SEKOLAH TINGGI MUSIK DENGAN PENDEKATAN PEREDAM SUARA DI JAKARTA Priesma Erahadyan, Ir. Indartoyo M.SA, Wiyantara Wizaka ST., M.Arch Nama instansi, Bukit Ciracas Permai Blok B2 no11 Serang - Banten, 0812 1951 0005,
[email protected]
ABSTRAK Pada jaman sekarang ini merupakan salah satu kesenian yang paling banyak diminati masyarakat. Fungsi lain dari musik yaitu menambah kecerdasar Otak kiri merupakan pusat pengendali fungsi intelektual seperti daya ingat, bahasa, logika, perhitungan, daya analisis, dan pemikiran konvergen. Otak kanan berdasarkan kepada spontanitas, pengendali fungsi mental melibakan intuisi, sikap, emosi, hubungan ruang dan dimensi, gambar, musik dan irama, gerak dan tari serta pikiran devergen. Musik dapat digunakan sebagai penyeimbang fungsi otak kiri dan otak kanan. Daya estetis musik, terutama musik klasik, dapat digunakan sebagai penambah IQ. Di wilayah jakarta banyak sekali berdiri sekolah musik dan kursus namun sarana untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi masih sangat jarang, mengingat minat masyarakat jakarta yang tinggi terhadap seni musik maka perlu dibangun sekolah tinggi musik untuk mewadahi masyarakat yang tertarik dengan musik serta ingin melajutkan pendidikan musik ke jenjang yang lebih tinggi. Berdirinya sekolah tinggi musik dijakarta ini bertujuan memajukan perkembangan musik di Indonesia dan menghasilkan musisi yang profesional. Melalui sekolah tinggi musik yang akan di bangun ini masyarakat diharapkan dapat menyalurkan hobi dan keinginan untuk bermain musik ditempat yang disediakan sehingga tidak terganggu kebisingan dari lingkungan dan juga tidak menimbulkan kebisingan kepada lingkungan. Sekolah tinggi musik dan asrama mahasiswa ini akan menyediakan sarana pendidikan dan hunian bagi para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di sekolah tinggi musik dengan fasilitas yang memadai dan hunian yang nyaman tidak terganggu kebisingan. Desain sekolah tinggi musik dan asrama mahasiswa yang baru ini nantinya akan memperhatikan bagaimana meminimalisir kebisingan yang terjadi didalam atau diluar tapak sehingga nantinya kebutuhna ruang dan juga desain dari ruang dalam dapat meminimalisir kebisingan. Keywords: Sustainable, Accoustic, Music, Dormitory, School of Music, Concert Hall
ABSTRACT Today's music is one of the most popular arts community. Another function of the music that adds intelligence left brain is the control center of intellectual functions such as memory, language, logic, calculations, power analysis, and convergent thinking. The right brain is based on spontaneity, intuition involve controlling mental function, attitudes, emotions, relationships and space dimensions, images, music and rhythm, movement and dance as well as the mind devergen. Music can be used as a balancing function of the left brain and right brain. Aesthetic power of music, especially classical music, can be used as an addition to IQ. In the jakarta many music schools and courses stand, but the means to proceed to higher levels are still very rare, given the high public interest in jakarta on the art of music it is necessary to build a school of music to accommodate people who are interested in music and want to continue music education to a higher level. Establishment of a high school in jakarta music is aimed at promoting the development of music in Indonesia and produce a professional musician. Through high school musical will be built this community is expected to deliver a hobby and a desire to play music in place that provided so that the noise from the environment is not compromised and also does not give rise to environmental noise. School of music and student dormitories will provide educational facilities and housing for students who are studying music in high school with adequate facilities and comfortable dwelling no noise disturbed. Design of a school of music and the new dorm will be concerned how to minimize the noise that occurs within or outside the site so that future space requirements and also the design of the space to minimize noise. Keywords: Sustainable, Accoustic, Music, Dormitory, School of Music, Concert Hall
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Dalam buku World Book Encyclopedy Music, dikatakan musik adalah seni tertua dalam peradaban umat, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pada keagamaan. Musik telah ada dalam kehidupan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, dan saat ini musik telah menjadi kebutuhan penunjang bagi masyarakat. Musik juga dapat berperan dalam merubah suasana (mood) dan meningkatkan semangat kita, sering kita melihat para pemandu sorak menggunakan musik untuk menambah semangat kepada tim mereka. Selain itu musik juga dapat meningkatkan produktivits kerja. Dalam olahraga musik juga sangat berperan penting, saat ini penggunaan musik dalam kegiatan olahraga sangat bermacam-macam bentuk dan fungsinya. Misalnya saja dalam salah satu cabang olahraga atletik yaitu senam aerobik, dimana musik berperan sebagai pengiring untuk melakukan gerakan-gerakan yang telah diatur sedemikian rupa menurut aturan senam tersebut. Selain itu musik juga kerap dipergunakan sebagai media ekspresi dan pemberi motivasi. Saat ini musik tidak hanya digunakan sebagai hiburan saja, tetapi dapat juga digunakan sebagai fungsi terapi (pengobatan). Pada mulanya metode ini hanya digunakan untuk penyembuhan penyakit para pasien korban perang maupun untuk para veteran perang. Namun saat ini, pemakaian musik terapi telah dilakukan dibeberapa rumah sakit di Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Fungsi lain dari musik adalah menambah intelegensi (kecerdasan). Otak kiri merupakan pusat pengendali fungsi intelektual seperti daya ingat, bahasa, logika, perhitungan, daya analisis, dan pemikiran konvergen. Otak kanan berdasarkan kepada spontanitas, pengendali fungsi mental melibakan intuisi, sikap, emosi, hubungan ruang dan dimensi, gambar, musik dan irama, gerak dan tari serta pikiran devergen. Musik dapat digunakan sebagai penyeimbang fungsi otak kiri dan otak kanan. Daya estetis musik, terutama musik klasik, dapat digunakan sebagai penambah IQ. Proyek semacam ini tengah giat-giatnya berkembang di Negara Barat.
Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia merupakan pusat dari segala aktivitas masyarakat yang beragam suku bangsa dan memiliki kelengkapan sarana dan prasarana, menjadi pusat perkembangan musik Indonesia dan mancanegara. Hal tersebut ditandai oleh : -
Kehadiran para musisi daerah karena tuntutan karier sebagai penyanyi, pemusik, dan sebagainya disebabkan kurangnya fasilitas dalam bidang musik di daerah asal sehingga sulit untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.
-
Banyak digelarnya konser-konser musik barat seperti Justin Bieber, Katy Pery, Lady Gaga, dan sebagainya, dapat memberikan masukan warna musik yang berbeda dengan musik Indonesia.
-
Banyak berdirinya rumah produksi dan studio musik sebagai sarana yang menampung kegiatan musik.
-
Banyak berdirinya tempat-tempat kursus musik berstandar internasional seperrti Yamaha Foundation(lisensi Jepang).
-
Banyaknya fasilitas kesenian di Jakarta seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), dan sebagainya, sebagai factor pendukung perencanaan bangunan pertunjukan. Semaraknya penjualan kaset, CD (Compact Disc) dan VCD (Video Compact Disc) musik dari yang original sampai bajakan.
-
Kecenderungan orang-orang untuk datang ke Jakarta karena menganggap Jakarta sebagai pusat segala aktivitas dan sumber informasi actual, terutama yang berkaitan dengan perkembangan musik. Berdasarkan fenomena dan kenyataan yang menonjolkan potensi kota Jakarta sebagai
lokasi perencanaan, maka untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan merealisasikan perencanaan bangunan Sekolah Tinggi Seni Musik yang representative dan fungsional sesuai standar arsitektural dan merespond isu global
. Selain mendapatkan kurikulum perkuliahan
yang menjadi fasilitas utama, fasilitas pendukung diantaranya asrama mahasiswa, ruang konser, studio musik, ruang pertemuan, seminar, perpustakaan, food court dan pendukung lainnya.
I.2.
Latar Belakang Pemilihan Topik dan Tema
Dibeberapa Negara maju pada tahun 2000 telah mengeluarkan peraturan tentang penerapan konsep sustainable building yang merupakan bagian dari program management lingkungan kota. Departemen lingkungan hidup ditunjuk sebagai pembimbing sekaligus sebagai salah satu tim pengawas dalam perencanaan dan pembangunan perkotaan tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan membantu mengarahkan kebutuhan kota dengan tetap memperhatikan peraturan lingkungan, membimbing departemen lain agar mengurangi kerusakan lingkungan dalam operasioperasinya serta meningkatkan kualitas lingkungan itu sendiri. Kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dikembangkan mengembangkan
sedemikian
rupa
kebijaksanaan
oleh
team
sustainable
tersendiri building
yang
dibentuk
dan
untuk
merencanakan
implementasinya. Team ini juga berfungsi sebagai komite antar departemen yang berurusan dengan teknik, kebijaksanaan dan program sustainable building. Pemanasan global dianggap sebagai penyebab utama perubahan iklim. Perubahan iklim adalah dampak dari pemanasan global yang melibatkan unsur aktivitas manusia dan alamiah. Peristiwa alamiah yang memberi pengaruh positif dan negatif pada pemanasan global adalah letusan gunung berapi, dinamika iklim di atmosfer dan lautan serta pengaruh dari luar bumi seperti gejala kosmis dan ledakan di permukaan matahari. Berikut suhu rata-rata global berdasarkan pengamatan IPCC, 2007 :
Gambar I.1. Suhu rata-rata global (Sumber: IPCC, 2007)
Penerapan konsep sustainable building sudah selayaknya diterapkan di Indonesia mengingat keadaan pembangunan yang sangat besar volumenya serta semakin parahnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa kita sadari jika konsep sustainable building tidak diterapkan dalam setiap pembangunan maka suatu saat kita akan mengalami krisis terhadap energy, air, sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang parah. Unsur bunyi adalah elemen utama dari seni musik. Sehingga konsep perancangan harus menekankan pada bagaimana agar suara yang dihasilkan dapat disalurkan dengan baik oleh pendengar dan kenyamanan pengguna ruang selama kegiatan berlangsung. Kenyamanan yang dimaksud meliputi akustik ruang yang baik, desain ruang baik bentuk dan luasan ruang yang mendukung konsentrasi dan ketenangan selama proses belajar dan mengajar berlangsung.
Oleh karena itu diperlukan suatu teknologi dan sistem pemantul gerakan suara yaitu dengan menggunakan konsep arsitektur kinetik. Dimana penerapan konsep ini, memiliki pendekatan “bentuk mengikuti fungsi” yaitu bagaimana mendesain ruangan yang bergerak atau menyesuaikan dengan pengguna ruangan dan fungsi dari ruangan tersebut berdasarkan suara yang dihasilkan sehingga menciptakan sebuah bentuk ruang dan sistem yang paling optimal untuk kegiatan didalamnya. Hal ini sebagai penunjang kenyamanan akustik agar ruangan menjadi kedap suara secara maksimal sehingga penghuni bisa konsentrasi dan fokus latihan dan sebaliknya, penghuni luar ruangan juga tidak merasa terganggu dengan suara yang dihasilkan oleh pengguna ruang dalam.
Berdasarkan fenomena dan kenyataan seperti itu maka penulis mengangkat tema tentang Akustik (peredam suara), yaitu memaksimalkan penerapan desain akustik dengan berbagai cara arsitektur, diharapkan bisa terjadi penghematan energy yang cukup signifikan dan juga memenuhi kebutuhan mahasiswa dan karyawan yang berada di sekolah tinggi musik akan ketenangan dalam beraktifitas.
I.3.
Maksud dan Tujuan Konsep sekolah tinggi yang menerapkan konsep sustainable akan ikut menyumbangkan beberapa bangunan di Indonesia yang mempunyai konsep yang sama sebagai efek menanggapi isu pemanasan global yang merambah dunia. Perancangan Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini memiliki tujuan, yaitu : a. Menghasilkan musisi berkualitas baik dalam memainkan alat musik, kreatif dalam improvisasi kemampuan bermusik, dan kemampuan menciptakan komposisi musik, menulis lagu, serta aransemen. b. Menciptakan suatu rancangan yang dapat menjadi wadah untuk menggali potensi-potensi seni musik agar dapat menjadi nilai positif bagi dunia seni di Jakarta, serta mengakomodasi kegiatan rekreasi, eksplorasi, dan elaborasi kreatif pecinta seni. c. Menciptakan suatu gubahan ruang yang tidak hanya mendukung optimalisasi fungsi-fungsi dalamnya, tetapi menarik juga dari segi estetis, serta mampu memenuhi persyaratan teknis akustik untuk pertunjukan musik. d. Menyediakan fasilitas berupa hall untuk konser musik, event-event organisasi, seminar, ataupun coaching clinic. e. Mengetahui kelayakan papan partikel dari bambu betung sebagai panel akustik yang baik. f.
Selain itu sekolah ini dirancang dengan senyaman mungkin bagi penghuninya sehingga para pemakai ruang dapat merasakan bagaimana kenyaman bisa didapatkan dari sustainable design itu sendiri, tata letak ruang, olahan fasade yang baik, landscaping yang menarik, dan detail bangunan yang unik.
I.4.
Lingkup Pembahasan
Lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah mencakup penerapan konsep Sustainable design sebagai salah satu upaya untuk melakukan penghematan energy terutama dalam hal penghawaan yang terkait dengan suhu, kelembapan, dan kecepatan udara dalam ruang yang menunjang kondisi termal pengguna ruang. Mengenai music, pembahasannya akan dibatasi pada jenis musik diatonis karena keterbatasan waktu, dalam hal ini seni musik diatonis memiliki pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : -
Jenis musik yang saat ini sangat popular di seluruh Negara.
-
Peminat musik diatonis (modern) di Negara Indonesia khususnya di wilayah Jakarta sangat banyak.
-
Musik telah manjadi bagian dari hidup manusia. Meminimalkan kebisingan yang ditimbulkan dari lingkungan tapak maupun dari
dalam tapak dengan cara arsitektur yang akan berdampak pada fisik bangunan, dan kawasan, kebutuhan ruang dan fasilitas, organisasi ruang, struktur dan utilitas, sirkulasi dalam bangunan serta tampilan kulit luar bangunan yang akan digunakan.
I.5.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yaitu karya tulis yang mengawali proses perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Musik di Jakarta Dengan Pendekatan Konsep Penghawaan Alami dan Buatan, disusun dalam beberapa bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Latar belakang perlunya didirikan Sekolah Tinggi Musik di Jakarta Dengan Pendekatan Konsep Penghawaan Alami dan Buatan, latar belakang pemilihan topik arsitektur hemat energi, maksud dan tujuan Perancangan Sekolah Tinggi Musik di Jakarta, lingkup dan metode pembahasan perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Musik, sistematika pembahasannya, serta kerangka pemikiran proses perencanaan dan perancangan Sekolah Tinggi Musik. BAB II : TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Tinjauan teoritis umum terhadap proyek Sekolah Tinggi Musik dan tinjauan khusus mengenai topik/tema arsitektur hemat energi sebagai pendekatan perancangan arsitektur, disertai beberapa studi literatur dan studi kasus lapangan terhadap proyek sejenis sebagai pembanding yang relevan. BAB III : PERMASALAHAN Identifikasi dan rumusan permasalahan-permasalahan yang timbul berkenaan dengan aspek manusia, aspek lingkungan, dan juga aspek bangunan. BAB IV : ANALISA Analisa permasalahan dalam beberapa aspek yang dirumuskan melalui pendekatan perancangan dan topik arsitektur hemat energi. Dari analisa nantinya akan dihasilkan solusi atau konsep perancangan yang diterapkan sebagai landasan dalam
merencanakan dan merancang bangunan, lansekap, dan
lingkungannya. BAB V : KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan sebagai hasil analisa dan solusi terhadap permasalahan
yang
telah
diidentifikasi
dan
dirumuskan
pada
bagian
permasalahan. Konsep perancangan merupakan dasar/landasan perencanaan dan perancangan arsitektur sehingga karya arsitektur menjadi bernilai baik dan benar, indah, kuat, dan fungsional. Konsep perancangan dilengkapi dengan skematik desain sebagai alur pemikiran dalam perancangan. I.6. Kerangka Berpikir
Latar Belakang Kurangnya fasilitas pendidikan seni tari beserta fasilitasnya dan perlunya peningkatan mutu kesenian melalui jalur pendidikan
F E ` E D B A C K
Maksud dan Tujuan Menciptakan sarana pendidikan formal seni tari dan peningkatan kuantitas dari kualitas seni tari dengan pendekatan Green
Permasalahan - Manusia - Lingkungan - Bangunan
F E E D B A C K
Analisa Menganalisa permasalahan dan mencari solusi yang akan diterapkan pada proses
Konsep Perancangan Dasar perancangan sesuai dengan maksud dan tujuan serta hasil kesimpulan terhadap analisa.
Skematik Desain
Perancangan
Tinjauan Khusus Tinjauan topik & Tema, Studi literatur dan survey lapangan, seputar sekolah tinggi musik.
Tinjauan Umum Definisi dan peraturan bangunan sekolah tinggi musik di Jakarta.
Landasan Teori
METODE PENELITIAN Menggunakan metode penelitian menganalisa dari data yang telah ada, lalu menggunakan percobaan menggunakan perangkat lunak Autodesk Ecotect lalu digabung dengan rumusan sebagai pendukung perhitungan. HASIL DAN BAHASAN Analisa Material Akustik. Dalam upaya untuk mendapatkan panel akustik papan partikel bambu betung sebagai komponen peredam atau penyerap suara, maka dilakukan pengujian sifat fisis, sifat mekanis dan sifat akustik. Pengujian sifat fisis berupa kerapatan, kadar air, pengembangan tebal (thickness swelling) dan daya serap air (water absorbtion) sedangkan pengujian sifat mekanis mencakup Modulus of Elasticity, Modulus of Rupture, kuat rekat internal (Internal Bond) dan kuat pegang sekrup (screw withdrawal). Sifat akustik diuji melalui pengukuran koefisien absorbsi dan sound transmission loss. Sifat Fisis Panel Akustik Papan Partikel Bambu Betung Nilai sifat fisis panel akustik berupa papan partikel bambu betung tersaji dalam Tabel 3.
Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dan volume kering udara papan komposit. Nilainya sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama pembuatan lembaran (Bowyer et al. 2003). Berdasarkan data Tabel 3 diketahui bahwa nilai rata – rata kerapatan panel akustik papan partikel bambu betung hasil penelitian berkisar antara 0,41 - 0,58
g/cm3. Nilai kerapatan terendah (0,41 g/cm3) terdapat pada panel akustik dari partikel wol kerapatan 0,4 g/cm3, sedangkan nilai kerapatan tertinggi (0,58 g/cm3) terdapat pada panel akustik dari papan partikel halus dan sedang dengan kerapatan 0,6 g/cm3. Hasil pengujian kerapatan secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya disajikan pada Gambar. Gambar IV.18 ukuran partikel
Gambar IV.18 Histogram rata-rata nilai kerapatan (g/cm3) panel akustik papan partikel bambu betung dibandingkan standar JIS A 5908 (2003). Berdasarkan histogram pada Gambar 16 terlihat rata – rata nilai kerapatan panel partikel wol lebih rendah dibandingkan dengan nilai kerapatan panel partikel halus dan sedang yang memiliki nilai kerapatan yang hampir seragam pada kedua perbedaan kerapatan yang diuji. Hal ini diduga karena ukuran partikel wol jauh lebih besar dibandingkan dengan partikel halus dan sedang sehingga mempengaruhi jumlah serta komposisi kekompakkan partikel dalam setiap panel yang dihasilkan. Mengacu pada standar JIS A 5908 : 2003 maka seluruh panel akustik papan partikel memenuhi standar pada kerapatan yang ditetapkan, yaitu 0,4 – 0,9 g/cm3. Berdasarkan analisis statistik sidik ragam terhadap nilai kerapatan panel akustik pada selang kepercayaan 95% diperoleh bahwa berbedaan kerapatan memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai kerapatan papan partikel yang dibuat. Sementara itu ukuran partikel dan interaksi antara perbedaan kerapatan dan ukuran partikel tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai kerapatan panel.
Kadar Air Kadar air merupakan salah satu sifat fisis papan yang menunjukan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya terutama kelembaban udara. Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur (Bowyer et al. 2003). Nilai rata-rata kadar air panel akustik hasil penelitian berkisar antara 7,80 10,13% seperti yang disajikan pada Gambar 17. Nilai rata-rata kadar air terendah adalah 7,80 %, sedangkan nilai rata-rata kadar air tertinggi sebesar 10,13%. Kadar air pada seluruh papan partikel masih masuk dalam standar JIS 5908 : 2003, yaitu berkisar antara 5 – 13%.
Gambar 17 Histogram rata-rata nilai kadar air (%) panel akustik papan partikel bambu betung dibandingkan standar JIS A 5908 (2003). Berdasarkan analisis statistik sidik ragam terhadap nilai kadar air papan partikel bambu pada selang kepercayaan 95% diperoleh informasi faktor perbedaan kerapatan, ukuran partikel dan interaksi keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon nilai kadar air panel akustik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi yang kurang dari 0,05. Hasil uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95% yang dilakukan menunjukkan faktor interaksi ukuran partikel dan perbedaan kerapatan pada papan partikel wol kerapatan 0,6 g/cm3 adalah yang terendah dengan kadar air 7,80%. sementara itu papan partikel dengan ukuran partikel halus pada kerapatan 0,4 g/cm3 adalah tertinggi dengan kadar air 10,13%.
Sifat Akustik Panel Akustik Papan Partikel Bambu Betung Suara yang dihasilkan mempunyai nada rendah atau tinggi bergantung pada frekuensi. Apabila gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi akustiknya dipantulkan, diteruskan dan sebagian lagi diserap ke dalam masa kayu. Selanjutnya kayu bergetar dan suara/bunyi diperkuat, atau terjadi penyerapan total dan atau sebagian saja (Tsoumis 1991). Pengujian sifat akustik dilakukan dengan pengukuran koefisien absorbsi dan sound transmission loss. Koefisien Absorbsi Suara Koefisien absorbsi suara yaitu perbandingan antara energi suara yang diserap oleh bahan terhadap energi suara yang menuju permukaan bahan dengan asumsi tidak ada energi suara yang ditransmisikan. Koefisien absorbsi suara menggambarkan suatu fraksi dari sumber energi suara agar material menyerap. Untuk material-material arsitektur koefisien tersebut memberikan pengaruh acak terhadap suara. Nilai 0 menyatakan tidak adanya energi bunyi/suara yang diserap dan angka 1 menunjukkan serapan yang sempurna (Callender 1974). Menurut Sarwono (2008) bahwa suatu bahan absorber baik dalam menyerap suara jika nilai koefisien absorbsinya lebih dari 0,2. Nilai rata-rata koefisien absorbsi suara panel akustik komposit tersaji pada Tabel 5 serta pada Gambar 26. Tabel . Nilai rata-rata koefisien absorbsi panel akustik papan partikel bambu betung
Gambar IV.19 . Histogram koefisien absorbsi suara panel akustik papan partikel bambu betung.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh informasi terdapat perbedaan kemampuan panel akustik dalam menyerap suara. Pada ketiga jenis ukuran partikel panel akustik papan partikel (partikel halus, partikel sedang dan partikel
wol) memiliki pola kesamaan dalam menyerap suara dari frekuensi rendah hingga tinggi. Pada Gambar 26 dapat dilihat bahwa pada frekuensi rendah 100 – 250 Hz faktor ukuran partikel dan perbedaan kerapatan tidak mempengaruhi nilai koefisien absorbsi. Seluruh papan memiliki nilai koefisien absorbsi terendah pada frekuensi sedang 250 – 800 Hz. Ketiga panel akustik papan partikel yang memiliki perbedaan ukuran partikel tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap suara yang terletak pada rentang frekuensi tinggi 800 Hz – 4000 Hz dengan nilai absorbsi berkisar antara 0,32 – 0,96 maka dapat dikatakan bahwa panel-panel akustik papan partikel mampu sangat baik dalam menyerap suara pada frekuensi tinggi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien absorbsi yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi suara. Panel akustik papan partikel bambu betung yang memiliki target kerapatan 0,4 g/cm3 memiliki kemampuan absorbsi yang lebih baik daripada panel akustik dengan kerapatan 0,6 g/cm3 dimana dalam rentang frekuensi 1000 Hz – 4000 Hz nilai rata – rata koefisien absorbsi untuk seluruh papan berkerapatan 0,4 g/cm3 yaitu 0,72 sedangkan seluruh papan berkerapatan 0,6 g/cm3 nilai rata – rata koefisien absorbsinya 0,53. Hal ini diduga karena permukaan dari panel akustik papan partikel dengan kerapatan 0,4 g/cm3 memiliki kerapatan yang lebih rendah sehingga memiliki rongga-rongga yang lebih banyak. Semakin rendah kerapatan panel akustik papan partikel yang dimiliki maka semakin banyak rongarongga udara yang terbentuk. Akibatnya kemampuan bahan dalam menyerap suara semakin baik (Simatupang 2007).
Membandingkan dengan produk pada Tabel 6 diatas maka panel akustik
papan partikel wol dengan kerapatan 0,4 g/cm3 dapat mencapai nilai koefisien absorbsi (0,88) atau mendekati nilai koefisien absorbsi produk glasswool pada frekuensi yang sama. Seluruh panel akustik dalam penelitian memiliki nilai koefisien absorbsi yang lebih tinggi dibandingkan produk Yumen Board dan solid wood pada frekuensi 500 dan 1000 Hz. Sementara itu untuk nilai koefisien absorbsi produk Rockwool masih lebih tinggi dibandingkan seluruh panel akustik dalam penelitian pada frekuensi 250, 500, 1000 dan 2000 Hz.
Pengaruh Ukuran Partikel dan Perbedaan Kerapatan Terhadap Sifat Akustik Panel Akustik Papan Partikel Bambu Betung Mengacu pada hasil penelitian maka ukuran partikel memberikan pengaruh pada sifat fisis pengembangan tebal (thickness swelling) dimana semakin besar partikel maka semakin tinggi tingkat pengembangan tebal papan. Sementara itu pada sifat mekanis, ukuran partikel dan perbedaan kerapatan memberikan pengaruh terhadap nilai MOE, MOR, kuat rekat internal dan kuat pegang sekrup. Ukuran partikel memberikan pengaruh meningkatkan nilai MOE, MOR dan kuat pegang sekrup. Sebaliknya untuk nilai kuat rekat internal ukuran partikel menurunkan nilai kuat rekat internal. Perbedaan kerapatan papan berpengaruh terhadap daya serap air serta terhadap sifat mekanis papan partikel bambu betung. Semakin tinggi kerapatan papan maka semakin rendah daya serap air papan. Sementara itu semakin tinggi kerapatan papan maka semakin tinggi sifat mekanis lentur (MOE dan MOR), kuat rekat internal dan kuat pegang sekrup. Pada hasil pengujian nilai sound transmission class (STC) terjadi perbedaan hasil yang cukup signifikan antara panel dengan ukuran partikel yang berbeda. Hal tersebut terlihat bahwa panel akustik papan partikel wol menghasilkan nilai STC yang terbaik dibandingkan dengan panel akustik papan partikel halus dan sedang. Sedangkan pada pengujian koefisien absorbsi suara, perbedaan ukuran partikel tidak terlalu menghasilkan perbedaan yang nyata dimana terlihat pada histogram koefisien absorbsi panel akustik papan partikel (Gambar 26) bahwa nilai rata – rata yang dihasilkan masing – masing panel
dengan ukuran partikel yang berbeda tidak terlalu jauh berbeda pada frekuensi 100 – 800 Hz, berbeda dengan hasil pada frekuensi 1000 – 4000 Hz dimana terjadi perbedaan nilai rata – rata koefisien absorbsi diantara masing – masing ukuran partikel. Nilai koefisien absorbsi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perbedaan kerapatan dimana semakin rendah kerapatan papan maka nilai koefisien absorbsinya akan semakin baik.
SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa material bambu dapat diterapkan pada unit sekolah tinggi music dan asrama mahasiswa ini. Dengan menggunakan material bamboo sebagai material akustik, dapat memenuhi kebutuhan akustik pada sekolah tinggi music dan asrama mahasiswa. Perkembangan arsitektur semakin maju dan semakin memungkinkan kita menggunakan semua teknologinya dan semakin menghabiskan sumber daya alam yang ada, dan bahkan merusaknya, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dan semakin mengurangi perusakan alam, maka kita dapat menciptakan bumi yang saling berkesinambungan dan juga sustainable.
REFERENSI • • • • • • • • • • • • •
Daryanto. 2005. Pertimbangan Akustik & Pengendalian Bising Dalam Upaya Optimalisasi Desain Arsitektur. Jakarta Deasy Anggriani. 2002. Sekolah Tinggi Seni Musik di Jakarta Penekanan Desain Arsitektur Charles Moore. Semarang DK. Ching, Francis. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta : PT. Cipta Adi Pustaka 1990. Hal 525 Kamus Lengkap Inggris - Indonesia : Indonesia – Inggris. Prof. Drs. S. Wojowasito & Drs. Tito Wasito W, Hasta Bandung 1991 Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture. Jakarta Karyono, T.H. 2005. Pohon Sebagai Penyejuk dan Pembersih Udara Kota. Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 29, no.2. 62 – 65. Moerdjoko. 2005. Kaitan Sistem Ventilasi Bangunan dengan Keberadaan Mikroorganisme Udara. Dimensi Teknik Arsitektur Vol 29, no.2. 83 – 93. Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek . Great Britain : Crossby Lockwood & Son Ltd. Nyoman. 2011. Desain Interior Sekolah Musik Farabi. Denpasar Prof. R.M.Soedarsono, Phd. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta : Balai Pustaka Supri, Yoko. 2000. Pengaruh Penalaran Abstraktif Terhadap Prestasi Pendidikan Seni Musik (PPSM) Siswa Sekolah Menengah Musik Yogyakarta. Undang – Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1989 pasal 16 Ayat 2 dan UU nomor 20 Tahun 2003 Pasal 20 Ayat 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
http://farabimusik.com http://repository.usu.ac.id http://web.binus.ac.id/binussquare/ http://music.nus.edu.sg/ http://www.imimusik.com/ http://www.sicc-ina.com/ http://www.gelorabungkarno.co.id/facilities/unit-3-istora/
RIWAYAT PENULIS Priesma Erahadyan lahir di kota Jakarta pada 30 Mei 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2012. Saat ini bekerja sebagai Arsitek