KINERJA BIDANG LALU LINTAS DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURAKARTA
Oleh:
TODY MAULANA MEDITRA D 0103121
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Dra. Sri Yuliani, M.Si NIP. 1963073019932002
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
:
Tanggal :
Panitia Penguji: 1. Drs. Budiarjo, M.Si NIP. 195406021986011001
(
)
2. Drs. Ali, M.Si NIP. 195408301985031002
(
)
3. Dra. Sri Yuliani, M.Si. NIP. 196307301990032002
(
)
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi , SN., SU NIP. 195301281981031001 iii
MOTTO
”Semakin kita dekat dengan orang-orang besar, kita menjadi semakin jelas melihat bahwa mereka juga hanya orang-orang biasa seperti kita” (La Bruye) “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain” (OS. Alam Nasyrah : 6-7) “Tiada harta terpendam yang lebih bermanfaat daripada ilmu pengetahuan tiada kawan yang lebih indah dari berkata Jujur tiada teman yang lebih tinggi dari kesabaran tiada kejahatan yang lebih memalukan dari kesombongan (Wahab bin Munabbih) Mengakui kekurangan diri adalah tenaga untuk kesempurnaan, terus mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa (Hamka)
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk:
1. Papa Mama tercinta 2. Kakakku dan Adikku tersayang 3. Keponakanku tersayang 4. Sahabat dan Temanku 5. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi Kinerja Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam rangka penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si, selaku Pembimbing yang dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN. SU, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini. 3.
Bapak Drs. Sudarto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi yang telah berkenan memberikan ijin mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Yosca Herman Soedradjad, MM selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 5. Ibu Retno Suryawati M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan nasehat kepada penulis. 6. Bapak Didik Setyanto, ST, selaku Kasubag. Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang telah memberikan data-data dan informasi berkaitan dengan skripsi ini; Bapak Agung Wijayanto, selaku Pengelola Kepegawaian; Bapak Sri Baskoro, selaku Kabid Lalu Lintas yang memberikan data dan informasi tentang kinerja bidang Lalu Lintas; Bapak Joko Pramono, selaku Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan Bapak Ongko Prasetyo, selaku
vi
Kasi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban yang memberikan data dan informasi kinerja pegawai di lapangan (jalan raya). 7. Teman dan Sahabat AN angkt’ 03, terima kasih untuk segenap rasa persaudaraan, kekeluargaan yang tercipta selama ini (Peace Love Unity and Respect) sebarkan Virus Kedamaian di muka Bumi ini.... Salam Brotherhood 8. Segenap civitas akademika dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Surakarta,
April 2010 Penulis
(TODY MAULANA MEDITRA)
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR BAGAN ........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
ABSTRAK .....................................................................................................
xiii
ABSTRACT ..................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................
8
C. Tujuan Penelitian .............................................................
8
D. Manfaat Penelitian ...........................................................
8
E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran .....................
9
1. Tinjauan Pustaka ........................................................
9
a. Kinerja ..................................................................
9
b. Indikator Kinerja ..................................................
14
2. Kerangka Pemikiran ...................................................
20
F. Metode Penelitian .............................................................
22
1. Jenis Penelitian ...........................................................
23
2. Lokasi Penelitian ........................................................
24
3. Sumber Data ...............................................................
24
4. Teknik Pengumpulan Data .........................................
25
viii
BAB II
5. Teknik Pengambilan Sampel ......................................
26
6. Validitas Data .............................................................
27
7. Teknis Analisis Data ..................................................
28
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN .................................
31
A. Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan ...........................
31
B. Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta ..........
32
C. Tugas dan Fungsi .............................................................
35
D. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota
BAB III
Surakarta ..........................................................................
36
E. Keadaan Pegawai .............................................................
43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................
50
A. Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta ...........................................................................
50
B. Faktor Penghambat Maupun Penunjang dalam Kinerja
BAB IV
Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta ..
84
PENUTUP ..............................................................................
95
A. Kesimpulan .......................................................................
95
B. Saran .................................................................................
100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD ...
43
Tabel 2
Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan ...........
44
Tabel 3
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................
45
Tabel 4
Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) ......................................
46
Tabel 5
Jumlah Pegawai Kontrak ........................................................
47
Tabel 6
Kawasan Macet di Surakarta ..................................................
54
Tabel 7
Rekap Rambu Tahun 2008 ………………………………….
57
Tabel 8
Pemasangan CCTV …………………………………………
60
Tabel 9
Tujuan dan Sasaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta .......
66
x
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan l
Kerangka Berpikir ..................................................................
22
Bagan 2
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta ……
36
Bagan 3
Mekanisme Pertanggungjawaban Dinas Perhubungan ……...
83
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Model Analisis Interaktif …………………………………....
xii
30
ABSTRAK TODY MAULANA MEDITRA, D 0103121, KINERJA BIDANG LALU LINTAS DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURAKARTA, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 100 halaman, 2010. Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah suatu organisasi yang memiliki visi dan misi yaitu pelayanan kepada masyarakat umum. Dinas Perhubungan merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas sistem lalu lintas di Surakarta sehingga dituntut untuk mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka mengantisipasi berbagai masalah lalu lintas yang semakin kompleks. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal. Tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta. (2) Untuk mengetahui faktorfaktor yang menjadi penghambat dan cara mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di kantor Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Sumber data yang digunakan adalah informan dan dokumen atau arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi kepustakaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta selama tahun 2008 sudah cukup baik. Meskipun dalam pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan tidak selalu berhasil. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat diketahui berdasarkan efektivitas organisasi, yaitu tercapainya kelancaran lalu lintas dan menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas. Selain itu, kinerja dinas juga dapat diketahui dari akuntabilitas organisasi, yaitu pertanggungjawaban anggaran yang digunakan berdasarkan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk pelaksanaan program kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara keseluruhan. Adapun faktor penghambat kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta adalah (1) sumber daya manusia/personil yang ada dari segi kualitas belum memadai khususnya segi profesionalisme berkualifikasi Diklat; (2) kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas; (3) rambu yang dipasang sering hilang; dan (4) keterbatasan anggaran. Sedangkan upaya untuk mengatasi hambatan adalah (1) memberdayakan SDM dan terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap; (2) melakukan koordinasi atau kerjasama dengan instansi terkait lainnya; (3) optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas; dan (4) optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini.
xiii
ABSTRACT TODY MAULANA MEDITRA, D 0103121, TRAFFIC DIVISION PERFORMANCE OF SURAKARTA CITY’S COMMUNICATION SERVICE, Thesis, Administration Department, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, 100 pages, 2010. Surakarta city’s communication service is an organization with vision and mission to serve the general public responsible for the traffic system in Surakarta, so that it is required to prepare itself and conducts improvement continuously in the attempt of anticipating the increasingly complex traffic problems. For that reason, in order to give service consistent with the public’s desire and need, there should be performance evaluation and development so that the organization performance can be optimal. The objectives of research are (1) to find out how Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service is and (2) to find out the inhibiting and factors the ways of coping with the obstacles to improve the traffic division performance of Surakarta City’s Communication Service. The study belongs to a descriptive qualitative research. The research was taken place in of Surakarta City’s Communication Service office. The data source employed was informen and document. Techniques of collecting data used was interview and library study. The sampling technique used was purposive sampling. The data validity technique used was data triangulation. Technique of analyzing data employed was interactive analysis. The result of research shows that the performance of Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service has been fairly good in 2008, despite some failures in their work program implementation. The performance of Surakarta City’s Communication Service can be seen from the organizational effectiveness, that is, the achievement of traffic smoothness and decreased number of traffic breach. In addition, the service’s performance can also be seen from the responsability accountability, that is, the responsibility budget employed based on the fund allocation given by the Surakarta city’s government to the Communication Service for the implementation of activity programs particularly for the procurement and maintenance of traffic infrastructure as well as organizational operational expense entirely. The inhibiting factors of Traffic Division Performance of Surakarta City’s Communication Service include (1) inadequate human resource, particularly in the term of professionalism with Short Course qualification; (2) lack of public’s awareness of traffic discipline; (3) the loss of traffic sign; and (4) limited budget. Meanwhile, the attempts of coping with such obstacles include (1) by empowering human resource and attempting to improve gradually the human resource condition; (2) by coordinating or cooperating with the related institutions; (3) by optimizing the ordering service and traffic control; and (4) by optimizing the existing infrastructures.
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tata pemerintahan yang baik merupakan hal penting pada sektor organisasi publik. Tata pemerintahan yang baik pada sektor publik belum tentu menjamin kinerja pemerintah juga akan baik pada suatu negara. Hal tersebut tergantung kepada kebijakan pemerintah dalam menentukan arah pembangunan suatu negara. Saat ini, kinerja organisasi terutama organisasi publik mendapat sorotan dari masyarakat dalam kaitannya dengan pelayanan publik. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai kritis dalam menilai atas pelayanan yang diberikan terutama oleh organisasi publik. Masyarakat mulai menuntut kepada setiap organisasi publik dalam memberikan pelayanan umum, baik berupa barang atau jasa, agar lebih profesional dan berkualitas kepada setiap anggota masyarakat. Pelayanan yang lebih profesional dan berkualitas merupakan wujud dari good governance (tata pemerintahan yang baik), terutama dalam pelayanan publik. Sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat harus selalu mengevaluasi kinerjanya. Baik dan buruknya suatu kinerja dari organisasi publik dapat dilihat dari kinerja organisasi tersebut dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat yang membutuhkan, hasil yang dicapai, dan sebagainya. Dengan demikian, jika terdapat
xv
kekurangan, dapat diperbaiki dan dapat memberikan dorongan atau memberikan dukungan kinerja yang sudah baik. Dengan adanya evaluasi tersebut, dapat diketahui seberapa optimalkah sebuah organisasi publik dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat. Bagus atau tidaknya suatu kinerja dari organisasi publik dapat diketahui dengan melakukan suatu pengukuran. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu organisasi tersebut, misalnya lingkungan organisasi, budaya yang ada dalam organisasi, sarana dan prasarana, penilaian kinerja dan umpan balik. Pengukuran atau kinerja pada suatu organisasi yang memiliki output dalam bentuk barang, dapat dilihat dari kuantitasnya yaitu jumlah barang yang dihasilkan atau seberapa lama barang tersebut dapat dihasilkan. Sementara kinerja pada suatu organisasi yang bergerak di bidang jasa dapat dilihat dari kepuasan pelanggan atau kualitas pelayanan yang diberikan suatu organisasi terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan tersebut. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (A.P Mangkunegara, 2001 : 67). Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Dinas perhubungan adalah sebuah unit kerja di lingkungan Pemerintah Kota
Surakarta
yang
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang lalu lintas angkutan jalan. Transportasi memiliki
xvi
peranan yang sangat penting dan strategis dalam ikut mendorong dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan daerah terutama keterkaitan fungsinya sebagai pelayanan masyarakat (publik service), penunjang kegiatan ekonomi daerah, dan salah satu potensi pendapatan daerah. Salah satu bidang transportasi yang memerlukan perhatian lebih yakni transportasi darat karena sebagian besar aktivitas manusia berada di darat. Khusus untuk lalu lintas, merupakan masalah yang sangat kompleks mengingat perkembangan Kota Surakarta yang pesat. Perkembangan kota Surakarta dapat dilihat dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota terutama pembangunan fisik seperti jalan, gedung, pusat perbelanjaan, dan industri. Dengan adanya perkembangan kota yang cukup pesat, maka juga berpengaruh terhadap meningkatnya arus lalu lintas di jalan raya. Penanganan masalah kelancaran arus lalu lintas merupakan tanggung jawab pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Dalam hal ini adalah menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas yang memiliki tugas mengatur lalu lintas agar arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, terdapat sejumlah titik kemacetan di wilayah Surakarta, terutama pada jam-jam sibuk. Beberapa tempat yang mengalami kemacetan antara lain kawasan Pasar Klewer. Kemacetan ini terjadi dari pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB ketika kegiatan di Pasar Klewer selesai. Selain di kawasan Pasar Klewer, kemacetan juga terjadi di kawasan Coyudan, biasanya kemacetan terjadi pada
xvii
pukul 12.00 – 21.00 WIB. Selain itu, kemacetan juga terjadi di Simpang Nonongan dan Jalan Slamet Riyadi, daerah Ngemplak dan dibeberapa daerah lainnya di wilayah Surakarta. Berdasarkan beberapa contoh kawasan ini, maka dapat dipahami jika sering terjadi kemacetan lalu lintas. Hal ini dikarenakan pada kawasan-kawasan tersebut merupakan sentra kegiatan perdagangan di Kota Surakarta. Kemacetan yang terjadi di beberapa kawasan tersebut juga telah ditangani oleh Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas dengan membuat rambu-rambu lalu lintas serta pemasangan lampu pengatur lalu lintas. Meskipun Dinas Perhubungan telah mengeluarkan kebijakan tersebut, belum tentu dapat mengurangi kemacetan lalu lintas yang ada. Hal ini dikarenakan ruas jalan badan jalan sudah tidak dapat menampung dengan semakin banyaknya kendaraan yang melintas. Selain masalah kemacetan lalu lintas, Dinas Perhubungan juga memberikan pelayanan kepada masyarakat seperti memberikan pengawalan terhadap tamu VIP/VVIP, penyelenggaraan pelayanan untuk pemudik pada hari raya Idul Fitri dengan mendirikan Rest Area. Pelayanan, pengendalian dan pengaturan lalu lintas pada Natal, Tahun Baru serta event-event Budaya seperti Kirab Budaya, Kirab 1 Suro. Pelayanan, pengendalian dan pengaturan lalu lintas serta evakuasi korban banjir serta kegiatan lain pasca banjir. Dinas Perhubungan juga melaksanakan kegiatan perlindungan keselamatan di kawasan sekolah dengan menetapkan kawasan sekolah yang lokasinya rawan kemacetan dan rawan kecelakaan sebagai Zoss (Zona Selamat Sekolah) di 15
xviii
titik dengan memberikan bantuan setiap kawasan berupa rambu permanen sebanyak 8 unit, rambu portabel penyeberangan lalu lintas sebanyak 2 unit, dan traffic cone sebanyak 4 unit. Kinerja Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas dapat terlihat dari kelancaran arus lalu lintas yang ada di wilayah kerjanya. Saat ini, Kota Surakarta merupakan kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat, sehingga dengan sendirinya juga berpengaruh terhadap kepadatan arus lintas. Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran dari Dinas Perhubungan, yaitu terwujudnya sistem manajemen transportasi lalu lintas yang baik sehingga dapat tercapai kelancaran arus lalu lintas. Adapun prestasi kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta antara lain telah memperoleh piala WTN (Wahana Tata Nugraha) sebanyak 5 kali secara berturut-turut (tahun 2002-2006) kategori kota besar dalam lomba tertib lalu lintas. Di samping itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga telah menggunakan beberapa titik sensor jarak jauh yang disebut Automatic Traffic Computerize Signal (ATCS). ATCS telah ditempatkan antara lain di daerah Gladag dan sepanjang jalan Slamet Riyadi. Hal tersebut merupakan prestasi kerja yang baik dari Dinas Perhubungan karena telah berhasil menciptakan komputerisasi dengan sistem CCTV yang bertujuan untuk memudahkan petugas Dinas Perhubungan dalam memantau setiap daerah rawan macet sehingga kemacetan dapat ditanggulanggi. Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah suatu organisasi yang memiliki visi dan misi yaitu pelayanan kepada masyarakat umum. Dinas Perhubungan merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas
xix
sistem lalu lintas di Surakarta sehingga dituntut untuk mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perbaikan dalam rangka mengantisipasi berbagai masalah lalu lintas yang semakin kompleks. Selama ini citra pelayanan organisasi publik lebih rendah dibanding organisasi swasta. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal. Hal ini perlu dilakukan karena seiring dengan tuntutan masyarakat atas pelayanan yang berkualitas, maka organisasi publik harus mengubah citra kinerjanya agar menjadi lebih baik. Dengan demikian akan dapat memenuhi harapan-harapan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat. Berdasarkan sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan visi, misi, dan tujuan, Dinas Perhubungan Kota Surakarta memakai indikator efektivitas dan akuntabilitas dalam menilai kinerja. Salah satu yang dapat dijadikan indikator dalam menilai kinerja dari suatu organisasi publik adalah hasil (outcomes). Hal ini dikarenakan Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pokok urusan pemerintahan di bidang lalu lintas angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan mempunyai misi di bidang pelayanan publik, utamanya di bidang lalu lintas. Adapun salah satu misi tersebut adalah menyelenggarakan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
xx
Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, maka perlu diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan merata pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesarbesarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu, peranan Dinas Perhubungan sangat penting sekali dalam hal mobilitas kendaraan di Kota Surakarta, terutama mengenai kemacetan lalu lintas akibat dari perkembangan kota yang semakin pesat. Namun demikian, untuk menilai suatu kinerja dari organisasi publik tidak cukup hanya melihat dari segi hasilnya. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kinerja organisasi publik yang memiliki volume kegiatan tinggi seperti halnya Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat dan bagaimana cara mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan lingkungan guna mecapai hasil yang maksimal. Berdasarkan paparan dalam latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul dalam penulisan penelitian ini, adalah KINERJA DINAS PERHUBUNGAN BIDANG LALU LINTAS KOTA SURAKARTA.
xxi
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta? 2. Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan bagaimana mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan cara mengatasi hambatan untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penelitian ini a. Penulis dapat menambah wawasan, gambaran dan informasi-informasi yang berkaitan dengan bidang ilmu dan kegiatan administratif pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
xxii
b. Penulis dapat menyalurkan ilmu yang telah diperoleh dari perguruan tinggi dan menerapkannya ke dalam dunia kerja. 2. Bagi Organisasi Terkait a. Dapat memberikan masukan bagi Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas Kota Surakarta. b. Untuk memperbaiki kondisi instansi terkait di masa depan. 3. Bagi Pihak Lain a. Dapat menambah perbendaharaan bagi khasanah ilmu pengetahuan sosial pada umumnya dan ilmu administrasi pada khususnya. b. Memberikan tambahan bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang kinerja pada instansi pemerintahan lain.
E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran 1. Tinjauan Pustaka a. Kinerja Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.
Kinerja
pegawai
dan
kinerja
organisasi
memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya tujuan organisasi tidak dapat dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku
xxiii
dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut (Harbani Pasolong, 2007 : 175). Dalam mencapai tujuan tersebut tidak dapat lepas dari andil seluruh kerja pegawai. Pada dasarnya keberhasilan perusahaan adalah kontribusi kerja seluruh pegawainya. Apabila pegawai bekerja dengan baik dan memiliki prestasi atau hasil kerja yang baik tentu baik pula kinerja organisasi tersebut. Menurut Rue dan Byars (dalam Harbani Pasolong, 2007 : 175) kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil. Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (1999 : 2) kinerja adalah : “hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.” Sementara itu, pengertian kinerja menurut Lembaga Administrasi Negara (1999 : 3) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu
kegiatan,
program,
kebijaksanaan
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Adapun untuk definisi kinerja organisasi mempunyai banyak pengertian. Menurut Wibowo dan Atmosudirjo (dalam Harbani Pasolong, 2007 : 176) mengemukakan bahwa kinerja organisasi adalah: ”sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan
xxiv
melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif”.
Selanjutnya definisi kinerja organisasi menurut Chaizi Nasucha (2004 : 107) adalah : ”efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui suatu usaha sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus mencapai kebutuhannya secara efektif.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja mempunyai beberapa elemen, yaitu: 1) Hasil kerja dicapai secara individual atau secara institusi, yang berarti kinerja tersebut adalah hasil akhir yang diperoleh secara sendiri-sendiri atau kelompok. 2) Dalam melaksanakan tugas, orang atau lembaga diberikan wewenang dan tanggung jawab yang berarti orang atau lembaga diberikan hak dan kekuasaan untuk ditindaklanjuti, sehingga pekerjaannya dapat dilakukan dengan baik. 3) Pekerjaan haruslah dilakukan secara legal, yang berarti dalam melaksanakan tugas individu atau lembaga tentu saja harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan. 4) Pekerjaan tidaklah bertentangan dengan moral dan etika, artinya selain mengikuti aturan yang telah ditetapkan, tentu saja pekerjaan tersebut haruslah sesuai moral dan etika yang berlaku umum.
xxv
Berdasarkan pada tingkat kepentingannya, maka penilaian kinerja bertujuan untuk (Sri Budi Cantika Yuli, 2005: 90): 1)
Meningkatkan kemampuan pegawai.
2)
Dengan diketahuinya peringkat keberhasilan setiap pegawai, maka akan terdorong keinginan untuk selalu meningkatkan prestasi. Identifikasi faktor penghambat kinerja.
3)
Penilaian prestasi kerja diharapkan akan dapat diperoleh informasi mengenai mengapa seseorang pegawai memiliki perbedaan dalam hal kemampuan walaupun memiliki fasilitas kerja dan gaji yang sama. Menetapkan kebijakan strategis.
Hasil akhir dari penilaian prestasi kerja adalah membantu manajemen untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan secara khusus dan organisasi pada umumnya. Apabila penilaian kinerja dapat dilakukan secara baik dan objektif, maka akan dapat diperoleh manfaat-manfaat yang dapat dirasakan. Adapun manfaat dari penilaian kinerja adalah (Sri Budi Cantika Yuli, 2005: 91): 1)
Manfaat bagi manajer penilai.
2)
Dengan melakukan penilaian secara objektif, penilai akan mudah mengidentifikasi beberapa hal mengenai pegawai yang dinilai, seperti kekuatan dan kelemahan pegawai, beberapa masalah yang ada, masalah potensial dan kebutuhan akan program pelatihan. Manfaat bagi karyawan (pegawai).
3)
Karyawan (pegawai) akan memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan pandangannya, mengetahui kekuatan dan kelemahan pada dirinya, memiliki kesempatan untuk mendiskusikan tujuan organisasi/departemen, dan mengidentifikasi peranan dirinya. Manfaat bagi organisasi. Secara umum, penilaian prestasi kerja karyawan/pegawai akan mampu meningkatkan kinerja individu, meningkatkan kinerja departemen, adanya efisiensi, meningkatnya kualitas produksi/pelayanan.
Proses penilaian kinerja menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja pegawai di waktu yang lalu dan prediksi prestasi kerja di waktu yang akan datang. Adapun faktor pembentuk prestasi adalah dilihat dari pelayanan yang baik sebagai berikut: 1) Behaviour and customer research adalah penelitian untuk mengetahui struktur masyarakat, segmen sosial, demografis, analisis jasa potensial, analisis kekuatan masyarakat, mengetahui harapan dan keinginan masyarakat pengguna pelayanan yang diberikan; 2) Strategy formulation adalah petunjuk arah dalam memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat sehingga organisasi dapat mempertahankan mutu pelayanan bahkan mencapai prestasi yang terbaik; xxvi
3) Process improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk menyempurnakan proses pelayanan kepada masyarakat, konsep PDCA (Plan - Do Practice - Do Work - Chek - Action) dapat diterapkan dalam perbaikan proses pelayanan masyarakat berkelanjutan ini; 4) Assessment, measurement and feedback adalah penilaian dan pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh pegawai atas pelayanan yang telah diberikan kepada masyarakat. Penilaian ini menjadi dasar informasi balik kepada pegawai tentang proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki, kapan harus diperbaiki dan dimana harus diperbaiki (Gary Dessler, 2000 : 353-354).
b. Indikator Kinerja Indikator kinerja menurut Lembaga Administrasi Negara (1999 : 7) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak (impacts). Selanjutnya, LAN mendifinisikan indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan atau peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. Indikator keluaran (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator dampak (impact) adalah pengaruh
xxvii
yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan. Penatapan indikator LAN menurut LAN-RI, yaitu merupakan proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengelolaan data atau informasi untuk menentukan kinerja kegiatan, program, dan/atau kebijakan. Penetapan indikator kinerja harus didasarkan pada masukan indikator masukan (inputs), keluaran (outputs), hasil (outcomes), manfaat (benefits) dan dampak (impacts). Agus Dwiyanto (2006 : 50-51) menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu: 1) Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. 2) Kualitas layanan Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
xxviii
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat seringkali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah atau murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. 3) Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas pelayanan, dan mengembangkan
program-program
pelayanan
publik
sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan
xxix
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan denga ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan dan tujuan organisasi publik. Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula. 4) Responsibilitas Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegitan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas. 5) Akuntabilitas Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh
xxx
organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilainilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Michael Ruffner dan Joaquin Sevilla (2004 : 125) yang menyatakan sebagai berikut: “As control becomes ex post, accountability becomes more important. If decisions are audited after the fact but the audit is not made available to the public and/or if there is no body obliged to ensure corrective action is taken for non-compliance or malfeasance, then the control purpose is not being served. (Ketika fungsi pengawasan menurun, maka akuntabilitas menjadi lebih penting. Ketika keputusan untuk dilakukan pemeriksaan kepada publik berdasarkan data-data yang ada tetapi hasil pemeriksaan tidak sebagaimana adanya atau ketika tidak ada seorang pun yang membantu mengoreksi setiap kegiatan maka dapat dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran, kemudian tujuan pengawasan menjadi tidak dapat dipenuhi).
Wahyudi Kumorotomo (1996) menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain, adalah berikut ini. 1) Efisiensi Efisiensi
menyangkut
pertimbangan
tentang
keberhasilan
organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.
xxxi
2) Efektivitas Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis,
nilai,
misi,
tujuan
organisasi,
serta
fungsi
agen
pembangunan. 3) Keadilan Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-ilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. 4) Daya Tanggap Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, oraganisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini. Sementara indikator menurut Mc. Donald dan Lawton dalam Ratminto (2006:174) dikemukakan sebagai berikut, kinerja dapat
xxxii
diukur dari output oriented measures throughtput, efficiency, dan effectiveness. Jadi kinerja suatu organisasi dapat diukur dari hasil yang diorientasikan pada pengukuran efisien dan efektivitas organisasi tersebut. Menurut Selim dan Woodward dalam Ratminto (2006:174) kinerja
dapat
diukur
dari
beberapa
indikator
antara
lain
workload/demand, economy, efficiency, effectiveness, dan equity. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja dapat diukur dari beban kerja/permintaan, ekonomi, efisien, efektivitas dan kewajaran. Dengan adanya berbagai ukuran kinerja sebagaimana telah diuraikan di atas, maka kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta diukur dengan indikator efektivitas dan akuntabilitas organisasi. Indikator ini dipilih karena efektivitas dan akuntabilitas merupakan faktor yang dapat diketahui hasilnya berdasarkan pada Laporan Akuntabilitas Dinas Perhubungan tahun 2008. Dengan demikian, hasil kegiatan atau program kerja yang dilakukan sudah cukup efektif atau belum sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai dan hasil kegiatan tersebut dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah Daerah Surakarta. 2. Kerangka Pemikiran Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta merupakan kemampuan yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan
xxxiii
kepada masyarakat guna mencapai tujuan dan misi secara optimal sebagai hasilnya dan berimplikasi pada kesehatan dan kelangsungan hidup organisasi. Dengan pengukuran dan penilaian tentang kinerja ini Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsi yang diembankan kepadanya secara optimal dalam melayani masyarakat. Tugas dan fungsi Dinas Perhubungan adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sektor transportasi mempunyai peran yang penting dalam proses pembangunan karena dapat membantu kelancaran arus lalu lintas dan mobilitas penduduk maupun barang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu kawasan. Apalagi Kota Surakarta menempati posisi yang strategis sebagai simpul transportasi darat yang mencakup transportasi jalan raya maupun jalur kereta api antara lintas utara dengan lintas selatan sehingga berakibat pada kepadatan arus lalu lintas. Indikator
yang
digunakan
dalam
mengukur
kinerja
Dinas
Perhubungan Kota Surakarta ini adalah efektivitas dan akuntabilitas organisasi. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta tidak terlepas dari faktor-faktor penunjang dan penghambat serta upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kinerja
Dinas
Perhubungan
Kota
Surakarta
yang
berimplikasi terhadap keberhasilan program kerja yang telah ditetapkan sehingga apakah program kerja tersebut masih perlu diperbaiki lagi atau tidak. Adapun bagan kerangka pemikirannya adalah sebagai berikut :
xxxiv
Bagan 1 Kerangka Berpikir Visi, Misi, dan Tujuan Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Kinerja Dinas Perhubungan
Efektivitas Organisasi
Akuntabilitas Organisasi
Hasil Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta
F. Metode Penelitian Penelitian
merupakan
kegiatan
ilmiah
guna
menemukan,
mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan secara metodologis dan sistematis. Masalah pemilihan metode adalah masalah yang sangat penting dalam penelitian ilmiah, karena mutu, nilai validitas dari penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metodenya.
xxxv
Metode penelitian menurut Sugiyono pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2005: 1). Berdasarkan pengertian tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Jadi, suatu metode dipilih dengan pertimbangan keserasian obyek, tujuan, sasaran, dan variabel masalah yang hendak diteliti. Dengan demikian, metode penelitian merupakan suatu pengetahuan untuk menggali kebenaran suatu metodologis dengan sistematis dan sesuai dengan pedoman penelitian yang berlaku untuk sebuah karya tulis. Mengingat sangat pentingnya metode penelitian tersebut, maka penulis mempergunakan metode penelitian sebagai berikut. 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai kinerja bidang lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Oleh karena itu, jenis penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena dalam penelitian mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (H.B. Sutopo, 2002:111). Jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh nuansa, data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka (H.B. Sutopo, 2002: 35). Berbagai tabel juga
xxxvi
disajikan, tetapi hanya bersifat deskriptif untuk mendukung uraian kualitatif yang disajikan. Sebagian data bersifat kualitatif yang didasarkan pada pengamatan langsung ke objek penelitian dan wawancara mendalam dengan sejumlah informan dan responden. Penelitian ini berusaha memperoleh data tentang kinerja bidang lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Alasan dipilihnya lokasi ini karena dengan adanya perubahan kelembagaan dari sebelumnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjadi Dinas Perhubungan maka ada tuntutan dari masyarakat bahwa kinerja Dinas Perhubungan akan menjadi lebih baik lagi. Hal ini dikarenakan sistem lalu lintas memegang peranan penting dalam mobilitas masyarakat, terutama dalam bidang perekonomian. Selain itu, dalam hal pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada, kinerja Dinas Perhubungan juga menjadi sorotan, karena masih ada sarana dan prasarana yang belum terpelihara dengan baik atau bahkan ada rambu lalu lintas yang hilang.
3. Sumber Data HB. Sutopo (2002 : 52) mengatakan bahwa sumber data itu mencakup informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip. Dalam penelitian ini tidak
xxxvii
seluruh sumber data digunakan, tetapi ditetapkan beberapa sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, antara lain : a. Informan 1) Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta; 2) Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; 3) Kepala Seksi Bimbingan, Keselamatan dan Ketertiban; dan 4) Pegawai yang bertugas di bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta. b. Dokumen atau arsip Dokumen atau arsip yang digunakan untuk memberi gambaran mengenai kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Dokumen tersebut berupa peraturan-peraturan yang berlaku dan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Adapun data yang diperoleh melalui studi pustaka adalah buku, jurnal maupun sumber informasi lainnya yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik wawancara merupakan salah satu pengumpulan data melalui tanya jawab dengan responden (pejabat yang bertugas di Dinas Perhubungan Kota Surakarta) dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi garis besar pokok pertanyaan sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar. Penulis melakukan wawancara dengan pejabat di Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta yang ada di lokasi penelitian saat penulis melakukan penelitian. Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan narasumber antara lain (1) Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota xxxviii
Surakarta; (2) Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas; (3) Kepala Seksi Bimbingan, Keselamatan dan Ketertiban; dan (4) Pegawai yang bertugas di bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta. b. Studi Kepustakaan Yaitu pengumpulan data dengan melalui pencatatan dokumendokumen yang telah ada atau diambil catatan-catatan yang telah tersedia. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang dapat mendukung penelitian, seperti peraturan-peraturan yang berlaku, LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Dinas Perhubungan Kota Surakarta, dan beberapa buku yang dapat mendukung penelitian atau menjadi landasan dalam penelitian.
5. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik
purposive
sampling.
Peneliti
memiliki
kecenderungan untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Goetz Le Comte (dalam H.B Sutopo, 2002 : 185) menyatakan purposive sampling adalah teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data. Adapun Burhan Bungin (2003 : 51) menyatakan sampling merupakan proses pemilihan atau penentuan sampel. Sesuai dengan tujuan penelitian
xxxix
kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena itu, dalam memilih sampel untuk penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Dalam teknik purposive sampling, peneliti tidak menjadikan semua orang sebagai informan, tetapi peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan cukup memahami tentang masalah bidang lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
6. Validitas Data Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu, setiap peneliti harus dapat memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Cara pengumpulan data dengan beragam tekniknya harus benar-benar untuk menggali yang benar-benar diperlukan bagi penelitinya. Ketepatan data tersebut tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga diperlukan teknik pengembangan validitas datanya (H.B. Sutopo, 2002: 77-78). Dikatakan oleh Lexy J. Moleong (2004 : 330) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik pengembangan validitas data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Patton (dalam H.B. Sutopo,
xl
2002: 78) menyatakan bahwa ada empat macam teknik trianggulasi, yaitu trianggulasi data (data triangulation), trianggulasi peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metodologis (methodological triangulation), dan trianggulasi teoritis (theoretical triangulation). Adapun teknik yang dipakai dalam penelitian ini adalah trianggulasi data,
yaitu
peneliti
menggunakan
beberapa
sumber
data
untuk
mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling mengontrol dari data hasil wawancara dan dokumentasi dengan sumber yang berbeda, yaitu berasal dari pejabat Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan dan dokumen/arsip Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
7. Teknis Analisis Data Analisis
data
merupakan
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian (Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 2007: 15). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Penelitian ini memperoleh data berwujud kata-kata bukan rangkaian angka. Analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (H.B. Sutopo, 2002: 96). Dengan model analisis ini, analisis telah dilakukan sejak pengumpulan
xli
data. Dalam hal ini terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasinya. Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak dalam komponen analisis seperti tersebut di atas (H.B. Sutopo, 2002: 96). Ditengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga akan dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pengumpulan data selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan menggunakan waktu yang tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi penelitian untuk pengumpulan data demi kemantapan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Model Analisis Interaktif
xlii
Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi Sumber : HB. Sutopo, 2002 : 96
xliii
BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan Organisasi LLAJR sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, waktu itu bentuk organisasinya dianggap cukup memadai dengan keadaan lalu lintas waktu itu yang boleh dikatakan belum serumit sekarang ini. Pada jaman Pemerintahan Belanda organisasi LLAJR dikelola oleh apa yang dinamakan Departemen Van Verkeer on Waterstaat yang kira-kira sama dengan Departemen
Perhubungan
sekarang
ini.
Organisasi
ini
menangani
terselenggaranya Undang-Undang Lalu Lintas Jalan Raya yang pada waktu itu disebut Wig Verkeer Ordonantie. Mulai tahun 1950 bidang pekerjaan dan organisasi LLAJR dibentuk dan berada langsung di bawah Menteri Perhubungan dengan nama Bagian Lalu Lintas Jalan dan Sungai dan sekarang bernama Direktorat Perhubungan Darat. Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1958 tentang Penyerahan Urusan Lalu Lintas kepada Daerah Tingkat I, organisasi LLAJR disamping secara teknis berada di bawah Departemen Perhubungan (bagian dari Direktorat Jendral Perhubungan Darat) serta di bawah langsung Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, juga secara operasional di bawah Departemen Dalam Negeri.
xliv
Pada era Orde Baru telah dikeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan dikeluarkannya peraturan perundangan yang baru maka otomatis peraturan yang lama dinyatakan tidak berlaku. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992, kedudukan DLLAJ di daerah tingkat Kabupaten atau Kota merupakan perwakilan di tingkat Propinsi. Untuk Jawa Tengah dikeluarkan Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Dengan adanya Otonomi Daerah, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, termasuk didalamnya mengganti Dinas LLAJR menjadi Dinas LLAJ yang sekarang ini berkedudukan di Jalan Menteri Supeno Nomor 7 Surakarta. Pada tahun 2008 Dinas LLAJ Kota Surakarta mengalami perubahan menjadi Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Perubahan ini berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta.
Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta 1. VISI Visi merupakan rangkaian pertama dalam model Perencanaan Stratejik dan sekaligus merupakan cara pandang jauh akedepan tentang
xlv
kemana organisasi akan diarahkan. Sehingga visi harus dapat membantu organisasi bagaimana pelayanan harus diselenggarakan. Dengan demikian Visi harus dirumuskan atas dasar penanaman yang akurat atas dinamika kehidupan, citra dan peran organisasi serta kepekaan pada situasi yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta merumuskan Visi dan Misi sebagai berikut: VISI Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan modal transportasi sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan sektor transportasi yang berwawasan lingkungan di Kota Surakarta. Artinya, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta bercita-cita,
melalui
penyelenggaraan
pelayanan
yang
profesional
diharapkan mampu mendorong terwujudnya kesadaran masyarakat untuk berlalulintas
sesuai
dengan
peraturan
dan
norma
yang
berlaku
dimasyarakat sehingga tercipta lalu lintas yang Selamat, aman, cepat, lancar dan tertib, terhindar dari hambatan, sehingga terwujud keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas yang efisien sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya di Kota Surakarta.
xlvi
2. MISI Misi adalah suatu pernyataan komprehensif tentang tugas pokok dan fungsi organisasi, serta sasaran yang hendak dicapai dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan demikian misi sangat diperlukan dalam organisasi untuk mengarahkan program, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, agar setiap kegiatan / produk organisasi selalu mengarah kepada pencapaian visi. Adapun misi dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kota Surakarta adalah a. Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa. b. Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan tehnik dan laik jalan. c. Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas. d. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi. Dengan demikian Misi merupakan sesuatu yang harus dijalankan agar tujuan organisasi dapat tercapai dan berOutcome baik sesuai Visi yang telah ditetapkan.
xlvii
Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta bagian 1 Pasal 2 menyebutkan bahwa Dinas Perhubungan
mempunyai
tugas
pokok
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang lalu lintas, angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan. Sedangkan dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Dinas Perhubungan mempunyai fungsi : 1. Penyelenggara kesekretariatan dinas; 2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan; 3. Penyelenggara manajemen dan rekayasa lalu lintas; 4. Pengaturan angkutan orang dan barang; 5. Pembinaan usaha sarana dan prasarana teknis kendaraan dan bengkel; 6. Penyelenggara uji kendaraan; 7. Penyelenggara pengelolaan Terminal; 8. Penyelenggaraan pengelolaan Perparkiran; 9. Penyelenggaraan sosialisasi; 10. Pembinaan jabatan fungsional; 11. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
xlviii
Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta Struktur organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Walikota Kota Surakarta, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dibantu Kepala Sub Bagian untuk jelasnya dapat dilihat dalam bagan di bawah ini: Bagan 2 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta Kepala
Kelompok Jabatan Fungsional
Sekretariat
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Bidang Lalu Lintas
Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Sub Bagian Keuangan
Bidang Angkutan
Bidang Teknis Sarana dan Prasarana
Seksi Angkutan Orang
Seksi Teknik Kendaraan dan Bengkel
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Seksi Uji Kendaraan Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban
Seksi Angkutan Barang
UPTD
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
xlix
Adapun perincian tugas dari masing-masing unit organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut. 1. Kepala
Dinas
memimpin
pelaksanaan
tugas
pokok
dan
fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3. Kepala Dinas, membawahkan : a. Sekretariat; b. Bidang Lalu Lintas; c. Bidang Angkutan; d. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana; e. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); f. Kelompok Jabatan Fungsional. 2. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretariat mempunyai fungsi : a. penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.
l
b. penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan; c. penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat dibagi menjadi 3 subbagian yaitu: a. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, meliputi: koordinasi perencanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta pengelolaan sistem informasi di lingkungan dinas. b. Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan,
pengkoordinasian
penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan dinas. c. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan,
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan
li
administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan dinas. 3. Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas dan bimbingan, keselamatan dan ketertiban. Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Lalu Lintas mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Lalu Lintas dibagi menjadi 2 seksi yaitu : a. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas, meliputi: perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu lintas serta perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan.
lii
b. Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban, meliputi: penyuluhan, bimbingan keselamatan dan ketertiban kepada masyarakat di bidang lalu lintas jalan, sungai dan rel serta pemberian surat tanda nomor kendaraan tidak bermuatan dan kartu tanda kecakapan mengemudi kendaraan tidak bermotor. 4. Bidang Angkutan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang dab angkutan barang. Untuk melaksanakan tugas pokok bidang angkutan mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan barang; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Angkutan dibagi menjadi 2 seksi yang masing-masing dikepalai oleh Kepala Seksi. a. Seksi Angkutan Orang mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang, meliputi : menyiapkan saran pertimbangan dan atau petunjuk, bimbingan serta pemberian ijin pengangkutan orang, ijin usaha
liii
angkutan orang, ijin trayek, ijin operasi dan ijin insidentil serta penyiapan rencana penetapan tarif angkutan kota dan angkutan perbatasan, penyelenggaraan sub terminal dan pos tempat pemungutan retribusi angkutan kota dan angkutan perbatasan serta pengawasan penyelenggaraannya. b. Seksi Angkutan Barang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan barang, meliputi: menyiapkan saran pertimbangan dan atau petunjuk, bimbingan serta pertimbangan teknis dalam pemberian ijin pengangkutan barang, ijin usaha angkutan barang, ijin dispensasi melalui jalan kota serta pengawasan penyelenggaraannya. 5. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel serta uji kendaraan. Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Teknis Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang uji kendaraan; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
liv
Bidang Teknis Sarana dan Prasarana dibagi menjadi 2 seksi yang masingmasing dikepalai oleh Kepala Seksi. a. Seksi Teknik Kendaraan dan Bengkel mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel, meliputi: pemberian ijin usaha perbengkelan, pembinaan dan pengawasan teknis kendaraan bermotor dan tidak bermotor serta pembinaan dan pengawasan bengkel. b. Seksi Uji Kendaraan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang uji kendaraan, meliputi: pembinaan dan pengawasan, pengendalian dan pengujian kendaraan bermotor dan tidak bermotor. 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), bertugas melaksanakan pengelolaan terminal. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dikepalai oleh Kepala UPTD. 7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
lv
Keadaan Pegawai Keadaan pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta akan dibagi dalam beberapa tingkatan, meliputi distribusi pegawai masing-masing Bagian/Sub Bagian (Subbag)/UPTD, jumlah pegawai berdasarkan golongan/kepangkatan, jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah tenaga harian lepas, pegawai kontrak, seragam pegawai, dan jam kerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD Distribusi pegawai masing-masing Bagian/Subbag/UPTD termasuk didalamnya adalah pejabat struktural yang terdiri dari Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubbag), dan Kepala Seksi (Kasi), Kepala UPTD, serta staf. Berikut ini adalah gambaran distribusi pegawai masing-masing Bagian/Subbag/UPTD. Tabel 1 Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian/Subbag/UPTD No 1 2 3 4 5
Jabatan
Kepala Kasubbag/ Staf Jumlah Kasi PNS CPNS PNS+CPNS Kepala Dinas 1 1 Sekretariat 1 3 7 11 Bidang Lalu Lintas 1 2 19 22 Bidang Angkutan 1 2 25 28 Bidang Teknis Sarana 1 2 14 17 dan Prasarana UPTD 2 2 125 129 Jumlah 7 11 190 208 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lvi
Berdasarkan tabel di atas jumlah pejawabat struktural Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 18 orang, terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Subbag, Kepala UPTD, serta Kasubbag/Kasi. Sedangkan jumlah staf Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 190 orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk didalamnya staf UPTD. Jadi jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang berstatus PNS sebanyak 208 orang.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Kepangkatan Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan golongan/kepangkatan sangat bervariasi dari Gol. I sampai dengan Gol. IV. Tabel berikut ini akan menggambarkan keadaan pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan golongan/kepangkatan. Tabel 2 Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Golongan/Ruang Gol. IV b Gol. IV a Gol. III d Gol. III c Gol. III b Gol. III a Gol. II d Gol. II c Gol. II b Gol. II a Gol. I d Gol. I c Gol.Ia Jumlah
Pria 1 2 6 8 55 19 4 2 5 67 1 14 9 193 lvii
Wanita 1 1 1 11 1 15
Jumlah 2 2 7 9 66 19 4 2 5 68 1 14 9 208
Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Suarakarta Berdasarkan tingkat golongan, golongan terendah adalah I d sebanyak 1 orang dan tertinggi adalah IV b sebanyak 2 orang. Dari tabel di atas juga dapat diketahui jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin, dengan perbandingan jumlah pria lebih banyak daripada jumlah wanita yakni sebanyak 193 orang pria dan 15 orang wanita.
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan juga sangat beragam. Dari tingkat pendidikan paling rendah yakni SD sampai dengan tingkat pendidikan paling tinggi yakni S2. Untuk mengetahui lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini. Tabel 3 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Pendidikan Pria Wanita Jumlah S2 8 1 9 S1 36 6 42 D4 5 5 Sarjana Muda 2 1 3 D3 1 1 D2 1 1 SLTA 103 8 111 SLTP 17 17 SD 11 1 12 Jumlah 184 17 201 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lviii
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pendidikan rata-rata pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah SLTA dan S1, dengan komposisi jenjang SLTA sebanyak 111 orang dan jenjang S1 sebanyak 42 orang.
Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) Di samping memiliki pegawai dengan status PNS, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga memiliki pegawai dengan status Tenaga Harian Lepas (THL) yang tersebar di Subbag dan UPTD. Tabel berikut ini menggambarkan jumlah THL. Tabel 4 Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) No
SK SK SK Kadin Jumlah Subbag Walikota 1 Subbag Lalu Lintas 3 1 4 2 Subbag Teknik Sarana 3 4 7 3 Subbag Angkutan 21 10 31 4 UPTD Terminal 50 30 80 5 UPTD Perparkiran 7 1 8 Jumlah 84 46 130 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta Berdasarkan tabel di atas jumlah THL Dinas Perhubungan Kota Surakarta cukup banyak. Jumlah keseluruhan THL sebanyak 127 orang, terdiri dari 84 orang mendapatkan SK dari Walikota dan 46 orang mendapatkan SK dari Kepala Dinas.
lix
Jumlah Pegawai Kontrak Status kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta selain sebagai PNS dan THL yakni sebagai pegawai kontrak. Tabel berikut menggambarkan jumlah pegawai kontrak. Tabel 5 Jumlah Pegawai Kontrak No 1 2 3 4 5
Subbag Kontrak Subbag Lalu Lintas 13 Subbag Teknik Sarana Subbag Angkutan 16 UPTD Terminal 6 UPTD Perparkiran 62 Jumlah 97 Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Tidak berbeda dengan THL, Jumlah pegawai kontrak Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga terbilang cukup banyak dengan jumlah 97 orang. Hanya Subbag Teknik Sarana dan Prasarana yang tidak memiliki pegawai kontrak.
Jam Kerja Pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta Petugas Dinas Perhubungan Kota Surakarta memiliki jam kerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Adapun jam kerja pegawainya adalah : Umum
lx
Seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta, kecuali bagian UPTD terminal, petugas CC room, dan petugas TPR masuk 5 hari kerja mulai pukul 07.15 sampai dengan 15.30 serta hari Sabtu Minggu libur. Petugas terminal (UPTD Terminal) Pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas di UPTD terminal dibagi menjadi 4 regu dimana masing-masing regu terdiri dari 13 personil. Adapun jam kerja pegawainya dibagi menjadi 3 shif, yaitu : 1) Shif pertama masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB. 2) Shif kedua masuk pukul 14.00 – 22.00 WIB. 3) Shif ketiga masuk pukul 22.00 – 07.00 WIB. Adapun ketentuan libur untuk pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas di UPTD terminal adalah masuk kerja 3 hari mendapatkan libur 1 hari. Petugas CC room Petugas CC room bertugas untuk mengawasi kelancaran melalui CCTV yang dipasang di setiap traffic lights di daerah-daerah rawan sehingga kemacetan dapat selalu dipantau melalui ruangan tersebut. Adapun jam kerja untuk petugas CC room adalah : 1) Shif pertama masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB 2) Shif kedua masuk pukul 14.00 – 22.00 WIB
lxi
Mulai pukul 22.00 lampu traffic lights dihidupkan kuning sebagai tanpa hati-hati. Masing-masing shif ditempatkan 2 orang petugas dari Sub Din Lalin.
Petugas TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) Petugas TPR per pos terdiri dari 4 orang pegawai dan bekerja mulai pukul 06.00 – 17.00 WIB. Petugas TPR memiliki 6 hari kerja dan libur fleksibel sesuai dengan keinginan pegawai.
lxii
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta Penilaian kerja merupakan penilaian terhadap keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu organisasi. Dalam hal ini akan disajikan mengenai hasil penelitian tentang kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang berfokus pada kriteria akuntabilitas, yang juga akan dijelaskan pula mengenai faktor pendukung dan faktor penghambatnya sehingga akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat diperlukan pengkajian dan pengembangan kinerja sehingga kinerja organisasi dapat optimal. Akuntabilitas
adalah
perwujudan
kewajiban
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Dalam organisasi publik, akuntabilitas suatu institusi pemerintah adalah merupakan suatu
perwujudan
keberhasilan
atau
kewajibannya kegagalan
operasionalisasi/pelaksanaannya
untuk visi,
dalam
mempertanggungjawabkan misi,
institusi
strategi, yang
maupun
bersangkutan.
Pertanggungjawaban ini umumnya adalah dilakukan terhadap stakeholders atau pejabat publik yang dipilih masyarakat (elected officials). Akuntabilitas
lxiii
berkenaan
dengan
pencapaian
misi
pertanggungjawaban organisasi.
keberhasilan
akuntabilitas
dan
kegagalan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan wewenang atau amanah tersebut terhadap faktor eksternal organisasi yaitu stakeholders atau elected officials. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai berikut: “Memang dalam setiap instansi pemerintah ada mekanisme pertanggungjawaban program kerja yang telah dilaksanakan, yang biasanya kita sebut dengan akuntabilitas kinerja dinas dan dalam hal ini adalah dinas perhubungan. Pertanggungjawaban terhadap seluruh program kerja dinas kita laporkan kepada pemerintah daerah Kota Surakarta, yaitu kepada Walikota dan DPRD. Program kerja ini tertuang dalam bentuk LAKIP ”.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta menghasil kegiatan yang telah ditetapkan tersebut kemudian dipertanggungjawabkan oleh dinas perhubungan kepada pemerintah daerah Kota Surakarta (Walikota dan DPRD). Hasil kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah kegiatan yang dilakukan selama satu tahun, yaitu dimulai pada bulan Januari sampai dengan Desember. Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan merupakan penjabaran dari rencana strategis (Renstra) yang kemudian dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja). Pertanggungjawaban kegiatan selama satu tahun tersebut dituangkan dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah).
lxiv
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan bahwa: “Kegiatan yang dilakukan oleh dinas berdasarkan pada rencana strategis (Renstra) yang kemudian dispesifikkan menjadi rencana kerja (Renja) untuk periode satu tahun yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan Desember. Rencana kerja yang dilakukan selama satu tahun tersebut kemudian dipertanggungjawabkan kepada pemerintah daerah (Walikota dan DPRD) yang dituangkan dalam bentuk LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)”.
Akuntabilitas dilihat sebagai salah satu indikator untuk melihat kinerja suatu organisasi, dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta apakah kinerjanya baik atau buruk. Akuntabilitas organisasi dapat diukur dari tercapainya tujuan dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta, ketersediaan anggaran, dan peningkatan sumber daya manusia. Apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, yaitu tercapainya kelancaran lalu lintas dan menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas, maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan dalam organisasi berjalan efektif. Dalam mencapai tujuan tersebut setiap organisasi harus dapat mengenali kondisi-kondisi yang dapat menghalangi tercapainya tujuan organisasi. 1. Efektivitas organisasi a. Tercapainya tujuan organisasi, yaitu kelancaran arus lalu lintas Kinerja Dinas Perhubungan dapat terlihat dari kelancaran arus lalu lintasng ada di wilayah kerjanya. Di wilayah Kota Surakarta dapat dilihat dari arus lalu lintas di jalan-jalan di di Kota Surakarta. Saat ini, Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki penduduk yang cukup
lxv
padat, yang tentunya juga mempengaruhi kepadatan arus lalu lintas menjadi terganggu. Dinas Perhubungan Kota Surakarta berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu menyangkut kelancaran arus lalu lintas. Transportasi mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam mendorong dan menggerakkan pembangunan daerah, terutama sebagai sarana penunjang kegiatan perekonomian. Tujuan Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah terwujudnya lalu lintas angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan modal transportasi
sebagai
pendorong,
penggerak
dan
penunjang
pembangunan sektor transportasi yang berwawasan lingkungan di Kota Surakarta. Hal ini dapat terlihat dari semakin padatnya lalu lintas di Kota Surakarta seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin pesat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan sebagai berikut. ”Dinas Perhubungan, khususnya bidang lalu lintas Kota Surakarta mempunyai tugas utama dalam mengatur lalu lintas sehingga arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya kelancaran lalu lintas, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian” (wawancara, tanggal 30 Desember 2009).
Kota Surakarta merupakan kota yang mengalami perkembangan sangat pesat sehingga terdapat beberapa kawasan yang pada jam-jam tertentu
lxvi
mengalami kemacetan dan kawasan yang macet tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi. Kemacetan arus lalu lintas adalah keadaan dimana kendaraan bermotor mengalami kesulitan dalam bergerak untuk melalui suatu segmen jalan tertentu. Adapun kawasan tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 6 Kawasan Macet di Surakarta No. 1.
Kawasan Macet Kawasan Pasar Klewer
Jam Sibuk 10.00 – 17.00 WIB
2.
Kawasan Coyudan
12.00 – 21.00 WIB
3.
Depan Pasar Kadipolo dan Pasar Kembang
06.00 – 12.00 WIB
4.
Kawasan Singosaren Plaza
18.00 – 21.00 WIB
5. 6.
Simpang Nonongan dan Jl. Slamet Riyadi Jl. Yos Sudarso
12.00 – 13.00 WIB 09.00 WIB
7
Rel KA Pasar Nongko
pagi dan sore hari
8
Depan Mangkunegaran
pagi dan siang hari
Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat kawasan-kawasan tertentu yang memiliki tingkat kepadatan pada jamjam tertentu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada pusat-pusat kegiatan ekonomi terjadi kepadatan lalu lintas.
lxvii
Selain pada kawasan tersebut di atas, terdapat beberapa lokasi di Surakarta, antara lain yaitu di jembatan penghubung antara Kandangsapi dengan Mojosongo. Pada daerah tersebut cukup padat sekitar jam 06.00 hingga menjelang jam 07.00 WIB, sehingga sering terjadi kemacetan. Daerah lain yang juga terjadi kepadatan lalu lintas adalah daerah Ngemplak. Kepadatan terjadi pada jam-jam masuk sekolah. Kendaraan yang melewati tempat tersebut juga kebanyakan anak-anak sekolah, baik yang berangkat dengan kendaraan sendiri atau diantar. Di tambah lagi, dengan adanya kendaraan besar dari arah Purwodadi yang sebagian melalui Ngemplak serta bus dari arah terminal menuju ke kota-kota Surabaya, Sragen, Tawangmangu, dan daerah selatan seperti Wonogiri yang juga melalui Ngemplak. Dengan adanya kepadatan lalu lintas tersebut, maka Dinas Perhubungan melakukan suatu tindakan untuk mengurai kemacetan tersebut dengan melakukan pengendalian lalu lintas. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sri Baskoro, Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut. ”Untuk mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan-kawasan yang memang langganan macet, kita melakukan pengendalian lalu lintas. Pengendalian lalu lintas lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan biaya yang banyak. Tindakan yang kita lakukan biasanya berupa pemasangan lampu lalu lintas ataupun mengatur tentang masalah perparkiran.
lxviii
Pengendalian lalu lintas merupakan cara yang praktis dan mudah serta membutuhkan biaya yang relatif lebih murah. Dalam hal-hal tertentu teknik pengendalian lalu lintas membutuhkan biaya mahal. Hal tersebut cenderung akibat pemanfaatan teknologi tinggi dan biaya pemeliharaan. Pada tahap ini pihak Dinas Perhubungan melakukan beberapa tindakan, yaitu: 1) Pemasangan lampu lalu lintas Penggunaan persimpangan untuk mengalirkan arus lalu lintas dari berbagai arah mengakibatkan persimpangan menjadi lokasi terhimpunnya titik konflik yang cukup banyak yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya kecelakaan, tundaan, serta berbagai masalah lalu lintas lainnya. Sesuai dengan pendapat dari Bapak Sri Baskoro, Kabid Lalu Lintas sebagai berikut : “Pemasangan rambu lalu lintas dipersimpangan dimaksudkan terutama untuk mengurangi terjadinya kecelakaan mengingat persimpangan merupakan jalan dari berbagai arah sehingga perlu sekali dilakukan pemasangan rambu lalu lintas”.
Cara yang praktis untuk meminimasi titik konflik tersebut adalah dengan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
lxix
Area Traffic Control System). Hal ini dimaksudkan untuk mengatur dan mengendalikan pergerakan lalu lintas, memperlancar arus lalu lintas serta mencegah/mengurangi terjadinya kecelakaan. Adapun rambu lalu lintas yang dipasang pada tahun 2008 adalah sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 7 Rekap Rambu Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Jalan Jl. Slamet Riyadi Jl. Sudirman Jl. Urip Sumoharjo Jl. Kol. Sutarto Jl. Ir Sutami Jl. Kenanga Jl. Melati Jl. A Yani Jl. Terntara Pelajar Jl Ki Hajar Dewantara Jl. Gatot Subroto Jl. Jamsaren Jl. Veteran Barat Jl. Haryo Panular Jl. Setyaki Jl. Adi Sucipto Jl. Suprapto Jl. Adi Sumarmo (1) Jl. Ki Mangun Sarkaoro Jl. Sumpah Pemuda Jl. Mayor Ahmadi Jl. Ring Road Jl .Kutai Raya Jl Tulang Bawang
Perintah 25 0 6 2 5 0 0 20 6 4 1 0 0 0 0 14 5 0 2 8 0 4 0 0
lxx
Rambu Larangan Perintah 40 31 5 2 12 10 4 15 6 4 0 0 0 0 32 32 4 4 4 2 3 0 1 0 0 0 0 0 1 0 20 8 3 3 0 0 3 1 2 2 1 0 3 3 0 0 0 0
Petunjuk 35 2 8 4 4 0 0 12 2 0 3 1 0 0 1 7 0 0 1 4 2 2 0 0
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Jl. Ir Juanda Jl. Kapt Mulyadi Jl. Mayor Kusmanto Jl Kahar Muzakir (1) Jl Brigjen Sudiarto Jl. Wahid Hasyim Jl. Yos Sudarso (1) Jl. Dewi Sartika Jl. Veteran Jl. Bayangkara Jl. Dr Rajiman (1) Jl Joko Tingkir Jl Kol Sugiyono Jl Monginsidi Jl. Gajahmada Jl. Honggowongso Jl Muh Yamin Jl Yos Sudarso (2) Jl. Pakubuwono Jl. Aln-Alun Utara Jl. Kyai Gede Jl. Supit Urang Jl Rajiman (2) Jl Kebangkitan Nasional Jl. Musum Jl Samanhudi Jl Agus Salim Jl Perintis Kemerdekaan Jl Hasanudin Jl. Hasyim Ashari Jl. Utara Masjid Agung Jl. Samping BCA Gladak Jl. Dr Wahidin Jl Dr Moewardi Jl. Menteri Supeno Jl. MH Tamrin Jl. KS Tubun Jl Krakatau Jl. Sam Ratulangi Jl. MT Haryono Jl Setya Budi Jl Tagore Jl Kapten Tendean Jl Singosari Jl Popda Jl Hasanudin Jl Depok Jl RM Said
14 18 0 0 14 2 12 0 14 11 1 0 1 2 2 3 1 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 1 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 3 1 0 0 1 1 0 0 3
lxxi
11 10 3 2 7 1 7 0 12 5 4 2 5 5 3 10 1 14 4 9 1 9 16 0 2 1 8 1 3 4 5 0 2 7 4 1 0 0 0 8 3 3 8 0 0 5 1 7
2 0 0 0 2 1 8 1 2 3 0 2 2 4 2 1 8 0 1 0 2 5 3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
6 5 1 1 3 0 1 0 4 2 0 0 4 4 2 3 0 0 0 4 2 2 4 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 2 1 0 7 0 0 5 1 1 3 1 0 2 0 5
73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Jl Ciptomangunkusumo Jl Dr Sutomo Jl Kalitan Jl Yosodipuro Jl Imam Bonjol Jl Ronggowarsito Jl Wora Wari Jl Dr Supomo Jl Kartini Jl Diponegoro Jl Teuku Umar Jl Ahmad Dahlan Jl Sutan Syahrir Jl Saharjo Jl Arifin (1) Jl Sugiyopranoto Jl Kusumoyudan Jl Lumban Tobing Jl Suryopranoto Jl Arifin (2) Jl Abdul Muis Jl Kawasan Monumen Banjarsari Jl S Parman (1) Jl Abdul Rahman Jl R Saleh Jl S Parman (2) Jl Panjaitan Jl Letjen Sutoyo Jl Jaya Wijaya (1) Jl Tangkuban Perahu Jl Brigjen Katamso Jl RE Martadinata Jl Gotong royong Jl Cikroaminoto Jl Suryo Jl Prof. Yohanes Jl Cut Nyak Dien Jl Mayor Sunaryo Jl Demangan Jl Sambas Jl Untung Suropati Jl Sampangan Jl Kyai Mojo Jl Kahar Muzakir (2) Jl Serang Jl Kapten Patimura Jl Pangeran Wijil Jl Kalilarangan (Selatan Rajiman-
2 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 1 0 0 3 0 2 0 0 0
lxxii
5 1 2 12 2 5 1 1 2 2 3 3 8 6 8 3 5 2 2 0 0 5 15 2 4 0 6 3 2 0 2 6 2 7 5 1 1 1 2 2 4 1 6 0 4 1 1 2
2 1 0 4 0 1 0 0 0 0 0 0 1 4 6 0 3 0 1 0 0 0 3 0 3 0 5 3 1 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 6 1 5 1 0 1 0 1 0 7 0 4 3 2 0 1 0 0 0 4 1 0 0 2 4 0 1 1 1 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0
122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140
Coyudan) Jl Gajah Suranto Jl Reksosinten Jl AM Sangaji Jl Gajahan Jl Yudistira Jl Sadewo Jl Joko Tingkir Jl Transito Jl Prof Dr Soeharso Jl Basuki Rahmad Jl Kahuripan Utama Jl Adi Sumarmo (2) Jl Mr. Sartono Jl Walanda Maramis Jl Kerinci Jl Samping / Belakang Bonoloyo Jl Jayawijaya (2) Jl Sumpah Pemuda Nayu (Utara SMP 18) Jl Dukuhan Ayu (Selatan SMP 1)
0 0 0 0 0 0 0 1 9 0 0 0 6 0 0 0 0 0
2 1 1 0 1 1 2 1 4 2 0 1 6 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 262
0 5400
0 211
226
1239
Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Selain pemasangan rambu lalu lintas, untuk dapat memantau keadaan lalu lintas di Kota Surakarta juga dilengkapi dengan CCTV. CCTV yang sudah dipasang ada sebanyak 29 buah, yang terdiri dari 7 (tujuh) buah CCTV Doom (3600) dan CCTV Fixed (satu arah) sebanyak 22 (dua puluh dua) buah. Adapun pemasangan CCTV di Kota Surakarta dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 8 Pemasangan CCTV No. Jumlah
Lokasi Pemasangan
lxxiii
Keterangan
1
1
Kleco (dari arah Barat Jl. Slamet Riyadi
Fixed
2
2
Panggung (Jl. Kol. Sutarto)
Fixed
3
3
Kota Barat (Jl. dr. Muwardi)
Fixed
4
4
Tirtonadi (Jl. Ahmad Yani)
Fixed
5
4
Balapan (Jl. Monginsidi)
Fixed
6
4
Sangkrah (Jl. Sungai Sambas)
Fixed
7
4
Manahan (Jl. Ahmad Yani)
Fixed
8
1
Panggung (Jl. Kol. Sutarto)
CCTV Doom
9
1
Simpang Kleco
CCTV Doom
10
1
Simpang Kerten
CCTV Doom
11
1
Simpang Gendengan
CCTV Doom
12
1
Simpang Nonongan
CCTV Doom
13
1
Simpang Gladag
CCTV Doom
14
1
Simpang Telkom (Jl. Jend. Sudirman)
CCTV Doom
Sumber : Bagian Lalu Lintas Dishub Surakarta
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan kamera CCTV di lokasi-lokasi yang rawan
lxxiv
kemacetan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dan memantau daerah-daerah yang rawan kemacetan di Surakarta. 2) Larangan parkir Parkir yang dilakukan dipinggir jalan mengakibatkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas ataupun untuk membatasi arus lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut: “Sebenarnya pihak Dinas Perhubungan sudah menentukan tempat-tempat yang dilarang untuk parkir kendaraan, tetapi mungkin karena masyarakat inginnya serba praktis sehingga ketentuan ini tidak diindahkan sehingga masyarakat tetap saja parkir di tempat tersebut. Sebagai contohnya, pihak dinas sudah menyediakan fasilitas parkir khusus untuk kendaraan umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah ditentukan oleh pihak dinas”.
Dengan demikian, perlu dipertimbangkan penerapan suatu bentuk kebijaksanaan parkir untuk mengendalikannya. Hal yang dilakukan adalah dengan menyediakan fasilitas parkir khusus untuk kendaraan umum, misalnya taxi pada ruas-ruas jalan yang telah ditentukan oleh pihak Dinas Perhubungan Surakarta.
lxxv
3) Andalalin (Analisis Dampak Lalu Lintas) Andalalin tersebut diperlukan mengingat semakin berkembangnya kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan serta adanya penurunan kinerja lalu lintas akibat adanya pembangunan atau pengembangan kawasan di daerah Kota Surakarta. Selain itu juga karena adanya peningkatan volume lalu lintas dan pejalan kaki serta kebutuhan akan ruang parkir. Oleh karena itu, untuk dapat melaksanakan pengembangan suatu kawasan harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan. Hal yang sangat penting yang harus dilakukan selain mengenai analisis dampak lingkungan adalah mengenai analisis dampak lalu lintas. Sebagaimana yang diterangkan oleh Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta yang menyatakan bahwa : “Andalalin sangat dibutuhkan dalam kegiatan lalu lintas di Kota Surakarta, mengingat perkembangan kota Surakarta yang begitu cepat sehingga pada sebagian ruas jalan di Kota Surakarta terjadi kemacetan lalu lintas”.
Selanjutnya Bapak Sri Baskoro menjelaskan, sebagai contohnya adalah Pembangunan Solo Grand Mall yang tidak
lxxvi
mengindahkan Andalalin sebagaimana yang disaran oleh pihak Dinas Perhubungan. Akibatnya terjadi kemacetan di sepanjang Jalan Slamet Riyadi pada jam-jam sibuk (pagi, siang, dan sore hari), karena taxi parkir di ruang manfaat jalan. Selain itu juga lokasi parkir yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan yang ada sehingga pengunjung memarkir kendaraan di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Disamping itu juga antrean lalu lintas di Jalan Slamet Riyadi yang disebabkan karena mobil yang masuk ke Solo Grand Mall berhenti di pintu masuk untuk membayar retribusi parkir terlebih dahulu. b. Menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam melakukan tugasnya, yaitu selain mengatasi kemacetan lalu lintas juga melakukan pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas ini, selain memasang lampu rambu lalu lintas juga memasang tanda rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan tanda rambu lalu lintas ini dimaksudkan untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas. Selain dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas, penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas juga dikarenakan saat ini masyarakat mulai meningkat kesadarannya tentang berlalu lintas. Hal ini karena pihak Dinas Perhubungan secara rutin ada program sosialisasi tertib lalu lintas, yaitu tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar.
lxxvii
Sebagaimana pendapat dari Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Surakarta sebagai berikut: “Saat ini bisa dikatakan jumlah pelanggaran lalu lintas ada penurunan. Hal ini dikarenakan warga masyarakat mulai menyadari pentingnya disiplin dalam berlalu lintas. Ini tidak terlepas dari sosialisasi yang kita lakukan secara rutin, terutama tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar”.
Pendapat senada juga dijelaskan oleh Bapak Joko Pramono selaku Kasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang mengatakan sebagai berikut: Kita memang rutin melakukan sosialisasi lalu lintas, terutama bagi pengendara kendaraan bermotor mengenai sabuk keselamatan dan pemakaian helm standar bagi pengendara sepeda motor. Hal ini kita lakukan supaya masyarakat semakin menyadari pentingnya memakai atribut keselamatan tersebut dan memang hasilnya cukup menggembirakan karena secara tidak langsung juga berdampak pada penuruan jumlah pelanggaran lalu lintas”.
lxxviii
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dinas perhubungan secara rutin melakukan sosialisasi terutama bagi pengendara kendaraan bermotor tentang bagaimana berkendara yang aman di jalan raya. Dengan adanya sosialisasi yang rutin dilakukan oleh Dinas Perhubungan, maka dapat dikatakan ada penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas. Penurunan jumlah pelanggaran ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari untuk berdisiplin dalam berlalu lintas. Merupakan kebutuhan nyata untuk mengatasi persoalan agar tetap eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah sangat cepat. Upaya untuk menanggulangi perubahan-perubahan baik eksternal maupun internal agar organisasi dapat mengantisipasi berbagai tantangan dan perkembangan yang semakin sulit dan kompleks ialah harus mempersiapkan diri dan secara terus menerus melakukan perubahanperubahan kearah perbaikan. Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu pola yang konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kinerja yang berorientasi kepada pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah menetapkan pernyataan Visi dan Misi. Hal ini dimaksudkan agar semakin jelas arah dan tujuan Dinas Perhubungan berperan dalam birokrasi Pemerintah Daerah Kota Surakarta. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Yosca Herman S. selaku Kepala Dishub Kota Surakarta sebagai berikut:
lxxix
”Ya, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi kita berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Visi dan misi ini dapat dikatakan sebagai tolak ukur dalam menjalankan programprogram organisasi sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan kegiatan organisasi berdasarkan pada visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan pada visi dan misi organisasi. Adapun Visi dan Misi Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Visi : Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang Selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan moda transportasi sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan sektor transportasi yang berwawasan lingkungan di Kota Surakarta.
Misi : 1. Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa. 2. Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan teknik dan laik jalan.
lxxx
3. Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas. 4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi. Tabel 9 Tujuan dan Sasaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta SASARAN
CARA MENCAPAI TUJUAN DAN
TUJUAN
SASARAN URAIAN
1. Lancarnya lalu lintas 2. Tersedianya alat angkutan sesuai kebutuhan
INDIKATOR
1. Terwujudnya
1. Tercapainya
1. Mengembangkan sistem
Peningkatan
transportasi
Lintas
transportasi
Pelayanan
perkotaan
Sarana
Lalu
Lintas yang baik alat
kebutuhan
alat
distribusi orang,
efektif dan efisien
3. Meningkatnya
barang dan jasa.
3. Tercapainya sarana
keakurasian
angkutan
yang
2. Terpenuhinya
transportasi
jalan
kesadaran wajib
yang
uji
persayaratan teknis laik jalan
melaksanakan uji kendaraan 4. Terwujudnya kawasan lalu lintas
tertib
a. Program
kelancaran Lalu
pemerataan
untuk
PROGRAM
sistem managemen
2. Adanya
3. Meningkatnya
KEBIJAKAN
memenuhi
4. Meningkatnya
angkut
hasil uji 4. Menurunnya
2. Meningkatkan kualitas
Prasarana Aparatur
pelayanan
b. Program
transportasi
Pembangunan
3. Pengembangan
Prasarana dan
sumber
daya
jumlah
manusia
dan
pelanggaran lalu
teknologi
lintas
dan
Fasilitas Perhubungan c. Program Rehabilitasi &
ketaatan pengguna
Pemeliharaan
jalan
Prasarana
terhadap
peraturan
&
Fasilitas LLAJ
perundang-
d. Program
undangan
peningkatan pelayanan angkutan e. Program pengendalian pengamanan lalu lintas.
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surakarta
lxxxi
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Dalam mencapai tujuan dan sasaran ini, ditentukan indikator-indikatornya sebagai tolak ukur program kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran dan kegiatan. Pengukuran dengan menggunakan indikator kinerja pada level sasaran digunakan untuk menunjukkan secara langsung kaitan antara sasaran dengan indikator kinerjanya, sehingga keberhasilan sasaran berdasarkan rencana kinerja tahunan yang ditetapkan dapat dilihat dengan jelas. Selain itu, untuk memberikan penilaian yang lebih independen melalui indikator-indikator outcomes atau minimal outputs dari kegiatan yang terkait langsung dengan yang diinginkan. Dalam rangka mengetahui kinerja instansi Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan penilaian kinerja tahun 2008. Penilaian kinerja ini dimulai dengan menentukan indikator kinerja dan variabelnya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator Masukan (input), Keluaran (output), Hasil (outcome), Manfaat (benefit) dan Dampak (impact). Indikator Masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator
lxxxii
ini dapat berupa dana, SDM, informasi, kebijaksanaan/Peraturan Perundangundangan, dan sebagainya. Indikator Keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dan suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non fisik. Indikator Hasil (outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator Manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dan pelaksanaan kegiatan. Indikator Dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan. 1. Pengadaan kendaraan dinas/operasional a) Pengadaan 2 (dua) unit motor dinas, 1 (satu) unit dump truck. Adapun indikator Masukan (input,) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya motor dinas dan dump truck. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan pelayanan pada masyarakat. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yang penting bagi masyarakat agar ketertiban lalu lintas lebih meningkat, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan. b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil dinas perparkiran. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk
lxxxiii
Keluaran (output) adalah tersedianya mobil dinas operasional. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan pelayanan pada masyarakat. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu ketertiban lalu lintas
lebih
meningkat,
dan
Dampak
(impact)
yaitu
dapat
meningkatkan kinerja petugas. 2. Sosialisasi kebijakan dibidang perhubungan Bintek/Pembinaan
Teknis
dasar-dasar
kelalulintasan
Dinas
Perhubungan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena adanya jumlah dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya SDM (Sumber Daya Manusia) yang memenuhi kualitas. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu peningkatan kinerja serta peningkatan pelayanan dan kemampuan teknis. Serta mempunyai
Manfaat (benefit) yaitu
kemampuan, kualitas teknis dan administrasi dalam pelayanan masyarakat lebih optimal, dan Dampak (impact) yaitu kekurangan kemampuan teknis pegawai dapat ditingkatkan.
3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya Pelaksanaan
pengendalian,
penertiban
dan
kelancaran
serta
pengawalan lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pelaksanaan
lxxxiv
pengendalian, penertiban dan kelancaran serta pengawasan lalu lintas) meningkatnya kinerja petugas lalu lintas. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu meningkatnya ketertiban dan kelancaran serta mengurangi volume kecelakaan lalu lintas. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu pengguna jalan dapat lebih tertib dan merasa lebih nyaman dan aman, dan Dampak (impact) yaitu meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap petugas institusi 4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan Kajian manajemen lalu lintas. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu memudahkan dalam penerapan sistem transportasi. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu manajemen lalu lintas lebih tertata dan mengurangi tingkat kesemrawutan dalam lalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu angka kecelakaan dan kemacetan lalu lintas dapat teratasi.
5. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pelayanan Jasa Angkutan Pemeliharaan/Pengadaan Prasarana dan Sarana Lalu Lintas dan alat komunikasi. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (pemeliharaan/pengadaan prasarana
dan
sarana
lalu
lxxxv
lintas
dan
alat
komunikasi),
terpeliharanya/tersedianya sarana lalu lintas berupa APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas), Rambu, Traffic cone, Alat Komunikasi, Repeater, Flashing, Zoss, dan RPPJ (Rambu Penunjuk Pengguna Jalan). Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu terpeliharanya/tersedianya prasarana dan sarana lalu lintas. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu meningkatnya ketertiban pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan, kemacetan dan meningkatnya pelayanan terhadap pengguna jalan. 6. Sosialisasi/Penyuluhan ketertiban lain dan angkutan Lomba tertib lalu lintas angkuta kota. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah (lomba tertib lalu lintas angkutan) ketertiban yang lebih terkendali baik dari segi pengguna jalan dan administrasi. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan dan dapat memberikan kesadaran bagi pengguna jalan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu ketertiban lalu lintas lebih baik dan terkendali, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi angka kecelakaan dan administrasi lebih baik. 7. Pengadaan rambu-rambu lalu lintas Pengadaan APILL ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Area Traffic Control System). Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah tersedianya
lxxxvi
APILL ATCS. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu ketertiban lalu lintas terkendali dan mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu peningkatan ketertiban dan disiplin berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu peningkatan kinerja persimpangan dan mengurangi angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas. 8. Pengadaan Marka Jalan Pengecatan Marka Jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah terwujudnya marka jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu meningkatnya disiplin dalam berlalu lintas dan mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu pembinaan/perlindungan terhadap pengguna jalan, dan Dampak (impact) yaitu pengguna jalan lebih tertib dalam berlalu lintas.
9. Pengadaan Pagar Pengaman Terwujudnya median jalan. Adapun indikator Masukan (input) hal ini karena tersedianya dana. Sedangkan untuk Keluaran (output) adalah terwujudnya median jalan. Dengan adanya Masukan (input) dan Keluaran (output), maka akan mendapatkan Hasil (outcome) yaitu mengurangi angka kecelakaan. Serta mempunyai Manfaat (benefit) yaitu kenyamanan
lxxxvii
pengguna jalan dalam berlalu lintas, dan Dampak (impact) yaitu mengurangi tingkat pelanggaran dalam berlalu lintas. Berdasarkan program kerja di bidang lalu lintas yang telah direncanakan di atas, maka dilakukan evaluasi dan análisis akuntabilitas kinerja rencana tingkat capaian. Adapun evaluasi dan análisis akuntabilitas kinerja rencana tingkat capaian adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Pengadaan kendaraan dinas/operasional a) Pengadaan motor dinas dan mobil dump truck. Adapun indikator Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 285.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah tersedianya 2 (dua) unit motor dinas dan 1 (satu) unit dump truck dan Hasil (outcome) adalah adanya realisasi pengadaan kendaraan dinas/operasional. b) Pengadaan 1 (satu) unit mobil operasional parkir pick up. Adapun indikator Masukan (input) adalah dana sebesar Rp 100.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah tersedianya 1 (satu) unit mobil operasional dan Hasil (outcome) adalah terealisasinya pengadaan 1 (satu) unit mobil operasional parkir pick up. 2. Kegiatan sosialisasi kebijakan di bidang perhubungan Bintek dasar-dasar kelalulintasan DLLAJ. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 180.000.000,-. Sedangkan Keluaran (output) adalah adanya sumber daya manusia yang mampu melaksanakan tugas teknis sebanyak 100 orang. Adapun Hasil (outcome) adalah
lxxxviii
terealisasinya peningkatan keterampilan pegawai secara teknis sebanyak 100 orang. 3. Kegiatan Pengendalian Disiplin Pengoperasian Angkutan Umum di Jalan Raya Pelaksanaan
pengendalian,
penertiban
dan
kelancaran
serta
pengawalan lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 354.000.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah terlaksananya pelaksanaan pengendalian, penertiban dan kelancaran pengawalan lalu lintas serta Hasil (outcome) adalah terealisasinya kegiatan pengendalian penertiban dan kelancaran serta pengawalan lalu lintas di jalan raya. 4. Pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan Kajian manajemen lalu lintas. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana kegiatan kajian manajemen lalu lintas. Keluaran (output) adalah tersedianya laporan hasil studi manajemen lalu lintas. Sedangkan Hasil (outcome) adalah terealisasinya studi manajemen lalu lintas. 5. Kegiatan Pengembangan sarana dan prasarana jasa angkutan Pemeliharan/pengadaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 735.675.342. Keluaran (output) adalah terpeliharanya prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi. Adapun Hasil (outcome) adalah terealisasinya kegiatan pemeliharaan prasarana dan sarana lalu lintas dan alat komunikasi. 6. Kegiatan sosialisasi/penyuluhan ketertiban lalin dan angkutan
lxxxix
Lomba tertib lalu lintas angkutan kota. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 75.000.000,-. Keluaran (output) adalah terlaksananya penilaian lomba lalu lintas dan angkutan kota. Sedangkan Hasil (outcome) adalah terealisasinya pelaksanaan lomba lalu lintas dan angkutan kota. 7. Kegiatan pengadaan rambu-rambu lalu lintas Pengadaan APILL ATCS. Indikator Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 4.057.562.500. Sedangkan Keluaran (output) adalah terpasangnya APILL di 10 titik simpang. Adapun Hasil (outcome) adalah pemasangan APILL di 10 titik simpang. 8. Kegiatan pengadaan marka jalan Pengecatan marka jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 623.040.000,-. Adapun Keluaran (output) adalah tersedianya marka jalan seluas 4670 m2. Sedangkan Hasil (outcome) adalah marka jalan yang telah tersedia seluas 4670 m2. 9. Kegiatan Pengadaan Pagar Pengaman Pembangunan median jalan. Masukan (input) adalah tersedianya dana sebesar Rp 151.500.000. Keluaran (output) adalah terwujudnya median jalan sepanjang 500 m1. Hasil (outcome) adalah terealisasinya median jalan sepanjang 500 m1.
2. Akuntabilitas organisasi
xc
Tujuan pemerintah, dalam hal ini pemerintah kota Surakarta adalah melayani
kebutuhan
masyarakat
dengan
sebaik-baiknya,
yang
dilaksanakan dengan pembentukan dinas untuk melaksanakan program kerja. Salah satu dinas yang ada di lingkungan pemerintahan Kota Surakarta adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Kinerja dinas tersebut tidak dapat diukur dengan rasio-rasio yang biasa didapatkan dari sebuah laporan keuangan seperti return on investment, jumlah sumber daya yang digunakan atau rasio pendapatan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan. Hal ini disebabkan karena dalam kinerja pemerintah tidak
ada
“net
profit”.
Kewajiban
pemerintah
untuk
mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan sehubungan dengan hasil dari program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompokkelompok masyarakat yang memang ingin menilai kinerja pemerintah. Pelaporan keuangan pada instansi pemerintahan pada umumnya hanya menekankan pada pertanggungjawaban apakah sumber daya yang diperoleh sudah digunakan sesuai dengan anggaran atau perundangundangan yang berlaku. Dengan demikian, pelaporan keuangan yang ada hanya memaparkan informasi yang berkaitan dengan sumber pendapatan pemerintah, bagaimana penggunaannya dan posisi keuangan pada saat itu. Adapun alokasi dan realisasi anggaran Dinas Perhubungan Kota Surakarta bidang lalu lintas adalah sebagai berikut: 1. Alokasi APBD Dishub Tahun 2008 Berdasar Program Kerja
xci
1.1 Program Peningkatan Sarana&Prasarana Aparatur Rp 792.763.000 1.2 Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
Rp 2.331.760.342
1.3 Program Pengendalian dan Pengamanan Lalulintas
Rp 4.832.102.500
JUMLAH
Rp 7.956.625.842
2. Realisasi APBD Dishub Tahun 2008 2.1 Pendapatan 2.2 Anggaran Pendapatan Asli Daerah
Rp 7.504.800.000
2.3 Realisasi Pendapatan Asli Daerah
Rp 6.950.448.800
2.4 Lebih/Kurang
(Rp 554.351.200)
2.5 Belanja 2.6 Anggaran Belanja
Rp 9.355.492.000
Realisasi Belanja
Rp 8.636.623.952 (Rp 718.868.048)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
(Rp 164.516.848)
Sedangkan perbandingan keberhasilan atau kegagalan realisasi pencapaian target adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan Realisasi Pencapaian Target Tahun 2008 dengan Tahun 2007 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Dishub Kota Surakarta Th 2008 sebesar Rp 6.950.488.800 dibanding dengan realisasi Th 2007 sebesar
xcii
Rp
6.755.107.690
terdapat
kenaikan
sebesar
2.70%
atau
Rp 177.662.660. 2. REALISASI PENCAPAIAN TARGET PAD TAHUN 2008 Realisasi PAD tahun 2008 tercapai sebesar Rp 6.950.488.800 atau sebesar 92,61% dari target yang ditentukan yaitu sebesar Rp 7.504.800.000.
Berdasarkan pada indikator kinerja dan tingkat capaian di atas, maka dapat diketahui bahwa program kerja yang dilakukan telah sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini berarti bahwa berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan dapat diketahui hasil kerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Berdasarkan hasil kinerja tersebut, yang dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2008 dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarrta. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ibu Anastasia Tri Rahayu Warastuti, selaku Kasubbag Umum dan Kepegawaian yang mengatakan sebagai berikut: “Ya, memang benar kita melakukan pengukuran kinerja organisasi yang dituangkan dalam LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah). Hal ini kita lakukan untuk mengetahui program kerja yang telah ditetapkan apakah program kerja tersebut berhasil atau tidak. LAKIP ini juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban instansi kepada pemerintah daerah terhadap kinerja organisasi selama tahun
xciii
2008. Dengan adanya hasil kerja tersebut kemudian dapat dilakukan evaluasi terhadap kinerja Dinas Perhubungan”.
Hal diatas sesuai dengan pendapat dari Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai berikut: “Untuk melakukan evaluasi kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta, kita membuat penilaian kinerja Dinas terlebih dahulu. Penilaian kinerja ini berdasarkan pada visi, misi dan tujuan dinas. Berdasarkan pada ketiga hal tersebut kemudian jabarkan dalam bentuk sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan kemudian ditentukan indikator-indikator dari setiap sasaran program”.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta membuat suatu penilaian kinerja berdasarkan pada visi, misi, dan tujuan dinas. Penilaian kinerja organisasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari program kerja yang telah ditetapkan, apakah program kerja yang ditetapkan tersebut berhasil atau tidak dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, kemudian dilakukan evaluasi kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan dari program tersebut.
xciv
Setiap organisasi dalam menjalankan program kerjanya tidak selalu berhasil. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kinerja organisasi untuk mengetahui apakah program kerja yang sudah ada akan terus dilanjutkan atau diganti dengan program kerja yang lain. Untuk itu, dapat dikatakan keberhasilan atau kegagalan suatu program kerja dapat dijadikan sebagai indikator kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bapak Didik Setyanto, selaku Kasubag Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan yang mengatakan sebagai berikut: “Memang benar, dengan adanya penilaian kinerja organisasi maka kita dapat mengetahui keberhasilan maupun kegagalan program kerja yang sudah ditentukan. Keberhasilan atau kegagalan dari program yang ditetapkan ini kemudian sebagai bahan evaluasi terhadap program kerja yang telah dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui program kerja yang telah dilakukan apakah akan dilanjutkan ataukah akan diperbaiki lagi dengan menyusun program baru. Dalam pelaksanaan program kegiatan instansi pemerintah, perlu suatu akuntabilitas, sehingga transparansi kinerja pemerintah dapat terwujud, yang dapat mendukung pelaksanaan good governance. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab
xcv
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Sedangkan kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategis instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi. Akuntabilitas ini biasanya dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Tahunan pada setiap instansi pemerintahan (LAKIP), termasuk dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Accontability is essential for the efficient function of the bureaucracy especially as it is the primary and major implementation arm of government. Accountability acts as a quality control device for the public service and so the public as citizens and consumers in the public realm can expect to receive the best service (Akuntabilitas merupakan esensi untuk efisiensi fungsi
xcvi
birokrasi,
terutama
sebagai
sumber
utama
pelaksanaan
pemerintah.
Akuntabilitas merupakan kualitas kontrol dalam pelayanan publik dan juga publik sebagai masyarakat dan konsumen dalam realitas publik mengharapkan untuk menerima pelayanan yang terbaik (Agara Tunde dan Olarinmoye Omobolaji, 2009 : 17). Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan salah satu lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pokok urusan pemerintahan di bidang lalu lintas angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan mempunyai misi di bidang pelayanan publik, utamanya di bidang lalu lintas. Adapun salah satu misi tersebut adalah menyelenggarakan manajemen dan rekayasa lalu lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban lalu lintas. Laporan
akuntabilitas
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban
pemerintah kepada masyarakat yang telah memberikan mandat untuk menjalankan roda pemerintahan. Laporan akuntabilitas yang diberikan harus menggambarkan pelaksanaan kinerja pemerintah yang berfokus masyarakat selama
periode
yang
telah
ditentukan
serta
nantinya
dapat
dipertanggungjawabkan oleh seorang Kepala Daerah/Pimpinan Instansi sebagai hasil pelaksanaan kinerja organisasinya. Agar dapat bermanfaat bagi para pemakai baik pihak internal maupun eksternal organisasi/instansi, LAKIP disusun secara periodik pada akhir tahun anggaran. Menurut Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, penyusunan LAKIP harus dilandasi dengan pengertian dan kesadaran bahwa laporan akan dapat bermanfaat bagi tumbuh dan
xcvii
berkembangnya praktik-praktik akuntabilitas kinerja di lingkungan instansi pemerintah. Mengingat LAKIP merupakan media pertanggungjawaban dan juga menjadi bahan evaluasi untuk menilai kinerja instansi pemerintah, maka LAKIP harus dibuat secara tertulis dan disampaikan secara periodik. LAKIP tersebut harus disampaikan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. LAKIP disampaikan melalui mekanisme pelaporan yang melibatkan pihak yang berwenang membuat dan menerima LAKIP, serta pengguna LAKIP, perangkat pemerintah, perangkat pemerintah kabupaten/kota, dan lembaga/badan lainnya yang dibiayai dari anggaran negara. Berdasarkan penyusunan dan penyampaian LAKIP di atas, maka LAKIP yang dibuat oleh Dinas Perhubungan sebagai satuan kerja atau unit kerja pemerintah daerah Kota Surakarta disampaikan kepada kepala pemerintah daerah (Walikota) sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan program organisasi. Bentuk laporan tersebut merupakan mekanisme yang harus dipenuhi
oleh
Dinas
Perhubungan
Kota
Surakarta
dalam
mempertanggungjawabkan pelaksanaan program kegiatan selama satu tahun berdasarkan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Berdasarkan SKPD inilah semua program kegiatan dinas perhubungan dilaksanakan. Hasil pelaksanaan
kinerja
organisasi
secara
keseluruhan
ini
kemudian
dipertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah (Walikota Surakarta) dan terakhir kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Adapun mekanisme
xcviii
pertanggungjawaban kegiatan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut: Bagan 3 Mekanisme Pertanggungjawaban Dinas Perhubungan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Perhubungan Kota Surakarta
Walikota Surakarta
DPRD
Dalam LAKIP juga meliputi akuntabilitas keuangan yang menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk analisis mengenai capaian indikator kinerja instansi. Anggaran yang digunakan adalah berdasarkan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk pelaksanaan program kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara keseluruhan. Penggunaan dana anggaran ini juga dipertanggungjawabkan dalam LAKIP tahun 2008. Keberhasilan dan kegagalan program kerja yang telah dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan hasil kinerja Dinas selama satu tahun, yaitu pada tahun 2008. Dengan adanya hasil tersebut maka dapat dikatakan secara keseluruhan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan yang telah dicapai oleh Dinas Perhubungan dalam pelaksanaan kerjanya. Dengan
xcix
demikian, dapat dikatakan secara umum walau sudah banyak peningkatan dalam pelayanan masyarakat masih diperlukan kerja keras lagi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
B. Faktor
penghambat
maupun
penunjang
dalam
kinerja
Dinas
Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta Dalam setiap melakukan kegiatan organisasi tidak terlepas dari hambatan atau kendala yang mungkin ditemui selama pelaksanaan program tersebut. Hambatan atau kendala merupakan hal biasa yang ditemui dalam setiap melakukan sesuatu termasuk dalam hal ini adalah hambatan kinerja organisasi. Hambatan yang sering ditemui biasanya adalah masalah Sumber Daya Manusia, keterbatasan anggaran ataupun hambatan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Bapak Ongko Prasetyo sebagai Kepala Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas sebagai berikut: “Kalau kita melakukan suatu kegiatan ya pastilah ada hambatan atau kendala yang kita temui. Hambatan yang biasanya terjadi ya, sumber daya manusia termasuk salah satu. Kita harus mengakui itu, karena memang masih banyak pegawai kita yang belum mengikuti pelatihan diklat-diklat teknis kelalulintasan. Selain itu, keterbatasan anggaran yang ada di Dinas Perhubungan juga menjadi kendala, karena dengan dana yang terbatas kita menjadi tidak bisa maksimal untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja organisasi. c
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas juga menjadi hambatan kinerja organisasi, karena hal ini berarti program sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas belum berhasil. Selain itu, juga seringnya rambu-rambu lalu lintas yang sudah dipasang hilang. Hal ini juga mengakibatkan sarana dan prasarana yang sudah ada harus diganti dengan yang baru, yang berarti pihak Dinas harus melakukan pemasangan rambu kembali.
Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa hambatan yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah masalah sumber daya manusia, keterbatasan anggaran, kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas, dan sering hilangnya sarana dan prasarana lalu lintas, dalam hal ini adalah rambu-rambu lalu lintas. Hambatan-hambatan ini merupakan hambatan yang biasa ditemui oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta berkaitan dengan kinerja organisasi. Dengan adanya hambatan tersebut, maka pihak Dinas Perhubungan juga melakukan suatu usaha untuk mengatasi hambatan tersebut. Setiap hambatan yang ditemui pasti ada cara-cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam mengatasi hambatan yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
ci
Sebagaimana pernyataan dari Bapak Ongko Prasetyo, selaku Kepala Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas sebagai berikut: “Ya, pastilah kita melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatanhambatan yang ada. Adapun cara untuk mengatasi tersebut adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia, yaitu dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat-diklat teknis kelalulintasan. Kemudian kita juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan operasi dan penertiban, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas. Usaha lain yang kita lakukan adalah melakukan optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas serta optimalisasi sarana dan prasarana yang sudah ada saat ini. Usaha-usaha yang kita lakukan ini merupakan usaha yang sering dilakukan oleh Dinas untuk mengatasi hambatan atau kendala yang ada”.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan usaha-usaha untuk mengatasi hambatan yang ada. Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah meningkatkan sumber daya manusia dengan mengirim pegawai untuk mengikuti diklat-diklat teknis kelalulintasan, melakukan koordinasi dengan instansi lain, misalnya kepolisian dalam menindak pelanggaran lalu lintas, melakukan optimalisasi pelayanan dan pengendalian lalu lintas, dan optimalisasi sarana dan prasarana yang ada.
cii
Kota Surakarta adalah suatu Kota yang juga mempunyai permasalahan transportasi yang kompleks sebagai akibat dari perkembangan kota yang cukup pesat. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan transportasi khususnya bidang lalu lintas dan angkutan jalan, maka Pemerintah Kota Surakarta mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka menciptakan suatu sistem transportasi di wilayah Surakarta yang memadai, efisien, cepat, aman, dan nyaman serta terjangkau oleh daya beli masyarakat sehingga akan memberikan manfaat bagi semua pihak. Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal dalam penyelenggaraan
lalu
lintas,
maka
perlu
diselenggarakan
secara
berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan merata pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesarbesarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat. Oleh karena itu, peranan Dinas Perhubungan sangat penting sekali dalam hal mobilitas kendaraan di Kota Surakarta, terutama mengenai kemacetan lalu lintas akibat dari perkembangan kota yang semakin pesat. Kinerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dikatakan telah efektif. Namun demikian, tetap ada faktor yang menjadi penghambat dalam peningkatan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut.
ciii
1. Sumber Daya Manusia yang belum memenuhi profesionalisme kualifikasi diklat Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang memberikan sumbangan besar terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi. Implementasi tugas pegawai dalam kesehariannya merupakan suatu manifestasi positif antar berbagai unit atau bidang yang ada dalam organisasi di mana unsur pegawai sebagai aset penting organisasi menjadi motor penggerak putaran roda organisasi yang memiliki kontribusi terhadap perkembangan organisasi di masa yang akan datang. Sumber daya manusia/personil yang ada pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi profesionalisme berkualifikasi Diklat, seperti : a) Diklat Penyidik Pegawai Negeri Sipil b) Diklat Analisa Dampak Lalu Lintas (Andalin) c) Diklat Penguji Kendaraan Bermotor (PKB) d) Diklat Manajemen Lalu Lintas e) Diklat Manajemen Terminal f) Diklat Manejemen Angkutan Perkotaan Khusus PNS berkualifikasi penguji yang memiliki jenjang strata penyelia sangat terbatas sehingga perlu adanya peningkatan jenjang pendidikan teknis dari stata pelaksana ditingkatkan ke strata pelaksana lanjutan selanjutnya dari jenjang strata pelaksana lanjutan ditingkatkan ke strata penyelia.
civ
2. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas Meskipun pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta sudah melakukan sosialisasi tentang tertib berlalu lintas tetapi masyarakat masih tetap belum ada kesadaran tentang pentingnya dalam berlalu lintas. Meskipun secara kuantitas dapat dikatakan terjadi penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas, tetapi secara kualitas masyarakat masih belum memiliki kesadaran dalam berlalu lintas. Misalnya, masyarakat masih sering parkir di badan jalan, padahal sebenarnya tempat tersebut tidak boleh untuk tempat parkir. 3. Rambu yang dipasang sering hilang Rambu-rambu lalu lintas merupakan alat untuk mengatur ketertiban lalu lintas. Rambu-rambu lalu lintas dipasang di tempat-tempat strategis yang memang rawan kemacetan sehingga perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu tersebut. Akan tetapi pada kenyataannya, rambu-rambu tersebut sering hilang karena diambil atau memang sengaja dicopot oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini juga bisa disebabkan karena kurangnya pengawasan dari pihak Dinas Perhubungan terhadap sarana dan prasarana yang ada. 4. Keterbatasan anggaran Keterbatasan anggaran merupakan masalah yang biasa dihadapi oleh setiap organisasi dalam mengembangkan kinerja organisasi. Alokasi anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah Kota Surakarta kepada Dinas
Perhubungan
masih
terbatas
cv
sehingga
untuk
melakukan
pengembangan program atau kegiatan maupun melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada dapat dilakukan secara maksimal. Adapun untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan beberapa hal antara lain : 1. Memberdayakan SDM dan mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan banyak hal. Diantaranya dengan memberikan kesempatan kepada pegawai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk meningkatkan keahliannya. Dengan demikian, kualitas dari pegawai di Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat meningkat. Untuk dapat mencapai kinerja yang lebih efektif dan lebih produktif, maka dibutuhkan SDM yang berpengalaman dalam bidangnya dan ahli. Hal ini dikarenakan dengan ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat menjadi lebih efektif dan produktif, karena setiap pegawai dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta memiliki inisiatif agar bagaimana pekerjaan mereka itu menjadi efektif dan produktif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (a) Mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah untuk mengirimkan personil sesuai dengan kebutuhan ke diklat-diklat teknis; (b) Menugaskan karyawan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia baik
cvi
melalui pendidikan ataupun seminar; dan (c) Mengadakan kerjasama dengan Dinas Perhubungan Tingkat, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Instansi terkait untuk mengadakan Bimbingan Teknis dasar-dasar kelalulintasan. Selain itu, dalam upayanya mencapai kinerja yang efektif dan produktif, Dinas Perhubungan Kota Surakarta mengadakan pelatihanpelatihan kepada pegawainya guna meningkatkan kualitas dari SDMnya. Selain itu juga mengikutkan pegawainya ke dalam pendidikan atau bea siswa yang diadakan oleh kantor pusat. Adapun program-program yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM yaitu sebagai berikut: (a) Diklat Pimpinan Dinas Perhubungan Kabupaten/Kota; (b) Diklat Penyidik Pegawai Negeri Sipil; (c) Diklat Perencanaan Transportasi; (d) Diklat Manajemen Transportasi; (e) Diklat Manajemen Lalu Lintas; (f) Diklat PKB (Penguji Kendaraan Bermotor); (g) Diklat Jaringan Transportasi; (h) Diklat Andalalin (Analisis Dampak Lalu Lintas); (i) Diklat Manajemen Terminal; (j) Diklat APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas); (k) Diklat Kalibrasi Alat Uji PKB; (l) Diklat Angkutan Umum; (m) Diklat Penyegaran PKB; dan (n) Diklat Manajemen Persimpangan. Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga memberikan pertemuanpertemuan yang harus diikuti oleh seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta guna meningkatkan kinerjanya. Adapun pertemuan tersebut yaitu PPKP (Program Peningkatan Kemampuan Pegawai). PPKP ini dilaksanakan 2 kali dalam sebulan. Dimana PPKP ini berguna untuk
cvii
meningkatkan kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga untuk menjalin keakraban antara pegawai satu dengan pegawai lainnya. 2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan operasi dan penertiban terhadap Kendaraan Bermotor Wajib Uji maupun pelanggaran lalu lintas lainnya. Transportasi meliputi kepentingan masyarakat dari semua golongan. Penyelenggaraannya juga melibatkan berbagai instansi. Penyelenggaraan tugas instansi tersebut juga tidak terlepas dari sistem penyelenggaraan transportasi. Oleh karena itu, dalam penetapan suatu aturan tidak tertutup kemungkinan intervensi kuat dari banyak pihak maupun lembaga. Dalam melakukan kegiatan organisasi, Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan kerja sama dengan instansi lain. Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan keselamatan di jalan (misalnya : penggunaan sabuk keselamatan, penggunaan helm standar, penggunaan perlengkapan kendaraan, kelaikan jalan, dan lain-lain) adalah sebagai berikut: a) Operasi kelaikan jalan dan kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor yang dilakukan bersama-sama dengan SATLANTAS, UPPD Propinsi Jawa Tengah Wilayah Surakarta, Jasa Raharja dan Pengadilan Negeri Surakarta. b) Penegakan hukum penggunaan sabuk keselamatan yang dilakukan secara gabungan dengan SATLANTAS.
cviii
c) Penegakan hukum penggunaan helm keselamatan dan kampanye yang dilakukan secara gabungan bersama Satlantas Poltabes. d) Pemasangan portabel, spanduk, pembagian leaflet dan brosur berisi himbauan tertib berlalu lintas, dilakukan bersama-sama dengan Satlantas Poltabes Surakarta. e) Pekan keselamatan transportasi darat, dilakukan bersama-sama dengan Satlantas Poltabes Surakarta. f) Fasilitasi,
sosialisasi
peraturan
perundang-undangan
(kesemua
kecamatan di Surakarta), dilakukan dalam Tim Gabungan Pemerintah Kota. 3. Optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang bertujuan antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan yang terjadi pada setiap ruas jalan, persimpangan dan jaringan jalan. Hal ini dilakukan untuk mengatur ketertiban lalu lintas supaya tidak terjadi kemacetan yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk. Pengendalian lalu lintas merupakan cara yang praktis dan mudah serta membutuhkan biaya yang relatif lebih murah. Dalam hal-hal tertentu teknik pengendalian lalu lintas membutuhkan biaya mahal. Hal tersebut cenderung akibat pemanfaatan teknologi tinggi dan biaya pemeliharaan. Adapun tindakan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta
cix
adalah pemasangan lampu lalu lintas, larangan parkir maupun pengendalian lokasi parkir. 4. Optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini Sarana dan prasarana lalu lintas sangat diperlukan guna mengatasi kemacetan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Sarana dan prasarana lalu lintas yang sudah ada sekarang ini benar-benar dijaga dan dipelihara dengan baik. Hal ini dikarenakan rambu yang dipasang sering hilang. Selain juga karena kurangnya kesadaran masyarakat ikut memiliki fasilitas jalan. Meskipun demikian, pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta tetap melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana lalu lintas yang ada saat ini. Optimalisasi terhadap sarana dan prasarana lalu lintas dikarenakan keterbatasan anggaran untuk pembelian sarana dan prasarana lalu lintas sehingga terhadap peralatan yang sudah ada saat ini digunakan semaksimal mungkin dan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat yang sudah ada. Optimalisasi sarana dan prasarana ini tidak lepas dari keterbatasan anggaran yang ada sehingga sarana dan prasarana yang sudah ada dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.
cx
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta selama tahun 2008 dapat dikatakan cukup bagus. Meskipun dalam pelaksanaan program kerja yang telah ditetapkan tidak selalu berhasil. Kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat diketahui berdasarkan: a. Efektivitas organisasi. Hal ini dapat diketahui dari tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Adapun tujuan tersebut adalah tercapainya kelancaran lalu lintas dan menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas. Kelancaran lalu lintas merupakan tujuan utama dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta karena dengan kelancaran arus lalu lintas akan memudahkan mobilitas penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kota Surakarta merupakan kota yang mengalami perkembangan sangat pesat sehingga terdapat beberapa kawasan yang memiliki tingkat kepadatan pada jamjam tertentu. Oleh karena itu, untuk mempelancar arus lalu lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan beberapa tindakan, yaitu (1) pemasangan lampu lalu lintas, terutama pada titik-titik persimpangan jalan; (2) larangan parkir pada tempat-tempat tertentu, misalnya pada ruas-ruas jalan utama yang dapat mengakibatkan kemacetan dan (3)
cxi
analisis dampak lingkungan (andalalin) perlu dilakukan mengingat perkembangan pembangunan atau pengembangan kawasan di Kota Surakarta sehingga harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan, salah satunya adalah mengenai analisis dampak lalu lintas. Adapun tujuan lainnya adalah menurunnya jumlah pelanggaran lalu lintas. Usaha yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta untuk mengurangi
jumlah
pelanggaran
lalu
lintas
adalah
dengan
dilakukannya pemasangan rambu-rambu lalu lintas, yaitu memasang rambu lalu lintas dan memasang tanda rambu-rambu lalu lintas. Selain itu, penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas juga dikarenakan saat ini masyarakat mulai meningkat kesadarannya dalam berlalu lintas. Hal ini karena pihak Dinas Perhubungan secara rutin ada program sosialisasi tertib lalu lintas, yaitu tentang penggunaan sabuk keselamatan dan helm standar. b. Akuntabilitas organisasi Laporan akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban yang berisi gambaran pelaksanaan kinerja pemerintah yang berfokus masyarakat selama
periode
yang
dipertanggungjawabkan
telah
ditentukan
oleh
seorang
serta
Kepala
nantinya
dapat
Daerah/Pimpinan
Instansi sebagai hasil pelaksanaan kinerja organisasinya. Akuntabilitas keuangan menyajikan alokasi dan realisasi anggaran bagi pelaksanaan tupoksi atau tugas-tugas lainnya, termasuk analisis mengenai capaian indikator
kinerja
instansi.
cxii
Anggaran
yang
digunakan
adalah
berdasarkan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan untuk pelaksanaan program kegiatan terutama untuk pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana lalu lintas serta biaya operasional organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian, dapat dikatakan secara umum sudah banyak peningkatan dalam pelayanan masyarakat akan tetapi masih diperlukan kerja keras lagi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
2. Faktor
penghambat
dan
cara
mengatasi
hambatan
untuk
meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Bidang Lalu Lintas Kota Surakarta Kinerja dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat dikatakan sudah cukup baik. Namun demikian, tetap ada faktor yang menjadi penghambat dalam peningkatan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Hambatan tersebut adalah sebagai berikut. a. Sumber daya manusia/personil yang ada pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta dari segi kualitas belum memadai khususnya segi profesionalisme berkualifikasi Diklat, misalnya diklat penyidik PNS. Selain itu, khusus PNS berkualifikasi penguji yang memiliki jenjang strata penyelia sangat terbatas sehingga perlu adanya peningkatan jenjang pendidikan teknis dari stata pelaksana ditingkatkan ke strata pelaksana lanjutan selanjutnya dari jenjang strata pelaksana lanjutan ditingkatkan ke strata penyelia.
cxiii
b. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas. Meskipun secara kuantitas ada penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas, tetapi secara kualitas masyarakat masih belum memiliki kesadaran dalam berlalu lintas. Misalnya, masyarakat masih sering parkir di badan jalan, padahal sebenarnya tempat tersebut tidak boleh untuk tempat parkir. c. Rambu yang dipasang sering hilang. Banyaknya rambu-rambu lalu lintas yang hilang karena diambil atau memang sengaja dicopot oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengawasan dari pihak Dinas Perhubungan terhadap sarana dan prasarana yang ada. d. Keterbatasan anggaran. Alokasi anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah Kota Surakarta kepada Dinas Perhubungan masih terbatas sehingga untuk melakukan pengembangan program atau kegiatan maupun melengkapi sarana dan prasarana yang belum ada dapat dilakukan secara maksimal. Adapun untuk mengatasi hambatan tersebut Dinas Perhubungan Kota Surakarta melakukan beberapa hal antara lain : a. Memberdayakan SDM dan mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan terus berupaya meningkatkan kondisi SDM secara bertahap. Untuk meningkatkan kinerja, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (1) mengusulkan ke Badan Kepegawaian Daerah untuk mengirimkan personil sesuai dengan kebutuhan ke diklat-diklat teknis, (2) menugaskan karyawan
cxiv
untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia baik melalui pendidikan ataupun
seminar;
(3)
mengadakan
kerjasama
dengan
Dinas
Perhubungan Tingkat, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Instansi terkait
untuk
mengadakan
Bimbingan
Teknis
dasar-dasar
kelalulintasan. Selain itu, juga dilakukan pelatihan-pelatihan atau diklat-diklat
bagi
seluruh
pegawai
Dinas
Perhubungan
guna
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. b. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan operasi dan penertiban terhadap Kendaraan Bermotor Wajib Uji maupun pelanggaran lalu lintas lainnya. Kerjasama ini dilakukan dengan instansi lain, yaitu dengan Poltabes Surakarta, SATLANTAS, UPPD Propinsi Jawa Tengah Wilayah Surakarta, Jasa Raharja dan Pengadilan Negeri Surakarta. c. Optimalisasi pelayanan penertiban dan pengendalian lalu lintas. Pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah untuk mengatur ketertiban lalu lintas supaya tidak terjadi kemacetan yang biasa terjadi pada jam-jam sibuk. Selain itu, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga melakukan pengendalian lalu lintas, yaitu dengan pemasangan lampu lalu lintas, larangan parkir maupun pengendalian lokasi parkir. d. Optimalisasi sarana dan prasarana yang ada saat ini. Optimalisasi terhadap sarana dan prasarana lalu lintas dikarenakan keterbatasan anggaran untuk pembelian sarana dan prasarana lalu
cxv
lintas sehingga terhadap peralatan yang sudah ada saat ini digunakan semaksimal mungkin dan dilakukan pemeliharaan terhadap alat-alat yang sudah ada.
B. Saran Dengan melihat hasil penelitian di atas, penulis mengajukan saran yang diharapkan dapat berguna untuk lebih meningkatkan kinerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perlunya dilakukan pelatihan-pelatihan atau diklat-diklat kerja secara continue atau berkesinambungan bagi seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta sehingga akan lebih meningkatkan profesionalisme kerja para pegawai dalam mendukung kinerja organisasi secara keseluruhan. 2. Pihak Dinas Perhubungan Kota Surakarta harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap sarana dan prasarana lalu lintas sehingga sarana dan prasarana yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik dan terhadap rambu-rambu lalu lintas yang sudah terpasang tidak akan sering hilang. 3. Perlunya meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, misalnya kepolisian sehingga ada kerjasama yang baik dengan instansi lain dalam hal penegakan hukum, khususnya dalam hal ini adalah terhadap pelanggaran lalu lintas.
cxvi
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto, 2006, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. A.P Mangkunegara, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Cetakan Ketiga), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. Chaizi Nasucha, 2004, Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktek, Jakarta, Grasindo. Dessler, Gary, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Prenhalindo: Jakarta. Harbani Pasolong, 2007, Teori Administrasi Publik, Bandung, Alfabeta. H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, Surakarta, UNS Press. Lembaga Administrasi Negara, 1999, Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor: 589/IX/6/Y/99, Tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Jakarta. Lexy J. Moleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 2007, Analisis Data Kualitatif, Jakarta, UI Press. Ratminto&Atik Septi, 2006, Manajemen Pelayanan, Yogyakarta, Putaka Pelajar. Ruffner, Michael dan Joaquin Sevilla, 2004, “Public Sector Modernisation: Modernising Accountability and Control”, OECD Journal on Budgeting Volume 4 - No.2 - ISSN 1608-7143, www.google.com. Sri Budi Cantika Yuli, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Malang, UMM Press. Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta.
cxvii
Suyadi Prawirosentono, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan Kinerja Karyawan. 1999. Yogyakarta : BPFE. Tunde, Agara dan Olarinmoye Omobolaji, 2009, “Ethics and Accountability in Nigeria’s Public Service: An Historical Overview”, Journal of Public Administration and Policy Research, Vol.1 (1) pp. 011-018 May. Wahyudi Kumorotomo, 1996, ”Meningkatkan Kinerja BUMN: Antisipasi Terhadap Kompetisi dan Kebijakan Deregulasi”, JKAP No.1, Yogyakarta.
cxviii