419
Unmas Denpasar
SINTESA POLIURETAN/BENTONIT/KITOSAN NANOKOMPOSIT UNTUK SIFAT TAHAN PANAS MATERIAL COATING Teuku Rihayat1,a, Satriananda1, Muhammad Sami1,Fitriani1 1 Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh, Indonesia a Email :
[email protected] ABSTRAK Pada penelitian ini dilakukan sintesa poliuretan (PU) mengunakan metode prepolimer yang menggunakan reaksi metilendifenil diisosianat (MDI) dengan poliol berazaskan minyak sawit.Untuk memberikan sifat tahan panas pada material coating maka dilakukan penambahan bentonit (B) dan kitosan (K) ke dalam sampel poliuretan.Konsentrasi bentonit dan kitosan yang digunakan masing-masing sebanyak 0.5 % b/b, 1.5 % b/b, dan 2.5 % b/b. Sampel poliuretan/bentonit/kitosan (PU/B/K) dianalisa dengan menggunakan FTIR untuk mendeterminasi struktur senyawa kimia. Persiapan bentonit nanopartikel dilakukan dengan menambahkan larutan cetyl trimetyl ammonium bromtontide ke dalam larutan bentonit.Kitosan nanopartikel diperoleh dengan penambahan larutan CH3COOH 2% dan NaOH ke dalam larutan kitosan. Bentonit dan kitosan dianalisa mengunakan X-ray diffraction untuk menguji struktur kristal dari bentonit dan kitosan nanokomposit. Sifat tahan panas cat coating PU/B/K nanokomposit diuji dengan menggunakan Thermal Gravimetry Analisis dengan termal diperoleh 580ᵒC pada B:K 2.5:2.5 % b/b. Kata kunci : bentonite, kitosan, nanocomposite, poliuretan, termal ABSTRACT In this study, polyurethane (PU) were prepared by synthesizing metiledifenil diisocyanate (MDI) with Polyol based on palm oil. In order to provide heat-resistant on coating material, bentonite (C) and chitosan (CH) were added into polyurethane samples. The structure of polyurethane/bentonite/chitosan (PU/C/CH) nanocomposites were analyze using fourier transform infrared spectra. The bentonite nanoparticle was prepared by substituted cetyl trimetyl ammonium bromtontide into bentonite solution while chitosan nanoparticle was prepared by putCH3COOH 2% and NaOH into chitosan solution. The crystal structure of bentonite and chitosan were using x-ray diffraction compared to bentonite and chitosan nanocomposites. The characteristic of heat-resistant PU/C/CH nanocomposite coating paint was analyzed with Thermal Gravimetry Analysis. The result stated that the addition of B:CH 2.5:2.5%wt can improve the thermal resistant of polyurethane at a temperature 580ᵒC. Keywords : bentonite, chitosan, nanocomposite, polyurethane, thermal PENDAHULUAN Minyak nabati adalah bahan yang tersedia di alam, mudah didapat dengan biaya yang terjangkau.Minyak nabati yang bersumber dari alam bersifat biodegradasi dan memiliki potensi sebagai sumber daya alam terbarukan untuk bahan ramah lingkungan.Minyak nabati telah diaplikasikan sebagai bahan untuk membuat biodiesel, pelumas, cairan pemotong (liquid cutting) (cairan untuk memotong dan membentuk material logam), cat dan coating dll [1]. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
420
Unmas Denpasar
Pada dekade ini Poliuretan (PU) merupakan salah satu material yang paling populer di dunia. Poliuretan adalah suatu divisi penting dari polimer sintetik yang sudah digunakan secara luas dalam aplikasi biomedis dan berbagai industri khususnya industri kendaraan bermotor. Produk-produk yang mengandung poliuretan diantaranya coating furnitur, resin sintesis, material konstruksi, fiber, cat, elastomer, dan bahan kulit sintetik [2]. Pada tahun 2010 konsumsi pasar global poliuretan mencapai 13,65 juta ton senilai US $ 33 miliar. Perusahaan riset tentang pasar di AS yang bernama Market and Market (M & M) memprediksi bahwa permintaan global terhadap poliuretan akan tumbuh sebesar 4,76% /tahun sampai 2016. Sekitar 73% dari poliuretan dikonsumsi oleh empat segmen industri (furniture 28%, konstruksi 25%, elektronik 12%, dan industri otomotif 8%). Permintaan untuk tahun 2011-2016 saja diperkirakan tumbuh sekitar 7,3% /tahun. Pada tahun 2010 sekitar 13% atau 1,77 juta ton dari total konsumsi poliuretan diaplikasikan pada industri cat dan coating. Perusahaan M & M memprediksi bahwa angka ini akan naik sebesar 4,9% /tahun untuk mencapai 2,36 juta ton pada tahun 2016 [3]. Saat ini telah banyak pemanfaatan bentonit nanokomposit sebagai material filler dalam matrik poliuretan yaitu sebagai reinforcement penahan panas dan peningkatan sifat mekanik material coating [4]. Berbagai penelitian dan pengembangan untuk mensintesa poliuretan telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan berbagai bahan baku yang digunakan untuk mendapatkan poliuretan diantaranya, metilendifenil diisosianat dan poliol [5, 6, 7, 8], toluene diisosianat dan poliol [9], heksametilen diisosianat dan poliol [10]. Sedangkan untuk memberikan sifat tahan panas pada material poliuretan telah digunakan bentonit [5, 7, 8]. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk meningkatkan ketahanan panas pada material poliuretan dilakukan penambahan bentonit ke dalam poliuretan coating [5, 7, 8]. Sedangkan persen peningkatan temperature material yang diperoleh setelah dinanokompositkan yaitu 62% pada 330ᵒC [5], 490ᵒC [7, 8]. Akan tetapi penelitian-penelitian sebelumnya tidak menjelaskanjumlah optimal penggunaan bentonit untuk mendapatkan sifattahan panas yang maksimal, sehingga pada penelitian. ini dilakukan penambahan sifat tahan panas pada cat coating dengan variasi konsentrasi bentonit dan kitosan. METODE PENELITIAN Material Asam oleat minyak kelapa sawit, Asam asetat glasial 100%, Asam asetat glasial 2%, Asam format, Air distilat, Aquadest, Bentonit Aceh utara 200 mesh, Cetyl trimetyl ammonium bromtontide (CTAB), Gliserin, H2O2 30%, H2SO4 pekat, NaOH 0,1 N, Metanol, 4,4Metilendifenil diisosianat (MDI), Moleculer sieve. Pada garis besarnya tahap-tahap penelitian ini meliputi:1) epoksidasi minyak kelapa sawit diikuti hidroksilasi untuk menghasilkan senyawa poliol minyak kelapa sawit beserta karakterisasinya, 2) pembuatan poliuretan melalui polimerisasi poliol dengan metilen diisosianat beserta karakterisasinya, 3) persiapan bentonit nanolayer beserta karakterisasinya, 4) persiapan kitosan nanopartikel beserta karakterisasinya, 5) pembuatan cat poliuretan/ bentonit/ kitosan nanokomposit beserta karakterisasinya. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
421
Unmas Denpasar
Sintesa Poliol 1. Proses Epoksidasi Sejumlah 30 mL H2O2 30% ditambahkan CH3COOH 100% 50 mL dan H2SO4 pekat sebanyak 2 mL ke dalam labu leher tiga 350 mL yang dilengkapi thermometer dan kondensor dengan kecepatan pengadukan 200 rpm dan suhu proses 40-45ᵒC selama 1 jam untuk membuat asam parasetat. Selanjutnya memasukkan 100 mL asam oleat ke dalam labu leher tiga yang berisi campuran asam parasetat.Memanaskan, mengaduk dan menjaga suhu campuran pada 45-60ᵒC selama 5 jam. Produk didinginkan sampai suhu kamar dan pemisahan fase minyak sebagai minyak terepoksidasi yang selanjutnya digunakan pada proses hidroksilasi [8, 13, 15, 16]. 2. Proses Hidroksilasi Sejumlah metanol 100 mL ditambahkan 50 mL gliserin, katalis H2SO4 pekat 2 mL dan 5 mL air ke dalam labu leher tiga 350 mL, dipanaskan sampai suhu 40ᵒC. Campuran ditambah larutan minyak terepoksidasi ke dalam labu leher tiga 350 mL diaduk pada 50ᵒC selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar.Selanjutnya dipindahkan pada labu pisah dan lapisan bawah dibuang sedangkan poliol (lapisan atas) disimpan dalam botol kaca.Selanjutnya dianalisa dengan FTIR untuk mengetahui gugus OH pada poliol [8, 13, 15, 16]. Sintesa Poliuretan Sintesa poliuretan mengunakan metode prepolimer yang mengunakan reaksi MDI dengan poliol berazaskan minyak sawit tanpa menambahkan bahan lainnya (solven, katalis atau pun activator) mengikuti prosedur berikut ini :Sejumlah Poliol dipanaskan pada suhu 60°C selama 1 jam dalam labu leher tiga 350 mL yang dilengkapi thermometer dan kondensor.Dimasukkan MDI (Metilendifenil Diisosianat) sedikit demi sedikit, larutan diaduk selama 6 jam dengan kecepatan pengadukan 200 rpm.Reaksi dihentikan setelah titik -NCO tercapai dan dilakukan pendinginan dan poliuretan disimpan dalam gelas botol dibawah kondisi temperatur kamar.Selanjutnya dianalisa dengan menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi poliuretan [7, 8, 10]. Persiapan Modifikasi MMT - CTAB Sejumlah 0.05 mol (18.2 gram) cetyl trimetyl ammonium bromtontide (CTAB) dan 250 Ml air distilat ditempatkan di dalam 500 Ml beaker glass.Larutan ini kemudian dipanaskan pada emperature 80oC selama 1 jam. Selanjutnya 20 gram bentonit dan 500 Ml air distilat diaduk di tempat terpisah dalam beaker glass 1000 ml. Selanjutnya emperat larutan bentonit ditambahkan kedalam CTAB dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya bentonit terus dicuci dengan distilat water.Kemudian bentonit ditempatkan untuk pengeringan pada oven pada emperature 60oC. Bentonit selanjutnya di saring dengan mengunakan sieve tray dengan ukuran 100 μm untuk menghasilkan bentonit nanopartikel. Selanjutnya bentonit dianalisa dengan menggunakan X-RD untuk mengetahui struktur kristal bentonit [5, 6, 7, 8]. Persiapan Kitosan Nanopartikel Sejumlah 4,25 gram kitosan dilarutkan dalam larutan asam asetat glasial 2% sebanyak Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
422
Unmas Denpasar
100 mL sambil distirrer dengan kecepatan 500 rpm selama 2 jam dengan pH 4,0 sampai diperoleh suspensi kitosan. Selanjutnya larutan kitosan diteteskan perlahan-lahan dalam 50 mL NaOH 0,1 N. Suspensi kitosan nanopartikel putih dicuci menggunakan akuades sampai pH netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ᵒC. Selanjutnya kitosan nanopartikel dianalisa dengan menggunakan X-RD untuk mengetahui struktur kristal kitosan nanopartikel [11, 12]. Pembuatan Cat Poliuretan/ Bentonit/Kitosan Nanokomposit Poliuretan/Bentonit/Kitosan nanokomposit di campur didalam beaker glass dengan mengunakan magnetic stirrer 600 rpm selama 1 jam. Di dalam prosedur ini sejumlah bentonit dan kitosan digunakan dengan mencampur di dalam poliuretan masing-masing sebanyak 0,5, 1,5, 2,5 persen berat (wt%). Total berat yang digunakan dalam setiap pencampuran adalah 40 gram. Selanjutnya dianalisa struktur kimia cat polyurethane/bentonit nanokomposit dengan menggunakan FTIR. Analisa struktur kristal bentonit nanokomposit dengan menggunakan XRD. Selanjutnya ketahanan panas cat coating dianalisa dengan menggunakan TGA. Karakterisasi Hasil Penelitian 1. Analisis FT-IR Spektroskopi inframerah dari nanokomposit yang diperoleh dengan pellet KBr menggunakan Shimadzu FTIR spektrofotometer. Spektra yang diperoleh di wilayah inframerah pertengahan (4000-400 cm-1) pada suhu kamar. 2. Analisis Difraksi Sinar- X Analisis difraksi sinsr-X (XRD) pada sampel dilakukan dengan alat Shimadzu XRD7000 X-Ray Difraktometer Maxima dengan tabung anoda Cu. Analisis XRD bertujuan untuk mengetahui bentuk kristal material. Perubahan dalam intensitas yang terdifraksi diukur, direkam, dan diplot terhadap sudut difraksi (2 ). Analisis menggunakan XRD memungkinkan untuk menentukan struktur kristal, analisis fase kuantitatif dan kualitatif, ukuran kristal, maupun perhitungan kisi- kisi dari suatu material. 3. Analisis Termogravimetri Analisa TGA dilakukan dengan menggunakan instrumen Shimadzu DTG – 60. Sampel ditimbang dengan massa mg dan dipanaskan pada suhu kamar sampai 800 oC dengan laju pemanasan 20 oC/menit. Analisis dilakukan dengan menaikkan suhu sampel secara bertahap dan menentukan kehilangan berat terhadap perubahan temperatur.Semua spesimen yang diuji dibawah aliran gas nitrogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Senyawa poliol dari minyak kelapa sawit Epoksida minyak kelapa sawit diperoleh dari hasil reaksi antara asam parasetat dan asam oleat.Sedangkan asam parasetat dihasilkan dari reaksi antara hidrogen peroksida dan asam asetat glasial dengan bantuan katalis asam sulfat pekat. Hidrogen peroksida digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap menjadi gugus epoksida pada proses epoksidasi. Hasil epoksida minyak kelapa sawit yang diperoleh memiliki warna yang hampir sama dengan asam oleat minyak kelapa sawit. Minyak epoksida yang terbentuk merupakan senyawa antara Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
423
Unmas Denpasar
yang dapat bereaksi lebih lanjut membentuk senyawa diol, karena mempunyai dua tempat reaktif yaitu gugus karbonil yang dapat menghubungkan gliserida dengan asam lemak dan juga gugus epoksida. Sehingga proses pembentukan poliol akan terjadi apabila gugus epoksida bereaksi dengan alkohol. Reaksi pembentukan senyawa epoksida pada minyak nabati telah dilakukan oleh Gala (2011), Odetoye (2012), Harjono (2012), Hazmi (2013), Zaimahwati (2015). Poliol dihasilkan dari proses hidroksilasi minyak epoksida yang diperoleh dari proses epoksidasi asam oleat minyak kelapa sawit. Pembentukan poliol terjadi jika alkohol bereaksi dengan gugus epoksida. Dalam proses hidroksilasi ini digunakan campuran metanol dan gliserin, dimana penggunaan metanol dalam jumlah berlebih dapat mengurangi terjadinya cross linkage pada poliol yang diperoleh. Hasil analisis FT-IR telah menunjukkan terbentuknya gugus hidroksil pada senyawa epoksida minyak kelapa sawit, reaksi berlangsung selama 2 jam pada suhu 60oC yang dibuktikan dengan serapan bilangan gelombang O-H yang melebar pada 3305.17cm-1, 3391 cm-1 dan 3433.44cm-1, gugus hidroksi yang terbentuk adalah gugus hidroksi pada atom C sekunder. Hasil pengukuran panjang gelombang gugus hidroksil pada penelitian sebelumnya yaitu 3384.94 cm-1[6], 3412.38 cm1 [13], 3475 cm-1[16], 3396 cm-1[8], 3384.90cm-1[7]. Tabel 1. Data hasil spektrum FT-IR poliol
Hasil Karakterisasi poliuretan (PU) Pembuatan bahan pelapis poliuretan berbasis minyak kelapa sawit, yaitu mereaksikan poliol hasil sintesis dengan isosianat. Isosianat yang digunakan metilen 4,4 difenil diisosianat (MDI) yaitu salah satu senyawa isosianat yang sangat reaktif dan memiliki dua gugus isosianat. Pada pembuatan poliuretan digunakan metode prepolimer yaitu suatu metode dimana komponen poliol direaksikan dengan diisosianat untuk membentuk prepolimer dengan gugus akhir isosianat, dan masih terdapat isosianat yang berlebih. Pada percobaan sintesa poliuretan digunakan poliol sebanyak 100 mL dan 10 mL MDI, poliol dipanaskan pada suhu 60ᵒC selama 1 jam dan selanjutnya diteteskan MDI secara perlahan-lahan dan suhu diatur pada 80ᵒC selama 6 jam. Ketika ditambahkan dengan isosianat larutan berwarna kuning kecoklatan dan setelah waktu sintesa tercapai diperoleh poliuretan berwarna kuning pekat. Selanjutnya dianalisa dengan FTIR untuk mengetahui gugus fungsinya yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
424
Unmas Denpasar
Hasil analisis FT-IR telah menunjukkan terbentuknya gugus uretan N-H pada senyawa poliuretan minyak kelapa sawit, reaksi berlangsung selama 6 jam pada suhu 80oC yang dibuktikan dengan serapan bilangan gelombang N-H yang melebar pada 3320 cm-1 dan 3480 cm-1. Hasil pengukuran panjang gelombang gugus N-H pada penelitian sebelumnya yaitu 3300cm-1[9], 3311 cm-1, 3315 cm-1, 3316 cm-1[8], 3345cm-1[10]. Sedangkan serapan bilangan gelombang gugus C=O uretan melebar pada 1731-1734 cm-1, pada penelitian sebelumnya 1720 cm-1 [10], 1652,95 [18], sedangkan gugus C-H pada serapan 2939 cm-1 dan pada penelitian sebelumnya 2924,10 cm-1 [18].
Gambar 1. Spektrum FT-IR Poliuretan minyak kelapa sawit (PU), Poliuretan/bentonit nanokomposit (PU/B), Poliuretan/ kitosan nanokomposit (PU/K), dan poliuretan/bentonit/kitosan (PU/B/K).
Gambar 2. Hasil FTIR PU, PU-plasma, PU-AAm, PU-CH-0.5, dan PU-CH-2.0 [9]. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa gugus fungsi dari PU murni, PU/Bentonit, PU/Chitosan, dan PU/B/K nanokomposit tidak mengalami perubahan gugus fungsi. Pencampuran PU dengan bahan bentonit dan kitosan tidak mempengaruhi serapan panjang gelombang gugus fungsi poliuretan itu sendiri, sama seperti hasil penelitian sebelumnya pada analisa FTIR PU, PU-plasma, PU-AAm, PU-CH-0.5, dan PU-CH-2.0 [9], PUh dan Pre-PUh [10].Ini disebabkan pada proses pencampuran bentonit dan kitosan dengan poliuretan yang terjadi hanya ikatan fisika saja bukan ikatan kimianya. Jadi, tidak adanya Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
425
Unmas Denpasar
perubahan ikatan kimia yang terjadi sehingga serapan panjang gelombang gugus fungsi PU/B/K nanokomposit yang terdeteksi tetap sama. Thermogravimetric Analysis (TGA) Analisis termogravimetri (TGA) dari PU murni dan PU/B/K (Poliuretan/ Bentonit/ Kitosan) nanokomposit ditunjukkan pada gambar Gambar 8.a-d TGA dapat digunakan untuk mengkarakterisasi setiap bahan yang menunjukkan perubahan berat bahan pada saat pemanasan, dan untuk mendeteksi perubahan fasa karena proses dekomposisi. Pengurangan berat awal sampel pure PU pada 50-250ᵒC sebanyak 5%, dekomposisi dari pure PU pada suhu 500ᵒC. Untuk PU/B/K 0.5:0.5 % b/b nanokomposit pengurangan berat pada awal 50300 oC sebesar 5% dan dekomposisi pada suhu 510ᵒC, PU/B/K 0.5:1.5 % b/b dekomposisi pada suhu 512ᵒC, dan PU/B/K 0.5:2.5 % b/b dekomposisi pada suhu 514ᵒC tanpa sisa. Pada PU/B/K 1.5:0.5 % b/b pengurangan berat awal 50-300oC sebesar 5% dan untuk dekomposisi pada suhu 518oC, PU/B/K 1.5:1.5 % b/b dekomposisi pada suhu 520oC, dan PU/B/K 1.5:2.5 % b/b dekomposisi pada suhu 531oC. Sedangkan PU/B/K 2.5:0.5 % b/b nanokomposit pengurangan berat pada awal juga 50-300oC sebesar 5% dan dekomposisi pada suhu 553oC, PU/B/K 2.5:1.5 % b/b dekomposisi pada suhu 560oC, dan PU/B/K 2.5:2.5 % b/b dekomposisi pada suhu 580oC, ini membuktikan bahwa PU/B/K nanokomposit tersebut telah mengalami peningkatan kesetabilan termal.
a.
c.
b.
d.
Gambar 8. Termogram dari poliuretan nanokomposit, a PU murni, b PU/B/K 0.5:0.5 % b/b, PU/B/K 0.5:1.5 % b/b, PU/B/K 0.5:2.5 % b/b, c PU/B/K 1.5:0.5 % b/b, PU/B/K 1.5:1.5 % b/b, PU/B/K 1.5:2.5 % b/b, d PU/B/K 2.5:0.5 % b/b, PU/B/K 2.5:1.5 % b/b, PU/B/K 2.5:2.5 % b/b. KESIMPULAN Asam oleat berazaskan minyak sawit dengan reaksi epoksidasi dan hidroksilasi, dengan penambahan 4,4-metilen difenil diisosianat dan dengan penambahan bentonit/kitosan (B/K), telah berhasil disintesa untuk menghasilkan cat poliuretan / nanokomposit. Pada penelitian ini, dekomposisi dari PU diperoleh pada suhu 500ᵒC sementara pada penambahan B:K 2.5:2.5 % b/b diperoleh pada suhu 580ᵒC. Dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan bentonit dan kitosan dapat meningkatkan ketahanan panas poliuretan yang akan daplikasikan sebagai cat coating.Hasil menunjukkan bahwa bentonit setelah ditreatment dengan surfaktan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
426
Unmas Denpasar
menjadi organophilic yang diaplikasikan sebagai matrik polimer dapat meningkatkan kestabilan panas secara optimal. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti atas bantuan dana yang diberikan melalui program Penelitian Strategis Nasional No. 378/PL20/R8/BAP.STRANAS/PL/2016 DAFTAR PUSTAKA Alam, Manawwer., Akram, D., Sharmin, E., Zafar, F., Ahmad, S. (2014). Vegetable Oil Based Eco-friendly Coating Materials: A review article.,Arabian Journal of Chemistry, King Saud University, 7, 469-479. Zia, K.M., Anjum, S., Zuber, M., Mujahid, M. (2014). Synthesis and Moleculer Characterization of Chitosan Based Polyurethane Elastomers Using Aromatic Diisocyanate. International Journal of Biological Macromolecules, 66, 26-32. Focus On Powder Coatings, Desember 2011. Kotal, M., Bhowmick, A.K. (2015). Polymer Nanocomposites From Modified Clays: Recent Advances and Challenges. Progress in Polymer Science, 51, 127-187. Rihayat.T., M. Saari., M. H.Mahmood., W.M.Z. Wan Yunus., A.R. Suraya., K. Z. H.Dahlan and S.M. Sapuan. 2006. Synthesis and Thermal Characterization of Polyurethane/Clay Nanocomposites Based on Palm Oil Polyol, Polymer-Plastics Technology and Engineering, 45, 1323-1326. Rihayat.T., M. Saari., M. H.Mahmood., W.M.Z. Wan Yunus., A.R. Suraya., K. Z. H.Dahlan and S.M. Sapuan, Mechanical Characterization of Polyurethane/Clay Nanocomposites, Polymers & Polymer Composites, 2007, 647-652. Rihayat.T., S. Suryani., Agusnar. H., Fajri., and Zaimahwati. 2015. Synthesis of Polyurethane/Clay Nanocomposites Based Palm Oil Polyol Coating, Journal of Mechanical Engineering and Sciences (JMES), 9, 1580-1586. Zaimahwati., Agusnar, H., Rihayat, T., Reflianto, D., Gea, S., 2015. The Manufacture of Palm Oil-Based Polyurethane Nanocomposite with Organic Montmorillonite Nanoparticle as Paint Coatings.International Journal of ChemTech Research.Vol.7, No.5, pp 2537-2544. Kara, Filiz. Aksoy, A. E., Yuksekdag, Z., Hasirci, N., Aksoy, S. (2014). Synthesis and surface modification of polyurethanes with chitosan for antibacterial properties.Carbohydrate Polymers, 112, 39-47. Kara, Filiz. Aksoy, A. E., Yuksekdag, Z., Hasirci, N., Aksoy, S. (2015). Enhancement of Antibacterial Properties of Polyurethanes by Chitosan and Heparin Immobilization.Surface Science, 357, 1692-1702. Szeto Y.S., Hu Z.G., The preparation of chitosan nanoparticles Chinese Patent, Appl. Code 200610139605.4, 2006; WO Patent, WO/2008/038134, 2007. Sugita, P., (2009). Kitosan : Sumber Biomaterial Masa Depan, IPB Press, Bogor. Selfina Gala. 2011. “Sintesa Poliol dari Minyak Sawit dengan Reaksi Epoksidasi dan Hidroksilasi”. Jurnal Chemical Vol. 12 Hal: 36-43. Jurusan Teknik Kimia Universitas Fajar Makassar. Odetoye T.E., D. S. Ogunniyi., G.A.Olatunji., Improving Jatropha Curacas Linnaeus Oil Alkyd Drying Properties, Progress in Organic Coating, 2012, 73, 374-381. Harjono, Sugita, Mas’ud., 2012. Synthesis and Application of Jatropha Oil based Polyurethane as Paint Coating Material, Makara Journal of Science. 16/2, 134-140. Hazmi, A.S.A., Aung, M.M., Abdullah, L.C., Salleh, M.Z., Mahmood, M.H., 2013. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
427
Unmas Denpasar
Producing jatropha oil-based polyol via epoxidation and ring opening.Industrial Crops and Products. 50, 563–567. Julinawati, Karakterisasi dan Pengolahan Bentonit Alam Aceh sebagai Pengisi Nanokomposit Polipropilena-Montmorillonit, Disertasi Pasca USU, 2012, Medan. Rohaeti.E.,&Suyanta. (2011). Analisi sSifat Termal Poliuretan Berbasis Minyak Jarak dan Toluena Diisosianat Dengan Teknik DTA dan TGA.Universitas Negeri Yogyakarta.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016