perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURAKARTA DALAM OPTIMALISASI ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS BERBASIS INTELLIGENT TRANSPORT SYSTEM (APILL-ITS)
Disusun Oleh : IMMANUEL TEGUH PRAYOGO D 0107065
SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-NYA, sebab Dia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5 : 7) “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu dalamtingkah lakumu, dalam kasihmua, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4 : 12) “Pengetahuan diperoleh dengan membaca buku-buku, tetapi yang lebih penting dipelajari ialah pengetahuan tentang dunia, yang hanya diperoleh dengan mempelajari manusia dan segala sesuatu tentang mereka.” Lord Chesterfield, “Letters to his Son” “Don’t look a chance by your self but make a chance by your self” (Penulis)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh hormat skripsi ini kupersembahkan kepada : Bapa Jesus yang selalu memberikan hikmah dan pertolonganNya. Bapak dan ibuku yang selalu mencurahkan kasih sayangnya sepanjang hidupku, selalu memberikan motivasi dalam meraih mimpi-mimpiku, selalu berdoa demi kesuksesanku. Adikku Dalu dan Dwi yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan doa. Keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu mendukungku. BBB Comunity (Yohana, Liza, Lia dan Jul) yang senantiasa menemani, memberikan semangat dan doanya selama kuliah. Sahabat-sahabatku (@ wisma rizky & wisma wury) yang selalu menemani dan membantuku. Almamater AN ’07 yang tidak pernah terlupakan. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
STRATEGI DINAS PERHUBUNGAN KOTA
SURAKARTA DALAM OPTIMALISASI ALAT PEMBERI ISYARAT LALU
LINTAS
BERBASIS
INTELLIGENT
TRANSPORT
SYSTEM
(APILL-ITS). Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada: 1. Ibu Dra. Retno Suryawati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Drs.Yosca Herman Soedradjad, MM selaku Kepala Dinas Perhubungan Surakarta, Bapak Sri Baskoro, SH., M.si selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, Bapak Joko Pramono, SE., MM selaku Kasi Manajemen
Rekayasa
Lalu
Lintas,
Bapak
Ari
Wibowo
selaku
Koordinator CCRoom dan staf lain Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang telah berpartisipasi. 3. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang dan kesabaran yang tiada habisnya dan tidak tergantikan untuk setiap dukungan dan doa restu yang tidak pernah putus. 4. Kepada Adikku Dalu dan Dwi atas doa dan dukungannya 5. Kepada
semua
rekan-rekanku
angkatan
sepenanggungan menuntut ilmu di fisip UNS commit to user
vii
2007
yang
telah
senasib
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Surakarta, November 2011 Penulis
Immanuel Teguh P D 0107065
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………........
i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….........
ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………..........
iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………......... iv HALAMAN MOTTO………………………………………………….......
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………….......
vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………...... viii DAFTAR ISI……………………………………………………………..... xi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….... xii DAFTAR TABEL.....…………………………………………………….... xiii ABSTRAK……………………………………….……………………....... xiv ABSTRACT…………………………………….………………………..... xv BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………
1
A. Latar Balakang Masalah………………….…………………...... 1 B. Rumusan Masalah…………………………….……………....... 10 C. Tujuan……………………………………….………………...... 10 D. Manfaat………………………………………….…………....... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 12 A. Kajian Teori……………………………………………….......... 12 1. Strategi ……………………………………….……….......... 12 2. Optimaliasasi……………………………………….……...... 20 3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) ...………………………..... 21 1.1. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) ……….... 21 1.2 Intellegent Transport System (ITS)………………..... 23 1.3 APILL ITS………………………………………....... 30 4. Strategi Dinas Perhubungan Kota Suarakarta dalam Optimalisasi APILLcommit ITS………………………..................... 31 to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………..... 32 BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 34 A. Bentuk Penelitian……………………………………………...... 34 B. Lokasi Penelitian……………………………………………...... 35 C. Sumber Data…………………………………………………..... 36 D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………...... 37 E. Teknik Pengumpulan Sampel……………........................…....... 38 F. Validitas Data………………………………………………....... 39 G. Tehnik Analisis Data….…………………………….………...... 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
42
A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………...……....... 42 1. Kota Surakarta …………………………………………….... 42 1.1 Letak Geografi………………………………………...... 42 1.2 Kependudukan..……………………………………... .... 43 1.3 Potensi Wilayah……………..………………………...... 44 1.4 Transportasi……………..…………………………….... 45 1.5 APILL ITS Kota Surakarta…………………………....... 47 2. Dinas Perhubungan Kota Surakarta………………………..... 61 2.1 Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan ……………......
61
2.2 Visi dan Misi ………………………………………....... 62 2.3 Tugas dan Fungsi…………………………………….....
64
2.4 Struktur Organisasi…………………………………......
66
2.5 Keadaan Pegawai…………………………………….....
73
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan……………………………..... 78 1. Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi APILL ITS……………………………………... 78 1.1 Sosialisasi dan Layanan Informasi kepada masyarakat
78
1.2 Pemeliharaan dan Pengembangan APILL ITS.….…....... 88 1.3 Pengembangan Sumber Daya Manusia……………….... 95 1.4 Monitoring dan Kendali Simpang…………………….... 101 commitOptimalisasi to user 2. Faktor yang Memengaruhi APILL ITS……...... 106
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1 Faktor Pendukung ……………………………………… 106 2.2 Faktor Penghambat …………………………………….. 110 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………… 117 A. Kesimpulan…………………………………………………....... 117 B. Saran…………………………………………………………..... 120 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....... 122 LAMPIRAN………………………………………………………….......... 125
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Konsep ITS …………………………………………………... 25 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran…………………………………………...
33
Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) ………...
41
Gambar 4.1 Pusat Kontrol APILL ITS Kota Surakarta (CCRoom) ……...
55
Gambar 4.2 Kamera dan Hasil Pantauan ………………………………...
56
Gambar 4.3 Passenger info di Halte BST………………………………...
57
Gambar 4.4 VMS Pangung dan Kerten…………………………………...
58
Gambar 4.5 Pelican Crossing di Purwosari……………………………....
59
Gambar 4.6 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta…....
66
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Surakarta Tahun 2006-2010 ……………………………………………..
Tabel 1.2
8
Data Kecelakaan dan Lokasi Rawan Kemacetan Kota Surakarta …………………………………………………......
9
Tabel 2.1
Pentahapan Penerapan ITS berdasarkan Klasifikasi Kota…………
28
Tabel 2.2
Skema ITS di Indonesia………………………………………...
29
Tabel 4.1
Panjang dan Lebar Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2009 – 2011………………………………..
46
Tabel 4.2
Kondisi jalan Kota Surakarta Tahun 2011…………………...
47
Tabel 4.3
Titik Lokasi up-grade APILL ITS 2006 – 2010……………..
54
Tabel 4.4
Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian………………….
73
Tabel 4.5
Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan………
74
Tabel 4.6
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan…………..
75
Tabel 4.7
Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) dan Pegawai Kontrak ...
76
Tabel 4.8
Jadwal Pelaksanaan Sosialisasi APILL ITS di Kota Surakarta
82
Tabel 4.9
Jadwal Layanan informasi kepada masyarakat………………
87
Tabel 4.10 Pengembangan APILL ITS tahun 2006-2011………………..
94
Tabel 4.11 Anggaran APILL ITS tahun 2006-2011……………………...
95
Tabel 4.12 Data Petugas dan Pengembangan SDM CCRoom Th 2011....
100
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK IMMANUEL TEGUH PRAYOGO. D0107065. Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta Dalam Optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Berbasis Intellegent Transport System (APILL-ITS). Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011, 124 Halaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL-ITS) dan faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pendorong dan penghambat optimalisasi APILL-ITS. Konsep strategi dalam penelitian ini adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Kota Surakarta. Dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling), penulis mengumpulkan data dengan wawancara mendalam dan dokumentasi. Dalam hal uji validitas data penulis menggunakan teknik trianggulasi data sehingga informasi dari nara sumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari nara sumber yang lain. Sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis interaktif. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat empat strategi yang diterapkan strategi dalam optimalisasi APILL ITS yaitu sosialisasi dan layanan informasi kepada masyarakat, pemeliharaan dan pengembangan APILL ITS, pengembangan sumber daya manusia, serta monitoring dan kendali simpang. Masing-masing strategi pada umumnya sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi pada startegi sosialisasi masih belum maksimal karena lingkup sosialisasi masih terbatas pada lokasi tertentu yakni sekolah-sekolah dan pada pengembangan teknologi masih terbatas pada anggaran. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan adanya faktor-faktor yang memengaruhi strategi optimalisasi tersebut. Faktor tersebut meliputi, faktor pendukung keberhasilan strategi yaitu adanya komitmen baik dari pemerintah pusat dan daerah dalam penerapan APILL ITS di Kota Surakarta. Sudah adanya prasarana lalu lintas yang modern juga mendukung penerapan APILL ITS begitu pula adanya pengembangan sumber daya manusia untuk mendukung operasionalisasi fasilitas APILL ITS. Faktor penghambat yang ditemukan dalam strategi optimalisasi APILL ITS yaitu masalah sumber dana yang terbatas untuk menunjang pemenuhan prasarana pendukung. Perilaku masyarakat dalam berlalu lintas masih rendah, begitu pula kualitas dan kuantitas sumber daya yang dimiliki masih kurang menjadi faktor penghambat optimalisasi APILL ITS. Kata kunci : Strategi, Optimalisasi, Manajemen Lalu Lintas, APILL, ITS. commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT IMMANUEL TEGUH PRAYOGO. D0107065. Strategy Optimization Traffic Light Equipment Based Intelligent Transport System (APILL-ITS) at Surakarta Department of Transportation. Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University. Surakarta. 2011, 124 page. This study aims to determine how the strategy optimization Traffic Signaling Equipment based Intelligent Transport System (APILL-ITS) at Surakarta Department of Transportation and the factors that affect the factors driving and inhibiting optimization APILL-ITS. The concept of strategy in this study is an effort made to achieve certain goals. This study is a qualitative descriptive study conducted in the city of Surakarta. With the aim of sampling techniques (purposive sampling), the authors collected data with in-depth interviews and documentation. In this test the validity of the data the authors used data triangulation techniques so that information from one resource that can be compared with information from other informants. While the data analysis was done by using an interactive analysis. From the research results can be seen that there are four strategies that are applied in the optimization strategy APILL ITS namely socialization and information services to the community, APILL ITS maintenance and development, human resource development, and monitoring and control of intersections. Each of these strategies generally have been implemented with good will but in strategy socialization is still not optimal because the scope of socialization is still limited to a specific location that is the schools and on technology development is still limited to the budget. In this study, researchers found the factors that influence the optimization strategy. These factors included, Factors supporting the success of the strategy is a commitment from both central and local governments in the implementation of APILL ITS in Surakarta. It's a modern traffic infrastructure also supports the implementation of APILL ITS nor the development of human resources to support the operation of APILL ITS facilities. Obstacles found in the optimization strategy that is the problem of APILL ITS limited financial resources to support the fulfillment of supporting infrastructure. People's behavior in traffic is still low, so did the quality and quantity of resources they have still not be a limiting factor optimization of APILL ITS. Key words : Strategy, Optimization, Traffic Management, Traffic Light, ITS.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan transportasi merupakan masalah aktual di hampir semua kota besar di dunia, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai, juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kota-kota metropolitan dengan jaringan pelayanan transportasi umum yang sudah baik, seperti New York atau Berlin, juga masih tetap diliputi permasalahan transportasi terutama kemacetan. (Kabar Indonesia, 2007). Seperti
halnya
di
Indonesia.
Pertumbuhan
ekonomi
yang
tinggi
menimbulkan dampak perpindahan penduduk ke perkotaan. Pertumbuhan penduduk di perkotaan dalam 20 tahun terakhir rata-rata mencapai 3-5%. Hal ini lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk nasional yang rata-rata 2%. Akibatnya aktivitas manusia mengalami suatu perubahan dalam lingkup kehidupan. Perubahan tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah kendaraan, pendapatan, dan tenaga kerja. Permintaan akan transportasi juga akan meningkat, sehingga perlu upaya peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang memadai. (Maimunah, 2010: 1064) Selain arus urbanisasi yang „deras‟ dan ketidakseimbangan antara volume moda transportasi dengan kapasitas jalan, pengelolaan sistem transpotasi yang masih kurang menyebabkan masalah kemacetan sampai saat ini belum bisa teratasi. Dengan semakin tingginya mobilitas manusia, bila tidak diimbangi commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan perbaikan sistem transportasi akan jadi penyebab terjadinya kemacetan. (Maimunah, 2010: 1064). Semakin tingginya mobilitas manusia dan barang yang mengakibatkan kemacetan, juga dipengaruhi oleh kondisi dimana sarana dan prasarana lalu lintas yang masih terbatas, manajemen lalu lintas belum berfungsi optimal, pelayanan angkutan umum dan penumpang belum memadai, dan disiplin pemakai jalan masih randah. (Ofyar Z. Tamin dalam Farida 2009: 47-56). Kemacetan pada umumnya terjadi di kawasan yang mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, terutama pada jam-jam puncak, atau dapat pula terjadi dikarenakan volume lalu lintas (demand) yang tidak seimbang dengan kapasitas jalan (supply) disamping adanya percampuran moda, dan juga pada saat-saat tertentu seperti hari libur dan hari-hari besar. Kemacetan sendiri didefinisikan sebagai suatu situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. (Farida, 2009:47-56). Sebagai gambaran Kota Jakarta. Kemacetan bukan merupakan persoalan baru dan sesuatu yang sudah lama serta cukup signifikan keberadaan maupun sebabnya. Kondisi ini terjadi sejak awal tahun sembilan puluhan yang diakibatkan oleh tingginya mobilitas orang dan barang yang berimbas pada tidak sebandingnya pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertambahan kapasitas jalan. Kemacetan ini diperparah dengan budaya indisipliner pengguna jalan, tidak memadainya pelayanan angkutan umum, manajemen lalu lintas belum berfungsi optimal, rendahnya penyediaaan (penambahan) kapasitas jalan ditambah lagi commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rendahnya kemampuan menyediakan sarana dan prasarana lalu lintas modern seperti alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) yang terkoordinasi. (Novianti, 2010:1042). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kemacetan tersebut, diantaranya adalah dengan penerapan jalur 3 in 1 di beberapa jalur di Jakarta, pembatasan umur kendaraan untuk angkutan umum 10 tahun dan kendaraan pribadi 15 tahun, pembatasan sepeda motor melaju di Jalan Sudirman dan MH Thamrin. Pemda DKI Jakarta juga menerapkan peraturan memajukan jam masuk sekolah dan jam masuk kerja bagi kantor swasta, penyediaan alat angkut masal (Transjakarta), penambahan jaringan jalan (misalnya fly over, underpass, tol lingkar luar), kebijakan perparkiran, car free day, pelebaran drainase dan goronggorong hingga sosialisasi penggunaan angkutan umum dan peduli lingkungan. (Novianti, 2010:1043). Namun kebijakan dan metoda tersebut belum bisa mengatasi masalah kemacetan. Kebijakan dan metoda tersebut belum efektif dan malah menimbulkan masalah yang lain. Misalnya, penambahan jaringan jalan justru merangsang orang untuk memiliki dan menggunakan kendaraan pribadi. Akibatnya adalah kemacetan yang semakin parah. Program 3 in 1 belum efektif karena mempunyai kelemahan dengan adanya joki. Pembatasan umur kendaraan dicabut karena menimbulkan polemik. Dalam mengatasi tundaan (manajemen rekayasa lalu lintas) disebuah persimpangan juga kurang efektif karena dengan penataan ulang pada satu persimpangan saja tentu saja akan merubah pola arus yang keluar dari setiap kaki persimpangan, yang implikasinya tetap akan mempengaruhi ritme arus lalu lintas pada ruas jalan lain. Pada titik tertentu, arus commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini justru akan menyebabkan tundaan pada persimpangan lain yang masih memiliki hubungan dengan persimpangan yang baru saja ditata ulang siklus lampunya. Disatu sisi berhasil melancarkan arus di satu titik persimpangan, akan tetapi arus yang keluar dari titik tersebut justru membuat kemacetan di titik persimpangan yang lain. Upaya dengan penerapan teknologi informasi juga sudah mulai diterapkan. Penerapan program Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menuju sebuah Sistem Transportasi Cerdas (Intelligent Transport System), sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009, Kota Jakarta mulai menerapkan NTMC (Nasional Traffic Management Center). Penerapan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ini seperti halnya sistem pengaturan lalu lintas yang diterapkan negara-negara di Eropa, yakni Intelligent Transport System (ITS). ITS ini merupakan sistem pengaturan lalu lintas dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengelola penggunaan dan arah tempuh kendaraan, berat beban, dan pilihan rute. Tujuannya untuk meningkatkan keselamatan, mengurangi pemakaian kendaraan, meminimalisasikan waktu tempuh, dan mengurangi pemakaian bahan bakar. Penggunaan ITS pada dasarnya adalah untuk mensinergikan faktor manusia (people), faktor jalan (road), dan faktor kendaraan (vehicle). (Migley, 2011:3-8). Seperti halnya di Surakarta, sebagai salah satu kota yang yang memiliki tingkat pergerakan yang tinggi di Jawa Tengah, Kota Surakarta telah menerapkan dan mengembangkan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam pengendalian lalu lintas. Penerapan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam pengendalian commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lalu lintas di Kota Surakarta dimulai dengan dibangunnya APILL-ATCS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Area Traffic Control System). APILL ATCS merupakan sistem pengaturan lalu lintas bersinyal terkoordinasi (traffic control) dengan mengatur seluruh lampu lalu lintas secara terpusat. Dengan ATCS dapat dilakukan upaya manajemen rekayasa lalu lintas yang mengkoordinasikan semua titik-titik persimpangan bersinyal melalui pusat kontrol (CCRoom), sehingga diperoleh suatu kondisi pergerakan lalu lintas secara efisien. APILL ATCS di Surakarta telah dikembangkan sejak tahun 2006 oleh pemerintah kota Surakarta melalui Dinas Perhubungan Surakarta. Pada tahun 2009, dengan bantuan dari Kementrian Perhubungan, APILL ATCS Kota Surakarta dikembangkan ke arah pengendalian transportasi perkotaan, yakni Intelligent Transport System (Sistem Tranpsortasi Cerdas), dengan penambahan beberapa sarana dan prasarana serta integrasi teknologi dengan transportasi umum. Sehingga pada awal tahun 2010 sistem pengendalian lalu lintas di Kota Surakarta lebih dikenal dengan APILL ITS (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System). APILL ITS merupakan pengembangan dari sistem ATCS. Dengan sistem ini pengendalian dilakukan lebih luas, tidak hanya pada kontrol lalu lintas akan tetapi juga pada kontrol transportasi perkotaan. Berbeda halnya dengan NTMC, melalui APILL ITS dapat dilakukan penataan siklus lampu lalu lintas secara menyeluruh berdasar input data lalu lintas yang diperoleh secara real time melalui kamera cctv pemantau lalu lintas pada titik-titik persimpangan yang telah terpasang teknologi ini selain itu penyampaian commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi tentang keadaan lalu lintas secara real time. Penentuan waktu siklus lampu persimpangan dapat diubah berkali-kali dalam satu hari sesuai kebutuhan lalu lintas paling efisien yang mencakup keseluruhan wilayah tersebut. Dengan integrasi teknologi dengan bus priority pada Batik Solo Trans (BST) memungkinkan adanya kontrol green wave (lampu hijau) terhadap rute BST pada setiap persimpangan sehingga tidak terkena lampu merah (pemberhentian) terlalu lama. Hal ini sesuai hasil kegiatan pra survei berupa wawancara yang dilakukan penulis dengan Koordinator CCRoom Dishub Surakarta, yang menyatakan bahwa: “APILL ITS hampir sama dengan NTMC yang diterapkan di Jakarta. Bedanya NTMC berskala nasional yang dioperasikan oleh Kepolisian sedangkan APILL ITS berskala lokal Surakarta dan dioperasikan oleh Dishub Surakarta. Selain itu APILL ITS memiliki banyak keunggulan dibanding NTMC. Sistem tersebut hanya memungkinkan untuk memantau, mengawasi, kemudian melakukan tindakan ke lapangan. Sedangkan APILL ITS sendiri selain dapat memantau dan mengawasi, sistem memungkinkan kita (Dishub) melakukan intervensi secara langsung terhadap kejadian yang sedang berlangsung. Misalnya, dapat mengganti siklus pergantian tundaan di persimpangan (timer) berbeda-beda antara waktu peak hour dan waktu biasa. Jika ada Presiden melintas, memungkinkan rombongan tersebut melintas dengan lamp hijau terus. Selain itu, sistem kita sudah mengintegrasikan sistem pengendalian lalu lintas dan transportasi dengan adanya bus priority dan GPS.” (sumber : wawancara tanggal 6 Mei 2011). Sistem pengendalian lalu lintas ini dikembangkan sebagai antisipasi masalah lalu lintas perkotaan di kota Surakarta. Adanya pergerakan transportasi orang dan barang yang tinggi di Kota Surakarta menyebabkan semakin tingginya tingkat kecelakaan dan lokasi rawan kemacetan. Pergerakan lalu lintas yang tinggi dikarenakan Kota Surakarta mempunyai lokasi yang sangat strategis terhadap lalu lintas nasional terutama yang melewati jalur selatan Jawa Tengah. Selain itu, Kota commit user dari arah Semarang, Yogyakarta, Surakarta juga merupakan titik simpul lalutolintas
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surabaya, Purwodadi, Pacitan, dan daerah hinterland (kerjasama antar daerah SUBOSUKOWONOSRATEN). Kota Surakarta yang disebut juga sebagai kota admistrasi, kota karesidenan, kota batik, kota budaya, kota wisata dan kota pendidikan di wilayah regional, dengan mengusung slogan “Solo The Spirit of Java”, kota ini mampu menjadi trendsetter bagi kabupaten/kota lainnya utamanya dalam bidang sosial, budaya dan ekonomi. Walaupun Kota Surakarta hanya terdiri dari lima kecamatan, kota ini menyimpan potensi yang luar biasa. Potensi ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan perkembangan swalayan baru, mall, perkantoran, dan perumahan (kos-kosan). Beberapa mal modern di Solo antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Megaland Solo, dan Luwes. Bahkan kota Surakarta kini menjadi barometer pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, selain Kota Semarang. (www.soloraya.net). Pertumbuhan ekonomi yang dialami Kota Surakarta mengakibatkan kebutuhan akan sarana transportasi semakin tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Surakarta, setiap tahunnya jumlah permintaan kendaraan bermotor di Kota Surakarta menunjukkan adanya trend kenaikan. Pada 2009 jumlah sarana angkutan wilayahnya sebanyak 257.753 unit. Dari jumlah itu, kendaraan roda dua tercatat sebanyak 208.309 unit. Sementara sisanya mobil, bus, dan kendaraan angkutan lainnya. Pada 2010, jumlah kendaraan meningkat menjadi 277.644 unit. Hal tersebut dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Surakarta Tahun 2006-2010 No Tahun Jumlah Permintaan Kendaraan Peningkatan (1) (2) (3) (4) 1. 2010 277.644 19.891 7,72% 2. 2009 257.753 17.712 7,38% 3. 2008 240.041 19.500 8.84% 4. 2007 220.541 6.294 2,95% 5. 2006 210.264 Sumber : Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta Menurut Ari Wibowo, Koordinator Central Control Room (CCRoom) Dishub Kota Surakarta, mengatakan : “kenaikan jumlah kendaraan di wilayahnya rata-rata 7,5% pertahun. Angka itu tergolong cukup tinggi dibanding kabupaten/ kota di sekitar Solo yang rata- rata kenaikannya hanya 4-5%. Solo adalah kota besar dengan penduduk sekitar 520.000 jiwa. Dengan kenaikan jumlah kendaraan 7,5 persen, asumsinya seorang warga memiliki lebih dari satu kendaraan. Potensi kemacetan lalu lintas menjadi poin penting untuk diantisipasi. Pasalnya pertumbuhan kendaraan itu tidak seimbang dengan ketersediaan ruang.” (Sumber : Seputar Indonesia, 28 Maret 2011). Dari data diatas dapat simpulkan bahwa kenaikan jumlah kendaraan ratarata 7,5 persen per tahun tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan di kota Surakarta. Pertumbuhan jalan di Kota Surakarta hanya 0,01 persen per tahun. (harianjoglosemar.com). Kondisi ini semakin diperparah dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk yang mencapai 11.370 jiwa/km2. Berdasarkan data SP BPS 2010, dengan luas yang hanya sebesar 44,03 km2 membuat tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta sangat tinggi, yakni tertinggi di Jawa Tengah. Belum lagi dengan adanya keberadaan kaum commuters (pendatang) yang jumlahnya tidak kalah banyak dengan penduduk Kota Surakarta sendiri. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun demikian, meskipun APILL ITS sudah diterapkan di Kota Surakarta lokasi rawan kemacetan dan tingkat kejadian kecelakaan masih tinggi bahkan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai dengan pertumbuhan jumlah kendaraan dan tingginya tingkat kepadatan penduduk menyebabkan masalah lalu lintas di Kota Surakarta semakin semprawut. Berikut data lokasi rawan kemacetan dan tingkat kecelakaan di Kota Surakarta. Tabel 1.2 Data Kecelakaan dan Lokasi Rawan Kemacetan di Kota Surakarta No. Tahun Jumlah Kecelakaan Titik kemacetan (1) (2) (3) (4) 1. 2010 696 kasus 20 titik 2. 2009 660 kasus 12 titik 3. 2008 642 kasus 23 titik Sumber : Polantas dan Dinas Pehubungan Kota Surakarta Dari data diatas dapat diketahui bahwa kejadian kecelakaan dan lokasi kemacetan mengalami kenaikan. Hal ini berbanding lurus dengan pertambahan jumlah kendaraan dan manusia. Kejadian selama kurun waktu 3 tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2009 jumlah kejadian kecelakaan meningkat 18 kasus dari tahun sebelumnya (meningkat 2,8%), dan pada tahun 2010 meningkat 36 kasus (5,5%) dari tahun sebelumnya. Lokasi rawan kemacetan menunjukkan adanya penurunan pada tahun 2009 sebanyak 11 lokasi dari tahun sebelumnya menjadi 12 lokasi. 12 lokasi kemacetan tersebut meliputi Pasar Nongko, Simpang Tirtonadi, Palang Joglo, Simpang Kerten, Simpang Panggung, Simpang Balapan, Pasar Gede, Tugu Lilin, Simpang Gandengan, Simpang Nonongan, Simpang Coyudan, dan Pasar Klewer. Akan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tetapi pada tahun 2010 lokasi rawan kemacetan terpantau 20 lokasi atau bertambah 8 lokasi dari tahun 2009 yang meliputi Pasar Klewer, Pasar Singosaren, Pasar Nusukan, Pasar Kembang dan Kadipolo, Pasar Legi, Pasar Jongke, Solo Grand Mall (SGM), Solo Square, Pusat Grosir Solo (PGS), Simpang lima Komplang, simpang empat pasar Nusukan dan Pasar Nongko, serta perlintasan KA Joglo Kadipiro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut : ”Bagaimana strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) ?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui bagaimana strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) 2. Tujuan Fungsional a. Hasil Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi APILL ITS. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat kepada Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi APILL ITS. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tujuan Individual Untuk memenuhi Tugas Akhir sebagai salah satu persyaratan akademis dalam usaha meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan : 1. Masukan dan bantuan pemikiran kepada Dinas Perhubungan dalam optimalisasi APILL ITS di Kota Surakarta. 2. Pengetahuan bagi kita tentang penerapan APILL ITS dan optimalisasinya dalam mengatasi kemacetan di Kota Surakarta. 3. Memberikan tambahan pustaka bagi siapa saja yang ingin mengetahui, mempelajari, dan meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan ini. 4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan berkaitan dengan sistem pengaturan lalu lintas berteknologi (APILL ITS) di Kota Surakarta.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori Setiap penelitian membutuhkan kejelasan dan titik tolak atau landasan berfikir dalam memunculkan masalah atau menyoroti sebuah masalah. Oleh karena itu perlu menyusun tinjauan pustaka yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana masalah penelitian akan disoroti. Berkaitan dengan pernyataan tersebut, maka dalam hal ini akan dikemukakan tentang: 1. Strategi Strategi sesungguhnya merupakan pengertian dalam bidang militer. Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategos atau strategus dengan kata jamak strategi. Strategos berarti jenderal tetapi dalam Yunani kuno sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi yang luas (J. Salusu, 2005:85). Dalam artian yang sempit, menurut Matloff (dalam J. Salusu:85) strategi berarti the art of the general (seni jenderal). Menurut J. Salusu (2005:101) strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan. Strategi menurut Chandler (dalam Michael Armstrong 2003:38) adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penerapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini. Pendapat yang hampir sama juga diungkapakan oleh Andrews (dalam Mudrajad Kuncoro, 2005:1) strategi adalah pola sasaran, tujuan, dan kebijakan atau rencana umum yang untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya dijalankan perusahaan. Itami (dalam Mudrajad Kuncoro, 2005:1) juga mengungkapkan bahwa strategi menentukan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan
pedoman
untuk
mengkoordinasikan
aktivitas,
sehingga
perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak dijalankan. Dari uraian diatas penullis menemukan banyak kesamaan mengenai definisi strategi yaitu adanya tujuan jangka panjang dan kebijakan umum, dimana strategi seharusnya berkaitan dengan keputusan besar yang dihadapi organisasi dalam menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Ada tiga tokoh yang memiliki persamaan konsep mengenai strategi yakni Chandler, Andrews dan Istami. Meskipun dalam lingkup bisnis, konsep mereka dapat diterapkan di organisasi non-bisnis karena setiap organisasi sama-sama mempunyai suatu cara, pola, prioritas dalam mencapai suatu tujuan dengan memperhatikan faktor pendukung dan penghambat. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Coulter (dalam Mudrajad Kuncoro, 2005:12) mengungkapkan bahwa strategi merupakan sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam lingkungan industrinya. Pendapat hampir sama juga disampaikan oleh Johnson dan Scholes (dalam Michael Armstrong 2003:38) yang menyatakan strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholders. Strategi merupakan suatu keputusan untuk melakukan perubahan dan mencapai kondisi yang diinginkan organisasi di masa depan. Sehingga organisasi harus mampu menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Dengan demikian ciri utama strategi (Mudrajad Kuncoro, 2005:12) adalah Pertama, goal directed actions, yaitu aktivitas yang menunjukkan apa yang diinginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya. Kedua, mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan kapabilitas), serta memperhatikan peluang dan tantangan. Strategi memiliki dua perspektif yang berbeda (James dan Charles dalam Delimiana, 33) antara lain, (1) Apa yang hendak dilakukan oleh organisasi. Strategi didefinisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disini kata “program” mengacu pada peranan yang aktif, sadar, dan rasional yang dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi. Dan (2) Apa yang sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, baik tindakannya sejak semula memang disengaja atau tidak. Startegi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Michael Armstrong (2003:39) dalam tulisannya menyimpulkan bahwa strategi adalah pernyataan cita-cita organissasi, ke mana akan pergi dan secara luas bagaimana mencapai arah yang dituju.
Pernyataan tersebut
dilengkapi dengan pernyataan Michael Allison dan Jude Kaye (2005:3) yang menyatakan bahwa strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi: strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi. Hadari Nawawi (2000:147) sendiri mengungkapkan strategi dalam manajemen sebuah organisasi dapat diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, Jarzabkowski
yang
terarah
pada
tujuan
dan Andreas Paul Spee
strategik
organisasi.
Paula
dalam International Journal of
Management Reviews (2009: 70) mengemukakan: “From an strategy as practice perspective, strategy has been defined „as situated, socially accomplished activity, while strategizing comprises those actions, interactions and negotiations of multiple actors and the situated practices that they draw upon in accomplishing that activity‟ ” (International Journal of Management Reviews, 2009: 70) commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam jurnal diatas, dalam sudut pandang strategi sebagai tindakan, strategi didefinisikan sebagai pelaksanaan aktivitas sosial, sementara pengorganisasian terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi-interaksi dan negoisasi-negosiasi dari banyak pelaku dan dalam prakteknya digambarkan dalam menyelesaikan aktivitas tersebut. Mahmood Samadi Largani, Mohammad Taleghani, Azita Sherej Sharifi dalam Journal of Basic and Applied Scientific Research (2011: 575) yang mengemukakan : “After strategy formulation, its implementation must be programmed. Best formulated strategies without correct implementation don‟t have practical value. For strategy implementation the following tools should be utilized: Organizational structure appropriate to strategies, Coordination of organization‟s skills, resources and capabilities in the executive level, Create an organizational culture appropriate to the organization's new strategy, Cooperation and sympathy among managers and employees of all sections and units of organization. Also successful implementation of these strategies will depend on suitable support from the planning systems.” Berdasarkan jurnal di atas dikatakan bahwa setelah dirumuskan strategi, pelaksanaannya harus diprogram. Untuk mengimplementasikan strategi ada alat-alat yang digunakan antara lain struktur organisasi harus sesuai dengan strategi, koordinasi organisasi sumber daya keterampilan dan kemampuan ditingkat eksekutif, menciptakan budaya organisasi yang tepat untuk strategi baru, kerja sama dan simpati diantara manager dan karyawan dari semua bagian dan unit organisasi. Selain hal tersebut, keberhasilan implementasi strategi juga ditentukan oleh sistem perencanaan. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut beberapa konsep diatas mengenai strategi, konsep strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara atau upaya yang digunakan oleh organisasi melalui pengoptimalan sumber daya yang ada untuk mencapai suatu tujuan. Konsep tersebut sesuai dengan konsep strategi oleh Hadari Nawawi yakni strategi dalam jangka pendek. Strategi juga dapat diartikan sebagai suatu perluasan misi yang menghubungkan suatu organisasi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, strategi perlu dikembangkan untuk mengatasi isu-isu strategis, melalui perencanaan garis besar dari respon suatu organisasi terhadap pilihan kebijakan pokok. Selain itu strategi juga merupakan pola tujuan, kebijakan dari suatu program, tindakan atau alokasi sumber daya yang mendefinisikan bagaimana organisasi tersebut, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi tersebut melaksanakannya. Dalam penerapan strategi, ada beberapa strategi yang dapat dipilih oleh organisasi non profit, menurut Hadari Nawawi (2000:176-179), strategi tersebut antara lain: a. Strategi Agresif, dilakukan dengan membuat program-program dan
mengatur langkah-langkah atau tindakan (action) yang sifatnya mendobrak (penghalang, tantangan dan ancaman) untuk mencapai keunggulan atau prestasi yang ditargetkan. b. Strategi Konservatif, dilakukan dengan membuat program-program dan mengukur tindakan (action) dengan hati-hati serta disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku. c. Strategi Difensif, dilakukan dengan membuat program-program dan mengatur langkah-langkah untuk mempertahankan keunggulan prestasi yang sudah dicapai. d. Strategi Kompetitif, tindakan atau program untuk mewujudkan keunggulan yang melebihi organisasi non profit lainnya yang sejenjang atau sama posisisnya. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Strategi Inovatif, program-program yang dibuat atau tindakan agar
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
organisasi non profit tampil sebagai pelopor pembaharuan dalam tugas pokoknya, sebagai keunggulan atau prestasi. Strategi Diversifikasi, program-program dan tindakan (action) berbeda dengan apa yang telah dilakukan atau berbeda dengan organisasi lainnya dalam memberikan pelayanan umum dan melaksanakan pembangunan. Strategi Prefentif, program-program yang dilakukan dan tindakan untuk memperbaiki atau mengoreksi kekeliruan sebelumnya, baik yang dilakukan oleh organisasi itu sendiri maupun oleh organisasi atasannya. Strategi Reaktif, program-program atau tindakannya menunggu dan hanya memberi tanggapan jika telah diberi petunjuk atau perintah, pengarahan, pedoman pelaksanaan, manajemen tidak berusaha membuat dan menetapkan program-program dan proyek secara proaktif. Strategi Oposisi, program-program atau tindakannya bersikap menolak dan menantang atau menunda pelaksanaan pengarahan, perintah, petunjuk atau bahkan mungkin peraturan perundang-undangan dari organisasi atasan, yang dinilai atau sekiranya kurang menguntungkan atau mempersulit untuk melaksanakan. Strategi Adaptasi, strategi ini hampir sama dengan strategi difensif, yaitu melakukan adaptasi dengan organisasi lain dan menyesuaikan dengan aturan, petunjuk, pengarahan dan pedoman dari sumber lainnya. Strategi Ofensif, semua tindakan atau program yang berusaha memanfaatkan peluang, baik sesuai maupun tidak sesuai dengan aturan, pedoman dan pengarahan. Strategi Menarik Diri, dilakukan dengan kecenderungan menghindari untuk membuat program-program atau tindakan yang sesuai dengan aturan karena suatu sebab. Strategi Kontijensi, sebagai cara pemecahan masalah yang memilih alternatif yang paling menguntungkan atau yang terbaik diantara yang terbaik, serta sesuai dengan petunjuk dan pedoman organisasi atasan dan bahkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi Pasif, membuat semua program-program dan tindakan menjalankan tugas sesuai aturan dan lebih dominan pada pelaksanaan pekerjaan tugas rutin. Dari berbagai macam strategi diatas, maka strategi yang dapat
diterapkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam penerapan APILLITS untuk mengatasi tingkat kemacetan dan kecelakan berfokus pada strategi kontijensi, dimana dalam pemecahan masalah Dinas Perhubungan Kota commit to user Surakarta akan memilih alternatif yang paling menguntungkan atau yang
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terbaik diantara yang terbaik, serta sesuai dengan petunjuk dan pedoman organisasi atasan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Suatu strategi dituntut untuk dapat dilaksanakan dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Menurut Hatten & Hatten (1988) dalam J. Salusu (2003:108) memberi beberapa petunjuk bagaimana suatu strategi yang dibuat bisa sukses yaitu: 1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. 2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. 3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lain. 4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru adalah kelemahannya. 5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. 6. Strategi hendaknya memperhitungakan risiko yang tidak terlalu besar. 7. Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat memperhatikan beberapa petunjuk yang diampaikan Hax dan Majluf (dalam J. Salusu, 2005:100) yang menawarkan rumusan yang komprehensif tentang strategi yang dibuat dapat berhasil, sebagai berikut: a. Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu, dan integral. b. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya. c. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi. d. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi. e. Melibatkan semua tingkat hirarki dari organisasi. Strategi pada dasarnya disusun untuk merespons perubahan eksternal yang relevan dari suatu organisasi. Perubahan eksternal akan direspon dengan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 19
perpustakaan.uns.ac.id
memperlihatkan
digilib.uns.ac.id
kemampuan
internal
dari
organisasi
yang
dapat
memanfaatkan peluang dan meminimumkan ancaman. Ketidakmampuan merespons perubahan lingkungan eksternal memberikan masalah baru bagi suatu organisasi. Dengan demikian strategi dapat berguna untuk menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan kinerja dan daya saing suatu organisasi. 2. Optimalisasi Optimalisasi menurut kamus lengkap bahasa indonesia berasal dari kata optimal yang berarti tertinggi, paling baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan. Sedangkan mengoptimalkan adalah menjadikan sempurna, menjadikan paling tinggi, menjadikan maksimal (SA:602). Optimalisasi (optimalization) menurut Gibson (1984: 701) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan yang paling diinginkan diantara kriteria kreativitas atau dengan kata lain upaya untuk memaksimalkan sumbersumber yang telah dimiliki untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Optimalisasi menurut WJS. Poerwadarminta dalam Istilamah Laili (2002: 8) berasal dari kata optimum yang berarti terbaik, paling menguntungkan. Dalam hal ini, optimalisasi membuat sesuatu menjadi, lebih baik lagi, sedangkan optimum ad alah tingkatan yang sangat menguntungkan dalam batas-batas tertentu dan pengoptimalan merupakan penyempurnaan suatu sistem supaya berprestasi sebaik-baiknya atas dasar kriteria-kriteria tertentu. Dengan demikian, optimalisasi dapat diartikan sebagai upaya, proses, commit to user cara, dan perbuatan untuk menggunakan secara optimal sumber-sumber yang
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dimiliki dalam rangka mencapai kondisi yang terbaik, paling menguntungkan, dan paling diinginkan dalam batas-batas tertentu dan kriteria tertentu. Sumber-sumber yang dimiliki bisa sumber daya manusia dan sumber daya fisik. Dalam hal ini, adalah penggunaan sumber-sumber daya dalam rangka optimalisasi APILL ITS dalam pengendalian lalu lintas di Kota Surakarta sehingga diharapkan mampu memperlancar arus lalu lintas dan menurunkan tingkat kecelakaan. 3. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) a. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL ) Dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dijelaskan bahwa APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas) adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan. Dalam Proposal Dishub tentang APILL 2006 dijelaskan bahwa APILL adalah rambu lalu lintas yang diatur dengan otomatis atau manual yang dimaksudkan untuk mengatur lalu lintas di persimpangan. Sedangkan menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (1996) tentang Pedoman Teknis Pengaturan Lalu Lintas Di Persimpangan Berdiri Sendiri Dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, APILL adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. Tujuan pemasangan APILL pada suatu persimpangan adalah untuk mengatur arus lalu lintas. Persimpangan dengan APILL merupakan peningkatan dari persimpangan biasa (tanpa APILL) dimana berlaku suatu aturan prioritas tertentu yaitu mendahulukan lalu lintas dari arah lain. Kriteria bagi persimpangan yang sudah harus menggunakan APILL adalah (Keputusan Dirjen Perhubungan Darat, 1996): 1. arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750 kendaraan/jam selama 8 jam dalam sehari; 2. atau
bila
waktu
menunggu/tundaan
rata-rata
kendaraan
di
persimpangan telah melampaui 30 detik; 3. atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175 pejalan kaki/jam selama 8 jam dalam sehari; 4. atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang bersangkutan; 5. atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab yang disebutkan di atas. Jenis APILL terdiri dari : 1. lampu tiga warna untuk mengatur kendaraan. Susunan lampu tiga warna adalah cahaya berwarna merah, kuning dan hijau; 2. lampu dua warna, untuk mengatur kendaraan dan / atau pejalan kaki. Susunan lampu dua warna adalah cahaya berwarna merah dan hijau; 3. lampu satu warna, untuk memberikan peringatan bahaya kepada pemakai jalan. Lampu itu berwarna kuning atau merah. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsinya adalah mengatur pemakaian ruang persimpangan, meningkatkan keteraturan arus lalu lintas, meningkatkan kapasitas dari persimpangan, mengurangi kecelakaan dalam arah tegak lurus. Evaluasi perhitungan waktu APILL ditinjau ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) adalah suatu perangkat teknis dan elektronik yang digunakan untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan dimana pengaturannya dapat secara manual atau otomatis. b. Intelligent Transport System (ITS) ITS didefinisikan sebagai sebuah sistem yang meningkatkan kualitas transportasi melalui peningkatan keselamatan dan efisiensi pergerakan orang, barang dan informasi dengan mobilitas yang lebih baik, efisiensi bahan bakar dan pengurangan polusi serta peningkatan efisiensi operasi. (Diklat ITS STTD, 2011). Menurut Phil Sayeg dan Charles dalam Sustainable Transport : A Sourcebook for Policy – Maker in Developing Cities Module 4e, Intelligent Transport Systems (2005:2), yang mengemukakan bahwa : “ITS is essentially the merger of developments in computing, informastion technology and telecomunications coupled to automotive and transportation sector expertise. ITS can therefore to user of computing, information and be defined as thecommit application
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
communications technologies to real time management of vehicles and networks involving the movement of people and goods.” Dalam Modul tentang Intelligent Transport Systems diatas dijelaskan bahwa ITS pada dasarnya adalah penggabungan dari perkembangan komputer, teknologi informasi dan telekomunikasi kedalam bidang transportasi. ITS juga dapat didefinisikan sebagai penerapan teknologi informasi dan komunikasi serta komputer untuk mengelola secara nyata waktu yang dibutuhkan kendaraan memindahkan barang dan manusia. Menurut Elly Adriani (Direktur BSTP), dalam Kuliah Umum tentang Manajeemen Kebutuhan (TDM) di STTD Bekasi tahun 2011, menjelaskan bahwa ITS merupakan penerapan teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Pada dasaranya teknologi informasi dan komunikasi tersebut memberikan pelayanan informatif dan komunikatif antara orang, kendaraan dan jalan raya. Pendapat hampir sama disampaikan oelh Yugi Hartiman dalam Overview ITS (2011:6), ITS (Intelligent Transport System) adalah suatu sistem pengendalian lalu lintas yang dilakukan melalui teknologi elektronik dimana pengumpulan data-data langsung dari lapangan selanjutnya diolah sedemikian rupa sehingga hasil dari pengolahan yang dilakukan tersebut kemudian dikembalikan kepada masyarakat yang commit to user terlibat langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 24
perpustakaan.uns.ac.id
transportasi
digilib.uns.ac.id
dalam
bentuk
informasi-informasi
melalui
papan
informasi/dalam bentuk digital map dan lain sebagainya. Gambar 2.1 Konsep ITS Data Collecton
Data Processing
- CCTV Monitoring - CCTV Detection - Vehicle Detector - Radio Communication
Central Processing
Dissemination - Variable Information Board - Internet - Traffic report
Sumber : Overview ITS, (2011,6) Dari uraian pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ITS merupakan sistem pengendalian lalu lintas yang sangat modern dengan memadukan kemajuan teknologi, telekomunikasi, informasi dan bidang transportasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Dalam prosesnya, ITS mengoleksi data real di lapangan kemudian memprosesnya dan menginformasikan kembali ke stakeholder. Secara umum Stephen Ezell (ITIF, 2010:8) ITS mempunyai lingkuplingkup penerapan sistem pengaturan lalu lintas dengan tahap sebagai berikut : a) Advanced Traveller Information System Sistem ini secara prinsip adalah sistem informasi yang menjadi panduan kendaraan untuk mendapatkan rute jalan yang optimal. Pada pengembangan selanjutnya sistem ini bahkan diharapkan mampu untuk to userkendaraan agar sampai ditujuan membantu pengemudi commit mengontrol
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan aman, nyaman dan lancar. Dengan spesifikasi adanya: Real-time Traffic Information Provision, Route Guidance/ Navigation Systems, Parking Information, Roadside Weather Information Systems b) Advanced Traffic Management System Advanced Traffic Managent System digunakan oleh pengelola jalan untuk memantau lalu lintas dan memberikan informasi real time kepada pengguna jalan. Tujuan sistem ini agar lalu lintas dapat dioptimalkan pada seluruh route alternatif yang ada, sehingga kemacetan dapat dihindari atau dikurangi dengan memberikan saran kepada pemakai jalan. Sistem ini juga memberikan informasi adanya hambatan atau kecelakaan pada route yang akan ditempuh, sehingga pengemudi dapat memakai alternatif route lain. Dengan mempunyai spesifikasi meliputi : Traffic Operations Centers (TOCs), Adaptive Traffic Signal Control, Dynamic Message Signs (or “Variable” Message Signs), Ramp Metering. c) Advanced Public Transportation Systems (APTS) ITS jenis ini diterapkan pada moda transpotasi umum, misalnya: pesawat terbang, bus, kapal laut, ferri, monorail dan kereta api. Selain diterapkan pada wahana transportasi publik, sistem ini juga diterapkan pada pada prasarana transportasi publik seperti: stasiun kereta api, terminal bus, shelter bus, pelabuhan dan bandara. Pengembangan sistem ini mempunyai klasifikasi meliputi : Real-time Status Information for commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Public Transit System (e.g. Bus, Subway, Rail),Automatic Vehicle Location (AVL), Electronic Fare Payment (for example, Smart Cards). d) ITS-Enabled Transportation Pricing Systems Persoalan klasik pada jalan tol adalah lama waktu yang diperlukan untuk transaksi pelanggan di gerbang tol. Electronic Toll Collection diterapkan untuk mempersingkat waktu transaksi di gerbang tol dengan prinsip :
E-Payment atau Cashless Payment, yaitu pembayaran secara elektronis, tanpa menggunakan uang tunai.
Pemrosesan
transaksi
secara
eletronis
menggunakan
jalur
telekomunikasi antar gerbang tol. Pengembangan dalam hal ini mempunyai spesifikasi meliputi : Electronic Toll Collection (ETC), Congestion Pricing/Electronic Road Pricing (ERP), Fee-Based Express (HOT), Lanes Vehicle-Miles Traveled (VMT), Usage Fees Variable Parking Fees. e) Fully integrated intelligent transportation systems Disebut juga sebagai Assistance for Safe Driving adalah bentuk dari ITS yang sangat maju. Kendaraan dilengkapi dengan sejumlah sensor yang dapat mengarahkan pengemudi unuk berkendara dengan aman. Sensor tersebut dihubungkan dengan sebuah komputer yang terpasang pada kendaraan. Pengembangan dikatakan sudah sampai pada tahap ini jika mempunyai spesifikasi meliputi Cooperative Intersection Collision Avoidance System (CICAS), Intelligent Speed Adaptation (ISA). commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan teori Ezell di atas penerapan ITS mempunyai lima lingkup pengembangan. Pengembangan tersebut disesuaikan dengan kondisi, karakteristik dan kebutuhan suatu kota, daerah ataupun Negara. Di Indonesia, penanganan lalu lintas perkotaan berbasis teknologi merupakan tugas Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan (BSTP), sesuai KM 43 Tahun 2005. Dalam Perencanaan Pengembangan IT untuk Kepentingan
Lalu
Lintas Perkotaan (Diklat
ITS STTD, 2011),
implementasi ITS di kota-kota di Indonesia memerlukan beberapa pentahapan. Kerangka pentahapan implementasi ITS dibagi menjadi jangka pendek, menengah dan panjang. Kelompok kota dibagi menurut UU No. 26/2007 tentang penataan ruang menjadi kota metropolitan (berpenduduk paling sedikit 1 juta jiwa) , kota besar (berpenduduk 500 ribu hingga kurang dari 1 juta jiwa), kota sedang (berpenduduk 100 ribu hingga kurang dari 500 ribu jiwa) dan kota kecil (berpenduduk kurang dari 100 ribu jiwa). Sementara itu Tabel 3.3 mendeskripsikan skema yang dimaksud dalam Tabel 3.4. Tabel 2.1 Pentahapan Penerapan ITS berdasarkan Klasifikasi Kota
No.
Klasifikasi Kota
(1) 1.
(2) Kecil
2.
Sedang
Pentahapan Penerapan ITS dalam Kerangka Waktu Jangka Jangka Pendek Menengah (3) (4) APILL APILL dengan dengan local green wave controller pada koridor APILL ATCS dengan green wavecommit pada to user
Jangka Panjang (5) ATCS Variable Message Sign untuk
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
koridor 3.
4.
Besar
ATCS
Metropolitan ATCS dan VMS untuk perparkiran dan lalu-lintas
VMS untuk perparkiran dan lalu-lintas Traffic survailance, car sharing, congestion charging dan electronic toll collection, mana-jemen angkutan umum
perparkiran dan lalu-lintas Traffic survailance Intelligent vehicle, advance traveler information, pengendalian angkutan barang
Sumber : Perencanaan Pengembangan IT untuk Kepentingan Lalu Lintas Perkotaan
Tabel 2.2 Skema ITS di Indonesia No
Skema ITS
(1) 1
(2) APILL
2
3
Diskripsi Strategi
(3) APILL adalah singkatan dari alat pemberi isyarat lalulintas atau lebih dikenal dengan lampu lalu-lintas. Dalam wujud paling sederhana pewaktuan APILL dikendalikan dari local controller baik diatur secara waktu tetap maupun actuated berdasarkan permintaan lalu-lintas yang diketahui via detektor. Pengaturan gelombang hijau (green wave) dapat dilakukan pada suatu koridor atau jaringan dengan mengatur offset pewaktuan sinyal berdasarkan kecepatan kendaraan rata-rata dan jarak antar simpang. Area Traffic Control System (ATCS) dapat mengkoordinasi APILL pada suatu wilayah agar menghasilkan kinerja lalu-lintas yang optimal. Variable Message VMS dapat diaplikasikan pada lalu-lintas maupun Sign (VMS) perparkiran. Aplikasi untuk lalu-lintas meliputi sinyal/ rambu yang memberi informasi/ larangan/ perintah kepada pengemudi baik secara keseluruhan atau per lajur. Di dalam skema ini termasuk juga ramp metering. VMS untuk perparkiran berguna memberikan informasi dan arahan bagi pengguna parker mengenai ketersediaan ruang parkir Traffic Upaya ini bertujuan mereduksi hambatan lalu-lintas Surveillance berupa insiden kecelakaan atau gangguan pada commit to user kendaraan dengan cara mendeteksinya sedini mungkin
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
agar dapat ditangani segera. 4
Car Sharing/ Ride Matching
5
Congestion Pricing
6
Electronic Toll Collection
7
Manajemen Operasi Angkutan Umum Intelligent Vehicles
8 9
Advance Traveler Information
10
Pengendalian Angkutan Barang
Upaya optimasi vehicle occupancy dengan memfasilitasi keinginan bepergian bersama antara beberapa orang yang memiliki asal-tujuan dan waktu perjalanan yang hampir sama. Sistem pembatasan lalu-lintas dengan kewajiban pengguna kendaraan bermotor membayar penggunaan jaringan jalan saat periode jam puncak lalu-lintas. Sistem pengumpulan tol secara otomatis dan nirkontak; biasanya dengan menggunakan radio dan kartu infra merah. Menyangkut informasi jadwal, pengendalian operasi, transaksi pembayaran secara elektronik dll. Kendaraan yang dilengkapi dengan peralatan elektronik untuk menggantikan peran/ membantu pengemudi, dengan dukungan sensor dan komputer Informasi pendahuluan (pre-trip information) mengenai kondisi lalu-lintas saat ini dan yang akan datang serta informasi langsung di lapangan (en route) terhadap gangguan, hambatan lalu-lintas, kemacetan, serta rute yang direkomendasikan oleh perjalanan dengan asal-tujuan tertentu melalui media siaran (broadcast), web (internet) dan telepon. Pengendalian angkutan barang untuk mengetahui kemajuan distribusi barang berbasis global positioning system (GPS)
Sumber : Perencanaan Pengembangan IT untuk Kepentingan Lalu Lintas Perkotaan
c. Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas berbasis Intelligent Traffic System (APILL-ITS) Dari definisi diatas disimpulkan bahwa APILL-ITS adalah sistem pengendalian lalu lintas di Kota Surakarta dengan menggunakan perangkat elektronik yang modern dan memadukan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi ke dalam bidang transportasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi Kota Surakarta lebih informatif, lancar, aman dan nyaman.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam Optimalisasi APILL-ITS Berdasarkan pemaparan pengertian strategi diatas, Strategi
Dinas
Perhubungan dalam optimalisasi APILL-ITS dapat didefinisikan sebagai suatu upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan dalam optimalisasi APILLITS dengan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan, yakni meningkatkan kualitas transportasi perkotaan Kota Surakarta melalui peningkatan keselamatan dan penurunan lokasi rawan kemacetan. Sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
tentang
LLAJ,
strategi/upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan dalam optimalisasi APILL-ITS meliputi sosialisasi dan layanan informasi kepada masyarakat, pemeliharaan dan pengembangan APILL ITS, pengembangan Sumber Daya Manusia, serta monitoring dan kendali simpang. Strategi tersebut untuk mensinergikan antara manusia sebagai pengguna jalan, kendaraan sebagai sarana transportasi, dan jalan sebagai prasarana lalu lintas sehingga dapat megoptimalkan kinerja jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas. B. Kerangka Pemikiran Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Kota Surakarta, aktivitas manusia terjadi suatu perubahan dalam lingkup kehidupan, perubahan tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan diiringi pertambahan jumlah kendaraan. Sejalan dengan itu, maka permintaan akan transportasi juga commit to user akan meningkat, sehingga perlu upaya peningkatan sarana dan prasarana
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
transportasi yang memadai. Pertumbuhan jumlah kendaraan tanpa disertai pertumbuhan jalan yang sebanding membuat lalu lintas menjadi semakin padat dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi masyarakat karena akibat dari keamanan dan ketertiban yang kurang serta ketidaklancaran arus lalu lintas. Hal ini dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah kecelakaan lalu lintas dan peningkatan jumlah lokasi rawan kemacetan di Kota Surakarta. Sebagai upaya mengatasi permasalahan transportasi, kemacetan pada khususnya, di kota Surakarta, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah membangun sebuah sistem pengendalian lalu lintas yaitu APILL ITS, dengan cara pengaturan ulang traffic ligt secara terkoordinasi dan terkendali (ATCS) dan mengintegrasikan teknologi tersebut dengan layanan transportasi umum (BST). Dengan adanya Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang diatur dalam bab XVI tentang Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas Angkutan Jalan, APILL ITS mensinergikan faktor-faktor yang mempengaruhi lalu lintas yakni faktor manusia, faktor jalan dan faktor kendaraan. Akan tetapi, meskipun APILL ITS sudah diterapkan kondisi lalu lintas di Kota Surakarta masih belum terkendali secara maksimal. Hal ini diperlihatkan dengan adanya peningkatan lokasi rawan kemacetan dan tingkat kecelakaan yang masih tinggi di Kota Surakarta. Sehingga sesuai dengan kondisi tersebut peneliti akan meneliti tentang bagaimana startegi Dinas Perhubungan dalam rangka mengoptimalkan penerapan APILL ITS dalam mengurai titik rawan kemacetan dan jumlah kecelakaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Pertambahan kendaraan
Pertambahan Penduduk & Commuter
Jalan tidak bertambah
Tingginya tingkat kemacetan & kecelakaan
Kurang efektifnya penerapan APILL-ITS
Strategi Dinas Perhubungan Surakarta dalam optimalisasi APILL-ITS
Terciptanya kelancaran dan ketertiban lalu lintas
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan maksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan mendalam mengenai strategi Dinas Perhubungan dalam optimalisasi APILLITS di Kota Surakarta. Menurut H.B Sutopo (2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata lain penelitiam kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara memandang atau perspektifnya. Bentuk penelitian ini mengupayakan pencarian data yang berupa kata-kata dalam susunan kalimat atau gambar yang berlanjut pada analisis data untuk memberikan gambaran yang senyatanya tentang permasalahan yang ada. Studi deskriptif berupaya untuk memperoleh informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti, lengkap dan akurat dari suatu situasi. Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki yaitu tentang strategi optimalisasi APILL-ITS di Kota Surakarta pada tahun 2011. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Surakarta, dengan pertimbangan sebagai berikut : 1)
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang mempunyai tingkat kepadatan tertinggi. Tingkat kepadatan tertinggi ini membuat lahan kosong di Surakarta semakin terbatas sehingga sangat sulit menambah sarana jalan dalam upaya peningkatan pelayanan jalan. Sehingga dibutuhkan cara lalin dalam upaya tersebut. Selain itu Kota Surakarta menjadi pilot project sistem transportasi di Indonesia. Salah satu pilot project sistem transportasi adalah pengembangan ITS yang tercantum dalam Tatralok Kota Surakarta tahun 2009-2022. Penerapan sistem ini terus dikembangkan menuju sebuah Sistem Transportasi Cerdas (Intelligent Transport Syatem).
2)
Pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta merupakan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perhubungan dan tansportasi, mempunyai fungsi dan tugas yang sangat penting dalam pengembangan sarana dan prasarana transportasi seperti APILL-ITS. Sehingga pada dinas tersebut peneliti bisa mendapatkan data-data yang diperlukan dengan permasalahan yang ada.
3)
Adanya izin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di daerah-daerah tersebut.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pendukung meliputi: a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang merupakan sejumlah data, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan masalah yang menjadi obyek.
b.
Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui arsip, makalah, dokumen, dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian mengenai penerapan APILL-ITS. Data sekunder tersebut berupa dokumen Study Tatralok Kota Surakarta 2009-2022, Renstra Dinas Perhubungan Kota Surakarta tahun 2011-2015, Wahana Tata Nugraha tahun 2009 dan 2011 untuk menjelaskan kondisi lalu lintas di Kota Surakarta; buku Diklat Intelligent Transport System Materi: Overview Intelligent Transport System untuk menjelaskan tentang ITS di Indonesia, UU No 22 tahun 2009 dan PP 32 tahun 2011 sebagai dasar hukum,
Kajian
Kinerja
Persimpangan
yang
dikendalikan
oleh
APILL/Traffic Light di Kota Surakarta sebagai dasar Proposal Usulan Penggantian/Pengadaan/Pemasangan APILL/Traffic commit to user
Light
Di
Kota
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta Tahun 2006; Dokumen Kinerja pelayanan Manajemen Lalu Lintas dalam Penerapan APILL ITS Kota Surakarta untuk menjelaskan impelementasi APILL ITS dan strategi optimalisasinya di Kota Surakarta. D. Teknik Pengumpulan Data Beberapa langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, antara lain : a.
Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi melalui tanya-jawab secara langsung dengan nara sumber atau responden yang diteliti untuk melengkapi data yang diperlukan. Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan
responden
(informan).
Pewawancara
disebut
interviewer
sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee. Pada umumnya wawancara dipandu dengan panduan atau pedoman wawancara (Susanto, 2006 : 128). Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang dipergunakan oleh peneliti sesuai Metode Penelitian Sosial (Susanto, 2006 : 130-131) ialah wawancara terpimpin (terstruktur). Yakni tanya jawab terarah dan terfokus untuk mengumpulkan data-data yang relefan saja. Biasanya menggunakan pedoman wawancara yang memuat hal-hal yang akan ditanyakan secara commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terinci, sehubungan dengan pengumpulan informasi tentang topik penelitiannya. b.
Studi Kepustakaan. Teknik pengumpulan data dan informasi yang didasarkan pada hasil pengamatan pada buku-buku resensi dan literatur yang sesuai dengan isi penelitian kali ini. Buku-buku yang diperoleh oleh kami berasal dari perpustakaan dan buku-buku literatur dari para nara sumber.
c.
Observasi Lapangan. Teknik observasi adalah suau proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 145). Teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan langsung dilokasi penelitian mengenai kegiatan yang ada dan sedang berlangsung. Dalam hal ini peneliti mengamati keadaan kawasan persimpangan yang ber- APILL-ITS dan ruang kontrol (CCRoom)
E. Tehnik Pengambilan Sampel Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling. Dalam tehnik ini peneliti cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Adapun pihak-pihak yang dijadikan informan yaitu : 1) Bapak Drs.Yosca Herman Soedradjad, MM selaku Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 2) Bapak Sri Baskoro, SH.MSi selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 3) Bapak Joko Pramono selaku Kasi Manajemen dan Rekayasa Dinas Perhubungan Kota Surakarta. 4) Bapak Ari selaku staff Dinas Perhubungan Kota Surakarta 5) Pengguna lalu lintas dan angkutan jalan. F. Validitas Data Ketepatan dan kemantapan data tidak hanya tergantung dari ketepatan memilih sumber data dan tehnik pengumpulan data. Data yang berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat, perlu diuji dengan pengembangan dengan melakukan validitas data agar membuktikan apakah sesuatu yang diamati sesuai dengan yang senyatanya. Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (H.B.Sutopo, 2002: 78). Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam penelitian ini dilakukan triangulasi data. Menurut H.B.Sutopo (2002:79) triangulasi data atau sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Triangulasi data digunakan untuk mengarahkan peneliti agar mengumpulkan data commituntuk to user dari beragam sumber data yang berbeda menggali data sejenis sehingga apa
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diperoleh dari sumber data yang satu dapat lebih teruji kebenarannya bila digali dari sumber data yang berbeda. Penekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain. Cara ini digunakan untuk mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi data digunakan dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan melalui metode wawancara dengan berbagai informan baik dari pihak kantor maupun masyarakat, observasi, dan telaah arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh data yang valid. G. Tehnik Analisis Data Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif yaitu data yang telah terkumpul akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu: a.
Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mencarinya bila diperlukan.
b.
Penyajian Data (Data Display) Penyajian data ini adalah rangkaian informasi yang digunakan commit to user memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisa / mengambil tindakan berdasar atas pemahaman yang didapat dari penyajian data tersebut. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. c.
Penarikan kesimpulan (Conclusion) Selanjutnya dalam analisis data kualitatif merupakan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan merupakan temuan yang belum pernah ada, dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat beupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dengan demikian kesimpulan dimungkinkan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2010 : 246-253). Model interaktif dalam analisis data dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) (Sugiyono, 2010 : 247) Data collection
Data display
Data reduction
commit to user
Conclusions : drawing/verifying
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kota Surakarta a. Letak Geografi Kota Surakarta sering disebut Kota Solo, secara astronomis terletak antara 110°45‟15”-110°45‟35” Bujur Timur dan 7°36‟00”-7°56‟00” Lintang Selatan, dengan luas daerah ± 4.404,0593 Ha. Secara geografis wilayah Kota Solo terletak diantara Gunung Lawu disebelah timur dan Merapi sebelah barat dengan ketinggian ± 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Posisi Kota Solo sangat strategis di jalur lalu lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan diantara Yogyakarta – Solo – Semarang, Surabaya – Bali. Batas wilayah administratif Kota Surakarta meliputi sebelah utara Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar, timur Kabupaten Karangnyar, selatan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Luas wilayah administratifnya 4.404,06 ha sebagian besar telah menjadi lahan permukiman seluas 2.672,21 ha dan sisanya berturut-turut untuk jasa 428,06 ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 ha, ruang terbuka 24 8,29 ha, pertanian 210,83 ha dan lain-lain 461,16 ha. Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Serengan, Pasar kliwon, Jebres dan Banjarsari. Terdiri dari 51 kelurahan, 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. b. Kependudukan Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Surakarta 500.642 jiwa, dimana jumlah perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, yaitu 257.279 perempuan dan 243.363 laki-laki. Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya, yaitu sebanyak 31,45% (157.438 jiwa). Kemudian disusul Kecamatan Jebres sebanyak 27,9 persen dari total penduduk atau 138.624 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan laweyan dan Pasar Kliwon berturut-turut yaitu 86.315 dan 74.145 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu Serengan dengan persentase 8,81 persen (44.120 jiwa) dari jumlah keseluruhan penduduk. Dengan luas wilayah hanya sebesar 44,03 km 2 membuat tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa tengah yaitu 11.370 jiwa/km2. Hal tersebut menuntut pemerintah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduk Kota Surakarta, belum lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami penurunan yang signifikan yaitu 0,25 persen jauh dibawah angka laju petumbuhan Jawa Tengah yaitu 0,46 persen.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Potensi Wilayah Kota Surakarta merupakan kota budaya di Jawa Tengah dengan mengusung slogan “Solo The Spirit Of Java“ yang menjadi trend setter kota / kabupaten lain terutama di bidang ekonomi dan budaya. Meskipun luas wilayahnya tidak begitu besar dan Sumber Daya Alamnya (SDM) tidak melimpah namun Kota Solo mempunyai potensi yang luar biasa. Dengan memanfaatkan semua kelebihan yang ada di dalamnya, Surakarta mampu menyerap perhatian daerah lain bahkan mancanegara. Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi simbol identitas
Kota
Surakarta.
Eksistensi
Keraton
Kasunanan
Surakarta
Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Seni dan pembatikan Solo menjadi pusat batik di Indonesia. Apalagi setelah resmi dibuka Kampung Batik Laweyan menjadi ikon area penuh dengan wisata batik dari proses pembuatanya sampai penjualannya. Pariwisata dan perdagangan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling mendukung meningkatkan sektor ekonomi. Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur - sayuran dan bahan dasar protein harus bergantung daerah lain karena keterbatasan lahan. Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan, hotel, dan restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa. Terdapat beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumah tangga, kebanyakan industri commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bergerak dalam bidang pembuatan batik dan pakaian jadi yang hasilnya mencapai pasar internasional. d. Transportasi Banyak pilihan alat transportasi yang tersedia menuju kota Surakarta. Kota yang masih kental kebudayaan kejawen ini termasuk salah satu kota di Jawa Tengah yang mempunyai akses transportasi udara dan darat. Dengan adanya Bandara Internasional Adi Sumarmo membuat Surakarta lebih mudah untuk disinggahi masyarakat dari luar kota maupun mancanegara, terlebih Surakarta yang menjadi heritage city menjadikan banyak turis ingin berwisata menjelajahi kota tersebut. Pemerintah Kota mau tidak mau harus menciptakan sistem transportasi yang baik sebagai pendukung perekonomian daerahnya. Transportasi darat terdapat kereta api yang melayani rute ke berbagai kota baik di Jawa Tengah maupun di Luar Jawa Tengah, termasuk Kereta Prambanan Ekspres (Prameks) yang menjadi alat transportasi andalan masyarakat Solo menuju Kota Jogja. Apa lagi di dukung dengan tersedianya stasiun kereta api yang jumlahnya lebih dari satu, yaitu Stasiun Balapan, Jebres, Purwosari. Dari jalan raya terdapat Perusahaan Oto Bus (PO) yang melayani penumpang antar kota dalam propinsi (AKDP) dan antar kota antar propinsi (AKAP) yang bermuara di Terminal Bus Induk Tirtonadi. Posisi Kota Surakarta yang strategis dan banyaknya pilihan moda transportasi yang tersedia sangat memudahkan akses masyarakat yang ingin menuju Kota ini. Dalam Kota Surakarta ketersediaan transportasi umum jalan raya antara lain commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terdapat Bus Kota, angkutan, Mobil Penumpang Umum (MPU), taxi, dan Batik Solo Trans (BST) moda transportasi massal baru. Peningkatan berbagai aspek ekonomi menuntut peningkatan di bidang tranportasi, khususnya peningkatan jalan. Pada dasarnya jalan merupakan akses pendukung utama untuk berjalannya alat transportasi darat, karena bagaimanapun juga transportasi merupakan moda yang penting sebagai alat mobilitas manusia maupun barang dan jasa. Tabel 4.1 Panjang dan Lebar Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2009 – 2011 (dalam km) Tahun 2009 Panjang Lebar (1) (2) (3) (4) 1. Jalan Nasional 16,33 11,3 2. Jalan Provinsi 16,33 9,6 3. Jalan Kabupaten 675,86 5,3 Jumlah 708,52 8,7 Sumber : DPU Surakarta dalam WTN No.
Status
Tahun 2010 Panjang Lebar (5) (6) 16,33 11,3 16,33 9,6 675,86 5,3 708,52 8,7
Tahun 2011 Panjang Lebar (7) (8) 16,33 11,3 16,33 9,6 675,86 5,3 708,52 8,7
Dari data diatas menunjukkan bahwa perkembangan panjang dan lebar jalan di kota Surakarta adalah tetap. Hal ini terkait dengan keterbatasan lahan dan kebijakan walikota suarakarta, “move people, not car”. Akan tetapi kondisi ini didukung dengan kondisi jalan yang membaik. Kondisi jalan rusak hanya terdapat pada jalan kabupaten yang berkisar 3,99% dari keseluruhan jalan kabupaten. Sedangkan kondisi jalan pada status jalan nasional dan propinsi dalam kondisi baik dan sedang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Kondisi Jalan Kota Surakarta Tahun 2011 No
Status
Baik (Km) (%) (1) (2) (3) (4) 1. Jalan Nasional 3,5 26,62 2. Jalan Provinsi 8,599 55,55 3. Jalan Kabupaten 418,71 59,37 Jumlah 430,81 Sumber : DPU Surakarta dalam WTN
Kondisi Sedang (Km) (%) (5) (6) 9,65 73,38 6,881 44,45 258,2 36,61 274,731
Rusak (Km) (%) (7) (8) 28,14 3,99 28,14 3,99
Jalan raya yang ada sebagian besar dalam kondisi baik sehingga yang dapat dilalui kendaraan baik jalan negara, jalan provinsi, maupun jalan Kabupaten/Kota. Kesemuanya itu diharapkan digunakan sebagai sarana lintasan alat transportasi termasuk kendaraan umum yang mengantarkan orang dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan tujuannya masingmasing. e. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) Kota Surakarta APILL ITS diterapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan atas peningkatan kualitas layanan lalu lintas dan transportasi perkotaan di Kota Surakarta. Peningkatan tersebut melalui peningkatan aspek keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas dengan menyediakan layanan informasi dan intervensi terhadap pergerakan arus lalu lintas sesuai dengan amanat UU No 22 tahun 2009. Pada dasarnya APILL ITS merupakan salah satu program Manajemen Rekayasa Lalu Lintas Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka merealisasikan kebijakan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan commit to user Angkutan Jalan. Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan APILL ITS di Kota Surakarta sudah menjadi tuntutan sebagai upaya menekan kemacetan dan kecelakaan yang masih cukup tinggi. Adanya pelaksanaan APILL ITS di Kota Surakarta didasarkan pada peraturan-peraturan yang sifatnya vertikal dari pusat. Dasar Hukum dari pelaksanaan APILL ITS di Kota Surakarta yaitu : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang menjelaskan perlu diselenggarakannya sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan yang terpadu. 2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2011 tentang Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas yang menjelaskan perlu adanya penggunaan ruang lalu lintas dan pengendalian pergerakan lalu lintas untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan lalu lintas. 3. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan LLAJ 4. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2009 tentang perijinan LLAJ 5. Peraturan Walikota Surakarta No. 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi Dan Tata KerjaDinas Perhubungan Kota Surakarta Pembangunan
prasarana
lalu
lintas
dan
transportasi
dengan
diterapkannya APILL ITS merupakan respon pemerintah Kota Surakarta dalam hal pengaplikasian kemajuan teknologi dan informasi ke dalam sektor transportasi, sesuai dengan amanat UU No. 22 tahun 2009 pasal 245 bahwa untuk mendukung Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan sistem informasi dan komunikasi yang terpadu. Dengan penerapan APILL ITS di Kota Surakarta dapat diperoleh beberapa manfaat diantaranya: 1. Memonitoring kondisi dan status simpang secara terpusat dengan melalui CCRoom. Pengendalian dapat dilakukan secara otomatis, sehingga antisipatif terhadap dinamika lalu lintas. 2. Koordinasi antar simpang sehingga meminimalkan waktu berhenti (stop), travel time (waktu perjalanan) lebih singkat sehingga diperoleh penghematan BBM, pengurangan polusi. 3. Memudahkan
dan
mempercepat
pemberian
informasi
kepada
masyarakat. Konsep penerapan APILL ITS di Kota Surakarta adalah mengoleksi data tentang lalu lintas Kota Surakarta secara real melalui CCTV (data collection), memproses data yang diperoleh di CCRoom (data processing), kemudian melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat melalui traffic report, VMS, dan internet/website (dissemination). Penerapan APILL ITS Kota Surakarta berdasarkan teori Stephen Ezell tentang lingkup-lingkup pengembangan ITS sudah mencakup tiga lingkup pengembangan. Tiga lingkup pengembangan tersebut meliputi :
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 49
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Penyampaian Informasi ke publik (Advanced Traveller Information System) Dalam lingkup ini Dinas Perhubungan menyediakan informasi lalu lintas kepada masyarakat khususnya pengguna jalan raya. Informasi yang disediakan meliputi informasi kondisi lalu lintas terkini dan informasi rute perjalanan serta informasi kecepatan yang dapat ditempuh jika melewati rute tersebut. Dengan adanya informasi ini dapat diperoleh manfaat yaitu mengetahui kondisi terkini lalu lintas di Kota Surakarta sehingga masyarakat dapat memilih rute yang paling efektif. Penyampaian informasi lalu lintas kepada masyarakat dengan melakukan traffic report setiap hari, melalui VMS, call center dan website. Traffic report merupakan suatu kegiatan penyampaian informasi secara langsung tentang pantauan lalu lintas terkini (real time) di Kota Surakarta. Traffic report pantauan lalu lintas Dinas Perhubungan Surakarta bekerjasama dengan radio lokal dan TV lokal Surakarta. Dengan traffic report masyarakat dapat mengetahui bagaimana kondisi lalu lintas yang sedang terjadi sehingga sebelum masyarakat memutuskan bepergian masyarakat dapat mengolah informasi tersebut. Untuk menunjang kelancaran lalu lintas di jalan, penyampaian informasi disampaikan melalui variable massage sign (VMS) yang terpasang di dua pintu masuk Kota Surakarta. VMS mempunyai commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manfaat untuk menginformasikan rute tujuan dan kecepatan yang dapat ditempuh. Dinas Perhubungan juga menyediakan layanan call center dan website. Dengan layanan call center masyarakat dapat menanyakan secara langsung tentang kondisi lalu lintas yang terjadi atau mungkin menyampaikan keluhan, kritik dan saran tentang prasarana serta menayakan hal-hal yang berhubungan dengan lalu lintas. Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan yang optimal berbasis e-gov, Dinas Perhubungan bekerjasama dengan PT Telkom menyediakan website Dinas Perhubungan Kota Surakarta (www.dishub-surakarta.com). Melalui website ini masyarakat dapat melihat langsung pantauan arus lalu lintas dari CCTV dengan mengakses link kamera pada website. Selain itu website juga menyediakan berbagai informasi lalu lintas di Surakarta yang meliputi jadwal pesawat dan kereta api, pemesanan kereta wisata dan bus tingkat dll. 2.
Manajemen Lalu Lintas (Advanced Traffic Manajemen) Manajemen lalu lintas digunakan oleh pengelola jalan, dalam hal ini Dinas Perhubungan, untuk memantau lalu lintas dan memberikan informasi real time kepada pengguna jalan. Tujuan sistem ini agar lalu lintas dapat dioptimalkan pada seluruh route alternatif yang ada, sehingga kemacetan dapat dihindari atau dikurangi dengan memberikan saran kepada pemakai jalan. Sistem ini juga memberikan informasi adanya hambatan atau kecelakaan pada rute yang akan ditempuh, sehingga pengemudi dapat memakai alternatif route lain. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam lingkup manajemen lalu lintas, APILL ITS Kota Surakarta telah mengaplikasikan fasilitas CCTV, VMS, 43 APILL yang ber ATCS dan CCRoom. Dengan CCTV arus lalu lintas dapat selalu terpantau
melalui
CCRoom
sehingga
pengelola
dapat
menginformasikan kepada pengguna jalan tentang titik-titik kemacetan dan lokasi rawan kecelakan kepada pengguna jalan sehingga mereka bisa lebih antisipatif dengan melalui VMS. Pantauan arus lalu lintas secara real time, didukung dengan APILL yang ber ATCS, membuat pengelola jalan mampu mengelola, mengoordinasikan antar traffic dan mengintervensinya jika terjadi suatu kemacetan atau permasalahan di persimpangan tertentu. 3.
Manajemen Angkutan Umum (Advanced transport Manajemen) Dalam manajemen transportasi, APILL ITS mempunyai peranan dalam
rangka
menyediakan
keamanan,
kenyamanan
sekaligus
pelayanan yang prima bagi pengguna transportasi umum. Melalui APILL ITS, manajemen transportasi dapat dilakukan dengan penerapan teknologi informasi di bidang transportasi. Penerapan teknologi APILL ITS di Kotas Surakarta ditumjukkan dengan adanya GPS pada BST yang mendeteksi keberadaan, pergerakan dan kecepatan bus, adanya bus priority di persimpangan yang dilewati rute BST yang memberikan prioritas pada BST untuk melaju sehingga memberikan ketepatan waktu tempuh kepada pengguna BST dan sudah diterapkannya smart card dalam pembayaran sehingga lebih effisien dan effektif. Sistem ini juga commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diterapkan pada prasarana transportasi di Kota Surkarta yang meliputi penerapan passengger info pada shelter-shelter BST untuk memberikan informasi pasti kedatangan/waktu tunggu BST selanjutnya. Demi keamanan, setiap shelter juga dipasang CCTV untuk memantau penumpang dan kemungkinan adanya tindakan kejahatan. Komponen APILL ITS yang diterapkan dalam manajemen lalu lintas meliputi GPS head bus, bus priority, passengger info, dan e-payment dengan smart card. Dalam penerapannya, mulai tahun 2006-2011, Dinas Perhubungan Kota Surakarta telah mengimplementasi APILL ITS dengan membangun jaringan 43 dari 55 APILL ITS, ruang CCTV (CCRoom), camera, down couter, public aunouncer, passengger info, VMS (Variable Massage Sign), detector, jaringan FO (fiber optic), bus priority, ticketing, dan GPS (Global Possition System), dengan penjelasan sebagai berikut : 1.
Pembangunan jaringan 43 APILL ITS dari 55 simpang Pembangunan jaringan APILL ITS di mulai pada tahun 2006. Pembangunan dimulai setelah adanya kajian kinerja persimpangan yang dikendalikan oleh APILL di Kota Surakarta. Dari 55 simpang yang menjadi target lokasi up-grade APILL ITS, sampai dengan tahun 2010 baru 43 simpang yang terealilasi. Pada tahun 2006 ter up-grade 10 simpang, tahun 2007 ada 15 simpang, 10 simpang pada tahun 2008, 6 simpang pada tahun 2009, dan 2 simpang pada tahun 2010. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.3 Titik Lokasi up-grade APILL ITS 2006 – 2010 No
Lokasi
(1)
(2) Traffic Light (APILL) Simpang 4 Kleco Simpang Faroka Simpang 3 Kerten Simpang 4 Purwosari Simpang 4 Gendengan Simpang 3 Sriwedari Simpang 4 Ngapeman Simpang 4 Pasar Pon Simpang 4 Nonongan Simpang 4 Sudirman Simpang 4 Panggung Simpang 4 Pedaringan Simpang 4 Sumber Simpang 4 Tugu Wisnu Simpang 4 Ngemplak Simpang 5 Balapan Simpang 4 Ketandan Simpang 4 Gading Simpang 4 Gemblegan Simpang 4 Sraten Simpang 4 Bengawan Sport Simpang 3 Tipes Simpang 4 Fajar Indah Simpang 4 Mlipakan Simpang 4 Sate Sumber Simpang 4 Terminal Tirtonadi Simpang 4 Mipitan Simpang 4 Warung Pelem Simpang 3 Lapangan Kota Barat Simpang 4 Sangkrah Simpang 5 Banjarsari Simpang 3 Gilingan Simpang 4 Kelurahan Mojosongo Simpang 4 Genengan Mojosongo Simpang 4 Pasar Kliwon commit to Simpang 4 Panti Kosala/Dr Oen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Tahun Pemasangan (3) Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 Tahun 2008 user Tahun 2009
Kondisi (4) baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik baik
(ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS) (ATCS)
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 54
perpustakaan.uns.ac.id
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
digilib.uns.ac.id
Simpang 4 Masjid Sholikhin Simpang 3 Jongke Simpang 4 Rahayu Simpang 4 Baturono Simpang 3 Cengklik/Sugiyono Simpang 4 Sabar Motor Depan UNS Simpang 4 Tugu Lilin Pajang Simpang 4 Kantor Pos Nusukan Simpang 3 Juanda-Cokroaminoto Simpang 4 SMPN 18 Simpang 4 Ring Road Simpang 4 Dawung Simpang 4 Timuran Simpang 4 Kawatan Simpang 4 Pasar Kembang Simpang 4 Pasar Beling Simpang 4 Widuran Simpang 4 Atria
Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2010 usulan prioritas 2 usulan prioritas 4 usulan prioritas 5 usulan prioritas 6 usulan prioritas 7 usulan prioritas 8 usulan prioritas 9 usulan prioritas 10 usulan prioritas 11 usulan prioritas 12 usulan prioritas 13 usulan prioritas 14
baik (ATCS) baik (ATCS) baik (ATCS) baik (ATCS) baik (ATCS) baik (ATCS) baik (ATCS) baru/blm ada 2007-rusak baru/blm ada 1997 (baik) 2003 (baik) 2005 (baik) 1986 (baik) 1992 (baik) 1986 (baik) 1988 (baik) 1991 (baik) 1989-rusak
Sumber : Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2011 2.
CCRoom (Ruang Kendali) CCRoom adalah ruang kendali (pusat kontrol APILL ITS) yang mempunyai fungsi memantau lalu lintas dari CCTV, monitoring status controller persimpangan, memperpanjang dan memperpendek waktu “hijau”, memflashingkan controller, update time, plan, dan program serta koordinasi antar controller. Sebagian besar aktivitas kerja pertugas APILL ITS berada di ruang CCRoom.
Gambar 4.1 Pusat Kontrol APILL ITS Kota Surakarta (CCRoom) commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 55
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Camera
Gambar 4.2 Kamera dan Hasil Pantauan Kamera merupakan alat bantu pemantauan kondisi secara real di lapangan. Di Kota Surakarta, kamera yang telah terpasang 31 kamera, 9 kamera dome dan 22 kamera fix. Dengan CCTV tersebut dapat membantu masyarakat dengan memberi informasi berupa gambar mengenai kondisi lalu lintas di titik-titik tertentu. Gambar pantauan lalu lintas dapat diakses masyarakat, terutama para pemudik, melalui jaringan internet (website). CCTV tersebut dipasang pada 18 persimpangan rawan macet dan beberapa pusat keramaian, seperti terminal dan stasiun kereta api. Kondisi lalu lintas selanjutnya akan terpantau selama 24 jam melalui kamera cctv yang dipasang di titiktitik tersebut. Hasil pantauan kamera langsung dikirim ke layar monitor besar yang berada di kantor Dinas Perhubungan Kota Surakarta dan disalurkan ke masyarkat melalui website Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebagai salah satu layanan informasi ke masyarakat. 4.
Down counter (Alat penghitung mundur) Down counter adalah alat penghitung mundur waktu untuk memberikan infomasi sisa waktu, baik untuk warna merah maupun warna hijau. Dengan alat ini masyarakat diinformasikan secara pasti commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentang lamanya menunggu sehingga memberi kejelasan kepada pengguna jalan 5.
Public Announcer Public Announcer adalah speaker untuk memberikan teguran jika terjadi pelanggaran di lapangan serta dapat digunakan untuk himbauan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang tertib lalu lintas.
6.
Pasenger info
Gambar 4.3 Passenger Info di Halte BST Passenger info adalah suatu perangkat yang tersedia di dalam halte BST yang mempunyai fungsi menginformasikan kepada penumpang tentang berapa lama waktu kedatangan BST berikutnya. 7.
VMS (Variable Massage Service) Variable
Massage
Sign
sering
disingkat
VMS,
adalah sebuah rambu lalu lintas elektronik yang sering digunakan pada jalan raya untuk memberikan informasi bagi pengguna jalan mengenai lalu lintas, kemacetan lalu lintas, kecelakaan, penutupan jalan, batas kecepatan pada segmen jalan raya tertentu dan informasi lalu lintas lain. VMS yang terpasang sebanyak dua unit dan ditempatkan pada pintu masuk Kota Surakarta yakni persimpangan Kerten dan Panggung.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.4 VMS Panggung dan Kerten 8.
Detector Detector (sensor) adalah alat perhitungan lalu lintas secara otomatis
yang memberikan
signal-signal
respon
pada
sebuah
penghitung bila kendaraan melewati suatu titik (batas atau tempat) yang dipilih. Detector dalam APILL ITS kota Surakarta terpasang 2 unit. 9.
Jaringan FO (fiber optic) Fiber optic merupakan kabel jaringan yang dapat mentransmisi data melalui media cahaya. Penggunaan jaringan FO dalam APILL ITS digunakan sebagai penghubung setiap persimpangan yang ber-ATCS serta kamera ke ruang kendali (CCRoom). Jaringan FO yang telah terpasang sepanjang 31 km.
10. Bus Priority Bus priority untuk ”Batik Solo Trans” adalah fasilitas yang disediakan pada tiap simpang yang dilalui rute bus, agar
bus
mengalami delay/tundaan seminimal mungkin. Dalam perjalanan BST ini memungkinkan tidak akan terkena (dalam waktu lama) lampu merah di setiap persimpangan yang dilewati rute BST sehingga dapat memberikan kenyamanan dan mampu menarik perhatian masyarakat commit to user untuk menggunakan fasilitas transportasi umum yang telah disediakan.
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Ticketing Ticketing merupakan fasilitas pembayaran biaya tranpsortasi dengan menggunakan kartu smart card. Fasilitas ini sudah terintegrasi antar moda, yaitu BST, KA Prameks, dan Trans Jogja. Smart card terdiri dua jenis yakni singgle trip (sekali jalan) dan regular trip (langganan). Selain sebagai fasilitas pembayaran, ticketing berfungsi sebagai pendeteksi keberadaan BST di layar tracking system CCRoom. 12. GPS (Global Positioning System) GPS adalah suatu sistem navigasi yang berdasarkan satelit yang dapat memberikan posisi dari suatu lokasi user. Dalam hal ini, GPS yang diterapkan dalam BST adalah GPS tracking, dimana alat ini mempunyai fungsi mengetahui keberadaan BST diseluruh Kota Surakarta. Keberadan dan kecepatan BST dapat selalu terpantau dalam CCRoom melalui layar tracking system. 13. Pelican crossing
Tombol Pelican
Gambar 4.5 Pelican Crossing di Purwosari Pelican crossing adalah alat penyeberangan pejalan kaki yang dikontrol lampu lalu lintas dan dioperasikan oleh pejalan kaki. Nama ini berasal dari singkatan untuk 'PEdestrian LIght CONtrolled', dengan 'o' commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diubah menjadi 'a' untuk kemudahan dan menyerupakan dengan burung PELICAN. Pelican crossing merupakan traffic light bagi pengendara kendaraan dan pejalan kaki, lampu traffic light bagi pengendara kendaraan di jalan, lampu penyeberang jalan 2 (dua) warna, yaitu merah yang berarti tidak boleh menyeberang dan hijau yang berarti penyeberang jalan diperbolehkan berjalan, serta zebra cross dan ramburambu pendukung lainnya. Cara menggunakaanya cukup mudah, berikut ini pertunjuk penggunaannya : 1. Berdiri di samping pelican crossing 2. pencet satu kali, tombol warna perak pada tiang pelican crossing 3. tunggu sampai lampu gambar penyeberang jalan berubah menjadi hijau dan kendaraan berhenti di belakang garis henti 4. menyeberang dengan hati-hati di zebra cross, jangan berlari. 5. Ketika lampu penyeberang jalan diseberang jalan berwarna hijau dan bergerak lebih cepat, berjalanlah lebih cepat ketika menyeberang jalan. 6. Jangan menyeberang bila lampu penyeberang jalan berwarna merah.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Dinas Perhubungan Kota Surakarta a. Sejarah Berdirinya Dinas Perhubungan Organisasi LLAJR sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, waktu itu bentuk organisasinya dianggap cukup memadai dengan keadaan lalu lintas waktu itu yang boleh dikatakan belum serumit sekarang ini. Pada jaman Pemerintahan Belanda organisasi LLAJR dikelola oleh apa yang dinamakan Departemen Van Verkeer on Waterstaat yang kira-kira sama dengan Departemen
Perhubungan
sekarang
ini.
Organisasi
ini
menangani
terselenggaranya Undang-Undang Lalu Lintas Jalan Raya yang pada waktu itu disebut Wig Verkeer Ordonantie. Mulai tahun 1950 bidang pekerjaan dan organisasi LLAJR dibentuk dan berada langsung di bawah Menteri Perhubungan dengan nama Bagian Lalu Lintas Jalan dan Sungai dan sekarang bernama Direktorat Perhubungan Darat. Sejak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1958 tentang Penyerahan Urusan Lalu Lintas kepada Daerah Tingkat I, organisasi LLAJR disamping secara teknis berada di bawah Departemen Perhubungan (bagian dari Direktorat Jendral Perhubungan Darat) serta di bawah langsung Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya, juga secara perasional di bawah Departemen Dalam Negeri. Pada era Orde Baru telah dikeluarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 1992, kedudukan DLLAJ di daerah tingkat Kabupaten atau Kota merupakan perwakilan di tingkat Propinsi. Kemudian pada era commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reformasi dikeluarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan dikeluarkannya peraturan perundangan yang baru maka otomatis peraturan yang lama dinyatakan tidak berlaku. Untuk Jawa Tengah dikeluarkan Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 1986 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Dengan adanya Otonomi Daerah, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, termasuk didalamnya mengganti Dinas LLAJR menjadi Dinas LLAJ yang sekarang ini berkedudukan di Jalan Menteri Supeno Nomor 7 Surakarta. Pada tahun 2008 Dinas LLAJ Kota Surakarta mengalami perubahan menjadi Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Perubahan ini berdasarkan Peraturan Walikota Surakarta Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran TugasTugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta. b. Visi dan Misi Visi Visi merupakan rangkaian pertama dalam model Perencanaan Stratejik dan sekaligus merupakan cara pandang jauh kedepan tentang kemana organisasi akan diarahkan. Sehingga visi harus dapat membantu organisasi bagaimana pelayanan harus diselenggarakan. Dengan demikian Visi harus dirumuskan atas dasar penanaman yang akurat atas dinamika kehidupan, citra commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan peran organisasi serta kepekaan pada situasi yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta merumuskan Visi sebagai berikut: “Terwujudnya Lalu Lintas Angkutan Jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur dan nyaman serta efisien yang mampu memadukan modal transportasi sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan
sektor
transportasi
yang berwawasan
lingkungan di Kota Surakarta.” Artinya, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Surakarta bercitacita, melalui penyelenggaraan pelayanan yang profesional diharapkan mampu mendorong terwujudnya kesadaran masyarakat untuk berlalulintas sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku dimasyarakat sehingga tercipta lalu lintas yang selamat, aman, cepat, lancar dan tertib, terhindar dari hambatan, sehingga terwujud keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas yang efisien sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya di Kota Surakarta. Misi Misi adalah suatu pernyataan komprehensif tentang tugas pokok dan fungsi organisasi, serta sasaran yang hendak dicapai dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan demikian misi sangat diperlukan dalam organisasi untuk mengarahkan program, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, agar setiap kegiatan / produk organisasi selalu mengarah kepada pencapaian visi. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun misi dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kota Surakarta adalah : 1.
Menyelenggarakan transportasi yang handal, terpadu dan terjangkau oleh daya beli masyarakat guna meningkatkan mobilitas orang, barang dan jasa.
2.
Mewujudkan moda transportasi yang memenuhi persyaratan tehnik dan laik jalan.
3.
Menyelenggarakan manajemen dan rekayasa Lalu Lintas serta bimbingan keselamatan dan ketertiban Lalu Lintas.
4.
Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sektor transportasi. Dengan demikian misi merupakan sesuatu yang harus dijalankan agar
tujuan organisasi dapat tercapai dan ber-outcome baik sesuai Visi yang telah ditetapkan. c. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Walikota Kota Surakarta Nomor 14 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perhubungan Kota Surakarta bagian 1 Pasal 2 menyebutkan bahwa Dinas Perhubungan
mempunyai
tugas
pokok
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang lalu lintas, angkutan jalan, angkutan rel, angkutan sungai, dan penyeberangan. Sedangkan dalam Pasal 3 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Dinas Perhubungan mempunyai fungsi : commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Penyelenggara kesekretariatan dinas;
2.
Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;
3.
Penyelenggara manajemen dan rekayasa lalu lintas;
4.
Pengaturan angkutan orang dan barang;
5.
Pembinaan usaha sarana dan prasarana teknis kendaraan dan bengkel;
6.
Penyelenggara uji kendaraan;
7.
Penyelenggara pengelolaan Terminal;
8.
Penyelenggaraan pengelolaan Perparkiran;
9.
Penyelenggaraan sosialisasi;
10. Pembinaan jabatan fungsional; 11. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Struktur Organisasi Struktur organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Walikota Kota Surakarta, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dibantu Kepala Sub Bagian untuk jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini: Gambar 4.6 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok Jabatan Fungsional Ka Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Kepala Bidang Lalu Lintas
Kepala Bidang Angkutan
Ka Sub Bagian Keuangan
Kepala Bidang Teknis Sarana dan Prasarana
Ka Sie Bimbingan Keselamatan & Ketertiban
Ka Sie Angkutan Barang
Ka Sie Uji Kendaraan
Ka Sie Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Ka Sie Angkutan Orang
Ka Sie Teknik Kendaraan dan Bengkel
Kepala UPTD Perparkiran
Kepala UPTD Terminal
Ka Sub Bag TU
Ka Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
commit to user
Ka Sub Bag TU
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun perincian tugas dari masing-masing unit organisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut. 1.
Kepala Dinas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3. Kepala Dinas, membawahkan : a.
Sekretariat;
b.
Bidang Lalu Lintas;
c.
Bidang Angkutan;
d.
Bidang Teknis Sarana dan Prasarana;
e.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);
f.
Kelompok Jabatan Fungsional.
2. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk melaksanakan tugas pokok Sekretariat mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi, dan pelaporan. b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang keuangan; c. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat dibagi menjadi 3 subbagian yaitu: a. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang perencanaan,
evaluasi
dan
perencanaan,
pemantauan,
pelaporan, evaluasi
meliputi: koordinasi dan
pelaporan
serta
pengelolaan sistem informasi di lingkungan dinas. b. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi dan pelaksanaan di bidang keuangan, meliputi: pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan dinas. c. Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
administrasi dan pelaksanaan di bidang umum dan kepegawaian, meliputi: pengelolaan administrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tatalaksana, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan di lingkungan dinas. 3. Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas dan bimbingan, keselamatan dan ketertiban. Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Lalu Lintas mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Lalu Lintas dibagi menjadi 2 seksi yaitu : a. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas melakukan
penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas, meliputi: perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian
lalu
lintas
serta
perencanaan,
pembangunan,
pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas serta alat pengendali dan pengaman commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemakai jalan. b. Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban mempunyai tugas melakukan
penyiapan
bahan
perumusan
kebijakan
teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang bimbingan, keselamatan dan ketertiban, meliputi: penyuluhan, bimbingan keselamatan dan ketertiban kepada masyarakat di bidang lalu lintas jalan, sungai dan rel serta pemberian surat tanda nomor kendaraan tidak bermuatan dan kartu tanda kecakapan mengemudi kendaraan tidak bermotor. 4. Bidang
Angkutan
mempunyai
tugas
melaksanakan
penyiapan
perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang dan angkutan barang. Untuk melaksanakan tugas pokok bidang angkutan mempunyai fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan barang; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Angkutan dibagi menjadi 2 seksi yang masing-masing dikepalai oleh Kepala Seksi, meliputi : a. Seksi Angkutan Orang mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan orang, meliputi : menyiapkan saran pertimbangan dan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atau petunjuk, bimbingan serta pemberian ijin pengangkutan orang, ijin usaha angkutan orang, ijin trayek, ijin operasi dan ijin insidentil serta penyiapan rencana penetapan tarif angkutan kota dan angkutan perbatasan, penyelenggaraan sub terminal dan pos tempat pemungutan retribusi angkutan kota dan angkutan perbatasan serta pengawasan penyelenggaraannya. b. Seksi Angkutan Barang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang angkutan barang, meliputi: menyiapkan saran pertimbangan dan atau petunjuk, bimbingan serta pertimbangan teknis dalam pemberian ijin pengangkutan barang, ijin usaha angkutan barang, ijin
dispensasi
melalui
jalan
kota
serta
pengawasan
penyelenggaraannya. 5. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel serta uji kendaraan. Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Teknis Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi : a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel; b. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang uji kendaraan; c. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan tugas dan fungsinya. Bidang Teknis Sarana dan Prasarana dibagi menjadi 2 seksi yang masing-masing dikepalai oleh Kepala Seksi, meliputi : a. Seksi Teknik Kendaraan dan Bengkel mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang teknik kendaraan dan bengkel, meliputi: pemberian ijin usaha perbengkelan, pembinaan dan pengawasan teknis kendaraan bermotor dan tidak bermotor serta pembinaan dan pengawasan bengkel. b. Seksi Uji Kendaraan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang uji kendaraan, meliputi: pembinaan dan pengawasan, pengendalian dan pengujian kendaraan bermotor dan tidak bermotor. 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), bertugas melaksanakan pengelolaan terminal. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) dikepalai oleh Kepala UPTD. 7. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Keadaan Pegawai Keadaan pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta akan dibagi dalam beberapa tingkatan, meliputi distribusi pegawai masing-masing Bagian/Sub
Bagian
(Subbag)/UPTD,
jumlah
pegawai
berdasarkan
golongan/kepangkatan, jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah tenaga harian lepas, pegawai kontrak, seragam pegawai, dan jam kerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Distribusi Pegawai MasingMasing
Bagian/Subbag/UPTD
Distribusi
pegawai
masing-masing
Bagian/Subbag/UPTD termasuk didalamnya adalah pejabat struktural yang terdiri dari Kepala Bagian (Kabag) dan Kepala Sub Bagian (Kasubbag), dan Kepala Seksi (Kasi), Kepala UPTD, serta staf. Berikut ini adalah gambaran distribusi pegawai masing-masing Bagian/Subbag/UPTD. Tabel 4.4 Distribusi Pegawai Masing-Masing Bagian No. (1) 1 2 3 4 5
Jabatan
Kepala
Kasi/ Kasubbag (4) 3 2 2
PNS (5) 8 12 22
Staf CPNS (6) -
(2) (3) Kepala Dinas 1 Sekretariat 1 Bidang Lalu Lintas 1 Bidang Angkutan 1 Bidang Teknis Sarana 1 2 14 dan Prasarana UPTD 2 1 115 Jumlah 7 10 171 Sumber : Subag Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2011
Jumlah (7) 1 12 15 25 17 118 188
Berdasarkan tabel di atas jumlah pejabat struktural Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 17 orang, terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Subbag, Kepala UPTD, sertatoKasubbag/Kasi. Sedangkan jumlah staf commit user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dinas Perhubungan Kota Surakarta sebanyak 171 orang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) termasuk didalamnya staf UPTD. Jadi jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta yang berstatus PNS sebanyak 188 orang. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Kepangkatan Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan golongan/kepangkatan sangat bervariasi dari Gol. I sampai dengan Gol. IV. Tabel berikut ini akan menggambarkan keadaan pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan golongan/kepangkatan. Tabel 4.5 Jumlah Pegawai berdasarkan Golongan/Kepangkatan No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 13
Golongan Pria Wanita Jumlah (2) (3) (4) (5) Gol. IV b 1 1 2 Gol. IV a 1 1 Gol. III d 9 2 11 Gol. III c 12 4 16 Gol. III b 41 3 44 Gol. III a 11 11 Gol. II d 3 3 Gol. II c 2 1 3 Gol. II b 62 2 65 Gol. II a 9 2 11 Gol. I d 13 13 Gol. I c 14 14 Gol. I b 9 9 Gol. Ia Jumlah 173 15 188 Sumber : Subag Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2011 Berdasarkan tingkat golongan, golongan terendah adalah I D sebanyak 13 orang dan tertinggi adalah IV A sebanyak 1 orang. Dari tabel di atas juga dapat diketahui jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin, dengan to user daripada jumlah wanita yakni perbandingan jumlah pria commit lebih banyak
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebanyak 173 orang pria dan 15 orang wanita. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan juga sangat beragam. Dari tingkat pendidikan paling rendah yakni SD sampai dengan tingkat pendidikan paling tinggi yakni S2. Untuk mengetahui lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini. Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tingkat Pendidikan Pria Wanita Jumlah (2) (3) (4) (5) S2 7 2 9 S1 43 6 49 D4 5 5 Sarjana Muda 2 1 3 D3 2 1 3 D2 1 1 SLTA 88 5 93 SLTP 15 15 SD 10 10 Jumlah 173 15 188 Sumber : Subag Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2011 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pendidikan rata-rata pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah SLTA dan S1, dengan komposisi jenjang SLTA sebanyak 93 orang dan jenjang S1 sebanyak 49 orang. Di samping memiliki pegawai dengan status PNS, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga memiliki pegawai dengan status Tenaga Harian Lepas (THL) dan Pegawai Kontrak yang tersebar di Subbag dan UPTD. Tabel berikut ini menggambarkan jumlah THL dan Pegawai Kontrak. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.7 Jumlah Tenaga Harian Lepas (THL) dan Pegawai Kontrak No. (1) 1 2 3 4 5
Bagian Jumlah (2) (3) Subbag Lalu Lintas 11 Subbag Teknik Sarana 1 Subbag Angkutan 25 UPTD Terminal 69 UPTD Perparkiran 10 Jumlah 130 Sumber : Subag Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Surakarta, 2011 Berdasarkan tabel di atas jumlah THL dan Pegawai Kontrak Dinas Perhubungan Kota Surakarta cukup banyak. Jumlah keseluruhan sebanyak 130 orang, hampir sama dengan jumlah PNS yang berjumlah 188 orang. Jam kerja pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta sesuai dengan tugasnya masing-masing. Adapun jam kerja pegawainya adalah : 1. Umum Seluruh pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta, kecuali bagian UPTD terminal, petugas CC room, dan petugas TPR masuk 5 hari kerja mulai pukul 07.15 sampai dengan 15.30 serta hari Sabtu Minggu libur. 2. Petugas terminal (UPTD Terminal) Pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas di UPTD terminal dibagi menjadi 4 regu dimana masing-masing regu terdiri dari 13 personil. Adapun jam kerja pegawainya dibagi menjadi 3 shif, yaitu : 1) Shif pertama masuk pukul 07.00 – 14.00 WIB. 2) Shif kedua masuk pukul 14.00 – 22.00 WIB. 3) Shif ketiga masuk pukul 22.00 – 07.00 WIB. commit to user Adapun ketentuan libur untuk pegawai Dinas Perhubungan yang Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertugas di UPTD terminal adalah masuk kerja 3 hari mendapatkan libur 1 hari. 3. Petugas CC room Petugas CC room bertugas untuk mengawasi kelancaran melalui CCTV yang dipasang di setiap traffic lights di daerah-daerah rawan sehingga kemacetan dapat selalu dipantau melalui ruangan tersebut. Adapun jam kerja untuk petugas CCRoom adalah : 1) Shif pertama masuk pukul 06.30 – 15.00 WIB 2) Shif kedua masuk pukul 15.00 – 21.00 WIB Mulai pukul 22.00 lampu traffic lights dihidupkan kuning sebagai tanpa hati-hati. Masing-masing shift ditempatkan 3-5 orang petugas dari Sub Din Lalin. Hari libur tetap ada petugas yang memantau. 4. Petugas TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) Petugas TPR per pos terdiri dari 4 orang pegawai dan bekerja mulai pukul 06.00 – 17.00 WIB. Petugas TPR memiliki 6 hari kerja dan libur fleksibel sesuai dengan keinginan pegawai.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam Optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL-ITS) Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS). Dalam menganalisis pelaksanaan strategi optimalisasi APILL ITS, penulis akan menjelaskan satu per satu strategi yang dilaksanakan dengan maksud untuk mempermudah proses analisis. Adapun strategi-strategi tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Sosialisasi dan Layanan Informasi Kepada Masyarakat Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Proses sosialisasi merupakan proses yang penting dalam keberhasilan suatu program karena melalui sosialisasi masyarakat dapat mengetahui jelas apa yang dimaksud dengan program tersebut, sehingga sosialisasi sebagai istilah perkenalan suatu program. Sosialiasi ini merupakan kegiatan memberikan wawasan tentang tata cara berlalu lintas yang baik kepada masyarakat, melatih kepedulian masyarakat terhadap sesama pengguna jalan yang lain dan terhadap lingkungan untuk mewujudkan keteraturan dan kelancaran lalu lintas di Kota Surakarta serta memperkenalkan fasilitas-fasilitas APILL ITS kepada masyarakat. Dalam sosialisasi tentang APILL ITS dijelaskan bahwa Kota Surakarta mempunyai sistem pengendalian lalu lintas baru berbasis teknologi informasi, ada CCTV, commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan CCRoom sebagai ruang pusat kontrolnya, apa fungsi, manfaat dan cara menggunakan dan mengaksesnya. Dari CCRoom terpantau kondisi lalu lintas Kota Surakarta secara real time sehingga lalu lintas dapat diintervensi oleh pengelola jalan. Masyarakat juga dapat mengakasesnya dengan mengunjungi website
Dishub
Surakarta
(http://www.dishub-surakarta.com)
atau
menyaksikan siaran langsung (life report) dari media elektronik lokal Surakarta. Sesuai program peningkatan kualitas pelayanan angkutan dalam renstra 2011-2015, Dinas Perhubungan melaksanakan sosialisasi ketertiban lalu lintas dan angkutan melalui sosialisasi Zoss dan WTN. Sosialisasi tentang APILL ITS di Kota Surakarta sudah dilaksanakan sejak tahun 2006 kepada seluruh stakeholder, baik masyarakat umum, pelajar maupun mahasiswa. Namun intens dilakukan kepada masyarakat luas sejak tahun 2009. Target sosialisasi diprioritaskan pada lembaga pendidikan formal dan non formal. Hal ini dikarenakan anak-anak merupakan generasi penerus bangsa sehingga penanaman budaya tertib berlalu lintas perlu ditanamkan sejak dini. Media sosialisasi tersebut dengan datang langsung ke tempat tujuan. Media sosialisasi lainnya adalah melalui media cetak dan media elektronik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Sri Baskoro sebagai Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta, berikut : “...ada sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasinya melalui media massa, media cetak dan media elektronik, itu sosialisasi secara tidak langsung. ...secara langsung kita mendatangi sekolah-sekolah dengan melalui program Zoss.” (Wawancara 10 Agustus 2011). commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bapak Ari sebagai koordinator CCRoom yang juga merupakan salah satu pihak yang terlibat dalam sosialisasi APILL ITS tersebut, berikut : “...jelas ada. Mulai 2006 kita dibentuk itu ada. Sosialisasi dilaksanakan supaya masyarakat tahu tentang keberadaan sistem ini dan berminat untuk menggunakanya. Sistem ini kan dapat berhasil jika masyarakat mampu menggunakannya dengan baik. penerapan APILL ITS secara umum juga kami sampaikan agar masyarakat nantinya bisa terbiasa disiplin berlalu lintas di jalan“.(wawancara, 11 Agustus 2011) Hadirnya sistem pengendalian lau lintas berbasis teknologi ini terus disosialisasikan pada semua kalangan masyarakat melalui berbagai media. Media massa lokal seperti diberitakan Solo Pos, Joglosemar, dan Suara Merdeka, bahkan koran nasional seperti Harian Seputar Indonesia, Kompas, Jawa Pos juga berkontribusi dalam mensosialisasikan APILL ITS ini, karena dengan berita-berita tentang adanya traffic control yang baru di Kota Solo dengan nama APILL ITS akan menjadi trending topic tersendiri bagi masyarakat Solo. Selain itu Dinas Perhubungan juga membuat selebaran (leaflet) yang dibagikan kepada mahasiswa, pelajar di sekolah-sekolah maupun pegawai di instansi pemerintahan. Pemberitaan tentang APILL ITS juga dilakukan melalui media elektronik seperti televisi yang ditayangkan dengan durasi pendek berwujud iklan layanan masyarakat dan acara khusus yang menayangkan traffic report lalu lintas di Kota Surakarta. Cara demikian dilakukan Dishub yang bekerjasama dengan pihak TATV sebagai televisi lokal yang menginformasikan berita-berita terkini seputaran wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya, selain itu sosialisasi melalui media elektronik juga dilakukan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melalui radio-radio di Kota Solo seperti radio Solopos FM Radio, dan Pro II FM RRI serta kunjungan-kunjungan ke sekolah bahkan menerima kunjungan dari sekolah dan pihak yang berkepentingan dalam pantauan langsung ke CCRoom Dishub. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah satu Staff Dinas Perhubungan Bagian Koordinator CCRoom, Bapak Ari: “dalam sosialisasinya, kita bekerjasama dengan berbagai media lokal surakarta. Dan juga kita tahun 2008 sudah ada traffic report dengan radio, dan traffic report dengan TATV mulai tahun 2009. (Wawancara 11 Agustus 2011). Pernyataan tersebut di dukung oleh pernyataan Bapak Joko, selaku Kasi. Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, berikut : “sosialisasi selama ini dilakukan ketika Kepala Dinas ada di TATV dan tulisan-tulisan di media cetak seperti solopos, pada saat kunjungan pada saat ada acara kunjungan dari dari media-media pada saat peliputan, seperti Solo Pos, Joglosemar, dan Suara Merdeka. Kita menyisipkan berita tentang APILL ITS mengenai CCRoom. Sosialisasipun kita lalukan pada saat ada kunjungan dari sekolahsekolah. Pada saat ada sosialisasi zoss kan juga ada paparan mengenai CCRoom sehingga mereka biasanya ingin mengetahui lebih lanjut dengan mengirimkan surat untuk mendatangai secara langsung pusat kontrol ITS, nah dari situ kita mensosialisaskan lebih lagi tentang APILL ITS”. (wawancara, 15 Agustus 2011). Hal tersebut di benarkan oleh Prasetya, pengguna jalan raya yang hendak bepergian ke arah Kota Surakarta : “saya tahu ada penambahan kamera (CCTV) pada lalu lintas di Solo dan dapat di kontrol dari teman-teman tongkrongan di Solo. Saya juga tahu pada saat di jalan-jalan. Setiap saya ke Solo saya melihat adanya tiang tinggi dengan ada benda diatasnya berbentuk kotak dan bunder. Saya tahu itu CCTV dari nonton berita di metro tentang pantauan lalu lintas, kok sama gitu.”(wawancara, 05 Oktober 2011)
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ungakapan yang sama juga di sampaikan oleh Serly, siswa SMP Bintang Laut, berikut : “kalau saya tahu adanya CCTV dari TATV pada saat acara wawancara TATV dengan Pak Jokowi, yang katanya lalu lintas di kota Solo sudah menggunakan CCTV dalam pengaturannya dan dapat di kontrol. Selain itu juga dari temen-temen dan guru-guru di sekolah yang katanya pernah di datangi Dinas Perhubungan.” (wawancara, 05 Oktober 2011) Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dwi, siswa SMP 14 Surakarta yang menyeberang melalui pelican crossing di depan Moewardi : “nyeberang lewat alat ini aku tahunya dari itu, papan penunjuk pemakaian...aku sering lewat sini mas, biasanya kan ada yang jaga, dia yang mencet...pas aku lewat pertama kali gak ada yang jaga terus tak baca aja tulisan diatas.” (wawancara, 4 November 2011) Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya sosialisasi mengenai APILL ITS dan pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengakses fasilitas yang ada dalam APILL ITS dan mengetahui informasi dan keadaan lalu lintas terkini. Meskipun tidak dilaksanakan secara periodik sosialisasi dilaksanakan secara kontinyu kepada semua pihak yang terkait dan masyarakat Surakarta. Adapun jadwal sosialisasi kepada masyarakat maupun stakeholder yang terjadwal dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.8 Jadwal Pelaksanaan Sosialisasi APILL ITS di Kota Surakarta No (1)
Tanggal (2)
Tempat dan Peserta (3)
1
15 -7- 2010
SMA Al Islam 1
Pelaksana (4) Dishub Surakarta
2
25 -7- 2010
UNS
Dishub Surakarta
3
30 -7- 2010
SDN Tugu no.48
commit to userDishub
Kegiatan (5) Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta 4
30 -7- 2010
SDN Jayengan
Dishub Surakarta
5
02 -8- 2010
SDN Purworejo
Dishub Surakarta
6
03 -8- 2010
SD Islam Diponegoro
Dishub Surakarta
7
04 -8- 2010
Kelurahan Joyontakan
Dishub Surakarta
8
05 -8- 2010
Kelurahan Sumber
Dishub Surakarta
9
06 -8- 2010
SD Joglo
Dishub Surakarta
10
09 -8- 2010
SD Al Islam 3
Dishub Surakarta
11
21 -9- 2010
SD Banyuagung 1
Dishub Surakarta
12
22 -9- 2010
SDN Sekip 2
Dishub Surakarta
13
23 -9-2010
SDN Kedunglumbu
Dishub Surakarta
14
24 -9- 2010
SDN Cemara 2 No.13
Dishub Surakarta
15
27 -9- 2010
SDN Mojosongo III No.235
16
04 -102010
SDN Cengklik
Dishub Surakarta
17
05 -102010
SDN Bumi 1
Dishub Surakarta
18
06 -102010
SD Pangudi Luhur 1 dan 2
Dishub Surakarta
19
07 -102010
SD Widyawacana
Dishub Surakarta
20
08 -102010
Ponpes Al Muayyad
Dishub Surakarta
21
01 -112010
SMP Warga
Dishub Surakarta
22
02 -112010
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef
23
03 -112010
SMAN 1
Dishub Surakarta
Dishub Surakarta
commit to userDishub Surakarta
memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
04 -112010
SMK Sahid
Dishub Surakarta
25
05 -112010
SMPN 3
Dishub Surakarta
26
13 -5-2011
TK Pembina
Dishub Surakarta
27
18 -5-2011
SD Warga
Dishub Surakarta
28
19 -5-2011
TK Al Islam Jamsaren
Dishub Surakarta
29
20 -5-2011
Focus Independent School
Dishub Surakarta
30
21 -5-2011
TK Aisiyah Kartopuran
Dishub Surakarta
31
15 -6- 2011
TK Sinar Nyata
Dishub Surakarta
32
16 -6- 2011
SD Bumi 2
Dishub Surakarta
33
16 -6- 2011
SD Tegalsari
Dishub Surakarta
34
17 -6- 2011
SD Kestalan
Dishub Surakarta
35
21 -7- 2011
SD Kanisius Keprabon 1
Dishub Surakarta
36
22 -7- 2011
SD Pajang 1,2
Dishub Surakarta
37
23 -7- 2011
SD Serengan 1
Dishub Surakarta
38
25 -7- 2011
SD Ksatriyan
Dishub Surakarta
39
29 -7- 2011
SD Kemasan 1
Dishub Surakarta
40
30 -7- 2011
SMP Bintang Laut
Dishub Surakarta
41
13 -9- 2011
SD Kristen Manahan
Dishub Surakarta
42
14 -9- 2011
SD Pasar Kliwon (dpn SPBU)
43
15 -9- 2011
commit SD Muh 1 Prog Khusus
Dishub Surakarta Dishub
to user Surakarta
ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
16 -9- 2011
SD Al Azhar Syifa Budi
Dishub Surakarta
45
17 -9- 2011
SD Pangudi Luhur 1 dan 2
Dishub Surakarta
Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss Sosialisasi memperkenalkan APILL ITS dan Zoss
Sumber : Data Sekunder Dinas Perhubungan Kota Surakarta Tabel 4.8 diatas menunjukkan jadwal pelaksanaan sosialisasi APILL ITS yang terjadwal. Sosialisasi tersebut disisipkan dengan sosialisasi program Dinas Perhubungan lainnya seperti disisipkan dengan Program Zona Selamat Sekolah (ZoSS) di beberapa tingkatan sekolah dan dengan membagikan selebaran tentang APILL ITS. Sosialisasi selebihnya dilaksanakan secara tidak terjadwal yang bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, kepada siapa saja masyarakat di Solo dan sekitarnya, seperti menerima kunjungan ke ruang pusat kontrol APILL ITS (CCRoom). Dalam proses sosialisasi APILL ITS, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga menyediakan layanan informasi kepada masyarakat. Layanan informasi ini mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi dan situasi terkini lalu lintas di Kota Surakarta. Adanya layanan informasi ini sesuai dengan Keputusan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam rangka keterbukaan informasi ke masyarakat. Bentuk layanan informasi yang disediakan meliputi adanya pantauan arus lalu lintas secara langsung (traffic report) kepada masyarakat Kota Surakarta melalui TV lokal yakni TATV dan radio-radio yang meliputi Solopos FM dan Pro II FM RRI. Selain itu, layanan informasi kepada masyarakat juga disampaikan melalui VMS, website Dishub (www.dishub-surakarta.com) dan hotline Dishub (call center). Hal tersebut commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan pernyataan Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom (Pusat Kontrol APILL ITS), berikut : “layanan informasi kita berikan informasi tentang kemacetan, kepadatan lalu lintas... layanan informasi kita lakukan hampir berbarengan dengan sosialisasi yang melalui media elektronik. Misalnya melalui TATV dan radio dalam pantauan lalu lintas...Bentuk layanannya kita live report dengan TATV...dengan radio kita live report...dalam satu hari penyampain informasi biasanya 11 pelaporan. Kalo dengan Solopos jam tujuh, delapan, 14.00, 15.00, 19.00, dengan RRI 7.30, 16.30, 18.30 terus TATV jam 7 kurang seperempat, 16.45, 20.45 biar lebih jelasnya coba nanti masnya mendengarkan...kan ada jawalnya.” (wawancara, 11 Agustus 2011) Ungkapan senada juga disampaikan Bapak Sri Baskoro sebagai Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan, berikut pernyataannya : “Layanan informasi kita berikan kepada masyarakat melalui traffic report...Sebelum mereka beraktivitas lalu lintas mereka bisa mendengarkan traffic report itu kan ada traffic report di TATV, radio Solopos FM...selain itu kita menyediakan call center bagi masyarakat, facebook, website, dan VMS untuk travel time.” (wawancara, 10 Agustus 2011) Berdasarkan hasil wawancara diatas data disimpulkan bahwa layanan informasi kepada masyarakat disampaikan setiap hari melalui media elektronik dan melibatkan pihak swasta. Pentingnya informasi kepada masyarakat mengenai lalu lintas di Surakarta untuk mewujudkan lalu lintas kota Surakarta yang tertib dan lancar sesuai dengan semboyan “tertib beralalu lintas cermin budaya wong solo”. Penyampaian layanan informasi ini berlangsung secara periodik dan kontinyu. Berikut jadwal layanan informasi kepada masyarakat dan stakeholder.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.9 Jadwal Layanan Informasi kepada masyarakat Media
Waktu
TATV
(06.45) (16.45) (20.45)
Pro II FM RRI
(07.30) (16.30) (18.30)
Solopos FM
(07.00) (08.00) (14.00) (15.00) (19.00)
Kegiatan Live Report & Streaming Pantauan Lalu Lintas Live Report Pantauan Lalu Lintas Live Report Pantauan Lalu Lintas
Sumber : Data Sekunder Dinas Perhubungan Adanya layanan informasi kepada masyarakat dalam bentuk live report, website, dan call center belum sepenuhnya dipahami oleh semua masyarakat Surakarta. Masyarakat belum banyak yang tahu bahkan memenfaatkan layanan informasi tersebut. Hal ini sama seperti yang disampaikan Bapak Sukamto, pengguna kendaraan bermotor yang hendak menuju ke UNS, berikut : “belum tahu mas kalo ada layanan seperti itu, berarti hampir sama dengan yang di metro tv ya? Saya tahunya itu ada kamera disetiap persimpangan tidak tahu apakah bisa di manfaatkan oleh masyarakat”. (wawancara, 08 Oktober 2011) Hal ini didukung oleh pernyatan Bapak Joko, penumpang BST dari Kartasura, berikut : “kayaknya belum pernah tahu kalo seperti itu ada di Solo. Yang saya tahu alat-alat lalu lintasnya sekarang, di Solo, lebih menarik dan jelas. Ada papan besar yang bisa menyala berganti-ganti tulisan dan gambar, lampu lalu lintasnya juga lebih terang biasanya kan dulu warnanya hampir sama semua tapi sekarang merah ya merah, kuningkuning, hijau-hijau.” (wawancara, 4 november 2011). Pendapat berbeda di sampaikan oleh Mas Yudha, pengguna kendaraan bermotor, berikut : “oya mas...saya baru tahu ada layanan seperti itu di Surakarta. Saya tahunya dari papan elektronik di depang moewardi...ya VMS...pas saya lewat ada tulisan „live streaming lalu lintas di Solo‟ dengan commit to user mengunjugi web dishub Solo. Tapi pas tak coba kok gambarnya
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
putus-putus kadang malah gak bisa”. (wawancara, 4 november 2011). Seperti yang disampaikan Bapak Ari, selaku Koordinator CCRoom, berikut : “setiap hari ada sekitar 5-10 penelepon, kita mengakui masyarakat mungkin belum banyak mengetahui layanan ini, mungkin belum ada kesadaran dari masyarakat dan sosialisasi kita masih kurang” (wawancara, 11 Oktober 2011) 2. Pemeliharaan dan Pengembangan APILL ITS Penggunaan prasarana yang berbasis teknologi dalam penerapan APILL ITS memerlukan adanya pemeliharaan dan pengembangan. Pemeliharaan tersebut dalam rangka merawat prasarana yang ada sehingga dapat digunakan secara optimal. Sedangkan pengembangan dimaksudkan adalah untuk memenuhi kualitas serta kuantitas prasarana APILL ITS sesuai dengan perkembangan teknologi dan dinamika lalu lintas di Kota Surakarta. Hal ini sesuai dengan program peningkatan pelayanan angkutan (renstra 2011-2015) tentang pengembangan sarana dan prasarana jasa angkutan dengan output terpelihara dan tersedianya sarana dan prasarana lalu lintas. Menurut Bapak Sri Baskoro selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Pehubungan Kota Surakarta menerangkan bahwa : “Karena itu peralatan teknis yang perlu mendapat perlakuan khusus dan juga membutuhkan perawatan khusus...ya jelas ada pemeliharaan itu kan ada programnya...selain kita pelihara kita juga kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi”. (wawancara, 11 Agustus 2011)
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1 Pemeliharaan Pemeliharaaan fasilitas APILL ITS dilakukan untuk menjaga kondisi alat-alat tersebut sehingga dapat selalu berfungsi optimal mengingat keberadaan sarana dan prasarana ini sangat rentan akan kerusakan-kerusakan baik software maupun hardware. Pemeliharan dibagi dua lingkup, meliputi : 1. Lingkup Dinas Perhubungan (CCRoom) Pemeliharan di lingkup Dinas Perhubungan tepatnya di CCRoom dilakukan secara rutin dan berkala. Secara rutin pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan melakukan pengecekan terhadap semua sistem komputerisasi yang meliputi controller traffic ligth, tracking GPS BST, kamera, VMS, website, server data base dan koneksifitas. Sedangkan pemeliharaan berkala dilakukan setiap bulan sekali. Pemeliharaan tersebut dengan mematikan seluruh sistem selama 24 jam. Selama proses off system (mematikan seluruh sistem) ini pemeliharan dilakukan dengan pengecekan kabel-kabel hub, pembersihan instrument, dan maintenance system. 2. Pemeliharaan lingkup lapangan Pemeilharaan lingkup lapangan terkait dengan prasarana APILL ITS yang terdapat di luar Dinas Perhubungan yang meliputi fasilitas APILL, passengger info, down counter dan pelican crossing. Pemeliharaan ini dilakukan dengan melakukan pengecekan instrument dan pemeliharaan yang sifatnya on demand. Pengecekan dilakukan setiap hari dengan melakukan patroli petugas dari Dinas Perhubungan untuk mengetahui apakah fasilitas berfungsi dengan baik atau ada masalah. Pemeliharaan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang sifatnya on demand adalah pemeliharaan dengan perbaikan jika diterima laporan adanya kerusakan atau tidak berfungsinya prasarana lalu lintas khususnya fasilitas APILL ITS. Laporan tersebut bisa dari petugas di lapangan atau dari masyarakat sipil dan instansi lain. Hal ini sesuai pernyataan Bapak Ari selaku koordinator CCRoom Dinas Perhubungan Kota Surakarta, berikut : “pemeliharaan fasilitas di lapangan kita lakukan dengan dicek tiap hari ke lapangan oleh team rambu, jika ada kerusakan atau gangguan ya langsung diperbaiki, jika perbaikannya lama nanti akan ada pemeberitahuan ke masyarakat. Trus Pemeliharaan yang sifatnya on demand, artinya jika ada laporan melalui call center dari petugas lapangan dan masyarakat. Kalau pemeliharaan di CCRoom kita lakukan tiap bulan sekali dengan meng-off-kan sistem selama sehari untuk perawatan, kayak pemebersihan dan pengecekan yang lainnya”. (wawancara, 8 November 2011) Dalam proses pemeliharaan, Dinas Perhubungan Kota Surakarta bekerjasama dengan Pihak Ketiga atau pihak pemenang tender pengadaan sarana dan prasarana pendukung APILL ITS. Selama 2006-2011, untuk pemenang tender tersebur adalah PT Marktel. Sesuai MoU dengan Dinas Perhubungan Kota Surakarta, PT Marktel mempunyai kewajiban bersama dalam hal pemeliharaan dan pengembangan (pengadaan) sumber daya yang dibutuhkan. Pemeliharaan prasarana APILL ITS merupakan salah satu program prioritas di Dinas Perhubungan Kota Surakarta. Ini karena prasarana traffic merupakan
wajah
utama
Dinas
Perhubungan.
Secara
keseluruhan
pemeliharaan dan pengembangan menjadi tanggung jawab Dishub akan tetapi to user (berhubungan dengan APILL jika menemukan permasalahancommit atau kerusakan
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ITS) yang memerlukan penanganan lebih lanjut akan dikonsultasikan kepada Pihak Ketiga dan Pihak Ketiga mempunyai kewajiban untuk membantu. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ari selaku koordinator CCRoom Dinas Perhubungan Kota Surakarta adalah sebagai berikut : “traffic itu wajah utama dishub mas...jadi itu menjadi program prioritas dishub...Pemeliharaan kita lakukan secara tahunan, kan sudah dianggarkan itu...dilakukan oleh Dishub dengan banyak masukanmasukan...sebenarnya pengadaan dan pemeliharaan semuanya kan dishub, APBD kan berbicara dengan dishub tapi kan gak mungkin kita menyelenggarakan sendiri artinya kita lelang, pengadaan kita lelang, pemeliharaan juga kita lelang, kita lelang terus...yang jelas dishub trus masukan masukan dari rekanan. Rekanan ini kan pembangun atau penyuplier sehingga dia tahu kondisi lapangan kedua dia tahu tentang teknologinya...rekanan kita Marktel dari Bandung.” (wawancara, 11 Agustus 2011). Hal tersebut sama dengan pernyataan bapak Joko selaku Kepala Seksi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, yang menyatakan bahwa : “pemeliharaan itu...karena memang berhubungan teknologi pemeliharaan kita melalui proses lelang. Untuk sementara, pemeliharaan kita berkoordinasi dengan PT. Marktel, selaku pemenang tender saat ini. (wawancara, 15 Agustus 2011) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Bapak Didik selaku Kepala Bidang Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan, sebagai berikut : “dalam anggaran, APILL ini menerima kucuran dana setiap tahunnya. Setiap tahunnya dalam pemeliharaaannya dana yang dikucurkan sekitar Rp 200-300 juta pertahun, sedang dana pengembangan ataupun pengadaan disesuaikan dengan kondisi dana yang ada, APBD maupun APBN.” (wawancara, 15 Agustus 2011) Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan prasarana APILL ITS dilaksanakan Dinas Perhubungan Kotas Surakarta dengan berkoordinasi dengan Pihak Ketiga. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah commit to user Kota Surakarta No. 6 Tahun 2005 tetang lalu lintas dan angkutan jalan di Kota
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, rekayasa lalu lintas yang meliputi perencanaan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta alat pengendali dan pengaman pemakai jalan dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga. 2.2 Pengembangan APILL ITS Selain adanya pemeliharan, Dinas Perhubungan Kota Surakarta juga melakukan pengembangan terhadap prasarana APILL ITS dengan melibatkan Pihak Ketiga, selaku pemenang tender. Pengembangan dilakukan dalam rangka menyesuaikan peralatan dengan kemajuan teknologi. Terdapat dua bentuk pengembangan. Pertama, pengembangan yang bersifat kuantitas dengan melakukan pengadaan dan penambahan prasarana APILL ITS. Kedua, pengembangan dalam hal teknologi dengan melakukan pergantian dan pembaharuan (up-grade) prasarana lalu lintas kedalam bentuk ITS. Pengembangan APILL ITS Kota Surakarata disesuaikan dengan kebutuhan lalu lintas, dinamika di masyarakat dan perkembangan teknologi itu sendiri. Selain itu pengembangan juga disesuaikan dengan anggaran pengadaan yang disetujui oleh pemerintah. Seperti yang diungkapkan Bapak Sri Baskoro selaku Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surkarta : “Pengembangan kita berdasarkan kebutuhan dan pengembangan teknologi artinya masyarakat ini butuh layanan informasi lha ini kita sesuaikan dengan pengembangan teknologi akhirnya kebutuhan masyarakat itu kita respon dalam bentuk layanan informasi...belum ada aturan khusus tentang pengembangan itu kita juga melihat dinamika masyarakat selain itu juga mengadopsi kemajuan teknologi di bidang transportasi...kita saat ini mengacu pada Singapura karena karakteristiknya hampir sama.” (wawancara, 10 Agustus 2011) commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal yang senada juga disampaikan Bapak Joko selaku Kasi Manajemen Rekayasa Lalu lintas, berikut : “Pengembangan kita lakukan tiap tahun...disesuikan dengan anggaran Idealnya kan semua 55 simpang langsung diganti ATCS tapi karena ada keterbatasan dana kita ya lakukan prioritas-prioritas...apa dan mana yang mau di kembangkan.” (wawancara, 15 Agustus 2011) Pernyataan tersebut didukung oleh Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom, berikut : “Pada intinya kan 2005, kita udah buat bahwa Solo butuh traffic ligth baru sebanyak 55 simpang. Karena gak mungkin semua kita alokasikan dalam satu tahun, satu tahun kita perkirakan 36 M, mau kemana anggaran kesehatan, pendidikan dll. Otomatis kita termin, tiap tahun, mulai 2006, 2007-2010 kan ada disitu berdasarkan komitmen walikota dan DPR. Terus dalam perkembangannya teknologi juga selalu berkembang. Kita juga harus menyesuiakan kedinamisan teknologi misalnya sebelumnya dulu kabelnya itu tembaga sekarang mulai 2008 karena dari tahun 2006 banyak gesekan dengn ranting pohon, ada gangguan dalam pengiriman video itu mulai 2008 kita ganti FO itu kan salah satu teknologi, dalam pengembangan kita harus melihat. O..kita butuh ini, o...kita butuh itu...dulu kita belum berpikir seperti ada bus priority, ada bus ticketing, VMS dsb. Tapi kan dalam perkembangan ITS yang ada itu, dasar kita kan luar negeri. Diluar negeri ada kenapa tidak?tapi kita seseuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan Kota Surakarta.” (wawancara, 15 Agustus 2011) Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom Dinas Perhubungan Surakarta, juga menambahkan berikut : “ ditahun 2011, sesuai dengan anggaran yang tersedia....kita melakukan pengembangan dengan melakukan pergantian APILL dengan APILL ber ATCS di tiga lokasi, yakni simpang dawung, simpang timuran dan simpang widuran. Kita pilih tiga lokasi ini berdasarkan prioritas simpang yang harus segera diganti karena fungsinya sudah tidak sesuai dinamika di lapangan. Berarti kan masih ada sembilan simpang lagi yang belum, itu ya menunggu lagi...” Dari wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua commit user Surakarta yakni pengembangan bentuk pengembangan APILL ITS to Kota
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuantitas (pengadaan) dan pengembangan kualitas (pengembangan teknologi). Dalam melakukan pengembangan tersebut diperngaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi anggaran yang tersedia, dinamika lalu lintas (kebutuhan masyarakat) dan kemajuan teknologi. Faktor anggaran menjadi kendala dalam hal pengembangan tersebut. Hal ini disebabkan biaya pengembangan yang bersifat teknologi informasi dan telekomunikasi membutuhkan dana yang cukup besar. Melihat kondisi yang demikian pengembangan APILL ITS dilakukan tiap tahun yang disesuaikan dengan anggaran, analisis kebutuhan dan kemajuan teknologi. Berikut ini data pengembangan APILL ITS selama 5 tahun periode (2006-2011) : Tabel 4.10 Pengembangan APILL ITS tahun 2006-2011 No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11
Kegiatan (2) Up-grade Simpang (ATCS) Pemasangan camera Pemasangan Count Down VMS Pelican crossing Detektor Kendaraan Bus Priority dan GPS Public Announcer Ticketing Passenger info Networking
2006 (3)
APILL ITS Tahun ke2007 2008 2009 2010 (4) (5) (6) (7)
10
15
10
6
2
5
10
9
5
2
3
31
-
-
-
V
1 V
V
V
2 2 2 23/15 24 15 24 V
V
V
V
V V V V Sumber : Data Sekunder Dinas Perhubungan Kota Surakarta 12
CC-Room
2011 (8) 3 -
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan prasarana commit to user APILL ITS berbeda dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006-2009 prioritas
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengembangan pada koordinasi antar simpang dengan up-grade simpang berbasis ATCS dan pemasangan kamera. Pada tahun 2010-2011 prioritas pengembangan
pada
prasarana
transportasi,
layanan
informasi
dan
peningkatan simpang dengan pemasangan VMS, passenger info, public announcer, bus priority dan ticketing. Adapun anggaran yang telah direalisasikan dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan APILL ITS Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Anggaran APILL ITS tahun 2006-2011 Pengadaan/ Pemeliharaan Keterangan Pengembangan (1) (2) (3) (4) (5) 1 2006 Rp 2.300.000.000,APBD 2 2007 Rp 3.700.000.000,APBD 3 2008 Rp 4.000.000.000,APBD 4 2009 Rp 2.500.000.000,Rp. 250.000,APBD 5 2010 Rp 5.500.000.000,Rp.300.000,APBN/D 6 2011 Rp 1.000.000.000,Rp. 300.000,APBD Jumlah Rp19.000.000.000 Sumber : Data Sekunder Dinas Perhubungan Kota Surakarta
No.
Tahun
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkembangan teknologi, informasi dan telekomunikasi yang begitu cepat, khususnya dalam bidang transportasi, perlu diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang terampil dan berkompeten. Sumber daya manusia sebagai petugas dalam pusat kontrol (CCRoom) merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan penyelenggaraan APILL ITS di Kota Surakarta. Pengembangan SDM ini merupakan salah satu program peningkatan pelayanan angkutan dalam renstra 2011-2015 melalui pelatihan/pembinaan teknis
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 95
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan
digilib.uns.ac.id
Sumber
Daya
Manusia
dalam
hal
ini
adalah
pengembangan kualitas SDM Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam rangka meningkatkan kompetensi dan penguasaan teknologi informasi di bidang lalu lintas dan transportasi. Peningkatan kompetensi dan penguasaan teknologi
informasi
ini
dalam
rangka
mengoperasionalkan
dan
mengoptimalkan fasilitas-fasilitas APILL ITS. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan Dinas Perhubungan Kota Surakarta dengan cara yang meliputi: 1.
Pembelajaran teknologi Pembelajaran teknologi merupakan tahap dimana perkenalan teknologi dan alat-alat yang belum ada maupun yang sudah ada. Dalam pembelajaran ini petugas CCRoom diajak mengunjungi pabrik Pihak Ketiga (PT Marktel) untuk memperkenalkan komponen-komponen dalam ITS, melihat bagaimana proses pembuatan barang yang belum ada menjadi ada dan mengetahui apa saja teknologi yang sudah berkembang dan sudah digunakan. Dalam pembelajaran teknologi hanya diambil perwakilan dari beberapa petugas CCRoom Diselenggarakan setiap satu tahun sekali atau menyesuaikan kebutuhan akan perkembangan teknologi.
2.
Pelatihan Teknis Dalam tahap selanjutnya adalah melaksanakan pelatihan teknis kepada petugas CCRoom. Pelatihan teknis ini membahas dan mengajarkan tentang teknik penggunaan dan perawatan rambu, system, software, dan hardware. Pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bekerjasama dengan Pihak Ketiga setiap satu tahun sekali atau sesuai dengan kebutuhan akan perkembangan teknologi. 3.
Sharing Sharing diselenggarakan dalam rangka saling bertukar informasi dan pendapat jika terjadi kesulitan dan permasalahan penggunaan teknologi yang ada. Dalam tahap ini juga diadakan evaluasi dan pelaporan tentang kondisi riil yang terjadi dilapangan. Sharing dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melibatkan Pihak Dishub, Petugas CCRoom dan Pihak Ketiga. Pusat Kontrol APILL ITS (CCRoom) di Dinas Perhubungan Kota
Surakarta merupakan sub bidang Manajemen Rekayasa Lalu Lintas di bawah Bidang Lalu Lintas. Pusat kontrol ini mempunyai sepuluh pegawai dengan komposisi tiga pegawai negeri sipil (PNS) dan tujuh tenaga harian lepas (THL). Adanya THL dikarenakan tidak semua pegawai Dinas Perhubungan mempunyai kompetensi di bidang teknologi transportasi. Dalam melaksanakan tugasnya, kepengurusan CCRoom dibagi kedalam tiga tugas yakni Manajerial CCRoom, teknisi, dan operator. Manajerial mempunyai fungsi mengelola dan mengkoordinasikan semua anggota. Teknisi mempunyai fungsi pemeliharaan dan pengembangan komponen-komponen APILL ITS. Sedangkan operator mempunyai tugas untuk mengoperasikan komponen-komponen CCRoom. Dari sepuluh sumber daya manusia yang ditempatkan di CCRoom, kompetensi yang dimiliki masih kurang dalam hal teknologi transportasi khususnya dalam pengoperasian komponen APILL ITS. Hal ini dikarenakan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengadobsian teknologi informasi dan telekomunikasi di bidang transportasi terhitung baru, sehingga banyak pegawai yang belum mengetahui. Di samping itu latar belakang pendidikan petugas CCRoom tidak semua sesuai kriteria. Dari 10 petugas, 1 berpendidikan S2 hukum, 2 S1 dari teknik dan sejarah, 1 D4 dari teknik, 5 dari SMA/STM dan hanya 1 yang berlatar belakang Sekolah tinggi transportasi darat (STTD). Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan kemampuan pegawai tersebut Dinas Perhubungan Kota Surakarta berkoordinasi dengan pihak ketiga melaksanakan pelatihan-pelatihan guna pengembangan sumber daya manusia yang ada. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan kompetensi dalam hal pemanfaatan dan pengoperasian teknologi di bidang transportasi. Seperti yang disampaikan Bapak Sri Baskoro selaku Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta, berikut : “Ada pengembangan SDM...itu karena SDM kita, dibidang ini kompetensinnya masih kurang...Teknologi ini itungannya kan masih baru didunia transportasi indonesia, sehingga SDM kita perlu dikembangkan kemampuannya sesuai perkembangan teknologi”. (wawancara, 10 Agustus 2011) Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Kasi. Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, Bapak Joko Pramono, sebagai berikut : “SDMnya belum semua kompeten...kualitas kita memiliki strategi, untuk meningkatkan kualitas dengan kita mengirimkan sdm ke Marktel untuk pembelajaran teknologi...itu bisa gantian...jadi mereka ke Bandung bisa lihat pabriknya sana. bagaimana pembuatannya bagaimana prosesnya...kemudian ada juga program Bintek yang dilakukan oleh Marktel sendiri bagi seluruh petugas, barengbareng...Beda dengan tadi, kalo tadi ke pabriknya jadi bisa lihat asal commit user mulane barang ini piye, disinitokan sudah jadi kalo sudah jadi ini nanti
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kan ada bintek...disamping itu satu bulan sekali kita mengadakan sharing, jadi kita saling cerita tentang kejadian yang ada dilapangan kita sama martkel sama temen-temen di Dishub saling share. Diacara itu kita melibatkan PT Marktel dan semua Petugas CCRoom. (wawancara, 15 Agustus 2011) Bapak Sri Baskoro selaku Kabid. Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Surakarta, menambahkan: “jadi kita kerjsama dengan PT Marktel, nanti kita ya ada semacam konsultasi...Dalam periode tertentu SDM yang ada disini diberi kesempatan ke bandung melihat pabriknya Marktel... kompetensi SDMnya memang masih kurang,,,karena gak ada PNS yang ahli di bidang itu, kita masih menggunakan outsourcing atau tenaga harian lepas...Ada 12, pegawai negeri sipil hanya 3 yang lain tenaga harian lepas...Kita juga tiap bulan mengadakan pertemuan, khusus CCRoom satu bulan kita mengadakan pertemuan, disitu kita kan bisa saling sharing, jadi tiap bulan sekali, jadi setahun ada 12 kali...semua kita undang, artinya PT Marktel kita undang, kemudian dari crew CCRoom kita undang disitu kita kan bisa share...item ini saya tidak tahu ini gimana ya?” (wawancara, 10 Agustus 2011) Pernyataan ini di dukung Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom, mengatakan sebagai berikut : “tiap tahun pelatihan dilaksanakan satu kali, biasanya setahun sekali...itu dari pihak ketiga...Dari internal dishub juga ada, dan juga mengadakan evaluasi tiap bulan dari evaluasi itu kita bisa saling sharing, cerita-cerita kalo ada kesulitan dll...kalo dulu kita masih belum mengerti secara komponen-komponennya kita dijelaskan satu persatu, ini komponen apa...ini untuk apa sampai kemudian kita diajari pengaturannya, kita diajari sebagai teknisi, sebagai operator. (wawancara, 11 Agustus 2011) Demikian pula Bapak Danu selaku staff CCRoom, mengatakan sebagai berikut : “ada mas...biasanya kita diajak ke pabriknya, ada latihan bintek tiap tahun, kita diajari secara teknis perawatan dan operasionalisasinya... trus tiap bulan kita ada kayak rapat bareng-bareng bersama Dishub dan pihak ketiga, di rapat itu kita melakukan evaluasi dan pelaporan tentang kondisi lalu lintas selama sebulan dan diberi waktu untuk commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan pertanyaan kalo ada kesulitan-kesulitan .” (wawancara, 08 Oktober 2011). Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa, pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan tiga cara yakni pembelajaran teknologi, pelatihan teknis dan sharing. Pengembangan SDM ini dilaksanakan karena sebagian besar sumber daya manusia yang ditempatkan di CCRoom belum sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Sebagian besar pegawai berlatar pendidikan SMA/STM dan Sarjana bukan dari latar belakang bidang lalu lintas maupun transportasi. Hal ini merupakan kendala dalam pengembangan sumber daya
manusia
karena
harus
memulai
dari
awal
dalam
proses
pengembangannya. Berikut ini data petugas CCRoom Dinas Perhubungan Kota Surakarta tahun 2011. Tabel 4.12 Data Petugas dan Pengembangan SDM CCRoom Tahun 2011 () Belum pernah
( ) pernah
No
Pendidikan
Status
(1) 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
(2) S1 STTD S1 Teknik D3 Mesin SMA SMA STM STM STM S1 Sastra S1 Hukum
(3) PNS PNS PNS THL THL THL THL THL THL THL
Masa kerja (4) 3 th 3 th 1 th 3 th 3 th 3 th 3 th 3 th 1 th 1 th
Pembelajaran IT (5)
Keterangan bintek (6)
Sharing (7)
Sumber : questionair petugas CCRoom Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengembangan SDM dengan pembelajaran IT dan Bintek belum diikuti oleh semua petugas CCRoom. to user Hanya pengembangan dengancommit sharing yang sudah diikuti semua petugas.
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Petugas yang mempunyai masa tugas kurang dari sama dengan 1 tahun diantara belum pernah mengikuti pelatihan teknis dan pembelajaran IT. Adapun petugas yang sudah 3 tahun bertugas tapi belum pernah mengikuti pelatihan serupa. 4. Monitoring dan Kendali Simpang Strategi selanjutnya adalah monitoring dan kendali simpang yang dilakukan dalam ruang pusat kontrol APILL ITS (CCRoom). Monitoring merupakan kegiatan memantau status kontrol persimpangan, memantau arus lalu lintas di jalan maupun persimpang yang terhubung dengan CCTV, menghitung kendaraan yang masuk dan keluar Kota Surakarta, dan memantau pergerakan BST dengan menggunakan tracking system dan ticketing system. Sedangkan kendali simpang merupakan kegiatan mengintervensi pergerakan lalu lintas dengan memperpanjang atau memperpendek waktu “hijau”; memflashing controller; update time, plan dan program; serta koordinasi antar simpang. Seperti yang diungkapkan Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom, berikut : “Kita mantau tiap hari...pemantauan dari petugas piket disini dilakukan dari jam 06.30 - 21.00...dengan dua shift, 06.30-15.00 shift pertama terus 15.00 – 21.00. terus juga pemantauan kalo ini semua direkam, semua ini kan direkam jadi sewaktu-waktu kalo kita membutuhkanya kita bisa putar ulang...mungkin ada kejadian atau kecelakaan diluar jam kerja. Kendali simpangnya kita lihat dari pantauan tadi jika ada kemacetan ato kepadatan lalu lintas disimpang tertentu kita lakukan operasionalisasi secara manual disini, intervensi...kita lakukan intervensi jadi kita bisa hijaukan lama pada saluran disimpang trus kita bisa lakukan pindah fase ato pergerakan.” (wawancara, 11 Agustus 2011). commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Bapak Danu Defriyanto selaku staff CCRoom Dinas Perhubungan Kota Surakarta, mengungkapkan bahwa : “didalam CCRoom kita melakukan monitoring dengan memantau arus lalu lintas yang terpantau dengan CCTV. Jika terjadi kepadatan ataupun kemacetan kita dapat melakukan kendali simpang dari sini...maksudnya kendali simpang, kita mengintervensi traffic lamp ditempat terjadi kemacetan / kepadatan lalu lintas di persimpangan...disini kita bisa meng-hold atau menghijaukan terus lampu sehingga kemacetan tidak semakin parah...di CCRoom kita juga mengatur VMS, menghitung jumlah kendaraan yang keluar masuk ke Solo, menerima keluhan dan laporan masyarakat dari call center, melakukan traffic report dengan solopos dan media lainnya.” (wawancara, 08 Oktober 2011) Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa monitoring dan kendali simpang dilaksanakan setiap hari dari pukul 06.30 - 21.00, termasuk hari libur dilaksanakan dalam rangka memantauan arus lalu lintas dan jika diperlukan maka akan dilakukan kendali simpang dengan melakukan intervensi terhadap ritme lampu lalu lintas dipersimpangan. Monitoring dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data arus lalu lintas. Monitoring juga dijadikan sebagai bahan kajian untuk meningkatkan prasarana jalan. Dari data lalu lintas yang telah tercatat dari tahun ke tahun, data tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui perubahan dinamika di masyarakat maupun di persimpangan. Hal ini sesuai dengan program peningkatan pelayanan angkutan tentang pengumpulan dan analisis data base pelayanan angkutan (dalam renstra 2011-2015). Selain itu, monitoring dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan penyampaian informasi keadaan lalu lintas. Sebelum adanya penyampaian informasi kepada masyarakat melalui call center dan siaran langsung pantauan arus lalu lintas dilakukan monitoring commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terlebih dahulu. Dalam UU No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dalam Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Komunikasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Untuk melakukan monitoring dan kendali simpang dalam upaya perekayasaan lalu lintas di pusat kendali informasi (CCRoom), dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa perlunya koordinasi dengan dinas-dinas yang terkait dalam upaya menciptakan sarana dan prasarana bahkan ketertiban dan keamanan lalu lintas yang sesuai dinamika masyarakat. Dinas terkait tersebut meliputi Kepolisian yang mempunyai tugas dalam hal optimalisasi operasional rekayasa Lalu Lintas dalam rangka meningkatkan ketertiban, kelancaran, dan efektivitas penegakan hukum; Dinas Pekerjaan Umum (DPU) sebagai penyedia sarana jalan raya, perbaikan geometrik ruas jalan dan/atau persimpangan serta perlengkapan jalan yang tidak berkaitan langsung dengan pengguna Jalan, dan Dinas Perhubungan sebagai penyedia prasarana lalu lintas yan
meliputi
pengadaan,
pemasangan,
perbaikan,
dan
pemeliharaan
perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan Pengguna Jalan. Seperti yang disampaikan Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom mengungkapkan berikut : “Selama ini monitoring dan kendali simpang di CCRoom sepenuhnya oleh Dishub...idealnya, dari study-study banding...di dalam ruang pusat kontrol itu ada, kalo di indonesia ya sejenis Kepolisian, DPU, dan Dishub. Tapi di Surakarta masih dishub saja belum ada koordinasi resmi dengan pihak-pihak terkait tapi kalo ada apa-apa, misalnya commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecelakan, jika polisi membutuhkan rekaman CCTV mereka datang ke sini.” (wawancara, 11 Agustus 2011) Sama halnya dengan yang disampaikan Bapak Sri Baskoro selaku Kepada Bidang Lalu Lintas, berikut : ”dalam aturan kita diperbolehkan dan harus, kan undang-undangnya gitu, berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait penyelenggaraan lalu lintas yang baik. Kita sudah mencoba berkoordinasi dengan menyampaikan kalau Dishub sekarang punya CCTV yang dapat selalu memamntau lalu lintas kepada pihak-pihak seperti Polisi dan DPU. Mereka juga merespon positif dengan biasa berkunjung ke CCRoom jika ada data yang dibutuhkan. Seperti halnya, saat terjadi kecelakaan polisi datang ke CCRoom untuk meminta rekaman video untuk dijadikan barang bukti...tapi untuk berkoordinasi bersama-sama di CCRoom itu belum ada, merekanya yang belum merespon”. (wawancara, 10 Agustus 2011). Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa dalam melakukan monitoring dan kendali simpang APILL ITS Kota Surakarta belum disertai koordinasi dengan dinas-dinas terkait seperti Kepolisian dan DPU, Dinas Perhubungan menjadi opertor utama dan tunggal. Sebagai operator tunggal Dinas Perhubungan melaksanakan sendiri tugas-tugas CCRoom termasuk monitoring dan kendali simpang. Dalam melaksanakan tugasnya, petugas CCRoom tiap hari masuk kerja. Khusus PNS hari kerja sampai jumat akan tetapi sewaktu-waktu dapat bertugas jika ada hal yang diperlukan. Sistem kerja dibagi dua shift dalam sehari. Setiap shift yang hanya terdiri dari 3-5 orang. Untuk melakukan monitoring dan kendali simpang, serta tugas yang lain, di 46 persimpangan dengan 31 kamera tugas ini tidak sebanding. Padahal, selain melakukan monitoring dan kendali simpang, petugas CCRoom juga mempunyai tugas lain dalam pelayanan ke masyarakat. Adapun kegiatan commitCCRoom to user meliputi : pelayanan yang dilaksanakan petugas
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Penyampaian Informasi Kepada Masyarakat melalui traffic report dengan Terang Abadi Televisi (TATV), setiap hari pukul 06.45, 16.45, dan 20.45 WIB, kecuali hari Minggu dan Senin sore; Solopos FM, setiap hari pukul 07.00, 08.00, 14.00,15.00, 19.00 WIB; Pro II FM RRI, setiap hari pukul 07.45, 12.30, dan 16.30 WIB b. Pelayanan Data dan Informasi dengan pemberian data lalu lintas ke masyarakat, penyampaian informasi kepadatan/kemacetan/kecelakan c. Pelayanan Pengaduan Masyarakat tentang Prasarana Lalu Lintas - Menerima keluhan, laporan, saran, masukan dan kritik masyarakat, baik melalui telepon CCRoom (call center), website, maupun media lain (facebook dishub) - Menanggapi laporan, saran, masukan, dan kritikan. - Meneruskan laporan, saran, masukan dan kritik kepada setiap bidang/seksi/UPTD terkait. d. Operasional ATCS Dengan melaksanakan pemantauan network connecting, intervensi perubahan waktu siklus/hold on/flashing dll, cheking server dan pelaporan kondisi perangkat CCRoom, serta evaluasi. e. Operasional VMS Melaksanakan pemantauan connecting VMS, penulisan template dan materi di VMS, Pantauan speed camera detector f. Pemantauan CCTV persimpangan g. Pemantauan CCTV shelter BST commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
h. Pemantauan tracking GPS BST i. Survey, Pengumpulan data dan analisis data arus lalu lintas j. Pembuatan Kliping koran berita terkait Dishub Kota Surakarta k. Penginventarisasian kebutuhan prasarana lalu lintas l. Menerima kunjungan/study banding m. Pemeliharaan, perangkat CCRoom di istirahatkan n. Pengelolaan website www.dishub-surakarta.com dengan melaksanakan o. pengumpulan data (unit kerja, media massa, artikel dll), upload data dan check/ monitoring website-cctv live streaming.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Setelah melaksanakan penelitian tentang strategi Dinas Perhubungan Kota Surakarta dalam optimalisasi APILL ITS, peneliti menemukan adanya faktorfaktor yang memengaruhi strategi yang telah ditetapkan oleh Dinas. Faktor tersebut terdiri dari faktor pendukung dan faktor penghambat yang peneliti urai sebagai berikut : 1. Faktor Pendukung a. Prasarana yang sudah modern ditunjang kemajuan teknologi di bidang transportasi. Prasarana lalu lintas yang sudah dikembangkan sejak tahun 2006 dengan APILL ber ATCS menjadi modal awal penerapan APILL ITS di Kota Surakarta. Dengan mempunyai teknologi yang sudah modern tersebut APILL ITS selalu dikembang dengan adanya penambahan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitas-fasilitas pendukung lalu lintas dan transportasi lainya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sri Basuki selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, berikut : “sudah diterapkannya ATCS sejak tahun 2006 menjadi faktor pendukung penerapan APILL ITS...sudah ada prasarana yang modern kita tinggal mengembangkannya...kedua dengan perkembangan teknologi kita tidak mungkin mengingkari bahwa perkembangan teknologi itu harus semaksimal mungkin sebisa mungkin dapat dimanfaatkan untuk mengintervensi masalah lalu lintas.” (wawancara, 15 Agustus 2011). Hal ini senada dengan penuturan Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom : “ya adanya ATCS tahun 2006 ini menjadi pendukung penerapan APILL ITS. Kalo ATCS kita hanya bisa mengontrol dan mengoordinasikan traffic lamp di persimpangan maka kita terus kembangkan...disamping itu kemajuan teknologi menjadi faktor pendukung kita untuk menerapkannya...dulu kita dulu gak kepikiran akan ada VMS, tracking system, GPS, ada gambaran tetapi kita tidak bisa memasukan kedalam system ini, dengan kemutakhiran teknologi sekarang bisa...itu kan karena kemajuan teknologi”. (wawancara, 11 Agustus 2011) Dengan prasarana yang sudah modern di dukun dengan adanya kemajuan
teknologi
di
bidang
transportasi
diharapkan
dapat
mengoptimalkan kerja dari APILL ITS Kota Surkarta dalam pengaturan lalu lintas dan transportasi. b. Adanya program pengembangan SDM Adanya program pengembangan SDM dengan pembelajaran teknologi, pelatihan teknis, dan sharing pengalaman adalah salah satu pendukung dalam optimalisasi. SDM yang terbatas pengetahuanya dalam hal pengoperasian komponen-komponen pendukung APILL ITS yang commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensinya. Menurut Bapak Ari, selaku Koordinator CCRoom mengungkapkan bahawa : “adanya bintek dan yang lainnya merupakan pendukung...Karena banyak sekali fasilitas baru, atau dapat merefresh kita jika kita lupa terkait dengan prasarana dan teknik-tekniknya, selain itu juga penembangan-pengembangan dengan gambaran-gambaran lalu lintas ke depan.” (wawancara, 15 Agustus 2011) Hal yang sama juga disampaikan Bapak Sri Baskoro selaku Kepala Bidang Lalu lintas, berikut : “SDM kita terbatas pengetahuaanya, dengan adanya pembinaan teknis, pelatihan-pelatihan kepada pegawai tiap tahun mampu meningkatkan pengetahuannya”. (wawancara, 15 Agustus 2011) Dengan adanya pengembangan SDM ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas SDM sehingga dapat mengopersikan prasarana APILL ITS secara optimal dan melaksanakan kegiatan pelayanan informasi ke masyarakat dengan baik. c. Adanya Perhatian dan komitmen Pemerintah baik Pusat maupun Daerah Perhatian Pemerintah di sektor lalu lintas dan transportasi merupakan faktor pendukung dalam optimalisasi APILL ITS di Kota Surakarta. Perhatian tersebut di tunjukan dengan adanya peraturan perundangan dan peraturan daerah yang memperbolehkan pihak yang terkait bidang lalu lintas dan transportasi melakukan intervensi dengan pengaplikasian teknologi informasi dan telekomunikasi. Disahkannya UU No. 22 tahun 2009 memberikan arah pengembangan dan penerapan commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teknologi informasi dan komunikasi di bidang transportasi. Seperti yang disampaikan Bapak Sri Baskoro selaku Kepala Bidang Lalu Lintas, berikut : “Berangkat dari peraturan, peraturan kita secara normatif tentang lalu lintas dan angkutan jalan, UU lalu lintas dan angkutan jalan No 22 tahun 2009 kemudian peraturan daerah itu mendukung akan keberadaan dari pada infrastruktur tersebut, dan itu memang diamanatkan dalam rangka menjadikan Kota Solo menjadi kota yang lebih baik, lebih ramah lingkungan, lebih tertib lebih lancar lalu lintasnya itu mendukung untuk diterapkannya sistem ATCS dan kearah ITS” (wawancara, 15 Agustus 2011) Perhatian pemerintah juga diperlihatkan dengan adanya komitmen dari Pemerintah Kota Surakarta dan Pusat. Dibantu Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota Surakarta berkomitmen untuk pengembangan sistem APILL
ITS
dengan
mengucurkan
dana
pemeliharaan
dan
pengembangannya setiap tahunnya. Keberadaan APILL ITS diharapkan menjadi jawaban solusi kemacetan dan kecelakan di Kota Surakarta. Hal ini seperti yang disampaikan Bapak Joko selaku Kasi Manajemen Rekayasa lalu Lintas, berikut : “ada komitmen dari pemerintah Kota Surakarta bahkan DPR, selama ini..begitu kita mengajukan sejak dari tahun 2006 mereka selalu terus memberikan anggaran...Pemerintah pusat juga, setelah melihat keseriusan pemerintah Kota Surakarta dalam mengantisipasi lalu lintas di masa yang akan datang, kita kan di jadikan percontohan tho Solo, mereka tidak segan-segan mengucurkan dana lima miliar untuk sistem ini...pak Jokowi juga sering mengatakan “saya berharap pemimpin yang akan datang juga meneruskan program ini, program tentang lalu lintas dan transportasi”. (wawancara, 15 Agustus 2011)
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Faktor Penghambat a. Kualitas dan Kuantitas SDM yang masih terbatas Untuk melaksanakan kegiatan optimalisasi dibutuhkan kuantitas aparat Dinas Perhubungan Kota Surakarta, khususnya petugas CCRoom yang memadai. Karena dalam kegiatan optimalisasi APILL ITS aparat Dinas Perhubungan dituntut untuk menguasai seluk beluk bidang lalu lintas dan transportasi baik permasalahan yang dihadapi maupun solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu juga dibutuhkan jumlah aparat yang memadai. Hal ini karena tugas yang dipegang CCRoom sangatlah kompleks mulai dari pusat data dan informasi, manajemen lalu lintas dan manajemen transportasi. Hal tersebut senada dengan hasil wawancara bersama Bapak Ari, Koordinator CCRoom, yaitu : “SDM kita akui masih kurang, hanya sepuluh petugas...mengingat tugas kita cukup banyak memantau lalu lintas dan transportasi setiap hari, menerima call center dan lainnya...nanti masnya bisa lihat-lihat pelayanan kita apa saja ada sekitar 15an tugas yang kita miliki...kita hanya ada sepuluh petugas itupun di bagi dua shift...selain itu kompetensinya juga masih perlu peningkatan lagi...tapi semuanya itu menjadikan motivasi bagi kami, jumlah kita sedikit dan kemampuan minim kita masih bisa melangkah maju”. (wawancara, 11 Agustus 2011) Hal ini juga sesuai dengan penuturan Bapak Sri Baskoro selaku Kepala Bidang Lalu lintas, yaitu “SDM...human resource kita masih terbatas pengetahuaannya dan juga jumlahnya, saat ini petugas yang ada di CCRoom hanya sekitar 10 petugas. Gak sesuai dengan tugasnya...hari libur kan juga masuk petugasnya.” (wawancara, 15 Agustus 2011) commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa jumlah tugas yang ada dengan petugas CCRoom tidak berimbang. Padahal tugas yang ditangani dan dilaksanakan oleh petugas CCRoom tidak hanya melakukan pantauan dan pelayanan, tetapi juga menginventarisasi kebutuhan lalu lintas dan juga melakukan survey, pengumpulan data serta analisis lalu lintas untuk kerangka acuan pengembangan kedepan. SDM yang masih kurang dalam segi kualitas dan kuantitas ini juga dihambat dengan adanya rotasi pegawai ke bidang lain dan perpindahan pegawai THL yang sudah dilatih dan kemungkinan sudah kompeten untuk memilih pekerjaan lain. Dengan adanya rotasi pegawai dan perekrutan pegawai THL, pegawai yang sudah terlatih di bidang IT transportasi berkurang sehingga membutuhkan pegawai lain yang kemampuanya belum tentu seperti yang sudah terlatih. Hal ini seperti yang disampaikan Bapak Joko, selaku Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, berikut : “Selain kemampuan dan jumlahnya yang terbatas, hambatan yang lainnya itu karena adanya atau diharuskan adanya rotasi pegawai tiap bidang ke bidang lain...lha kan pegwainya udah dilatih sedemikian rupa kok pindah ke bidang lain...nanti kan kita harus melatih peagwai baru lagi, padahal tidak semua pegawai bisa menguasai bidang IT itu...kalo permasalahan di pegawai THL itu gini mas...kita kan gak bisa maksa mereka untuk kerja terus disini, setelah mereka kita latih, sudah bisa, berkompeten tetapi mereka menemukan pekerjaan lain yang mungkin lebih baik, prospektif, mereka kan bisa-bisa aja memundurkan diri...sudah ada yang seperti itu...lha nanti kan kita harus ngrekut lagi dan nglatih lagi dari awal.” (wawancara, 15 Agustus 2011).
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan demikian adanya peraturan khusus tentang pegawai CCRoom, pelatihan dan pembinaan teknis, pegawai Dinas Perhubungan Kota Surakarta diharapkan dapat melakukan tugasnya dengan baik, sehingga dalam rangka optimalsisasi APILL ITS untuk lalu lintas yang lebih baik dapat diselesaikan dengan baik dan dapat membawa dampak yang baik bagi lalu lintas di Kota Surakarta.
b. Ketersediaan anggaran yang terbatas Anggaran dana merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan pada suatu organisasi. Begitu pula pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta, segala kegiatan
maupun program kelembagaan pada Dinas Perhubungan Kota Surakrta akan mengacu pada jumlah anggaran dana yang dimiliki dan dianggarkan oleh Pemerintah Daerah pada lembaga ini. Hal tersebut diatas menjadi salah satu kendala yang utama bagi aparat Dinas Perhubungan Kota Surakarta, terlebih pada pegawaipegawai di Bidang Lalu lintas yang memfokuskan pada kegiatan APILL ITS khususnya dalam optimalisasi untuk menciptkan kelancaran dan ketertiban lalu lintas. Anggaran dalam rangka penerapan APILL ITS di Kota Surakarta berasal dari dana APBD Kota Surakarta dan APBN. Dalam perencanaan jumlah dana yang dibutuhkan untuk menerapkan APILL ITS secara kompleks sebanyak Rp. 60 miliar akan tetapi sampai tahun 2011 dana yang sudah turun baru mencapai Rp. 19 miliar. Kepala Bidang Lalu Lintas, Bapak Sri Baskoro, juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu :
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“dana memang masih menjadi kendala, tetep kurang...kita untuk menjadikan kota Solo menggunakan ITS secara kompleks tentunya membutuhkan dana Rp. 60 miliar lebih, tetapi sampai sekarang baru Rp. 19,5 miliar...masih ada kekurangan.” (wawancara, 15 Agustus 2011). Anggaran dana ini digunakan untuk operasional dinas berupa sarana dan prasarana, serta pemeliharaan dan pengembangan APILL ITS. Pengembangan APILL ITS dilaksanakan sesuai urgensi melihat ketersediaan anggaran. Seperti yang diuatarakan bapak Ari selaku Koordinator CCRoom “dana menjadi masalah klasik...pembangunan APILL ITS kita tiap tahun masih termin-termin atau multi years idealnya kan langsung semua...ini kan menjadi masalah dalam pengaturan koordinasi persimpangan nantinya...pengadaan kan tiap tahun 1miliar..1miliar, itu kan terbatas dari situ kita melakukan prioritas melihat urgensi arus lalu lintas dipersimpang.” (wawancara, 11 Agustus 2011) Maka dengan jumlah anggaran yang terbatas, Dinas Perhubungan Kota Surakarta hendaknya dapat mengelola dengan sebaik mungkin agar optimalisasi APILL ITS untuk menunjang kelancaran dan ketertiban lalu lintas di Kota Surakarta dapat terlakasana dengan baik. c. Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam tertib berlalu lintas masih rendah. Keberhasilan suatu program tidak hanya dilihat dari program itu sendiri akan tetapi juga dukungan dari masyarakat maupun stakeholder. Jika sistem yang sudah sangat baik akan tetapi tidak ada dukungan dari stakeholder membuat program tersebut mandul. Dukungan masyarakat terhadap ketertiban dan keamanan lalu lintas masih sangat kurang. Hal to user peraturan lalu lintas yang ada. ini diperlihatkan dengan commit tidak dipatuhinya
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak Joko selaku Kasi Manajemen Rekayasa lalu lintas, berikut : “perilaku masyarakat dalam berlalu lintas itu masih kurang mas...jika kita menyediakan sistem yang sudah baik...APILL ITS ini...tapi tanpa didukung perilaku masyarakat yang baik itu ya menyebabkan masalah dijalan...” (wawancara, 15 Agustus 2011) Perilaku masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan yang ada menjadi kunci permasalahan lalu lintas di Kota Surakata. Meskipun semakin membaik perilaku buruk masyarakat di bidang lalu lintas masih memerlukan perhatian khusus. Perilaku masyarakat yang memarkir kendaraan disembarang tempat menimbulkan adanya penyempitan jalan yang mengakibatkan perlambatan laju kendaraan yang berjalan, menumpuk, kemudian menimbulkan kemacetan. Ketidak disiplinan masyarakat terhadap traffic lamp di persimpangan (APILL) dan non persimpangan (pelican croosing) menjadikan kecelakaan di Kota Surakarta masih tinggi dan cenderung meningkat. Menurut Bapak Ari selaku Koordinator CCRoom mengungkapkan bahwa : “perilaku masyarakat di bidang lalu lintas masih kurang mas, meskipun sudah ada indikasi membaik tetapi ya itu masih banyak kurangnya...dari pantauan CCTV kita lihat masih ada yang nyobrot bangjo lha itu kan berbahaya...Maka kita adakan sosialisasi dan himbauan-himbauan tentang tertib lalu lintas secara kontinyu dan APILL ITS ini sebagai sarana pendukungnya....sosilasiasi kita lakukan sejak dini mas mulai dari sekolah-sekolah terlebih dahulu...” (wawancara, 11 Agustus 2011)
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hal ini didukung dengan pernyataan Bapak Joko selaku Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas, berikut : “kita akui masyarakat kota surakarta perilakunya masih kurang...berhenti dibangjo didepan garis, malahan ada yang melewati garisnya, tidak sabar mengantri dilampu merah ketika hijau langsung menyalip barisan depan melewati garis tengah, itu kan berbahaya...diberi marka malah diseberangi. Perilaku masyarkat tentang lalu lintas yang baik juga kurang misalnya bepergian masih menggunakan kendaraan pribadi kan sudah disediakan BST dengan dukungan sistem ini, partisipasinya masih kurang...” (wawancara, 15 Agustus 2011) Hal yang sama juga diungkapkan Bapak Sukamto yang hendak bepergian ke UNS, berikut : “Lalu lintas di solo itu ruwet mas...ini karena perilaku masyarakat tidak disiplin...lihat saja mas kendaraan melaju tidak sesuai jalurnya, belok kanan, belok kiri itu pun gak menggunakan lampu sein. Bus-bus berhenti disembarang tempat untuk menaik turunkan penumpang.” (wawancara, 01 Oktober 2011) Ungkapan demikian juga disampaikan oleh Qoirul, yang hendak bepergian ke UNS, berikut : “masih kurang mas perilaku masyarakatnya, termasuk aku juga.hehe...misalnya kan tiap persimpangan di Solo belok kiri jalan terus...itu seringnya, jalurnya ditempati kendaraan yang gak kekiri jadi antriannya semakin panjang...di lampu merah masyarakat masih ada yang berani menyerobot, atau lampu belum hijau kendaraan sudah melaju...saya juga pernah melakukannya karena terburu-buru...kalo ada penindakan hal-hal kecil seperti itu, aku rasa kecelakan bisa dikurangi.” (wawancara, 11 Oktober 2011) Bapak Rahmat, pengguna motor yang melintas Pelican crossing saat berwarna merah mengungkapkan : “ya tahu sih mas...kalau pas merah harus berhenti tapi saya tadi lihat yang nyebrang masih jauh diseberang ya cepet-cepet aja saya mas...buru-buru.” (wawancara, 4 November 2011). commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Demikian halnya dengan Ibu Damisih yang hendak ke kota Solo, berikut : “biasanya lewat sini lampunya hijau terus mas, ya kan kita gak kepikiran mau berhenti, tadi tiba-tiba merah langsung cepet tak gas.” (wawancara, 4 November 2011). Selain itu pendapat yang sama juga disampaikan oleh beberapa pengguna Pedestarian Ligth Controlled (Pelican Crossing): Bapak Sudarman, hendak ke Kartasura mengungkapkan : “tahu mas....tahu dari petugas yang jaga kalau siang....tapi tadi tlengak-tlenguk (toleh kanan kiri) kok sepi ya langsung nyelonong saja mas.” (wawancara, 4 November 2011). Mas Ari, asli Manahan yang hendak ke Moewardi, berikut : “tahu mas kalau itu buat nyebrang...tapi belum tahu makainya, tak kirain itu malah otomatis...kan kalau pagi-siang ada yang jaga ya tak kira udah diatur...tadi saya pas nyeberang tak lihatin kok gak hijau-hijau ya saya menyeberang aja.” (wawancara, 4 November 2011). Bapak Parno dari stasiun Purwosari, berikut : “tahu mas...pas mau penyet semua pada nyeberang yang ngikut saja mas padahal lalu lintasnya ramai. (wawancara, 4 November 2011). Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat dalam menggunakan fasilitas lalu lintas dan menaatinya masih kurang. Sehingga diperlukan cara untuk menumbuhkan semangat untuk tertib berlalu lintas.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menganalisa data data, keterangan dan penjelasan yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan strategi optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) adalah berdasarkan Peraturan Walikota Surakata No. 14 tahun 2008 tentang uraian tugas pokok dan fungsi jabatan struktural pada Dinas Perhubungan Kota Surakarta, maka Dinas Perhubungan Kota Surakarta memiliki tugas membantu Walikota dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lalu lintas, angkutan dan teknis sarana dan prasarana. Termasuk dalam optimalisasi perekayasaan lalu lintas dengan sistem pengendalian lalu lintas dalam bentuk APILL ITS. Dalam optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) Dinas Perhubungan Kota Surakarta memiliki empat strategi yang meliputi : 1. Sosialisasi dan Layanan Informasi ke Publik Sosialisasi dilaksanakan dengan memperkenalkan kepada masyarakat tentang apa saja fasilitas APILL ITS, apa fungsi dan manfaatnya, dan cara menggunakan atau mengakses fasilitas tersebut. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan disisipkan ke Progam Sosialisasi Dinas Perhubungan Kota Surakarta, seperti sosialisasi Zoss. Sosialisasi juga dilakukan melalui commit user media elektronik dan cetak, danto membuat leaflet. Sedangkan layanan
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
informasi kepada publik disediakan dengan melalui media elektronik dan televisi (TATV, RRI Pro II Fm dan Solopos fm), VMS, website dishub, dan call center. 2. Pemeliharaan dan Pengembangan APILL ITS, Pemeliharaan prasarana APILL ITS terbagi dalam dua lingkup yakni lingkup CCRoom dan Lingkup lapangan. Lingkup CCRoom pemeliharaan dilakukakan dengan mematikan sistem selama satu hari penuh dalam sebulan sehari dalam rangka pembersihan dan perawatan hardware dan software. Dalam lingkup lapangan pemeliharaan diakukan dengan melakukan pengecekan tiap hari ke lapangan dan pemeliharaan on demand. Sedangkan dalam hal pengembangan teknologi APILL ITS dilaksanakan dengan memperhatikan anggaran yang ada, kebutuhan lalu lintas, dinamika di masyarakat dan perkembangan teknologi melalui evaluasi dan inventarisasi keadaan real lalu lintas yang terpantau. 3. Pengembangan SDM. Pengembangan SDM dalam rangka meningkatkan kompetensi pegawai di di bindang IT meliputi : (a) pembelajaran teknologi Pengembangan ini merupakan tahap dimana perkenalan teknologi dan alat-alat yang belum ada maupun yang sudah ada. (b) pelatihan teknis, Pelatihan teknis ini membahas dan mengajarkan tentang teknik penggunaan dan perawatan rambu, system, software, dan hardware. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c) sharing. Sharing diselenggarakan dalam rangka saling bertukar informasi dan pendapat jika terjadi kesulitan dan permasalahan penggunaan teknologi yang ada. 4. Monitoring dan kendali simpang. Monitoring merupakan kegiatan memantau status kontrol (pengatur siklus lampu lalu lintas) persimpangan, memantau arus lalu lintas di jalan maupun persimpang yang terhubung dengan CCTV, menghitung kendaraan yang masuk dan keluar Kota Surakarta, dan memantau pergerakan BST dengan menggunakan tracking system dan ticketing system. Sedangkan kendali simpang merupakan kegiatan mengintervensi pergerakan lalu lintas dengan memperpanjang atau memperpendek waktu “hijau”; mem-flashing controller; update time, plan dan program; serta koordinasi antar simpang Secara keseluruhan strategi yang sudah berjalan dengan baik akan tetapi dalam strategi sosialisasi masih terbatas pada lingkungan tertentu belum menyeluruh pada masyarakat umum khususnya pengguna jalan menyebabkan belum banyak yang memahami penggunaan dan cara mengakses fasilitas APILL ITS. Selain itu dengan terbatasnya anggaran dalam pengembangan menyebabkan
pengembangan
APILL
ITS
tidak
dapat
langsung
diimplementasikan secara penuh. Dalam penerapan strategi optimalisasi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas berbasis Intelligent Transport System (APILL ITS) tersebut, peneliti commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menemukan adanya faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi pelaksanaan strategi. Faktor pendukung meliputi adanya prasarana yang sudah modern dan kemajuan teknologi di bidang transportasi, adanya pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kompetensinya di bidang APILL ITS, dan adanya komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangannya. Faktor penghambat meliputi tingkat kualitas dan kuantitas aparat masih terbatas, jumlah anggaran dana masih terbatas untuk pengembangan APILL ITS, dan perilaku tertib berlalu lintas masyarakat dan pengguna jalan yang masih rendah B. Saran. Dalam
optimalisasi
APILL
ITS
yang dilakukan
oleh
Dinas
Perhubungan Kota Surakarta, maka penulis memberikan saran yang dapat dimanfaatkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surakarta, berikut: 1. Dalam rangka optimalisasi fasilitas pelican crossing di depan stasiun Purwosari, Dinas Perhubungan Kota Surakarta dapat bekerjasama dengan pihak PJKA Purwosari untuk menempatkan satpam di pelican crossing seperti di depan RS. Moewardi. Satpam bertugas untuk mengarahkan sekaligus
mensosialisasikan
penggunaan
alat
tersebut.
Hal
ini
dikarenakan pelican crossing tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh para penyeberang jalan dan pengguna kendaraan bermotor sering tidak menghiraukannya. 2. Dalam rangka keberlanjutan pengetahuan dan pengalaman melalui commit to user pengembangan SDM hendaknya siklus pelatihan teknis diperbanyak,
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak hanya setahun sekali akan tetapi ditambah setahun 2-3 kali. Hal ini supaya kemampuan setiap pegawai bertambah secara kontinyu menyesuaikan perkembangan teknologi dan jika ada pegawai baru yang masuk tidak tertinggal jauh soal pengalaman dan kemampuannya di bidang teknologi dalam transportasi dan lalu lintas. 3. Perlu bekerjasama dengan pihak dan instansi lain yang berkepentingan dibidang lalu lintas dan transportasi dalam rangka pengembangan teknologi. Misalnya bekerjasama dengan Perusahaan Jasa transportasi di Kota Surakarta yang sudah mengembangkan IT dalam kendaraan seperti taksi dan Po. Rosalia Indah untuk mengembangkan sistem manajemen transportasi di Kota Surakarta. 4. Menumbuhkan perilaku sadar dan tertib berlalu lintas serta kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya melalui sosialisasi dan kampanye tertib lalu lintas yang lebih intens dan lebih luas ke masyarakat umum. Hal ini dapat dilakukan dengan sosialisasi ke masyarakat umum dengan melalui kelompok, lembaga maupun forum yang ada di Kota Surakarta seperti FAS (Forum Anak Surakarta) dan membentuk kelompok sadar berlalu lintas dengan melibatkan masyarakat.
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Allison, M. & Kaye, J. 2005. Perencanaan Strategis : Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Armstrong, Michael. 2003. Strategic Human Resource Management : A Guide To Action (Terjemahan : Ati Cahayani). Jakarta : Buana Ilmu Populer. Em Zul fajri dan Ratu Aprilia Senja. SA. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Difa Publisers. Ezell, Stephen. 2010. Explaining International IT Application Leadership : Intelligent Transportation System. The Information Technology & Innovation Foundation (ITIF). (diakses pada 5 Mei 2011, 14:25, http://www.itif.org) H.B. Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Juwita, Farida. 2009. Manajemen Lalu Lintas, Solusi Kemacetan di Kota Bandar Lampung. Jurnal Sains dan Inovasi. Volume 5. Issue 1. pp 47-56. (diakses pada 14 Mei 2011, 12:19) J. Salusu. 2003. Pengambilan Keputusan Strategik : Untuk Organisasi Publik dan Non Profit. Jakarta : PT. Grasindo Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi : Bagaimana Meraih Keunggulan kompetitif?. Jakarta : Erlangga. Midgley, Peter. 2011. Pengantar tentang Mobilitas Perkotaan. Jurnal Prakarsa Infrastruktur Indonesia. Edisi #6. April. Halaman 3-8. (diakses pada 14 Mei 2011, 13:46) Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Strategis Organisasi Non Profit di Bidang Pemerintahan. Yogayakarta: Gajah Mada University Press. Sayeg, Phil dan Charles, Phil. Suistainable Transport: A Sourcebook for Policymakers in Developing Cities, Module 4e Intelligent Transport Systems. Division 44 Environment and Infrastructure Sector project “Transport Policy Advice” GTZ. (diakses pada 18 Agustus 2011, 18:13, http://www.gtz.de) Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Susanto. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Jurnal internsional: Paula Jarzabkowski dan Andreas Paul Spee. 2009. “Strategy-as-practice: A review and future directions for the field”. International Journal of Management Reviews. Volume 11. Issue 1. pp 69-95. (www.interscience.wiley.com). (diakses pada 11 Oktober 2011, 14:22) Mahmood Samadi Largani, *Mohammad Taleghani, Azita Sherej Sharifi. 2011. Industrial Strategic Planning and its Effects in Performance Improvement of Industrial Enterprises and Economical Development. Journal of Basic and Applied Scientific Research. Volume 7. Issue 1. pp 569- 578. (www.textroad.com). (diakses pada 11 Oktober 2011, 12:41) Penelitian : Maimunah, Siti dan Kuswati, Atik S. 2010. Optimalisasi dan Pengembangan Transportasi Perkotaan di DKI Jakarta. Warta Penelitian Perhubungan. Volume 22. Nomor 10. Halaman 1064-1079. Noviyanti. 2010. Kendala Program Pemindahan Pemanfaatan Sarana Transportasi Pribadi ke Publik Transport (Transjakarta). Warta Penelitian Perhubungan. Volume 22. Nomor 10. Halaman 1042 – 1052 Sumber lain : • Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan • Keputusan Menteri Perhubungan No. 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas • Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Kota Surakarta • Renstra Dinas Perhubungan Kota Surakarta periode 2011-2015 • Buku Wahana Tata Nugraha (WTN) periode 2009 dan 2011 • Study Tatralok Kota Surakarta. 2009. Kondisi Transportasi Kota Surakarta. • Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No : 273/Hk.105/Djrd/96 tentang Pedoman Teknis Pengaturan Lalu Lintas di Persimpangan Berdiri Sendiri dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
• Kajian Kinerja Persimpangan yang Dikendalikan oleh APILL/Traffic Light di Kota Surakarta sebagai Dasar Proposal Usulan Penggantian/ Pengadaan/Pemasangan APILL/Traffic Light di Kota Surakarta Tahun 2006. • Perencanaan Pengembangan IT untuk Kepentingan Lalu Lintas Perkotaan • Hartiman, M Yugi. 2011. Diklat Intelligent Transport System : Overview Intelligent Transport System. • http://www.harianjoglosemar.com • http://www.dishub-surakarta.com • http://www.soloraya.net
commit to user
Strategi Optimalisasi APILL ITS/Immanuel T.P./2011 | 124