KINERJA DAN ETOS KERJA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Damingun Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT In our daily lives as Muslims and was ordered to serve. Allah ordered to work or effort. Work is doing an activity in order to achieve the purpose, other than to make a living but also ambition. In the work required to choose a good and lawful, since not all the work that pleases God. In the Qur'an and the Hadith are clear about the good work and how we get things in a way that pleases God. It is very important debate, because everyone in this world is definitely in need of food, clothing and housing. Work is permissible thing to do. But will vary based on the intention of the law that emerged from the work on the job. Work in earnest was organized devoted to personal Muslims because Islam should not like people who are lazy and idle. The work ethic is the spirit of the work. Work itself is making efforts to achieve the goal. Work ethic required in executing a job because the work ethic, a person would be better off in work. The work ethic is not only influenced by one factor alone. But many factors that will determine the work ethic. Prophet is a person who always do before he ordered his companions to do so. This is in accordance with his duties as ushwatun hasanah; a good example for all mankind. So when we talk about the work ethic of Islam, then he was the one who most deserves to be a reference. And talk about the work ethic synonymous with the Prophet Muhammad spoke of how he carried out the roles in his life. Keyword : Performance, The Work Ethic Di dalam Al-Qur’an dan Hadist
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sebagai
sudah jelas tentang pekerjaan yang baik dan
umat Islam selain diperintahkan untuk
bagaimana kita memperoleh rezeki dengan
beribadah. Allah memerintahkan untuk
cara yang diridhai Allah SWT. Hal ini
bekerja (berusaha). Bekerja merupakan
sangat penting sekali dibahas, karena semua
melakukan suatu kegiatan demi mencapai
orang
tujuan, selain mencari rezeki namun juga
makanan, sandang maupun papan. Disini
cita-cita. Dalam bekerja diwajibkan memilih
pasti
pekerjaan yang baik dan halal, karena tidak
memenuhi kebutuhannya tersebut dengan
semua pekerjaan itu diridhai Allah SWT.
bekerja untuk mendapatkan yang diinginkan
dunia
manusia
ini
pasti
membutuhkan
berlomba-lomba
atau
sehingga kita juga harus tahu, bahwa semua
Russel, kinerja cenderung dilihat sebagai
yang kita dapatkan semuanya dari Allah
hasil dari suatu proses pekerjaan yang
SWT dan itu semua hanya titipan Allah
pengukurannya dilakukan dalam kurun
SWT semata. Sebagai umatnya diwajibkan
waktu tertentu.
mengembangkannya dengan baik dan hati-
Pendapat yang lebih komprehensif
hati. Untuk itu diperlukannya etos kerja
disampaikan
dalam setiap kinerja pribadi muslim demi
berikut:
kelangsungan umat sehari-hari.
“Performance
TINJAUAN PUSTAKA
results. Behaviours emanate from the
Definisi Kinerja
performer and transform performance from
Pada dasarnya pengertian kinerja
abstraction
oleh
Brumbrach
means
to
sebagai
behaviours
action.
Not
and
just
the
dapat dimaknai secara beragam. Dalam
instruments for results, behaviours are also
Kamus Besar Indonesia, kerja mempunyai
outcomes in their own right – the product of
arti kegiatan melakukan sesuatu. Dalam
mental and physical effort applied to tasks –
Oxford Advanced Learner’s Dictionary
and can be judged apart from results.”
diterangkan
arti
lebih
detail,
kerja
Brumbrach,
selain
menekankan
merupakan penggunaan kekuatan fisik ayau
hasil, juga menambahkan perilaku sebagai
daya mental untuk melakukan sesuatu.
bagian dari kinerja. Menurut Brumbach,
Dalam
perilaku penting karena akan berpengaruh
Ensiklopedi
Indonesia
dengan
konteks ekonomi, kerja diartikan sebagai
terhadap hasil kerja seorang pegawai.
pengerahan tenaga (baik pekerjaan jasmani
Dari beberapa pengertian tersebut
maupun rohani). Agar terdapat kejelasan
dapat ditarik kesimpulan pokok: 1). Kerja
mengenai
itu merupakan aktivitas bertujuan, dengan
kinerja,
akan
disampaikan
beberapa pengertian mengenai kinerja. Bernardin
and
sendirinya dilakukan secara sengaja; 2).
Russel
Pengertian kerja dengan konteks ekonomi
mendefinisikan kinerja sebagai berikut:
adalah untuk menyelenggarakan proses
“Performance is defined as the record of
produksi.
outcomes produced on a specified job
memperoleh hasil. Sedangkan pengertian
function or activity during a time period“.
kerja di sini mencakup pula konteks
Berdasarkan
keagamaan. Oleh karenanya pengertian
pendapat
Bernardin
and
Jadi,
merupakan
upaya
hasil
dapat
bersifat
transenden
dan
b) Faktor kepemimpinan (leadership
nonmateriil, di samping yang bersifat
factors).
materiil; dan 3). Kerja itu mencakup kerja
berkaitan
bersifat fisik dan nonfisik atau kerja batin.
dukungan dan pengarahan yang
Kerja
diberikan oleh pimpinan, manajer,
lahir
merupakan
aktifitas
fisik,
anggota badan, termasuk panca indera
Faktor
kepemimpinan
dengan
kualitas
atau ketua kelompok kerja.
seperti mengajar disekolah, menjalankan
c) Faktor kelompok/rekan kerja (team
sholat, dan sebagainya. Sedangkan kerja
factors). Faktor kelompok/rekan
batin itu ada dua macam; kerja otak (seperti
kerja berkaitan dengan kualitas
belajar) dan kerja qalb (seperti mencintai).
dukungan yang diberikan oleh
Dari beberapa pendapat tersebut,
rekan kerja.
kinerja dapat dipandang dari perspektif
d) Faktor
sistem
(system
factors).
hasil, proses, atau perilaku yang mengarah
Faktor sistem berkaitan dengan
pada pencapaian tujuan. Oleh karena itu,
sistem/metode kerja yang ada dan
tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas
fasilitas
pertama
organisasi.
pimpinan
organisasi
adalah
menentukan perspektif kinerja yang mana yang
akan
digunakan
yang
disediakan
oleh
e) Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan
dalammemaknai
kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.
dengan tekanan dan perubahan
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
lingkungan,
Kinerja
tidak
terjadi
dengan
sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa kinerja.
faktor Adapun
yang
lingkungan
internal maupun eksternal. Sistem Pengukuran Kinerja
mempengaruhi
faktor-faktor
baik
Ukuran
prestasi
yang
lebih
tersebut
disederhanakan menjadi tiga kriteria untuk
menurut Armstrong (1998: 16-17) adalah
mengukur kinerja, pertama; kuantitas kerja,
sebagai berikut:
yaitu jumlah yang harus dikerjakan, kedua,
a) Faktor individu (personal factors).
kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan,
Faktor individu berkaitan dengan
dan
ketiga,
keahlian, motivasi, komitmen, dll.
kesesuaiannya dengan waktu yang telah ditetapkan.
ketepatan
waktu,
yaitu
Menurut Cascio (2003: 336-337), kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut ;
dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya. e) Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang
a) Relevan
(relevance).
Relevan
mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan
yang
elemen-elemen
jelas kritis
antara suatu
pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form penilaian.
berarti adanya kemampuan sistem kinerja
dalam
membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif. c) Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam
konteks
ini
berarti
konsistensi penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama. d) Akseptabilitas Akseptabilitas
pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut. Pendapat senada dikemukakan oleh Noe et al, bahwa kriteria sistem pengukuran kinerja yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut: a) Mempunyai
Keterkaitan
yang
Strategis (strategic congruence). Suatu
pengukuran
kinerja
dikatakan mempunyai keterkaitan
b) Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas
penilaian
disepakati mudah dimenegerti oleh
yang
strategis
jika
pengukuran
sistem kinerjanya
menggambarkan
atau
berkaitan
dengan tujuan-tujuan organisasi. b) Validitas
(validity).
Suatu
pengukuran kinerja dikatakan valid apabila
hanya
mengukur
dan
menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan. c) Reliabilitas
(reliability).
Reliabilitas
berkaitan
dengan
konsistensi
pengukuran
kinerja
yang digunakan. Salah satu cara (acceptability). berarti
bahwa
pengukuran kinerja yang dirancang
untuk menilai reliabilitas suatu pengukuran kinerja adalah dengan
membandingkan dua penilai yang
prestasi dan terciptanya suatu prestasi
menilai kinerja seorang pegawai.
organisasi mempunyai kaitan yang sangat
d) Akseptabilitas
(acceptability).
Akseptabilitas
berarti
erat
dengan
prestasi
individual
para
bahwa
pegawai. Oleh karena itu dapat dikatakan
pengukuran kinerja yang dirancang
bahwa prestasi kerja organisasi merupakan
dapat diterima oleh pihak-pihak
hasil dari kerjasama antara pegawai yang
yang menggunakannya.
bersangkutan dengan organisasi dimana
e) Spesifisitas
(specificity).
pegawai tersebut bekerja. Selain itu sisi
Spesifisitas adalah batasan-batasan
motivasi menjadi aspek yang terlibat dalam
dimana pengukuran kinerja yang
peningkatan prestasi kerja.
diharapkan para
disampaikan kepada
pegawai
pegawai
(2002:
382)
para
mendefinisikan penilaian prestasi
kerja
apa
yang
sebagai: “Suatu sistem yang bersifat formal
mereka
dan
yang dilakukan secara periodik untuk
sehingga
memahami
diharapkan
dari
Mondy
bagaimana cara untuk mencapai
mereview
kinerja tersebut.
pegawai”.
&
dan
Noe
mengevaluasi
kinerja
Dari pendapat Cascio dan Noe,
Sementara itu Wirawan (2008 : 171)
ternyata suatu instrumen penilaian kinerja
mengatakan bahwa “Penilaian unjuk kerja
harus didisain sedemikian rupa. Instrumen
adalah
penilaian
konsep
kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang
Cascio dan Noe, terutama harus berkaitan
berkaitan dengan pekerjaan seseorang atau
dengan apa yang dikerjakan oleh pegawai.
sebuah kelompok”.
Mengingat jenis dan fungsi pegawai dalam
Lebih
suatu
kinerja,
organisasi
berdasarkan
tidak
sama,
maka
uraian
sistematik
lanjut
mengemukakan bahwa
Wirawan
tentang
(2008)
sasaran proses
nampaknya, tidak ada instrumen yang sama
sebagai berikut: ”Sasaran proses penilaian
untuk menilai seluruh pegawai dengan
prestasi
berbagai pekerjaan yang berbeda.
karyawan memandang diri mereka sendiri
Penilai Kinerja
seperti apa adanya, mengenali kebutuhan
kerja
adalah
untuk
membuat
Setiap organisasi pada dasarnya
perbaikan kinerja kerja, dan untuk berperan
telah mengidentifikasi bahwa perencanaan
serta dalam membuat rencana perbaikan
kinerja”. Sedangkan tujuan umum penilaian
mengatasinya,
kinerja
dan
pemahaman jelas dari apa yang
konstruktif
diharapkan dan apa yang perlu
adalah
memberikan
mengevaluasi
umpan
balik
j)
kepada para pegawai yang pada akhirnya
untuk
mencapai efektivitas organisasi.
mencapai harapan tersebut.
Sedangkan Rivai ( 2004 ; 55) mengatakan
bahwa
“manfaat
penilaian
(2) Penilai pimpinan,
dilaksanakan
suatu
untuk
(atasan,
supervisor,
manager,
konsultan)
kinerja bagi semua pihak adalah agar bagi
danPerusahaan.
mereka mengetahui manfaat yang dapat
a) Kesempatan untuk mengukur dan
mereka harapkan”. Manfaat
mengidentifikasikan
penilaian
kinerja
bagi
kecenderungan kinerja karyawan
semua pihak adalah agar bagi mereka
untuk
mengetahui manfaat yang dapat mereka
selanjutnya; b) kesempatan untuk
harapkan. Pihak-pihak yang berkepentingan
mengembangkan suatu pandangan
dalam penilaian adalah:
umum tentang pekerjaan individu
(1) Orang yang dinilai (karyawan)
dan departemen yang lengkap ; c)
a) meningkatkan
motivasi,
b)
perbaikan
memberikan
manajeman
peluang
untuk
meningkatkan kepuasan hidup, c)
mengembangkan
adanya kejelasan standar hasil
pengawasan baik untuk pekerjaan
yang diterapkan mereka, d) umpan
manajer sendiri, maupun pekerjaan
balik dari kinerja lalu yang kurang
dari bawahannya; d) identifikasi
akurat
gagasan untuk peningkatan tentang
dan
konstruktif,
e)
sistem
pengetahuan tentang kekuatan dan
nilai pribadi;
kelemahan menjadi lebih besar, f)
kepuasan kerja; f) meningkatkan
adanya
untuk
rasa harga diri yang kuat diantara
h)
manajer dan juga para karyawan,
tentang
karena telah berhasil mendekatkan
nilai pribadi, i) Kesempatan untuk
ide dari karyawan dengan ide para
mendiskusikan
manajer, g) sebagai media untuk
kesempatan
berkomunikasi ke atas, peningkatan
pengertian
permasalahan
pekerjaan dan bagaimana mereka
mengurangi
e) peningkatan
kesenjangan
antara
sasaran individu dengan sasaran
menjadi mapan; h) karyawan yang
kelompok atau sasaran departemen
potensial
SDM atau sasaran perusahaan; h)
untuk
kesempatan bagi para manajer
perusahaan atau sedikitnya yang
untuk menjelaskan pada karyawan
dapat dipromosikan menjadi lebih
apa yang sebenarnya diinginkan
mudah terlihat; i) penilaian kinerja
oleh
akan menjadi salah satu sarana
perusahaan
karyawan;
dari
i)
para
merupakan
paling
pimpinan
utama
dalam
meningkatkan kinerja perusahaan.
agar dapat menilai kembali apa
Dari uraian sebelumnya, terlihat bahwa
yang telah dilakukan sehingga ada
tujuan
kemungkinan merevisi target atau
akhirnya akan memberikan manfaat,
menyusun prioritas kembali.
tidak
(3) Manfaat bagi karyawan yang dinilai : a)
memungkinkan
menjadi
yang
kesempatan berharga bagi manajer
dan
penilian
hanya
kinerja
untuk
ini
pegawai
pada
yang
bersangkutan, akan tetapi juga untuk
Meningkatkan pandangan secara
organisasi. Oleh karena itu, salah satu
luas
aspek penting dalam penilaian kinerja
menyangkut
tugas
yang
dilakukan
oleh
masing-masing
karyawan;
b)
meningkatkan
adalah
proporsional
kualitaskomunikasi; c)
motivasi
dan
yang program
Konsep Kerja dalam Islam
karyawan secara keseluruhan; d) segi
apresiasi
pengembangan SDM yang tepat.
meningkatkan
peningkatan
adanya
pengawasan
Manusia diciptakan untuk bekerja. Kerjanya
adalah
ibadahnya.
Terhadap
melekat dari setiap kegiatan yang
mereka yang enggan bekerja tidak mungkin
dilakukan oleh setiap karyawan; e)
menjadi muslim yang baik. Apalagi kalau
untuk
jelas
dikaitkan dengan iman, perbuatan atau kerja
pelatihan dan pengembangan yang
islami justeru merupakan manifestasi dan
dibutuhkan;
f) sebagai sarana
bagian daripadanya.
penyampaian
pesan
mengenali
karyawan
itu
lebih
dihargai
bahwa
Sistem keimanan yang membangun
oleh
aqidah dan melahirkan amal-amal islami,
perusahaan; g) budaya perusahaan
baik
yang
berkenaan
dengan
hablumminallah maupun hablumminannas
menyukai
termasuk
kerusakan”.
pelaksanaan
tugas
menjadi
orang-orang
yang
berbuat
khalifah Allah di muka bumi oleh manusia,
Dari surah di atas dapat diketahui
semestinya bersumber dari ajaran-ajaran
bahwa islam tidak hanya mengajarkan
wahyu (Al-Qura’an dan Al-Hadits).
aqidah saja, tetapi mengajarkan syari’ah
Amal dan kerja islami ternyata
sebagai tata menjalani kehidupan sesuai
menjadi muara sekaligus pernyataan dari
dengan
seluruh tujuan hidup orang islam. Ternyata
Pengertian kerja dalam keterangan di atas,
islam tidak merekomendasikan kehidupan
dalam
yang hanya mengejar “hasanah” di akhirat
seluruh
dengan cara mengabaikan “hasanah” di
Adapun pengertian kerja secara khusus
dunia. Bahkan ajaran islam menegaskan
adalah setiap potensi yang dikeluarkan
bahwa
serta
manusia untuk memenuhi tuntutan hidupnya
menganggap remeh urusannya adalah sikap
berupa makanan, pakaian, tempat tinggal,
negatif, tercela dan keluar dari garis fitrah
dan
serta jalur as-sirat al-mustaqim. Oleh karena
pengertian kerja yang bisa dipakai dalam
itu, Rasul melarang cara berpikir anti dunia
dunia
karena senang pada akhirat.
sedangkan
Allah juga berfirman dalam Q.S Al-Qasas
pengertian ini adalah orang yang bekerja
(28) :77
dengan menerima upah baik bekerja harian,
“dan
mengabaikan
carilah
dianugerahkan (kebahagiaan)
pada
keduniaan
apa
Allah negeri
yang
telah
dan
Islam
dan
amatlah
pengerahan
peningkatan
luas,
mencakup
potensi
manusia.
taraf
ketenaga-kerjaan bekerja
Al-Hadits.
hidup.Inilah
dewasa dalam
ini,
lingkup
maupun bulanan dan sebagainya.
kepadamu akhirat,
Al-Qur’an
Pada hakikatnya, pengertian kerja semacam ini telah muncul secara jelas,
janganlah kamu melupakan bahagianmu
praktek
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
berabad-abad,
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
memperhatikan empat macam pekerja :
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
1) al-Hirafiyyin; mereka yang mempunyai
janganlah kamu berbuat kerusakan di
lapangan kerja, seperti penjahit, tukang
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
kayu, dan para pemilik restoran. Dewasa
mu’amalah
umat
dalam
Islam
pengertian
sejak ini
ini pengertiannya menjadi lebih luas,
seperti mereka yang bekerja dalam jasa
: “Barangsiapa yang pada malam hari
angkutan dan kuli.
merasakan
kelelahan
dari
upaya
2) al-Muwadzofin: mereka yang secara legal
keterampilan kedua tangannya pada siang
mendapatkan gaji tetap seperti para
hari maka pada malam itu ia diampuni”.
pegawai dari suatu perusahaan dan
Demikian halnya terdapat hadits berikutnya
pegawai negeri.
yang diriwayatkan oleh imam Abu Nu’aim
3) al-Kasbah: para pekerja yang menutupi
bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda : “
kebutuhan makanan sehari-hari dengan
Sesungguhnya diantara perbuatan dosa ada
cara jual beli seperti pedagang keliling.
dosa yang tidak bisa terhapus (ditebus) oleh
4) al-Muzarri’un: para petani. Pengertian
tersebut
(pahala) shaum dan sholat. “Ditanyakan tentunya
pada
Beliau,
Apakah
yang
dapat
berdasarkan teks hukum Islam, diantaranya
menghapuskanya, ya Rasulullah?” Jawab
hadis Rasulullah SAW dari Abdullah bin
Rasul Saw: “Kesusahan (bekerja) dalam
Umar
mencari nafkah kehidupan”.
bahwa
Nabi
SAW
bersabda,
“berikanlah upah pekerja sebelum kering keringat-keringatnya”. (HR. Ibn Majah, Abu Hurairah, dan Thabrani). Pendapat
atau
kaidah
hukum
Aspek Pekerjaan Dalam Islam 1. Memenuhi
Kebutuhan
Diri
Sendiri yang
Islam
sangat
menekankan
menyatakan : “Besar gaji disesuaikan
kemandirian
dengan hasil kerja”.Pendapat atau kaidah
Seorang muslim harus mampu hidup
tersebut menuntun kita dalam mengupah
dari hasil keringatnya sendiri, tidak
orang lain disesuaikan dengan porsi kerja
bergantung pada orang lain. Hal ini
yang dilakukan seseorang, sehingga dapat
diantaranya tercermin dalam hadist
memuaskan kedua belah pihak.
berikut :
Disamping kewajiban bekerja akan
bin
menjanjikan
“Rasulullah
mengampuni
dosa-
pengikutnya.
Dari Abu Abdillah yaitu az-Zubair
mendapatkan pahala, juga Allah SWT akan
bagi
al-Awwam
r.a.,
s.a.w.
katanya: bersabda:
dosanya kaum muslimin. Dalam hal ini
“Niscayalah jikalau seseorang dari
terdapat hadits yang diriwayatkan oleh
engkau semua itu mengambil tali-
imam
talinya – untuk mengikat – lalu ia
Ahmad
sebagai
berikut
datang di gunung, kemudian ia
berdosa
datang kembali – di negerinya –
orang-orang yang menjadi tanggung
dengan membawa sebongkokan kayu
jawabnya”. (HR. Ahmad, Abu Daud
bakar di atas punggungnya, lalu
dan Al-Hakim)
menjualnya,kemudian dengan cara
jika
ia
menelantarkan
3. Kepentingan Seluruh Mahluk
sedemikian
itu
Allah
menahan
Pekerjaan yang dilakukan seseorang
wajahnya
–
yakni
dicukupi
bisa menjadi sebuah amal jariyah
kebutuhannya,
maka
hal
yang
baginya, sebagaimana disebutkan
semacam itu adalah lebih baik
dalam hadist berikut :
baginya daripada meminta-minta
Dari Anas, Rasulullah saw bersabda,
sesuatu pada orang-orang, baik
“Tidaklah
mereka itu suka memberinya atau
menanam tanaman, atau menabur
menolaknya.” (HR. Bukhari)
benih, lalu burung atau manusia
Rasullullah
memberikan
contoh
seorang
mukmin
atau hewan pun makan darinya
kemandirian yang luar biasa, sebagai
kecuali
pemimpin nabi dan pimpinan umat
baginya”. (HR Bukhari)
Islam beliau tak segan menjahit
Dalam era modern ini banyak sekali
bajunya
pekerjaan yang bisa bernilai sebagai
sendiri,
beliau
juga
pasti
bernilai
seringkali turun langsung ke medan
amal
jihad, mengangkat batu, membuat
membuat aplikasi atau tekhnologi
parit, dan melakukan pekerjaan-
yang berguna bagi umat manusia.
pekerjaan lainnya.
Karenanya umat Islam harus cerdas
2. Memenuhi Kebutuhan Keluarga Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga
yang
menjadi
jariyah.
sedekah
Misalnya
kita
agar bisa menghasilkan pekerjaanpekerjaan yang bernilai amal jariyah. 4. Bekerja
sebagai
Wujud
tanggungannya adalah kewajian bagi
Penghargaan Terhadap Pekerjaan
seorang muslim, hal ini bisa dilihat
itu Sendiri
dari hadist berikut :
Islam sangat menghargai pekerjaan,
Rasulullah “Cukuplah
SAW seseorang
bersabada,
bahkan seandainya kiamat sudah
dianggap
dekat dan kita yakin tidak akan
pernah
menikmati
pekerjaan
hasil
kita,
dari
kita
baik,
yaitu;
1)
kerja
yang
tetap
dilandasi taqwa; 2) iklim dan
diperintahkan untuk bekerja sebagai
suasana kerja yang tenang dan
wujud
kondusif; 3) didukung oleh ilmu
penghargaan
terhadap
pekerjaan itu sendiri. Hal ini bisa
pengetahuan
dilihat dari hadist berikut :
bidang
Dari Anas RA, dari Rasulullah saw,
bersangkutan
beliau bersabda, “Jika hari kiamat
menambah ilmunya
terjadi,
sedang
di
terkait pekerjaan, selalu
dengan dan berusaha
tanganmu
Terdapat sejumlah firman
terdapat bibit tanaman, jika ia bisa
Allah yang berkaitan dengan
duduk hingga dapat menanamnya,
perintah bekerja kepada orang-
maka tanamlah “ (HR Bukhari dan
orang yang beriman, antara lain,
Muslim).
“Dia yang menjadikan bumi
1. Posisi Kerja
mudah
bagimu,
maka
Menurut pandangan islam, kerja
berjalanlah ke berbagai penjuru
merupakan
yang
bumi dan makanlah sebagian
digariskan bagi manusia. Dengan
dari rizki Allah...” (QS. Al-
bekerja
Mulk/67:15).
sesuatu
manusia
memperoleh
mampu
kebahagiaan
Ayat
ini
di
mengandung perintah langsung
dunia dan akhiratnya. Amat jelas
agar manusia giat bekerja dan
bahwa kerja mempunyai makna
menghindari bermalas-malasan.
eksistensial dalam menunjukkan
Bekerja untuk memperoleh rizki
kehidupan orang islam. Karena
guna
berhasil/gagalnya
keluarga adalah sebuah amanah
dan
tinggi/rendahnya kualitas hidup seseorang ditentukan oleh amal
menunaikan
nafkah
yang harus ditunaikan. 2. Fungsi Kerja
dan kerjanya.
Islam menjadikan kerja sebagai
Menurut Isa ‘Abduh dan Ahmad
sumber nilai insan dan ukuran
Isma’il Yahya, ada tiga cara
yang tanggungjawab berbeda.
untuk mewujudkan kinerja yang
Firman Allah; "Dan bahawa
sesungguhnya tidak ada balasan
Firman-Nya
bagi seseorang itu melainkan
sesungguhnya
balasan apa yang diusahakan".
menetapkan kamu (dan memberi
(An -Najm: 39)
kuasa) di bumi dan Kami jadikan
Firman-Nya lagi ;
untuk kamu padanya (berbagai-
"Dan bagi tiap-tiap seseorang
bagai jalan) penghidupan." (Al-
beberapa
A'raf: 168)
derajat
tingkatan
balasan disebabkan amal yang
Kami
Sabda
Nabi
telah
(s.a.w)
mereka kerjakan dan ingatlah
;"Mencari kerja halal itu wajib
Tuhan itu tidak lalai dari apa
atas setiap orang Islam."
yang
mereka
lakukan".
(al-
Kerja Sebagai Asas Kemajuan Ummat
An'am: 132)
Islam mewajibkan kerja untuk tujuan
Kerja sebagai sumber nilai
mendapatkan mata pencarian hidup dan
manusia berarti manusia itu
secara
sendiri menentukan nilai atau
kemajuan
harga ke atas sesuatu perkara
Rasulullah SAW sangat jelas dorongan ke
itu.
arah kemajuan ekonomi di sektor tersebut,
Kerja
sumber penilai
3.
bermaksud:"Dan
juga
yang
merupakan
objektif
prestasi
bagi
manusia
langsung
mendorong
sosioekonomi.
kepada
Dalam
hadist
sebagai contoh: 1. Di bidang Pertanian
berasaskan segi kelayakan.
Sabda Rasulullah s.a.w ; "Tidaklah
Kerja
seseorang mukmin itu menyemai
Sebagai
Sumber
akan
Pencarian Islam mewajibkan setiap
semaian
atau
tanaman lalu dimakan oleh burung
umatnya bekerja untuk mencari
atau
rezeki
adalah menjadi sedekah".
dan
pendapatan
bagihidupnya. Islam memberi
menanam
manusia
melainkan
ianya
2. Di bidang Perusahaan
berbagai kemudahan hidup dan
Sabda Rasulullah s.a.w. :"Sebaik
jalan-jalan mendapatkan rezeki
usaha
di bumi Allah yang penuh
pengusaha apabila ia bersifat jujur
dengan
dan nasihat- menasihati.
segala
nikmat
ini.
ialah
usaha
seorang
3. Di bidang Perniagaan
Kode
etik
inilah
kemudian
menjelma
Rasulullah SAW pernah meletakkan
menjadi etika kerja, etika profesi, atau kerja
para peniaga yang jujur dan amanah
sebagai kearifan sikap dalam bekerja.
kepada
Etos Kerja dalam Perspektif Islam
kedudukan
yang
sejajar
Dalam al-Qur’an dikenal kata itqon
dengan para wali, orang-orang yang benar, para syuhada' dan orang-
yang
berarti
proses
pekerjaan
yang
orang soleh dengan sabda :"Peniaga
sungguh-sungguh, akurat dan sempurna.
yang jujur adalah bersama para
(An-Naml : 88). Sedangkan dalam hadits,
wali, orang-orang siddiqin, para
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya
syuhada' dan orang-orang soleh".
Allah mencintai salah seorang diantara kamu yang melakukan pekerjaan dengan
Etos Kerja Secara Umum Dalam Webster World University Dictionary dijelaskan etos ialah sifat dasar
itqon (tekun, rapi dan teliti).” (HR. Baihaki).
atau karakter yang merupakan kebiasaan
Etos kerja seorang muslim adalah
dan watak bangsa atau ras. Etos berasal dari
semangat untuk menapaki jalan lurus, dalam
kata Yunani, ethos, artinya ciri, sifat, atau
hal
kebiasaan,
pemimpin
adat
istiadat,
atau
juga
mengambil
keputusan
harus
pun,
memegang
para
amanah
kecenderungan moral, pandangan hidup
terutama para hakim. Hakim berlandaskan
yang dimiliki seseorang, suatu kelompok
pada etos jalan lurus tersebut sebagaimana
orang atau bangsa.
Dawud ketika ia diminta untuk memutuskan
Etos
kerja,
menurut
Mochtar
perkara yang adil dan harus didasarkan pada
Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan
nilai-nilai
kebenaran,
pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja;
keputusan (hukumlah) di antara kami
ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja
dengan
yang dimilki seseorang, suatu kelompok
menyimpang dari kebenaran dan tunjuklah
manusia atau suatu bangsa. Adapun etos
(pimpinlah) kami ke jalan yang lurus (QS.
kerja menurut arti yang bertolak belakang
Ash Shaad : 22).
dari etika, yaitu moralitas dan kebajikan
Berdasarkan
dalam bekerja, ia dapat dijabarkan dalam
Muhammad bersabda: “Tangan di atas
bentuk kode etik sebagai code of conduct.
lebih baik dari pada tangan di bawah,
adil
dan
Hadits
maka
janganlah
Bukhori,
berilah
kamu
Nabi
mulailah orang yang wajib kamu nafkahi,
Dengan
mencermati
pembahasan
sebaik-baik sedekah dari orang yang tidak
sebelum dan sesudahnya, dapat disimpulkan
mampu (di luar kecukupan), barang siapa
adanya persamaan dan perbedaan mendasar
yang memeliharanya, barang siapa yang
antara etos kerja non agama dan etos kerja
mencari kecukupan maka akan dicukupi
islami yaitu :
oleh Allah.”
Persamaan :
Maksud hadits tersebut tidak berarti bahwa
memperbolehkan
meminta-minta,
Etos kerja non agama dan etos kerja
tetapi
kerja islami sama-sama berupa karakter
memotivasi agar seorang muslim mau
dan kebiasaan berkenaan dengan kerja
berusaha dengan keras agar dapat menjadi
yang terpancar dari sikap hidup manusia
tangan di atas, yaitu orang yang mampu
yang mendasar terhadapnya
membantu dan memberi sesuatu pada orang lain dari hasil jerih payahnya. Seseorang
Keduanya sama-sama timbul karena motivasi.
akan mendapat penghasilan lebih jika
Motivasi keduanya sama-sama didorong
berusaha keras dan baik. Seorang muslim
dan dipengaruhi oleh sikap hidup yang
harus dapat memanfaatkan karunia yang
mendasar terhadap kerja.
diberikan Allah yang berupa kekuatan dan
Keduanya sama-sama dipengaruhi secara
kemampuan diri untuk bekal hidup layak
dinamis dan manusiawi oleh berbagai
di dunia-akhirat. Etos kerja yang tinggi
faktor intern dan ekstern yang bersifat
merupakan cerminan diri seorang muslim.
kompleks.
Perbedaan : Etos Kerja Non-Agama
Etos Kerja Islami
Sikap hidup mendasar terhadap kerja di sini timbul dari hasil kerja akal dan/pandangan hidup/nilai-nilai yang dianut (tidak bertolak dari iman keagamaan tertentu)
Sikap individu mendasar terhadap kerja di sini identik dengan sistem keimanan/aqidah islam berkenaan dengan kerja atas dasar pemahaman bersumber dari wahyu dan akal yang saling bekerja secara proporsional. Akal berfungsi sebagai alat pemaham wahyu.
Tidak ada iman
Iman eksis dan terbentuk sebagai buah pemahaman akal terhadap wahyu. Akal di sini berfungsi sebagai sumber selain alat.
Motivasi muncul dari akal dan pandangan Motivasi berangkat dari niat beribadah hidup/nilai-nilai kehidupan yang dianut. kepada Allah dan iman terhadap adanya kehidupan ukhrowi. Etika kerja berdasarkan akal dan/pandangan Etika kerja berdasarkan keimanan terhadap hidup/nilai-nilai yang dianut. ajaran wahyu berkenaan dengan etika kerja dan hasil pemahaman akal berbentuk aqidah islam sehubungan dengan kerja. munculnya
Karakteristik Etos Kerja Islam Dari konsep iman, ilmu, dan amal saleh,
dapat
digali
dan
dirumuskan
orang
non
islam
mempunyai etos kerja yang baik. Cukup jelas kiranya bahwa etos kerja tinggi
karakteristik-karakteristik etos kerja islami
seseorang
sebagaimana berikut:
bersangkut
Kerja Merupakan Penjabaran Aqidah
hidupnya secara lebih menyeluruh.
Manusia
adalah
makhluk
yang
memerlukan paut
dengan
kesadaran pandangan
yang
Sejarah telah membuktkan bahwa
dikendalikan oleh sesuatu yang bersifat
aqidah islam berpotensi besar untuk menjadi
batin dalam dirinya, bukan oleh fisik yang
motivasi yang mampu mengubah serta
tampak. Faktor agama memang tidak
membangun
menjadi syarat timbulnya etos kerja kerja
karakter, serta kebiasaan perilaku manusia
tinggi seseorang. Hal ini terbukti dengan
dalam arti amat positif. Aqidah yang berhasil
sikap
ditanamkan
hidup
mendasar,
Rasulullah
SAW
kepada para pengikutnya ketika Beliau terbukti menimbulkan kemajuan yang luar
biasa dalam kalangan kaum muhajirin,
Kerja dengan Meneladani Sifat-Sifat
ansor dan bahkan kaum kafir.
Illahi
Sehubungan
dengan
salah
satu
islami,
mengemukakan, pekerjaan
Rasulullah
SAW
“sesungguhnya
tergantung
pada
semua
niatnya”.
Mengerti
Petunjuk-
petunjukNya
bentuk penjabaran motivasi amal saleh dan kerja
serta
Menurut
Hasan
Langgulung,
berdasarkan Al-Quran surat Al-Hijr ayat 29, dapat
dikembangakan
menunjukkan
adanya
penafsiran hubungan
yang antara
Berkenaan dengan niat tersebut, seorang
potensi-potensi manusia yang dikaruniakan
muslim hendaknya melandasi niat dari
Tuhan dengan sifat-sifat-Nya. Bentuk dan
setiap
kualitas dari sifat-sifat tersebut bersifat
amalnya
mendapatkan
ridho
dengan dari
berharap
Allah.
Kerja
terbatas dan berbeda dengan sifat haqiqi
berlandaskan niat beribadah hanya kepada
Allah. Etos kerja islami sebagaimana etos
Allah adalah salah satu karakteristik penting
kerja umumya tidak dapat terwujud tanpa
etos kerja islami yang tergali dan timbul
didukung oleh sifat giat dan aktif manusia
dari aqidah.
bersangkutan dalam memanfaatkan potensi
Kerja Dilandasi Ilmu
yang ada padanya. Keistimewaan orang
Pengertian akal umumnya mencakup
beretos kerja islami aktivitasnya dijiwai
kerja otak dan kerja qalb dalam rangka
oleh dinamika aqidah dan motivasi ibadah.
memahami sesuatu. Akal diciptakan dengan
Orang beretos kerja islami menyadari
tujuan sebagai alat pemaham manusia.
bahwa potensi yang dikaruniakan dan dapat
Dengan kepahaman yang dimiliki, manusia
dihubungkan dengan sifat-sifat Ilahi yang
akan mampu mewujudkan kehidupan yang
pada dasarnya merupakan amanah yang
benar di dunia ini.Manusia menjadi lain
harus ditunaikan dengan bertanggung jawab
daripada yang lain karena ia mempunyai
sesuai dengan syari’at islam.
akal dan kehendak bebas. Dengan potensi
Indikasi Orang Beretos Kerja Islami
akal, ilmu pengetahuan dan nafsu yang
Tinggi
dikaruniakan
Tuhan,
manusia
memang
Dan dalam batas-batas tertentu, ciri-
menjadi lebih potensial untuk menunaikan
ciri etos kerja islami dan ciri-ciri etos kerja
tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi.
tinggi
pada
umumnya
banyak
keserupaannya, utamanya pada dataran
atau dalam Islam disebut dengan amanah.
lahiriahnya. Ciri-ciri tersebut antara lain :
Sikap bertanggungjawab terhadap amanah
Baik dan Bermanfaat untuk semua
merupakan
Kemantapan atau perfectness
bermasyarakat secara umum, dalam konteks
Kualitas kerja yang mantap atau perfect mer
ini adalah dunia kerja.
upakan
Konsisten dan Istiqamah
Rabbani), pekerjaan
sifat
pekerjaan
kemudian
Tuhan
(baca:
menjadi
kualitas
yang
berarti
yang islami
salah
satu
Istiqamah
bentuk
dalam
akhlaq
kebaikan
ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran
pekerjaan mencapai standar ideal secara
sehingga
menghasilkan
sesuatu
yang
teknis. Untuk itu, diperlukan dukungan
maksimal. Istiqamah merupakan hasil dari
pengetahuan dan skill yang optimal.
suatu proses yang dilakukan secara terus-
Kerja Keras, Tekun dan Kreatif.
menerus. Proses itu akan menumbuh-
Kerja keras, yang dalam Islam diistilahkan
kembangkan suatu sistem yang baik, jujur
dengan mujahadah dalam maknanya yang
dan terbuka, dan sebaliknya keburukan dan
luas seperti yang didefinisikan oleh Ulama
ketidakjujuran akan tereduksi secara nyata.
adalah ”istifragh ma fil wus’i”, yakni
Percaya diri dan Kemandirian
mengerahkan segenap daya dan kemampuan
Sesungguhnya daya inovasi dan
yang ada dalam merealisasikan setiap
kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang
pekerjaan yang baik.
merdeka, karena jiwa yang terjajah akan
Berkompetisi dan Tolong-menolong
terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri,
Pesan persaingan ini kita dapati dalam
sehingga
beberapa ungkapan Qur’ani yang bersifat
mengaktualisasikan asset dan kemampuan
“amar” atau perintah, seperti “fastabiqul
serta potensi illahiyah yang ia miliki yang
khairat” (maka, berlomba-lombalah kamu
sungguh sangat besar nilainya. Semangat
sekalian dalam kebaikan).
berusaha dengan jerih payah diri sendiri
Objektif (Jujur)
merupakan
Disiplin atau Konsekuen
keberhasilannya dalam usaha pekerjaan.
Selanjutnya sehubungan dengan ciri-ciri
Efisien dan Hemat
dia
hal
tidak
sangat
pernah
mulia
mampu
posisi
etos kerja tinggi yang berhubungan dengan
Agama Islam sangat menghargai
sikap moral yaitu disiplin dan konsekuen,
harta dan kekayaan. Jika orang mengatakan
bahwa agama Islam membenci harta, adalah
iman dan barometer bagi pahala dan siksa.
tidak
ialah
Hendaknya setiap pekerjaan disamping
mempergunakan harta atau mencari harta
mempunyai tujuan akhir berupa upah atau
dan mengumpulkannya untuk jalan yang
imbalan, namun harus mempunyai tujuan
tidak mendatangkan maslahat, atau tidak
utama, yaitu memperoleh keridhaan Allah
pada tempatnya, serta tidak sesuai dengan
SWT.
benar.
Yang
dibenci
itu
ketentuan agama, akal yang sehat dan ‘urf
Adapun hal-hal yang penting tentang
(kebiasaan yang baik). Demi kemaslahatan
etika kerja yang harus diperhatikan adalah;
harta tersebut, maka sangat dianjurkan
1) ikhlas Menerima Takdir; 2) menegakkan
untuk berperilaku hemat dan efisien dalam
Proporsionalitas; dan 3) sadar Menaati
pemanfaatannya, agar hasil yang dicapai
Norma.
juga maksimal.
Etos Kerja Rasulullah Sebagai Uswah
Etika Kerja dalam Islam
(Contoh)
Pada hakikatnya etika kerja islami merupakan
pancaran
nilai
yang
ikut
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai
aktualisasi
keimanan
dan
membentuk corak khusus karakteristik etos
ketakwaan. Suatu hari Rasulullah SAW
kerja
seseorang
berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-
ketika akan diserahkan tugas, rasulullah
Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan
melakukannya dengan selektif. Diantaranya
Sa’ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-
dilihat dari segi keahlian, keutamaan (iman)
hitaman
dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa
“Kenapa tanganmu?,” tanya Rasul kepada
mengajak mereka agar itqon dalam bekerja.
Sa’ad. “Wahai Rasulullah,” jawab Sa’ad,
Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh
“Tanganku seperti ini karena aku mengolah
Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda
tanah dengan cangkul itu untuk mencari
bahwa “sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu
nafkah
tergantung pada apa yang diniatkan.” (HR.
tanggunganku”.
Bukhari dan Muslim).
mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
islami.Dalam
memilih
Kerja mempunyai etika yang harus selalu diikut sertakan didalamnya, oleh karenanya kerja merupakan bukti adanya
seperti
terpanggang
keluarga
yang
Seketika
matahari.
menjadi itu
beliau
seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka”.
Kisah
di
atas
menggambarkan
pembunuhan
sampai
betapa besarnya penghargaan Rasulullah
perceraian.Kedua,Sebagai kepala negara
SAW terhadap kerja. Kerja apapun itu
dan
selama tidak menyimpang dari aturan yang
heterogen. Tatkala memegang posisi ini
ditetapkan
besarnya
Rasulullah
SAW
penghargaan beliau, sampai-sampai dalam
kunjungan
diplomatik
kisah pertama, manusia teragung ini “rela”
sahabat”. Rasul pun harus menata dan
mencium tangan Sa’ad bin Mu’adz Al-
menciptakan sistem hukum yang mampu
Anshari
menyatukan kaum Muslimin, Nasrani, dan
agama.
yang
Demikian
melepuh
lagi
gosong.
pemimpin
masyarakat
harus
menerima
“negara-negara
Rasulullah SAW, dalam kisah tersebut,
Yahudi,
memberikan motivasi pada umatnya bahwa
setumpuk masalah lainnya.Ketiga,Sebagai
bekerja
panglima perang. Selama hidup tak kurang
adalah
perbuatan
mulia
dan
termasuk bagian dari jihad.
berbuat
perekonomian,
dan
dari 28 kali Rasul memimpin pertempuran
Rasulullah SAW adalah sosok yang selalu
mengatur
sebuah
beliau
perang beliau harus mengorganisasi lebih
untuk
dari 53 pasukan kaveleri bersenjata. Harus
melakukannya. Maka saat kita berbicara
memikirkan strategi perang, persediaan
tentang etos kerja islami, maka beliaulah
logistik, keamanan, transportasi, kesehatan,
orang yang paling pantas menjadi rujukan.
dan lainnya.
memerintahkan
sebelum
melawan kafir Quraisy. Sebagai panglima
para
sahabat
Ada lima peran penting yang diemban
Keempat,
sebagai
kepala
Rasulullah SAW, yaitu :
rumahtangga. Dalam posisi ini Rasul harus
Pertama,Sebagai Rasul. Peran ini beliau
mendidik, membahagiakan, dan memenuhi
jalani selama 23 tahun. Dalam kurun waktu
tanggung jawab-lahir batin-terhadap para
tersebut
berdakwah
istri beliau, tujuh anak, dan beberapa orang
menyebarkan Islam; menerima, menghapal,
cucu. Beliau dikenal sebagai sosok yang
menyampaikan, dan menjelaskan tak kurang
sangat perhatian terhadap keluarganya. Di
dari 6666 ayat Alquran; menjadi guru
tengah kesibukannya Rasul pun masih
(pembimbing) bagi para sahabat; dan
sempat bercanda dan menjahit sendiri
menjadi hakim yang memutuskan berbagai
bajunya.
pelik
beliau
permasalahan
harus
umat-dari
mulai
Kelima, Sebagai seorang pebisnis.
kualitasnya”.Kedua,dalambekerjaRasulmel
Sejak usia 12 tahun pamannya Abu Thalib
akukannyadenganmanajemenyang
sudah mengajaknya melakukan perjalanan
perencanaanyangjelas,
bisnis ke Syam, negeri yang saat ini
aksi,danadanyapenetapanskalaprioritas.Keti
meliputi Syria, Jordan, dan Lebanon. Dari
ga,Rasul
usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa
nyiakankesempatansekecilapapun.“Barang
tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul
siapa yang dibukakan pintu kebaikan,
karena beliau harus mandiri dan bersaing
hendaknya dia mampu memanfaatkannya,
dengan
karena ia tidak tahu kapan kebaikan
pemain-pemain
senior
dalam
pentahapan
tidak
pernahmenyia-
perdagangan regional. Usia 20 hingga 25
ditutup
tahun
bersabda.Keempat, dalam
merupakan
titik
keemasan
darinya”.
baik,
Demikian
Beliau
bekerja
Rasul
masa
depan.
entrepreneurship Rasulullah SAW terbukti
selalu
dengan “terpikatnya” konglomerat Mekah,
Beliau adalah sosok yang
Khadijah binti Khuwailid, yang kemudian
sehinggasegalaaktivitasnyabenar-
melamarnya
benarterarahdanterfokus.Kelima,Rasultidak
menjadi
suami.
Sejarah
memperhitungkan
visioner,
mencatat bahwa Rasulullah sering terlibat
pernahmenangguhkanpekerjaan.Beliaubeker
dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri
jasecaratuntasdanberkualitas.
seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Adalah
Keenam,Rasulbekerjasecaraberjamaahdeng
kenyataan bila Rasulullah SAW mampu
an mempersiapkan (membentuk) tim yang
menjalankan
solid
kelima
perannya
tersebut
yang
percaya
pada
cita-cita
dengan sempurna, bahkan menjadi yang
bersama.Ketujuh,Rasuladalahpribadiyangsa
terbaik.
ngatmenghargaiwaktu.Kedelapan, tentunya
RahasiaKesuksesanKarierdanPekerjaan
ada
RasulullahSAW
Kesembilan, Rasulullah
Pertama, Rasulullah SAW selalu bekerja
kerjasebagai
dengan baik, profesional, dan tidak asal-
ketakwaan.Rasulbekerjabukanuntukmenum
asalan. Beliau bersabda, “Sesungguhnya
pukkekayaanduniawi.Beliaubekerjauntukme
Allah menginginkan jika salah seorang
raih
darimu
keridhaanAllahSWT.Inilahkunciterpenting.
bekerja,
meningkatkan
maka
hendaklah
nilaitambahbagidiridanummatnya. SAWmenjadikan
aktualisasi
keimanandan
KESIMPULAN Kerja
merupakan
perkara
yang
mubah untuk dilakukan. Namun akan berbeda-beda
hukum
yang
muncul
berdasrkan niat dari mengerjakan pekerjaan tersebut. Bekerja dengan sungguh-sungguh adalah anjuran yang ditujukan untuk pribadi muslim karena seyogyanya islam tidak menyukai umat yang bermalas-malasan dan menganggur. Etos kerja merupakan semangat untuk
bekerja.
Bekerja
itu
sendiri
merupakan melakukan usaha kegiatan untuk mencapai tujuan. Etos kerja diperlukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena dengan etos kerja, seseorang akan lebih baik dalam bekerjanya. Etos kerja tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja. Namun banyak faktor yang menjadi penentu etos dalam bekerja. DAFTAR PUSTAKA Al Qur’an Digital Armstrong, M. 1995. Performance Management. London: Kogan Page Limited Asifudin, A. Janan. 2004. Etos Kerja Islami. Surakarta, Muhammadiyah University Press. Asnan Syafi’I Wagino, 2003, Menabur Mutiara Hikmah, Jakarta, Mizan Bernardin, H.J. dan Russel, 1998, Human Resuorce Management, An Experential Approch, Ney York: McGraw-Hill
Casio, Waynw F. 1992. Managing Human Resource: Productivity, Quality of Work Life, Profit. Singapore: McGraw-Hill International Editors Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia : Jakarta,Balai Pustaka Hornby, A.S., Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Five Edition Ilfi, Nur Diana. 2008. Hadis-Hadis Ekonomi. Malang, UIN - Malang Press (Anggota IKAPI) Iman Az-Zabidi. 2001.Hadits Shahih Al Bukhari. Jakarta: Pustaka Amani Iman Al-Mundziri. 2000. Hadits Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Amani Isa Abduh dan Isma’il Yahya.Al-‘Amal, h. 44-45 Hasan Langgulung, 1991, Kreativitas Dan pendidikan Islam, Jakarta, Pustaka AlHusna KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja, Jakarta, Gema Insani. Lewis Mulford Adams, et.. al, Webster World University Dictionary, (Washington DC: Publishers Company Inc., 1965, Mahmud Abus-Sa’ud, 1398 H/1978 M, AlFikrul-Islamy al-Mu’asir Madmunuhu wa Mustaqbaluh,Bairut, al-Kuwait Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan PendidikanIslam di Indonesia, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994) Mondy, R.W., R.M. Noe, 2002. Human Resources Management. Upper Saddle River, New Jersey: Printice Hall.
Rivai,
Viethzal, 2005. Performance Appraisal, Jakarta: Raja Gafindo Persada
Wirawan, 2008. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat Quraish Shihab, 1998, Wawasan al-Qur’an, Jakarta: Mizan.