Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2
Knowledge Sharing Pada Sistem Pemasaran Menggunakan Metode Most Admired Knowledge Enterprise (Make) Studi Kasus Lembaga Pendidikan Come Bibit Sudarsono Sekretari ASM BSI BANDUNG Jl.Sekolah Internasional No.1-6 Bandung
[email protected]
Abstrak – Knowledge sharing dalam sebuah sistem pemasaran sangat dibutuhkan, sehingga dapat mengetahui faktor pendukung apa saja yang dapat diterapkan dalam pemasaran. Selain itu, kita dapat pula melihat perkembangan dari intansi/perusahaan yang telah menerapkan knowledge sharing dalam organisasi yang telah mengembangakan metode Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE).Tujuan dari kegiatan knowledge sharing yang telah diterapkan oleh COME diharapkan munculnya suatu inovasi dalam pemasaran yang cepat dengan meningkatkan efektititas dan efisiensi penyerapan knowledge melalui proses knowledge sharing. Dalam proses ini dituntut kemampuan individu untuk mengkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge sehingga bisa ditransfer kepada orang lain dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Mengingat COME merupakan lembaga pendidikan yang berbasis IT, maka web based knowledge management system merupakan pilihan terbaik. Supaya sistem ini dapat terbangun dengan baik, perlu dibudayakan sikap menciptakan, menangkap, menjaring, menyimpan, mengolah, dan menyebarluaskan knowledge khususnya sistem pemasaran guna menciptakan brand awareness terhadap konsumen yang berada dimana saja serta memperluas cabang. Kata Kunci: Sharing pengetahuan, manjemen pengetahuan, knowledge management system most admired knowledge enterprise (MAKE)
I.
PENDAHULUAN
Pesatnya sebuah perkembangan teknologi dan informasi pada era globalisasi sangat begitu cepat sehingga berpengaruh juga terhadap pengembangan ilmu pemasaran yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan atau organisasi pada dasarnya telah memiliki teknik pemasaran yang variatif, tetapi masih ada sebuah perusahaan yang melakukan teknik pemasarannya dengan konsep yang tradisional (konvensional) sehingga perkembangan perusahaan tersebut dalam pencapai tujuannya begitu lamban. Perusahaan atau organisasi yang sangat membutuhkan sebuah teknologi dan informasi serta pengetahuan pemasaran begitu luas, salah satunya instansi pendidikan. Instansi pendidikan merupakan sebuah instansi yang berperan penting untuk menciptakan sebuah sumber daya manusia yang berkompeten dan tidak gagap teknologi. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, agar seseorang tersebut mempunyai sesuatu yang dapat merubah ekonomi kehidupan. Kondisi saat ini memungkinkan sebuah kompetisi yang sangat ketat dan beragam terutama dalam dunia pendidikan khususnya kursus yang semakin lama semakin berbasis IT, sehingga ini menyebabkan perlu adanya perubahan paradigma
dan resource-based competitiveness menjadi andalam dalam knowledge-based competitiveness. Pengelolaan knowledge (Knowledge Management) merupakan faktor yang penting dan handal bagi institusi pendidikan baik dalam skala informal dan formal guna meningkatkan daya saing dan peningkatan kemampuan intelektual dari siswa tersebut. Sehingga persaingan antar lembaga kursus yang semakin ketat dalam hal pencarian atau penerimaan siswa kursus, selain dituntut kinerja lembaga yang semakin baik juga menuntut adanya inovasi dari kinerja manajemen pemasaran yang kreatif, inovatif dan unbeatable. Kinerja organisasi merupakan faktor yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah strategi lembaga. Strategi lembaga selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja baik berupa kinerja pemasaran (seperti volume penjualan, market share, tingkat pertumbuhan penjualan) maupun kinerja keuangan (seperti ROI - Return Of Investment ). Pemasaran itu sendiri menurut Kotler (2004:9) sebagai berikut: “ suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok guna mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain” Mengarah pada pemikiran diatas maka, pemasaran dalam hubungannya dengan komunikasi dan strategi khususnya untuk meningkatkan kualitas
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-31
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 informasi dan pelayanan yang baik sangatlah diperlukan serta dituntut untuk bisa diterapkan dengan benar dan tepat di dalam perusahaan sehingga perusahaan memberikan kepuasan kepada konsumennya atau pelanggan (siswa), termasuk didalamnya adalah membangun reputasi brand awareness dalam hal ini Lembaga Pendidikan COME pada target market sehingga berdampak pada pikiran (mindset) konsumen. II.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Konsep dan Manfaat Knowledge Management Era globalisasi yang diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan pada resources-based menjadi knowledge-based yang bertumpu pada analisis bidang ilmu pengetahuan tertentu. Oleh karena itu, peran pendidikan dan knowledge sharing dikalangan karyawan terutama dilingkunngan pendidikan yang mana disana terdapat banyak pengetahuan yang akan dishare keseluruh siswasiswi sekolah tersebut amat besar untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi sekolah yang nantinya akan menghasilkan suatu kreatif dan inovatif. Inovasi merupakan suatu proses dari ide sampai pada penelitian dan pengembangan sehingga akan menghasilkan ”prototype” yang bisa dikomersialkan. Istilah knowledge management pertama kali diperkenalkan kira-kira pada awal tahun 1990-an. Namun studi awal tentang knowledge management telah dilakukan pada pertengahan tahun 1980-an antara lain oleh Karl Erik Sveiby dan Tom lloyd (1987) dengan bukunya yang berjudul Managing Knowhow: Add Value by Valuing Creativity. Sedangkan istilah intellectual capital yang merupakan unsur dari knowledge management pertama kali diperkenalkan secara populer oleh Thomas A. Stewart pada tahun 1991 di majalah Fortune yang mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut: “Intellectual capital is the sum of everything the people of the company know which gives a competitive advantage in the market”. Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Davenport dan Laurence (1998:5) knowledge didefinisikan sebagai berikut: ”Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, informasi kontektual, pandangan pakar dan intuisi mendasar yang memberikan suatu lingkungan dan kerangka untuk mengevaluasi dan menyatukan pengalaman baru dengan informasi”. Sementara ”...pada perusahaan knowledge sering terkait tidak saja pada dokumen atau tempat penyimpanan barang berharga, tetapi juga pada rutinitas, proses, praktek dan norma perusahaan.” [Dave 1998].
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-32
Pendekatan lainnya untuk mendefinisikan knowledge dalam organisasi dapat diuraikan sebagai berikut (Quin 1998) : a. Know what, merupakan knowledge yang diperoleh melalui pelatihan dan pembelajaran sehingga setiap individu memahami apa yang akan dilakukan untuk dapat mengerjakan sesuatu. b. Know how, merupakan level dimana suatu organisasi mampu untuk menterjemahkan knowledge yang bersifat secara teoritis menjadi eksekusi yang efektf, sehingga dapat dijadikan sebuah penerapan yang pasti . c. Know why, merupakan knowledge terdalam hubungan sebab akibat yang ada pada suatu disiplin ilmu tertentu – system understanding. Yaitu bagaimana setiap individu memahami apa yang akan akan terjadi dengan hasil karya yang telah dikerjaan d. Care why, tahap kreativitas diri yang merupakan level dimana inovasi radikal dapat terjadi melalui pemikiran yang imajinatif dan lateral, serta bagaimana individu tersebut dapat menuangkan pemikiran tanpa harus ragu dan malu. Karena dengan pemikiran tersebut akan memungkinkan sesuatu yang baru akan muncul Karena manfaat knowledge management banyak sekali diantaranya sebagai berikut: a. Meningkatkan kinerja organisasi; b. Memudahkan diseminasi informasi; c. Efisiensi biaya konsultasi; d. Waktu lebih banyak untuk meningkatkan value added; e. Efisiensi waktu. B. Pengetahuan Pemasaran Selama periode tertentu sejak dunia bisnis bermunculan, maka proses pemasaran juga berjalan guna meningkatkan keuntungan. Dan selama itu pula strategi pemasaran ada dua metode diantaranya proses Below The Line (BTL) dan Above The Line (ATL). Iklan melalui media masa baik elektronik maupun cetak berhasil melalui kemampuannya untuk mempersuasif seseorang. Bagaimana tidak, ketika sedang kita menonton berita dan film di televisi, dan mendengarkan musik di radio, tiba tiba dipotong oleh sebuah iklan, bahkan beberapa iklan yang ditayangkan secara kontinue dan memiliki efek yang sedemikian rupa. Demikian juga ketika membaca media cetak, baik surat kabar ataupun majalah, iklan cetak ditempatkan secara langsung dintara pembaca dan artikel yang sedang dibaca. Kebehasilan dunia periklanan tradisional tersebut didorong oleh kepiawaian para adviser dalam mengidentifikasi pemirsa program televisi, pendengar radio, dan pembaca media cetak. Maka dengan demikian perkembangan dunia promosi atau periklanan
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 semakin dibutuhkan selain kemajuan teknologi dan informasi yang sedang berkembang Setelah pemasaran berhasil mengidentifikasi target market yang menggunakan media massa tertentu, maka relatif mudah bagi pemasar untuk membeli atau menayangkan iklan dan menginterupsi konsumen saat menonton televisi, mendengarkan radio atau membaca surat kabar atau media lainnya yang memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan tentunya. Sementara bauran pemasaran (marketing mix) adalah “seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan di pasar sasaran” (Kotler, 2004:18). C. The Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) The Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE), knowledge management menjadi salah satu isu penting dalam perjalanan sebuah organisasi untuk mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya yang mereka miliki. Dan itulah yang mendorong beberapa pihak untuk membuat beragam kriteria mengenai organisasi yang pantas diakui sebagai knowledge enterprise. (Fatwan & Alex Denni, 2009) Dimensi kinerja pengetahuan yang membentuk MAKE ditemukan di hampir semua perusahaan kelas dunia. Dan sangat cocok dan kompeten dengan peningkatan Knowledge Management disebuah organisasi. Mereka melihat sebagai kunci driver dalam menciptakan kekayaan dalam pengetahuan organisasi secara intensif. Terdapat beberapa penggerak atau motivasi yang mengarahkan organisasi untuk menguasai program tersebut. Barangkali yang paling utama adalah keunggulan kompetitif yang diperoleh seiring dengan perbaikan atau pembelajaran yang lebih cepat dan penciptaan pengetahuan baru. Program KM boleh jadi mengarah ke inovasi yang lebih besar, keterlibatan pelanggan yang lebih baik, konsistensi dan akses lintas organisasi secara global. D. Metode Penelitian Metode merupakan suatu cara atau langkah pada kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau menyusun suatu gagasan, yang beraturan, terarah serta yang relevan dengan adanya maksud dan tujuan. Ringkasnya, metode adalah suatu sistem untuk melalukan sebuah tindakan. Karena berupa sistem maka metode merupakan seperangkat elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen metode berupa wawasan intelektual, konsep, cara pendekatan persoalan (approach problem), dan rancang bangun atas data (database). Wawasan intelektual berkaitan dengan pemikiran, respon aktif, pemahaman (perception), pengalaman, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Menurut Sugiyono (2009), Penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Penelitian Historis Merupakan salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan penyebab, pengaruh atau perkembangan kejadian yang mungkin membantu dengan memberikan informasi pada kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. 2. Penelitian Deskriptif Merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. 3. Penelitian Eksperimen Merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitain tersebut dilakukan dengan baik, dapat menjawab hipotesis yang umumnya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu sebuah penelitian yang mencoba menggali potensi yang ada pada objek penelitian dan sampling random dari sebuah sumber. Penelitian ini adalah suatu metode dalam meneliti kelompok permasalahan yang ada pada suatu objek, set, sistem pemikiran ataupun peristiwa yang terjadi pada waktu sekarang. Tujuan penelitian ini adalah membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki dan digali dalam rangka menjelaskan fenomena–fenomena yang terjadi pada setiap individu seseorang serta lembaga pendidikan, kemudian data yang telah dikumpulkan itu dikelompokkan, dianalisa dan disimpulkan. Dengan metode ini akan digambarkan kondisi Knowledge Management dan Knowledge Sahring dari COME di sisi pelaku dan beberapa siswa yang belum dan telah selesai melaksanakan sekolah lanjutan atas dan masih belajar sebagai objeknya pada saat ini dan akan dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya Knowledge Management tersebut dan didikung dengan metode Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) E. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2008:80) yang dimaksud ”populasi adalah karakteristik sejumlah subjek atau individu yang memiliki sifat yang sama dalam suatu wilayah yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua individu yang terdapat pada COME. Dalam penelitian ini digunakan studi populasi sehingga semua populasi dijadikan objek penelitian. Proses pengambilan
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-33
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 sampel dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berupa data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini, yang dijadikan populasi adalah pelanggan siswa COME yang berada di wilayah Jakarta yang berjumlah 82 siswa. Menurut Sugiyono (2008:86) disebutkan bahwa jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jika jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil yakni 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). F. Metode Pengambilan Sampel Berdasarkan Sugiyono (2008:80) pada dasarnya teknik pengambilan sampel dikelompokkan menjadi dua cara yaitu Random Sampling (probability sampling) dan Sampling Nonprobabilitas (nonprobability sampling). 1. Random Sampling (probability sampling) Teknik pengambilan sampel secara random atau acak sehingga memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. 2. Sampling Nonprobabilitas (nonprobability sampling) Teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan Purposive sampling yang merupakan bagian dari sampel nonprobabilitas yakni teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu. Metode sampel bertingkat proporsional digunakan apabila kondisi populasi heterogen dan berstrata secara proporsional. Sampel yang digunakan berdasarkan paket produk yang dipilih siswa yang terdiri dari kursus computer, kursus bahasa inggris dan bimbingan belajar sementara untuk kuesioner yang ditujukan untuk siswa sedangkan kuesioner yang ditujukan untuk pihak intern lembaga meliputi karyawan berdasarkan tingkatan manajemen dalam perusahaan. G. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik yang digunakan guna melengkapi datadata yang dibutuhkan, agar penelitian tidak kehilangan informasi, sehingga data-data yang dikumpulkan keabsahannya terjamin. b. Kuesioner Kuesioner adalah rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal yang digunakan untuk
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-34
memperoleh jawaban-jawaban dari responden. Agar data yang digunakan mudah untuk dianalisa maka penyusun telah menyediakan questioner yang dapat dilihat ada lampiran c. Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung saat pemberian materi dengan sekaligus melakukan pencatatan mengenai pengenalan terhadap brand COME dan masalah motivasi belajar siswa/i serta masyarakat umum dalam meningkatkan kesejahteraan. d. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memenuhi tuntutan data sekunder yang meliputi data tentang keberadaan, fasilitas dan kerjasama yang telah dilakukan oleh COME kepada pihak kedua. COME telah memiliki suatu pelayanan dan penerapan teknologi yang lumayan baik sehingga dalam penyusunan quesioner baiknya lebih menekankan sejauh mana pelayanan dan penerapan teknologi tersebut sebagai jembatan dalam memfasilitasi proses pengelolaan pengetahuan lembaga khususnya dalam hal knowledge sharing dalam pengelolaan sistem pemasaran dalam membangun brand awareness. Kuesioner untuk siswa dan internal lembaga dibuat dengan menggunakan skala likert. Skala likert didesain untuk menilai sejauh mana subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Didalam penelitian menggunakan skala likert ini umumnya menggunakan lima point dimulai dari 5 (Sangat Setuju/SS), 4 (Setuju/S), 3 (Netral/N), 2 (Tidak setuju/ TS), dan 1 (Tidak Sangat Setuju/TST), untuk hasil quesioner kepada siswa dapat diketahui seberapa baik lembaga dalam hal knowledge sharing (materi dan penerapan teknologi) sebagai sistem pemasaran dalam meningkatkan brand awareness sehingga rentang skor yang mungkin dapat diperoleh dan arti dari hasil skor tersebut adalah sebagai berikut: 1,00 – 1,79 Sangat Buruk (SBR) / Sangat Rendah (SR) 1,80 – 2,59 Buruk (BR) / Rendah (R) 2,60 – 3,39 Cukup Baik (CB) / Cukup Tinggi (CT) 3,40 – 4,19 Baik (B) / Tinggi (T) 4,20 – 5,00 Sangat Baik (SB) / Sangat Tinggi (ST) Kuesioner yang kedua adalah ditujukan untuk internal COME dengan tetap menggunakan skala Likert. Sehingga dari hasil penghitungan skala ini dapat diketahui seberapa baik organisasi telah memiliki karakteristik-karakteristik organisasi yang telah menerapkan knowledge management atau tingkat kesiapan organisasi untuk dapat mengelola pengetahuan yang dimilikinya dengan baik. Rentang skor yang mungkin dapat diperoleh dan arti dari hasil skor tersebut adalah sebagai berikut:
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2 1,00 – 1,79 Berarti organisasi sangat buruk dalam menerapkan knowledge management sehingga organisasi perlu melakukan pembenahan besar-besaran untuk segera menerapkan knowledge management. 1,80 – 2,59 Berarti organisasi buruk dalam menerapkan knowledge management sehingga organisasi perlu segera melakukan pembenahan untuk segera menerapkan knowledge management 2,60 – 3,39 Berarti organisasi telah cukup memiliki beberapa karakteristik dalam knowledge management 3,40 – 4,19 Berarti organisasi telah memiliki dasar yang baik dalam hal penerapan knowledge management 4,20 – 5 Berarti organisasi telah memiliki karakteristik yang baik dalam hal penerapan knowledge management III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk lebih memudahkan dalam menganalisis jawaban dari para responden, berikut ini hasil analisis dalam bentuk tabel secara keseluruhan.
Tabel 1 Analisa Tanggapan Responden Mengenai Penerapan Knowledge Management Pada COME
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-35
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2
Sumber : Data sudah diolah
Dengan adanya tabel diatas maka, dapat simpulkan bahwa tanggapan dari karyawan atas penerapan knowledge management di lembaga pendidikan COME merupakan Baik karena nilai rata-rata (Median) keseluruhan pernyataan adalah sebesar 3,80 yang berada pada interval 3,40 – 4,19 Artinya lembaga sudah baik dalam hal mengelola pengetahuan perusahaan berdasarkan metode MAKE, sehingga diharapkan untuk kedepannya lembaga lebih meningkatkan lagi dalam upaya mengelola pengetahuan lembaga agar kelangsungan hidup lembaga terjamin karena pada tabel diatas menunjukkan masih adanya pada elemen-elemen tertentu yang bernilai rendah dan itu sangat berpengaruh pada perkembangan lembaga. Knowledge sharing yang merupakan salah satu instrumen dalam Knowledge management sangat diperlukan oleh suatu organisasi untuk menumbuhkan inovasi sehingga peruahaan mampu bersaing dan mempunyai keunggulan kompetitf diantara lembaga/perusahaan sejenis, karena di COME dalam penerapan knowledge sharing masih dalam tahap yang kurang memuaskan yaitu hanya cukup baik maka perlu adanya suatu perbaikan agar knowledge sharing tersebut dapat maksimal. Kegiatan Knowldege sharing bisa dilakukan melalui forum diskusi yang diadakan oeh semua elemen karyawan perusahaan untuk mengemukakan pendapat serta ide yang mereka miliki. Selain diskusi yang diadakan oleh pihak intern perusahaan, kegiatan Knowldege sharing ini juga bisa dilakukan oleh siswa untuk mengetahui apa yang diinginkan, mendiskusikan produk serta memberikan masukan yang berguna bagi lembaga sehingga hal ini sebagai nilai tambah yang diberikan konsumen (siswa) kepada lembaga sehingga perusahaan mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-36
Simposium Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SIMNASIPTEK) 2013 ISBN: 978-602-61268-3-2
IV.
KESIMPULAN
Disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis di Lembaga Pendidikan COME, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yakni sebagai berikut: a. Menentukan segmentasi pasar yang menjadi potensial customer yaitu target pasar COME adalah anak muda, seorang kantoran. Alasan anak muda karena keingininan belajar yang begitu antusias terhadap dunia computer. Orang kantoran menjadi target pasar karena ada pekerjaan kantor yang tidak dapat dikerjakan sebelum mengetahui bagaimana cara dalam menyelesaikan masalah b. Melakukan strategi branding dengan menggunakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) dimana semua elemen disinergikan mulai dari fungsi marketing baik personal selling, advertising, public relation bahkan secara online. c. Sistem pemasaran yang belum maksimal karena hanya menggunakan beberapa media yang dianggap dapat menambah jumlah konsumen dalam hal ini siswa karena dalam sebuah pemasaran semua dapat difungsikan dengan baik, mulai dari media above the line hingga below the line yang dapat menarik konsumen sesuai dengan yang diharapkan
REFERENSI
Kristanti, Ika Neni. (2010). The Comparison of Infrastructure Capability and Capability Process Knowledge Management, Perceived Services Benefit and Services Risk to the Knowledge ManagementSystem Effectiveness. 4 April 2010. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstra ct_id=1584424 Munir, Ningky (2008), Knowledge Management Audit (Pedoman Evaluasi Kesiapan Organisasi Mengelola Pengetahuan, Jakarta, PPM Quinn, James, B., Philip Anderson and Sydney Finkelstein (1998). Managing Professional Intellect: Making the Most of the Best. In Harvard Business Review on Knowledge Management. Boston. Harvard Business School Publishing Sugiyono (2008), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (3rd ed). Bandung, Alfabeta Sudjana (2002). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito. Tiwana, Amrit. (2000). The Knowledge Management Toolkit. New Jersey: Prentice Hall PTR
Estriyanto, Yuyun dan Taufiq Lilo Adi Sucipt. (2008). Implementasi Knowledge Management pada APTEKINDO, Pembentukan Sharing Culture antar Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Indonesia. 3-6 Juni 2008. http://www.scribd.com/doc/27424560/Imple mentasi-Knowledge-Management Davidson, Carl and Philip Voss. (2003). Knowledge Management, An Introduction to creating competitive advantage from intellectual capital. New Delhi. Vision Book Davenport, Thomas & Laurence Prusak (1998), Working Knowledge: How Organization Manage What They Know. Boston, Havard Business School Press Fatwan, Satyo & Alex Denni (2009), MAKE (Most Admired Knowledge Enterprise) Indonesia. Study and Lesson Learned from to Winners. Jakarta, Gramedia Kotler, Philip (2004). Manajemen Pemasaran (10 Ed). Jakarta, Gramedia
Prosiding SIMNASIPTEK: Hal. A-37