Kisah dari Nottingham: Dharendra Wardhana1 Terhitung sejak tanggal 15 September 2009, saya memulai kuliah di The University of Nottingham (Inggris) dengan program Master of Science (MSc) in Economic Development and Policy Analysis tahun akademik 2009/2010. Saya sangat beruntung mendapat kesempatan ini melalui program beasiswa “Chevening” yang rutin diselenggarakan oleh Foreign and Commonwealth Office (FCO) Pemerintah Kerajaan Inggris dan difasilitasi oleh British Council. Program beasiswa Chevening ini terbuka untuk umum setiap tahunnya dan diumumkan melalui surat kabar, milis, maupun situs resmi melalui aplikasi online di situs web www.chevening.com. Catatan: Berdasar pengalaman, beasiswa Chevening dibuka sekitar bulan September-Oktober dengan waktu pengisian aplikasi yang terbatas. Informasi mengenai keberhasilan aplikasi, jadwal interview, dan pengumuman tidak memiliki pakem tertentu. Disarankan untuk membina hubungan baik dan keluwesan berkomunikasi dengan staf British Council untuk update status aplikasi. Pada awalnya, saya hanya coba-coba saat memulai mendaftar beasiswa ini dan agak sedikit pesimis karena informasi yang saya terima adalah dari sekian banyak pelamar berpengalaman (sekitar 7-8 ribu aplikasi) hanya sekitar 20-30 orang yang akhirnya lolos dan diberangkatkan. Setelah saya perhitungkan dengan durasi masa kerja PNS dan memperbandingkan dengan jadwal pembukaan pendaftaran beasiswa dari program lain (seperti ADS, Fulbright, StuNed, Erasmus Mundus, DAAD, Monbusho atau program lainnya), saya akhirnya memutuskan untuk mendaftar program Chevening karena faktor timing yang kebetulan cocok dengan keadaan saya pada saat itu, apalagi dalam aplikasi awalnya hanya dibutuhkan pengisian data pribadi secara on-line tanpa memerlukan lampiran ijasah maupun hasil tes apapun. Catatan: Sangat penting kiranya untuk memperhatikan peraturan mengenai masa kerja dan disarankan untuk melakukan kalkulasi atau konsultasi secara khusus dengan Biro SDM mengenai hal ini. Terutama bagi rekan-rekan yang masih relatif baru menjadi PNS, perlu diketahui bahwa ketentuan mengenai masa kerja dalam persyaratan beasiswa dan peraturan internal institusi dapat memberikan tafsiran yang berbeda (misalnya: masa kerja CPNS yang dihitung nol tahun bukan satu tahun). Jangan mempertaruhkan reputasi dengan mengelabui masa kerja di depan pemberi beasiswa maupun instansi tempat bekerja. Memang, ada cara “mengakali” syarat aplikasi beasiswa dengan menghitung masa kerja di tempat kerja sebelumnya (atau pekerjaan magang/internship), namun permasalahan dipastikan akan timbul pada saat yang bersangkutan akan mengajukan perizinan berkaitan dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Proses seleksi beasiswa Chevening khusus untuk tahun akademik 2009/2010 mengalami perubahan dari tahun sebelumnya maupun dengan program beasiswa lain. Hal paling mencolok adalah pengurangan jatah beasiswa dan hilangnya fasilitas bimbingan bahasa Inggris. Semenjak 1
Fungsional Perencana Pertama di Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat, Bappenas yang sedang tugas belajar (karyasiswa) di Inggris untuk program master.
1
saya memasukkan aplikasi sekitar bukan November 2008, saya baru mendapat kabar selanjutnya berupa panggilan tes wawancara oleh pihak FCO dan British Council di bulan Maret 2009. Sebulan kemudian, saya dinyatakan lolos tes dan berhak untuk mencari universitas serta berkewajiban memenuhi segala persyaratan seperti skor minimum IELTS dan tes kesehatan. Khusus IELTS, meskipun pihak penyelenggara tidak lagi memfasilitasi kursus atau menyelenggarakan kelas khusus (English for Academic Purposes) tetapi hanya membebaskan biaya sekali untuk tes IELTS resmi di lokasi yang ditunjuk. Dengan keadaan seperti ini, saya dituntut untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara mandiri, termasuk menghubungi dan mendaftar ke universitas yang dituju. Catatan: Hampir seluruh universitas internasional sudah menerapkan pendaftaran secara elektronik melalui laman website dengan panduan yang sangat jelas. Beberapa universitas meminta biaya pendaftaran (application fee) yang tidak dapat ditarik kembali (pembayaran paling efisien menggunakan credit card atau bank draft). Terkadang proses seleksi memerlukan waktu yang cukup lama, terutama di universitas tertentu yang menjadi tujuan mahasiswa sedunia. Kalau proses dirasa terlalu lama dan waktu terlalu mepet untuk persiapan administratif lainnya, jangan ragu mengirim email bahkan sambungan telepon internasional untuk memastikan status aplikasi. Beberapa pemberi beasiswa tertentu seperti USAID dan AusAid membantu sepenuhnya dalam aplikasi ke universitas yang meringankan para calon penerima beasiswa, namun beberapa yang lain mengharapkan inisiatif mandiri masing-masing kandidat. Saya percaya kualitas universitas di Inggris termasuk yang terbaik di dunia, untuk itu sengaja saya pilih bidang studi Ilmu Ekonomi di University of Nottingham karena kebetulan di tempat inilah peraih Nobel Ekonomi tahun 2003, (almarhum) Sir Clive Granger pernah mengabdikan keahliannya dan secara kebetulan saya sempat mencoba menerapkan temuan jeniusnya yakni analisis kointegrasi dan kausalitas Granger untuk variabel runtun waktu (time series) sebagai alat analisis dalam skripsi S1 dulu. Fakta ini tentu saja menjadi roman tersendiri dan membangkitkan motivasi belajar tersendiri bagi saya. Sedangkan kota Nottingham juga memiliki legenda klasik terkenal Robin Hood dan termasuk kota yang sangat kondusif untuk kegiatan akademik dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Catatan: Secara tradisional, pilihan universitas didasarkan dengan gengsi/reputasi yang dirilis melalui tabel-tabel rangking universitas yang bervariasi. Preferensi lain biasanya didasari oleh prestasi tokoh-tokoh tertentu. Rekomendasi dari beberapa pihak juga dapat menjadi dasar pemilihan universitas. Yang perlu diperhatikan, selain kemampuan bersaing (mengingat universitas kondang seperti “Ivy League”, MIT, Chicago di Amerika maupun Oxbridge-LSE di Inggris pasti akan diserbu aplikan seluruh dunia) juga jadwal admisi/pendaftaran yang benarbenar harus dicermati dan disesuaikan dengan proses aplikasi beasiswa. Alhamdulillah, saya tidak mendapat kesulitan berarti untuk beradaptasi dengan lingkungan baru karena terus terang saya selalu berpikir postiif dan mensyukuri apa yang telah saya dapat selama ini. Tempat ibadah (masjid/mushola) dan makanan halal tersedia di berbagai penjuru kota, bahkan saya dapat menemukan berbagai jenis bumbu atau bahan makanan khas 2
Indonesia. Rasa kangen (home sick) tentu saja ada, tetapi di tengah kemajuan zaman seperti sekarang tentunya tidak menjadi halangan untuk sekedar berkomunikasi dengan sanak famili melalui berbagai media seperti telepon murah, VoIP, atau sekedar berkirim pesan melalui email, chatting, dan SMS. Adaptasi dengan cuaca/iklim adalah yang terberat, apalagi saya tinggal dengan menyewa rumah petak bersama teman-teman dari negeri empat musim yang sudah terbiasa dengan hawa dingin dan tidak menyalakan pemanas sampai musim dingin tiba. Namun kendala aklimatisasi ini dapat saya atasi perlahan. Catatan: Sangat berguna untuk mendaftar milis Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) atau organisasi yang ekuivalen di negara yang dituju sebelum kedatangan untuk mencari informasi dan bantuan dari rekan se-tanah air. Buka arsip-arsip milis ketika sudah menjadi member dan pergunakan fasilitas Google Map dengan baik untuk mencari alamat, rute dan jadwal transportasi umum. Pelajari dengan baik website kampus yang dituju untuk mencari tahu detil lingkungan dan kondisi akomodasi. Kendala dalam berkomunikasi pada awalnya memang sempat mengganggu, terutama dalam mengenali dialek setempat (British English) yang cukup kental, namun hal ini juga dapat diatasi dengan sering-sering berinteraksi dengan masyarakat setempat. Trik saya adalah selalu mencoba mengadakan percakapan dengan orang yang baru saya temui setiap hari dimanapun saya berada (pasar, kampus, stasiun, jalan, atau tetangga) dengan berbagai topik ringan. Hal ini menolong saya untuk membiasakan diri dan membangun kepercayaan diri dalam berkomunikasi. Catatan: Sesuai peribahasa “bisa karena biasa”, trik bercakap-cakap informal ini sangat membantu dan menambah manfaat lain: menjalin silaturahmi. Jangan takut salah paham namun disarankan untuk menghindari topik-topik pembicaraan yang sensitif (contoh topik ringan: cuaca, sepakbola, makanan, hobi). Sampai saya menulis laporan ini, saya belum sempat untuk mengambil pekerjaan sambilan (yang sebenarnya diperbolehkan hingga 20 jam setiap minggunya) mengingat padatnya kegiatan akademik dan pertimbangan waktu yang terbatas. Sekedar informasi, bahwa hampir seluruh universitas di Inggris memadatkan materi postgraduate setingkat master menjadi kurang dari 12 bulan dibandingkan dengan di negara lain. Mungkin setelah saya berhasil menuntaskan materi kuliah (coursework) di musim panas nanti saya akan mencoba bekerja sambilan sekedar untuk mengisi waktu luang dan menimba pengalaman sembari mengerjakan thesis. Di tengah kesibukan kuliah dan mengerjakan berbagai tugas, saya menyempatkan diri untuk bergabung dalam berbagai kegiatan hobi (travelling dan fotografi), organisasi (PPI UK dan Islamic Society), ataupun olahraga (badminton dan sepak bola). Perbedaan pendidikan tinggi di Inggris dan di Indonesia terutama pada penerapan sistem yang sudah pakem dan teruji selama ratusan tahun didukung dengan fasilitas dan pendanaan yang kuat. Tapi tidak menutup kemungkinan, sistem pendidikan di belahan bumi lainnya akan mengikuti sistem pendidikan di negara maju. Hubungan belajar mengajar antara dosen dan 3
mahasiswa juga sangat cair dan egaliter, cukup mengejutkan karena saya mengira sebelumnya kalau di Inggris masih kental dengan nuansa tradisi ningrat kerajaan yang kaku dan formal. Selepas lulus nanti, insya Allah saya akan segera kembali ke tanah air dan melanjutkan pekerjaan saya di Bappenas. Hal ini terkait dengan komitmen dan perjanjian dengan pihak pemberi beasiswa dan surat tugas dari kantor. Selain itu, apa yang saya pelajari saat ini adalah kombinasi antara ilmu ekonomi dan aplikasi kebijakan publik sehingga saya berharap akan menjadi modal berharga bagi saya dalam meneruskan karir. Menurut saya, pendidikan setingkat master bukan akhir dari proses pembelajaran melainkan sebagai loncatan awal atau upaya penyegaran pemikiran mengingat permasalahan dalam kehidupan nyata akan lebih kompleks dan jauh lebih dinamis dibandingkan dengan apa yang kita dapatkan di bangku kuliah sebelumnya. Sekedar saran bagi rekan-rekan yang berminat meneruskan pendidikan lanjut di luar negeri, sebaiknya segera memulai untuk banyak-banyak membangun kemauan dan motivasi sembari mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya melalui berbagai media dan secara serius memperdalam keahlian-keahlian yang dijadikan sebagai prasyarat beasiswa seperti tes-tes IELTS, TOEFL, GRE, GMAT atau tes lainnya. Komunikasi dengan lembaga penyedia beasiswa dan universitas yang dituju (profesor/dosen) juga akan membantu kelancaran selama proses aplikasi pendaftaran. Catatan: Banyak sekali bahan-bahan tes IELTS/TOEFL dsb. yang diunggah (upload) di internet dalam berbagai format untuk dipelajari secara intensif. Luangkan waktu khusus untuk berlatih mengerjakan soal. Bergabung dengan milis mengenai beasiswa dan hidup di luar negeri juga akan sangat membantu. Patut dicatat adalah: tempat-tempat resmi penyelenggara tes-tes tersebut beserta jadwal-jadwalnya. Mengingat rumit dan banyaknya persyaratan terkait aplikasi beasiswa, ada banyak sekali yang harus kita urus sebelum melangkah mendaftar, seperti: -
-
-
Memastikan bahwa ijazah dan transkrip nilai sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris Melegalisir fotokopi ijazah dan transkrip nilai, baik versi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sediakan jumlah yang cukup banyak kalau ingin melamar ke beberapa beasiswa dan sekolah sekaligus, terutama apabila sekolah kita terletak di luar kota tempat kita tinggal sekarang. Meminta surat rekomendasi, biasanya dari dosen, atasan atau orang lain yang kredibel. Rata-rata beasiswa dan sekolah mensyaratkan 2, tapi ada yang sampai 3. Sebaiknya minta surat rekomendasi yang generik, dalam arti bisa digunakan dalam aplikasi beasiswa maupun sekolah, tapi spesifik, dalam arti yang bersangkutan memberi testimoni untuk hal yang tepat (misalnya, dosen tentang kemampuan akademis dan atasan tentang tabiat kerja dan kemampuan adaptasi). Sediakan waktu yang cukup bagi mereka untuk membuat surat tersebut. Perhatikan bahwa tidak semua beasiswa dan sekolah akan menerima secarik surat begitu saja – banyak yang menyediakan formulir khusus yang harus diisi pemberi rekomendasi. 4
-
-
-
-
Pelihara hubungan baik dengan mantan dosen, pembimbing skripsi, maupun “eminent person” dalam hal ini. Mengambil tes TOEFL atau IELTS. Apabila biayanya terlalu berat, banyak penyedia beasiswa yang menyediakan versi institusional tes tersebut dengan harga jauh lebih rendah. Hasilnya bisa dipakai dalam aplikasi beasiswa, namun jika diterima, kita akan diminta mengambil tes resminya. Memindai (scan) semua dokumen, termasuk paspor dan surat rekomendasi, karena banyak beasiswa dan sekolah yang menerima aplikasi online. Perlu diperhatikan bahwa setiap institusi punya persyaratan yang berbeda-beda. Dalam pengalaman saya, ada yang meminta hasil pindaian dokumen asli, ada yang meminta dokumen fotokopi, ada yang hanya dalam bentuk .pdf, ada yang menerima .jpg juga. Membuat essay sesuai dengan permintaan beasiswa dan sekolah. Walaupun kerangka satu essay bisa digunakan berulang-ulang, usahakan ada perubahan yang mencerminkan hubungan dengan penyedia beasiswa. Tulisan ini sebaiknya diperiksa oleh teman yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Ini bukan untuk “menipu” penyedia beasiswa, hanya memastikan bahwa gagasan kita sampai ke pembacanya. Mencetak pas foto secukupnya. Juga sediakan format digitalnya untuk keperluan yang lain (pembuatan kartu mahasiswa dsb.).
Yang di atas belum termasuk berpuluh, bahkan beratus, jam menjelajah di dunia maya untuk mencari detail beasiswa dan program master yang cocok. Ketika saya pertama mulai mencari beasiswa, saya sempat berpikir bahwa ini bisa jadi pekerjaan serius bersifat paruh waktu, bahkan penuh waktu. Sekedar bayangan saja, diperlukan waktu kira-kira 8 bulan untuk mempersiapkan aplikasi beasiswa saya yang memang agak bertubi-tubi itu. Kita tidak bisa memakai prinsip menunda-nunda dalam mencari beasiswa, karena tanpa disadari tenggat waktu akan cepat mendekat dan persyaratan yang menumpuk tidak sempat diurus. Selamat berusaha, dan semoga berhasil! Mudah-mudahan tulisan ini membantu, maaf ternyata jadi panjang sekali :) --||0||--
5