KLASIFIKASI TANAH TIM PENGASUH M.K. DASAR-DASAR ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIN UNPAD
“Tunjukkan sistem klasifikasimu, agar saya dapat menunjukkan sejauhmana kamu mendalami masalah-masalah penelitianmu” Kubiene (1948) Ahli Fisika Amphere
“Klasifikasi yang baik dan ilmiah, baru dapat dibuat bila orang mengetahui segala sesuatunya tentang benda yang diklasifikasikan”
Pendahuluan
Klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan atas sifat-sifat yang dimilikinya Sangat penting…. Kenapa? Tanah yang berbeda memerlukan perlakuan (pengelolaan) yang berbeda pula
TUJUAN KLASIFIKASI
Mengorganisasi (menata) tanah Mengetahui hubungan individu tanah satu sama lain Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan tertentu; Menaksir sifat-sifatnya Menentukan lahan-lahan terbaik (prime land) Menaksir produktivitasnya Untuk penelitian –kemungkinan eksplorasi Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru
BEBERAPA DEFINISI
Kelas; Kelompok individu dgn sifat2 ttt yang sama. Takson (Taksa): suatu kelas pada tk taksonomik (pengelompokan) ttt. Atau kelas pd kategori ttt.
Kategori:
Sifat-sifat Pembeda:
sifat2 tanah yang digunakan sbg pembeda untuk mengelompokkan individu2 tanah.
Sifat Kategori Berganda (Multiple):
suatu susunan taksa berdasarkan sifat pembeda pd masing2 tk klasifikasi, terdiri dari semua kelas.
secara hierarkis.
sistem kategori
ASAS KLASIFIKASI TANAH Asas Genetik (Genetic thread principle)
Asas Sifat Pembeda Makin Bertambah (Principle of
accumulating differentia)
Asas Menyeluruh Kategori Taksonomik (Principle of wholeness
of taxonomic categories)
Pembatasan Asas Bebas (Ceiling of independence principle)
Klasifikasi Alami Vs Klasifikasi Teknis
Klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tsb Gambaran dasar (sifat fisik, kimia, mineralogi) Sebutan “Klasifikasi Tanah”
Klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifatsifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaanpenggunaan tertentu Sebutan “Klasifikasi Kemampuan atau kesesuaian lahan”
PERKEMBANGAN SISTEM KLASIFIKASI TANAH DI DUNIA 5 (LIMA) PERIODE KLASIFIKASI TEKNIS
Thaer (1853)
Fallou (1862)
Richthofen (1886) DITEMUKANNYA PEDOLOGI
Dokuchaev (1883)
Siberstsev - Glinka AMERIKA AW AL
Ruffin (1832)
Hilgard (1833-1906)
Milton W hitney (1909) AMERIKA PERTENGAHAN
Marbut (1935)
Baldwin, Kellog, & Thorp (1938) KUANTITATIF MODERN
Thorp & Smith (1949)
Riecken & Smith (1949)
Soil Survey Staff (1975)
KLASIFIKASI TANAH MARBUT (1935) Kategori 6 Kategori 5
Kategori 4
Kategori 3
Kategori 2 Kategori 1
Pedalfers Tanah-tanah berasal dari “cumminuted” secara mekanis Tanah-tanah berasal dari bahan dekomposisi siallitik Tanah-tanah berasal dari bahan dekompisisi allitik Tundra Podzols Podsolik Coklat Kelabu Tanah Merah Tanah Kuning Tanah Lateritik Tanah Laterit Kelompok Tanah matang tetapi seri-seri tanah terkait Tanah Rawa Tanah Glei Rendzina Tanah Aluvial Tanah belum matang pada lereng Tanah Bergaram Tanah Alkali Tanah Gambut Seri-seri Tanah Satuan atau Tipe Tanah
Pedocals Tanah-tanah berasal dari “cumminuted” secara mekanis
Chernozem Tanah Coklat Gelap Tanah Coklat Tanah Kelabu Tanah Pedocalik Kelompok Tanah matang tetapi seri-seri tanah terkait Tanah Rawa Tanah Glei Rendzina Tanah Aluvial Tanah belum matang pada lereng Tanah Bergaram Tanah Alkali Tanah Gambut Seri-seri Tanah Satuan atau Tipe Tanah
PERKEMBANGAN KLASIFIKASI TANAH DI INDONESIA BERDIRINYA PPT 1905
SEJAK TH 1955 MODIFIKASI
Mohr (1910 - 1916)
Dudal - Supraptohardjo (1957)
Tollenaar (1932)
fao/unesco (1974)
Druif (1936)
Soil Taxonomy (1975)
KONGRES KE-5 HITI DI MEDAN 7 - 10 DESEMBER 1989
Key To Soil Taxonomy (1983) Key To Soil Taxonomy (1987) Key To Soil Taxonomy (1990)
Key To Soil Taxonomy (1992)
Key To Soil Taxonomy (1994)
Key To Soil Taxonomy (1996)
Key To Soil Taxonomy (1998)
Soil Classification
Based on 5 factors of soil formation Pedon 1-10 m2 large enough to permit study of horizons, chemistry; too small for mapping Polypedon - approximates a series (16,000 in U.S.) - a grouping of similar, contiguous pedons - constitutes a mapping unit
7th approximation - Soil Taxonomy
soils as natural bodies capable of classification (vary systematically) classification based on extant properties, not presumed genesis systematic nomenclature
Diagnostic Horizons - characterize an order or suborder Surface horizons (epipedons)
Mollic (A) - Thick, dark colored, high base saturation, strong structure; Diagnostic for Mollisols
Umbric (A) saturation
Ochric (A) - Light colored, low organic content, may be hard and massive when dry
Histic (O) - Very high in organic content, wet during some part of year diagnostic for Histosols
-
Same as Mollic, except low base
Subsurface horizons Argillic
(Bt)
- Silicate clay accumulation Natric (Btn) - Argillic, high in sodium, columnar or prismatic Spodic
structure
(Bhs or Bs) - Organic matter and/or Al and Fe oxide accumulation Cambic (B) - Changed or altered by physical movement or by chemical reactions; characteristic Inceptisols Oxic
(Bo)
Fragipan (x) - Brittle pan, usually loamy textured, weakly cemented
(Spodosols)
Calcic
- (k) - Accumulation of CaCO3 or CaMg(CO3)2 - "caliche“usually in Aridisols or Mollisols Gypsic (y) - Accumulation of Gypsum; only in arid soils Albic (E) - Light colored, clay, Fe and Al oxides mostly removed
PERBANDINGAN KLASIFIKASI (Tumbuhan - Tanah)
KATEGORI
Phylum Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Species repens
NAMA : Pteridophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Rosales : Leguminoseae : Trifolium : Trifolium
KATEGORI
NAMA
Order : Alfisol Suborder : Udalf Great Group: Hapludalf Subgroup : Typic Hapludalf Family : Fine loamy, mixed, mesic Seri : Miami (Phase) : Tererosi
HORISON PENCIRI
EPIPEDON HORISON BAWAH PENCIRI HORISON PENCIRI UNTUK TANAH ORGANIK PENCIRI KHUSUS REGIM TEMPERATUR REGIM KELEMBABAN
EPIPEDON E. HISTIK : b.o > 20% E. MOLLIK : b.o > 1%; warna lembab/value > 3,5 tebal 18 cm atau lebih; KB > 50%
E. UMBRIK : spt mollik tetapi KB < 50% E. ANTHROPIK : spt mollik tetapi > 250 ppm P2O5 larut dlm asam sitrat
E. OCHRIK : warna terang value > 3,5; b.o < 1% atau keras-sangat keras & masif
E. PLAGGEN : Tebal > 50 cm, hitam, terbentuk krn pemupukan organik yg terus menerus
+ HORISON ARENIK : banyak pasir tebalnya > 50 cm terletak diatas hor. argilik
+ HORISON GLOSSARENIK : spt arenik, tetapi tebalnya > 100 cm
HORISON BAWAH PENCIRI H. AGRIK : di bwh lap olah terdapat akumulasi debu, liat & humus H. ALBIK : Hor berwarna pucat (A2) warna value lembab > 5 H. ARGILIK : Hor penimbunan liat (B, paling sedikit 1,2 X liat diatasnya); selaput liat H. KALSIK : tebal > 15 cm, CaCO3 atau MgCO3 tinggi H. KAMBIK : Indikasi lemah adanya argilik/spodik tdk memenuhi syarat utk kedua hor tsb H. GIPSIK : Gipsum (CaSO4) H. NATRIK : Hor argilik Na H. OKSIK : tebal > 30 cm, KTK (NH4OAc) < 16 me/100 g liat, KTK eff < 12 me/a00 g liat H. PETROKLASIK: Hor kalsik yang mengeras H. PETROGIPSIK : Hor gipsik yang mengeras H. SALIK : tebal > 15 cm, banyak garam2 sekunder mdh larut H. SOMBRIK : Hor berwarna gelap, sifat spt epi umbrik, terjadi iluviasi humus tanpa Al & tdk terletak di bawah hor albik H. SPODIK : Hor iluviasi sesquioksida bebas & b.o H. SULFURIK : Hor sulfat masam (cat clay); pH < 3,5, karatan --jerosit H. KANDIK : Spt argilik tetapi KTK (NH4OAc) < 16 me/100 g liat, KTK eff < 12 me/a00 g liat
HORISON PENCIRI UNTUK TANAH ORGANIK
BAHAN FIBRIK : b.o. kasar > 2/3
BAHAN HEMIK : b.o. kasar 1/3 - 2/3
BAHAN SAPRIK : b.o. kasar < 1/3
BAHAN HUMILLUVIK : iluviasi humus setelah lama digunakan cocok taman
BAHAN LIMNIK : endapan organik/anorganik dari mahluk hidup di air
PENCIRI KHUSUS
KONKRESI PADAS (PAN) ORTERDE ORSTEIN FRAGIPAN DURIPAN PADAS LIAT (CLAY PAN)
KROTOVINAS PLINTIT SLICKENSIDE SELAPUT LIAT (CLAY SKIN) KONTAK LITHIK KONTAK PARALITHIK
REGIM TEMPERATUR PERGILIC - Suhu tanah rata2 thn < 0oC CRYIC - Suhu tanah rata2 thn 0o - 8oC, m.panas < 15oC FRIGID - Suhu tanah rata2 thn 0o - 8oC, m.panas > 15oC MESIC - Suhu tanah rata2 thn 8o - 15oC THERMIC - Suhu tanah rata2 thn 15o - 22oC HYPERTHERMIC - Suhu tanah rata2 thn > 22oC ISO (FRIGID, MESIC, THERMIC, HYPRETHERMIC) - Perbedaan suhu tanah rata2 m.panas dan m.dingin < 5oC TROPIC - Sifat iso & suhu tanah rata2 thn > 8o (iso mesic atau lebih panas)
REGIM KELEMBABAN
AQUIC – Tanah jenuh air – reduksi karatan, kroma rendah
ARIDIC / TORIC – Kering > 6 bln (bila tanah tdk pernah beku). Tdk pernah lembab > 90 hr berturut-turut atau lebih setiap tahun
PERUDIC – CH setiap bln selalu > evapotranspirasi
UDIC – Tdk pernah kering 90 hr (kumulatif) setiap thn
USTIC – Kering >90 hr (kumulatif) setiap thn, tetapi < 180 hr
XERIC – hanya di mediteran, setiap thn kering > 45 hr berturut-turut di m.panas, dan lembab > 45 hr berturut-turut di m.dingin
TATA NAMA
NAMA ORDER
AKHIRAN UNTUK KATEGORI LAIN
ALFISOL ARIDISOL ENTISOL HISTOSOL INCEPTISOL MOLLISOL OXISOL SPODOSOL ULTISOL VERTISOL ANDISOL GELISOL
ALF ID ENT IST EPT OLL OX OD ULT ERT AND GLEI
ARTI ASAL KATA
dari Al - Fe Eridus, sangat kering dari Recent Histus, jaringan Inceptum, permulaan Mollis, lunak Oxide, oksida Spodos, abu Ultimus, akhir Verto, berubah Ando, tanah hitam Gleik,
Contoh:
Ordo
Subordo
: Ultisol (ultus=akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir). : Udult (udus=humida, lembab, tidak pernah kering)
Great group : Fragiudult (fragifan=padas rapuh, ditemukan fragipan)
Subgroup
: Aquic Fragiudult (aqua=air, kadang-kadang jenuh air)
Famili
:
Seri
Aquic Fragiudult, halus, kaolinit, isohipertermik (halus=besar butir tanah halus/berliat halus; kaolinitik=mineral liat yang dominan; adalah kaolinit; isohipertermik=suhu tanah > 22 0C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin < 5 0C : Granada (pertama kali ditemukan di daerah Granada)
Penciri Utama
Ordo
Alfisol
Horizon Penciri Horison argilik
Sifat-sifat Penciri lain KB >35 %, pada kedalaman 180 cm
Andisol
Mempunyai sifat-sifat tanah andik
Aridisol
Regim kelembaban tanah aridik (sangat kering)
Entisol
Hanya ada epipedon ochrik, albik atau histik
-
Gelisol
-
Mempunyai sifat gelik (membeku sepanjang tahun)
Histosol
Epipedon histik tebalnya > 40 cm
-
Inceptisol
Horison kambik
-
Mollisol
Epipedon mollik
KB (NH4OAc pH 7) seluruh solum > 50%
Oxisol
Horison oksik
-
Spodosol
Horison spodik
-
Ultisol
Horison argilik
KB rendah (< 35%), pada kedalaman 180 cm
Vertisol
-
Sifat vertik (mengembangmengkerut) > 30% liat
Classification Categories
Order Suborder Great Group Subgroup Family Series
12 47 230 1,200 6,600 17,000
Sub Order Emphasize similar genesis Especially wetnesss, temperature
Entisols Inceptisols Mollisols Alfisols Ultisols Oxisols
Vertisols Aridisols Spodosols Histosols Andisols Gelisols
Entisols
Entisols are soils of recent origin. These are soils developed in unconsolidated parent material They usually have no genetic horizons except an A horizon All soils that do not fit into one of the other ten orders are Entisols Parent Material may be refreshed, interupting soil development (floodplains) Typical of sandy, wet or dry areas
Inceptisols
Inceptisols are soils that exhibit minimal horizon development They are more developed than Entisols, having a Cambic horizon They still lack the features that are characteristic of other soil orders Inceptisols are widely distributed and occur under a wide range of environmental settings. They are often found on fairly steep slopes, young geomorphic surfaces, and on resistant parent materials.
Eutrochrept asal Northen Micigan
Mollisols
Mollisols are the soils of grassland ecosystems. They have a thick, soft, dark surface called a mollic epipedon This dark, fertile surface horizon results from addition of organic materials from plant roots. They have high base saturation and good crumb structure Mollisols occur in the middle latitudes in prairie regions such as the Great Plains. Mollisols are among some of the most productive agricultural soils in the world. Endoaquol asal Illinois
Alfisols
Alfisols are forest soils that have relatively high native fertility These soils are well developed and contain an argillic subsurface horizon in which clays have accumulated The argillic horizon has greater than 35% base saturation Alfisols are mostly found in temperate humid and subhumid regions of the world This, along with the native fertility, allows Alfisols to be very productive soils for agriculture and silviculture
Udalf asal Southern Michigan
Ultisols
Ultisols are acid forest soils with relatively low native fertility They have an acidic argillic horizon with less then 35% base saturation They are found in warm, humid temperate and tropical areas of the world, typically on old, stable landscapes The dominant clay is usually kaolinite They often have a yellowish or reddish color due to the formation of Fe oxides Ultisols cannot be used for continuous agriculture without the use of fertilizer and lime. Udult asal North Carolina
Oxisols
Oxisols are very highly weathered soils that are found primarily in tropical regions They contain few weatherable minerals and are rich in Fe and Al oxide (oxic horizon) Oxisols have an extremely low level of native fertility, however, they can be extremely productive soils with inputs of lime and fertilizers.
Torrox asal Hawaii
Vertisols
Verisols are montmorillinite clay-rich soils that shrink and swell with changes in moisture content. They occur under climates that have a seasonal dry period. During the dry period, the soil volume shrinks and deep, wide cracks form. The soil volume expands considerably as it wets up, creating serious engineering problems. Because of the shrink/swell activity of these soils, they often do not have distinct, well-developed horizons. Illuvial clays coat the cracks forming diagnostic "slickensides" Xerert asal Idaho
Idaho
Vertisols cracks
Slickensides
Aridisols
Aridisols are desert soils that have a subsurface horizon They are dry most of the year. Aridisols contain subsurface horizons in which clays, calcium carbonate, silica, salts, and/or gypsum have accumulated. Surface horizons are often sandy, and an ochric epipedon may be evident Where irrigation water is available, Aridisols can be very productive although salinization is a problem
Durid with duripan from Idaho
Spodosols
Spodosols are acid forest soils characterized by a subsurface spodic horizon of humus (Bh) and/or Al & Fe oxides (Bs) These soils often have a lightcolored E horizon overlying a reddish-brown spodic horizon. Spodosols often occur under coniferous forest in cool, moist climates Spodic horizons are created by organic acid leaching Endoaquod in North Carolina Groudwater leaching
Histosols
Histosols are soils composed mainly of organic materials They contain at least 20-30% organic matter by weight and are more than 40 cm thick (Histic horizon) Histosols typically form where poor drainage inhibits decomposition of plant remains Histosols are often referred to as peats and mucks and can be very productive if drained Saprist from Michigan
Andisols
Andisols are soils that have formed in volcanic ash. These soils are dominated by amorphous minerals such as allophane and imogolite Andisols have a high water-holding capacity and the ability to 'fix' (and make unavailable to plants) large quantities of phosphorus They occur near many volcanoes around the Pacific rim
Xerand from idaho
Gelisols
Tundra soils Occur over permafrost Cryoturbation (frost churning) Gelid (cold)
Keterangan lebih lanjut Beberapa Ordo Tanah
MEMAHAMI TANAH DENGAN SIFAT & CIRINYA UNTUK KEPENTINGAN PENGELOLAAN PERTANIAN
Alfisol
Menyebar di semiarid (beriklim kering sedang) sampai tropis (lembap); Tanah ini terbentuk dari proses-proses pelapukan, serta telah mengalami pencucian mineral liat dan unsur-unsur lainnya dari bagian lapisan permukaan ke bagian subsoilnya (lapisan tanah bagian bawah), yang merupakan bagian yang menyuplai air dan unsur hara untuk tanaman.
Alfosil (lanjutan) Cukup produktif untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Tingkat kesuburannya (secara kimiawi) tergolong baik. pH-nya rata-rata mendekati netral. Di seluruh dunia diperkirakan Alfisol penyebarannya meliputi 10% daratan.
Andisol
Pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineralmineral dengan struktur kristal yang cukup rapih. Mineral-mineral ini mengakibatkan Andisol memiliki daya pegang terhadap unsur hara dan air yang tinggi. Dijumpai di daerah dingin (> 1000 m dpl) dengan tingkat CH yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan
Andisol (lanjutan) Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah diberi masukan amelioran (Co; pupuk anorganik). Pemanfaatan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan & sayursayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung). Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia di luar daratan es
Aridisol
Berada di daerah-daerah dengan tingkat kekeringan yang ekstrem (sangat kering), Sangat sulit dimanfaatkan sebagai lahan untuk bercocok tanam, terutama apabila sumber air untuk irigasi tidak tersedia (air tanah atau sungai). Dijumpai di padang-padang pasir dunia, dan luasnya sekitar 12% dari daratan bumi (di luar daratan es).
Entisol
Daerah dg bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah; Pertanian yang dikembangkan umumnya adalah padi sawah secara monokultur atau digilir dengan sayuran/palawija. Entisol diperkirakan terdapat sekitar 16% dari permukaan daratan bumi, di luar daratan es.
Gelisol
Terbentuk dalam lingkungan permafrost (lingkungan yang sangat dingin). Dinamakan Gelisol, karena terbentuknya dari material Gelic (campuran bahan mineral dan organik tanah yang tersegregasi es pada lapisan yang aktif). Diperkirakan penyebarannya meliputi sekitar 9% daratan permukaan bumi.
Histosol
Mengandung bahan organik tinggi dan tidak mengalami permafrost. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air.
Histosol (lanjutan)
Penggunaan paling ekstensif adalah sebagai lahan pertanian, terutama untuk tanaman sayur-sayuran seperti buncis, kacang panjang, bayam, dll. Histosol menyusun sekitar 1% dari daratan dunia.
Inceptisol
Menyebar mulai di lingkungan iklim semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan perkembangan tanah yang tergolong sedang Umumnya berkembang dari formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat (claystone).
Inceptisol (lanjutan)
Pemanfaatannya pun oleh manusia bervariasi sangat luas pula, mulai untuk bercocok tanam hortikultura tanaman pangan, sampai dikembangkan sebagai lahan-lahan perkebunan besar seperti sawit, kakao, kopi, dan lain sebagainya, bahkan pada daerah-daerah yang eksotis, dikembangkan pula untuk agrowisata. Inceptisol menyusun sekitar 17% dari tanah dunia diluar daratan es.
Mollisol
Mempunyai horison permukaan berwarna gelap yang mengandung bahan organik yang tinggi. Kaya akan kation-kation basa Secara karakter terbentuk di bawah rumput dalam iklim yang sedang. Tersebar luas di stepa di Eropa, Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Molisol (lanjutan)
Walaupun dikatakan subur (dengan kondisi yang dijelaskan di atas), namun intensitas pengelolaan dan pemanfaatannya relatif masih rendah. Diperkirakan meliputi luasan sekitar 7% dari tanah dunia.
Oxisol
Mengalami pelapukan tingkat lanjut di daerah-daerah subtropis dan tropis. Kandungan didominasi oleh mineralmineral dengan aktivitas rendah, seperti kwarsa, kaolin, dan besi oksida.
Oxisol (lanjutan)
Memiliki kesuburan alami yang rendah. pH masam, kandungan Al yang tinggi, unsur hara rendah, sehingga diperlukan pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik agar tanah dapat menjadi produktif dan tidak rusak. Oxisol meliputi sekitar 8% dari daratan dunia. Adapun di Indonesia, banyak dijumpai di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Spodosol
Terbentuk dari proses-proses pelapukan yang di dalamnya terdapat lapisan iluviasi (penumpukan) bahan organik berkombinasi dengan Al (dengan atau tanpa besi). Cenderung tidak subur (kurus unsur hara) dengn pH masam.
Spodosol (lanjutan)
Sebaiknya tanah Spodosol tidak dijadikan lahan pertanian, tetapi tetap dibiarkan sebagai hutan. Selain kesuburannya rendah, tanah ini juga peka terhadap erosi karena teksturnya berpasir sehingga cenderung gembur (remah). Spodosol menyusun sekitar 4% lahan-lahan di dunia.
Ultisol
Terbentuk di daerah yang lembab. Kendala fisik, kimia, & biologi -sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau/leguminosa. Ultisol diperkirakan meliputi sekitar 8% dari lahan-lahan di dunia.
Vertisol
memiliki sifat khusus, yakni mempunyai sifat vertik, karena mengandung banyak mineral liat yang mudah mengembang apabila basah atau lembap, tetapi kembali mengerut apabila kering. Akibatnya, tanah ini seringkali mengalami perubahan volume dengan berubahnya kelembapan.
Vertisol (lanjutan)
Dicirikan mempunyai rekahan yang membuka dan menutup secara periodik. Sifat fisiknya yang konsisten keras, menjadikan tanah ini termasuk berat untuk diolah. Tanah ini diperkirakan meliputi 2% dari daratan di dunia.
Extended field base
DC
degree of confidence (how certain about x)
Redoximorphic mottling due to past fluctuating water table DC 50% Cr and Cg (mottled horizon) due to current fluctuating water table DC 80%
Extended field base
AS activity status (x = relict/result current process?)
Podzolisation stopped after Plaggen soil was made by man.
Extended field base
RD related distribution (relative position of y to x)
Iron accumulation bands follow ice wedge cast
Extended field base
Three dimensional
… so that polygonal structure can be recognized
WRB Refence Soil Groups 1.
Soils with thick organic layers Histosol
WRB Refence Soil Groups 2.
Soils with strong human influence
Plaggic Anthrosol
Hydragric
Spolic Technosol
Linic
WRB Refence Soil Groups 3.
Turbic Cryosol
Soils with limited rooting due to shallow permafrost or stoniness
Glacic
Umbric Leptosol
Lithic
WRB Refence Soil Groups 4.
Vertisol Solonchak
Soils influenced by water
Fluvisol Gleysol
Solonetz
WRB Refence Soil Groups 5.
Andosol
Soils set by Fe/Al chemistry
Podzol
Plinthosol
Nitisol
Ferralsol
WRB Refence Soil Groups 6.
Luvic Planosol
Soils with stagnating water
Endogleyic
Stagnosol
WRB Refence Soil Groups 7.
Chernozem
Soils with accumulation of organic matter, high base status
Kastanozem
Phaeozem
WRB Refence Soil Groups 8.
Gypsisol
Soils with accumulation of less soluble salts or non-saline substances
Durisol
Calcisol
WRB Refence Soil Groups 9.
Soils with a clay-enriched subsoil
Albeluvisol Alisol Lixisol
Acrisol
Luvisol
WRB Refence Soil Groups 10.
Relatively young soils or soils with little or no profile development
Umbrisol
Arenosol
Cambisol
Regosol
Classification example
Diagnostic horizons
depths
Check on diagnostic criteria
Conclusion
Albic Anthraquic Anthric Argic Calcic Cambic Cryic Duric Ferralic Ferric Folic Fragic Fulvic Gypsic Histic Hortic Hydragric Irragric Melanic Mollic Natric Nitic Petrocalcic Petroduric Petrogypsic Petroplinthic Pisoplinthic Plaggic Plinthic Salic Sombric Spodic Takyric Terric Thionic Umbric Vertic Voronic Yermic
13-23 Top Top 30-230
1? + 2a + 3 NOT 1a … NOT mollic/umbric … 1+2a+2b+3a+4+5 NOT 1 (pH!), NOT 2 … 1+2+3a, but NOT 4 NOT 1 NOT 1 1+ NOT 2 … 1a+2+3+4 No organic layer No data, but probably NOT NOT 1 … NOT 1 … No organic layer NOT 1 … 1b+2, but no signs of wet cultivation 1+NOT 2 … NOT 1 … NOT 1 … 1+2a+2b(?)+3+4c+NOT 5+6 NOT 1 … 1?+NOT 2 … 1?+NOT 2… NOT 1 … NOT 1 … NOT 1 … 1+2?+3+4+5?+NOT 6… 1a+2a+2b?+2c No data, but probably NOT NOT 1, 2, NOT 3 … 1+2+NOT 3a,NOT 3b… NOT 1 (aridic) 1?+2+NOT 3 NOT 1… NOT 1 … 1+NOT 2+NOT 3+4 NOT 1… NOT 1 (aridic)
Prob. Albic
69-89
69-
13-23
0-13 30-135
0-13
30-110
Argic
Ferric
Poss. Hydragric
Prob. Plinthic
Diagnostic properties Abrupt textural change Albeluvic tonguing Andic properties Aridic properties Continuous rock Ferralic properties Geric properties Gleyic colour pattern Lithological discontinuity Reducing conditions Secondary carbonates Stagnic colour pattern Vertic properties Vitric properties Diagnostic materials Artefacts Calcaric material Colluvic material Fluvic material Gypsiric material Limnic material Mineral material Organic material Ornithogenic material Sulphidic material Technic hard rock Tephric material
depths 23-30
51-
depths
Check on diagnostic criteria 1 No tongues 1? NOT 2 NOT 1 No 1a NOT 1, 2? Probably NOT NOT 1, NOT 2 NOT (1-7) Probably NOT (1-4 not proven) No No NOT 1a, NOT 1b + 2 NOT 1 Check on diagnostic criteria NOT 1a, NOT 1b No No No No No Yes No NOT 1… NOT 1? No Not 1 …
Conclusion ATC
Ferralic prop.
Conclusion
Mineral mat.
0Mineral material 13-23 Albic ? Hydrargic? horizons 23-30 Abrupt textural change 30-135 Plinthic? horizon 30-230 Argic horizon
Diagnostics:
Classification example
Albic, Hydrargic (13-23 cm); Argic (30-230 cm); Ferric (69cm); Plinthic (30-135 cm) horizons; Abrupt textural change (23-30 cm); Ferralic properties (69-230 cm); Mineral material (0- cm).
Reference Soil Group: follow the key
Histosol ∅→ Anthrosol ∅→ Technosol ∅→ Crysol ∅→Leptosol ∅→ Vertisol ∅→ Fluvisol ∅→ Solonetz ∅→ Solonchak ∅→ Gleysol ∅→ Andosol ∅→ Podzol ∅→ Plintosol ? Other soils having either √ 1. a plinthic, petroplinthic or pisoplinthic horizon starting within 50 cm of the soil surface; or 2. a plinthic horizon starting within 100 cm of the soil surface and, directly above, a layer 10 cm or more thick, that has in some
√
Classification example Diagnostics: Albic, Hydrargic (13-23 cm); Argic (30-230 cm); Ferric (69- cm); Plinthic (30-135 cm) horizons; Abrupt textural change (23-30 cm); Ferralic properties (69-230 cm); Mineral material (0- cm).
Tier 1: RSG= PLINTHOSOL Tier 2: Prefix and Suffix qualifiers
Acric Vetic PLINTHOSOL (Albic, Ferric, Abruptic, Alumic, Dystric)