Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
KINERJA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X PURWOKERTO DITINJAU DARI PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL BALANCED SCORECARD “AVERAGE DISPENSARY TIME DAN WAKTU PEMBERIAN INFORMASI OBAT” 1*
2
Fithria Dyah Ayu S ., Satibi , Achmad Fudholi
1
2
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Islam Indonesia 2 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
*email:
[email protected]
ABSTRAK
information time. The research design was cross sectional study. Quantitative data for average dispensary time were obtained from observation with sheet data collectors on the receipts document, while for average drug information time were obtained from observation the timing of drug information by pharmacy department staff to the patients. Qualitative data were obtained from unstructured interview with the pharmacy department staff. Quantitative data were analyzed as a mean of time of dispensing time, and qualitative data was descriptive analyzed. Result shown the average dispensary time in Satelit Farmasi Rawat Jalan Umum for non coumpounding prescription was 27 minutes and 10 seconds, compounding prescription was 43 minutes 25 seconds, while in Satelit Farmasi Rawat Jalan ASKES average dispensary time for non compounding prescription was 20 minutes 2 seconds, and for compounding prescription was 29 minutes. The average drug information time was 12,44 seconds, include the rules and how to use the drug, the duration of treatment, and the efficacy of drug.
IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) X Purwokerto adalah salah satu rumah sakit milik pemerintah yang bergerak pada pelayanan publik. IFRS X sebagai salah satu organisasi yang memasuki lingkungan industri kesehatan yang kompetitif harus dapat meningkatkan kinerja dan memberikan pelayanan terintegrasi secara lebih efektif, efisien, dan inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses bisnis internal IFRS X berdasarkan perspektif balanced scorecard, meliputi ratarata dispensing time, dan rata-rata waktu pemberian informasi obat. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Data kuantitatif didapatkan dari lembar observasi pada resep untuk rata-rata dispensing time. Kata kunci : IFRS X Purwokerto, proses bisnis internal, rata-rata dispensing time, rata-rata waktu pemberian informasi obat. ABSTRACT IFRS X Purwokerto is one of government’s hospital as a public services. Organization such as IFRS X in todays dynamic healthcare system required to improve their performance and deliver an integrated care that means to be effectively, efficiently, and be innovative. This article presents an investigation in internal processes IFRS X based on balanced scorecard perspective, thats are average dispensary time and average drug
Keywords: internal processess perspective, IFRS X Purwokerto, average dispensary time, average drug information
45
46 | Fithria Dyah Ayu Suryanegara
pelayanan kesehatan memungkinkan untuk
PENDAHULUAN
mengembangkan indikator kinerja yang lebih Lingkungan industri jasa pelayanan
komprehensif (Lupi S., et al, 2001). Pada
kesehatan pada era sekarang memasuki
ranah
industri yang sangat kompetitif, dan salah
kemampuan
satu keunggulan bersaing di antara para
mengembangkan,
penyedia jasa pelayanan kesehatan adalah
menggerakan aset tidak berwujud mereka
service excellence (Ford R.C., et al., 2006).
sangat penting untuk keberhasilan (Kaplan &
Berdasarkan
Norton,
Surat
Keputusan
Direktur
kompetisi
berbasis
pengetahuan,
organisasi
untuk
memelihara,
2001).
Balanced
dan
scorecard
Nomor 800/766/III/2000 IFRS X Purwokerto
memungkinkan manajemen untuk melihat
sebagai salah satu unit penyedia layanan
bisnis dari empat perspektif penting dan
kesehatan
untuk
memiliki
misi
antara
lain
menerima
menyelenggarakan pengelolaan perbekalan
pertanyaan penting
farmasi secara efisien, efektif, sehingga
1992).
memuaskan
semua
pihak,
serta
atas
pelanggan
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
(menilai)
kita?
dalam penggunaan sediaan farmasi dengan
perspective)
service
excellence.
Dalam
2.
lingkungan
industri pelayanan kesehatan yang sangat
empat
(Kaplan & Norton,
Bagaimana
menghormati hak pasien sebagai salah satu
1.
jawaban
melihat (Customer
Kita harus unggul dalam apa? (Internal perspective)
3.
Dapatkah kita terus meningkatkan
dinamis, organisasi seperti rumah sakit
dan menciptakan nilai? (Innovation
membutuhkan peningkatan kinerja untuk
and learning perspective)
stakeholder dan menghantarkan pelayanan
4.
Bagaimana kita melihat pada para
secara terintegrasi dalam arti secara efektif,
pemegang
inovatif, dan efisien (Lupi S., et al, 2011).
perspective)
saham?
(Financial
Dalam rangka mengukur pencapaian misi IFRS
X
Purwokerto,
dilakukan
Organisasi pada beberapa waktu
pengukuran kinerja dalam perspektif proses
menghadapi kesulitan, dan manajemen perlu
bisnis
menerapkan
internal
dari
maka
perspektif
balanced
beberapa
bentuk
sistem
scorecard. Aplikasi analisis dari perspektif
manajemen
proses bisnis internal balanced scorecard
efisiensi dan memotivasi karyawan untuk
dalam industri pelayanan kesehatan harus
bisa sukses (Gustafsson K., et al, 2009).
dimodifikasi dengan melaporkan indikator
“Perspektif proses bisnis internal memiliki 2
peningkatan kualitas yang terus menerus
(dua)
dan desain pelayanan yang terintegrasi (Lupi
organisasi, yaitu (1) mereka menghasilkan
S., et al, 2011). Balanced scorecard adalah
dan menghantarkan nilai terdepan bagi
salah satu alat manajemen yang pada
pelanggan, (2) mereka memperbaiki proses
awalnya diaplikasikan pada sektor swasta
dan mengurangi biaya untuk komponen
oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992
produktivitas dalam perspektif keuangan
(Kaplan dan Norton, 1992). Penggunaan
(Kaplan
balanced
Pengukuran perspektif proses bisnis internal
scorecard
dalam
industri
kinerja
komponen
&
untuk
penting
Norton,
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
meningkatkan
dari
2004,
strategi
pg.
98).
47 | Fithria Dyah Ayu Suryanegara
dalam balanced scorecard harus berasal dari
diperlukan
proses
bisnis
terbesar,
yang
seperti
untuk
melakukan
pelayanan
memiliki
dampak
resep. Teknik pengambilan sampel adalah
waktu,
kualitas,
dengan
siklus
convenience
sampling,
dengan
keterampilan karyawan, dan produktivitas
kriteria inklusi LPD terisi dengan lengkap
(Kaplan & Norton 1992, pg. 132). Hal penting
oleh
lain yang harus diperhatikan oleh organisasi
menghitung
adalah mengidentifikasi kompetensi inti yang
dispensary time resep pasien rawat jalan
mereka
umum yang dibedakan atas resep racikan
miliki,
serta
teknologi
yang
dibutuhkan untuk menjaga pangsa pasar
satu
nilai
data
rata-rata
dengan /average
Pengambilan data kuantitatif waktu
kinerja
PIO (Pemberian Informasi Obat) dilakukan
perspektif proses bisnis internal adalah
dengan observasi di lapangan terhadap
pengukuran dispensing time dan waktu
waktu
pemberian
Dispensing
petugas farmasi pada saat penyerahan obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai
hingga berakhirnya informasi yang diberikan
dari
interpretasi,
oleh petugas kepada pasien. Observasi
memberikan
dilakukan
informasi
tahap
obat.
validasi,
menyiapkan/meracik label/etiket,
pengukuran
Analisa
dan non racikan.
mereka (Kaplan & Norton 1992, pg. 132). Salah
petugas.
obat,
penyerahan
obat
dengan
pemberian
pada
informasi
100
obat
subjek
oleh
penelitian.
Analisa data dengan menghitung rata-rata
pemberian informasi obat yang memadai
waktu
pemberian
informasi
disertai sitem dokumentasi (Depkes, 2004).
petugas kepada pasien.
METODE PENELITIAN
wawancara
obat
oleh
Pengambilan data kualitatif dengan tidak
terstruktur
kepada
karyawan/petugas satelit farmasi rawat jalan Rancangan penelitian adalah cross
umum dan ASKES. Hasil wawancara tidak
sectional analytic, dengan pengambilan data
terstruktur kemudian diolah dalam bentuk
kuantitatif
narasi/deskripsi.
dispensary
time
dan
waktu
pemberian informasi obat, dan data kualitatif. Pengambilan data kuantitatif dispensary time
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh dari observasi di lapangan pada pasien rawat jalan umum dan rawat jalan
Pengukuran average dispensary time di
ASKES yang menebus resep di IFRS X
instalasi farmasi rawat jalan Rumah Sakit
Purwokerto, dengan menggunakan Lembar
X Purwokerto
Pengumpul Data yang berisi nomor resep, tanggal
penerimaan
pengukuran
perspektif
proses
pengambilan data, yaitu periode I (jam
balanced
scorecard
08.00-10.00 WIB) dan periode II (jam 10.00
antara lain adalah waktu tunggu, yang dalam
– selesai), jenis resep (racikan/nonracikan),
penelitian
jenis
dalam
dispensary time. Indikator lainnya yang
pelayanan resep, waktu yang diperlukan
diukur dalam penelitian ini adalah waktu PIO
untuk
(Pemberian Informasi Obat) oleh petugas
yang
masing-masing
dilakukan
kegiatan
dalam
pelayanan resep, dan total waktu yang
ini
bisnis
kinerja
periode
kegiatan
resep,
Indikator
dalam
disebut
farmasi kepada pasien.
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
internal
dari
bidang
jasa
sebagai
average
48 | Fithria Dyah Ayu Suryanegara
Pengukuran
dispensing
time
rawat jalan umum adalah sebanyak 142
dilakukan di instalasi farmasi rawat jalan RS
pasien, dan untuk rawat jalan ASKES adalah
X Purwokerto, baik di satelit farmasi rawat
sebanyak 222 pasien yang dibagi ke dalam
jalan umum maupun satelit rawat jalan
resep racikan dan resep non racikan.
ASKES. Jumlah sampel penelitian untuk Tabel 1. Average Dispensary Time di Satelit Farmasi Rawat Jalan Umum RS X Purwokerto Keterangan
Waktu penyediaan obat (menit) Non Racikan Racikan 101 41 27 menit 50 detik 43 menit 25 detik 10 menit 16 menit 56 menit 60 menit 14 detik 11 menit 12 detik 14 menit 7 detik
Jumlah Sampel (lembar resep) Rerata Minimum Maximum Standar Deviasi
Hasil pengukuran average dispensary time di satelit farmasi rawat jalan ASKES adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Average Dispensary Time di Satelit Farmasi Rawat Jalan ASKES RS X Purwokerto Keterangan
Waktu penyediaan obat (menit) Non Racikan Racikan 160 62 20 menit 2 detik 29 menit 5 menit 6 menit 60 menit 67 menit 10,79 14,05
Jumlah Sampel (lembar resep) Rerata Minimum Maximum Standar Deviasi Pengukuran time
dilakukan
average sejak
dispensary
awal
pasien
harga. Hasil wawancara tidak terstruktur dengan
petugas/karyawan
IFRS
X
menyerahkan resep hingga berakhir ketika
Purwokerto menyatakan bahwa hal tersebut
pasien telah selesai memperoleh obat. Hasil
dipengaruhi oleh perubahan SIM (Sistem
pengukuran average dispensary time di
Informasi Manajemen) yang baru, sehingga
satelit farmasi rawat jalan umum belum
petugas/karyawan memerlukan adaptasi dan
memenuhi standar yang telah ditetapkan
pelatihan lagi, selain dari sisi ketidaksiapan
oleh IFRS X Purwokerto untuk dispensing
SDM (Sumber Daya Manusia) terhadap
time, yaitu untuk resep racikan 40 menit, dan
perubahan SIM, juga dipengaruhi oleh SIM
untuk
menit,
yang kurang mengakomodasi kebutuhan
sedangkan untuk satelit farmasi rawat jalan
pelayanan, seperti kurang up date terhadap
ASKES
database
resep
telah
non
racikan
memenuhi
20
standar
yang
ditetapkan.
ketersediaan
harga
obat-obatan
obat-obatan
di
IFRS
dan X
Data yang diperoleh dari satelit
Purwokerto. Hal yang juga berpengaruh
farmasi rawat jalan umum tahap yang paling
dalam lama pelayanan adalah kekurangan
lama adalah tahap entry data dan konfirmasi
tenaga pelayanan.
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
49 | Fithria Dyah Ayu Suryanegara
Data yang didapatkan dari satelit
Shrank
dan
Avorn
pada
tahun
2007
farmasi rawat jalan ASKES tahapan paling
menyebutkan bahwa pemberian label pada
lama adalah pada saat penyiapan obat. Hasil
obat yang tidak jelas memiliki pengaruh
wawancara
dengan
besar untuk menimbulkan medication error,
Purwokerto
oleh sebab itu komunikasi aktif dari staf
tidak
petugas/karyawan
terstruktur IFRS
X
menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan
farmasi
oleh jumlah SDM yang terbatas, tingkat
mengedukasi pasien. Berdasarkan panduan
kekosongan obat di satelit farmasi rawat
dari
jalan ASKES yang tinggi, SIM yang kurang
Medicine, 2011 menyebutkan bahwa dalam
mendukung untuk mempercepat pelayanan,
rangka
SDM
dan
dalam menyelesaikan pengobatannya, maka
dan
dibutuhkan
yang
kurang
tempat/ruangan
terlatih,
penyiapan
obat
penyimpanan obat yang terbatas (sempit). Pihak sebaiknya dahulu
IFRS
X
Purwokerto
mengkomunikasikan dengan
American
dibutuhkan
College
meningkatkan
peran
provider
termasuk
apoteker
untuk
mengenai
Preventive
kepatuhan
aktif di
of
untuk
dari
pasien
healthcare
dalamnya
memberikan
adalah informasi
pengobatan
yang
pelayanan
terkait
Simplify the regimen, Impart Knowledge,
dengan implementasi SIM yang baru, dan
Modify patient beliefs and human behaviour,
mengadakan pelatihan.
Provide communication and trust, Leave the
dengan
menggunakan
intervensi
dengan
SDM
berhubungan
seluruh
terlebih
sangat
SIMPLE,
yaitu
bias, dan Evaluate adherence. Pemberian Pengukuran waktu pemberian infornasi
informasi obat juga harus menggunakan
obat
kalimat Pemberian
informasi
obat
oleh
yang
sederhana
dan
mudah
dipahami.
karyawan IFRS X kepada pasien pada saat penyerahan obat berupa cara dan aturan
KESIMPULAN
pakai obat, jangka waktu pengobatan, serta khasiat
obat,
sedangkan
Average
komponen
dispensary
time
untuk
informasi yang tidak diberikan berdasarkan
resep di satelit farmasi rawat jalan umum
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
untuk resep nonracikan adalah 27 menit 50
berdasarkan
detik, dan untuk resep racikan adalah 43
KMK
(Keputusan
Menteri
Kesehatan) Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004
menit
adalah
dan
dispensary time di satelit farmasi ASKES
aktivitas, serta makanan dan minuman yang
untuk resep nonracikan adalah 20 menit 2
harus
cara
penyimpanan
dihindari
penelitian pemberian
informasi
detik,
sedangkan
average
terapi.
Hasil
detik, sedangkan untuk resep racikan adalah
rata-rata
waktu
29 menit. Waktu pemberian informasi obat
selama
menunjukkan
obat,
25
obat
di
IFRS
X
rata-rata
adalah
12,44
detik,
dengan
Purwokerto adalah 12,44 detik. Pemberian
komponen informasi berupa cara dan aturan
informasi obat kepada pasien penting untuk
pakai obat, jangka waktu pengobatan, serta
dilaksanakan, walaupun di dalam obat telah
khasiat obat. Hal tersebut menunjukkan
diberikan label aturan pakai obat. Hal
masih perlunya perbaikan dalam proses
tersebut berdasarkan hasil penelitian dari
bisnis internal di IFRS X Purwokerto baik
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
50 | Fithria Dyah Ayu Suryanegara
dengan penggunaan teknologi, misal dengan
serta
menggunakan
pharmaceutical care kepada staf farmasi.
SIM
(Sistem
Informasi
penekanan
Manajemen) yang lebih baik dan terintegrasi,
DAFTAR PUSTAKA American College of Preventive Medicine, 2011, Medication Adherence Time Tool: Improving Health Outcomes “A Resources from The American College of Preventive Medicine”, Washington, USA Ford R.C., Sivo SA., Fottler MD., Dickson D., Bradley K., Johnson L., 2006, Aligning Internal Organizational Factors with A Service Excellence Mission: An Explaratory Investigation in Healthcare., Health Care Manage Rev, diakses dari www.ncbi.nlm.nih pada 10 Mei 2014 Gustafsson K., Schold C., Sihvo C., Summit S, 2009, Application of the Balanced Scorecard in the Healthcare Department within Jonkoping County Council, Thesis, diakses pada 10 Mei 2014 Kaplan, R., Norton, D., 2001, The Strategy Focused Organization, Harvard Business School Press, Boston Kaplan, R., & Norton, D., 1992, The balanced scorecard - Measures that drive performance, Harvard Business Review on Corporate Performance, Harvard Business School Press, Boston Kaplan, R., & Norton, D., 2004, Strategy Maps, converting intangible assets into tangible outcomes, Harvard Business School Press, Boston Lupi S., Verzola A., Carandina G., Salani M., Antoniolli P., Gregorio P., 2011, Multidimensional Evaluation of Performance with Experimental Application of Balanced Scorecard: A Two Years Experience, Cost Effectiveness and Resources Allocation, diakses pada 10 Mei 2014 Shrank, W.H., Avorn., J., 2007, Educating Patients About Their Medications: The Potential And Limitation of Written Drug Information, Health Affairs 26, No 3, p.731-740
Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 10 No. 2 Tahun 2013
kembali
filosofi