3)
Sumber : Lampiran 2
P- Value
Ket
Ho
0.0458
P<0.10
Diterima
0.030
P<0.10
Diterima
0.14
P>0.10
Ditolak
50
5.4
Pengujian Secara Parsial Terhadap Masing-Masing Variabel Bebas 5.4.1 Pekerjaan (X1) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Memilih Berdasarkan Tabel 5.6 dan 5.7 dapat dijelaskan bahwa
Pekerjaan atau status sosial dari caleg yang baik akan memberikan performance yang tinggi dari seorang caleg,
sehingga keputusan untuk memilih dari seorang responden akin semakin besar. Variabel Pekerjaan caleg mempunyai P
value lebih kecil dari 0,1 berarti Hipotesis diterima maka pengaruhnya terhadap keputusan untuk memilih signifikan.
cukup
Jika diestimasikan dari nilai rata-rata kelompok
variabel pekerjaan ( X1 = 2.36) dimana variabel lain tetap maka probabilitas keputusan untuk memilih adalah adalah = Log
Log
Pi
= 1.259 + 0.389 ( X1)
1-Pi
= 1.259 + 0.389 (2.36) Pi
= 2.177
=
e
Log
1 - Pi
Pi
Log
1- Pi
2.177
=
Log (2,718)
z
51
Pi
2.177
= 2,718
1- Pi Pi
= 8.817
1- Pi
Pi = 8.817 – 8.817Pi
9.817 Pi = 8.817
8.817
=0.8981 x 100% = 89.81%
Pi = 9.817
Dengan semakin baiknya status social atau pekerjaan caleg
maka probabilitas keputusan responden untuk memilih adalah 89.81 %
5.4.2 Kedekatan Emosional (X2) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Untuk Memilih Berdasarkan tabel 5.6 dan 5.7 dapat dijelaskan bahwa
semakin dekat hubungan kekeluargaan
antara caleg dan
pemilih maka tingkat dari keputusan untuk memilih dari responden
adalah
semakin
tinggi.
Variabel
kedekatan
emosional mempunyai P value lebih kecil dari 0,1 berarti Ho
diterima maka pengaruhnya terhadap keputusan untuk
memilih cukup signifikan. Jika diestimasikan nilai rata-rata dari Kedekatan emosional ( X2 = 2.94) dimana variabel lain tetap maka probabilitas dalam keputusan untuk memilih adalah
52
Pi
Log
= 1.259 + 0.419 ( X2)
1- Pi
= 1.259 + 0.419 (2.94) = 2.490
Log
Pi
=
Log
e
z
1 - Pi
Pi
Log
2.490
1- Pi
=
Pi 1- Pi
Log (2,718) 2.490
=
2,718
Pi 1- Pi
= 12.058
Pi = 12.058 – 12.058Pi
13.058 Pi = 12.058
12.058 =0,9234 x 100% = 92.34%
Pi = 13.058
53
Dengan semakin dekatnya hubungan emosional para caleg dengan pemilih maka probabilitas keputusan untuk memilih adalah 92,34 %
5.4.3 Program Kerja (X3) Berpengaruh Negatif
Terhadap
Tingkat Pengembalian Kredit Berdasarkan Tabel 5.6 dan 5.7 dapat dijelaskan bahwa
semakin baik atau menjanjikan program kerja dari para caleg
tidak menjamin membangun kepercayaan kepada pemilih untuk
memutuskan
memilih
terhadap
caleg
yang
bersangkutan. Variabel program kerja mempunyai P Value
lebih besar dari 0,1 berarti Ho diterima maka pengaruhnya terhadap keputusan untuk memilih adalah tidak signifikan.
Jika diestimasikan nilai rata-rata dari program kerja ( X3 = 2.73) dimana variabel lain tetap memilih adalah : Pi
Log
Log
= 1.259 – 0.641( X3)
1- Pi
= 1.259 – 0.641 (2.73) Pi 1 - Pi
= -0.490 =
Log
e
z
maka probabilitas untuk
54
Pi
Log
1- Pi
-0.490
=
Log (2,718) -0.490
Pi
= 2,718
1- Pi
Pi
= 2.28
1- Pi
Pi = 2.28 – 2.28Pi
3.28 Pi = 2.28
2.28 =0,695x 100% = 69,5%
Pi = 3.28
Dengan semakin
berpengaruhnya program kerja dari para
caleg maka probabilitas responden untuk ikut memilih adalah 69,5 %.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
Faktor-faktor yang secara nyata dan signifikan berpengaruh terhadap
keputusan untuk memilih dalam pemilu legislatif tahun 2014 adalah Pekerjaan dari caleg dan Kedekatan emosional dengan caleg. 6.2.1 Saran Terkait dengan tidak berpengaruhnya variabel program kerja
diharapkan kepada para caleg untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan janji kampanye atau program kerjanya disetiap melaksanakan kampanye.
55
Halaman |1
KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL
KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN ACEH SINGKIL JL. SINGKIL-RIMO DESA SELOK ACEH KECAMATAN SINGKIL