ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
KOMBINASI LATIHAN EKSENTRIK M.GASTROCNEMIUS DAN LATIHAN PLYOMETRIC LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN EKSENTRIK M.QUADRICEPS DAN LATIHAN PLYOMETRIC TERHADAP PENINGKATAN AGILITY PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Oleh : Miranti Yolanda Anggita*, Susy Purnawati**, S Indra Lesmana*** Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul* Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana** Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul*** ABSTRAK Peningkatan agility pada mahasiswa di tentukan oleh kekuatan otot, kecepatan, dan fleksibilitas. Kemampuan otot untuk berkontraksi dengan cepat akan meningkatkan kecepatan otot dalam melakukan gerakan. Meningkatnya kecepatan, kekuatan dan fleksibilitas otot dikarenakan muscletendinous unit teregang. Hal ini menjadi dasar untuk melakukan gerakan dalam waktu sesingkatsingkatnya. Masalah agility pada mahasiswa belum banyak mendapat perhatian, perhatian dalam agility banyak terdapat pada atlet.Penelitian ini bersifat studi eksperimental untuk melihat perbedaan pemberian latihan antara latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric dengan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. Sebanyak 40 mahasiswa usia 18-21 tahun yang memenuhi criteria insklusi dibagi secara random menjadi 2 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan I diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric dan kelompok perlakuan II diberikan latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric. Pelatihan dilakukan 3x per minggu selama 6 minggu. Agility diukur dengan menggunakan Right-Boomerang Run. Hasil Uji hipotesis menggunakan t-test related dan diperoleh nilai beda rerata agility kelompok perlakuan I (16,43±0.89detik) dan kelompok perlakuan II (16,01± 1,04detik) dengan p˃0,05. Kesimpulan penelitian adalah tidak terbukti kombinasi latihan eksentrik m.gastrocmineus dan latihan plyometric tidak lebih baik dari pada latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. Kata kunci: agility, latihan eksentrik m.gasrtocmineus, latihan eksentrik m.quadriceps, latihan plyometric.
45
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
THE COMBINATION OF ECCENTRIC GASTROCNEMIUS MUSCLE AND PLYOMETRIC EXERCISES BETTER THAN THE COMBINATION OF ECCENTRIC QUADRICEPS MUSCLE AND PLYOMETRIC EXERCISES IN IMPROVEMENT STUDENTS AGILITY IN THE ESA UNGGUL UNIVERSITY By : Miranti Yolanda Anggita*, Susy Purnawati**, S Indra Lesmana*** Faculty of Physiotherapy Esa Unggul University* Magister Program of Sport Physiology Udayana University** Faculty of Physiotherapy Esa Unggul University*** ABSTRACT Increase agility for students is determined by muscular strength, speed, and flexibility. The ability of muscles to contract quickly will increase the speed of muscle in motion. Increase in speed, strength and flexibility of muscles due to stretch muscle-tendinous unit. The mechanism become the basis for moving in the shortest possible time. Agility on student issues has not received much attention, the attention of the agility found better in many athletes. This research is an experimental study to analysis at the difference between the intervention of with gastrocmineus muscle eccentric exercises and plyometric exercises with eccentric exercise quadriceps muscle and plyometric to increase agility on students at the University of Esa Unggul. A total of 40 students aged 18-21 years old who meet the criteria inclusion were randomly divided into 2 treatment groups. The old treatment group I was given quadriceps muscle eccentric and plyometric treatment group II eccentric exercise gastrocmineus muscle and plyometric exercises. Both exercise was done 3 times was given per week for 6 weeks. Agility is measured by Right-Boomerang Run Test. The results of the hypothesis testing using t-test related and different mean values obtained agility treatment group I (16,43±0.89secon) and a second treatment group (16,01± 1,04secon)with p˃0.05. Conclusion of the study is a combination of eccentric exercise m.gastrocnemius with plyometric exercise no better than the m.quadriceps eceentric exercises with plyometric exercises to increase agility on student at Esa Unggul University. Keywords: agility, gasrtocmineus muscle eccentric exercise, exercise quadriceps eccentric, plyometric exercises.
46
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
pula penurunan keterampilan hidup yang
PENDAHULUAN Remaja adalah anak-anak yang
selalu di layani dan difasilitasi oleh
berusia sekitar 11 - 21 tahun. Anak – anak
keluarga atau lingkungan sekitar yang
pada usia ini mengalami pertumbuhan,
sering disebut sedentary life. Inaktivitas
dimana anak – anak remaja belum
yang terjadi dari sendetary lifestyle yang
mencapai bentuk akhir dari tubuhnya.
dilakukan pada remaja akan berdampak
Remaja
pada
penurunan
seseorang berada di antara fase anak dan
lunak
dalam
dewasa yang ditandai dengan perubahan
kemampuan fisiologis dari jaringan lunak
fisik,
tersebut
Merupakan
prilaku,
tahapan
kognitif,
dimana
biologis
dan
bekerja.
jaringan Penurunan
mengakibatkan
keterampilan
emosi1.
kemampuan
yang
penurunan
ada
diantaranya
penurunan kelincahan (agility)3.
Untuk melakukan aktivitas fisik seorang remaja harus memiliki kebugaran
Agility adalah kemampuan untuk
jasmani yang baik. Dalam kebugaran
mengubah arah tubuh dalam pola yang
jasmani ada beberapa komponen yang
efisien dan efektif.
harus dimiliki dalam diri seorang remaja
kombinasi antara kekuatan otot, ketepatan,
yaitu daya tahan jantung, paru, kekuatan
kecepatan
otot,
fleksibilitas,
daya
tahan
otot,
daya
otot,
Agility terdiri dari
reaksi,
keseimbangan,
dan
koordinasi
fleksibilitas otot, kordinasi, keseimbangan,
neuromuscular. Agility pada umumnya
ketepatan,
adalah kemampuan untuk bergerak secara
kecepatan
reaksi,
dan
kelincahan (agility). Komponen tersebut
cepat
yang
kehilangan
nantinya
akan
keterampilan
pada
Kemampuan
tersebut
meningkatkan
seorang
berpindah
posisi
keseimbangan3.
tanpa
Penurunan
nilai agility yang terjadi akibat sendentary
remaja.
didapatkan
dan
life yang dialami oleh remaja akan
dari
latihan, aktivitas fisik dan olahraga yang
mengganggu
remaja
tersebut
dalam
biasa dilakukan oleh remaja2. Tetapi
aktivitas fisiknya dan kemampuan dalam
masalah yang timbul sekarang banyak
berolahraga4. Dalam melakukan aktivitas fisik
remaja yang malas melakukan aktivitas olahraga hingga aktifitas fisik. Keadaan
seperti
lingkungan sekitar yang memudahkan
gastrocnemius
dirinya dalam beraktivitas mengakibatkan
merupakan salah satu otot penting dalam
penurunan komponen kebugaran yang ada
penggerak tungkai. Kedua otot ini juga
di dalam tubuh remaja sehingga terjadi
menentukan 47
berlari
dan dan
tingkat
berjalan otot
otot
quadriceps
agility,
dimana
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
semakin baik power pada kedua otot ini
reqruitment pada waktu yang minimum
maka agility akan semakin baik. Pada
atau pada waktu yang singkat. Sehingga
dasarnya power merupakan kemampuan
peningkatan dalam sistem neuromuskular
seseorang untuk mengerahkan kekuatan
memungkinkan seseorang atau atlit untuk
secara maksimal dalam waktu sependek-
mengontrol kontraksi ototnya menjadi
pendeknya,
lebih baik6.
sehingga
unsur
utamanya
adalah kekuatan dan kecepatan.
Sedangkan
latihan
plyometric
Peningkatan agility dapat dilatih
adalah jenis latihan yang dirancang khusus
dengan beberapa latihan, adapun latihan
untuk meningkatkan kecepatan, gerakan
yang dapat meningkatkan agility adalah
yang kuat dan meningkatkan fungsi system
dengan
eksentrik
saraf, dimana pada umumnya bertujuan
eksentrik
untuk meningkatkan kinerja atau perforna
latihan
m.gastrocnemius,
latihan
m.quadriceps, dan latihan plyometric. Latihan
eksentrik
dalam
olahraga.
Gerakan
plyometric
merupakan
terjadi dimana otot berkontraksi dengan
latihan yang melibatkan prestreching otot,
cepat dengan menggunakan kekuatan,
senhingga
Stretch
elastisitas otot dan sistem persyarafan
shortening cycle. Prinsip Stretch shorten
untuk dapat melompat lebih tinggi, berlari
cycle
untuk
lebih cepat, melempar lebih jauh atau
olahraga
memukul lebih keras tergantung tujuan
mengaktifkan
dapat
meningkatkan
digunakan latihan
dalam
latihan yang diinginkan7.
dimana latihan ini membutuhkan kekuatan otot secara maksimal dalam jumlah waktu
Pada peningkatan agility kekuatan
yang minimum dengan menggunakan
otot sangat berpengaruh, dimana kekuatan
propioseptor
untuk
otot adalah kemampuan otot atau group
menghasilkan kekuatan yang maksimal5.
otot menghasilkan tenaga dan tenaga
Pada otot cendrung memiliki sifat elastis
selama
ketika terulur dengan cepat seperti karet
dinamis maupun statis. Kekuatan otot juga
gelang. Artinya semangkin cepat otot
dapat diartikan sebagai kekuatan maksimal
berkontraksi
maka
otot yang ditunjang oleh cross-sectional
semangkin besar pula stretch reflex yang
otot yang merupakan kemampuan otot
dihasilkan. Kontraksi eksentrik-konsentrik
untuk menahan beban maksimal pada aksis
ini bekerja secara berpasangan sebagai
sendi. Dalam latihan eksentrik ada tiga
perangsang
propioseptif
untuk
faktor penting yang saling berhubungan
memfasilitasi
peningkatan
muscle
secara sirkuler yaitu gaya otot (muscle
dan
elastis
secara
otot
eksentrik,
48
usaha
maksimal
baik
secara
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
force),
kecepatan
movement),
dan
gerakan
(spedd
derajat
penguluran
muskulotendinogen
(degree
penelitian didapat dari populasi yang
of
memenuhi
sebagai
kelamin laki-laki. 3) Tidak dengan keluhan
musculotedinous) .
dan gangguan pada pinggang. 4) Tidak
Rumusan masalah dalam penelitian
pernah mengalami cidera ankle kanan, dan
apakah kombinasi latihan
5) Tidak memiliki penyakit jantung.
eksentrik m.gastrocnemius dan latihan
Tahap
plyometric lebih baik dari pada latihan eksentrik
insklusi
berikut: 1) Usia 18-21 tahun. 2) Jenis
of
8
ini yaitu:
kriteria
m.quadriceps
dan
menyangkut:
latihan
pelaksanaan 1)
Menyiapkan
penelitian alat-alat
plyometric terhadap peningkatan agility
ukur. 2) Membuat jadwal pengambilan
pada
data. 3) Tes awal dengan mengukur agility
mahasiswa
di
Universitas
Esa
dengan Right-Boomerang Run Test. 4)
Unggul?
Pelatihan dilaksanakan selama 6 minggu
Tujuan dalam penelitian ini adalah: latihan
pelatihan, dengan frekuensi latihan 3 kali
eksentrik m.gastrocmineus dan latihan
dalam seminggu (Senin, Rabu, Jumat).
plyometric lebih baik dari pada latihan
Pada kelompok perlakuan I diberikan
eksentrik
latihan eksentik m.quadriceps dan latihan
untuk
mengetahui
kombinasi
m.quadriceps
dan
latihan
plyometric terhadap peningkatan agility
plyometric
pada
kelompok perlakuan II diberikan latihan
mahasiswa
di
Universitas
Esa
selama
30
menit.
Pada
eksentrik m.gastrocnemius dan latihan
Unggul.
plyometric di berikan selama 30 menit. 4) Tes akhir dengan melakukan kembali
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
adalah
pengukuran
studi
merubah arah dan posisi tubuh dengan
test group design yang dilakukan pada
cepat dalam keadaan bergerak, tanpa
bulan Maret - Mei 2015 di Universitas
kehilangan keseimbangan. Pendapat para
Esa unggul. Masing-masing kelompok
ahli bahwa agility adalah kemampuan
terdiri dari 20 orang yang dipilih secara
untuk merubah arah dan posisi tubuh
random sederhana dari sejumlah 150 orang
dengan cepat dalam keadaan bergerak,
populasi (mahasiswa Fakultas Fisioterapi Unggul).
Right-
Agility adalah kemampuan untuk
yang digunakan adalah pre test and post
Esa
dengan
Boomerang Run Test.
eksperimental dengan rancangan penelitian
Universitas
agility
tanpa kehilangan keseimbangan. Agility
Sampel
terdiri pada beberapa komponen yaitu 49
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
kekuatan otot, kecepatan, koordinasi, dan
agility pada kedua kelompok sebelum
keseimbangan dinamik
perlakuan
(Mark,2010).
dengan
menggunakan
uji
Agility diukur dengan menggunakanRight-
independent t-test. Sedangkan uji beda
Boomerang Run Test. Right-Boomerang
agility sesudah perlakuan pada kedua
Run Test adalah sesuatu tes yang mudah
kelompok menggunakan uji independent t-
dilakukan
test.
untuk
mengetahui
agility
Sebelum
dilakukan
uji
statistik
seseorang, yaitu dengan berlari ke tengah
tersebut telah dilakukan uji homogenitas
lalu
data dengan uji levene’s test dan uji
mengubah
arah
ke
kanan
saat
normal data dengan uji saphiro wilk test.
melewati cone yang di tengah atau pusat. Posisinya dikelilingi dengan empat cone atau stasiun yang harus dilewati dengan
HASIL PENELITIAN
jarak cone ke pusat adalah
1. Analisis
4 meter.
Deskriptif
Karakteristik
Sampel Penelitian
Dengan gambar rute seperti gambar 1. Agility dikatakan meningkat jika waktu (detik)
yang
menyelesaikan
untuk
Deskripsi data karakteristik subyek
Rigth-Boomerang Run
penelitian yang termasuk data numerik
diperlukan
Test mangkin singkat9.
yaitu usia, tinggi badan dan berat badan.
Tabel 1 Karakteristik Sampel
Karakteristik
Usia(tahun) Tinggi Badan Berat Badan
Gambar 1: Prosedur Pengukuran Tingkat Agility
karakteristik
Kelompok II (n=7) Rerata SB
18,90 169,55 62,42
19,05 169,20 61,15
0,71 7,05 10,12
0,82 6,91 8,68
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa usia, tinggi badan dan berat badan
Data diolah dan dianalisis untuk menganalisis
Kelompok I (n=7) Rerata SB
sampel pada kelompok perlakuan I dan
subjek
kelompok perlakuan II tidak memiliki
penelitian terkait dengan usia, tinggi badan
perbedaan. Dimana rata-rata usia pada
dan berat badan yang datanya diambil
kelompok perlakuan I 18 tahun dan
pada saat assesmen dan pengukuran
kelompok perlakuan II 19 tahun. Rata -
pertama atau tes awal. Uji komparasi data 50
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55,, Agustus 2015
rata tinggi badan kelompok perlakuan I
m.gastrocnemius dan latihan plyometric
dan kelompok perlakun II 169 cm.
dapat dilihat dalam Gambar 3 berikut:
Untuk
mengetahui
nilai
latihan pada kelompok perlakuan I yang diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric dapat dilihat pada
Nilai Agility (detik)
Gambar 2.
Nilai Agility (detik)
peningkatan agility sebelum dan sesudah
17,4 17,2 17 16,8 16,6 16,4 16,2 16
17 16,5 16 15,5
Pengukuran
Gambar 3 Grafik Peningkatan Rerata Agility Kelompok Perlakuan II Berdasarkan peningkatan
Pengukuran
Gambar
agility
pada
3
terjadi
kelompok
perlakuan II yang dinilai dari waktu yang Gambar 2
diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-
Grafik Peningkatan Rerata Agility
Boomerang Run, rerata sebelum latihan
Kelompok Perlakuan I Berdasarkan peningkatan
Gambar
agility
pada
16,84±1,07detik.
2
terjadi
menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Rigth Run, rerata
diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-
2. Uji Normalitas dan Homogenitas Data
rerata 16,43±0,19detik, yang berarti bahwa
pelatihan.
Sedangkan
agility pada
Untuk
sesudah
hipotesis,
diberikan
latihan
pilihan
maka
pada
peneli penelitian
ini
dilakukan uji persyaratan analisis yaitu
sesudah latihan pada kelompok perlakuan yang
menentukan
penggunaan statistika dalam pengujian
kelompok
perlakuan II, nilai agility sebelum dan
II
berarti
pelatihan.
menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Boomerang Run,
peningkatan
yang
penurunan
jumlah waktu yang diperlukan untuk
terjadi
16,02±01,04detik,
bahwa terjadi peningkatan agility sesudah
Boomerang Run, rerata sebelum latihan Terjadi
penurunan
jumlah waktu yang diperlukan untuk
kelompok
perlakuan I yang dinilai dari waktu yang
17,22±0,94detik.
Terjadi
pengujian distribusi normal dan pengujian
eksentrik 51
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
homogenitas varian. Adapun uji statistik
memutuskan untuk memanfaatkan statistik
yang
parametrik
digunakan
antara
Shapiro-wilktest normal
untuk
dan
lain uji
adalah
data
yang
bersifat
normal.
distribusi
Levene’stest
untuk
untuk
homogenitas varian. 3. Uji beda rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan II
Tabel 2. Uji Normalitas dan Homogenitas
sesudah perlakuan
Dari Table 2 menunjukkan bahwa
Kelompok Data
untuk uji normalitas distribusi dengan menggunakan didapatkan
Shapiro-wilkstest nilai
probabilitas
Sebelum Sesudah
untuk
Normalitas dengan Shapiro-wilks test Kelompok I Kelompok II (n=7) (n=7) p p Rerata±SB Rerata±SB (detik) (detik) 17,21±0.94 0,854 16,84±1,07 0,619 16,43±0,89 0,604 16,01±1,04 0,784
kelompok data sebelum pelatihan pada Uji
kelompok perlakuan I, nilai p > 0,05 yang
0,05
yang
Karena distribusi kedua kelompok data
bahwa data
normal dan homogen, maka untuk
berdistribusi normal. Untuk kelompok data sesudah
pelatihan
pada
mengetahui signifikansi dan perbedaan
kelompok
peningkatan agility
perlakaun I dan kelompok perlaskuan II,
tidak berpasangan (Independent t-Test)
berdistribusi normal. uji
homogenitas
yang disajikan pada Tabel 3 dibawah
varian
ini:
dilakukan dengan menggunakan Levene’s test didapatkan nilai p > 0,05 untuk
Tabel 3 Uji Beda Sesudah Agility Kelompok Perlakuan I dan II
kelompok data sebelum pelatihan yang berarti bahwa data bersifat homogen. Pada kelompok
data
sesudah
pelatihan
Variabel
Kelompok Perlakuan I Rerata SB (detik) (detik)
Kelompok Perlakuan II Rerata SB (detik) (detik)
Sesudah Pelatihan
16,43
16,02
didapatkan nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data bersifat homogen. Dengan persyaratan
antara kelompok
sesudah perlakuan menggunakan uji t-
nilai p > 0,05 yang berarti bahwa data
Pada
untuk
pada kelompok perlakuan I dan II.
perlakuan II, nilai p >
juga berarti
bertujuan
membedakan rerata peningkatan agility
berarti bahwa data berdistribusi normal. Pada kelompok
beda
melihat
analisis,
hasil
maka
uji
peneliti 52
0,89
1,04
p-value
0,183
Levene’s test
0,481 0,369
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
perlakuan I dan kelompok perlakuan II Berdasarkan hasil analisis dengan
mengalami
menggunakan uji Independent t-test seperti
pada
menunjukkan
Tabel
3
bahwa
di
beda
dilihat
atas
latihan
antara kelompok perlakuan
I dan
namun
jika
pada nilai tingkat agility nilai
rerata peningkatan agility pada kedua
rerata
peningkatan agility sesudah
peningkatan,
kelompok perlakuan berada pada kategori kinerja
pemula.
Dimana
nilai
rerata
sebelum latihan juga berada di tingkat
kelompok perlakuan II memiliki nilai
kinerja pemula. Hal ini menunjukan bahwa
p=0,183 (p˃0,05), ini berarti tidak ada
peningkatan agility yang kurang optimal.
perbedaan peningkatan agility yang
Tidak
adanya
perbedaan
pada
bermakna. Dengan demikian dapat
penelitian
disimpulkan bahwa latihan eksentric
gasrtocnemius maupun otot quadriceps
m.gastrocnimeuss
merupakan otot yang berkontraksi secara
dan
latihan
dikarenakan
plyometric sama baik dengan latihan
simultan
pada
eksenrtic m.quadriceps
berlari,
dimana
dan
latihan
saat
baik
berjalan
pada
tes
otot
ataupun agility
plyometric dalam meningkatkan agility
denganmenggunakan
pada mahasiswa di Universitas Esa
Run Test adalah kemampuan berlari
Unggul.
dengan merubah posisi tubuh dengan
Rigth-Boomerang
cepat. Secara kajian teori latihan yang
PEMBAHASAN Dari hasil uji hipotesis dengan
difokuskan pada otot gastrocnemius dan
menggunkan independent t-test seperti
otot quadriceps memberikan efek pada
pada Tabel 3 diperoleh hasil nilai p=0,183
kontraksi otot tersebut dengan cepat dalam
(p˃0,05) yang berarti bahwa tidak ada
berkontraksi, sehingga akan timbul daya
perbedaan pengaruh yang bermakna antara
ledak serta power yang maksimal, namun
kombinasi
untuk memberikan peningkatan agility
latihan
eksentrik
m.gastrocnemius dan latihan plyometric
sampai
dengan latihan eksentrik m.quadriceps
komponen peningkatan power otot saja
dan
tidak cukup, dibutuhkan juga kecepatan,
latihan
plyometric
terhadap
ke
tingkat
kekuatan
penelitian kedua kelompok jika dilihat
koordinasi yang semangkin ditingkatkan
pada Gambar 2 dan Gambar 3 nilai rerata
secara umum pada sistem musculoskeletal.
agility
pada
kelompok 53
fleksibilitas
ternyata
peningkatan agility. Namun hasil dari
peningkatan
otot,
prima
otot
dan
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
Pada
sampel
yang
minggu
digunakan
mampu
meningkatkan
agility
semua tidak memiliki aktivitas fisik
secara signifikan10.
(olahraga) yang rutin (3x seminggu)
penelitian Santos, dalam efek latihan
sehingga sampel tidak memiliki kecepatan,
eksentrik pada fungsional tes terhadap
kekuatan otot, dan fleksibilitas otot,
orang sehat, menyatakan bahwa pelatihan
kecepatan
dan
eksentrik hanya meningkatkan power dan
kordinasi neuromuscular yang optimal.
aktivasi saraf yang lebih besar11. Hal ini
Sedangkan sebelum melakukan latihan
menjelaskan
plyometric
memiliki
hanya meningkatkan power, sedangkan
kekuatan otot, daya tahan otot, dan
untuk peningkatan agility, power saja tidak
fleksibilitas otot yang baik. Hal ini
cukup, tetapi diperlukan juga peningkatan
membuat peningkatan agility pada kedua
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kelompok
agility,
reaksi,
keseimbangan
seseorang
harus
perlakuan
menjadi
kurang
optimal.
yaitu
bahwa
Sedangkan hasil
latihan
kecepatan,
eksentrik
fleksibilitas,
waktu reaksi dan keseimbangan.
Penilaian
peningkatan
agility
dengan Right-Boomerang Run Test pada
SIMPULAN
penelitian ini, jika dikaji tidak hanya membutuhkan
power
Berdasarkan hasil penelitian dan
dari
pembahasan maka kesimpulan yang dapat
m.gastrocnemius ataupun m.quadriceps,
diambil adalah tidak terbukti bahwa
namun
kombinasi
dibutuhkan
juga
kecepatan,
latihan
eksentrik
kekuatan otot, fleksibilitas otot, kecepatan
m.gastrocnemius dan latihan plyometric
reaksi,
dibandingkan
keseimbangan
neuromuscular
dan
eksentrik
m.quadriceps dan latihan plyometric dalam
menyelesaikan tes dengan waktu (detik)
meningkatkan agility pada mahasiswa di
sesingkat-singkatnya.
Universitas Esa Unggul (p˃0,05). Dimana
penelitian
baik
latihan
untuk
Hasil
yang
koordinasi
ini
telah
rerata
agility
sesudah
latihan
pada
membuktikan bahwa latihan plyometric
kelompok perlakuan I yaitu 16,43±0,19
dapat meningkatkan agility. Hal ini senada
detik, dan rerata agility sesudah latihan
dengan penelitian yang dilakukan Lehnert,
pada
Michal dan Karel, dalam penelitiannya
sebesar16.02±1,04 detik.
tentang efek dari 6 minggu pelatihan agility pada pemain basket, menemukan bahwa latihan plyometric dalam waktu 6 54
kelompok
perlakuan
II
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 3, No.2 : 45- 55, Agustus 2015
10. Albert, M. 2008. Eccentric Muscle
DAFTAR PUSTAKA
Training
1. Ferry E,M. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas.
In
Sports
And
Orthopaedics. America: Churchill
Jakarta:
Livingstone.
Salemba Medika. 2. Baechler R.W, Thomas R.. 2005.
11. Santos, M. D. 2010. The Effects Of
Fitness Weight Training. United
Eccentric Training On Functional
State: Human Kinestetic.
Test In Healty Subjects. Article Registered In The Australian New
3. Dawes M.R, Jay. 2011. Developing
Zealand Clinical Trials Registry .
Agility And Quickness. Human Kinetics, United State. 4. Bandy
S,
William
D.
2007.
Therapeutic Exercise For Physical Therapist Assistant. Wolters Kluer, United State. 5. Hans,H . 2014. Eccentric Exercise. Roudlage, New York. 6. Kisner
L.
A,
Carolyn.
2007.
Therapeutic Exercise. Philadelphia: F.A Davis Company. 7. Lehnert K.H, Michal. 2013. The Effects Of A 6 Week Plyometric Training Programme On Explosive Strength
And
Agility
In
Professional Basketball Players. Acta Cymnica. 8. Tomchuk, D. 2011. Companion Guide
To
Measurement
And
Evaluation For Kinesiology. Jones & Bartlett Learning, Canada. 9. Nenggala, A. K. 2007. Pendidikan Kesegaran
Jasmani.
Bandung:
Grafindo Utama.
55