ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG SEBAGAI KLUB SEPAKBOLA PROFESIONAL YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT DALAM INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA
Oleh WINDHA AFRINA H24060771
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv
RINGKASAN WINDHA AFRINA. H24060771. Analisis Positioning Klub Persib Bandung sebagai Klub Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia. Di bawah bimbingan ABDUL BASITH. Klub-klub sepak bola di Indonesia mulai mengarah ke profesional dan tidak boleh lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah yang diperoleh melalui dana APBD. Banyak cara yang dilakukan klub untuk membangun profesionalitas pengelolaannya. Klub-klub besar dikelola oleh tim manajemen formal yang menjadikan sepakbola sebagai industri. Sepakbola sebagai industri menjadikan olahraga ini tidak hanya sekedar tontonan, nama klub sepakbola merupakan “brand” yang penting dalam penjualan tiket, merchandise, dan penarik sponsor serta investor. Sebagai klub sepakbola profesional yang dikelola PT Persib Bandung Bermartabat, Persib Bandung perlu membangun positioning yang baik. Penelitian mengenai positioning klub Persib Bandung dilakukan dengan tujuan (1) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penilaian mahasiswa penggemar sepakbola akan keberadaan suatu klub sepakbola (2) mengidentifikasi pesaingpesaing terdekat klub Persib Bandung dan (3) menganalisis positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi mahasiswa penggemar sepakbola. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil penyebaran kuesioner kepada mahasiswa program strata satu Institut Pertanian Bogor. Data sekunder berasal dari berbagai literatur seperti buku, tulisan ilmiah, internet dan media massa. Pemilihan sampel dilakukan dua tahap, dimana pada tahap pertama peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti dan tahap kedua peneliti menentukan bahwa sampel akan diambil secara judgement. Pengolahan data dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas, analisis kesadaran merek, analisis deskriptif dengan symantec differensial, analisis faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis , dan Multidimensional Scalling serta dibantu dengan Microsof Excell 2007 dan Software SPSS versi 17.0 for windows. Hasil uji validitas untuk masing – masing hasil pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap seluruh pernyataan lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361. Sedangkan uji reliabilitas menghasilkan nilai αcronbach yang lebih besar dari 0,6. Berdasarkan analisis faktor, dihasilkan empat faktor yang menjadi komponen penting penilaian responden terhadap keberadaan suatu klub sepakbola. Faktor tersebut adalah faktor supporter dan pencitraan, faktor prestasi, faktor sponsorship, serta faktor kualitas pelatih dan manajemen, dimana masing-masing faktor tersusun atas beberapa variabel. Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional scalling, klub sepakbola yang menempati peringkat pertama pesaing terdekat klub Persib Bandung adalah Arema Indonesia. Penelitian menghasilkan penilaian responden terhadap klub Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki positioning mandiri dalam pendanaan dan pengelolaan, mudah memperoleh merchandise dan tiket, memiliki banyak sponsor, memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir, memiliki popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan pemain bintang. v
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS POSITIONING KLUB PERSIB BANDUNG SEBAGAI KLUB SEPAKBOLA PROFESIONAL YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT DALAM INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh: WINDHA AFRINA H24060771
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 vi
Judul Skripsi
: Analisis Positioning Klub Persib Bandung sebagai Klub Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia
Nama
: Windha Afrina
NIM
: H24060771
Menyetujui Dosen Pembimbing,
(Ir. Abdul Basith, MS) NIP : 195707091985031006 Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
vii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarbaru, pada tanggal 20 April 1988. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Akhmad Fauzi dan Siti Rohani. Pada tahun 1992, penulis memulai pendidikan pertamanya di TK Rahayu selama dua tahun. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN Sei Besar 1 pada tahun 1994, kemudian pada tahun 2000 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di SMP Negeri 1 Banjarbaru. Jenjang pendidikan berikutnya dilalui penulis di sebuah SMA semi militer di Magelang yaitu SMA Taruna Nusantara. Pada tahun 2006, penulis diterima menjadi salah satu Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan menjalani Tingkat Persiapan Bersama (TPB), kemudian diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi Manajemen. Selama berada di jenjang SD, SMP, SMA, penulis beberapa kali meraih prestasi dalam beberapa kejuaraan di tingkat kota hingga provinsi. Keberhasilan yang pernah diraihnya antara lain dalam English Singing Contest, English Debate Competition, English Speech Contest, Lomba Membaca Puisi, Lomba Cerdas Tangkas, terpilih sebagai siswa teladan antar SMP seprovinsi Kalimantan Selatan, dan lain-lain. Saat menjadi mahasiswa IPB, penulis juga berhasil menjuarai beberapa lomba diantaranya lomba Create Song dan Vocal Group. Selain itu, penulis juga aktif dalam organisasi seperti OSIS dan paduan suara. Selama masa perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu pada periode tahun 2007-2008 menjabat sebagai staff direktorat Human Resources pada Center of Management (COM@). Pada periode 2008-2009, penulis bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB sebagai bendahara Kementrian Kebijakan Kampus. Selain itu, penulis juga aktif dalam kegiatan lingkungan kampus seperti kegiatan kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas dan Departemen Manajemen sebagai Komisi Disiplin, serta dalam kepanitiaan beberapa seminar, pelatihan, dan perlombaan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini mengambil judul “Analisis Positioning Klub Persib Bandung Sebagai Klub Sepakbola Profesional yang Dikelola PT Persib Bandung Bermartabat dalam Industri Sepakbola Indonesia” yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi penilaian responden
akan
keberadaan suatu klub sepakbola, mengidentifikasi pesaing-pesaing terdekat klub Persib Bandung dan menganalisis positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi responden. Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT. Amin.
Bogor, November 2010
Penulis
ix
UCAPAN TERIMA KASIH Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam penyusunannya, penulis mendapatkan banyak bantuan baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Ir. Abdul Basith, MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan yang sangat berarti kepada penulis. 2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Bapak Nurhadi Wijaya, S. TP, MM yang menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi penulis. Semua saran dan kritik merupakan hal yang sangat berguna dan berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis. 4. Kepala Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Kepala Tata Usaha Departemen
Manajemen
beserta
staf
atas
bantuan
selama
penulis
menyelesaikan perkuliahan. 5. Kedua orang tua (Mama dan Papa), Adik-adikku (Qodli Zaka dan Ghanniyah Yumna), Nenek, Kakek, serta seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan doa yang tulus, rasa cinta yang dalam, kasih sayang, perhatian, motivasi, serta inspirasi kepada penulis. 6. Keluarga Bapak Buseran dan Ibu Zubaedah yang telah memberikan banyak bantuan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis. 7. Om Budi dan Tante Sukma atas segala bantuan dan perhatiannya kepada penulis dan keluarga selama berada di Bogor. 8. Abdul Majid yang telah memberikan inspirasi, motivasi, meluangkan waktu, sehingga membuat penulis tetap dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan penuh semangat. 9. Maung Bandung yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi serta bobotoh sa alam dunya yang telah memberikan masukan dan semangat. 10. Pundunk Genk (Inyul aka Ayu, Harboy aka Suharman, Jellyboy aka Reza, dan Jidow aka Ajid) yang telah memberikan indahnya arti persahabatan, keceriaan, x
dan kebersamaan selama ini, seluruh kasih sayang, motivasi, dan masukan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis. 11. Sahabat-sahabat terbaikku yang menjadi sejoliku saat TPB, Melyana, Elva, dan Widya, serta penghuni kamar 176 yaitu Era, Pipit, dan Vina, juga penghuni kosan Ananda Putri : Esa, Nessia, Tasya, Isty, Suci, terimakasih atas kebersamaan kita selama ini. 12. Teman seperjuangan di Kementrian Kebijakan Kampus BEM KM IPB Gemilang : Kak Adnan, Kak Indri, Wayaw, Ramdhan, Eka, Prapti, Yulia, Deni, dan Rhomi, untuk semua pengalaman dan pelajaran berharga yg telah kalian berikan sebagai proses belajar menuju kedewasaan berpikir. 13. Sahabat magang di Bulog, yaitu Rizal dan Teguh serta rekan-rekan di direktorat Human Resourses COM@ 2007/2008 : Kak Ipul, Kak Rani, Kak Wulan, Kak Wibi, Winwin, Gilang, dan Au untuk segala hal yang kita bagi dan pelajari bersama. 14. Rekan-rekan yang telah membantu penyebaran kuesioner, Huda, Fachri, Obbi dkk, serta Riqi, Nanang dan Afif yang telah membantu penulis dalam banyak hal. 15. Para Mene43-ers tersayang mulai dari anak-anak LG, Gebog, Lenjeh, Jong Java, Geng Korea, J-Co, Rempong, dan seluruh anggota Manajemen 43, terimakasih atas semua moment yang kita lalui bersama. 16. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah diberikan.
Bogor, November 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................
vi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
I. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................ Perumusan Masalah ......................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................. Manfaat Penelitian ........................................................................... Ruang Lingkup Penelitian................................................................
1 4 5 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sepakbola ....................................................................... 2.2. Kesadaran Merek ............................................................................. 2.3. STP (Segmentation, Targeting, Positioning) .................................... 2.3.1. Segmentation ......................................................................... 2.3.2. Targeting ............................................................................... 2.3.3 Positioning ............................................................................. 2.4. Persepsi Konsumen .......................................................................... 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ...............................................................
6 6 9 9 11 11 18 19
III.METODE PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4.
Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... Jenis dan Sumber Data .................................................................... Metode Pemilihan Sampel ............................................................... 3.4.1. Pemilihan Sampel .................................................................. 3.4.2. Ukuran Sampel ...................................................................... 3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................... 3.5.1. Uji Validitas .......................................................................... 3.5.2. Uji Reliabilitas ....................................................................... xii
21 21 22 23 23 23 24 25 25
3.6. Metode Deskriptif ........................................................................... 3.7. Analisis Faktor ................................................................................ 3.8. Multidimensional Scalling ...............................................................
26 26 28
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 4.1.1. Sejarah Persib Bandung ........................................................ 4.1.2. PT Persib Bandung Bermartabat ........................................... 4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 4.3. Karakteristik Responden ................................................................. 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................... 4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan .................. 4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Menonton ......... 4.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Provinsi............. 4.3.5. Tabulasi Silang Karakteristik Responden.............................. 4.4. Analisis Kesadaran Merek .............................................................. 4.4.1. Klub sepakbola Indonesia yang Paling Diingat Responden .. 4.4.2. Klub sepakbola Indonesia yang Dikenal Responden ............. 4.4.3. Klub sepakbola Indonesia yang Perlu Diingatkan Kembali Terhadap Responden ........................................................... 4.5. Analisis Faktor-faktor Komponen Utama Positioning...................... 4.5.1. Faktor Pertama .................................................................... 4.5.2. Faktor Kedua ....................................................................... 4.5.3. Faktor Ketiga ........................................................................ 4.5.3. Faktor Keempat .................................................................... 4.6 Analisis Pesaing Klub Sepakbola Persib Bandung .......................... 4.7 Analisis Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung .................... 4.7.1 Analisis Deskriptif Persepsi Responden ................................ 4.7.2 Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung ........................ 4.8 Implikasi Manajerial .......................................................................
30 30 31 33 34 34 35 35 36 37 37 41 41 44 45 45 49 49 50 50 51 53 53 60 61
KESIMPULAN DAN SARAN 1. 2.
Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
64 65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 66 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 69
xiii
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Halaman Klasemen Klub Sepakbola dengan Prestasi Teratas di Indonesia Berdasarkan Kompetisi Liga Super Indonesia Musim 2009/2010 ............................... 1 Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2009 ...................................................... 23 Proporsi Sampel Tiap-Tiap Fakultas....................................................... 24 KMO .................................................................................................... 27 Standar Kruskal untuk Stress ................................................................. 29 Struktur Organisasi PBB 2009/2010 ...................................................... 33 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Usia (tahun) ............................... 38 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Cara Menonton .......................... 38 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Asal Provinsi .............................. 39 Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Cara Menonton ............................. 39 Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Asal Provinsi ................................ 40 Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Asal Provinsi........... 40 Klub Sepakbola yang Paling Diingat Responden ................................... 42 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Top of Mind ............................... 42 Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Top of Mind .................................. 43 Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Top of Mind ............ 43 Tabulasi Silang Asal Provinsi dengan Top of Mind................................. 44 Klub Sepakbola yang Dikenal Responden .............................................. 45 Klub Sepakbola yang Perlu Diingatkan Kembali ................................... 45 Nilai Communalities Berdasarkan Urutan .............................................. 47 Hasil Analisis Faktor ............................................................................. 49 Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat ................ 52
xiv
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Share dan Rating Putaran I Liga Super Indonesia 2009/2010 ................... 2. Share dan Rating Putaran II Liga Super Indonesia 2009/2010 ................. 3. Piramida Kesadaran Merek (Aaker,1997) ................................................ 4. Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. 5. Kostum Tim Persib Bandung Musim Kompetisi 2009/2010 .................... 6. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 7. Persentase Responden Berdasarkan Usia ................................................. 8. Persentase Responden Berdasarkan Angkatan ......................................... 9. Persentase Responden Berdasarkan Cara Menonton ................................ 10. Persentase Responden Berdasarkan Asal Provinsi ................................... 11. Peta Posisi Klub Sepakbola .................................................................... 12. Analisis Deskriptif Persepsi Responden ..................................................
xv
2 3 7 22 32 34 35 36 37 37 52 53
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Kuesioner ............................................................................................... Uji Validitas ............................................................................................ Uji Reliabilitas ........................................................................................ Analisis Faktor ....................................................................................... Multidimensional Scalling ......................................................................
xvi
69 75 81 84 90
2
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Olahraga sepakbola merupakan cabang olahraga yang memiliki banyak penggemar di dunia. Di Indonesia sendiri, cabang olahraga ini mulai berkembang sejak adanya aktivitas dagang dengan Belanda. Organisasi yang menjadi wadah untuk mengembangkan olahraga sepakbola Indonesia baik di dalam maupun luar negeri adalah PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia).
Kehadiran PSSI memacu berdirinya klub-klub sepakbola di
berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia terdapat 18 klub anggota Liga Super, 33 klub anggota divisi utama, 59 klub anggota divisi satu, dan 81 klub anggota divisi dua serta puluhan klub amatir yang tergabung di divisi tiga. Pengelompokkan klub tersebut didasarkan pada prestasi klub dalam pertandingan di Liga Indonesia. Liga Super merupakan kompetisi antar klub sepakbola dengan prestasi teratas. Sedangkan divisi utama, divisi satu, divisi dua, dan divisi tiga, secara berurutan merupakan kompetisi klub sepakbola dengan prestasi dalam klasemen di bawah Liga Super. Tabel 1. Klasemen Klub Sepakbola dengan Prestasi Teratas di Indonesia Berdasarkan Kompetisi Liga Super Indonesia Musim 2009/2010 Peringkat
Klub Sepakbola
Peringkat
Klub Sepakbola
1.
Arema Indonesia
10.
Persema Malang
2.
Persipura Jayapura
11.
Bontang FC
3.
Persiba Balikpapan
12.
Persisam Putra Samarinda
4.
Persib Bandung
13.
PSM Makasar
5.
Persija Jakarta
14.
Persela Lamongan
6.
Persiwa Wamena
15.
Pelita Jaya Jawa Barat
7.
PSPS Pekanbaru
16.
Persik Kediri
8.
Sriwijaya FC
17.
Persebaya Surabaya
9.
Persijap Jepara
18.
Persitara Jakarta Utara
Sumber : ligaindonesia.co.id , 2010 Sekarang klub-klub sepak bola di Indonesia mulai mengarah ke profesional dan tidak boleh lagi mengharapkan bantuan dari pemerintah yang
3
diperoleh melalui dana APBD. Banyak cara yang dilakukan klub untuk membangun profesionalitas pengelolaannya. Klub-klub besar dikelola oleh tim manajemen formal yang menjadikan sepakbola sebagai industri. Sebagai industri, sepakbola tidak hanya sekedar tontonan, nama klub sepakbola merupakan “brand” yang penting dalam penjualan tiket, merchandise, dan kesetiaan penggemar. Bukan itu saja, bahkan beberapa klub sepakbola tanah air telah semakin kreatif dalam pendanaannya dengan membentuk konsorsium yang terdiri atas para investor. Setiap klub selalu berkompetisi untuk berprestasi, memiliki reputasi pertandingan yang baik, manajemen yang baik dan tim yang solid agar dapat menarik investor serta sponsor untuk keberlangsungan tim. Perusahaan yang mensponsori suatu klub sepakbola, tentunya akan menguntungkan bagi mereka jika mensponsori suatu klub dengan jumlah pendukung yang besar.
Pertandingan klub tersebut tidak hanya akan
mengundang banyak penonton di stadion, tetapi juga menghasilkan rating yang tinggi bagi stasiun televisi yang menyiarkannya, seperti pada klub Persib Bandung yang memiliki rating penayangan yang tinggi.
Gambar 1. Share dan Rating Putaran I Liga Super Indonesia 2009/2010
4
Gambar 2. Share dan Rating Putaran II Liga Super Indonesia 2009/2010 Setiap klub sepakbola berlomba-lomba untuk terus membangun nama besar timnya. Nama besar sebuah klub sepakbola tidak hanya ditentukan oleh prestasi tim tersebut di lapangan dalam hal memenangkan pertandingan, namun juga dipengaruhi oleh profesionalitas tim diluar lapangan, seperti sistem manajemen klub yang baik maupun kehadiran pendukung klub yang menjadi pertimbangan sendiri bagi perusahaan untuk menjadi sponsor suatu klub. Klub yang memiliki banyak penggemar dinilai lebih potensial bagi perusahaan yang menjadi sponsor. Kecintaan penggemar terhadap suatu klub sepak bola akan mempengaruhi produk atau merek yang mereka pilih (Sumarwan, 2007). Nama besar erat kaitannya dengan positioning klub sepakbola Bagi klub sepakbola yang ada di Indonesia, positioning erat kaitannya dengan aktivitas pendanaan klub. Munculnya peraturan dari PT Liga Indonesia bahwa klub sepakbola peserta Liga Super Indonesia harus mencari dana sendiri sepanjang mengikuti kompetisi membuat klub sepakbola harus membangun positioning yang baik untuk menarik sponsor maupun donatur perorangan. Positioning yang baik juga diperlukan untuk meningkatkan jumlah penggemar klub sepakbola yang berpengaruh signifikan dari
5
keuntungan penjualan tiket pertandingan maupun merchandise original klub sepakbola. Membangun sebuah positioning tentunya tidaklah mudah, bahkan penilaian penggemar akan suatu klub bisa berubah seiring dengan perubahan prestasi maupun peristiwa-peristiwa di luar lapangan seperti kerusuhan saat pertandingan maupun sistem transfer pemain yang tidak sesuai harapan penggemar. Penulis memandang perlu adanya penelitian terkait positioning salah satu klub sepak bola besar yang ada di Indonesia yaitu Persib Bandung yang dikelola oleh PT Persib Bandung Bermartabat. Peneliti memilih Persib Bandung dengan pertimbangan bahwa klub sepakbola tersebut merupakan klub sepakbola yang telah berdiri sejak tahun 1933, memiliki popularitas yang tinggi, basis supporter yang besar, termasuk klub dengan klasemen papan atas namun menariknya klub sepakbola ini telah lama tidak memegang gelar juara sejak tahun 1994. Adapun positioning yang dimaksud adalah penilaian berdasarkan persepsi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola profesional yang ada di Indonesia. 1.2. Perumusan Masalah Tingkat persaingan yang sangat ketat antar klub sepakbola di Indonesia di dalam maupun di luar lapangan mengharuskan suatu klub harus memiliki strategi dan manajemen yang baik agar bisa menarik banyak penggemar dan sponsor untuk keberlangsungan klub. Salah satu hal yang harus diketahui dalam rangka memenangkan persaingan tersebut adalah bagaimana pendapat penikmat
sepakbola
Permasalahan
yang
tentang akan
keberadaan dikaji
klub
dalam
yang
penelitian
bersangkutan. ini
dengan
mempertimbangkan kondisi tersebut adalah mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian mahasiswa penggemar sepakbola akan keberadaan suatu klub, siapa saja pesaing terdekat klub Persib Bandung, dan bagaimana positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klubklub sepakbola profesional yang ada di Indonesia.
6
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi penilaian mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia akan keberadaan suatu klub.
2.
Mengidentifikasi pesaing-pesaing terdekat klub Persib Bandung.
3.
Menganalisis positioning klub Persib Bandung berdasarkan persepsi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan atau informasi kepada pihak klub sepakbola Persib Bandung dengan PT Persib Bandung Bermartabat sebagai perusahaan yang mengelolanya, mengenai penilaian mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia terhadap pencapaian Persib Bandung selama ini. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan sebagai literatur untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah diterima selama perkuliahan.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada persepsi mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor penggemar sepakbola yang mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia yang pada akhirnya nanti menghasilkan positioning klub sepakbola Persib Bandung. Namun terlebih dahulu dilakukan identifikasi mengenai faktor yang mempengaruhi penilaian penggemar sepakbola akan keberadaan suatu klub dan analisis pesaingpesaing terdekat klub Persib Bandung.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sepakbola Sepak bola adalah permainan bola yang sangat populer dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan sebelas orang. Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (mencetak gol). Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri). Permainan ini memiliki banyak peraturan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan. (http://pssi-football.com) 2.2. Kesadaran Merek Kesadaran merek merupakan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satusatunya dalam kelas produk selanjutnya. Peran kesadaran merek dalam seluruh ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan kesadaran merek terdiri atas : a. Unaware of brand (tidak menyadari merek) Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b. Brand Recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian. c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek)
8
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. d. Top of Mind (puncak pikiran) Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Tingkatan kesadaran merek secara berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti di bawah ini :
Top of Mind
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of Brand
Gambar 3. Piramida Kesadaran Merek (Aaker, 1997) Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai. Menurut Durianto (2004), penciptaan nilai dapat dilakukan paling sedikit ada 4 cara yaitu : a. Anchor to which other association can be attached, artinya suatu merek dapat digambarkan sebagai suatu jangkar dengan beberapa rantai. Rantai menggambarkan asosiasi merek tersebut.
9
b. Familiary-Lingking, artinya dengan mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama produk-produk yang bersifat low involvement (kebiasaan terendah). Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. c. Substance/commitment,
kesadaran
akan
nama
dapat
menandakan
keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan mungkin karena program iklan perusahaan yang ekstensif , jaringan distribusiyang luas, ekstensi yang sudah lama dalam industry, dll. Jika kualitas dua merek sama, kesadaran merek akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. d. Brand to consider. Langkah pertama proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk dipertimbangkan, merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek yang memiliki Top of Mind yang tinggi memiliki nilai yang tinggi. Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai atau dibenci. Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Menurut Durianto (2004), agar kesadaran merek dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara sebagai berikut: a. Pesan yang dilakukan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungannya antara merek dengan kategori produknya. b. Memakai slogan atau lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya. d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan.
10
e. Kesadaran merek dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya. f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. 2.3.
STP (Segmentation, Targeting, Positioning) Pada dasarnya, produsen melakukan penciptaan sekaligus penyerahan nilai. Proses penciptaan dan penyerahan nilai kepada konsumen digabungkan dalam bentuk Segmentation, Targeting, dan Positioning (Kotler, 1997).
2.3.1. Segmentation Menurut Kasali (1998), segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar, sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Bagaimana menyeleksi pasar tergantung atau sangat ditentukan oleh bagaimana pemasar melihat pasar itu sendiri. Dengan demikian pasar yang dilihat oleh dua orang berbeda, yang didekati oleh metode segmentasi yang berbeda akan menghasilkan peta yang berbeda pula. Segmentasi adalah proses mengkotak-kotakkan pasar yang heterogen ke dalam kelompok-kelompok ”potential customer” yang memiliki respon yang sama dalam membelanjakan uangnya. Menurut Peter dan Olsan dalam Basalmah (2008), segmentasi pasar didefinisikan sebagai proses membagi suatu pasar ke dalam kelompok konsumen dan sama menyeleksi kelompok-kelompok yang paling tepat untuk dilayani oleh perusahaan. Menurut Kasali (1998), setidaknya ada lima keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan segmentasi pasar, yaitu : (1) Mendisain produk-produk yang lebih responsif terhadap kebutuhan pasar. Dengan memahami segmen-segmen yang responsif terhadap suatu stimuli, maka pemasar dapat mendisain produk yang sesuai dengan kebutuhan/keinginan segmen-segmen ini. Jadi perusahaan menempatkan konsumen di tempat yang utama dan menyesuaikan produknya untuk memuaskan konsumen.
11
(2) Menganalisis pasar Segmentasi pasar membantu eksekutif mendeteksi siapa saja yang akan menggerogoti pasar produknya. (3) Menemukan peluang Setelah menguasai pasar, mereka yang menguasai konsep segmentasi dengan baik akan sampai pada ide untuk menentukan peluang. Peluang ini tidak selalu sesuatu yang besar, tetapi pada masanya kan menjadi besar. (4) Menguasi posisi yang superior dan kompetitif Mereka yang menguasai segmen dengan baik umumnya adalah mereka yang paham betul konsumennya. Mereka mempelajari pergeseran-pergeseran yang terjadi di dalam segmennya. (5) Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien Setelah tahu persis siapa segmennya, maka pemasar akan tahu bagaimana berkomunikasi yang baik dengan mereka. Segmentasi pasar adalah suatu landasan pengembangan strategi pemasaran yang logis dan merupakan salah satu jembatan besar antara literatur tentang perilaku konsumen yang berhubungan dengan strategi pemasaran. Menurut Kotler
(2007) segmentasi dibagi kedalam empat bagian
yaitu segmentasi geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. 1. Segmentasi geografis mengharuskan pembagian pasar menjadi unitunit geografis yang berbeda, seperti negara, negara bagian, wilayah, propinsi, kota, atau lingkungan rumah tangga. 2. Dalam segmentasi demografis, pasar dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan variable seperti usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan, dan kelas sosial. 3. Dalam segmentasi psikografis, para pembeli dibagi menjadi kelompok yang berbeda berdasarkan gaya hidup atau kepribadian atau nilai. 4. Dalam segmentasi perilaku, pembeli dibagi menjadi kelompokkelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, pemakaian, atau tanggapan mereka terhadap produk tertentu.
12
2.3.2. Targeting Setelah pasarnya,
perusahaan
perusahaan
mengidentifikasi
harus
mengevaluasi
peluang-peluang beragam
segmen
segmen
dan
memutuskan berapa banyak dan segmen mana yang akan dibidik. Menurut Kasali (1998) produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatankegiatan pemasaran. Menurut Kasali (1998) pemasar harus dapat membedakan pasarnya antara pasar jangka pendek-pasar masa depan dan pasar primer-pasar sekunder dalam membidik konsumennya. Pasar sasaran jangka pendek adalah pasar yang ditekuni hari ini yang direncanakan akan dijangkau dalam waktu dekat. Pasar inilah yang menghasilkan penjualan dalam waktu dekat. Pasar masa depan adalah pangsa pasar tiga atau lima tahun dari sekarang. Pasar sasaran primer adalah sasaran utama produk pemasar. Mereka terdiri dari konsumen-konsumen yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Umumnya target primer adalah pemakai fanatic (heavy user). Adakalanya target primer adalah para penyalur (distributor-distributor utama) yang menguasai sebagian besar peredaran produk. Pasar sekunder adalah pasar yang terdiri dari konsumen-konsumen yang sering tidak dianggap penting tapi jumlahnya cukup besar. Menurut Proctor (1996) dalam Kasali (1998) setelah mengetahui pasar sasaran jangka pendek-pasar sasaran masa depan dan pasar sasaran primer-pasar sasaran sekunder, marketer harus menimbang-nimbang berbagai faktor yang mempengaruhi pilihan strategi pasar sasaran. Faktorfaktor itu bisa berasal dari dalam, bisa dari luar perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan yaitu tahap dalam product life cycle, keinginan konsumen dalam keseluruhan pasar, potensi dalam pasar, struktur dan intensitas kompetisi dan sumber daya. 2.3.3. Positioning Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. . Positioning biasanya tidak
13
menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak, dan persaingan belum menjadi suatu yang penting. . Positioning baru akan menjadi penting apabila persaingan sudah sangat sengit. Positioning adalah bentuk dari strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk dan merek yang ditawarkan mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam hubungan asosiatif, dengan demikian
positioning berkaitan dengan bagaimana produsen
memposisikan produk atau mereknya diantara pesaing dan memposisikan produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali, 1998) Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra, atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek, atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Posisi produk adalah bagaimana pembeli potensial melihat dan menilai produk tersebut. Menurut Kotler (2007), penetuan posisi (positioning) adalah tindakan merancang tawaran dan citra perusahaan sehingga menempati posisi yang khas (dibandingkan dengan para pesaing) di dalam benak pelanggan sasarannya. Tujuannya adalah menempatkan merek dalam pikiran konsumen
untuk
memaksimalkan
potensi
manfaat
perusahaan.
Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena. Produk harus didisain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran; positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didisain. Positioning adalah pemetaan persepsi dan merupakan saat produk atau jasa sesuai dengan pangsa pasar. Positioning yang efektif menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli potensial. Positioning adalah alat yang sangat kuat untuk menciptakan citra. Citra adalah hasil reprentasi dari keinginan menjadi apa yang
14
diinginkan, melakukan apa yang ingin dilakukan dan mendapatkan apa yang ingin didapatkan. Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Positioning adalah strategi komunikasi Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk/merek/nama perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atribut-atribut yang secara fisik maupun nonfisik melekat pada produk perusahaan. Warna, disain, tulisan yang tertera di label, kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu perlu diingat bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan sematamata berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran komunikasi yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra yang disalurkan melalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang menyalurkan produk perusahaan, sikap para manajer dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship, produk-produk terkait, bentuk fisik
bangunan,
manajer/CEO/komisaris
yang
diangkat
dan
sebagainya. 2. Positioning yang bersifat dinamis Perlu
diingat
bahwa
persepsi
konsumen
terhadap
suatu
produk/merek/nama bersifat relatif terhadap struktur persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jauh, atau begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu, patut dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara, dan dibesarkan. 3. Positioning berhubungan dengan even marketing Karena positioning berhubungan dengan citra dibenak konsumen, pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation (MPR) melalui event marketing yang dipilih sesuai dengan karakter produk perusahaan.
15
4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk Konsumen
pada
dasarnya
tidak
membeli
produk,
tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali (1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya memberikan
utility.
“Barang
itu
memiliki
karakteristik
dan
karakteristik- karakteristik itulah yang membangkitkan utility”. Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut. Atributatribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning. 5. Positioning memberi arti dan arti itu harus penting bagi konsumen Pertama-tama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa yang dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atributatribut yang dikombinasikan itu mengandung arti. 6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik Selain unik atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing. Beberapa jenis produk yang pesaingnya sedikit, umumnya konsumen tidak memiliki kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produk-produk lain yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami kesulitan. 7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan (positioning statement) Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya. Ries dan Trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi positioning bukanlah apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa yang
perusahaan
lakukan
terhadap
akal
pikiran
calon-calon
pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu produk terkenal pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di benak konsumen. Merek-merek
16
yang sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi. 1.
Strategi pertama adalah memperkuat posisinya sendiri saat ini di benak konsumen
2.
Strategi kedua adalah mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah (reposition) posisi persaingan. Pemasar harus mengidentifikasi atribut atau manfaat penting yang dapat dimiliki suatu merek secara meyakinkan.
3.
Strategi ketiga adalah strategi kelompok-eksekutif. Positioning mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek terwujud dari produk, harga, tempat, dan promosi guna mendukung strategi positioning yang dipilih. Setelah perusahaan mengembangkan strategi
positioning
yang
jelas,
perusahaan
harus
mengkomunikasikan positioning itu secara efektif. Merek-merek yang tidak berada pada urutan pertama dalam pasar mereka (diukur dari besarnya perusahaan atau atribut-atribut lainnya) tidak perlu merasa cemas, yang mereka perlukan hanyalah memilih atribut lain dan menjadi nomor satu dalam atribut yang dipilih tersebut. Setiap pesaing akan menarik pelanggan-pelanggan yang cocok dengan atribut-atribut utama setiap perusahaan tersebut. Treacy dan Wiersema dalam Kotler (2004) membedakan tiga positioning utama (yang disebut sebagai “disiplin nilai”) sebagai berikut: Product leadership (kepemimpinan produk), operational excellence (keakraban
(keunggulan dengan
operasional),
pelanggan).
dan
Beberapa
customer pelanggan
intimacy paling
menghargai perusahaan-perusahaan yang dapat menawarkan produkproduk yang terbaik dalam kategorinya; beberapa
menghargai
perusahaan karena dapat berorientasi dengan efisien; dan beberapa lainnya menghargai perusahaan karena mereka dapat memberi respon yang terbaik atas keinginan-keinginan mereka. Sedangkan Crawford
17
dan Matthews dalam Kotler (2004) mengusulkan lima kemungkinan positioning: product (produk), price (harga), ease of acces (kemudahan dalam mengakses), value-added service (jasa-jasa yang memberi nilai tambah), dan customer experience (pengalaman pelanggan). Menurut Kasali (1998), selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi pemasaran juga dapat mengunakan cara lain: 1.
Positioning berdasarkan perbedaan produk. Pemasar dapat menunjukkan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya terhadap pesaing (unique product feature). Produsen yang menghasilkan produk prioritas dapat
melakukan cara ini.
Kelemahan cara ini adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah ditiru oleh pesaing. 2.
Positioning berdasarkan manfaat produk. Manfaat produk dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang ditonjolkan seperti waktu, kemudahan, kejelasan, kejujuran, kenikmatan, murah, jaminan, dan sebagainya. Manfaat yang bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai dengan kualitasnya), fisik (tahan lama, bagus, enak dilihat) atau emosional (berhubungan dengan self image).
3.
Positioning berdasarkan pemakaian. Disini distribusi yang ditonjolkan adalah pemakaian produk itu.
4.
Positioning berdasarkan kategori produk. Positioning ini biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu kategori produk.
5.
Positioning kepada pesaing. Di Indonesia pemasar dilarang mengiklankan produknya dengan membandingkan dirinya kepada pesaingnya. Positioning berdasarkan pesaing di dalam periklanan modern adalah hal yang menjadi biasa dimana-mana. Di Amerika iklan perbandingan diperkenankan karena terbukti mampu mengangkat perusahaan-perusahaan kecil yang membandingkan
18
dirinya dengan perusahaan-perusahaan besar. Di Indonesia, karena perbandingan langsung dilarang, pemasar biasa menggunakan cara tidak langsung. 6.
Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan hubungan asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning produknya dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat, orang, benda-benda, situasi, dan lain sebagainya.
7.
Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produkproduk/ jasa-jasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk member solusi kepada konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan, dan produk yang ditawarkan diposisikan untuk memecahkan persoalan tersebut. Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesuatu yang aktual, dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya singkat sekali untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada persoalan lain yang dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang dinamis dan jangka panjang. Dalam menentukan positioning perusahaan harus menghindari
empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam Kasali (1998) antara lain: 1.
Positioning
yang
kurang
(underpositioning).
Produk
mengalami underpositioning apabila keunggulan produknya tidak dirasakan konsumen. Produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar. Masalahnya konsumen tidak bisa membedakan mereka dengan merek-merek lainnya. 2.
Positioning yang berlebihan (overpositioning). Adakalanya pemasar terlalu sempit
memposisikan produknya sehingga
mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya.
19
3.
Positioning yang membingungkan (confused positioning). Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar menekankan terlalu banyak atribut.
4.
Positioning
yang
meragukan
(doubtful
positioning).
Positioning ini diragukan kebenarannya karena tidak didukung bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya, karena selain tidak didukung bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu terhadap merek tersebut, atau marketing mix yang diterapkan tidak konsisten dengan keberadaan produk. Tidak ada satu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya. Sejalan dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada konsumen, para pesaing, teknologi dan ekonomi, perusahaan harus melakukan evaluasi kembali positioning dari merek-merek utama mereka. Bagi beberapa merek yang telah kehilangan pangsa pasar kemungkinan perlu di- positioning ulang. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Mengganti merek memang akan mendatangkan konsumen-konsumen baru, tetapi mungkin juga akan kehilangan konsumen-konsumen lama yang lebih suka pada merek yang lama (Kotler, 2004). Positioning adalah “single statement” yang mengupayakan persepsi terhadap suatu produk jadi ”unik di benak konsumen” (Kertajaya, 2004). 2.4. Persepsi Konsumen Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi. Proses berfikir melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning. Dapat dikatakan juga bahwa persepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan berbagai informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Menurut Kotler 1997, persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi arti dan manfaat terhadap seseorang dan persepsi juga melibatkan derajat kesadaran, suatu arti atau penghargaan terhadap suatu objek tersebut.
20
Mowen dalam Apriantoro (2006) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor prosesor yang lebih luas dan menginterpretasikan informasi tersebut. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep positioning karena manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali 1998). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu itu sendiri. Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai analisis positioning sebelumnya telah dilakukan oleh Eidri (2009) yang menganalisis positioning Institut Pertanian Bogor berdasarkan persepsi siswa-siswi SMU di Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, Institut Pertanian Bogor menempati peringkat kedua perguruan tinggi yang paling diingat, memiliki pesaing terdekat Universitas Indonesia, dan diposisikan sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam bidang lingkungan kampus yang asri, program beasiswa, biaya kuliah yang terjangkau, dan lokasi kampus yang strategis. Penelitian mengenai analisis positioning juga telah dilakukan oleh Amelia (2009) yang menganalisis positioning Jagorawi Golf and Country Club Cibinong Bogor berdasarkan persepsi pelanggan. Berdasarkan penelitian tersebut, tidak ada pesaing yang cukup dekat dengan Jagorawi Golf and Country Club (JGCC) serta diposisikan oleh responden sebagai sarana golf yang memiliki tipe lapangan dan kondisi rumput yang baik. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Apriantoro (2006) yang menganalisis positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam pasar restoran fast food di kota Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut, restoran Popeyes
21
Chicken and Seafood memiliki pesaing utama yaitu Mc Donald dan Kentucky Fried Chicken serta diposisikan oleh responden sebagai restoran yang memiliki bumbu yang khas. Pradita (2006) melakukan penelitian mengenai analisis positioning XL bebas dan jempol pada PT Excelcomindo Pratama. Berdasarkan penelitian tersebut, XL bebas diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan kualitas suara yang jernih, promosi yang menarik serta kemudahan dalam membeli dan mengisi ulang. Sedangkan XL jempol diposisikan oleh konsumen sebagai produk dengan tarif yang murah.
22
III. METODE PENELITIAN
1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek, atau perusahaan. Dalam industri sepakbola, positioning suatu klub diperlukan untuk pencitraan klub yang positif yang tentunya akan berpengaruh dalam hal-hal seperti penjualan tiket, merchandise, fanatisme penggemar, pendanaan dari investor serta sponsor yang menjadi kebutuhan vital klub sepakbola professional untuk tetap eksis. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menentukan positioning adalah dengan mengidentifikasi pesaing dan memperkuat posisi di benak konsumen. Tidak ada suatu bentuk positioning yang akan bertahan selamanya dalam dunia bisnis sejalan dengan banyaknya perubahan yang
terjadi
pada konsumen, pesaing, teknologi atau bahkan ekonomi. Karena itulah perusahaan maupun organisasi perlu selalu melakukan peningkatan terkait positioning nya. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini menggunakan metode Multidimensional Scalling dimana hubungannya sangat erat dengan psikologi konsumen, dengan menggunakan satu merek yaitu Persib Bandung sebagai acuan yang nantinya akan dibandingkan dengan pesaing terdekat yang sejenis. Peneliti juga menggunakan analisis faktor dimana tujuan umumnya adalah menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata. Adapun analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran mengenai karakteristik responden. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan peneliti. Penelitian dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2010.
23
Industri Sepakbola Indonesia Analisis Faktor Atribut dalam Klub Sepakbola Profesional
Persib Bandung
Persija Jakarta
Arema Indonesia
Analisis kesadaran merek
Persipura Jayapura
Sriwijaya FC Palembang
Multi Dimensional Scalling
Analisis deskriptif dalam Semantic Differensial
Posisi Klub Sepakbola Profesional
Pesaing Terdekat Persib Bandung
Positioning Persib Bandung Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil survey, yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor penggemar sepakbola yang mengetahui klub-klub sepakbola professional yang ada di Indonesia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa sumber data dan literatur yang dapat mendukung serta memenuhi informasi yang diperlukan dalam penelitian.
24
Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan diantaranya artikel dari majalah maupun internet, buku, dan sumber lain yang dapat mendukung data dalam penelitian ini. 3.4. Metode Pemilihan Sampel 3.4.1. Pemilihan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa strata satu Institut Pertanian Bogor . Pemilihan sampel dilakukan dengan prosedur penarikan sampel non probabilitas dengan menggunakan metode quota sampling. Quota sampling dapat dikatakan sebagai judgement sampling dua tahap (Durianto dkk, 2004). Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti. Sedangkan tahap kedua adalah penentuan bagaimana sampel akan diambil, dapat secara convenience atau judgement. Dalam penelitian ini, sampel diambil secara judgement. i. Ukuran Sampel Peneliti menggunakan rumus Slovin (Umar,2003) ntuk menentukan ukuran minimal sampel yang dibutuhkan dari suatu populasi sehingga mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan dan mewakili data populasi. Data jumlah mahasiswa IPB sebagai populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Mahasiswa IPB Tahun 2009 Fakultas Laki-laki Perempuan Pertanian 791 1074 Kedokteran Hewan 275 403 Perikanan dan Ilmu Kelautan 795 819 Peternakan 377 585 Kehutanan 774 824 Teknologi Pertanian 837 894 Matematika dan Ilmu 1274 1567 Pengetahuan Alam Ekonomi dan Manajemen 556 1195 Ekologi Manusia 238 900 Jumlah 5917 8261 Sumber: Direktorat AJMP-IPB (31 Desember 2009)
Jumlah 1865 678 1614 962 1598 1731 2841 1751 1138 14178
25
Dalam Rumus Slovin ditentukan bahwa : n=
…………………………………………………(1)
dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan Berdasarkan rumus tersebut maka :
Agar sampel yang didapat sesuai dengan proporsinya, maka pembagian sampel per fakultas dilakukan dengan menggunakan metode kuota. Jumlah sampel untuk setiap fakultas dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Proporsi Sampel Tiap-Tiap Fakultas Fakultas Jumlah Responden Pertanian 13 Kedokteran Hewan 5 Perikanan dan Ilmu Kelautan 12 Peternakan 7 Kehutanan 11 Teknologi Pertanian 12 Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 20 Ekonomi dan Manajemen 12 Ekologi Manusia 8 Jumlah 100 3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Untuk dapat mengukur besarnya nilai dari suatu variabel yang ingin diteliti, diperlukan alat ukur berupa skala atau tes yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan akan
26
memperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel juga. Berikut akan dijelaskan mengenai uji validitas dan uji reliabilitas: 3.5.1. Uji Validitas Langkah awal yang harus dilakukan sebelum menyebar kuesioner adalah melakukan uji validitas, yaitu pernyataan sampai sejauh mana data yang akan diambil pada suatu kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur (Umar,2003). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas konstruk, karena menggunakan kuesioner dengan ukuran skala kepentingan. Adapun rumus dari korelasi product moment yaitu sebagai berikut : N ( XY) – ( X Y) r=
………….(2) N X2 -
X)2 N Y2 -
Y)2
Keterangan : N = Jumlah Responden X = Skor masing-masing pernyataan dari tiap responden Y = Skor total semua pernyataan dari tiap responden 3.5.2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulang kali. (Umar, 2003). Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik (Suliyanto,2005). Teknik uji realibilitas yang digunakan yaitu teknik Cronbach’s Alpha. Rumus pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha adalah : r11 =
……………………………………….(3) Keterangan : r11 = Reliabilitas instrument k = Banyak butir pertanyaan 2 b = Jumlah ragam butir 2 = Ragam total t
27
3.6 Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 1999). Menurut Whitney dalam Nazir (1999) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepertasi yang tepat. Data yang diperoleh mengenai karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan dikelompokkan berdasarkan jawaban-jawaban yang sama kemudian jawaban tersebut dipersentasekan
berdasarkan
jumlah
responden.
Persentase
terbesar
merupakan jawaban dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. 3.7 Analisis Faktor Menurut Malhotra dalam Suliyanto (2005) analisis faktor merupakan salah satu bentuk analisis multivariate yang tujuan umumnya adalah menemukan satu atau beberapa variabel atau konsep yang diyakini sebagai sumber yang melandasi seperangkat variabel nyata. Sedangkan menurut Suliyanto, 2005 analisis faktor merupakan suatu teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan (interdependence) dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antara beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti. Fungsi analisis faktor antara lain untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi mendasar yang dapat menjelaskan korelasi dari serangkaian variabel, mengidentifikasi variabel-variabel baru yang lebih kecil, untuk menggantikan variabel tidak berkorelasi dari serangkaian variabel asli yang berkolerasi, dan mengidentifikasi beberapa variabel kecil dari sejumlah variabel yang banyak untuk di analisis dengan analisis multivariate lainnya (Suliyanto,2005). Tidak ada ukuran sampel minimal yang diterima dalam analisis faktor, semakin besar ukuran sampel maka analisis faktor menjadi semakin akurat. Sebaiknya ukuran sampel berjumlah 100 atau lebih. Namun, ketentuan ini
28
tidak mutlak. Sebagai aturan umum, jumlah responden minimal adalah tiga kali jumlah variabel (Simamora,2005). Metode ekstraksi yang digunakan dalam analisis faktor adalam Principal Compenent Analysis (metode komponen utama), yaitu untuk mengelompokkan variabel-variabel ke dalam beberapa komponen utama. Selanjutnya dilakukan tahapan proses analisis faktor dengan software SPSS versi 15,0 sebagai berikut : 1. Pemilihan variabel yang layak untuk dimasukkan dalam analisis faktor. Analisis faktor berupaya untuk mengelompokkan sejumlah variabel, untuk itu haruslah ada korelasi yang kuat antar variabelnya. Jika berkorelasi lemah maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor. Metode yang digunakan untuk menguji hal tersbeut adalah Bartllet’s Test of Sphericity. Kesesuaian analisis faktor diuji dengan menggunakan metode Kaiser-Mayer-Olkin (KMO). Angka MSA berkisar 0 sampai 1, dengan kriteria jika nilai MSA sama dengan satu artinya variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. MSA diatas 0,5 artinya variabel masih dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. Data selengkapnya mengenai KMO dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. KMO Harga KMO 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 <0.5
Tingkat Kesesuaian Pengunaan Analisis Faktor Sangat memuaskan Memuaskan Harga menengah Cukup Kurang memuaskan Tidak dapat diterima
2. Setelah variabel dipilih dengan MSA, kemudian diekstraksikan dengan metode Principal Component Analysis (PCA) sehingga menghasilkan satu atau beberapa faktor. 3. Faktor yang terbentuk seringkali kurang menggambarkan perbedaan, sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Untuk itu, perlu dilakukan rotasi yang secara geometric berarti pemutaran sumbu faktor baru dengan bobot baru tanpa perubahan konfigurasi asal. Metode rotasi yang
29
digunakan adalah varimax, karena menitikberatkan pada kesederhanaan kolom-kolom matriks bobotnya, yang berarti beberapa peubah akan mempunyai bobot tertinggi hanya pada satu faktor dan sisanya pada faktor lain, sehingga akan memudahkan dalam interpretasi peubah untuk setiap faktor. 4. Setelah komponen utama terbentuk, maka proses selanjutnya adalah interpretasi hasil dari analisis faktor. Analisis faktor bukan segalanya. Teknik ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan. Keterbatasan utama adalah tingginya subjektivitas dalam penentuan jumlah faktor, interpretasi setiap faktor, dan pemilihan rotasi. keterbatasan lainnya tidak adanya kriteria untuk menyatakan bahwa hasil analisis faktor betul-betul sah. 3.8. Multidimensional Scalling Multidimensional Scalling merupakan teknik eksplorasi yang digunakan untuk menggambarkan perhitungan dalam dimensi kecil. Interpretasi dari dimensi ini akan menuju pada pemahaman dari proses perhitungan, yang selanjutnya dapat menginterpretasikan pendapat seseorang yang berbedabeda sehingga dapat ditentukan suatu solusi. Teknik ini memiliki hubungan erat dengan psikologi konsumen, menurut Deun, et.al dalam Apriontoro 2006, menjelaskan bahwa pada umumnya Multidimensional Scalling memetakan variable-variabel dalam dua atau tiga dimensi. Metode Multidimensional yang dilakukan adalah Anchor Cluster Method, dimana dengan Anchor Cluster Method kita dapat menggunakan satu merk sebagai acuan. Pada penelitian ini membahas mengenai siapa pesaing terdekat Klub Persib Bandung, dengan metodenya yaitu dengan menggunakan satu merk sebagai acuan dan dalam hal ini Klub Persib Bandung sendiri sebagai subjek penelitian. Kemudian responden menilai kemiripan sejumlah klub sepakbola professional lainnya dan memilih karakteristik klub sepakbola yang paling mirip dengan Klub Persib Bandung. Sehingga diperoleh matriks yang berbentuk conditional karena tidak dapat membandingkan baris dengan baris (tidak simetris). Untuk menghitung jarak euclidean perlu diketahui koordinat setiap objek (dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah karakteristik
30
klub sepakbola professional lainnya). Dengan koordinat dan perhitungan jarak euclidean yang dapat dihitung dengan rumus : ed= (xi-xp)2 + (yi-yp)2
…………………………………………. (4)
Di mana : ed = jarak euclidean xi = absis karakteristik klub sepakbola ke-i pada dimensi 1 (i=1,2,…,n) yi = ordinat karakteristik klub sepakbola ke-i pada dimensi 2 (i=1,2,…,n) xp = absis Klub Persib Bandung pada dimensi 1 yp = ordinat Klub Persib Bandung pada dimensi 2
Untuk mengukur seberapa baik Multidimensional Scalling digunakan stress. Semakin rendah stress berarti semakin baik MDS yang kita gunakan, menurut Maholtra dalam Simamora (2005). Cara menghitung stress bermacam-macam tapi yang banyak digunakan adalah stress Kruskal, sebagaimana yang telah dirumuskan:
Stress =
(dy – d)2 (dy – d)2
………………………………………(5)
Di mana: d = rata-rata jarak dalam peta dy = jarak turunan (derived distance) atau kemiripan (similarity data) yang dihasilkan komputer dy = data jarak yang diberikan responden Tabel 5. Standar Kruskall untuk Stress Stress (percent) 20 10 5 2,5 0
Goodness of Fit Poor Fair Good Excellent Perfect
Sumber : Kruskal dalam Simamora (2004)
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Persib Bandung Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot. Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin.
Setahun
kemudian
kompetisi
tahunan
antar
kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta. BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi. Setelah Indonesia merdeka, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.
kedua pada
32
Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Pada musim pertama kompetisi Liga Super Indonesia 2008/2009, Persib berada di peringkat 3 klasemen. Setelah itu Persib meraih peringkat 4 di musim kompetisi 2009/2010. Prestasi juga ditorehkan oleh cikal bakal tim Persib senior, yaitu Persib U-21 yang berhasil menjadi juara puncak klasemen Liga Super Indonesia U-21 tahun 2010. Persib
Bandung
dalam
setiap
laga
kandangnya
biasanya
menggunakan stadion Si Jalak Harupat dan Siliwangi. Pada tahun 2008, klub Persib Bandung meletakkan batu pertama untuk pembangunan stadion resmi mereka yang diberi nama Gedebage. Pembangunan stadion ini diperkirakan selesai pada tahun 2011. Baik dalam pertandingan kandang maupun tandang, Persib selalu didukung oleh penggemarnya. Masyarakat pendukung klub Persib Bandung kerap disebut bobotoh. Pada era Liga Indonesia, bobotoh kemudian mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking Persib Club, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib-1337. 4.1.2. PT Persib Bandung Bermartabat PT Liga Indonesia mewajibkan klub yang mengikuti kompetisi Liga Super 2009-2010 mengubah statusnya menjadi klub professional berbadan hukum Klub berstatus profesional dilarang menggunakan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13/2006 yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59/2007. Kondisi itu yang membuat 36 Persatuan Sepakbola (PS) sebagai pemilik Persib, sepakat memberikan mandat kepada Walikota Bandung H Dada Rosada untuk menyelamatkan Persib agar tetap bisa mengikuti kompetisi. Pada tanggal 20 Agustus 2009 di Pendopo Kota Bandung, diadakan pertemuan dengan melibatkan elemen sepakbola di Bandung, seperti pengurus
Persib,
mantan pemain
Persib,
pengamat
sepakbola,
33
penggemar,
dan
pejabat
pemerintahan
Kota
Bandung,
untuk
membicarakan masa depan Persib yang harus berubah menjadi badan hukum. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan berdirinya PT Persib Bandung Bermartabat sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan Klub Persib Bandung. Gedung kantor PT Persib Bandung Bermartabat terletak di Jalan Sulanjana nomor 17, lantai 3, Bandung dengan nomor telepon (022) 4221933. Pada musim kompetisi 2009/2010, PT Persib Bandung Bermartabat telah menjalankan kerjasama dengan beberapa perusahaan yang menjadi sponsor Klub Persib Bandung, di antaranya Corsa, Sozzis, Honda, Evalube, Yomart, BTPN, Djarum Super, dan Sports Station. Logo produk-produk tersebut terpasang di kostum tim Persib Bandung selama satu musim kompetisi berselang. Untuk kostum tim sendiri, Persib Bandung 2009/2010 disponsori oleh Diadora. Selain itu PT Persib Bandung Bermartabat juga bekerjasama dengan sejumlah musisi asal Jawa Barat untuk membuat album tentang Persib Bandung.
Gambar 5. Kostum Tim Persib Bandung Musim Kompetisi 2009/2010 Untuk menghadapi Liga Super Indonesia musim 2009/2010 PT Persib Bandung Bermartabat
meluncurkan "Persib Card" yang
merupakan salah satu bentuk program yang ditawarkan oleh PT Persib Bandung Bermartabat kepada masyarakat umum atau kelompok pendukung yang biasa disebut bobotoh untuk berpartisipasi dan berperan aktif mengantarkan Persib Bandung berlaga di Liga Super Indonesia 2009-2010 dan Piala Indonesia 2009-2010.
34
"Persib Card" diluncurkan kepada publik dengan empat jenis kartu yakni Platinum senilai Rp 10 juta per tahun, Gold Rp 5 juta, Silver Rp 1 juta dan Blue senilai Rp 100 ribu per tahun. Persib Card menjadi modal untuk mendapatkan data statistik yang meliputi jumlah 'bobotoh' tercatat berdasar usia, jenis kelamin, profesi, domisili dan data lainnya yang berharga dan memperkuat posisi tawar Persib. Para pemilik kartu Persib itu akan mendapatkan beberapa manfaat sesuai dengan kategori kartu yang dimilikinya antara lain tiket VIP, kostum Persib, syal, asuransi kecelakaan dan diskon belanja di gerai berlogo EC. Selain menjalankan bisnis Persib Card, PT Persib Bandung Bermartabat juga menyediakan merchandise original edisi terbatas seperti jersey Persib, menjual tiket pertandingan dan menjadi panitia pelaksana seluruh pertandingan di kandang Persib. Sebagai klub sepakbola berbadan hukum, kepengurusan Persib Bandung dilakukan secara profesional. Pengurus memiliki tanggung jawab besar terhadap keberlangsungan klub Persib Bandung yang dikelola PT Persib bandung bermartabat. Tabel 6. Struktur Organisasi PT PBB 2009/2010 Posisi Nama Direktur Utama Umuh Muchtar Wakil Direktur Utama Muhammad Farhan Direktur Keuangan Direktur Marketing dan Development Direktur Pengembangan Komisaris Komisaris Wakil Komisaris Utama
Merdi Hazizi Veby Permadi Ari D. Sutedi
Zainuri Hasyim Kuswara S. Taryono Pieter Tanuri
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian terhadap kuesioner dilakukan melalui uji validitas dan reliabilitas. Pengujian dilakukan terhadap 30 responden awal mahasiswa strata satu Institut pertanian Bogor dengan metode judgement sampling. Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi antara skor masing– masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus teknik korelasi Product Moment Pearson yang diolah dengan software SPSS versi 17.0 for windows.
35
Hasil uji validitas untuk masing – masing hasil pengukuran tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terhadap seluruh pernyataan lebih besar dari r tabel pada selang kepercayaan 95 persen yaitu 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa semua pernyataan adalah signifikan dan dapat dinyatakan valid. Dalam hal ini berarti responden dapat mengerti maksud dari setiap pernyataan yang diajukan penulis dalam kuesioner. Adapun hasil pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik α cronbach dengan bantuan software SPSS versi 17.0 for windows. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan, diperoleh nilai α cronbach yang lebih besar dari 0,6. Nilai αcronbach untuk penilaian tingkat kepentingan atribut, positioning Sriwijaya FC, positioning Persija Jakarta, positioning Persipura Jayapura, positioning Persib Bandung, dan positioning Arema Indonesa masing-masing secara berurutan adalah 0.7782, 0.7369, 0.7660, 0.6690, 0.8065, dan 0.8199. Hal ini membuktikan bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan pengukuran dalam kuesioner cukup rendah sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten apabila pada waktu yang lain menyebarkan kuesioner ini secara berulang kali. Hasil pengujian reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 6. Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari 100 orang responden, jumlah responden laki-laki sebesar 89 orang atau 89% sedangkan jumlah responden perempuan adalah 11
36
orang atau 11% yang mencakup 9 Fakultas di Institut Pertanian Bogor. Jumlah responden laki-laki jauh lebih banyak daripada responden perempuan disebabkan hanya sedikit responden berjenis kelamin perempuan yang melewati pertanyaan screening dalam kuesioner. 4.3.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Jumlah responden yang berusia 20-22 tahun merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 66 orang atau 66%, kemudian disusul oleh responden berusia 17-19 tahun sebanyak 21 orang atau 21%, sedangkan yang paling sedikit adalah responden berusia 23-25 tahun yang berjumlah 13 orang atau 13%. Hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa mayoritas mahasiswa IPB yang menggemari sepakbola dan mengetahui klub-klub sepakbola profesional di Liga Indonesia merupakan mahasiswa yang telah menempuh kuliah di atas dua tahun sehingga lebih fleksibel dalam mengatur waktu untuk menonton pertandingan sepakbola.
Gambar 7. Persentase Responden Berdasarkan Usia 4.3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan Karakteristik reponden berdasarkan angkatan di Institut Pertanian Bogor menghasilkan persentase terbesar responden berasal dari angkatan 43 yaitu sebesar 34% atau 34 orang. Hasil ini mencerminkan bahwa angkatan yang mahasiswanya paling banyak menggemari sepakbola Indonesia dan mengetahui klub sepakbola profesional di Indonesia adalah angkatan 43. Alasan yang dapat ditelusuri dari hasil tersebut adalah bahwa pada saat penelitian dilakukan, angkatan 43 pada umumnya tidak lagi memiliki jadwal kuliah yang padat sehingga dapat
37
lebih leluasa menonton pertandingan sepakbola. Persentase berikutnya berasal dari angkatan 44 sebesar 24% disusul oleh angkatan 42 dan angkatan 45 masing-masing sebesar 17%. Persentase terendah responden dalam penelitian ini berasal dari angkatan 46 dan angkatan 41 dengan persentase masing-masing sebesar 4%. Persentase yang kecil tersebut disebabkan, pada saat penelitian dilaksanakan sebagian besar mahasiswa angkatan 41 di IPB telah lulus sedangkan untuk angkatan 46 masih tinggal di asrama sehingga tidak leluasa untuk menonton pertandingan sepakbola Liga Indonesia.
Gambar 8. Persentase Responden Berdasarkan Angkatan 4.3.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Cara Menonton Sepakbola Sebanyak 51 orang atau 51%
responden memiliki kebiasaan
menonton sepakbola Indonesia melalui siaran televisi dalam acara nonton bersama (nobar). Sedangkan jumlah responden yang menonton sendirian melalui siaran televisi berjumlah 23 orang atau 23%. Responden yang memiliki kebiasaan menonton sepakbola Indonesia langsung di stadion berjumlah 21 orang. Selain itu ada pula 5 responden atau 5% yang termasuk dalam kategori menonton dengan cara lain-lain yang terdiri dari streaming internet sebanyak 2 orang atau 2%, update per menit pertandingan melalui website resmi sebanyak 2 orang atau 2%, dan streaming radio sebanyak 1 orang atau 1%. Interpretasi dari hasil tersebut adalah bahwa mahasiswa IPB yang gemar menonton sepakbola sebagian besar senang dengan acara nonton bersama pertandingan sepakbola dari siaran televisi. Acara nonton bersama dirasakan responden lebih seru dan menyenangkan.
38
Gambar 9. Persentase Responden Berdasarkan Cara Menonton 4.3.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Provinsi Persentase responden berdasarkan asal provinsi menghasilkan provinsi Jawa Barat sebagai peraih persentase tertinggi yaitu sebesar 30% disusul oleh DKI Jakarta sebesar 27%. Persentase tertinggi ketiga asal provinsi responden adalah dari Jawa Timur yaitu sebesar 25%. Persentase besar yang diperoleh ketiga provinsi tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya mahasiswa IPB memang banyak yang berasal dari Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur sehingga berbanding lurus dengan hal tersebut, maka mahasiswa penggemar sepakbola di IPB yang menjadi responden dalam penelitian ini pun juga sebagian besar berasal dari tiga provinsi itu. Hasil perolehan persentase lainnya adalah dari provinsi Banten sebesar 8%, Jawa Tengah 3%, Sumatera Utara 2%, serta Kalimantan Timur, Jambi, DI Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan masing-masing sebesar 1%.
Gambar 10. Persentase Responden Berdasarkan Asal Provinsi 4.3.6. Tabulasi Silang Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 100 mahasiswa IPB yang terpilih dan harus bisa menjawab pertanyaan screening. Tabulasi silang dimaksudkan untuk menyajikan data yang dinilai berkaitan antara berbagai karakteristik reponden yang telah didapat.
39
Tabel 7. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Usia (tahun) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Usia (tahun) 20-22 59 7 66
17-19 18 3 21
Jumlah 23-25 12 1 13
89 11 100
Tabel 7 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola yang menjadi responden penelitian ini, baik yang berjenis kelamin lakilaki maupun perempuan sebagian besar berusia antara 20-22 tahun. Usia yang menjadi mayoritas sebagian besar responden merupakan usia saat mahasiswa IPB telah melalui dua tahun masa kuliah sehingga lebih fleksibel dalam mengatur waktu termasuk kegemaran dalam menonton acara sepakbola. Usia minoritas responden baik laki-laki maupun perempuan adalah pada rentang 23-25 tahun karena pada usia tersebut sebagian besar mahasiswa IPB telah lulus sehingga tidak bisa menjadi responden. Tabel 8. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Cara Menonton Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Cara Menonton Sepakbola Bersama Sendiri Langsung dari TV dari TV di Stadion 45 20 20 6 3 1 51 23 21
Jumlah Lainlain 4 1 5
89 11 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola yang menjadi responden penelitian ini, baik yang berjenis kelamin lakilaki maupun perempuan sebagian besar menonton pertandingan sepakbola dalam acara nonton bersama dari siaran televisi. Hal ini dikarenakan
suasana
keseruan
terbangun
dengan
baik
ketika
pertandingan sepakbola ditonton secara bersama-sama dari siaran televisi. Cara menonton sepakbola yang menjadi pilihan minoritas responden adalah pada pilihan lain-lain yang terdiri atas streaming internet, update pertandingan dari website, dan streaming radio. Pilihan tersebut menjadi minoritas karena membutuhkan fasilitas khusus seperti saluran internet dan radio.
40
Tabel 9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Asal Provinsi Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Asal Provinsi Jawa Barat 26 4 30
DKI Jakarta 23 4 27
Jawa Timur 23 2 25
Banten 7 1 8
Jawa Tengah 3 0 3
Sumatra Utara 2 0 2
Lainlain 5 0 5
Jumlah 89 11 100
Tabel 9 menunjukkan bahwa mahasiswa IPB penggemar sepakbola yang menjadi responden penelitian ini yang berjenis kelamin laki-laki jumlah terbesar berasal dari provinsi Jawa Barat dan disusul oleh provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur dengan perbedaan jumlah responden yang sedikit. Responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki jumlah terbesar asal provinsi dari Jawa Barat dan DKI Jakarta. Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur merupakan asal mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut disebabkan ketiga provinsi tersebut pada dasarnya merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki klub sepakbola yang besar sehingga penggemar sepakbola dari provinsi tersebut juga banyak. Tabel 10. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Cara Menonton Usia (tahun) 17-19 20-22 23-25 Total
Bersama dari TV 11 36 4 51
Cara Menonton Sepakbola Sendiri Langsung dari TV di Stadion 4 3 16 13 3 5 23 21
Lainlain 3 1 1 5
Jumlah 21 66 13 100
Penyajian tabulasi silang pada Tabel 10 menunjukkan bahwa responden dengan rentang usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun sebagian besar memilih cara menonton sepakbola dalam acara nonton bersama dari siaran TV. Menonton sepakbola secara bersama-sama dari siaran TV dinilai memberikan keseruan dan praktis karena tidak ada biaya yang harus dikeluarkan untuk menonton siaran TV dalam suasana yang ramai dan penuh kebersamaan. Responden dengan rentang usia 23-25 tahun lebih banyak yang memilih menonton sepakbola langsung di stadion. Hal itu dikarenakan responden dengan rentang usia 23-25 tahun tidak lagi disibukkan dengan jadwal kuliah yang masih padat sehingga lebih
41
leluasa untuk langsung mengunjungi stadion dalam rangka menonton sepakbola. Pilihan minoritas responden dari semua rentang usia adalah menonton sepakbola dengan cara lain-lain yang terdiri atas streaming internet, update pertandingan dari website, dan streaming radio karena dinilai kurang seru dan membutuhkan fasilitas khusus. Tabel 11. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Asal Provinsi Usia (tahun)
Asal Provinsi
17-19 20-22 23-25
Jawa Barat 3 24 3
DKI Jakarta 7 17 3
Jawa Timur 6 15 4
Total
30
27
25
Sumatra Utara 0 1 1
Lainlain 2 3 0
Jumlah
2 5 1
Jawa Tengah 1 1 1
8
3
2
5
100
Banten
21 66 13
Penyajian tabulasi silang pada Tabel 11 menunjukkan bahwa responden dengan rentang usia 17-19 tahun sebagian besar berasal dari DKI Jakarta sedangkan responden dengan rentang usia 20-22 tahun sebagian besar berasal dari Jawa Barat, dan responden dengan rentang usia 23-25 tahun mayoritas berasal dari Jawa Timur. Responden dari semua rentang usia memiliki kalkulasi jumlah yang berdekatan antara tiga provinsi yang menjadi jawaban mayoritas responden, yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur. Hal tersebut disebabkan ketiga provinsi tersebut pada dasarnya merupakan provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak dan memiliki klub sepakbola yang besar sehingga penggemar sepakbola dari provinsi tersebut juga banyak. Tabel 12. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Asal Provinsi Asal Provinsi
Cara Menonton
Jabar
DKI
Jatim
Banten
Jateng
Sumut
Bersama dari TV Sendiri dari TV Langsung di Stadion Lain-lain Total
13 6 10 1 30
11 7 8 1 27
17 3 2 3 25
5 2 1 0 8
2 1 0 0 3
1 1 0 0 2
Lainlain 2 3 0 0 5
Jumlah 51 23 21 5 100
Hasil tabulasi silang yang disajikan Tabel 12 menunjukkan bahwa responden yang menonton pertandingan sepakbola dalam acara nonton bersama dari siaran TV sebagian besar berasal dari Jawa Timur. Hal tersebut menunjukkan responden asal Jawa Timur menyukai suasana
42
kebersamaan dan keakraban saat menonton bersama dan kemungkinan jarak yang jauh dari lokasi kuliah dengan asal provinsi kurang memungkinkan mereka untuk sering melakukan mobilisasi menonton sepakbola ke stadion. Hal lain yang ditunjukkan Tabel 12 adalah bahwa responden yang menonton sendiri siaran sepakbola dari televisi sebagian besar berasal dari DKI Jakarta. Menonton sendiri siaran sepakbola menjadi pilihan cara menonton bagi mereka yang ingin menonton dalam suasana tenang dan bisa sambil mengerjakan hal lain. Sedangkan responden yang senang menonton sepakbola langsung di stadion sebagian besar berasal dari Jawa Barat. Hal tersebut didukung oleh adanya komunitas yang mengorganisir mobilisasi penggemar sepakbola di Jawa Barat untuk menonton sepakbola di stadion. 4.4 Analisis Kesadaran Merek Sebuah merek akan menghadapi dua buah keadaan, yaitu menjadi merek yang dikenal (aware brand) atau menjadi merek yang tidak dikenal (unaware brand). Merek yang dikenal kemungkinan dikenal dengan cara dibantu mengingat (recognized brand) atau tanpa dibantu mengingat (recalled brand). Diantara merek-merek yang dikenal tanpa dibantu mengingat, ada satu merek yang menempati posisi tertinggi yang disebut top of mind. Dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden terdapat pertanyaan yang diarahkan untuk menghasilkan analisis kesadaran merek. Hasil dari analisis kesadaran merek tersebut berupa daftar yang memuat klub sepakbola Indonesia yang paling diingat responden, dikenal responden dan yang perlu diingatkan kembali terhadap responden. 4.4.1.
Klub Sepakbola Indonesia yang Paling Diingat Responden Untuk menentukan top of mind responden, terdapat pertanyaan dalam kuesioner yang meminta responden menyebutkan satu saja klub sepakbola Indonesia yang paling diingat Dari kuesioner yang dibagikan kepada 100 responden, yang menjadi klub sepakbola Indonesia yang paling diingat (top of mind) adalah klub Persib Bandung.. Jumlah responden yang menyebutkan klub Persib Bandung
43
sebagai top of mind berjumlah 31 orang atau 31%. Data selengkapnya mengenai top of mind klub sepakbola tersaji pada Tabel 13. Tabel 13. Klub Sepakbola yang Paling Diingat Responden Klub sepakbola Persib Bandung Persija Jakarta Arema Indonesia Persipura Jayapura Sriwijaya FC Lain-lain Total
Frekuensi Ingat Klub Sepakbola Jumlah Persentase 31 31% 27 27% 21 21% 5 5% 4 4% 12 12% 100 100%
Hasil yang disajikan dalam Tabel 13 dihubungkan dengan karakteristik responden . Tabulasi silang dimaksudkan untuk menyajikan data klub sepakbola yang menjadi top of mind responden dengan karakteristik reponden yang dinilai berkaitan. Tabel 14. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Top of Mind Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Persib Bandung 28 3 31
Persija Jakarta 23 4 27
Top of Mind Arema Persipura Indonesia Jayapura 18 5 3 0 21 5
Sriwijaya FC 3 1 4
Lain -lain 12 0 12
Jumlah
89 11 100
Hasil tabulasi silang yang disajikan Tabel 14 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki paling banyak menyebutkan klub sepakbola Persib Bandung sebagai top of mind. Responden dengan jenis kelamin perempuan paling banyak menyebutkan klub sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Klub sepakbola yang disebutkan responden sebagai top of mind dapat diinterpretasikan sebagai klub sepakbola paling populer menurut mereka.
44
Tabel 15. Tabulasi Silang Usia (tahun) dengan Top of Mind Usia (tahun) 17-19 20-22 23-25 Total
Persib Bandung 5 22 4 31
Top of Mind Arema Persipura Indonesia Jayapura 4 1 14 3 3 1 21 5
Persija Jakarta 7 17 3 27
Jumlah Sriwijaya FC 2 1 1 4
Lain -lain 2 9 1 12
21 66 13 100
Tabel 15 menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang menunjukkan data persilangan antara usia responden dengan klub sepakbola yang menjadi top of mind. Responden dengan rentang usia 17-19 tahun paling banyak menyebutkan klub sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Adapun responden dengan rentang usia 20-22 tahun dan 23-25 tahun paling banyak menyebutkan klub sepakbola Persib Bandung sebagai top of mind. Penyajian data persilangan antara cara menonton sepakbola dengan top of mind terdapat pada Tabel 16. Hasil yang ditunjukkan oleh tabulasi silang tersebut adalah reponden yang menonton sepakbola secara bersama-sama dari siaran televisi sebagian besar menyebutkan klub sepakbola Arema Indonesia sebagai top of mind. Responden yang menonton sepakbola sendirian dari siaran televisi sebagian besar menyebutkan klub sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Responden yang menonton sepakbola secara langsung di stadion sebagian besar menyebutkan klub sepakbola Persib Bandung sebagai klub yang paling diingatnya sedangkan responden yang menonton dengan cara lain-lain menyebutkan klub sepakbola Arema Indonesia sebagai klub sepakbola paling diingat (top of mind). Tabel 16. Tabulasi Silang Cara Menonton Sepakbola dengan Top of Mind Cara Menonton Bersama dari TV Sendiri dari TV Langsung di Stadion Lain-lain Total
Top of Mind Jumlah
3 1
Lainlain 7 5
0
0
0
21
0 5
0 4
0 12
5 100
Persib
Persija
Arema
Persipura
SFC
12 5
12 8
13 3
4 1
13
6
2
1 31
1 27
3 21
51 23
45
Tabel 17 menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang menunjukkan data persilangan antara asal provinsi responden dengan klub sepakbola yang menjadi top of mind. Tabulasi silang tersebut menunjukkan mayoritas responden asal provinsi Jawa Barat menyebut Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang paling diingat (top of mind). Responden asal provinsi DKI Jakarta sebagian besar menyebut klub sepakbola Persija Jakarta sebagai top of mind. Responden asal provinsi Jawa Timur sebagian besar menyebut klub sepakbola Arema Indonesia sebagai top of mind. Mayoritas responden asal provinsi Banten menyebut klub sepakbola Persib Bandung dan Persija Jakarta sebagai top of mind. Berdasarkan tabulasi silang tersebut terlihat bahwa responden cenderung menyebutkan klub sepakbola yang terletak di provinsi tempat mereka berasal sebagai klub sepakbola yang paling diingat. Tabel 17. Tabulasi Silang Asal Provinsi dengan Top of Mind Asal Provinsi Jawa Barat DKI Jakarta
Jawa Timur Banten Jawa Tengah Sumatra Utara Lain-lain
Total
4.4.2.
Persib Bandung 25 1 2 3 0
Persija Jakarta 2 21 1 3 0
Top of Mind Arema Persipura Indonesia Jayapura 1 1 3 0 16 0 0 1 1 0
0
0
0
0 31
0 27
0 21
Jumlah SFC
0 0 1 0 1
Lain -lain 1 2 5 1 1
30 27 25 8 3
1
1
0
2
2 5
1 4
2 12
5 100
Klub Sepakbola Indonesia yang Dikenal Responden Dalam salah satu butir pertanyaan kuesioner, responden diminta menyebutkan empat klub sepakbola lain selain klub sepakbola yang pertama kali disebutkannya (top of mind) di pertanyaan sebelumnya. Jawaban yang disebutkan responden merupakan daftar klub sepakbola Indonesia yang dikenal responden. Responden paling banyak menyebutkan Sriwijaya FC sebagai klub sepakbola yang dikenalnya. Peringkat selengkapnya klub sepakbola Indonesia yang dikenal responden dapat dilihat pada Tabel 18.
46
Tabel 18. Klub Sepakbola yang Dikenal Responden Klub sepakbola Sriwijaya FC Persipura Jayapura Persija Jakarta Persib Bandung Arema Indonesia Lain-lain Total
4.4.3.
Frekuensi Kenal Klub Sepakbola Jumlah Persentase 83 20,75% 76 19% 70 17,5% 68 17% 63 15,75% 40 10% 400 100%
Klub Sepakbola Indonesia yang Perlu Diingatkan Kembali Terhadap Responden Untuk menentukan klub sepakbola Indonesia yang perlu diingatkan kembali, responden diberikan pertanyaan dalam kuesioner. Dalam bagian kuesioner tersebut, responden ditanyakan mengenai kenalkah mereka terhadap suatu klub sepakbola dan apakah ingat telah mencantumkan klub tersebut dalam jawaban pertanyaan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang harus diingatkan tentang keberadaan klub sepakbola Persipura Jayapura berjumlah 20 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Klub Sepakbola yang Perlu Diingatkan Kembali Klub sepakbola Persipura Jayapura Arema Indonesia Sriwijaya FC Persija Jakarta Persib Bandung Total
4.5.`
Frekuensi kenal Klub Sepakbola Jumlah Persentase 20 38,5% 15 29% 13 25% 3 6% 1 2% 52 100%
Analisis Faktor-faktor Komponen Utama Positioning Penentuan atribut yang membentuk faktor dapat dilakukan dengan
berbagai metode diantaranya metode judgement, metode focus group, dan metode statistik (Suliyanto, 2005). Metode judgement mengharuskan peneliti mengidentifikasi secara subjektif atribut-atribut yang akan dimasukkan dalam penelitian berdasarkan infornasi yang diperoleh peneliti dari berbagai referensi. Metode judgement adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode focus group membuat peneliti menentukan atribut berdasarkan hasil diskusi dari sekelompok orang yang dinilai memiliki tingkat kepahaman
47
akan produk yang diteliti. Metode statistik merupakan metode penentuan atribut dengan cara iterasi menggunakan alat statistik. Faktor-faktor yang mempengaruhi positioning dianalisis dengan menggunakan analisis faktor yang didukung oleh software SPSS 17 for windows. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel atau faktor-faktor yang menerangkan pola hubungan dalam seperangkat variabel. Teknik ini digunakan untuk mengurangi jumlah data dalam rangka untuk mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varian yang sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang jumlahnya lebih besar (Sarwono, 2006). Variabel-variabel yang dianalisis berjumlah 13 variabel. Pengujian korelasi antar variabel diukur dengan menggunakan Uji Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (K-M-O MSA). Hasil pengujian dengan menggunakan analisis faktor menghasilkan nilai KMO sebesar 0,590. Nilai tersebut lebih besar dari 0,5. Hal ini menunjukkan adanya kedekatan antar variabel. Maka variabel dan sampel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut. KMO yang memiliki nilai faktor antara 0 sampai 1 berfungi untuk menentukan kelayakan analisis faktor. Apabila nilai KMO berkisar antara 0,5 sampai dengan 1,0 maka analisis faktor layak dilanjutkan. Sebaliknya jika nilai KMO dibawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan lebih lanjut. Tahap selanjutnya adalah melakukan ekstraksi sekumpulan variabel yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ini adalah analisis komponen utama. Setelah proses ektraksi dilakukan, diperoleh nilai communalities. Communalities adalah jumlah varians setiap variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor. Semakin besar nilai communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungan dengan faktor yang terbentuk. Besarnya nilai communalities masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 20.
48
Tabel 20. Nilai Communalities Berdasarkan Urutan No 1 2 3 4 5 6 7
Variabel Kualitas pelatih Kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub Kerjasama dengan pihak sponsor Sportivitas tim dalam pertandingan Prestasi klub di lapangan Stadion milik klub Kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan
Communality 0,723 0,674 0,657 0,629 0,603 0,559 0,535
8 9 10 11 12 13
Popularitas dan nama besar klub sepakbola Keberadaan supporter yang loyal dan terorgansir Penayangan pertandingan secara live di televise Frekuensi pemberitaan di media Adanya pemain bintang Kondusivitas dalam penyelenggaraan pertandingan kandang
0,511 0,503 0,494 0,337 0,292 0,153
Tabel Total Variance Explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka. Persentase varians menjelaskan varians masing-masing faktor. Bila keseluruhan persentase varians dijumlahkan, maka faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan 100 persen dari variabilitas seluruh faktor. Nilai eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masingmasing faktor dalam menghitung varians seluruh variabel yang dianalisis. Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari nilai terbesar hingga terkecil dengan ketentuan bahwa angka eigenvalues di bawah satu tidak digunakan dalam
menghitung
faktor
yang
terbentuk.
Nilai
total
variance
memperlihatkan hanya ada empat faktor yang terbentuk, karena keempat faktor memiliki nilai eigenvalues di atas satu. Tabel Total Variance Explained dapat dilihat pada lampiran 4. Tabel Component Matrix berisikan nilai factor loading (yaitu nilai korelasi) antar suatu variabel dengan empat faktor yang telah terbentuk. Tabel Rotated Component Matrix menunjukkan distribusi 13 variabel yang telah diekstrak ke dalam faktor yang telah terbentuk berdasarkan factor loading nya setelah dilakukan proses rotasi. Nilai factor loading dimungkinkan berubah setelah mengalami rotasi. Variabel yang memiliki factor loading <0,4 dianggap memiliki kontribusi yang lemah terhadap faktor yang terbentuk sehingga harus direduksi dari faktor yang dibentuknya. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka ada dua variabel yang harus direduksi dari faktor yang dibentuknya, yaitu variabel frekuensi pemberitaan di media
49
dan kondusivitas penyelenggaraan pertandingan kandang. Kedua variabel tersebut direduksi dari faktor pertama. Terdapat dua cara dalam memberikan nama untuk faktor yang terbentuk dalam analisis faktor. Cara pertama adalah memberikan nama faktor yang dapat mewakili nama-nama variabel yang membentuk faktor tersebut. Cara kedua adalah memberikan nama faktor berdasarkan variabel yang memiliki nilai factor loading tertinggi. Cara kedua dilakukan apabila tidak memungkinkan untuk memberikan nama faktor yang dapat mewakili semua variabel yang membentuk faktor tersebut (Suliyanto, 2005). Berdasarkan pengolahan menggunakan analisis faktor dengan metode principal component analysis dihasilkan empat komponen utama faktor. Faktor pertama adalah faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas variabel supporter yang loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan secara live, popularitas (nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor prestasi yang tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan. Faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen yang tersusun atas variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub. . Hal ini selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 21 .
50
Tabel 21. Hasil Analisis Faktor Faktor Variabel Faktor pertama: Keberadaan supporter yang loyal dan Faktor Supporter terorganisir dan Pencitraan Frekuensi penayangan secara live di televise Popularitas dan nama besar klub sepakbola Stadion milik klub Faktor kedua: Prestasi klub di lapangan Faktor Prestasi Sportivitas tim dalam pertandingan Adanya pemain bintang Faktor ketiga: Kerjasama dengan pihak sponsor Faktor Kemudahan dalam memperoleh Sponsorship merchandise dan tiket pertandingan Faktor keempat: Kualitas pelatih Kualitas Pelatih Kemandirian dalam pendanaan dan dan Manajemen pengelolaan klub
Factor Loading 0,691 0,684 0,626 0,500 0,771 0,759 0,470 0,741 0,680 0,809 0,731
4.5.1. Faktor Pertama Faktor pertama dinamakan faktor Supporter dan Pencitraan. Faktor ini memiliki eigenvalues sebesar 2,302 dan merupakan faktor dengan nilai eigenvalues terbesar dibandingkan dengan faktor lainnya. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 34,5%. Berdasarkan tabel, terlihat keempat variabelnya memiliki factor loading positif. Artinya apabila terdapat supporter yang loyal dan terorganisir, pertandingan dalam setiap laga ditayangkan secara live, popularitas dan nama besar klub sepakbola yang baik, serta fasilitas stadion yang baik, maka hal tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama seperti dalam bentuk sponsorship ataupun kerjasama lainnya. 4.5.2. Faktor Kedua Faktor kedua dinamakan faktor prestasi. Faktor ini tersusun atas tiga variabel, yaitu prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ini memiliki eigenvalues sebesar 1,729. Faktor ini dapat menerangkan keragaman
51
data sebesar 26%. Factor lading ketiga variabel tersebut seluruhnya positif. Artinya apabila klub Persib Bandung memiliki prestasi yang baik di lapangan, sportivitas yang baik dalam pertandingan, serta bertabur pemain bintang, maka hal tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama seperti dalam bentuk sponsorship ataupun kerjasama lainnya. 4.5.3. Faktor Ketiga Faktor ketiga dinamakan faktor sponsorship. Faktor ini tersusun atas dua variabel, yaitu kerjasama dengan pihak sponsor dan kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan . Faktor ini memiliki eigenvalues sebesar 1,377. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 20,7%. Factor lading kedua variabel tersebut seluruhnya positif. Artinya apabila klub Persib Bandung memiliki kerjasama yang baik dengan pihak sponsor dan merchandise serta tiket pertandingannya mudah didapatkan maka hal tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama dengan klub tersebut. 4.5.2. Faktor Keempat Nama dari faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen. Faktor ini tersusun atas dua variabel, yaitu kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub. Faktor ini memiliki eigenvalues sebesar 1,257. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 18,8%. Factor lading kedua variabel tersebut seluruhnya positif. Artinya apabila klub Persib Bandung memiliki pelatih yang kualitasnya terbukti serta memiliki kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub, maka hal tersebut akan berdampak positif bagi positioning klub sepakbola Persib Bandung, baik di mata penggemar sepakbola Indonesia, maupun pihak lain yang ingin menjalin kerjasama seperti dalam bentuk sponsorship ataupun kerjasama lainnya.
52
4.6 Analisis Pesaing Klub Sepakbola Persib Bandung Untuk mendukung penentuan strategi positioning diperlukan analisis pesaing. Dengan analisis ini dapat dilihat siapa pesaing terdekat dari klub sepakbola Persib Bandung. Informasi mengenai pesaing terdekat dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan klub Persib Bandung dibandingkan pesaingnya. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui pesaing terdekat klub sepakbola Persib Bandung adalah multidimensional scalling dengan bantuan software SPSS 17 for windows. Hasil
pengolahan
data
persepsi
konsumen
dengan
metode
multidimensional scalling menunjukkan peta posisi klub sepabola dengan nilai stress sebesar 0,22166 dan index of fit (R2
) sebesar 0,65216.
Berdasarkan pedoman nilai stress menurut Johnson dan Wichhern (1982), nilai stress yang dihasilkan termasuk dalam kategori poor (kurang). Sedangkan nilai index of fit (R2 ) yang dihasilkan telah masuk standar layak karena lebih dari 60% (Malhotra, 1996). Derived stimulus configuration menunjukkan konfigurasi peta posisi hasil dari persepsi responden berdasarkan penilaian terhadap pasangan merek klub sepakbola. Peta posisi tersebut menunjukkan bahwa jika responden menilai pasangan merek klub sepakbola sebagai pasangan yang dianggap paling mirip atau mempunyai kesamaan dibandingkan dengan pasangan merek lainnya, maka pasangan klub sepakbola tersebut ditempatkan pada jarak terdekat. Dari peta posisi terlihat bahwa klub sepakbola Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC berada di kuadran I negatif dan dimensi II positif. Hal tersebut berarti responden mempersepsikan kedua klub tersebut memiliki kesamaan atau tidak memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan dengan klub sepakbola lain. Sedangkan klub sepakbola Arema Indonesia, Persib Bandung, dan Persija Jakarta, masing-masing berada di kuadran II, III, dan IV. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang berarti pada setiap klub dengan klub sepakbola lainnya.
53
Gambar 11. Peta Posisi Klub Sepakbola Untuk menentukan peringkat pesaing terdekat klub sepakbola Persib Bandung dilakukan penghitungan jarak Euclidean. Hasil penghitungan jarak Euclidean dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22.Perhitungan Jarak Euclidean dan Peringkat Pesaing Terdekat Klub Sepakbola Persib Bandung Sriwijaya FC Persija Jakarta Persipura Jayapura Arema Indonesia
Koordinat X 0,8405 -0,1659 -17551 -0,2942 1,3748
Y -1,2355 0,6543 -0,7492 1,3008 0,0296
Jarak Euclidean = (xi-xp)2 + (yi-yp)2
Peringkat
2,141 2,640 2,778 1,373
2 3 4 1
Dari penghitungan jarak Euclidean didapatkan hasil bahwa jarak terkecil dimiliki oleh klub sepakbola Arema Indonesia. Hal tersebut berarti Arema Indonesia menempati peringkat pertama sebagai pesaing terdekat klub sepakbola Persib Bandung. Peringkat kedua, ketiga, dan keempat berturutturut diikuti oleh klub sepakbola Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura Jayapura.
54
4.7 Analisis Positioning klub sepakbola Persib Bandung 4.7.1 Analisis deskriptif Persepsi Responden Analisis deskriptif persepsi responden digunakan untuk melihat penilaian responden terhadap klub sepakbola Persib Bandung dan keempat pesaingnya yaitu Persija Jakarta, Arema Indonesia, Sriwijaya FC, dan Persipura Jayapura. Analisis ini bertujuan meringkas informasi yang terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Informasi yang dihasilkan dapat memperlihatkan positioning klub sepakbola berdasarkan persepsi responden.
Gambar 12. Analisis Deskriptif Persepsi Responden
55
Analisis deskriptif persepsi responden menggunakan nilai mean atau nilai rata yang kemudian diringkas dalam bentuk somantic differensial agar lebih mudah dan menarik untuk diinterpretasi. Berdasarkan analisis deskriptif persepsi responden dapat diketahui atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik klub sepakbola Persib Bandung maupun pesaingnya yaitu Persija Jakarta, Arema Indonesia, Sriwijaya FC, dan Persipura Jayapura. Hasil analisis deskriptif persepsi responden terlihat dalam Gambar 12. Penilaian persepsi terhadap 11 atribut yang dimiliki 5 klub sepakbola Indonesia, yaitu Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Persipura Jayapura, dan Arema Indonesia menghasilkan informasi sebagai berikut : 1. Berdasarkan analisis atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang paling mandiri dalam hal pendanaan dan pengelolaan dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,46. 2. Berdasarkan analisis atribut kemudahan memperoleh merchandise dan tiket, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang paling memberikan kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,11. 3. Berdasarkan analisis atribut sponsorship, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki kerjasama paling baik dengan pihak sponsorship dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,64. 4. Berdasarkan analisis atribut prestasi klub di lapangan, responden menilai bahwa Sriwijaya FC merupakan klub sepakbola yang memiliki prestasi paling baik dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,24. 5. Berdasarkan analisis atribut supporter, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki basis
56
supporter paling besar dan terorganisir dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,12. 6. Berdasarkan analisis atribut popularitas (nama besar), responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang paling populer dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,21. 7. Berdasarkan analisis atribut stadion, responden menilai bahwa Arema Indonesia merupakan klub sepakbola yang memiliki stadion paling baik dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,42. 8. Berdasarkan analisis atribut sportivitas, responden menilai bahwa Sriwijaya FC merupakan klub sepakbola yang memiliki sportivitas paling tinggi dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 3,97. 9. Berdasarkan analisis atribut pemain bintang, responden menilai bahwa Persib Bandung merupakan klub sepakbola yang memiliki pemain bintang paling banyak dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,26. 10. Berdasarkan analisis atribut kualitas pelatih, responden menilai bahwa Persipura Jayapura merupakan klub sepakbola yang memiliki pelatih dengan kualitas paling baik dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,38. 11. Berdasarkan analisis atribut penayangan secara live di televisi, responden menilai bahwa Arema Indonesia merupakan klub sepakbola yang
pertandingannya
paling
sering
ditayangkan
di
televisi
dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya dengan nilai rataan sebesar 4,24. Analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menghasilkan penilaian persepsi terhadap 5 klub sepakbola Indonesia. Penilaian persepsi berupa opini mengenai keunggulan dan kelemahan masing-masing klub sepakbola dijabarkan sebagai berikut :
57
1. Persib Bandung Hasil analisis deskriptif menunjukkan Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan utama pada atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan, kemudahan memperoleh merchandise dan tiket, sponsorship, supporter, popularitas (nama besar), dan bertaburan pemain bintang. Responden juga menilai Persib Bandung sangat baik dalam atribut penayangan secara live di televisi, tetapi atribut tersebut
merupakan
keunggulan utama dari pesaingnya. Keunggulan Persib Bandung dalam atribut pendanaan
dan
pengelolaan
berkaitan
kemandirian dalam
dengan
target
perusahaan
pengelolanya, yaitu PT Persib Bandung Bermartabat untuk lepas dari kucuran dana APBD sehingga mandiri dan profesional. Dengan memiliki jumlah sponsor yang banyak, target tersebut dapat terlaksana. Pada musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, perusahaan yang mesponsori klub tersebut adalah di antaranya Corsa, Sozzis, Honda, Evalube, Yomart, BTPN, Djarum Super, dan Sports Station, serta Diadora. Keunggulan lain klub Persib Bandung lainya adalah pada atribut merchandise dan tiket Sebagai klub sepakbola professional yang mandiri, merchandise klub sepakbola yang berjulukan Maung Bandung ini mudah didapatkan. Selain merchandise original yang diterbitkan oleh PT Persib Bandung Bermartabat yang mengelolanya, banyak pula merchandise yang diproduksi oleh pihak luar. Sedangkan untuk tiket pertandingan, di musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, PT Persib Bandung Bermartabat telah menunjuk 27 agen resmi yang menjual tiket pertandingan kandang Persib Bandung. Persib Bandung memiliki penggemar fanatik yang menamakan diri sebagai
Bobotoh.
Pada
era
Liga
Indonesia,
Bobotoh
kemudian
mengorganisasikan diri dalam beberapa kelompok pecinta Persib seperti Viking Persib Club, Bomber, Rebolan, Jurig Persib, Casper dan Persib1337. Persebaran utama bobotoh adalah di Jawa Barat. Sulit untuk menentukan statistik pasti jumlah bobotoh. Jumlah bobotoh yang banyak berpengaruh positif terhadap popularitas Persib Bandung. Dalam sebuah
58
situs voting bernama www.voteyourteam.com, Persib Bandung menempati posisi puncak sebagai klub sepakbola paling populer di Indonesia. Atribut keunggulan Persib Bandung selanjutnya adalah bertaburan pemain bintang. Klub sepakbola Persib Bandung memiliki pemain yang telah empat kali berturut-turut menjadi pencetak gol terbanyak di Liga Indonesia, yaitu Christian Gonzales. Beberapa pemain Persib juga menjadi punggawa tim nasional sepakbola Indonesia, yaitu Eka Ramdani,. Budi Sudarsono, Nova Arianto, Maman Abdurrahman, dan Atep. Selain itu di musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010, Persib Bandung memiliki Suchao dan Kosin, dua pemain dari Thailand yang mencuri perhatian penggemar sepakbola Indonesia. Dari hasil analisis deskriptif persepsi responden, atribut klub Persib Bandung yang dinilai cukup baik adalah prestasi klub di lapangan, sportivitas, dan kualitas pelatih. Sedangkan atribut yang menjadi kelemahan utama klub Persib Bandung adalah stadion. Untuk pertandingan kandang, klub Persib Bandung biasanya memakai stadion Jalak Harupat dan Siliwangi. Stadion Jalak Harupat secara resmi bukanlah stadion khusus Persib Bandung karena klub sepakbola
lain yaitu Persikab Kabupaten
Bandung juga memakai lapangan tersebut untuk laga kandang. Stadion Jalak Harupat memiliki kapasitas 40.000 penonton sedangkan stadion Siliwangi berkapasitas 20.000 penonton. Kapasitas stadion Siliwangi yang kecil membuat penonton meluber. Selain itu stadion Siliwangi memiliki lapangan rumput yang kondisinya kurang baik. Untuk mengatasi masalah stadion, di Kota Bandung saat ini terjadi proses pembangunan stadion Gedebage yang direncanakan selesai akhir tahun 2011 dan menjadi kandang klub Persib Bandung. 2. Sriwijaya FC Hasil analisis deskriptif menunjukkan Sriwijaya FC sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan utama pada atribut prestasi klub di lapangan dan sportivitas. Prestasi klub yang dikelola oleh PT Sriwijaya Optimis Mandiri memang terbukti unggul dengan menjadi juara 1 Liga Indonesia 2007, Juara 3 Piala Indonesia 2008, 2009, dan 2010, dan juara 1
59
Inter Island Cup 2010. Sriwijaya FC juga dikenal sebagai klub yang memiliki sportivitas tinggi terbukti dengan meraih penghargaan sebagai Fair Play Team di Liga Super Indonesia musim kompetisi 2009/2010. Atribut yang dinilai sangat baik pada Sriwijaya FC, tetapi masih merupakan keunggulan utama dari pesaingnya adalah
stadion, pemain
bintang, kualitas pelatih, dan penayangan secara live di televisi. Stadion kandang Sriwijaya FC yang bernama Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring dinilai responden sangat baik. Stadion tersebut berkapasitas 40.000 penonton dan merupakan stadion terbesar ketiga di Indonesia. Sriwijaya FC juga memiliki pelatih yang berkualitas yang dinilai responden sangat baik dan sebagian besar pertandingannya selalu ditayangkan secara live di televisi. Responden juga menilai Sriwijaya FC sebagai klub yang bertabur pemain bintang. Pemain sepakbola popular dan berprestasi seperti Keith Gumbs, Charis Yulianto, Cristian Warobay, Ambrizal, dan Isnan Ali bermain untuk klub ini di musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010. Dari hasil analisis deskriptif persepsi responden, atribut klub Sriwijaya FC yang dinilai cukup baik adalah kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan,
merchandise dan tiket,
sponsorship,
popularitas,
dan
sportivitas. Sedangkan atribut yang menjadi kelemahan klub Sriwijaya FC adalah keberadaan supporter yang loyal dan terorganisir. Basis pendukung klub ini memang belum sebesar klub pesaingnya. Selain itu pada musim kompetisi Liga Super Indonesia 2009/2010 terjadi konflik internal antara pendukung dan pemain klub Sriwijaya FC yang berujung pada insiden pemukulan. 3. Persija Jakarta Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan Persija Jakarta sebagai klub sepakbola yang memiliki nilai yang sangat baik pada atribut popularitas (nama besar) dan penayangan secara live di televisi, namun atribut tersebut masih merupakan keunggulan utama dari pesaingnya. Atribut klub Persija Jakarta yang dinilai cukup baik, adalah merchandise
60
dan tiket, sponsorship, prestasi klub di lapangan, supporter, sportivitas, pemain bintang, dan kualitas pelatih. Kelemahan klub Persija Jakarta berdasarkan hasil analisis deskriptif adalah pada atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan serta stadion. Klub Persija Jakarta dikelola oleh PT Persija Jaya Jakarta dimana sumber dana utamanya masih tergantung pada APBD DKI Jakarta. Untuk laga kandang, Persija Jakarta biasanya menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno yang merupakan markas kandang tim nasional Indonesia sedangkan stadion resmi kandang klub ini masih dalam tahap rencana pembangunan. 4. Persipura Jayapura Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan Persipura Jayapura sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan pada kualitas pelatih. Prestasi membanggakan klub Persipura Jayapura adalah hasil racikan pelatih berkualitas asal Brazil, Jacksen F Tiago. Atribut pada klub Persipura Jayapura yang dinilai sangat baik tapi masih merupakan keunggulan dari pesaingnya adalah prestasi klub di lapangan, pemain bintang, dan penayangan secara live di televisi. Prestasi klub Persipura Jayapura terbukti dengan keberhasilan klub tersebut menjadi juara di Liga Super Indonesia musim kompetisi 2008/2009 dan runner up Liga Super Indonesia musim kompetisi 2009/2010. Klub sepakbola yang memiliki julukan mutiara hitam ini bertabur pemain bintang diantaranya Boaz Solosa, Victor Igbonefo, dan Ricardo Salampessy. Sebagian besar pertandingan klub ini selalu ditayangkan secara live di televisi. Atribut klub Persipura Jayapura yang dinilai cukup baik oleh responden adalah merchandise dan tiket, supporter, popularitas (nama besar), stadion, sponsorship
dan sportivitas.
Kelemahan klub Persipura
Jayapura
berdasarkan hasil analisis deskriptif adalah pada atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan. Meskipun memiliki sumber pendanaan dari sejumlah sponsor seperti Bank Papua, PT Semen Bosowa dan juga dari PT Bosowa Mithsubisi Motors, tetapi Persipura Jayapura masih bergantung
61
pada APBD. Pengelolaan klub ini pun masih dilakukan di kantor walikota Papua. 5. Arema Indonesia Hasil analisis deskriptif berdasarkan persepsi responden menunjukkan Arema Indonesia sebagai klub sepakbola yang memiliki keunggulan pada atribut stadion dan penayangan secara live di televisi. Stadion yang menjadi basis dalam laga kandang Arema Indonesia adalah stadion Kanjuruhan yang dikenal memiliki kualitas rumput yang baik. Pertandingan yang dijalankan oleh Arema Indonesia sebagian besar selalu ditayangkan secara live di televisi. Atribut yang dinilai sangat baik oleh responden terhadap Arema Indonesia namun masih merupakan keunggulan dari pesaingnya adalah kemandirian dalam pendanaan & pengelolaan, kemudahan memperoleh merchandise & tiket, prestasi klub di lapangan, supporter, kualitas pelatih, dan popularitas (nama besar),. Arema Indonesia dikelola oleh PT Arema Indonesia sebagai klub sepakbola yang profesional dan mandiri dari segi pendanaan maupun pengelolaan. Prestasi yang pernah diraih klub sepakbola yang memiliki julukan singo edan ini diantaranya sebagai juara di Liga Super Indonesia musim kompetisi 2009/2010 dan runner up Piala Indonesia 2010. Arema memiliki pendukung fanatik yang disebut aremania. Atribut klub Arema Indonesia yang dinilai cukup baik adalah sponsorship, sportivitas, dan pemain bintang. Berdasarkan analisis deskriptif persepsi responden, Arema Indonesia dinilai tidak memiliki kelemahan yang berarti. 4.7.2 Positioning Klub Sepakbola Persib Bandung Hasil analisis deskriptif persepsi responden menghasilkan atributatribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan, baik klub sepakbola Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persija Jakarta, Persipura Jayapura, maupun Arema Indonesia. Keunggulan dan kelemahan tersebut menjadi penilaian responden terhadap positioning klub sepakbola di benak mereka. Informasi mengenai Positioning tentunya sangat penting mengingat positioning
62
merupakan teknik yang dibuat untuk menciptakan gambaran, citra, atau identitas dalam benak atau pikiran target terhadap produk, merek, atau perusahaan. Responden memposisikan Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang unggul dalam atribut kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan, kemudahan memperoleh merchandise dan tiket, sponsorship, supporter, popularitas (nama besar), dan bertaburan pemain bintang. Positioning Persib Bandung yang dinilai berdasarkan analisis deskriptif persepsi responden tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk gambaran pemikiran responden terhadap keberadaan klub sepakbola Persib Bandung. Pencitraan Persib Bandung oleh responden sedikit banyak dapat menjadi informasi bagi PT Persib Bandung Bermartabat dalam mengelola Persib Bandung. 4.8 Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka implikasi manajerial yang direkomendasikan untuk PT Persib Bandung Bermartabat sebagai pengelola klub Persib Bandung antara lain: 1. Dari analisis karakteristik responden diperoleh hasil bahwa mayoritas responden menonton pertandingan sepakbola Indonesia dari televisi dalam acara nonton bersama . Selama ini acara nonton bersama yang dikelola secara resmi oleh PT Persib Bandung Bermartabat jumlahnya hanya sedikit sehingga penggemar sepakbola menyelenggarakan sendiri acara nonton bersama di tempat masing-masing.
Hal tersebut bisa menjadi
target pasar baru bagi PT Persib Bandung Bermartabat untuk mengkoordinir secara resmi lebih banyak lagi acara nonton bersama yang diselenggarakan di lokasi-lokasi strategis seperti di cafe-cafe. Acara tersebut dapat menjadi keuntungan bagi PT Persib Bandung Bermartabat dengan adanya tambahan pendapatan dari penjualan tiket acara, pemasaran produk merchandise original, dan lahan baru untuk mengundang lebih banyak sponsor. 2. Berdasarkan analisis kesadaran merek diperoleh hasil bahwa klub Persib Bandung menempati peringkat teratas sebagai klub sepakbola yang paling diingat responden. Posisi Persib Bandung sebagai top of mind responden
63
merupakan kekuatan yang dapat dijadikan modal bagi PT Persib Bandung Bermartabat untuk menggaet lebih banyak sponsor dan investor. 3. Dari analisis faktor diperoleh hasil bahwa komponen utama positioning terdiri atas 11 variabel yang terekstraksi ke dalam empat faktor yang diurutkan berdasarkan besarnya nilai eigenvalue. Faktor pertama adalah faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas variabel supporter yang loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan secara live, popularitas (nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor prestasi yang tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan kemudahan dalam memperoleh merchandise
dan tiket pertandingan.
Faktor keempat adalah faktor kualitas
dan
pelatih
manajemen
yang
tersusun atas variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub. Keempat faktor tersebut tentunya berperan penting untuk menghasilkan positioning yang baik dan harus diperhatikan oleh PT Persib Bandung Bermartabat. 4. Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional scalling, pesaing terdekat klub Persib Bandung adalah Arema Indonesia disusul oleh Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura Jayapura. Untuk menghadapi persaingan yang ketat dalam industri sepakbola, PT Persib Bandung Bermartabat harus mempertahankan dan meningkatkan variabel yang menjadi keunggulan utama dan variabel yang dinilai sangat baik oleh reponden yang menilai klub Persib Bandung. Perusahaan tersebut juga harus meningkatkan kinerja untuk membangun variabel yang bernilai cukup dan kurang baik (lemah). 5. Penelitian menghasilkan penilaian mahasiswa penggemar sepakbola sebagai responden terhadap klub Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki positioning mandiri dalam pendanaan dan pengelolaan, mudah memperoleh merchandise dan tiket, memiliki banyak sponsor, memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir, memiliki popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan pemain bintang.
64
PT Persib Bandung Bermartabat harus menjaga positioning yang telah terbentuk agar tetap kuat sehingga dapat digunakan sebagai modal untuk memperoleh lebih banyak sponsor dan investor.
65
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah: a. Berdasarkan analisis faktor, dihasilkan
empat faktor yang menjadi
komponen penting penilaian mahasiswa penggemar sepakbola sebagai responden terhadap keberadaan suatu klub sepakbola. Faktor pertama adalah faktor supporter dan pencitraan yang terdiri atas variabel supporter yang loyal dan terorganisir, penayangan pertandingan secara live, popularitas (nama besar), dan stadion. Faktor kedua adalah faktor prestasi yang tersusun atas variabel prestasi klub di lapangan, sportivitas tim dalam pertandingan, dan adanya pemain bintang. Faktor ketiga adalah faktor sponsorship yang meliputi variabel kerjasama dengan pihak sponsor dan kemudahan dalam memperoleh merchandise
dan tiket pertandingan.
Faktor keempat adalah faktor kualitas pelatih dan manajemen yang tersusun atas variabel kualitas pelatih dan kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub. b. Berdasarkan analisis pesaing yang diolah dengan multidimensional scalling, klub sepakbola yang menempati peringkat pertama pesaing terdekat klub Persib Bandung adalah Arema Indonesia disusul oleh Sriwijaya FC, Persija Jakarta, dan Persipura Jayapura sebagai peringkat kedua, ketiga, dan keempat. c. Penelitian menghasilkan penilaian responden terhadap klub Persib Bandung sebagai klub sepakbola yang memiliki positioning mandiri dalam pendanaan dan pengelolaan, mudah memperoleh merchandise dan tiket, memiliki banyak sponsor, memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir, memiliki popularitas (nama besar) yang baik, dan bertaburan pemain bintang.
66
2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan, maka saran bagi PT Persib Bandung Bermartabat antara lain : a. Mengkoordinir secara resmi lebih banyak lagi acara nonton bersama yang diselenggarakan di lokasi-lokasi strategis sebagai target pasar baru. b. Mempertahankan dan meningkatkan variabel yang menjadi keunggulan utama dan variabel yang dinilai sangat baik oleh reponden yang menilai klub Persib Bandung. c. Meningkatkan kinerja untuk membangun variabel yang bernilai cukup dan memperbaiki variabel yang dinilai sebagai kelemahan klub Persib Bandung, d. Menjaga positioning yang telah terbentuk agar tetap kuat sehingga dapat digunakan sebagai modal untuk memperoleh lebih banyak sponsor dan investor.
67
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, R. 2009. Analisis Positioning Jagorawi Golf and Country Club Cibinong Bogor Berdasarkan Persepsi Pelanggan. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Durianto, D, Sugiarto dan T. Sitinjak. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Eidiri, T. 2009. Analisis Positioning Institut Pertanian Bogor Berdasarkan Persepsi Siswa Siswi SMA di Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Engel, JF, R.D Blacwell dan P. W. Miniard. 1993. Consumer Behavior. 7th Edition. Florida: The Dryden Press, Orlando. Kasali, R. 1998. Membidik Pasar Indonesia : Segmentation, Targeting dan Positioning. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Salemba Empat, Jakarta. Kotler, P dan Gary Armstrong. 2003. Dasar-Dasar Pemasaran. PT. Indeks, Jakarta. Malhotra, N. K. 1996. Marketing Research : An Applied Orientation. Edition. Mc Graw-Hill. Inc.
Second
Mangkunegara, A. P. 1988. Perilaku Konsumen. PT Eresco, Bandung. Odictna. 2010. Balada Profesionalisme Klub Sepakbola : Profesionalisme dan APBD http://odictna.multiply.com/journal/item/2/ [2 Februari 2010] Pradita. 2006. Analisis Positioning XL Bebas dan Jempol Pada PT Excelcomindo Pratama. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. PSSI. Sejarah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). 2010. http://pssifootball.com/id/history.php [4 April 2010] Rangkuti, F. 2002. The Power Of Brands : Teknik Mengelola Brand Equity Strategi Pengembangan Merek Plus Analisa Kasus dengan SPSS. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sarkasme. 2010. Persib Bandung, Klub dengan Sponsor Paling Banyak di Indonesia. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3583132 [12 Maret 2010]
68
Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Simamaung. 2009. Sejarah Persib Bandung. http://simamaung.com/sejarahpersib-bandung/ [Januari 2009] Sitinjak T.J.R. dan Sugiarto. 2006. Lisrel. Graha Ilmu, Yogyakarta. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor. Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Umar, H. 2003. Metode Riset Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. _______. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wikipedia. Sriwijaya FC. http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya_FC. (28 Juli 20100 Wikipedia. Persija Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Persija_Jakarta. (28 Juli
2010) Wikipedia. Persipura Jayapura. http://id.wikipedia.org/wiki/Persipura_Jayapura (28 Juli 2010) Wikipedia. Arema Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Arema_indonesia (2 Agustus 2010)
69
LAMPIRAN
70
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
No.
Kuesioner ini merupakan bahan yang digunakan untuk penelitian mengenai “ANALISIS POSITIONING
KLUB
PERSIB
BANDUNG
SEBAGAI
KLUB
SEPAKBOLA
PROFESIONAL YANG DIKELOLA PT PERSIB BANDUNG BERMARTABAT DALAM INDUSTRI SEPAKBOLA INDONESIA” guna penyelesaian tugas akhir yang dilakukan oleh: Nama: Windha Afrina NRP : H24060771 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Penelitian ini sangat penting dalam penyusunan skripsi saya, maka saya mengharapkan kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dalam kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas partisipasinya, saya ucapkan terima kasih. Petunjuk: -
Berilah tanda (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, tuliskan jawaban Anda pada tempat yang telah disediakan
A. SCREENING 1. Apakah Anda gemar menonton pertandingan sepakbola khususnya Liga Super Indonesia? a Ya (terus)
b Tidak (stop)-Terimakasih
2. Apakah Anda mengetahui klub-klub sepakbola profesional yang ada di Indonesia? a Ya (terus)
b Tidak (stop)-Terimakasih
B. PROFIL RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Fakultas : a.
FAPERTA
d. FAPET
g. FMIPA
b.
FKH
e. FAHUTAN
h. FEM
c.
FPIK
f. FATETA
i. FEMA
4. Departeman / Angkatan : 5. Usia : a. 17-19tahun
b. 20-22tahun
c. 23-25tahun
6. Cara Menonton Sepakbola Indonesia yang paling sering anda lakukan: a.
Menonton sendiri dari siaran televisi
b.
Menonton dari siaran televisi dalam acara nonton bersama
71
Lanjutan Lampiran 1
c.
Menonton langsung di stadion
d.
Lain-lain…………….. ………….(silakan sebutkan)
C. ANALISIS 1. Sebutkan satu saja klub sepakbola profesional di Indonesia yang paling Anda ingat! ………………………… 2. Selain klub sepakbola yang Anda sebutkan di atas, apa lagi klub sepakbola professional di Indonesia yang Anda ingat? a.
…………………
b.
…………………
c.
…………………
d.
…………………
3. Seberapa penting menurut Anda atribut ini dalam suatu Klub Sepakbola Profesional? Keterangan: 1= tidak penting
4= penting
2= kurang penting
5= sangat penting
3= cukup penting
No. 1. 2. 3. 4.
Pernyataan Kemandirian dalam pendanaan dan pengelolaan klub Kemudahan dalam memperoleh merchandise dan tiket pertandingan Kerjasama dengan pihak sponsor Prestasi klub di lapangan
6.
Keberadaan supporter yang loyal dan terorganisir Popularitas dan Nama besar klub sepakbola
7.
Frekeunsi pemberitaan di media
8.
Stadion
9.
Sportivitas tim dalam pertandingan
10.
Adanya pemain bintang
11.
Kualitas pelatih
5.
12. 13.
1
Alternatif Jawaban 2 3 4
Kondusivitas dalam penyelenggaraan pertandingan kandang Frekuensi penayangan secara live di televisi
4. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Sriwijaya FC? a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas
5
72
Lanjutan Lampiran 1 c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
5. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub
sepakbola
Sriwijaya FC? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No. 1. 2. 3. 4.
Pernyataan
6. 7.
Frekeunsi pemberitaan di media sering
8.
Memiliki stadion yang baik
9.
Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10.
Memiliki banyak pemain bintang
11.
Memiliki pelatih yang berkualitas
12. 11.
2
Alternatif Jawaban 3 4
5
Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan secara mandiri dan professional Merchandise dan tiket pertandingan mudah diperoleh Memiliki banyak sponsor Memiliki prestasi yang baik di lapangan Memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir Klub sepakbolapopuler dan memiliki nama besar yang baik
5.
1
Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Memiliki pelatih yang berkualitas
Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Pertandingan selalu ditayangkan secara live 13. di televise 6. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persija Jakarta? 12.
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
7. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub
sepakbola Persija
Jakarta? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
73
Lanjutan Lampiran 1
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pernyataan
1
Alternatif Jawaban 2 3 4
5
Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan secara mandiri dan professional Merchandise dan tiket pertandingan mudah diperoleh Memiliki banyak sponsor Memiliki prestasi yang baik di lapangan Memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir Klub sepakbola popular dan memiliki nama besar yang baik Frekeunsi pemberitaan di media sering Memiliki stadion yang baik Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi Memiliki banyak pemain bintang Memiliki pelatih yang berkualitas Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Pertandingan selalu ditayangkan secara live di televise
8. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persipura Jayapura? a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut 9. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub
sepakbola
Persipura Jayapura? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pernyataan Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan secara mandiri dan professional Merchandise dan tiket pertandingan mudah diperoleh Memiliki banyak sponsor Memiliki prestasi yang baik di lapangan Memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir Klub sepakbola popular dan memiliki nama besar yang baik Frekeunsi pemberitaan di media sering Memiliki stadion yang baik Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
1
Alternatif Jawaban 2 3 4
5
74
Lanjutan Lampiran 1 Memiliki banyak pemain bintang Memiliki pelatih yang berkualitas
10. 11.
Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Pertandingan selalu ditayangkan secara live di televise
12. 13.
10. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Persib Bandung? a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut 11. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub
sepakbola Persib
Bandung? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No.
Pernyataan
3.
Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan secara mandiri dan professional Merchandise dan tiket pertandingan mudah diperoleh Memiliki banyak sponsor
4.
Memiliki prestasi yang baik di lapangan
1. 2.
6.
Memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir Klub sepakbola popular dan memiliki nama besar yang baik
7.
Frekeunsi pemberitaan di media sering
8.
Memiliki stadion yang baik
9.
Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10.
Memiliki banyak pemain bintang
11.
Memiliki pelatih yang berkualitas
5.
12. 13.
1
Alternatif Jawaban 2 3 4
Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Pertandingan selalu ditayangkan secara live di televise
12. Apakah Anda mengenal klub sepakbola Arema Indonesia? a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam jawaban di atas b. Ya, saya tahu tetapi saya lupa mencantumkan dalam jawaban di atas c. Tidak, saya tidak mengenal klub sepakbola tersebut
5
75
Lanjutan Lampiran 1 13. Jika jawaban Anda ya, apa yang terlintas dalam benak Anda terhadap klub
sepakbola
Arema Indonesia? Berikan penilaian Anda dengan melingkari penilaian angka (1-5). Angka 1 merupakan nilai terendah dan angka 5 merupakan nilai tertinggi.
No.
Pernyataan
1
3.
Pendanaan dan pengelolaan klub dilakukan secara mandiri dan professional Merchandise dan tiket pertandingan mudah diperoleh Memiliki banyak sponsor
4.
Memiliki prestasi yang baik di lapangan
1. 2.
6.
Memiliki banyak supporter yang loyal dan terorganisir Klub sepakbola popular dan memiliki nama besar yang baik
7.
Frekeunsi pemberitaan di media sering
8.
Memiliki stadion yang baik
9.
Sportivitas tim dalam pertandingan tinggi
10.
Memiliki banyak pemain bintang
11.
Memiliki pelatih yang berkualitas
5.
12. 13.
Alternatif Jawaban 2 3 4
5
Dapat menyelenggarakan pertandingan kandang dengan kondusif Pertandingan selalu ditayangkan secara live di televise
14. Bagaimana pendapat anda mengenai pasangan klub sepakbola di bawah ini? Beikan penilaian dengan ketentuan : 1=sangat sama 4=banyak perbedaan 2=banyak kesamaan 5=sangat berbeda 3=persamaan dan perbedaan seimbang No
Pasangan Klub 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persib Bandung & Sriwijaya FC Persib Bandung & Persija Jakarta Persib Bandung & Persipura Jayapura Persib Bandung & Arema Indonesia Sriwijaya FC & Persija Jakarta Sriwijaya FC & Persipura Jayapura Sriwijaya FC & Arema Indonesia Persija Jakarta & Persipura Jayapura Persija Jakarta Arema Indonesia Persipura Jayapura & Arema Indonesia
2
Skor 3
4
5
76
Lampiran 2. Uji Validitas Correlations PTG1
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG2
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG3
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG4
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG5
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG6
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG7
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG8
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG9
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG1 0
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG1 1
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG1 2
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG1 3
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
TOT AL
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
PTG1
PTG2
PTG3
PT G4
1
-.020
.425( **)
.
.459
30 -.020
PT G1 3
TOTAL
-.020
.02 3
.475(** )
.
.459
.45 1
.004
30
30
30
30
30
.058
-.020
1.000 (**)
.33 1(*)
.490(** )
.350
.380
.459
.
.03 7
.003
30
30
30
30
30
30
30
.201
-.071
.333( *)
.494(** )
.425( **)
.217
PTG1 1
PTG1 2
.152
1.000 (**)
.089
.212
30
30
.118
.073
.016
.268
30
PTG5
PTG6
PTG7
PTG8
PTG9
PTG10
.29 7
.023
.063
.171
.022
.253
.010
.05 6
.451
.371
.183
.455
30
30
30
30
30
30
1
.217
.331( *)
.329( *)
.392( *)
.459
.
.125
.037
.038
30
30
30
30
30
30
-.141
.095
.13 4 .24 0
.14 1 .22 8
.425( **)
.217
1
.41 0(*)
.479(** )
.010
.125
.
.01 2
.228
.309
.144
.354
.036
.003
.010
.125
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.297
-.134
.410( *)
1
.010
.027
-.206
.199
.491( **)
.290
.297
-.134
.01 0
.396(*) .015
.004
.056
.240
.012
.
.479
.444
.137
.146
.003
.060
.056
.240
.47 9
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.023
.331( *)
-.141
.01 0
1
.477( **)
.422( *)
.192
.153
-.041
.023
.331( *)
1.0 00(* *)
.541(** )
.451
.037
.228
.47 9
.
.004
.010
.155
.209
.415
.451
.037
.
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.063
.329( *)
.095
.02 7
.477( **)
1
.461( **)
.447( **)
.135
.259
.063
.329( *)
.371
.038
.309
.44 4
.004
.
.005
.007
.239
.084
.371
.038
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.171
.392( *)
.201
.422( *)
.461( **)
1
.115
.240
.494(** )
.171
.392( *)
.42 2(*)
.609(** )
.183
.016
.144
.010
.005
.
.273
.101
.003
.183
.016
.01 0
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.192
.447( **)
.115
1
.391( *)
.336(*)
.022
.118
.19 2
.513(** )
.20 6 .13 7
.47 7(** ) .00 4
.629(** ) .000
.022
.118
-.071
.19 9
.455
.268
.354
.14 6
.155
.007
.273
.
.016
.035
.455
.268
.15 5
.002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.253
.073
.333( *)
.153
.135
.240
.391( *)
1
.504(** )
.253
.073
.15 3
.626(** )
.089
.350
.036
.209
.239
.101
.016
.
.002
.089
.350
.20 9
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.152
.058
.494( **)
.29 0
-.041
.259
.494( **)
.336( *)
.504( **)
1
.152
.058
.212
.380
.003
.06 0
.415
.084
.003
.035
.002
.
.212
.380
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
-.020
.425( **)
.29 7
.023
.063
.171
.022
.253
.152
1
-.020
.02 3
.475(** )
.451
.371
.183
.455
.089
.212
.
.459
.45 1
.004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.331( *)
.329( *)
.392( *)
.118
.073
.058
-.020
1
.33 1(*)
.490(** )
.037
.038
.016
.268
.350
.380
.459
.
.03 7
.003
30
30
30
30
30
30
30
1
.541(** )
.49 1(** ) .00 3
.04 1 .41 5
.562(** ) .001
.
.459
.010
.05 6
30
30
30
30
-.020
1.000 (**)
.217
.459
.
.125
30
30
30
30
30
30
30
.023
.331( *)
-.141
.01 0
1.000 (**)
.477( **)
.422( *)
.192
.153
-.041
.023
.331( *)
.
.004
.010
.155
.209
.415
.451
.037
.
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.13 4 .24 0
.451
.037
.228
.47 9
30
30
30
30
.475( **)
.490( **)
.479( **)
.39 6(*)
.541( **)
.629( **)
.609( **)
.513( **)
.626( **)
.562(** )
.475( **)
.490( **)
.001
.000
.000
.002
.000
.001
.004
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
.004
.003
.004
.01 5
30
30
30
30
.54 1(** ) .00 1 30
1 . 30
77
Lanjutan Lampiran 2 Correlations
SFC1
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC2
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC3
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC4
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC5
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC6
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC7
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC8
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC9
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC10
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC11
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC12
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC13
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
SFC4
SFC5
SFC6
SFC7
SFC8
SFC9
SFC10
SFC1 1
SFC1 2
SFC1 3
TOTAL
.284
.344(*)
-.011
1.000 (**)
.348(*)
-.011
.212
.125
-.061
.212
.046
.636(**)
.030
.064
.031
.477
.
.030
.477
.131
.255
.374
.131
.404
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000(* *)
-.120
.135
-.126
.126
.135
.333( *)
.480(**)
.
.263
.239
.254
.254
.239
.036
.004
SFC1
SFC2
SFC3
1
.348( *)
. 30 .348( *)
1
.075
.180
-.120
.348( *)
.030
.
.346
.170
.263
.030
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.284
.075
1
.000
.064
.284
.075
.064
-.057
.301
.162
-.057
-.005
.368(*)
.064
.346
.
.500
.368
.064
.346
.368
.381
.053
.196
.381
.489
.023
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.344( *)
.180
.000
1
.268
.344( *)
.180
.268
.084
.051
.225
.084
.100
.478(**)
.031
.170
.500
.
.076
.031
.170
.076
.329
.395
.116
.329
.299
.004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.011
-.120
.064
.268
1
-.011
-.120
1.000 (**)
.264
.112
.369( *)
.264
.133
.483(**)
.477
.263
.368
.076
.
.477
.263
.
.080
.277
.022
.080
.242
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.348( *)
.284
.344(*)
-.011
1
.348(*)
-.011
.212
.125
-.061
.212
.046
.636(**)
.
.030
.064
.031
.477
.
.030
.477
.131
.255
.374
.131
.404
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.348( *)
1.000 (**)
.075
.180
-.120
.348( *)
1
-.120
.135
-.126
.126
.135
.333( *)
.480(**)
.030
.
.346
.170
.263
.030
.
.263
.239
.254
.254
.239
.036
.004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.011
-.120
.064
.268
1.000 (**)
-.011
-.120
1
.264
.112
.369( *)
.264
.133
.483(**)
.477
.263
.368
.076
.
.477
.263
.
.080
.277
.022
.080
.242
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.212
.135
-.057
.084
.264
.212
.135
.264
1
.185
.079
1.000 (**)
.183
.612(**)
.131
.239
.381
.329
.080
.131
.239
.080
.
.164
.339
.
.166
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.125
-.126
.301
.051
.112
.125
-.126
.112
.185
1
.167
.185
-.241
.310(*)
.255
.254
.053
.395
.277
.255
.254
.277
.164
.
.189
.164
.100
.048
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.061
.126
.162
.225
.369( *)
-.061
.126
.369( *)
.079
.167
1
.079
.255
.406(*)
.374
.254
.196
.116
.022
.374
.254
.022
.339
.189
.
.339
.087
.013
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.212
.135
-.057
.084
.264
.212
.135
.264
1.000 (**)
.185
.079
1
.183
.612(**)
.131
.239
.381
.329
.080
.131
.239
.080
.
.164
.339
.
.166
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.046
.333( *)
-.005
.100
.133
.046
.333(*)
.133
.183
-.241
.255
.183
1
.368(*)
.404
.036
.489
.299
.242
.404
.036
.242
.166
.100
.087
.166
.
.023
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.636( **)
.480( **)
.368( *)
.478(**)
.483( **)
.636( **)
.480(**)
.483( **)
.612( **)
.310(*)
.406( *)
.612( **)
.368( *)
1
.000
.004
.023
.004
.003
.000
.004
.003
.000
.048
.013
.000
.023
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
* Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
78
Lanjutan Lampiran 2 Correlations JAK1 JAK1
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK2
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK3
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK4
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK5
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK6
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK7
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK8
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK9
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK10
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK11
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK12
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK13
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
TOTAL
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
JAK7
JAK 8
JAK 9
JAK1 0
JAK1 1
JAK1 2
.004
.132
.008
1.00 0(**)
.004
-.050
.132
.008
.594(**)
.
.491
.243
.483
.
.491
.397
.243
.483
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.050
JAK2
JAK3
JAK4
JAK5
1
-.050
.132
.004
1.000 (**)
.
.397
.243
.491
30
30
30
30
JAK6
JAK13
TOTAL
-.050
1
-.055
-.145
-.050
-.145
-.055
.320( *)
-.145
1.000 (**)
-.055
.320(*)
.281
.397
.
.387
.222
.397
.222
.387
.042
.397
.222
.
.387
.042
.066
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.057
.132
.300
-.055
1.000 (**)
-.057
.552(**)
.383
.243
.054
.387
.
.383
.001
.132
-.055
1
.300
.132
.300
1.000 (**)
.243
.387
.
.054
.243
.054
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.004
-.145
.300
1
.004
1.000(* *)
.300
.312( *)
.004
1.000 (**)
-.145
.300
.312(*)
.571(**)
.491
.222
.054
.
.491
.
.054
.047
.491
.
.222
.054
.047
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000(* *)
-.050
.132
.004
1
.004
.132
.008
1.00 0(**)
.004
-.050
.132
.008
.594(**)
.
.397
.243
.491
.
.491
.243
.483
.
.491
.397
.243
.483
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.004
-.145
.300
1.000 (**)
.004
1
.300
.312( *)
.004
1.000 (**)
-.145
.300
.312(*)
.571(**)
.491
.222
.054
.
.491
.
.054
.047
.491
.
.222
.054
.047
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.132
-.055
1.000 (**)
.300
.132
.300
1
-.057
.132
.300
-.055
1.000 (**)
-.057
.552(**)
.243
.387
.
.054
.243
.054
.
.383
.243
.054
.387
.
.383
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.008
.320( *)
-.057
.312( *)
.008
.312(*)
-.057
1
.008
.312( *)
.320( *)
-.057
1.000(* *)
.491(**)
.483
.042
.383
.047
.483
.047
.383
.
.483
.047
.042
.383
.
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000(* *)
-.050
.132
.004
1.000 (**)
.004
.132
.008
1
.004
-.050
.132
.008
.594(**)
.
.397
.243
.491
.
.491
.243
.483
.
.491
.397
.243
.483
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.004
-.145
.300
1.000 (**)
.004
1.000(* *)
.300
.312( *)
.004
1
-.145
.300
.312(*)
.571(**)
.491
.222
.054
.
.491
.
.054
.047
.491
.
.222
.054
.047
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.050
1.000 (**)
-.055
-.145
-.050
-.145
-.055
.320( *)
.050
-.145
1
-.055
.320(*)
.281
.397
.
.387
.222
.397
.222
.387
.042
.397
.222
.
.387
.042
.066
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.132
-.055
1.000 (**)
.300
.132
.300
1.000 (**)
-.057
.132
.300
-.055
1
-.057
.552(**)
.243
.387
.
.054
.243
.054
.
.383
.243
.054
.387
.
.383
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.008
.320( *)
-.057
.312( *)
.008
.312(*)
-.057
1.00 0(**)
.008
.312( *)
.320( *)
-.057
1
.491(**)
.483
.042
.383
.047
.483
.047
.383
.
.483
.047
.042
.383
.
.003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.594(**)
.281
.552( **)
.571( **)
.594( **)
.571(**)
.552( **)
.491( **)
.594 (**)
.571( **)
.281
.552( **)
.491(**)
1
.000
.066
.001
.000
.000
.000
.001
.003
.000
.000
.066
.001
.003
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
79
Lanjutan Lampiran 2 PUR1 PUR1
Pearson Correlation Sig. (1tailed)
PUR2
.395(* )
.304
-.032
.395(* )
-.057
-.032
.395(*)
1.000( **)
.304
.114
.633(* *) .000
.432
.015
.383
.432
.015
.
.051
.274
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.046
1
-.267
-.049
.396(* )
-.044
-.049
-.129
-.044
-.049
.046
.396(* )
.303
.323(* )
Sig. (1tailed)
.404
.
.077
.399
.015
.409
.399
.248
.409
.399
.404
.015
.052
.041
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.236
.074
.769(* *)
.236
-.019
-.217
-.217
.311(* ) .047
Pearson Correlation
-.019
-.267
Sig. (1tailed)
.461 30
Pearson Correlation
1
.236
-.217
.769(* *)
.077
.
.105
.125
.000
.105
.350
.000
.105
.461
.125
.125
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.060
.137
1.000(** )
.395(* )
-.267
-.321(*)
.544(* *)
.377
.235
.
.015
.077
.042
.001
.395(*)
-.049
.236
1
-.267
.137
1.000( **)
.015
.399
.105
.
.077
.235
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.304
.396(*)
-.217
-.267
1
-.114
-.267
.088
-.114
-.267
.304
1.000( **)
.692(**)
.520(* *)
Sig. (1tailed)
.051
.015
.125
.077
.
.274
.077
.321
.274
.077
.051
.
.000
.002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
-.032
-.044
.769(* *)
.137
-.114
1
.137
.054
1.000( **)
.137
-.032
-.114
-.114
.393(* )
Sig. (1tailed)
.432
.409
.000
.235
.274
.
.235
.388
.
.235
.432
.274
.274
.016
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.395(* )
Pearson Correlation
.395(*)
-.049
.236
1.000( **)
-.267
.137
1
-.060
.137
1.000(** )
-.267
-.321(*)
.544(* *)
.015
.399
.105
.
.077
.235
.
.377
.235
.
.015
.077
.042
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
-.057
-.129
.074
-.060
.088
.054
-.060
1
.054
-.060
-.057
.088
.146
.156
Sig. (1tailed)
.383
.248
.350
.377
.321
.388
.377
.
.388
.377
.383
.321
.221
.206
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.137
-.114
1.000( **)
.137
.054
Pearson Correlation
-.032
-.044
.769(* *)
Sig. (1tailed)
.432
.409
.000
.235
.274
.
.235
30
30
30
30
30
30
30
1.000( **)
-.267
.137
1.000( **)
-.060
.137
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
1
.137
-.032
-.114
-.114
.393(* )
.388
.
.235
.432
.274
.274
.016
30
30
30
30
30
30
30
1
.395(* )
-.267
-.321(*)
.544(* *) .001
.395(*)
-.049
.236
.015
.399
.105
.
.077
.235
.
.377
.235
.
.015
.077
.042
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.304
-.032
.395(* )
-.057
-.032
.395(*)
1
.304
.114
.633(* *)
.051
.432
.015
.383
.432
.015
.
.051
.274
.000
1.000(** )
.046
-.019
.395(* )
.
.404
.461
.015
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.304
.396(*)
-.217
-.267
1.000( **)
-.114
-.267
.088
-.114
-.267
.304
1
.692(**)
.520(* *)
Sig. (1tailed)
.051
.015
.125
.077
.
.274
.077
.321
.274
.077
.051
.
.000
.002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.692(* *)
-.114
.321(* )
.146
-.114
-.321(*)
.114
.692(* *)
1
.326(* )
N Pearson Correlation
.114
.303
-.217
.321(* )
Sig. (1tailed)
.274
.052
.125
.042
.000
.274
.042
.221
.274
.042
.274
.000
.
.039
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.633(**)
.323(*)
.311(* )
.544(* *)
.520(* *)
.393(* )
.544(* *)
.156
.393(* )
.544(**)
.633(* *)
.520(* *)
.326(*)
1
.000
.041
.047
.001
.002
.016
.001
.206
.016
.001
.000
.002
.039
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
N TOTA L
-.019
TOTA L
PUR13
30
Sig. (1tailed)
PUR1 3
.046
PUR1 2
.051
N
PUR1 2
1
PUR1 1
30
N
PUR1 1
PUR10
.015
N
PUR1 0
PUR9
30
Sig. (1tailed)
PUR9
PUR8
.461
N
PUR8
PUR7
30
N
PUR7
PUR6
.404
N
PUR6
PUR5
.
Sig. (1tailed)
PUR5
PUR4
30
N PUR4
PUR3
N Pearson Correlation
N PUR3
PUR2
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
80
Lanjutan Lampiran 2 Correlations
PERSIB 1
PERSIB 2
PERSIB 4
.480
.380
.
.23 2
.232
.380
PERSI B5
PER SIB1 0
PER SIB1 2
PER SIB1 3
.139
-.009
.536(** ) .001
TOTAL
.
.380
.232
.480
30
30
30
30
30
.139
.056
.28 9
1.00 0(**)
.289
.673(** )
.
.232
.384
.06 1
.
.061
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
.056
-.013
.387(*)
.384
.472
.017
30
30
30
.139
-.009
.536(** )
.232
.480
.001
30
30
30
.289
1.000 (**)
.590(** )
30
30
30
30
30
30
30
.139
1
.056
.139
.289
.056
.139
Sig. (1tailed)
.232
.
.384
.232
.061
.384
.232
30
30
30
30
30
30
30 1.0 00( **)
Pearson Correlation
-.058
.056
1
-.058
-.013
1.000 (**)
-.058
.05 6
-.058
1.000 (**)
Sig. (1tailed)
.380
.384
.
.380
.472
.
.380
.38 4
.380
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.139
-.058
1
-.009
-.058
1.000 (**)
.13 9
1.000 (**)
-.058
.
.232
.380
.
.480
.380
.
.23 2
N Pearson Correlation
PE SIB 11 .00 9 .48 0
30
N Pearson Correlation
.01 3 .47 2 30 .00 9 .48 0
.
.380
N Pearson Correlation
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.009
.289
-.013
-.009
1
-.013
-.009
.28 9
-.009
-.013
Sig. (1tailed)
.480
.061
.472
.480
.
.472
.480
.06 1
.480
.472
.
.061
.
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.056
1.000 (**)
-.058
.05 6
-.058
1.000 (**)
.056
-.013
.387(*)
.380
.
.384
.472
.017
30
30
30
30
30
.139
-.009
.536(** )
.232
.480
.001
Pearson Correlation
Pearson Correlation
-.058
-.058
-.013
1
.380
.384
.
.380
.472
.
.380
.38 4
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.139
-.058
1.000 (**)
-.009
-.058
1
.13 9
1.000 (**)
-.058
.
.232
.380
.
.480
.380
.
.23 2
.
.380
30 1.0 00( **)
.01 3 .47 2 30 .00 9 .48 0
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.139
1.000(* *)
.056
.139
.289
.056
.139
1
.139
.056
.28 9
1.00 0(**)
.289
.673(** )
Sig. (1tailed)
.232
.
.384
.232
.061
.384
.232
.
.232
.384
.06 1
.
.061
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.058
1.000 (**)
-.058
1.000 (**)
.13 9
1
-.058
.139
-.009
.536(** )
.380
.
.23 2
.
.380
.232
.480
.001
30
30
30
30
30
.056
-.013
.387(*)
.384
.472
.017
Pearson Correlation
1.000 (**)
.139
.
.232
30
-.009
.380
.
.480
30
30
30
30
30
30
30
-.058
-.013
1.000 (**)
-.058
.05 6
-.058
1
.380
.472
.
.380
.38 4
.380
.
Pearson Correlation
-.058
.056
1.000 (**)
Sig. (1tailed)
.380
.384
.
N
.00 9 .48 0 30 .01 3 .47 2
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
-.009
.289
-.013
-.009
1.000(* *)
-.013
-.009
.28 9
-.009
-.013
1
.289
1.000 (**)
.590(** )
Sig. (1tailed)
.480
.061
.472
.480
.
.472
.480
.06 1
.480
.472
.
.061
.
.000
N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
.139
1.000(* *)
.056
.139
.289
.056
.139
1.0 00( **)
.139
.056
.28 9
1
.289
.673(** )
Sig. (1tailed)
.232
.
.384
.232
.061
.384
.232
.
.232
.384
.06 1
.
.061
.000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.009
1.000(* *)
-.009
.28 9
-.009
-.013
1.0 00( **)
.289
1
.590(** )
.480
.472
.
.061
.
.000
30
30
30
30
30
30
.536( **)
.387( *)
.673 (**)
.590( **)
1
.001
.017
.000
.000
.
30
30
30
30
30
N Pearson Correlation Sig. (1tailed) N TOTAL
.
.
N
PERSIB 13
-.058
Sig. (1tailed)
Sig. (1tailed)
PERSIB 12
1.000 (**)
1.000 (**)
N
PESIB1 1
.13 9
-.058
N
PERSIB 10
1.000 (**)
.139
Sig. (1tailed)
PERSIB 9
-.058
1
N
PERSIB 8
-.009
Pearson Correlation
Sig. (1tailed)
PERSIB 7
PER SIB9
PER SIB4
N PERSIB 6
PE RSI B8
PER SIB3
Sig. (1tailed) PERSIB 5
PER SIB7
PERSI B2
N PERSIB 3
PER SIB6
PER SIB1
Pearson Correlation Sig. (1tailed) N
-.009
.289
-.013
-.013
.480
.061
.472
.480
.
.472
.480
.06 1
30
30
30
30
30
30
30
30
.536( **)
.673(**)
.387( *)
.536( **)
.590(**)
.387( *)
.536( **)
.001
.000
.017
.001
.000
.017
.001
30
30
30
30
30
30
30
.67 3(** ) .00 0 30
.59 0(** ) .00 0 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
81
Lanjutan Lampiran 2 Correlations ARE MA1 AREMA1
AREMA2
AREMA3
AREMA4
AREMA5
AREMA6
AREMA7
AREMA8
AREMA9
AREMA10
AREMA11
AREMA12
AREMA13
TOTAL
Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N Pearson Correlatio n Sig. (1tailed) N
ARE MA2
ARE MA3
1
-.167
-.017
.
.190
30
30
-.167
ARE MA4
ARE MA5
ARE MA6
ARE MA7
ARE MA8
ARE MA9
ARE MA10
ARE MA11
ARE MA12
ARE MA13
TOTA L
.207
.386(* )
1.000 (**)
.113
.207
.386(* )
-.017
1.000 (**)
-.167
.113
.535(* *)
.464
.136
.018
.
30
30
30
30
.277
.136
.018
.464
.
.190
.277
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.049
.535(* *) .001
1
.292
.298
.189
-.167
.049
.298
.189
.292
-.167
.190
.
.059
.055
.159
.190
.398
.055
.159
.059
.190
.
.398
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
-.017
.292
-.124
.495(* *) .003
-.017
.292
1
.235
.100
-.017
-.124
.235
.100
.464 30
.059
.
.106
.300
.464
.257
.106
.300
.
.464
.059
.257
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
-.009
.235
.207
.298
-.164
.539(* *) .001
.207
.298
.235
1
-.009
.207
-.164
.136
.055
30
30
.106
.
.480
.136
.194
.
.480
.106
.136
.055
.194
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
.386(* )
.249
-.009
1.000 (**)
.100
.386(* )
.189
.249
.614(* *) .000
.386(* )
.189
.100
-.009
.018
.159
.300
.480
.
.018
.092
.480
.
.300
.018
.159
.092
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
.113
.207
.386(* )
-.017
1.000 (**)
-.167
.113
.535(* *)
.
.277
.136
.018
.464
.
.190
.277
.001
1.000 (**)
-.167
-.017
.207
.386(* )
.
.190
.464
.136
.018
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.113
.049
-.124
-.164
.249
.113
1
-.164
.249
-.124
.113
.049
1.000 (**)
.321(* )
.277
.398
.257
.194
.092
.277
.
.194
.092
.257
.277
.398
.
.042
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.207
.298
.235
1.000 (**)
-.009
.207
-.164
1
-.009
.235
.207
.298
-.164
.539(* *)
.136
.055
.106
.
.480
.136
.194
.
.480
.106
.136
.055
.194
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.386(* )
.249
-.009
1
.100
.386(* )
.189
.249
.614(* *) .000
.386(* )
.189
.100
-.009
.018
.159
.300
.480
.
.018
.092
.480
.
.300
.018
.159
.092
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.017
.292
1.000 (**)
.235
.100
-.017
-.124
.235
.100
.464
.059
.
.106
.300
.464
.257
.106
30
30
30
30
30
30
30
30
1.000 (**)
.113
.207
.386(* )
-.017
1.000 (**)
-.167
-.017
.207
.386(* )
1
-.017
.292
-.124
.495(* *)
.300
.
.464
.059
.257
.003
30
30
30
30
30
30
1
-.167
.113
.535(* *) .001
.
.190
.464
.136
.018
.
.277
.136
.018
.464
.
.190
.277
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
-.167
1.000 (**)
.292
.298
.189
-.167
.049
.298
.189
.292
-.167
1
.049
.535(* *)
.190
.
.059
.055
.159
.190
.398
.055
.159
.059
.190
.
.398
.001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.113
.049
-.124
-.164
.249
.113
1.000 (**)
-.164
.249
-.124
.113
.049
1
.321(* )
.277
.398
.257
.194
.092
.277
.
.194
.092
.257
.277
.398
.
.042
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
.535(* *)
.535(* *)
.495(* *)
.539(* *)
.614(* *)
.535(* *)
.321(* )
.539(* *)
.614(* *)
.495(* *)
.535(* *)
.535(* *)
.321(* )
1
.001
.001
.003
.001
.000
.001
.042
.001
.000
.003
.001
.001
.042
.
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
82
Lampiran 3. Uji Reliabilitas
KEPENTINGAN ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _ R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 1.4000
-
S C A L E
(A L P
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
3.9308
3.1667
4.4333
1.2667
.2360
Reliability Coefficients Alpha =
A N A L Y S I S
.7782
13 items Standardized item alpha =
.7837
SFC ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 1.9104
-
S C A L E
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
3.5897
2.2333
4.2667
2.0333
.6127
Reliability Coefficients Alpha =
A N A L Y S I S
.7369
13 items Standardized item alpha =
.7368
(A L P
83
Lanjutan Lampiran 3
PERSIJA ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 1.8833
-
S C A L E
(A L P
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
2.7179
2.0000
3.7667
1.7667
.4697
Reliability Coefficients Alpha =
A N A L Y S I S
.7660
13 items Standardized item alpha =
.7743
PERSIPURA ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 2.0656
-
S C A L E
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
3.0897
2.0333
4.2000
2.1667
.7728
Reliability Coefficients Alpha =
A N A L Y S I S
.6690
13 items Standardized item alpha =
.6802
(A L P
84
Lanjutan Lampiran 3
PERSIB ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 1.1495
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
3.9205
3.5667
4.1000
.5333
.0605
Reliability Coefficients Alpha =
.8065
13 items Standardized item alpha =
.8055
AREMA ****** Method 2 (covariance matrix) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A) N of Cases = Item Means Max/Min Variance 1.7083
-
S C A L E
30.0 Mean
Minimum
Maximum
Range
3.5795
2.4000
4.1000
1.7000
.4773
Reliability Coefficients Alpha =
A N A L Y S I S
.8199
13 items Standardized item alpha =
.8261
(A L P
85
Lampiran 4. Analisis Faktor KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Approx. Chi-Square
Bartlett's Test of Sphericity
Df
153.765 78
Sig.
.000
Communalities
Initial
.590
Extraction
VAR00001
1.000
.674
VAR00002
1.000
.535
VAR00003
1.000
.657
VAR00004
1.000
.603
VAR00005
1.000
.503
VAR00006
1.000
.511
VAR00007
1.000
.337
VAR00008
1.000
.559
VAR00009
1.000
.626
VAR00010
1.000
.292
VAR00011
1.000
.723
VAR00012
1.000
.153
VAR00013
1.000
.494
Extraction Method: Principal Component Analysis.
86
Lanjutan Lampiran 4
Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
VAR00001 VAR00002 VAR00003
.076 .133 -.126
.118 -.223 .294
.347 .680 .741
.731 -.066 .075
VAR00004
.000
.771
-.028
-.089
VAR00005 VAR00006
.691
.059
.096
.114
.626 .318
.342 -.203
.012 .441
-.046 -.009
.500 .210
.387 .759
-.399 .037
-.035 -.058
-.079 -.018 .344 .684
.470 -.099 -.166 .018
-.125 -.243 .019 .069
.223 .809 .080 -.142
VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 a.
Rotation converged in 7 iterations.
87
Anti-image Covariance
Anti-image Correlation
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
VAR00 002
VAR00 003
VAR00 004
VAR00 005
VAR00 006
VAR00 007
Anti-image Matrices VAR00 VAR00 VAR00 008 009 010
VAR00 011
VAR000 12
VAR000 13
.825
-.051
-.210
.004
-.024
-.022
.014
.043
.004
-.075
-.263
.019
-.107
-.051 -.210 .004 -.024 -.022 .014 .043 .004 -.075 -.263 .019 -.107
.799 -.150 .157 -.136 .026 -.158 .080 -.075 .105 .090 .026 .030
-.150 .820 -.084 .049 -.083 -.033 .126 -.048 .006 .112 -.017 .031
.157 -.084 .685 -.080 -.015 .063 .002 -.303 .003 .052 .010 .064
-.136 .049 -.080 .771 -.208 -.062 -.040 .042 -.020 -.082 -.013 -.174
.026 -.083 -.015 -.208 .724 -.024 -.195 -.037 -.059 .076 -.017 -.083
-.158 -.033 .063 -.062 -.024 .890 .060 -.071 .080 -.034 -.077 -.054
.080 .126 .002 -.040 -.195 .060 .706 -.193 .032 -.065 .024 -.091
-.075 -.048 -.303 .042 -.037 -.071 -.193 .622 -.133 -.013 .001 -.055
.105 .006 .003 -.020 -.059 .080 .032 -.133 .912 .004 .017 .050
.090 .112 .052 -.082 .076 -.034 -.065 -.013 .004 .830 -.052 .183
.026 -.017 .010 -.013 -.017 -.077 .024 .001 .017 -.052 .960 -.127
.030 .031 .064 -.174 -.083 -.054 -.091 -.055 .050 .183 -.127 .782
.521(a)
-.063
-.256
.005
-.030
-.029
.016
.056
.006
-.086
-.318
.021
-.133
-.063 -.256 .005 -.030 -.029 .016
.541(a) -.186 .213 -.173 .034 -.187
-.186 .504(a) -.112 .062 -.108 -.039
.213 -.112 .574(a) -.111 -.021 .080
-.173 .062 -.111 .633(a) -.278 -.075
.034 -.108 -.021 -.278 .706(a) -.029
-.187 -.039 .080 -.075 -.029 .631(a)
.106 .166 .003 -.054 -.273 .075
-.106 -.068 -.464 .060 -.056 -.095
.124 .007 .004 -.024 -.073 .089
.111 .136 .068 -.102 .099 -.040
.030 -.019 .013 -.015 -.021 -.083
.038 .039 .087 -.224 -.110 -.065
.056 .006 -.086 -.318 .021
.106 -.106 .124 .111 .030
.166 -.068 .007 .136 -.019
.003 -.464 .004 .068 .013
-.054 .060 -.024 -.102 -.015
-.273 -.056 -.073 .099 -.021
.075 -.095 .089 -.040 -.083
.663(a) -.291 .040 -.084 .029
-.291 .596(a) -.176 -.017 .001
.040 -.176 .630(a) .005 .018
-.084 -.017 .005 .529(a) -.058
.029 .001 .018 -.058 .581(a)
-.123 -.079 .059 .227 -.147
.038
.039
.087
-.224
-.110
-.065
-.123
-.079
.059
.227
-.147
.626(a)
-.133 a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Lanjutan Lampiran 4
VAR00 001
86
88
Lanjutan Lampiran 4
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Component
Total
Extraction Sums of Squared Loadings
% of Variance
Cumulative %
Total
% of Variance
Cumulative %
1
2.302
17.709
17.709
2.302
17.709
17.709
2
1.729
13.303
31.012
1.729
13.303
31.012
3
1.377
10.596
41.607
1.377
10.596
41.607
4
1.257
9.672
51.280
1.257
9.672
51.280
5
.991
7.625
58.905
6
.967
7.442
66.347
7
.860
6.618
72.965
8
.742
5.705
78.670
9
.710
5.461
84.132
10
.685
5.272
89.403
11
.522
4.017
93.420
12
.470
3.612
97.032
13
.386
2.968
100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
89
Lanjutan Lampiran 4
Component Matrix(a)
4 components extracted.
Component 1
2
3
4
VAR00001
.095
.293
.622
.439
VAR00002
-.093
.684
.118
-.212
VAR00003
.084
.407
.594
-.363
VAR00004
.552
-.340
.310
-.294
VAR00005
.519
.378
-.156
.259
VAR00006
.683
.159
-.125
.057
VAR00007
.060
.576
-.033
-.017
VAR00008
.644
-.240
-.237
.174
VAR00009
.687
-.185
.264
-.224
VAR00010
.276
-.316
.336
.061
VAR00011
-.102
-.122
.322
.771
VAR00012
.120
.246
-.173
.218
VAR00013
.495
.358
-.338
.074
90
Lanjutan Lampiran 4
2.5
2.0
Eigen value
1.5
1.0
.5
0.0 1
2
3
4
5
6
7
8
Component number
9
10
11
12
13
91
Lampiran 5. Multidimensional Scalling Averaged (rms) over matrices Stress = .22166 RSQ = .65216 Configuration derived in 2 dimensions
Stimulus Coordinates Dimension Stimulus Number
Stimulus Name
1
2
1 2 3 4 5
Persib Sriwijay Persija Persipur Arema
.8405 -.1659 -1.7551 -.2942 1.3748
-1.2355 .6543 -.7492 1.3008 .0296
II.