ISSN : 0853 - 2516
KINERJA DAN PROSPEK KETAHANAN PANGAN KOMODITAS BERAS DI KABUPATEN JEMBER Oleh : Siti Husnul Hotimah
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di Kabupaten Jember, untuk menganalisis ketahanan pangan pada beras di Kabupaten Jember tahun 2009 – 2013, untuk menganalisis kontribusi komoditas beras terhadap total komoditas tanaman pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Sebagai makhluk bernyawa, tanpa pangan manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya untuk berkembang biak dan bermasyarakat. Untuk menilai keberhasilan kebijakan ketahanan pangan dapat dilakukan dengan mengukur tingkat ketahanan pangan di Kabupaten Jember. Untuk menjawab permasalahan Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di Kabupaten Jember, bagaimanakah ketahanan pangan pada beras di Kabupaten Jember tahun 2009 – 2013, bagaimanakah kontribusi komoditas beras terhadap total komoditas tanaman pangan, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda, Least Square Method dan kontribusi komoditas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah beras yang diminta pada tahun t -1 (Qdt-1), variabel harga beras pada tahun t –1 (Pt-1), variabel pendapatan per kapita penduduk pada tahun t (It) dan variabel jumlah penduduk pada tahun t (Popt) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel jumlah beras yang diminta pada tahun t (Qdt); variabel jumlah beras yang ditawarkan pada tahun t -1 (Qst-1), harga beras pada tahun t –1 (Pt-1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel jumlah beras yang ditawarkan pada tahun t (Qst); tren perkembangan produksi beras di Kabupaten Jember yang diperoleh pada tahun 2004 – 2013 mengalami peningkatan; tahun 2003 hingga 2008 kontribusi beras mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah produksi tanaman pangan selain beras, yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran sejak tahun 2003 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan. Kata kunci: Kinerja, Ketahanan Pangan, Komoditas Beras
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
1
ISSN : 0853 - 2516
yang
PENDAHULUAN
sangat
memenuhi Pangan merupakan kebutuhan
kompleks kebutuhan
penduduknya.
Untuk
pangan memenuhi
dasar yang paling esensial bagi
kebutuhan
manusia
tersebut pemerintah melalui Garis-
hidup
untuk dan
mempertahankan
kehidupan.
Sebagai
pangan
dalam
penduduknya
garis Besar Haluan Negara (GBHN)
makhluk bernyawa, tanpa pangan
memberikan
manusia
dapat
umum yang sekaligus merupakan
dan
acuan dalam menentukan langkah-
tidak
mungkin
melangsungkan kehidupannya
hidup untuk
berkembang
biak dan bermasyarakat. Laju pertumbuhan penduduk
butir-butir
kebijakan
langkah
pembangunan
sektor
pertanian.
Salah
adalah
satunya
mengembangkan sistem ketahanan
Indonesia masih tergolong tinggi
pangan
dengan
yang
keragamanan
perlu
pangan, kelembagaan dan budaya
sangat
jumlah
penduduk
besar.
Hal
yang
yang
pada
sumberdaya
bahan
diwaspadai dari pertumbuhan jumlah
lokal
penduduk
semakin
tersedianya pangan dan nutrisi dalam
bahan
jumlah dan mutu yang dibutuhkan,
pangan baik dalam jumlah, mutu dan
pada tingkat harga yang terjangkau
keragaman. Peningkatan permintaan
dengan memperhatikan peningkatan
bahan pangan yang bermutu dan
pendapatan petani dan nelayan serta
beragam
dengan
peningkatan produksi yang diatur
semakin meningkatnya pendapatan
dengan undang-undang (Anonimus,
dan kesadaran masyarakat untuk
2001).
adalah
meningkatnya
permintaan
sangat
terkait
meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya (Suryana, 2003). Dengan
laju
dalam
berbasis
rangka
menjamin
Bersamaan dengan hal tersebut, saat ini dunia juga dilanda
penduduk
krisis pangan yang terutama menjadi
yang tergolong tinggi dan dengan
lebih nyata sejak Januari 2008. Sama
jumlah penduduk yang besar (sekitar
halnya dengan harga minyak yang
210 juta jiwa pada tahun 2000),
akhir-akhir ini terus meninggi, krisis
Indonesia
pangan
menghadapi tantangan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
juga
diperkirakan
Oktober 2014
2
ISSN : 0853 - 2516
menandakan telah lewatnya masa
membutuhkan
harga pangan yang rendah yang telah
anggur
berlangsung selama tiga dasawarsa
“dripping” menggunakan air jauh
yang lalu. Dilain pihak, berbeda
lebih sedikit. Khusus pada triwulan
dengan krisis minyak yang memang
pertama
telah diketahui akan secara cepat
produsen
atau lambat muncul mengingat telah
tradisional
tuanya sumur-sumur minyak dunia
pengekspor
dan tidak ditemukannya ladang-
memutuskan untuk menghentikan
ladang minyak baru, krisis pangan
atau
datangnya hampir secara tak terduga.
penjualan beras mereka ke pasar
Kenaikan harga pangan ini telah
dunia. Situasi yang semakin ketat
mengancam kesejahteraan dunia dan
antara permintaan dan penawaran
bahwa
akan
beras dunia ini kemudian diperparah
yang
lagi oleh adanya aksi spekulan beras
selama ini telah dicapai oleh usaha
baik di negara produsen yang surplus
untuk
(seperti
Thailand
maupun
di
krisis
mementahkan
pangan
ini
hasil-hasil
mengurangi
tingkat
kemiskinan penduduk dunia. Bappenas
menyatakan
bahwa masalah pangan tersulut oleh
air,
yang
ke
menanam
melalui
2008
teknik
beberapa
negara
beras
yang
secara
surplus
dan
menjadi
beras
paling
dunia
tidak
telah
membatasi
dan
Vietnam)
negara-negara
yang
biasanya menjadi negara pengimpor beras.
terjadinya ketidakseimbangan antara
Solusi
krisis
pangan
permintaan dan penawaran beras
(menurut ulasan majalah Economist
dunia
terkait
dengan
program
terbitan 19 April 2008) terletak pada
pengembangan
bio-fuel.
Penyulut
upaya menghilangkan distorsi pasar
(trigger) ini terjadi pada saat telah
yang
berlangsungnya beberapa sebab lain
antara penawaran pangan/beras dan
seperti pemanasan global yang telah
permintaannya
menyebabkan kekeringan dan gagal
menemukan
panen gandum di Australia, dan
Dalam pasar
beralihnya para petani di Australia
terdistorsi setiap kenaikan harga
dari menanam beras, yang banyak
pangan/beras akan ditanggapi oleh
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
menyebabkan
kesenjangan
tidak
dapat
keseimbangannya. yang relatif tidak
Oktober 2014
3
ISSN : 0853 - 2516
para petani dengan meningkatkan
0,5 hektar per petani. Hal ini telah
produksinya sehingga harga akan
menyebabkan biaya produksi per
kembali
menurun.
pangan/beras
naik
cenderung
untuk
produksinya.
Ketika
harga
hektar cenderung tinggi sehingga
mereka
tidak
petani
menaikkan
mempunyai
cukup
insentif untuk menaikkan proksi
sebab
walaupun harga pangan meningkat;
kurang/tidak
keempat, mekanisme pasar akan
tanggapnya para petani kecil ini
berjalan baik kalau semua pelaku
adalah :
mempunyai informasi lengkap yang
struktural
lahan
Beberapa
tidak
dari
pertama,
pertanian
konversi
lahan
berkurangnya
karena
proses
sama tentang situasi permintaan dan
pertanian
untuk
penawaran.
penggunaan industri; kedua, telah
Menurut
Perum
Badan
menurunnya komitmen pemerintah
Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre
negara negara berkembang pada
XI
peningkatan alokasi pembangunan
memenuhi target pengadaan beras di
untuk pertanian, khususnya untuk
Kabupaten Jember, Jatim sebanyak
penelitian
pengembangan
80.000 ton, selama tahun 2009.
teknologi pangan (antara tahun 1980
Kepala Bulog Divre XI Jember,
dan 2004 alokasi dana pembangunan
Khairil Anwar, Senin, 30 Maret 2009
pemerintah untuk pertanian telah
menyatakan
menurun
pengadaan
dan
sebesar
50%),
padahal
Jember
pesimistis
bahwa beras
dapat
realisasi tahun
ini
upaya peningkatan bibit baru harus
mengalami penurunan, karena harga
berlangsung secara terus menerus
gabah dan beras di pasaran melebihi
mengingat suatu bibit baru harus
harga pembelian pemerintah (HPP).
dapat
menyeseuaikan
Khairil menambahkan bahwa banyak
mengingat adanya jenis hama dan
petani yang menjual gabahnya ke
penyakit
pasar dan perusahaan penggilingan,
terus
tananam
yang
terus
berkembang; ketiga, pemilikan lahan
tidak
pertanian oleh petani cenderung
membeli gabah petani sesuai dengan
menurun dari rata-rata 1,5 hektar
HPP yakni dua ribu empat ratus
pada tahun 1990 menjadi rata-rata
rupiah per-kilogram untuk gabah
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
ke
Bulog,
karena
Oktober 2014
Bulog
4
ISSN : 0853 - 2516
kering sawah (GKS).. Hingga hari ini
dilakukan dengan mengukur tingkat
realisasi pengadaan beras di Bulog
ketahanan pangan di
sebanyak 36.000 ton, sedangkan
Jember. Oleh karena itu, penelitian
kebutuhan pangan selama satu tahun
ini bermaksud untuk memberikan
di Jember mencapai 52.000 ton,
informasi berkaitan dengan kinerja
termasuk beras untuk masyarakat
pangan
miskin (raskin). Selanjutnya Khairil
sekaligus
Anwar menjelaskan bahwa hasil
ketahanan pangan komoditas beras
pemantauan
untuk tahun 2009 - 2013.
tim
Bulog
di
21
di
Kabupaten
Kabupaten memberi
Jember gambaran
kecamatan di Kabupaten Jember, harga gabah kering giling (GKG) sebesar
Rp3.050,00
Rp3.100,00/kg,
hingga
sedangkan
harga
gabah kering sawah (GKS) sebesar Rp2.440,00
hingga
Rp2.450,00.
Khairil Anwar menyatakan bahwa
TINJAUAN PUSTAKA
meski harga gabah dan beras di atas HPP, harganya masih nisbi wajar,
2.1 Landasan Teori
karena kenaikannya tidak mencapai
2.1.1 Ketahanan Pangan
20
persen
dari
menerangkan.
HPP,"
Oleh
katanya
karena
itu
Pangan merupakan istilah yang
teramat
penting
bagi
tercapai atau tidak target pengadaan
pertanian karena secara hierarkhi
beras di Bulog Divre XI Jember
pangan merupakan salah satu
tergantung pada produksi panen para
kebutuhan yang sangat mendasar
petani di Jember. "Perum Bulog
dalam
berharap,
produksi panen petani
humanistic. Ketahanan pangan
melimpah dan harga gabah nisbi
dapat didefinisikan sebagai suatu
stabil, sehingga stok pangan di
keadaan dimana semua rumah
Jember tercukupi," katanya berharap.
tangga baik secara fisik maupun
Untuk menilai keberhasilan kebijakan ketahanan pangan dapat Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
pemenuhan
ekonomi
mampu
kabutuhan
Vol.14 No.1
aspirasi
mencukupi
pangan
Oktober 2014
seluruh
5
ISSN : 0853 - 2516
anggota keluarganya. Hal ini
sosial,
sesuai dengan yang dikemukakan
mengandung konsekwensi politik
oleh Partohardjono dan Makmur
yang
(1989) bahwa pangan merupakan
dibayangkan
kebutuhan
yang
terjadi
dasar
tetapi
masalah
sangat
besar. apa
terhadap
ini
Dapat
yang
akan
kelangsungan
pemenuhannya
tidak
dapat
suatu kabinet pemerintah atau
ditunda-tunda,
sehingga
usaha
stabilitas politik di dalam negeri
untuk
pemenuhan
pangan
apabila
Indonesia
terancam
merupakan prioritas utama bagi
kekurangan
semua negara. Beras merupakan
kelaparan. Bahkan di banyak
makanan pokok sebagian besar
negara, ketahanan pangan sering
bangsa
Permintaan
digunakan sebagai alat politik
akan beras meningkat dari waktu
bagi seorang (calon) presiden
ke
untuk
Indonesia.
waktu
dengan
makin
pangan
mendapatkan
atau
dukungan
bertambahnya jumlah penduduk.
dari rakyatnya. Ketahanan pangan
Pemenuhan kebutuhan pangan,
bertambah penting lagi terutama
produksi
karena
beras
harus
selalu
ditingkatkan.
saat
ini
Indonesia
merupakan salah satu anggota
Berdasarkan Partohardjono
dan
pendapat
dari
Organisasi
Makmur
Dunia (WTO). Artinya, di satu
(1989) dapat dipahami bahwa
pihak,
keberhasilan
memperhatikan
pembangunan
di
Perdagangan
pemerintah
harus
kelangsungan
sektor pertanian di suatu negara
produksi pangan di dalam negeri
harus
demi
tercerminkan
kemampuan
negara
oleh
menjamin
ketahanan
tersebut
pangan, namun, di pihak lain,
dalam swasembada pangan, atau
Indonesia tidak bisa menghambat
paling tidak ketahanan pangan. Di
impor pangan dari luar. Dalam
Indonesia,
pangan
kata lain, apabila Indonesia tidak
merupakan salah satu topik yang
siap, keanggotaan Indonesia di
sangat penting, bukan saja dilihat
dalam
dari
Indonesia
ketahanan
nilai-nilai
ekonomi
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
dan
Vol.14 No.1
WTO
bisa
membuat
menjadi
Oktober 2014
sangat
6
ISSN : 0853 - 2516
tergantung pada impor pangan,
hidup
dan
persyaratan penerimaan pangan
ini
dapat
ketahanan
mengancam
pangan
di
dalam
negeri.
sehat
dengan
sesuai dengan nilai atau budaya setempat (Pambudy, 2002).
Konsep ketahanan pangan yang
yang
dianut
Indonesia
dapat
Konsep ketahanan pangan nasional yang tercantum pada UU
dilihat dari Undang-Undang (UU)
No.17
No.7 Tahun 1996 tentang Pangan,
penekanan pada akses setiap RT
Pasal
terhadap pangan yang cukup,
1
Ayat
17
yang
tersebut
memberi
menyebutkan bahwa "Ketahanan
bermutu,
pangan
kondisi
terjangkau, meskipun kata-kata
rumah
RT belum berarti menjamin setiap
tangga (RT) yang tercermin dari
individu di dalam RT mendapat
tersedianya pangan yang cukup,
akses yang sama terhadap pangan
baik jumlah maupun mutunya,
karena di dalam RT ada relasi
aman, merata, dan terjangkau".
kuasa
UU ini sejalan dengan definisi
Implikasi kebijakan dari konsep
ketahanan
ini adalah bahwa pemerintah, di
adalah
terpenuhinya
pangan
pangan
menurut
dan
(Pambudy,
Organisasi Pangan dan Pertanian
satu
PBB
menjamin
(FAO)
dan
Organisasi
harganya
pihak,
2002).
berkewajiban
kecukupan
pangan
Kesehatan Dunia (WHO) tahun
dalam arti jumlah dengan mutu
1992, yakni akses setiap RT atau
yang baik serta stabilitas harga,
individu untuk dapat memperoleh
dan, di pihak lain, peningkatan
pangan pada setiap waktu untuk
pendapatan
keperluan
masyarakat,
hidup
yang
sehat.
khususnya
dari
Sementara pada
World
Food
berpendapatan rendah.
golongan
Summit tahun 1996, ketahanan
Istilah ketahanan pangan
pangan disebut sebagai akses
(food security) sebagai sebuah
setiap RT atau individu untuk
konsep kebijakan baru pertama
dapat memperoleh pangan pada
kali muncul pada tahun 1974,
setiap waktu untuk keperluan
yakni
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
ketika
dilaksanakannya
Oktober 2014
7
ISSN : 0853 - 2516
konferensi pangan dunia (Sage,
berkelanjutan (sustainable food
2002).
mencoba
security) di level keluarga yang
menelusuri perubahan-perubahan
diusulkan oleh Maxwell (1996),
definisi tentang ketahanan pangan
yakni:
pertama,
sejak konferensi pangan dunia
pangan
yang
1974 hingga pertengahan dekade
sebagai
jumlah
90an; perubahan terjadi pada
dibutuhkan untuk kehidupan yang
level
aktif dan sehat. Kedua, akses atas
Maxwell
global,
nasional,
skala
kecukupan didefinisikan kalori
rumah tangga dan individu; dari
pangan,
perspektif
sebagai hak (entitlements) untuk
kebutuhan
pangan dasar
perspective)
sebagai
(food
first
hingga
perspektif
pada
penghidupan
yang
yang
berproduksi,
didefinisikan
membeli
menukarkan (exchange) pangan ataupun
menerima
(livelihood perspective) dan dari
pemberian
(transfer).
indikator-indikator
ketahanan
yang
persepsi
objektif
yang
ke
subjektif.
(Maxwell, 1996).
atau
sebagai
sebagai Ketiga
didefinisikan
keseimbangan
antara
kerentanan, resiko dan jaminan
FAO menyatakan bahwa
pengaman
sosial.
Keempat:
Ketahanan Pangan adalah "situasi
fungsi waktu manakala ketahanan
di mana semua orang dalam
pangan dapat
segala waktu memiliki kecukupan
transisi dan/atau siklus.
jumlah atas pangan yang aman
Wibowo
bersifat
kronis,
(2000)
(safe) dan bergizi demi kehidupan
mendukung pendapat diatas yaitu
yang sehat dan aktif. World Bank
dengan mengemukakan bahwa
juga
system
mengidentifikasi
bahwa
ketahanan
pangan
Ketahanan pangan adalah: "akses
dikatakan mantap apabila mampu
oleh semua orang pada segala
memberikan
waktu atas pangan yang cukup
semua penduduk setiap saat pasti
untuk kehidupan yang sehat dan
memperoleh
aktif.
cukup sesuai dengan norma gizi
element
Sedikitnya
ada
ketahanan
empat pangan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
untuk
Vol.14 No.1
jaminan
makanan
kehidupan
yang
Oktober 2014
bahwa
yang
sehat,
8
ISSN : 0853 - 2516
tumbuh
dan
sportif.
Tiga
dengan ketinggian mencapai 2400
indicator kunci selalu diupayakan
meter diatas permukaan laut, mulai
untuk
masalah
dari posisi 530 LU sampai dengan
ketahanan pangan ini, yaitu (1)
350 - 400 LS. Beras sebagai tanaman
ketersediaan
pangan
semiaquatis
availability);
(2)
memenuhi
pangan
(food
kehandalan
(food
jangkauan
access);
(3)
(reliability)
ditanam
dilahan
tergenang, tetapi ada juga yang dapat ditanam dilahan kering atau ladang.
dari
Usaha
meningkatkan
ketersediaan maupun jangkauan
produksi pangan menurut Suparyono
pangan.
dan Setyono (1997) selalu mendapat perhatian yang serius sedangkan teknologi yang digunakan selalu
2.1.2 Komoditas Beras Beras
merupakan
bahan
mengalami perkembangan, terutama
makanan yang menghasilkan beras,
bagi petani beras guna meningkatkan
berfungsi sebagai makanan pokok
atau memenuhi kebutuhan pangan.
bagi
Teknologi yang dianjurkan dalam
sebagian
Indonesia.
besar
Beras
penduduk
adalah
bahan
budidaya tanaman beras meliputi :
makanan yang merupakan sumber
penentuan
pemberi energi. Beras mengandung
pengolahan tanah, penggunaan benih
nilai gizi yang tinggi, selain itu gizi
unggul, pergiliran varietas, jarak
yang dikandung oleh beras adalah
tanam,
sangat mudah dicerna oleh tubuh.
penggunaan
pupuk
Susunan gizi yang membuktikan
pengendalian
jasad
keunggulan beras sebagai pemberi
pengairan dan pasca panen.
energi
2.1.3 Beras Sebagai Ketahanan
yang
dibandingkan
lebih
tinggi
dengan
bahan
beras
tanam
pemupukan
tahunan,
berimbang, pelengkap, pengganggu,
Pangan
makanan lainnya (Siregar, 1981). Tanaman
pola
Penyamaan
swasembada
menurut
beras dengan ketahanan pangan
Istiyastuti dan Yanuharso (1996)
sudah sangat lama terjadi di
merupakan tamanan yang cocok
Indonesia. Ini semacam mitos
dibudidayakan
yang terus direproduksi ulang dari
di
daerah
pantai
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
9
ISSN : 0853 - 2516
masa ke masa. Ketersediaan beras
lambang pemerintahan daerah.
di gudang Bulog kerap di jadikan
Dari
basis ketahanan pangan di level
terhadap
propinsi maupun kabupaten. Hal
pemerintah kabupaten,
ini mengidikasikan pengutamaan
tidak ada propinsi yang tidak
beras sebagai indikator ekonomi
memasukan
nasional.
lambang
Dominasi
beras
penelusuran
di
Internet
lambang-lambang hampir
beras daerah.
sebagai Tingginya
atas
ketergantungan pada beras di
sumber daya pangan lainnya di
daerah seperti Timor, Maluku,
Indonesia dapat ditemukan dalam
Papua,
dan Kalimantan telah
istilah-istilah
terjadi
sejak
lokal
“palawija”
seperti
(Sansekerta,
phaladwija)
yang
harfiahnya
jaman
memberlakukan
kolonial
perdagangan
antar pulau di Nusantara.
berarti sesuatu yang bukan beras (sekunder) atau pangan kelas dua, sesuatu
yang
secara
2.1.4 Produksi
Beras
di
Indonesia
dan
di
terkonstruksikan
budaya
(culturally
Kabupaten Jember
constructed). Beras telah menjadi
Walaupun sejak mencapai
sumber pangan dominan yang
swasembada beras pada tahun
tercermin
1984 masih terjadi tahun-tahun
dari
50%
total
konsumsi nasional (Van der Eng
defisit
2000). Rata-rata, sekitar 96%
dibandingkan dengan kebutuhan
penduduk Indonesia makan beras
dalam negerinya produksi beras
ketimbang
Indonesia telah terus meningkat
sumber
pangan
lainnya (Simatupang, 1999). Lambang beras digunakan
produksi
beras
(Tabel 2.1). Kinerja dibidang beras ini terlihat dari peningkatan
sebagai
simbol
kemakmuran
produksi beras dari 51,1 juta ton
negara.
Di
daerah-daerah
pada tahun 1996 yang mencapai
produsen jagung dan umbi jalar
puncaknya
seperti Timor dan Papua, beras
menjadi 57,0 juta ton. Dengan
tetap
rendemen beras menjadi beras
disimbolkan
sebagai
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
pada
tahun
Oktober 2014
2007
10
ISSN : 0853 - 2516
sebesar 65% pada tahun 1996 dan
ton/hektar
63% pada tahun 2007 hasil ini
dengan luas panen 154.085; 3,416
menjadi 33,2 juta ton beras dan
ton/hektar
35,9 juta ton beras pada masing-
dengan luass panen 148.021;
masing
tersebut.
3.163 ton/hektar pada tahun 2001
Peningkatan ini juga tercermin
dengan luas panen 143.233; 3,392
pada kenaikan luas panen dari
ton/hektar
11,6 juta Ha menjadi 12,2 juta
dengan luas panen 141.880; 3,384
Ha,
ton/hektar
tahun
dan
pada
kenaikan
pada
pada
tahun
1999
ttahun
pada
padaa
2000
tahun
2002
tahun
2003
produktivitas dari 4,4 juta ton per
dengan luas panen 131.522; 3,374
hektar menjadi 4,69 juta ton per
ton/hektar
hektar pada masing-masing tahun
dengan luas panen 135.031; 3,289
1996 dan 2007. Berkat kinerja
ton/hektar
produksi beras yang baik pada
dengan luas panen 141.804; 3,378
tahun
ton/hektar
2007
ini
maka
krisis
pada
pada
tahun
tahun
pada
2004
22005
tahun
2006
pangan/beras yang melanda dunia
dengan luas panen 140.184; 3,467
pada awal tahun 2008 tidak
ton/hektar
mempengaruhi
dengan luas panen 140.184; 3,467
stabilitas
pada
2007
ketersediaan beras dan tingkat
ton/hektar
inflasi Indonesia. Bahkan mulai
dengan luas panen 141.066; 3,583
bergulir
ton/hektar
gagasan
untuk
mengekspor beras.
pada
tahun
2007
tahun
2008
dengan luas paanen 143.597.
Produktivitas beras di Kabupaten Jember
pada
tahun
mengalami
2.1.5 Kebijakan
fluktuatif
Ketahanan
Pangan Indonesia
produksi
beras
dari
3,799
ton/hektar
pada
tahun
1996
telah menjadi basis kebijakan
123.612;
pangan dan beras lebih dari 300
dengan
luas
panen
3,583 ton/hektar pada tahun 1997 dengan luas panen 127.236; 3,023 ton/hektar
pada
tahun
1998
Kebijakan
tahun,
sejak
harga
masa
beras
kolonial
(Mears, 2009). Sayangnya, nature dari kebijakan harga pangan hari
dengan luas panen 150.766; 3,229 Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
11
ISSN : 0853 - 2516
ini sangat berbeda dengan asal-
berdampak
muasalnya. Pemerintah Kolonial
dalam pemilu. Kondisi menjadi
Belanda
lebih buruk ketika beras dibaptis
selalu
menginginkan
pada
hasil
harga buruh yang murah bagi
menjadi
investasi
pembangunan tapi pada saat yang
pertaniannya
Nusantara.
Karena
itu,
di harga
dasar pangan dan beras selalu ditekan rendah, karena harga beras
sangat
konsumsi perlu
penting
keluarga,
membuat
bagi
sehingga
harga
dasar
sama
barometer
voting
berfungsi
ekonomi
sebagai
alat
politik. Kelahiran Badan Urusan Logistik (Bulog) tahun 1967 (Lihat tabel 2.2), sejak awal diproyeksikan untuk menjaga ketahanan pangan
pangan utama tersebut rendah
Indonesia
sepanjang waktu (Mears, 2009).
mekanisme: stabilisasi harga beras
Presiden kebijakan
Sukarno yang
menjiplak
dua
dan pengadaan bulanan untuk
dengan
PNS dan militer. Bulog berfungsi
politik.
sebagai pengotrol harga beras
Sukarno ingin memproteksikan
dengan cara mematok harga beras
kekuasaannya
cara
domestic secara signifikan lebih
mengambil hati pegawai negeri
tinggi dari harga beras dunia. Hal
sipil dan militer dengan cara
ini
proteksi pendapatan melalui beras
Megawati hingga tahun 2004
sebagai komponen gaji bulanan
(Timmer 2004).
motivasi
sama
melalui
dukungan
dengan
masih
menjadi
kebijakan
(Mears,2009). Tujuannya yakni rezim yang belia memerlukan kesetiaan dan dukungan politik.
Kondisi ini diperparah lagi dengan korupsi (Timmer
Masa pemerintahan Suharto regime
(1999)
di
tubuh
2004). menuduh
BULOG Simatupang kebijakan
selama 32 tahun secara telak
pangan Indonesia sebagai praktek
menjiplak hal yang sama. Bisa
kleptocracy, yang berarti bahwa
dibayangkan
dukungan
beras
untuk memberi makan 4.6 juta
rezim
Suharto
menggunakan
Bulog sebagai mesin uang bagi
PNS dan 0.5 juta militer akan Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
12
ISSN : 0853 - 2516
kepentingan
pribadi
dan
dibandingkan rezim kepresidenan
keuntungan politis. Akhir 1980,
sebelumnya.
Bulog
tetap
memerankan
Revitalisasi
ditugasi
untuk
pertanian termasuk di dalamnya
kontrol
pasar
juga
pembangunan
sektor
perberasan Indonesia tetapi sedikit
agribisnis demi terciptanya nilai
diperluas
menangani
tambah komoditas agribisnis demi
komoditas pangan lain seperti
pendapatan dan akses atas pangan
gula
yang lebih baik.
untuk
pasir,
gandum,
jagung,
kedelai dan sejumlah komoditas
bahwa
Indonesia
bergumul
dengan
upaya
mencapai
2.1.6 Kontribusi Komoditas Beras Terhadap Perekonomian Kabupaten Jember Kontribusi adalah sumbangan
swasembada pangan sejak 1952
atau peranan yang diberikan oleh
hingga
masing-masing
lainnya. Tabel 2.2 menunjukan
hari
ini.
Pencapaian
sektor
terhadap
swasembada pangan 1984 tidak
Produk
mampu
secara
Indikator kontribusi ini dipergunakan
berkelanjutan. Yang perlu dicatat
untuk menganalisis sektor mana yang
adalah
paling
dijaga
upaya
mencapai
Domestik
besar
Bruto
(PDB).
menyumbang
atau
swasembada pangan tidak disertai
berperan terhadap PDB. Kontribusi
oleh upaya penguatan ketahanan
sektor
pangan.
terutama sebagai indikator perubahan
Susilo Bambang Yudoyono (SBY) gencar
mempromosikan
struktur
mencapai
swasembada
PDB
dihitung
ekonomi
Indonesia
(Kadariah, 1990).
“revitalisasi pertanian”, dengan upaya
terhadap
Indikator yang paling lazim digunakan
untuk
mengukur
dan
beras maupun non-beras. Melalui
membandingkan skala perekonomian
pengarus-utamaan
pangan
suatu negara adalah PDB, yaitu nilai
alternatif
jagung,
seluruh
singkong,
seperti di
samping
beras.
barang
dan
jasa
yang
dihasilkan suatu perekonomian dan
Karena itu, di atas kertas, ada
dijual
peningkatan kualitas kebijakan
tertentu. Tingkat kemakmuran rata-
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
di
pasar
selama
Oktober 2014
periode
13
ISSN : 0853 - 2516
rata penduduknya diukur dengan
bersangkutan.
PDB perkapita. Indikator serupa
dasar harga berlaku ini bisa
dapat pula diterapkan untuk ditingkat
digunakan
pemerintah yang lebih rendah ini
perubahan struktur perekonomian
disebut produk domestik regional
suatu wilayah.
bruto (PDRB) (Messi, 1998). Kontribusi sektor
yang
pertanian
sehingga
melihat
besar
semua produksi barang dan jasa dinilai
dengan
harga
tahun
pertanian
tertentu yang dipilih sebagai
sebagai sektor yang tangguh dan kuat
tahun dasar. Penetapan ini bisa
serta menjadi sektor pemimpin dalam
digunakan
kegiatan
pertumbuhan
ekonomi
suatu
wilayah
yang
lebih
Sektor
menjadikan
untuk
atas
b. Atas dasar harga tetap, apabila
diberikan
cukup
Penetapan
pembangunan pertanian
pemimpin
nasional.
menjadi
dalam
sektor kegiatan
pembangunan nasional atau regional
untuk
mengukur
mencerminkan pertumbuhan riil dari tahun ke tahun.
karena kemampuan sektor pertanian
Perhitungan produk domestik
yang tidak perlu diragukan yang
regional bruto dengan menggunakan
tercermin dalam indikator agregat
pendekatan
ekonomi
approach)
digunakan
makro untuk
yang
lazim
produksi yaitu
(production
bahwa
produk
mengukur
domestik bruto merupakan jumlah
penampilan ekonomi suatu wilayah.
barang dan jasa yang dihasilkan
PDRB adalah hasil penjualan unit
selama satu tahun, yang dihitung
bruto yang dihasilkan oleh seluruh
dengan harga pasar. Perhitungan
unit kegiatan ekonomi dalam batas-
besarnya produk domestik regional
batas tertentu suatu wilayah yang
bruto seluruh lapangan usaha yang
biasanya dalam satu tahun. Ada dua
dibagi
versi penilaian PDRB, yaitu:
usaha/ekonomi,
a. Atas dasar harga berlaku, apabila
dalam arti luas, pertambangan dan
menjadi yaitu:
sektor pertanian
semua barang dan jasa yang
penggalian,
dimiliki dinilai berdasar pada
listrik, gas dan air bersih, bangunan,
harga
perdagangan, hotel dan restoran,
pasar
pada
tahun
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
industri
9
pengolahan,
Oktober 2014
14
ISSN : 0853 - 2516
pengangkutan
dan
komunikasi,
komoditas
beras
mempunyai
keuangan dan persewaan bangunan
produksi
yang
dan jasa perusahaan dan sektor jasa-
dibanding
komoditas
jasa (BPS, 2008).
pangan lainnya.
Beras
di
Kabupaten
lebih
tinggi tanaman
Ketahanan pangan didasari
Jember diusahakan oleh sebagian
oleh
besar petani untuk memenuhi
pangan, dengan demikian ketahanan
kebutuhan
pokok
pangan
(subsistem),
dan
mereka
ketersediaan
diartikan
sebagai
akan
ketersediaan pangan dalam jumlah
dikomersilkan apabila memenuhi
yang memadai bagi semua penduduk
kebutuhan pokok mereka sudah
untuk dapat hidup sehat dan aktif.
terpenuhi, sehingga pengusahaan
Sehubungan dengan hal tersebut
tanaman
maka
beras
baru
pendekatan
di
Kabupaten
bidang-bidang
pertanian
,
Jember tidak terpusat di suatu
pangan terutama komoditas beras
daerah saja melainkan menyebar
sebagai penghasil beras mempunyai
keseluruh
peranan yang sangat penting dan
wilayah
Kabupaten
Jember. Tingginya produksi serta
strategis
luas
beras
tersedianya aneka ragam pangan
dibandingkan dengan komoditas
yang bermutu, bergizi, dan aman
pangan yang lain menunjukkan
untuk
bahwa beras mempunyai prospek
ketahanan pangan di
pengembangan produksi dimasa
Jemebr akan menjadi lebih kokoh.
mendatang. Hal ini didukung
Kebutuhan beras untuk produksi
dengan data yang ditunjukkan
beras di Kabupaten Jember akan
oleh BPS
terus
areal
komoditas
yaitu produktivitas
dalam
mendukung
dikonsumsi
meningkat
sehingga Kabupaten
seiring
dengan
komoditas beras meningkat pada
meningkatnya jumlah penduduk serta
tahun 2008. (tabel 2.4). Tabel 2.4
tingkat pendapatan perkapita. Salah
menunjukkan bahwa berdasarkan
satu
luas areal, produktivitas, serta
diupayakan untuk dipenuhi untuk
produksi
masalah ketahanan pangan ini yaitu
tanaman
pangan
Kabupaten Jember tahun 2008,
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
indikator
kunci
selalu
ketersediaan pangan.
Vol.14 No.1
Oktober 2014
15
ISSN : 0853 - 2516
(1992) secara sederhana, hukum
2.1.7 Permintaan Barang Dalam
ilmu
ekonomi,
permintaan dapat dirumuskan bila
permintaan akan suatu jenis barang
keadaan lain tetap bersifat konstan,
ialah jumlah barang yang dibeli pada
maka kuantitas atau jumlah barang
berbagai tingkat harga di pasar pada
yang akan dibeli per unit waktu
janka waktu tertentu. Dengan kata
(dalam suatu rentang waktu tertentu)
lain, permintaan yang dimaksudkan
akan menjadi semakin besar apabila
disini
harga semakin rendah.
adalah
permintaan
yang
berdaya beli, artinya permintaan
Menurut
Sukirno
(1997)
yang disertai dengan sejumlah uang
kurva permintaan adalah kurva yang
untu
menggambarkan
membeli
barang
yang
sifat
keterkaitan
bersangkutan (Poli, 1992). Hal ini
antara harga suatu barang tertentu
dipertegas oleh Gilarso (1994) yaitu
dan jumlah barang yang dimintya
mendefinisikan permintaan (demand)
konsumen. Kurva permintaan pada
sebagai jumlah barang yang mau dan
gambar 2.1 menunjukkan hubungan
dapat dibeli oleh konsumen pada
fungsional antara harga (P) dengan
berbagai kemunkinan harga, dalam
jumlah barang yang diminta (Q).
jangka waktu tertentu dan dengan
Sukirno (1997) juga menyatakan
anggapan hal-hal lain tetap (ceteris
bahwa
paribus).
permintaan berbagai jenis barang
Permintaan pertanian
adalah
komoditas dibutuhkan
umumnya
kurva
komoditas
menurun dari kiri atas ke kanan
banyaknya
bawah. Kurva yang bersifat demikian
yang
disebabkan oleh sifat keterkaitan
oleh
diantara harga dan jumlah barang
pertanian dan
pada
dibeli
konsumen.
Besar
kecilnya
permintaan
komoditas
pertanian
hubungan yang terbalik. Kalau yang
umumnya dipengaruhi oleh harga,
satu naik (misal harga), maka yang
harga substitusi atau komplemennya,
lainnya turun (misal jumlah barang
selera
yang
dan
keinginan,
jumlah
yang
diminta,
diminta).
yaitu
mempunyai
Artinya
banyak
konsumen dan pendapatan konsumen
sedikitnya jumlah barang atau jasa
yang bersangkutan. Menurut Bilas
yang diminta oleh konsumen sesuai
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
16
ISSN : 0853 - 2516
dengan
“Hukum
Permintaan”.
pengaruh
pendapatan,
jumlah
Hubungan antara harga dan jumlah
penduduk dan harga barang lain
barang yang diminta (dibeli) dapat
pengganti (jagung, ubi kayu) dengan
digambarkan dalam bentuk grafis
arah
pada Gambar 2.1.
terhadap permintaan konsumsi beras,
P
posistif
cukup
signifikan
sedangkan pengaruh harga beras kurang signifikan. Dengan demikian D
fungsi permintaan konsumsi beras dituliskan sebagai berikut: Qdt = a1 Qdt-1 + a2 Pt-1 + a3 It
O
+a4 Popt + c
Q
Keterangan :
Gambar 2.1. Kurva permintaan Keterangan
: P = Harga : Q = Jumlah
permintaan : D = Kurva permintaan Kurva permintaan adalah tempat menyebarnya
titik-titik
yang
Qdt Qdt-1 Pt-1 It Popt a
= jumlah beras yang diminta pada tahun t = jumlah beras yang diminta pada tahun t -1 = harga beras pada tahun t -1 = pendapatan per kapita penduduk pada tahun t = jumlah penduduk pada tahun t = parameter estimasi
menggambarkan tingkat pembelian maksimum yang dilakukan oleh para
2.1.8 Penawaran Barang Hukum
konsumen pada tingkat harga tertentu
penawaran
dalam kondisi dimana semua faktor
menyatakan bahwa semakin tinggi
lain bersifat ceteris paribus atau tidak
harga
berubah.
semakin banyak jumlah barang yang
Permintaan pasar terhadap beras
pada
dipengaruhi
periode oleh
faktor
tertentu selera,
jual
suatu
barang
maka
ditawarkan pasar. Demikian pula sebaliknya apabila harga jual barang menurun
maka
semakin
sedikit
lain-lain.
jumlah barang yang ditawarkan.
Menurut Jatileksoko, Erwidodo dan
Dengan asumsi ceteris paribus yan
Ariani dalam Hariyati (2003) bahwa
berarti semua faktor selain harga
jumlah penduduk,
dan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
17
ISSN : 0853 - 2516
yang mempengaruhi jumlah barang
Gambar 2.2 Kurva penawaran
yang ditawarkan dianggap tidak
Keterangan
:
berubah. Hal ini dpertegas oleh
P = harga
pendapat Soekartawi (2003) bahwa
Q = jumlah penawaran
penawaran
pada
hakekatnya
S = Kurva penawaran
merupakan
jumlah
keseluruhan
(Boediono,1997)
komoditas pertanian yang ditawarkan
Kurva
penawaran
pada
pada berbagai tingkat harga suatu
gambar 2.2 menunjukkan hubungan
pasar dan waktu tertentu. Melihat
fungsional antara harga (P) dengan
pengertian
terjadinya
jumlah barang yang ditawarkan (Q).
fluktuasi harga merupakan faktor
Kurva penawaran naik dari kiri
dominan yang berpengaruh terhadap
bawah ke kanan atas yang berarti
produk pertanian. Sukirno (1997)
semakin tinggi harga barang tersebut,
lebih lanjut mengatakan bahwa kurva
maka semakin besar pula jumlah
penawaran
yang
barang yang ditawarkan. Namun
antara
sebaliknya, apabila harga turun maka
harga suatu barang tertentu dan
jumlah barang yang ditawarkan juga
jumlah barang yang ditawarkan di
akan turun. Perjalanan searah ini
pasar, dengan asumsi semua harga
dapat
barang lainnya tetap. Hal ini dapat di
penawaran mempunyai slope atau
sajikan pada
kemiringan
tersebut,
adalah
menunjukkan
kurva
keterkaitan
Gambar 2.2. P S
dikatakan
bahwa
positif.
kurva
Faktor-faktor
selain harga yang mempengaruhi kurva penawaran adalah: 1) Perubahan perbaikan
teknologi. teknologi
Adanya akan
menyebabkan proses produksi menjadi lebih efisien. 2) Perubahan dari harga sumber daya O
yang
penurunan
relevan. harga
Adanya
sumberdaya
Q
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
18
ISSN : 0853 - 2516
akan
menyebabkan
ongkos
produksi menurun.
variabel
alternatif yang mempergunakan yang
sama.
(Boediono,1997).
beberapa
macam
variabel antara
lain
beras,
gabah,
harga
Ketersediaan
pangan
merupakan jumlah pangan yang ditawarkan produsen (diproduksi) ke pasar selama satu tahun.
Penawaran beras merupakan hasil interaksi
juga
merupakan variabel dependen.
3) Perubahan dari harga barang
sumberdaya
independennya
produksi harga
Konsumsi jumlah
pangan
merupakan
pangan
dikonsumsi/dibeli selama
yang konsumen
setahun.
Ketersediaan
pupuk urea sehingga dapat
beras merupakan jumlah beras
dirumuskan suatu fungsi sebagai
yang ditawarkan produsen ke
berikut:
pasar
Konsumsi
Qst = b1 Qst-1 + b2 Pt-1 + k
jumlah Keterangan : Qst
selama
satu
beras
merupakan
beras
yang
dikonsumsi/dibeli
= jumlah beras yang
tahun.
konsumen
selama setahun.
ditawarkan pada tahun t Qst-1
METODE ANALISIS
= jumlah beras yang
Metode analisis yang digunakan
ditawarkan pada tahun
Pt-1
t-1
untuk menjawab tujuan penelitian
= harga beras pada
adalah sebagai berikut:
tahun t a. Untuk
b
= parameter estimasi
k
= konstanta regresi
pertama
tahap pertama
tingkat
menjawab yaitu
masalah
menganalisis
permintaan
dan
Dari fungsi penawaran tersebut
penawaran beras di Kabupaten
dapat disusun suatu persamaan
Jember untuk beberapa tahun
penawaran
yang
mendatang dengan mengacu pada
persamaan
simultan
merupakan karena
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
asumsi
Vol.14 No.1
keseimbangan
sistem
Oktober 2014
19
ISSN : 0853 - 2516
Cobweb,
model
fungsi
Qst = b1 Qst-1 + b2 Pt-1 + Lt + k
permintaan beras pada tahun t
Dimana:
didefinisikan sebagai fungsi dari
Qst
permintaan beras tahun t-1, harga beras pada tahun t, pendapatan
=
jumlah
beras
yang
ditawarkan pada tahun t Qst-1 =
perkapita pada tahun t, dan
jumlah
beras
yang
ditawarkan pada tahun t-1
jumlah penduduk pada tahun t.
Pt-1
= harga beras pada tahun t
Qdt = a1 Qdt-1 + a2 Pt-1 + a3 It +a4
Lt
= luas tanah pada t
b
= parameter estimasi
k
= konstanta regresi tahap
Popt + c Dimana: Qdt = jumlah beras yang diminta pada tahun t (kw) Qdt-1 = jumlah beras yang diminta
Pt-1 It
pertama b. Untuk
menganalisis
masalah
kedua yaitu mengenai ketahanan
pada tahun t -1 (kw)
pangan dari aspek ketersediaan
= harga beras pada tahun t –
beras di Kabupaten Jember tahun
1 (Rp/kg)
2009 – 2013 dihitung dengan
= pendapatan per kapita
menggunakan
penduduk pada tahun t (ribu
dengan metode kuadrat terkecil
Rp)
(Least Square Method).
Popt = jumlah penduduk pada tahun t (jiwa)
c. Untuk
trend
menganalisis
linear
masalah
ketiga yaitu kontribusi komoditas
a = parameter estimasi
beras terhadap total komoditas
c = konstanta regresi tahap
tanaman pangan, menggunakan
pertama
rumus sebagai berikut: (Hadi, 1999)
Sementara itu fungsi penawaran didefinisikan sebagai fungsi dari penawaran beras tahun t-1, harga beras pada tahun t-1, yang secara
Z
A 100% B
Keterangan:
sistematis dirumuskan sebagai berikut:
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
20
ISSN : 0853 - 2516
Z = Kontribusi komoditas beras
parameter untuk masing-masing
terhadap PDRB sub sektor
model respon dalam penelitian ini
tanaman pangan (%)
merupakan yang paling sesuai
A = PDRB komoditas beras (Rp)
setelah
dicoba
B = PDRB total komoditas
persamaan
ekonometrika
tanaman
pangan
pokok
(Rp)
berbagai dari
masing-masing model tersebut. Dengan demikian pembahasan
Pengambilan keputusan:
selanjutnya merupakan hasil yang
Kontribusi rendah =
optimal yang dapat
Z
<
dari
rata-rata
kontribusi
PDRB
tanaman
pangan
Kabupaten Jember; Kontribusi tinggi =
disajikan
dalam tulisan ini.
Pengaruh
Variabel-Variabel
Penelitian terhadap Permintaan 1) Jumlah beras yang diminta
Z > dari rata rata
pada tahun t -1 (Qdt-1) sebesar
kontribusi
PDRB
0,357,
tanaman
pangan
menunjukkan bahwa variabel
Kabupaten Jember
tanda
positif
jumlah beras yang diminta pada tahun t -1 (Qdt-1) dan jumlah beras yang diminta pada
PEMBAHASAN
tahun
t
(Qdt)
mempunyai sifat hubungan Harga
beras
yang searah (t=1,199; ρ
tidak
0,135)
menimbulkan gangguan stabilitas
peningkatan
pasar, penawaran dan penawaran
jumlah
setiap beras
yang diminta pada t-1 belum
dan permintaan beras relative
tentu
stabil. Secara umum hasil empiris
meningkatkan
permintaan beras pada tahun
pendugaan model respon areal,
t, dengan asumsi variabel-
produktivitas, produksi, maupun
variabel yang lain yaitu Pt-1,
konsumsi komoditas padi (beras)
It,
relatif cukup baik. Hasil dugaan Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
artinya
=
Vol.14 No.1
Popt
dianggap
Oktober 2014
tetap.
21
ISSN : 0853 - 2516
Namun
dengan
demikian,
karena
koefisiennya
diluar rumah dan dengan
tidak
keterbatasan
waktunya,
signifikan, maka pengaruh
wanita
tersebut
cenderung membeli makanan
tidak
Masyarakat
bermakna. diperkotaan
berubah konsumsinya
dari
jadi
yang
bekerja
bagi
anggota
perilaku
keluarganya. Kedua kondisi
terbiasa
tersebut
berdampak
pada
makan di rumah menyukai
peningkatan
makan di luar rumah dengan
makanan/minuman jadi dan
membeli
jadi.
konsumsi makanan semakin
Kecenderungan ini sebagai
beragam. Beberapa kondisi
dampak
tersebut diduga berdampak
industri
makanan
bermunculannya makanan
olahan
pada
seperti rumah makan atau
konsumsi
penurunan
pangsa
pengeluaran padi-padian.
tersedia
2). Harga beras pada tahun t –1
dimana-mana
yang
(Pt-1) sebesar 1199,227, tanda
memberikan
unsur
restoran
yang
positif
dan
signifikan
kenyamanan, keindahan, dan
(t=2,075; ρ = 0,038) yang
mampu
membangkitkan
menunjukkan bahwa variabel
selera konsumen. Bentuk dan
harga beras pada tahun t –1
jenis pilihan makanan olahan
berpengaruh
berkembang
pesat,
terhadap jumlah beras yang
apalagi sejak krisis ekonomi
diminta pada tahun t. Setiap
bermunculan
peningkatan harga beras yang
sangat
warteg-warteg
atau cafe yang menyajikan
diminta
berbagai
meningkatkan
jenis
masakan
signifikan
pada
t1
akan
permintaan
dengan harga yang relatif
beras pada tahun t. Adanya
terjangkau.
pula
pengaruh antara harga beras
penyerapan
terhadap permintaan jumlah
dampak
Terdapat dari
tenaga kerja termasuk wanita
beras
yang dituntut untuk makan
beragamnya
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
disebabkan pangan
Oktober 2014
karena yang
22
ISSN : 0853 - 2516
dikonsumsi
oleh
rumah
pada banyak pilihan makanan
tangga dan mungkin juga
yang
disebabkan
semakin
kendala keuangan. Preferensi
tingginya konsumsi makanan,
dan selera seseorang akan
sehingga
mengalami perubahan dari
harga
mempengaruhi
beras
permintaan
pilihan
terhadap beras. 3).
Pendapatan
sesuai
tanpa
makanan
yang
dengan
harga
sederhana per
selera
kapita
murah untuk dapat memenuhi
penduduk pada tahun t (It)
kebutuhan dasarnya seperti
sebesar 314,719, tanda positif
hanya terfokus pada pangan
menunjukkan bahwa variabel
sumber karbohidrat berubah
pendapatan
ke
per
kapita
makanan
yang
juga
penduduk pada tahun t dan
sumber protein, vitamin dan
jumlah beras yang diminta
mineral
pada tahun t mempunyai sifat
kebutuhan gizi yang lebih
hubungan
searah
lengkap jenis dan jumlahnya.
(t=0,991; ρ = 0,175) artinya
Selain itu, juga mulai terjadi
setiap
perubahan
yang
peningkatan
untuk
memenuhi
dalam
aspek
pendapatan perkapita yang
psikologis seseorang, dalam
diminta pada t belum tentu
bentuk
ingin
akan
makanan
lain
meningkatkan
mencoba yang
lebih
permintaan beras pada tahun t
mempunyai
unsur
, dengan asumsi variabel-
”kegengsian”
yang
variabel
tidak
merupakan salah satu cara
dengan
untuk memenuhi perubahan
karena
gaya hidup yang lebih mapan
berubah.
yang
lain
Namun
demikian,
koefisiennya tidak signifikan,
dan
maka pengaruh tersebut tidak
muncul
bermakna.
Sejalan dengan
perubahan gaya hidup (life
pendapatan,
style) akan merubah gaya
masyarakat akan dihadapkan
makan (its style). Pangsa
peningkatan
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
moderan.
Sehingga
istilah
Oktober 2014
bahwa
23
ISSN : 0853 - 2516
energi dari padi-padian akan
pada
mengalami penurunan akibat
mempunyai sifat hubungan
peningkatan pendapatan. Jadi
yang tidak searah (t=0,079; ρ
semakin tinggi pendapatan
= 0,469) , artinya setiap
akan
peningkatan
semakin
rendah
permintaan akan beras.
tahun
t
jumlah
(Qst)
beras
yang diminta pada t-1 akan
4). Jumlah penduduk pada tahun t
menurunkan permintaan pada
(Popt) sebesar 20,117, tanda
tahun
negatif
variabel Pt-1 dan Lt tetap.
dan
signifikan
t
dengan
asumsi
(t=1,563; ρ = 0,081) yang
Namun
dengan
menunjukkan bahwa variabel
karena
koefisiennya
jumlah penduduk pada tahun
signifikan, pengaruh tersebut
t
tidak bermakna.
berpengaruh
terhadap
demikian, tidak
jumlah beras yang diminta
2). Harga beras pada tahun t –1
pada tahun t mempunyai sifat
(Pt-1) sebesar 81,957, tanda
hubungan
searah,
positif menunjukkan bahwa
peningkatan
variabel harga beras pada
artinya
tidak
setiap
jumlah
penduduk
yang
tahun t –1 dan jumlah beras
diminta
pada
akan
yang ditawarkan pada tahun t
permintaan
mempunyai sifat hubungan
meningkatkan
t1
yang searah (t=1,186; ρ =
beras pada tahun t.
0,135), Pengaruh
artinya
setiap
peningkatan harga beras yang
Variabel-Variabel
Penelitian terhadap Penawaran
diminta
pada
1). Jumlah beras yang ditawarkan
meningkatkan
t-1
akan
permintaan
pada tahun t -1 (Qst-1) sebesar
pada tahun t sebesar 81,957
-0,025,
negatif
ton, dengan asumsi variabel
menunjukkan bahwa variabel
Qst-1 dan Lt tetap. Namun
jumlah beras yang ditawarkan
dengan
pada tahun t -1 (Qst-1) dan
koefisiennya tidak signifikan,
jumlah beras yang ditawarkan
pengaruh tersebut tidak nyata.
tanda
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
demikian,
Oktober 2014
karena
24
ISSN : 0853 - 2516
3). Luas lahan pada tahun t (Lt)
magnitude parameter dugaan pun
sebesar 9,153, tanda positif
tampaknya sesuai dengan harapan
menunjukkan bahwa variabel
sehingga penghitungan elastisitas
harga beras pada tahun t –1
dan proyeksi dapat memberikan
dan
hasil yang cukup rasional.
jumlah
ditawarkan
beras pada
yang
tahun
t
mempunyai sifat hubungan yang searah (t=0,984; ρ = 0,177)
artinya
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
setiap
Berdasarkan
hasil
peningkatan luas lahan yang
penelitian
diminta
akan
kesimpulan penelitian ini adalah:
permintaan
a. Variabel harga beras pada
pada tahun t dengan asumsi
tahun t-1(Pt-1) berpengaruh
variabel Qst-1 dan Pt-1 tetap.
positif
Namun
dengan
terhadap permintaan beras
karena
koefisiennya
pada
t-1
meningkatkan
demikian, tidak
dapat
dan
dan
ditarik
signifikan
variabel
jumlah
signifikan, pengaruh tersebut
penduduk pada tahun t (Popt)
tidak ada .
berpengaruh negatif
signifikan
terhadap
variabel
Model respon areal dan
jumlah beras yang diminta
produktivitas padi sangat baik
pada tahun t (Qdt) sedangkan
menerangkan
jumlah beras yang diambil
kondisi
faktual
yang ada, terlihat dari R2>0,78.
pada
Dengan kata lain, mampu secara
pendapatan
bersama-sama
perkapita pada tahun t tidak
keadaan
yang
menerangkan sebenarnya
di
parameter
dari
(Qdt-1)
dan
penduduk
berpengaruh terhadap jumlah
lapangan. Secara umum, hasil dugaan
t-1
permintaan beras.
pada
Jumlah beras yang ditawarkan
model konsumsi secara empiris,
pada tahun t -1 (Qst-1), harga
juga cukup baik menjelaskan
beras pada tahun t –1 (Pt-1)
kondisi faktual. Dari tanda dan
tidak
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
berpengaruh
Oktober 2014
secara
25
ISSN : 0853 - 2516
signifikan terhadap variabel
mendatang
pemerintah
tidak
jumlah beras yang ditawarkan
terlalu dibebani untuk memenuhi
pada tahun t (Qst).
permintaan beras.
b. Tren perkembangan produksi
Diharapkan penelitian ini akan
beras di Kabupaten Jember
berlanjut untuk meneliti tentang
yang diperoleh pada tahun
faktor bahan pangan selain beras
–
2004
2013
mengalami
peningkatan.
sampai
dengan
meneliti
pergeseran pola konsumsi.
c. Tahun 2003 hingga 2008 kontribusi beras mengalami
DAFTAR PUSTAKA
penurunan. Hal ini dapat disebabkan produksi
karena
jumlah
tanaman
pangan
Alderman C.H. and Timmer, C. P. 1980.
Food
Policy
and
selain beras, yaitu jagung,
Food Demand in Indonesia.
kedelai, kacang tanah, ubi,
Bulletin
sayur-sayuran
Economics Studies (BIES),
sejak
tahun
Alsa, Asmadi. 2003, Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Saran
serta Kombinasinya dalam
Adapun saran dalam penelitian ini
Penelitian
adalah pada kasus permintaan
pertambahan jumlah penduduk dapat
diatasi.
Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka pelajar
beras maka sudah sepatutnya
harus
Indonesian
Vol. 16, No. 3, pp 83-93.
2003 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan.
of
Anonimus.
Jumlah
2001.
Program
Pembangunan
Pertanian
penduduk adalah faktor yang
2001 – 2004, Departemen
paling
Pertanian, Jakarta.
berpengaruh
terhadap
permintaan beras. Apabila jumlah penduduk dapat ditekan maka laju permintaan
beras
juga
Ariani, M. 2004. Kebijakan Proteksi dan
dapat
Komoditas
Beras di Asia dan Prospek
ditekan pula, diharapkan di masa
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Promosi
Vol.14 No.1
Oktober 2014
26
ISSN : 0853 - 2516
Pengembangannya Indonesia.
Bogor:
di Pusat
Penelitian Pengembangan
BIES Vol. XIV No. 3 pp 5262.
dan Sosial
Ekonomi Pertanian. Bilas, R. A. 1992. Ekonomi Mikro. Jakarta: Rineka Cipta. Boediono. 1997. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Husodo, Siswono Yudo (2002), "Membangun Kemandirian di Bidang Pangan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional", makalah, Rapimnas Kadin Indonesia, 27-28 Februari, Jakarta. Istiyastuti dan T. Yanuharso. 1996. Budidaya Aneka. Tanaman Pangan. Trigeda Karya. Bandung. Kadariah. 1990. Ekonomi Perencana. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Maxwell, S. 1996. Food security: a post-modern perspective. Food Policy, Vol. 21. No. 2, pp 155-170. ………. and Frankenberger, T. 1992. Household food security concepts, indicators, and measurements. New York, NY, USA: UNICEF and IFAD. Mears, L. 2009. Problems of Supply and Marketing of Food in Indonesia in Repelita III, Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Nuryanti. 2005. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Volume 23 No.1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Halaman 13 Partohardjono, S. dan A. Makmur. 1989. Peningkatan produksi padi gogo. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Poli,
C. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pramasari, 2007. Kinrja dan Prospek Ketahanan Pangan di Indonesia. Sumenep. Rahardja dan Manurung. 2000. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Sage, C. 2002. Food security and Environment. In Page & Redclift, ed. Santosa, Dwi Andreas (2008a), ”Krisis Pangan 2008”, Kompas, Opini, 15 Maret: 6. Santosa, Dwi Andreas (2008b), “Krisis Pangan. Kebangkitan Petani”, Kompas, Teropong. Opini, Jumat, 13 Juni: 59. Sicat, G. P. 1991. Ilmu Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Vol.14 No.1
Oktober 2014
27
ISSN : 0853 - 2516
Simatupang, P. 1999. Sustainable Food The Need for Paradigm. ACIAR Research Project, Paper 99.15. 33 pp.
Toward Security: A New Indonesia Working
Sukirno, S. 1997. Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Suparyono, Dr & Agus Setyono, Dr. 1994. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta
1880-1995. Journal of Interdisciplinary History, XXX: 4. pp. 591-616. Deptan, 2008. Biaya Produksi Naik”, Bisnis & Keuangan. Selasa, 27 Mei 2008. WorldBank.[online](http://www1.wo rldbank.org/publicsector/civil service/countries/indonesia/sh apesize.htm).
Soetrisno, N. 1994. Ketahanan Pangan Dunia: Konsep, Pengukuran dan Faktor Dominan. Majalah Pangan No.21, Vol. IV Puslitbang Bulog. Jakarta. Suyadi,
Adrianus. 2008. ”Krisis Pangan dan Solidaritas”, Kompas, Opini, Sabtu, 14 Juni.
Timmer C. P (2004) Food Security in Indonesia: Current Challenges and the Long-Run Outlook. Centre for Global Development, Working Paper Number 48. Tomek, W.G. and K.L. Robinson. 1990, Agricultural Product Pric., Third Edition, Cornel University Press, Ithaca. Yustika, Ahmad Erani. 2008. ”Masalah Ketahanan Pangan”, Kompas, Opini, Rabu, 16 Januari. Van der Eng, P. 2000. Food for Growth: Trends in Indonesia's Food Supply,
Majalah Ilmiah “DIAN ILMU”
Vol.14 No.1
Oktober 2014
28