KODE ETIK PENCINTA ALAM Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia, sadar akan tanggung jawab kepada Tuhan, Bangsa, dan Tanah Air Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa Pecinta Alam adalah sebagian dari makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Yang Maha Kuasa Sesuai dengan hakekat diatas, kami dengan kesadaran menyatakan : 1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya. 3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah air. 4. Menghormati Tata Kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya. 5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pecinta Alam sesuai dengan Azas Pecinta Alam. 6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air. 7. Selesai. MARS KEMPALA Kelompok mahasiswa pencinta alam Universitas terbuka di Jakarta Berkumpul di sini suka dan duka, anak kempala… Kelompok yang di rindukan anak negri Ciye… ciye…. Niye…. Niye…. Ciye… ciye…. Niye…. Niye…. Reff, Kita berkumpul kumpul bersama Kita bersuka suka bersama Kita berduka duka bersama Kita adalah anak kempala ( reff2x)
HYMNE KEMPALA Burung burung dan rama rama mengankat sayapnya… Lalu pergi terbang kedepan dengan matahari sebelum….akhirnya kembal meninggalkan sepi….
Gunung gunung dan alam raya menampak indahnya…. Kita wajib mensyukurinya, melestarikannya Sebelum akhirnya kembali di kempala UT PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DIKSAR KELOMPOK MAHASISWA PENCINTA ALAM UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA Perlengkapan dan peralatan 1. Pakaian DIKSAR ( topi, slayer dan kaos diksar) 2. Pakaan ganti 3. Carier 60L 4. Matras 5. Sarung tangan puls cadangannya 6. Sepatu lapangan dan tali sepatu lapangan 7. Sabut atau ikat pinggang bahan 8. Tempat air/botol air 9. Webbing 3/4 meter 10. Ponco 11. Tali raffia 12. Kaos kaki plus cadangannya 13. Senter dan baterai cadangannya 14. Sewing kit ( jarum, benang, cutter atau silet, pisau lipat) 15. Kompas 16. Douglas protector 17. Kaca pembesar atau luv 18. Ampelas yang kasar Peralatan pendukung 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Perlengkapan masak ( kompor lapangan , parafine dan nesting ) Perlengkapan makan Korek api Lilin 1 pak Karet gelang dan plastik Plastic sampah Perlengkapan tidur
Logistik 1. 2. 3. 4.
Makanan dan minuman secukupnya Garam Tissue Vitamin dan suplemen
Perlengkapan medis perlengkapan P3K dan obat obatan pribadi serta perlengkapan mandi
Tekhnik Navigasi Darat Navigasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan posisi dan arah. Apabila akan melakukan perjalanan ke kawasan hutan atau pun ke daerah pegunungan yang belum kita kenali maka kita wajib menguasai dahulu teknik dasar navigasi darat. Dengan menguasai teknik navigasi darat kita akan lebih yakin akan jalur yang ditempuh dan juga menghindarkan dari tersesat di tengah hutan. Pengetahuan tentang navigasi darat ini merupakan bekal yang sangat penting bagi kita untuk bergaul dengan alam bebas dari padang ilalang, gunung hingga rimba belantara. Untuk itu memerlukan alat-alat seperti 1. Peta topografi 2. Penggaris 3. Kompas 4. Konektor 5. Busur derajat 6. Altimeter 7. Pensil Ilmu navigasi darat meliputi 3 teknik yaitu : Teknik Dasar Peta Teknik Dasar Kompas Teknik Dasar Orientasi Medan 1. TEKNIK DASAR PETA Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
diproyeksikan ke dalam suatu bidang datar dengan perbandingan tertentu (skala). 1.1. Garis Paralel dan Meridian Peta Dengan anggapan bahwa bumi itu berbentuk bulat lonjong/elips maka dibuatkanlah sebuah sitem jaring yang didasarkan pada garis khayal yang dibuat menembus bumi dari kedua kutubnya, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Semua garis tersebut merupakan garis lingkaran/paralel dan garis membujur/meridian. Garis yang melintang/paralel membagi bumi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara yang disebut lintang utara dan bagian selatan disebut lintang selatan. Ditengah kedua bagian ini terdapat garis yang membaginya yaitu garis khatulistiwa yang berfungsi sebagai poros pembagi kedua bagian bumi utara dan bumi selatan. Adapun garis meridian juga membagi bagian timur atau disebut bujur timur dan bagian barat yang disebut bujur barat. Yang menjadi garis meridian 0° nya adalah garis khayal paralel dan meridian yang melintasi kota Greenwich. Kedua garis khayal paralel dan meridian ini selalu dinyatakan dalam ukuran derajat. Contoh cara penulisan dan pembacaan garis paralel dan garis meridian sebagai berikut : Ditulis : 1°60’60” ( “satu derajat, enam puluh menit, enam puluh detik” ) 1.2. Jenis Peta Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 143 tahun 1974, jenis peta terdiri dari : Peta Kelas Hutan skala 1 : 25.000 Peta Bonita skala 1 : 25.000 Peta Baku skala 1 : 10.000 Peta Perusahaan skala 1 : 10.000 Peta Letak Hutan skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Kelas Perusahaan skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Resort Polisi Hutan skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Tanah/Hujan BOERAMA skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Hujan Dr. FERGUSON skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Geologi skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Jalan Angkutan skala 1 : 100.000/1 : 200.000 Peta Detail Tinjau Tanah skala 1 : 5.000/1 : 10.000 Sedangkan untuk kalangan militer menggunakan jenis peta topografi (skala 1 :10.000/1: 5.000) karena mempunyai banyak keistimewaan yaitu relief permukaan bumi, hutan, pemukiman, jaringan jalan, sungai, sawah dan lainnya.
1.3. Bagian – Bagian Sebuah Peta ü
Judul Peta :
Menunjukan lokasi yang dimaksud peta tersebut dan biasanya terletak di bagian tengah atas dari peta. Pada beberapa peta cetakan baru judul peta terletak di sebelah kanan atas bagian peta.
ü
Keterangan Pembuatan Peta :
Setiap peta terutama peta topografi selalu mencamtumkan data tahun pembuatannya karena sangat diperlukan untuk menghitung sudut variasi magnetisnya. Kutub magnetis selalu berubah setiap tahunnya. Ini disebabkan oleh rotasi bumi. Di Indonesia biasanya kutub magnetis peta topografinya selalu bergeser ke arah timur, variasi ini dinamakan ‘deklinasi’ dan sangat berpengaruh terhadap perhitungan dalam menggunakan peta dan kompas. ü
Nama Pembuat Peta :
Biasanya tercantum di bawah kolom legenda peta. ü Nomor Peta : Nomor peta berguna untuk memudahkan kita mencari suatu peta. ü Skala Peta : Adalah perbandingan jarak mendatar antara 2 titik pada peta terhadap jarak mendatar di lapangan. Contoh skala 1 : 25.000 artinya adalah pada peta berjarak 1 cm maka jarak sebenarnya dilapangan 250 meter. Rumus (skala = jarak di peta : jarak dilapangan)
ü
Legenda Peta :
Legenda peta adalah gambar bagian-bagian medan atau benda-benda medan yang di gambarkan dengan tanda-tanda tertentu yang mempunyai bentuk dan warna berbeda. Atau dikenal juga dengan istilah bahasa peta yang berfungsi untuk lebih memperjelas dalam membaca peta. ü Utara Peta : Adalah bagian atas dari peta yang ditunjukan dengan simbol/tanda panah dengan hurup U (utara)/N (north) di ujungnya. Utara peta disebut juga Grid North, utara peta ini sangat perlu di ketahui karena sering digunakan dalam berorientasi medan.
1.4. Menentukan Suatu Lokasi Di Peta Menentukan posisi suatu lokasi di peta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut : Cara kordinat geografi Sistim kordinat geografi ini adalah suatu sistim untuk menentukan kedudukan suatu titik atau tempat di permukaan bumi (dalam bidang lengkung). Sistim ini dinyatakan dalam derajat dengan meridian Greenwich sebagai lintang 0°. Sistem ini dipakai saat menggunakan GPS Receiver. Contoh : lokasi Tanaman Jati petak 1 berada pada 6°12’ LS dan 130°45’ BT. Cara kordinat peta Sistem ini adalah untuk menentukan kedudukan suatu titik/tempat pada suatu peta. Lembar peta di bagi atas garis-garis kordinat, yaitu garis horizontal dan garis vertikal (berbentuk kotak bujur sangkar). Garis mendatar (sumbu X/absis) nomor urut dari barat ke utara. Kordinat peta dinyatakan dalam satuan panjang. Ada dua cara untuk menyatakan kordinat peta yaitu : Cara 4 angka : digunakan untuk memperlihatkan posisi suatu tempat yang cukup lebar, misalnya untuk menunjukan lokasi tanaman, lokasi tebangan dan sebagainya Cara 6 angka : digunakan untuk menunjukan lokasi yang sempit, misalnya lokasi pos pamhut, rumah dinas dan sebagainya. Jarak 50 meter (sisi bujur sangkar dibagi 5 bagian).
1.5. Perhitungan dan Pengukuran Jarak Ada dua cara perhitungan yang bisa di pakai : Pada garis yang lurus dan mendatar bisa dipakai penggaris. Caranya panjang garis diukur dengan menggunakan penggaris lalu dikalikan dengan skala peta. Rumusnya : PG x S = PS (PG = panjang garis yg diukur oleh penggaris, S = skala peta, PS = panjang sebenarnya).
Garis yang berbelok-belok panjangnya bisa dihitung dengan kurvimeter atau bisa juga menggunakan tali/benang. Caranya sebagai berikut : ü Dengan kurvimeter ikuti garis yang berbelok-belok tersebut dengan roda kecil kurvimeter. Kemudian lihat hasilnya sesuai skala peta pada tabel di
kurvimeter. ü Dengan benang letakan dengan tepat dan ikuti garis yang berbelok-belok kemudian ukur panjang benang, hasilnya kalikan dengan skala peta. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu : 1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″). 2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
2. TEKNIK DASAR KOMPAS Kompas adalah peralatan yang paling dikenal dan paling populer didunia sebagai alat penunjuk arah. Kompas mempunyai jarum yang selalu menunjukan arah utara (utara kompas). Kompas berbentuk bulat dan mempunyai 32 arah mata angin dengan garis pembagi derajat dari 0° sampai 359°. Arah yang ditunjukan oleh jarum kompas disebut arah medan magnet bumi, bukan arah kutub yang sebenarnya. 2.1. Bagian Kompas 2.1.1.
Jarum Kompas
Jarum kompas merupakan bagian yang terpenting pada sebuah kompas. Jarum ini dibuat dengan menggunakan magnet, agar jarumpada kompas tidak berkarat gunakan cairan bening atau yang disebut juga cairan antistatic. Pada umumnya juga jarum kompas dilapisi dengan fosfor agar bisa terlihat disituasi yang gelap. 2.1.2.
Piringan Derajat
Didalam kompas ada lingkaran yang terdiri atas garis-garis dan dikenal dengan garis pembagi skala derajat, cara membacanya di mulai dari arah utara berputar searah jarum jam. 2.1.3.
Skala Piringan Derajat.
Ada bermacam-macam skala piringan derajat. Pembagian derajat International atau standarnya adalah seperti sudut lingkaran yaitu 360°. Kompas militer mempunyai skala 6.000’ : 6.300’ atau 6.400’. 2.1.4.
Rumah Kompas
Merupakan tempat dari bagian-bagian kompas. Didalam rumah kompas juga diberi cairan bening untuk membuat jarum kompas bekerja lebih baik juga sebagai anti karat berfungsi juga melindungi kompas terutama dari suhu antara -4° C sampai 50° C, sehingga dalam rentang suhu tersebut kompas masih dapat bekerja dengan sempurna.
2.2. Jenis Kompas 2.2.1.
Kompas Bidik/Kompas Prisma
Kompas jenis ini sebagian besar digunakan oleh kalangan militer dan juga oleh kalangan umum. 2.2.2.
Kompas Orientasi
Kompas orientasi sudah dilengkapi dengan busur derajat dan penggaris. Menggunakannya sangat mudah, terkadang juga dilengkapi alat bidik. Banyak digunakan dikalangan penggemar mountinering dan orientinering. Kompas ini juga dikenal dengan nama lain yaitu kompas sunto atau kompas silva. 2.3. Penggunaan Kompas Dalam menggunakan kompas kita harus memperhatikan beberapa hal yang dapat mengganggu cara kerja kompas agar akurasi kompas dapat terjamin, sebagai berikut : ü Kawat listrik tegangan tinggi (gunakan kompas dengan jarak diatas 60 meter dari kawat listrik tegangan tinggi agar terhindar dari pengaruh medan magnet arus listrik). ü Kawat Telegraf (ambil jarak lebih dari 40 meter dari kawat telegraf) ü Jauhkan dari benda-benda logam (pisau, jam tangan, kepala ikat pinggang,
gelang/cincin) Tata cara menggunakan kompas prisma ü Buka tutup kompas dan posisikan tutupnya hingga tegak lurus. ü Tarik cincin untuk jempol. ü Masukan ruas pertama jempol kanan ke dalam cincin tersebut. ü Telunjuk sejajar dan memegang penutup yang berdiri tegak, jari-jari lain memegang penutup kompas. ü Lengan lurus ke depan. ü Bisa juga meletakan kompas pada tongkat statis. ü Dekatkan kompas ke depan mata. ü Untuk mencari tanda/titik yang dijadikan patokan dalam membidik pilih benda yang jauh tetapi jelas terlihat dan tidak terhalang, hasil bidikan angkanya bisa dilihat pada kompas. misalnya angka 40 maka di sebut azimut 40° ü Kemudian bergerak menuju titik yang telah di bidik oleh kompas tadi. ü Setelah sampai di titik yang dituju kemudian bidik titik berikutnya, demikian seterusnya secara berulang. ü Apabila dalam perjalanan bernavigasi kita mendapat rintangan yang sangat sukar untuk dilalui misalnya : danau, tebing curam, bebatuan besar, rawarawa, hutan yang rapat/lebat, semak belukar yang berduri, sungai deras/dalam dan lain-lain. Maka untuk mengatasi rintangan tersebut kita menggunakan cara sebagai berikut : v Mengatur peta (samakan utara peta dan utara pada kompas) v Tentukan titik awal (titik A) pada rintangan yang dihadapi, misalnya tujuan yang dituju mempunyai sudut kompas/azimut 315°. v Dari titik A ini kita akan berbelok ke kanan menuju titik B, lalu tambahkan sudut kompas 90° dengan memutar rumah kompas searah jarum jam hingga menunjuk angka 45° kemudian bergerak sesuai dengan sudut kompas tersebut sambil menghitung jarak hingga sampai pada titik B. v Dari titik B kita berbelok lagi ke kiri ke arah titik C lalu kurangi sudut kompas 90° dengan memutar rumah kompas berlawanan dengan arah jarum jam hingga menunjuk angka 315° kemudian bergerak sesuai dengan sudut kompas tersebut sampai rintangan berhasil dilewati. v Dari titik C kemudian kita belok lagike arah titik D lalu kurangi sudut kompas 90° dengan cara memutar rumah kompas berlawanan dengan arah jarum jam hingga menunjukan angka 225° kemudian bergeraklah sesuai dengan sudut kompas tersebut ke arah titik D sambil menghitung jaraknya (harus sama dengan jarak dari titik A ke titik B). v Sampai di titk D tambahkan sudut kompas 90° lagi hingga sudut kompas sama saat sebelum melakukan putaran mengelilingi rintangan yaitu 315°. Hal yang akan mempermudah kita adalah dengan menandai titik awal kita berbelok (titik A) agar saat sampai pada titik D kita bisa mengukur sudut titik A dari titik D, yaitu nilai back azimutnya 135°. ((back azimut adalah bila jumlah sudut kompas titik yang dicari lebih dari 180° maka untuk mendapatkan nilai back azimut adalah jumlah sudut kompas titik tersebut dikurangi dengan 180°. Dan apabila jumlah sudut kompas yang dicari kurang
dari 180° maka untuk mendapatkan nilai back azimutnya adalah jumlah sudut kompas titik tersebut harus ditambahkan dengan 180°.) Alat bantu navigasi lainnya : v Altimeter : alat untuk mengukur ketinggian, alat ini bekerja berdasarkan tekanan udara yang berkurang sesuai dengan bertambahnya angka ketinggian. v Kurvimeter : alat ini untuk mengukur jarak di peta, cara kerjanya dengan menggulirkan roda kecil yang akan menggerakan jarum penunjuk yang menunjukan jarak berdasarkan skala peta. v Protractor : alat bantu saat kita melakukan ploting/sket dipeta setelah mendapatkan sudut kompas/azimut. 3. TEKNIK DASAR ORIENTASI Kemampuan orientasi medan sangat diperlukan oleh kita yang sering beraktifitas di kawasan pegunungan atau alam bebas. Orientasi medan adalah kemampuan dalam mengenali tanda-tanda alam yang ada di lapangan dan mencocokanya dengan peta. Sebelum memulai perjalanan memasuki kawasan hutan atau pegunungan ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu posisi awal di peta atau minimal untuk mengenali beberapa tanda alam yang bisa dijadikan patokan selama perjalanan. Tanda-tanda alam yang dimaksud adalah bentangan alam yang cukup mencolok sehingga mudah di ingat misalnya : gunung atau bukit, lembah, pertemuan anak sungai, muara sungai, delta sungai, batu besar, alur, kelokan jalan, ujung desa, batas hutan dan lain-lain. Sebelum memulai orientasi medan dengan bantuan peta dan kompas maka utara peta dan utara kompas harus disamakan (disejajarkan) terlebih dahulu. Untuk mendapatkan informasi dalam orientasi medan seperti nama sungai, nama bukit, nama lembah, nama tempat khas dan lainnya yang terdapat di peta dengan posisi sebenarnya di lapangan kita bisa meminta bantuan pada penduduk setempat. Setelah kita punya informasi yang cukup barulah kita bisa melakukan langkah-langkah orientasi medan sebagai berikut : Carilah daerah yang terbuka agar pandangan kita bisa melihat dan mengenali tanda-tanda alam yang mudah di ingat. Letakan peta dihadapan kita pada bidang yang rata. Samakan utara peta dan utara kompas dengan cara menghadapkan arah atas peta ke arah utara dan letakan kompas di atasnya. Kemudian samakan garis tegak lurus pada peta sama lurus dengan jarum kompas, dengan demikian kita bisa membaca bentangan alam yang ada di depan kita. Resection/mencari tanda-tanda alam yang ada di daerah sekitar kita kemudian temukan atau samakan dengan yang ada di peta, minimal ada dua buah tanda alam. Ingatlah tanda alam ini baik bentuk dan tempatnya dilapangankemudian beri tanda pada peta. Setelah memahami penggunaan peta, kompas dan orientasi medan maka gabungan
ketiga teknik tersebut bisa kita aplikasikan dalam melakukan aktifitas di alam bebas atau pegunungan, baik pada saat melaksanakan tugas pekerjaan lapangan maupun dalam menyalurkan hoby bertualang di alam bebas (adventure mounteenering). Untuk menguasai teknik navigasi darat dengan baik rajin-rajinlah mempelajarinya dan seringlah berlatih. Semoga bermanfaat.
Koordinat Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu : 3. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″). 4. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara,
sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm). Analisa Peta Salah satu faktor peta. Dengan satu banyaknya tentang mendatangi daerah
yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyakkeadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah di peta tersebut.
1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya. 2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan : o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah o Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah o Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat. o Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi: 1. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya. 2. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak 3. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat. 4. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian 5. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian 6. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran. 7. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk 8. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
Badan, tempat komponen lainnya berada Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien. Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas. Orientasi Peta Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar. Langkahlangkah orientasi peta: 1. Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok. 2. Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar 3. Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya 4. Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan 5. Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan. Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection. Resection Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan
sebenarnya (untuk latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti. Langkah-langkah melakukan resection: 1. Lakukan orientasi peta 2. Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah 3. Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut (untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2). 4. Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat. 5. Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan. 6. Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta. Intersection Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu. Langkah-langkah melakukan intersection adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Lakukan orientasi peta Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta. Bidik obyek yang kita amati Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3 6. Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud. Azimuth – Back Azimuth Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk “Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak tertentu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth. 2. Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui. 3. Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth. 4. Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back azimuth). 5. Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man. Merencanakan Jalur Lintasan Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri. Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan. Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini. Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda. Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih
fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya. Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. 1. Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut. 2. Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya 3. Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi anda di peta sesering mungkin. 4. Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya. 5. Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan. Penampang Lintasan Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah penampang lintasan. Beberapa manfaat penampang lintasan : 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan 2. Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan 3. Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu 4. Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang. Langkah-langkah membuat penampang lintasan: 1. Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus 2. Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau diatasnya. 3. Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
4. Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan mendatar. 5. Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan namanama sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu: 1. Judul Peta Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol. 2. Keterangan Pembuatan Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri bawah dari peta. 3. Nomor Peta (Indeks Peta) Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas. 4. Pembagian Lembar Peta Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan untuk memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas. 5. Sistem Koordinat Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah: a. Koordinat Geografis Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang (LU dan LS) atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya menggunakan derajat, menit dan detik. Misal Co 120° 32' 12" BT 5° 17' 14" LS. b. Koordinat Grid Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan. c. Koordinat Lokal Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis faring seperti grid pada peta. Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern koordinat ini adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan, karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya. Misal: 72100 mE dibaca 21, 9° 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain. 6. Skala Peta Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis). Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya. 7. Orientasi Arah Utara Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis. Tiga arah utara tersebut adalah: a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi. b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta. e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan. Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan sudut, antara lain: a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US). b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS). c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara Peta-Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71'). Dengan diagram sudut digambarkan US UP UM TRUE NORTH MAGNETIS NORTH 8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi. Sifat-sifat garis kontur, yaitu'. a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan tidak akan bercabang. b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar. c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal. e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90°. f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS. 9. Titik Triangulasi Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat
dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120 b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340 c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975 d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875 e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670 f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202 g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl. 1993 10. Legenda Peta Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh manusia maupun oleh alam. Legenda peta yang penting untuk dipahami antara lain: a. Titik ketinggian b. Jalan setapak c. Garis batas wilayah d. Jalan raya e. Pemukiman f. Air g. Kuburan h. Dan Lain-Lain 6. MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI A. MEMBACA GARIS KONTUR 1. Punggungan Gunung Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya. 2. Lembah atau Sungai Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan Ujung yang tajam. 3. Daerah landai datar dan terjal curam Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya rapat. 7. B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi
rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan: 1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B. 2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B). 3. Hitung jumlah kontur antara A dan B. 4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah Interval Kontur. C. UTARA PETA Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut. 8. D. MENGENAL TANDA MEDAN Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Lembah antara dua puncak Lembah yang curam Persimpangan jalan atau Ujung desa Perpotongan sungai dengan jalan setapak Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.
Untuk daerah yang datar dapat digunakan-. 1. Persimpangan jalan 2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain. E. MENGGUNAKAN PETA Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah: 1. Koordinat titik awal (A) 2. Koordinat titik tujuan (B) 3. Sudut peta antara A - B 4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B 5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lintasan A -B. 9. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah 1. Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun
di peta. 2. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta. 3. Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum 4. Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit. 5. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan. 6. Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya. 7. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan sebenarnya. F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah : a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y). b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360°) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T. c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelokkelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur. Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh : a. Kemiringan lereng + Panjang lintasan b. Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir). c. Keadaan cuaca rata-rata. d. Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam). e. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa. G. MEMBACA KOORDINAT Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu: 1. Cara Koordinat Peta Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614) 2. Cara Koordinat Geografis Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106° 4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta. 10.
H. SUDUT PETA Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°). Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya AZIMUTH : SUDUT KOMPAS BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180° maka sudut kompas dikurangi 180°. Bila sudut kompas <> I. TEKNIK MEMBACA PETA Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat koordinatnya. Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan menginterpretasikan peta. Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri. Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti. +10' X 10' untuk peta 1 : 50.000 + 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000 Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada
garis sepanjang khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang. 40.068 km: (360° : 20') = 40.068 km: (360° : 1/3) = 40.068 km: (360° X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1 km Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm. Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya. Lembar Peta Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar). Penomoran Lembar Peta a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106° 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0 b. Panjang dari Barat ke Timur = 46° 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106° 48' 27,79" BT - (12° + 46° 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi penomorannya tetap dibuat Keterangan; • Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau Weh. • Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1, 2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II, III LI). • LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No.47/XLI. • Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan garis mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B. c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0° Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan' bujur 0° Jakarta Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0° 40' dan 0° 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta. 11.
d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j
e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta. Contoh • Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15° 40' - 12°= 3° 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B). • Batas Selatan dan 0° Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13° 40' 6" = 7° 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7°40' - 10' = 7" 30' LS f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15° 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI) g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110° 28'BT dan 7° 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah • • • •
110° 28' - 94" 40' = 15" 48' 15° 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur) 60 + 7" 30' = 13" 30' 130 30' X 3 = 40° 30' (batas paling Selatan)
h. Perhitungan di Koordinat Geografis CARA I Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617, dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No.47/XLI - B Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan. 1915 Posisi Sheet 47/XLI - B 1060 48` 27,79" + 30 40' = 110° 28' 27,79" Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l4°52" 1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110° 27' 13,27" BT (dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta). Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92" 7° 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator). 11 Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS. 1915 Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari : {(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81 Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5' CARA II Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39" 110° 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87" 7° 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7° 29' 34,13" LS. 1915
Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00". Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1. Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110° 27' 13,27" BT dan 7° 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB : Posisi peta 47/XLI -B : 110° 28' 27,79" BT sehingga 110° 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52" 74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 7°30' sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932
Packing Dalam setiap kegiatan outdoor. Kegiatan seperti penjelajahan, pendakian gunung, membutuhkan keahlian khusus dalam menata barang dalam ransel/Cariel, agar semua item bisa masuk dan sesuai dengan keadaan track jalan, sehingga bisa mengemat energi dan mengurangi kemungkinan cidera. Packing adalah seni, ya seni menempatkan dan menata seluruh peralatan yang dibutuhkan didalam ransel. Ransel yang dipacking dengan baik akan memudahkan dan lebih nyaman untuk dibawa dibandingkan dengan ransel yang tidak di packing dengan baik. Dewasa ini banyak pengguna ransel/carier memasukan matras kedalam ransel dan kemudian baru memasukan barang-barang lain, dengan maksud agar ransel terlihat rapi bentuknya. Ini adalah langkah yang tidak benar karena merupakan pemborosan tempat. Selain itu juga, jika tiba-tiba memerlukan matras maka mau tidak mau harus membongkar packing dan menatanya kembali saat matras tidak dibutuhkan lagi. Ransel modern saat ini sudah menyediakan strap di beberapa tempat yang bisa digunakan untuk menempatkan matras. Oleh karena itu packing adalah seni maka akan menjadi tantangan yang sangat menarik untuk bisa mempacking rapi ransel tanpa di bantu oleh matras di dalamnya. Faktor-faktor yang perlu di perhatikan dalam packing:
Faktor berat, penempatan item peralatan dan logistik yang sesuai menurut beratnya, letakkan item yang berat dibagian atas dan barang-barang yang ringan di bagian bawah. Gunanya adalah agar berat seluruh beban jatuh di pundak, bukan pinggang atau punggung. Keseimbangan juga harus diperhatikan. Untuk itu, bagilah berat merata kiri dan kanan ransel. Faktor penggunaan barang, item-item peralatan dan logistik yang sering dipakai atau akan segera dipakai diletakkan pada tempat yang mudah diambil. Kelompokkan ietm-item menurut fungsi dan timming penggunaannya. Misalnya perlengkapan tidur hendaknya diletakkan pada bagian terbawah ransel karena penggunaan item tersebut baru pada malam hari, pakian ganti diletakkan diatasnya, kemudian dilanjutkan perlengkapan masak dan logistik makanan. Untuk tenda hendaknya diletakkan pada bagian paling atas karena selain lebih berat, tenda juga merupakan item paling dulu dibutuhkan saat akan mendirikan basecamp. Pengelompokan item-item peralatan menurut fungsinya ini bisa akan lebih baik jika ditempatkan dalam kantong-kantong atau stuff bag. Faktor efesiensi, Pergunakan setiap ruang dalam ransel maupun ruang kosong pada item-item peralatan. Mistingyang kosong didalamnya serta gelas yang kosong akan lebih baik lagi bila diisikan item-item kecil yang dapat lebih menghemat tempat. Juga, buanglah setiap kotak-kotak makanan yang tidak perlu dan untuk mengenali makanan yang telah dibuang kotaknya tersebut tandailah dengan spidol untuk memudahkan kita. Selain mengurangi berat, kita juga secara tidak langsung telah mengurangi sampah. Faktor pembagian berat yang benar merupakan hal yang perlu menjadi perhatian kita. Pada medan perjalanan yang landai, item-item yang berat berada di paling atas bagian dalam dekat dengan kepala, item terberat sedang ditempatkan pada dua tempat, yaitu pada bagian tengah bagian dalam (dekat punggung) dan bagian atas luar menutupi item-item yang berat. item yang ringan diletakkan tengah luar. Pada medan perjalanan yang curam bagian atas ransel diisi dengan item yang sedang beratnya. Item yang berat-berat diletakkan pada bagian paling dalam dekat dengan punggung dan pundak, sedangkan item yang ringan diletakkan pada bagian luar menutupi item yang paling berat. Pada jenis pengaturan ini sleeping bag selalu diletakkan pada bagian bawah ransel. Packing logistik juga perlu diorganisasikan menurut jadwal penggunaannya. Kelompokkanlah logistik makan pagi, siang, dan malam dalam kantong yang berbeda. Ini akan sangat membantu saat berhenti ditengah perjalanan untuk makan siang sehingga tak perlu harus bongkar seluruh bungkus logistik untuk menemukan snack makan siang kita. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah bungkuslah seluruh item-item peralatan dengan plastik walaupun kita melakukan
perjalanan di musim panas. Udara lembab gunung bisa membuat pakaian dan sleeping bag kita menjadi basah. Prinsip-prinsip packing carrier yang harus diperhatikan antara lain: 1. Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung. 2. Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya. Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut : Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik. Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur. Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier. Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier. Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang yang benarbenar perlu. Memilih dan Menempatkan Barang Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier. 1. Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras
sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor. 2. Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb. 3. Menyimpan Pakaian ;Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih. 4. Menyimpan Makanan ;Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan. 5. Menyimpan Korek Api Batangan ;Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering. 6. Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah. Mengangkat Ransel/Cariel yang Benar Jika anda ingin lebih nyaman dalam mengangkat ransel anda ke punggung, karena kadang kala tehnik yang salah dapat menyebabkan tangan atau pinggang terasa sakit. Ada baiknya coba tips ini. Saya rasa inilah tehnik terbaik, caranya; - dirikan ransel, pegang salah satu strap bahu, renggang slah satu kaki - angkat ransel, letakkan di dengkul dan tahan handle (ada di bagian tengah atas,terletak diantara kedua strap bahu) - masukkan satu lengan, putar ransel ke punggung - berdiri tegak, masukkan lengan lainnya - sesuikan semua strap dan anda siap pergi
Teknik bertahan hidup di alam bebas (Survival)
Survival Survival adalah suatu tindakan yang paling awal yang dilakukan oleh setiap makhluk yang hidup untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman, survival adalah perjuangan agar tetap hidup. Dilihat dari kondisi alam Indonesia maka pengetahuan survival ini harus disesuaikan, juga dengan iklim tropis yang ada di negara kita. Di Indonesia daerah yang akan ditemui adalah : hutan belantara, rawa, sungai, padang ilalang, gunung berapai dan lain sebagainya. TEHNIK & KEMAMPUAN SURVIVAL PENGERTIAN SURVIVAL Berasal dari kata survive, yang berarti berhasil/ mampu mempertahankan diri dari suatu keadaan buruk / kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan dirinya dalam keadaan yang buruk / krisis . Sebelum melakukan survival kita lebih dahulu melakukan STOP yaitu : S = Stop, berhenti T = Thinking, mulai berfikir O = Observasi, amati keadaan sekitar P = Planning, buat rencana tentang tindakan atau usaha yang akan di lakukan Huruf-huruf dalam kata Survival sendiri dapat kita jabarkan sebagai berikut S=Size Up the Situation.( Menilai situasi) Menyadari situasi, bahwa kita dalam kondisi bertahan hidup amatlah penting. Dengan begitu setiap gerakan dan perbuatan yang kita lakukan hanyalah untuk tujuan tersebut U=Use All Your Senses,Undue Haste Makes Waste (gunakan semua Panca Indera,jangan membuat sampah) Gunakanlah semua yang ada padamu. Namun janganlah bertindak terburu-buru tanpa terpikirkan dengan matang, karena cenderung akan sia-sia. R=Remember Where You Are (Ingat,Dimana kamu) Semakin kita mengingat dan mengenali dimana kita berada, makin mempercepat proses kita keluar dari kondisi survival. V=Vanquish Fear and Panic (mengalahkan rasa ketakutan dan jangan panic) Kuasai diri anda dari rasa takut dan panik, karena jika tidak itu makin memperburuk keadaan I=Improvise ( Berimprovivasi) Seorang survival dituntut pula bisa berimprovisasi. Baik dari benda yang ada di sekitarnya atau pun yang masih terbawa V=Value Living ( Hargai hidup ) Haragi hidup. Dengan terus menyemangati jiwa anda bahwa anda harus terus hidup A=Act Like the Natives ( Undang-Undang Seperti Pribumi ) Berusaha memahami adat, istiadat, tinglah laku sekitarnya juga sangat penting L=Learn Basic Skills ( Pelajari Keterampilan Dasar )
Dengan memahami kemampan dasar seorang penggiat alam, khusunya ilmu survival akan sangat membantu kita lebih cepat mengatasi kondisi ini. Factor – factor yang menjadi penyebab terjadinya survival : - Kehabisan makanan - Kehabisan minuman -Kecelakaan dalam perjalanan -Tersesat di daerah asing atau tidak di kenal Ada beberapa permasalahan yang akan kita hadapi, yaitu masalah / bahaya yang ada di alam (bahaya obyektif), masalah yang menyangkut diri kita sendiri (bahaya subyektif). Ada beberapa aspek yang akan muncul dalam menghadapi survival: 1. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, dll. 2. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah, dll. 3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, fauna, dll. Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan survival, selain faktor keberuntungan (nasib baik/pertolongan Tuhan tentunya), yaitu: • Semangat untuk mempertahankan hidup. • Kesiapan diri. • Alat pendukung. Beberapa kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menghadapi survival : Perlindungan terhadap ancaman : • cuaca, • binatang, • makanan/minuman • penyakit Hiduplah dengan segala yang ada disekitar kita, jangan menggantungkan diri pada bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugas. Dalam kalimat diatas pedoman yang harus digunakan adalah pedoman untuk HARUS HIDUP yang berarti : H A R U S H I D U P
–
Hadapilah situasi sulit dengan tenang dan bijaksana Akal merupakan senjata ampuh Rasa takut harus dihilangkan Usaha melepaskan diri dari berbagai hal Semangat dan tekad untuk mepertahankan hidup Hormati adat setempat Istirahat Jangan sampai terjebak Usahakan selamat dan jaga kesehatan Praktekkan.
Untuk mengatasi keadaan cuaca yang dingin atau panas adalah dengan membuat bivak atau tempat berlindung sebagai sarana perlindungan yang nyaman bagi kita dari ancaman faktor-faktor alam yang ekstrim, selain itu agar badan kita tetap nyaman, usahakan selalu memakai pakaian yang kering. Bivoach / shelter Untuk mengatasi keadaan cuaca yang dingin atau panas adalah dengan membuat bivak atau tempat berlindung sebagai sarana perlindungan yang nyaman bagi kita dari ancaman faktor-faktor alam yang ekstrim, selain itu agar badan kita tetap nyaman, usahakan selalu memakai pakaian yang kering. Beberapa cara dan teknik pembuatan bivak dengan berbagai macam medan dan bahan yang digunakan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah perlindungan terhadap cuaca dingin karena hal ini yang paling sering mengakibatkan kematian para pendaki. Cara mengatasi ancaman terhadap cuaca dingin ini termasuk salah satu dari teknik survival,adalah membuat bivak /atau shelter. Tujuan pembuatan bivak adalah sebagai tempat perlindungan yang nyaman untuk melindungi diri kita dari faktor alam dan lingkungan yang ekstrim Macam-macam bivak : 1. Bivak alam, menggunakan sarana alam seperti kayu dan dedaunan. Atau dengan memanfaatkan kondisi alam (seperti, ceruk, pohon roboh, lubang pada tanah, dsb) 2. Bivak buatan, menggunakan peralatan seperti ponco, jas hujan, flysheet dll hal ??hal yang perlu di perhatikan dalam pembuatan bifak: • Perhatikan arah mata angin • Bagian yang berlubang pada bifak letakan dalam posisi bersilang dengan arah mata angin • Jangan mendirikan bifak di daerah yang cekung • Jangan mendirikan bifak di dekat aliran sungai, tapi harus dekat dengan sumber air. • Jangan dirikan bifak di dekat pohon yang sudah mati walaupun ia masih berdiri tegak • Bifak jangan sampai bocor • Jangan telalu merusak alam sekitar • Terlindung langsung dari angin • Bukan berada dilintasan binatang buas ada beberapa macam bahan pembuatan bifak. Secara garis besar di bagi menjadi 2 yaitu : • bifak alam : pohon (pucuk), daun-daun, gua (lubang) • bifak moderen (ponco) jenis-jenis bifak yang dapat dibuat : 1. bifak standart adalah bifak yang dengan tali diikat dan di rentangkan antara dua pohon pada sisisnya kemudian di atasnya ditaruh parasut 2. bifak sisi terbuka yaitu dengan cara meronpakkan batang-batang kayu dan daun-daun pada sisinya yag masih terbuka di atasnya. Daun-daun, rantingranting kecil di gunakan agar bifak hangat. Teknik Mendapatkan air saat Survival Air merupakan prioritas dalam survival. Jika kita kekurangan air bisa mengalami dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Kita bisa bertahan hidup sampai 20 hari tanpa makan, tetapi ketahanan manusia tanpa air hanya maksimal sampai 5 hari.
Mencari air Seorang penggiat alam seharusnya juga memahami tehnik mendapatkan air, terutama bila survive pada lokasi yang jauh dari air. 1. Untuk mengatasi rasa haus yang berlebihan dapat dijaga dan diusahakan agar mulut tetap lembab dan basah dengan cara menelan air liur, menghisap ujung kerah baju.
2. Dalam mengatur makanan disesuaikan dengan persediaan air yang ada. 3. Jangan minum alkohol sebagai penahan haus ini akan sangat berbahaya 4. Meminum air seni merupakan tindakan yang salah. 5. Jangan merokok karena mengakibatkan keringnya tenggorokan dan kehausan Sumber Air Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan manusia akan air lebih besar daripada kebutuhan manusia akan makanan. Manusia bisa bertahan hidup kurang lebih sepuluh hari tanpa makanan. Tetapi tanpa air menusia akan sulit bertahan lebih dari tiga hari. Oleh karena itu kebutuhan akan air mutlak didapatkan oleh survivor. Untuk mendapatkan air, survivor harus pandai dalam menganalisis medan disekitarnya, mencari apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan air. Manusia memerlukan air setidaknya seperempat liter sehari untuk minum. Di daerah hutan tropis, sebenarnya tidak sulit untuk mendapatkan air. Kita bisa mendapatkan air dari sungai, mata air dan selokan kecil, genangan air di cekungan batu, dan sebagainya. Tetapi pertanyaannya apakah air tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan metabolisme manusia? Maka dari itu perlu pengetahuan dalam mencari air untuk diminum dan dimasak Berdasarkan sumbernya, air dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air langsung dan air tak langsung. Air langsung berarti air bersih yang dianggap aman untuk diminum saat itu juga. Contoh air yang langsung dapat diminum adalah : air sungai, mata air, air hujan yang telah ditampung, dan lain lain. Air langsung mempunyai ciri fisik yang bersih, jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau. Kecuali air yang ditemukan melalui buah atau tumbuh-tumbuhan, seperti buah kelapa.Tetapi air langsung belum tentu juga dapat diminum sekaligus. Karena dikhawatirkan bahwa air itu telah tercemar pupuk kebun penduduk, pestisida, atau bahan kimia lainya. Maka dari itu sebaiknya diteliti dengan seksama terlebih dahulu sebelum meminumnya. Air tak langsung adalah air yang digolongkan menjadi air yang masih memerlukan proses untuk diminum. Sumbernya terdapat di selokan kecil, genangan air, atau dari tumbuh-tumbuhan -Tumbuhan beruas-ruas : rotan, liana dan keluarganya -Tumbuhan merambat : lumut and keluarganya -Tumbuhan khusus : kantong semar, sansievierra Atau dengan cara kondensasi pada tanaman Mengetahui sumber air sangat penting, karena kita dapat memprioritaskan air mana yang akan kita simpan di tempat minum untuk diminum dan air mana yang akan kita simpan di tempat air lain untuk mencuci bahan makanan kita. Misalnya, seorang survivor akan lebih merasa percaya diri apabila meminum air dari mata air daripada meminum air yang ditemukan dari genangan air di bebatuan. Karena dari fisiknya memang air dari mata air memang lebih jernih. Sedangkan air dari genangan belum tentu jernih dan biasanya terdapat sarang serangga yang bertelur di genangan air itu. Maka lebih baik air itu dipakai untuk keperluan lain selain diminum. Yang tak kalah penting adalah perasaan yakin akan kebersihan air yang akan kita minum. Karena perasaan tidak yakin akan kebersihan air yang kita minum akan memberikan sugesti dan menjadikan gangguan kepada diri kita sendiri.
1. Air langsung Berikut adalah sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan survival : a) Hujan Apabila turun hujan ketika sedang ber-survival, maka sebaiknya kesempatan ini dipergunakan sebaik-baiknya untuk menampung air sebanyak-banyaknya. Untuk menampung air hujan, kita dapat memanfaatkan daun yang lebar, bambu, dan sebagainya. b) Tanaman Tanaman rambat dan rotan juga bambu banyak dijumpai di pegunungan dan hutan rimba. Pilihlah tanaman rambat (akar gantung/liana) yang masih segar. Lalu potonglah bagian bawah dari tanaman itu agar air yang terkandung di bagian atas tanaman dapat menetes ke bagian bawah, lalu air yang menetes ditampung di penampungan. Setelah itu baru potong bagian atasnya dengan jarak saru sampai satu setengah meter dari bagian bawahnya. Tanaman rambat ini dapat ditemukan di pohon-pohon besar. Dan satu pohon dapat diambil beberapa tanaman rambat. Sebenarnya air yang didapat dari tanaman rambat ini sedikit, tetapi cukup untuk membasahi tenggorokan. c) Air sungai dan mata air Kebanyakan air sungai yang d hutan dapat langsung diminum. Tetapi harap diteliti sebelumnya, apakah di sekitar sungai itu terdapat pembuangan kotoran atau limbah. d) Air kelapa Air kelapa merupakan penghapus dahaga yang baik. Air kelapa yang baik adalah kelapa yang masih muda. Biasanya satu buah kelapa berisi air sebanyak hampir satu liter. Usahakan apabila kita meminum air kelapa, harus yang masih baru atau kelapa hasil memetik sendiri. Karena apabila kelapa yang sudah terjatuh biasanya telah tua dan airnya tidak enak dan terkadang bau. Bahkan kemungkinan kelapa yang sudah jatuh adalah bekas makanan bajing, maka disangsikan kebersihannya. e) Kondensi Tanah Cara lain dalam medapatkan air adalah dengan memanfaatkan kondensi tanah. Hal ini memanfaatkan uap air tanah dan kemudian ditampung di suatu tempat. Caranya sebagai berikut:
1. Galilah tanah dengan kedalaman kira-kira setengah meter. 2. Gelarlah plastik untuk menutupi lubang tersebut. Dan ujung-ujungnya ditahan, agar plastik tersebut menutup lubang dengan rapat. 3. Beri pemberat di tengah plastik agar plastik agak menjorok ke dalam. 4. Sebelumnya letakan wadah penampung air di tengah –tengah lubang. 5. Biarkan seharian 2. Air tidak langsung
Berikut adalah sumber air yang dapat kita manfaatkan tetapi harus kita dibersihkan terlebih dahulu. a) Lubang air Air yang berada di tempat ini biasanya bercampur dengan lumpur, potongan ranting atau dedaunan. Untuk memanfaatkannya kita perlu membersihkan dedaunan di permukaan air dengan cara dipungut langsung. Setelah itu diendapkan beberapa saat agar air tidak bercampur dengan lumpur. Setelah itu kita dapat melakukan proses penyaringan. Proses ini akan diterangkan lebih lanjut dimuka. b) Air yang menggenang Air yang menggenang dapat dimanfaatkan setelah dilakukan proses penyaringan. Air ini biasanya terdapat di saluran selokan yang telah mengering, celah antara batu karang, cekungan tanah/batu, atau tunggul-tunggul pohon yang telah mati. Berikut adalah cara menyaring air : 1. Dengan kaos berlapis. Lebih baik apabila kaos itu berwarna putih, sehingga apabila kotor dapat terlihat dan dapat dibersihkan terlebih dahulu. 2. Dengan cara melewatkan air ke dalam rongga bambu yang telah dipotong di kedua ujungnya. Di dasar bambu diberi penyaring seperti kerikil, ijuk, rumput kering atau daun kering. Air keruh juga dapat dimanfaatkan setelah dilakukan proses pengendapan selama dua puluh empat jam di tempat bersih. Apabila air yang telah diendapkan masih telihat atau terasa kotor, maka dapat dilakukan proses penyaringan beberapa kali. Tetapi cara yang paling aman untuk mendapatkan air bersih adalah setelah dibersihkan lalu air dimasak sampai masak. Air yang dimurnikan Penjernihan Air Supaya air menjadi “palatable water” tahap-tahapnya : 1. Sedimentasi yaitu air didiamkan sampai kotoran mengendap sendiri atau dicampur AlOH. 2. Koagulasi yaitu pengendapan melalui zat kimia. Untuk bahan alkali sama dengan FCl2, NH4. non alkali sama dengan Na2SO4. 3. Filtrasi yaitu untuk menjernihkan air dengan pasir atau saringan diatomis
4. Sterilisasi yaitu untuk membunuh organisme penyebab penyakit, cara : - Delapan tetes yodium tinetur 2,5%/liter air selama 10 menit - KMnO4 (kalium permanganate) - Tablet halozone (untuk penjernih air) - Dicampur serbuk biji kelor 200mg/liter lalu diendapkan selama ½ jam. 5. Untuk penghilang bau, warna, racun, adalah dengan karbon aktif seperti : norit, aqua nuchar, hidro darco . Air yang tidak perlu dimurnikan/palatable water - Air bron/mata air
* * * -
Air sumur, waduk, sungai, telaga, air hujan, mata air Air dari tanaman : * kelapa, kaktus dipotong diperas liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung palmae diambil niranya ruas bambu, bonggol pisang, lumut Air tampungan dari embun
Dalam keadaan survival maka air merupakan faktor terpenting dan lebih penting dari faktor lainnya. Manusia dapat hidup dengan air saja hingga ± 3 minggu. Tapi manusia hanya bisa bertahan hidup tanpa air 3-5 hari. Air dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Air yang tidak perlu dimurnikan Ciri-cirinya : tidak berwarna, berasa, dan berbau. Contoh air : air minum, dari tanaman rotan, dari tanaman bunga, lumut dan daun-daun yang lebar b) Air yang perlu dimurnikan Ciri-cirinya : berbau, berwarna, dan berasa Contoh air : air sungai besar, air di daerah yang berbatu, air di daerah sungai yang kering, air dari batang pohon pisang. Cara mendapatkan air a) Hujan : tampung air hujan dengan daun-daun yang lebar alirkan ketempat minum kita / tampung dengan ponco/ juga memeras sapu tangan dan slayer bersih yang terkena hujan lalu teteskan kedalam mulut Dalam keadaan survival maka air merupakan faktor terpenting dan lebih penting dari faktor lainnya. Manusia dapat hidup dengan air saja hingga ± 3 minggu. Tapi manusia hanya bisa bertahan hidup tanpa air 3-5 hari. Air dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Air yang tidak perlu dimurnikan Ciri-cirinya : tidak berwarna, berasa, dan berbau. Contoh air : air minum, dari tanaman rotan, dari tanaman bunga, lumut dan daun-daun yang lebar b) Air yang perlu dimurnikan Ciri-cirinya : berbau, berwarna, dan berasa Contoh air : air sungai besar, air di daerah yang berbatu, air di daerah sungai yang kering, air dari batang pohon pisang. Cara mendapatkan air a) Hujan : tampung air hujan dengan daun-daun yang lebar alirkan ketempat minum kita / tampung dengan ponco/ juga memeras sapu tangan dan slayer bersih yang terkena hujan lalu teteskan kedalam mulut b) Tanah batu : carilah mata air pada tanah / yang berbatu namun hanya terdapat mata air. Kapur mudah di larutkan sehingga mudah dibentuk saluran air. Jika dilembah umumnya sangat gaspor carilah ke lembah air / saluran air pada dinding lembah yang memasang aliran kapal pada daerah yang dekat dengan granit. Carilah pinggiran rumput yang hijau tumbuh sampai meropas pada lubang itu. c) Tanah campur : carilah air di lembah dekat dengan permukaan air tanah. Carilah lubang air yang mengalir yang terdapat di sebelah atas permukaan
tanah termasuk aliran sungai gembur tetapi ingat air ini dapat kotor sekali dan berbahaya. d) Daerah pantai : tanah air dibukit-bukit /galilah air pasir lembah untuk memerangi rasa air asin saringlah dengan pasir. Jangan meminum air laut karena dapat menyebabkan dehidrasi dan merusak ginjal. Sumber Air Untuk mendapatkan air dari tumbuhan dapat dilakuan dengan cara: - Menyelubungkan ranting dan daunnya dengan sebuah kantong plastik yang ujungnya diikat, penguapan dari daun dapat menyebabkan pengembunan pada plastik bagian dalam. - Mengumpulkan embun dari tumbuhan dengan menggunakan kain. - Mengambil air dari batang tanaman rambat seperti rotan dengan cara memotong bagian atas setinggi mungkin dan bagian bawah yang dekat dengan tanah, air tetesannya dapat langsung diminum. - Mengambil air yang tertampung pada daun-daun yang lebar, misalnya pisangpisangan dan talas-talasan biasanya setelah hujan atau embun di pagi hari. Pada ruas Bambu dan pada Kantung Semar, sebaiknya disaring dan dimasak dahulu karena sering terdapat serangga yang mati dan berbau.
·
CIRI – CIRI TUMBUHAN YANG DAPAT DIKONSUMSI Tidak Berbulu Bulu pada tumbuhan memiliki fungsi melindungi diri, apabila tersentuh oleh kulit kita dapat mengakibatkan gatal – gatal atau panas. Hindarilah tumbuhan yang memiliki bulu.
·
Tidak Berwarna Mencolok Tumbuhan yang memiliki warna mencolok terutama berwarna ungu dikhawatirkan mengandung racun. Kecuali tumbuhan yang memang kita kenal dan bisa dimakan seperti ketela ungu, terong dll.
·
TIdak Berduri Sama seperti tumbuhan berbulu, duri dijadikan sebagai alat melindungi diri sehingga kita tidak dianjurkan untuk mengkonsumsinya.
·
Tidak Bergetah Hindarilah tumbuhan yang bergetah terlebih lagi apabila getahnya pekat. Tumbuhan ini memiliki fungsi lain, bukan untuk dimakan.
·
Tidak Berbau Menyengat Apabila kita menghirup baunya saja kita bisa merasakan pusing atau gangguan pada bagian tubuh kita yang lain terutama yang memiliki bau busuk. Apabila tumbuhan tersebut kita konsumsi dikhawatirkan mengakibatkan gangguan yang lebih parah pada tubuh kita.
·
Dikonsumsi oleh Hewan Mamalia Tumbuhan yang dikonsumsi oleh hewan mamalia dapat kita jadikan sebagai acuan dapat dikonsumsi. Karena sistem pencernaan pada hewan mamalia tidak berbeda jauh dengan sistem pencernaan tubuh kita.
Memilih tumbuhan yang dapat kita konsumsi di alam bebas tentunya tidak mudah. Hal ini disebabkan karena tidak semua tumbuhan dapat hidup di segala tempat atau banyak tumbuhan yang tidak kita temui di rumah. Berikut ini adalah beberapa tumbuhan yang dapat kita konsumsi yang bisa kita jumpai di alam bebas.
1.
TUMBUHAN YANG DAPAT DIKONSUMSI Tumbuhan Palem
Tumbuhan palem hidup di berbagai tempat, kita juga bisa menemuinya di alam bebas. Kita bisa memanfaatkan buahnya untuk dimakan. Contohnya adalah kelapa, Sagu, dan siwalan. 2.
Jambu Pohon jambu seringkali tumbuh di alam liar karena penyebaran dari hewan. Apabila kita menemuinya kita bisa memakannya.
3.
Tumbuhan Merambat Tumbuhan merambat juga memiliki buah dan daun yang dapat kita konsumsi. Akan tetapi perlu dieprhatikan, bahwa tidak semua tumbuhan merambat bisa dimakan. Tumbuhan merambat yang bisa dimakan hanyalah tumbuhan yang perputaran lilitannya searah dengan jarum jam atau ke arah kanan. Contoh dari tumbuhan ini adalah markisa, ubi rambat, labu, dan lain – lain.
4.
Family Begonia (Semak) Tumbuhan semak yang dapat dikonsums memiliki ciri-ciri bentuk daun yang seperti jantung, namun tidak simetris. Tumbuhan semak seperti ini dapat dikonsumsi pada bagian tangkainya dengan ari yang mudah untuk dikupas. Rasa dari tangkai tumbuhan ini biasanya sedikit asam atau pahit
5.
Keluarga Pakis Kebanyakan dari tumbuhan pakis aman untuk dikonsumsi. Jika melihat batang pakis yang berbulu, kupas terlebih dahulu bagian yang berbulu, baru setelah itu pakis dapat dikonsumsi.
6.
Keluarga sirsak Tumbuhan sirsak seringkali ditemui di alam bebas. Tumbuhan sirsak ini memiliki buah yang berwarna hijau dan berduri kecil. Duri pada buah ini tidak terlalu tajam. Buah sirsak berwarna putih dan enak untuk dimakan dengan rasa manis dan asam.
7.
Arbei / Besaran Arbei adalah buah yang berbentuk seperti strawberry, hanya memiliki ukuran yang lebih kecil, ketika sudah matang buah ini berwarna hitam dan rasanya manis, apabila belum matang rasanya pahit atau asam.
8.
Tumbuhan Rumput Contoh dari tumbuhan rumput yang bisa dikonsums adalah tumbuhan bambu (rebung / tunasnya), pisang hutan, dan tebu.
9.
Jamur Jamur tiram dan jamur merang adalah dua jenis jamur yang pasti aman untuk dikonsumsi. Hindari untuk mengkonsumsi jamur lainnya, karena dimungkinkan memiliki racun yang cukup berbahaya.
o
CIRI - CIRI JAMUR YANG BERACUN Mempunyai warna mencolok
o
Menghasilkan bau yang tidak sedap
o
Jika dimasukan ke dalam nasi warnanya menjadi kuning (warna nasi)
o
Sendok menghitam jika dimasukan ke dalam masakan
o
Bila diraba mudah hancur
o
bagian pokok batangnya berbentuk seperti cawan
o
Tumbuh dari kotoran hewan
o
Memiliki getah putih
o
Apabila digores meninggalkan bekas berwarna biru HEWAN YANG DAPAT DIKONSUMSI 1. Burung Semua jenis burung bisa dimakan. Poin pentingnya adalah bagaimana cara kita bisa menangkap burung. Salah satunya adalah dengan membuat perangkap. Ketika kita menangkap burung di sarangnya, ada kemungkinan juga terdapat telor burung yang dapat kita konsumsi. Untuk burung pemakan bangkai rebuslah kurang lebih 20 menit untuk membunuh parasitnya. 2.
Rayap Rayap adalah jenis binatang yang memiliki kandungan protein tinggi, bisa ditemukan di kayu rapuh ataupun tanah yang lembab. 3.
Katak Katak adalah jenis binatang yang bisa dimakan, tapi jangan pilih katak yang beracun. Karena sebagian katak memiliki kandungan racun ditubuhnya. 4.
Ular Meskipun ular termasuk jenis binatang mengerikan, tetapi sebenarnya merupakan salah satu binatang yang bisa dikonsumsi. Cara mengkonsumsinya adalah dengan memotong tubuh ular menjadi 3 bagian. Bagian yang dapat dikonsumsi adalah bagian tengahnya karena sepertiga bagian kepala kemungkinan terdapat racun dan sepertiga bagian ekor adalah saluran kotoran dari ular.
5.
Kadal Kadal juga bisa dikonsumsi, dan jangan pernah ragu untuk menangkap binatang ini karena memiliki kandungan gizi yang lumayan baik.
6.
Jangkrik, Belalang Kedua jenis binatang tersebut bisa kita konsumsi. Bisa kita bakar, goreng, atau mau dimakan mentah.
7. Ikan Ikan, semua orang tahu merupakan salah satu menu untuk dikonsumsi karena memiliki rasa yang nikmat dan mudah kita temukan.
8.
Larva Kumbang/Lebah Ini juga jadi salah satu sumber protein yang bisa kita konsumsi.
9.
Bekicot Hewan ini biasanya hidup ditempat lembab, biasanya hidup di pohon pisang. Buka kulit kerangnya, bersihkan, kemudian bisa kita goreng atau bakar.
10. Laron Adalah jenis binatang yang juga bisa kita gunakan untuk dikonsumsi. Mengandung protein yang cukup tinggi dan ada hubungannya dengan rayap. Tentunya tidak cukup satu ekor, apalagi kita bisa menangkapnya dalam jumlah yang banyak karena hewan ini adalah hewan yang berkelompok/bersosial.
11. Hewan Mamalia
Cara menguliti hewan mamalia besar seperti rusa, kijang, dan yang lainnya adalah menggantungnya dengan posisi kepala di bawah dan mengikat lutut kakinya.
Tempatkan wadah untuk menampung cariran atau darah di bagian bawah, kita juga bisa mengkonsumsi darahnya dengan cara mendinginkan sampai beku di suatu wadah yang tertutup agar tidak tercemar bakteri.
12. Cacing Cacing memiliki protein yang tinggi, apabila kita menemuinya dapat dibersihkan dan langsung dikonsumsi.
13. Ulat Sagu Ulat sagu dapat dimakan mentah – mentah, kita bisa menemuinya di pohon sagu.
CARA MEMBUAT API 1.
Mengumpulkan Fokus Cahaya Alat yang digunakan pada metode ini adalah cermin atau kaca pembesar. Dengan memanfaatkan sinar matahari yang dipantulkan oleh cermin atau diteruskan oleh kaca pembesar, kita cari fokus cahayanya. Tempatkan bahan bakar berupa kertas, plastik atau serbuk kayu tepat di fokus cahaya. Kita harus sedikit bersabar ketika menggunakan cara ini karena memiliki ketergantungan dari intensitas cahaya matahari. Apabila kita sedang tidak membawa cermin atau kaca pembesar kita bisa menggunakan air yang ditempatkan pada plastik atau botol yang transparan.
2.
3.
Fire Plow Method Prinsip dasar dari cara ini adalah menggesekkan kayu keras ke kayu yang lebih lunak sebagai alas. Buat cekungan yang panjang pada kayu lunak, gesekkan kayu keras naik turun di cekungan tersebut secara terus menerus. Gesekan tersebut akan menghasilkan serbuk kayu sebagai pemancing dan panas. Gerakan ini lambat laun akan menghasilkan asap kemudian api.
Flint and Stell Metode percikan langsung ini merupakan metode yang paling mudah dari metode primitif untuk digunakan. Metode batu api dan metode steel ini yang paling dapat dipercaya untuk metode percikan langsung. Benturkan batu api atau benda lain yang keras, tajam-batu karang dengan baja karbon (stainless stell tidak menghasilakan percikan yang bagus). Metode ini memerlukan kelenturan pergelangan tangan dan latihan. Saat percikan ditangkap oleh tinder, tiuplah pelan-pelan, percikan akan menyebar dan terbakar. Kita juga bisa memaku kayu bidang datar hingga yang tampak bagian kepalanya saja. Kemudian gesekan/benturkan batu atau logam ke arah kepala paku tersebut. Gesekan dengan sedikit ditekan dan agak cepat hingga menimbulkan bunga api. Kemudian bunga api tersebut dapat ditangkap dengan sabut kering dan sebagainya.
Hindari mendekatkan batu basah atau batu yang berlubang-lubang dekat api, terlebih lagi batu yang telah terrendam cukup lama dalam air - karena ada kemungkinan akan meledak jika dipanaskan. Jangan gunakan batu apung atau batu yang lunak. Lakukanlah tes terlebih dahulu dengan memukul-mukulkannya serta jangan gunakan batu yang retak atau yang mengeluarkan suara hampa. 4.
Busur dan Drill Tehnik pengapian dengan memakai busur dan drill in simple, kita harus terus berusaha dan gigih untuk menghasilkan suatu api. Anda akan memerlukan beberapa materi dalam menggunakan metode ini, yaitu: Socket : Socket ini adalah suatu pegangan yang terbuat dari kayu atau tulang yang diberikan lubang untuk menahan dan menekan drill. Drill : Drill haruslah lurus, dari kayu yang keras dengan diameter 2cm dan panjang 25cm. Ujung atasnya bulat rata dan ujung bawahnya dibuat mengecil pada ujungnya dan tumpul. Fire Board : Ukurannya terserah anda, merupakan kayu lunak dengan tebal kirakira 2,5cm dan lebar 10cm lebih dianjurkan. Potonglah kedalam kira-kira 2cm dari tepi suatu sisinya dan pada bagian bawahnya, buatlah potongan V yang dipotong dari permukaan bawahnya untuk tekanan. Bow : Bow atau busur adalah suatu tongkat yang terbuat dari kayu muda (hijau) dengan diameter 2,5cm dan lengkap dengan benangnya. Tipe kayunya tidaklah penting. Tali busurnya bisa memakai jenis pengikat apapun. Ikatlah ujung busur yang satu dan lainnya dan jangan sampai kendur. Untuk menggunakan busur dan drill ini, pertama siapkan lapisan untuk api, kemudian tempatkan gumpalan tinder dibawah lubang potong bernebtuk V. Tempatkan satu kaki diatas papan api (fire Board). Pegang socket dengan satu tangan dan masukan pada bagian atas dari drill. Berikanlah tekanan pada drill sembari menarik maju mundur busur yang talinya sudah terikat pada drill
sehingga dril akan berputar-putar bolak-balik. Tambahkan tekanan pada drill dan percepat busur. Aksi ini akan membuat panas dan menghasilkan bunga api yang akan ditangkap oleh tinder , kemudian tiuplah pelan-pelan sehingga menyala apinya. 5.
Hand Drill Caranya hampir sama dengan Bow drill namun hand drill tidak menggunakan busur sebagai alat untuk memutarkan kayu. Cara ini tentu lebih menguras tenaga karena tanpa bantuan alat kecuali 2 batang kayu yang akan digunakan sebagai sumber api.
6.
Fire Thong Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan pada sebatang pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara bergantian. Pada bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap menangkap bunga api.
Segi Tiga Api
Untuk mempelajari survival api kita perlu memahami dulu prinsip dasar dari api itu sendiri atau yang biasa dikenal dengan sebutan SEGITIGA API. Segi tiga api (fire triangle) adalah 3 unsur pembentuk api yang harus ada untuk menyalakan api yaitu Panas, Bahan Bakar, dan oksigen. Ketiga unsur tersebut berkaitan satu sama lain sehingga apabila kita mengilangkan atau tidak terdapat satu unsur saja maka api tidak akan menyala. 1. Bahan Bakar Terdapat 3 jenis bahan bakar yang dapat kita gunakan yaitu padat, cair dan gas. Ketika melakukan survival api bahan yang paling mudah dijumpai adalah padat. Terdapat urutan yang penting ketika kita menggunakan jenis bahan padat untuk bahan bakar, yang pertama adalah pemancing kemudian penyala dan bahan bakar. Pemancing (Tinder) adalah bahan yang paling mudah terbakar meski dengan percikan api saja. Api yang dihasilkan pun relatif singkat. Contohnya : Serbuk kayu kering, jerami, kapas, kain kasa, mesiu. Penyala (Kindling) adalah bahan yang sudah kita persiapkan untuk menerima api yang dihasilkan dari bahan pemancing, memiliki sifat mudah terbakar dan mampu mempertahankan sampai meningkatkan nyala api. Contohnya : Ranting, potongan kayu, lilin. Bahan Bakar (Fuel wood) adalah material yang dapat bertahan lama karena terbakar secara perlahan sehingga api terus menyala. Contohnya : Kayu dan batang pohon yang berukuran sedang.
Kita harus mempertimbangkan bahan yang dijadikan sebagai bahan bakar karena semakin besar bahan bakar kita semakin susah juga untuk dipadamkan. 2. Panas Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga dapat mendukung terjadinya api. Suhu penyalaan adalah suhu/panas yang harus diterima suatu benda agar bisa terbakar. Setiap benda memiliki titik nyala api yang berbeda – beda, berdasarkan material dan dimensinya sehingga besar panas/temperatur yang diberikan ke bahan bakar tersebut juga berbeda – beda. Sebagai contoh kita hanya butuh percikan api untuk membakar serbuk kayu tetapi butuh api yang sedang untuk membakar ranting pohon. Salah satu cara meningkatkan suhu/panas adalah dengan menggesek – gesekan 2 benda. 3. Oksigen Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi pembakaran. Udara normal di dalam atmosfir kita mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan bakar yang mempunyai cukup banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya pembakaran.