PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN SUKOHARJO Aulia Nur Rachmawati, Sri Marwanti, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Kentingan, Surakarta 57126, Telepon : +62 271 637457 Email:
[email protected]. Hp: 085647423607 Abstract: This purpose of this research is determine the income of paddy farming before and after receiving PUAP, determine the level of efficiency of paddy farming before and after receiving PUAP, and determine the effect of the PUAP program on productivity and income paddy farming in Sukoharjo. The basic method of this study is descriptive analysis. The reason to choose that location because Sukoharjo Regency has highest paddy productivity in Central Java province 2012. Number of respondents is 30 paddy farmers. The data used is primary data and secondary data. Analysis of data were used: (1) Analysis of Paddy Farming, (2) R/C ratio (3) t-test, dummy variable regression. The results of the research is the average of income paddy farming before and after receiving PUAP is Rp 12.438.208,00/ha/MT and Rp 16.915.019,00/ha/MT. T value for the productivity and income are -5,750 and -10,590. T value
1, then both of them are efficient farming. Keywords: PUAP, Paddy Farming, Productivity, Income, Sukoharjo Regency Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah menerima PUAP, mengetahui tingkat efisiensi usahatani padi sebelum dan setelah menerima PUAP, dan mengetahui pengaruh program PUAP terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pemilihan lokasi penelitian ini secara purposive karena Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten dengan produktivitas padi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Jumlah responden adalah 30 petani padi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis Usahatani Padi, (2) Uji Beda, Regresi dummy variable, (3) R/C rasio. Hasil penelitian rata-rata pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah menerima PUAP sebesar Rp 12.438.208,00/Ha/MT dan Rp 16.915.019,00/Ha/MT. Nilai t hitung untuk produktivitas dan pendapatan sebesar -5,750 dan -10,590. Nilai t hitung < nilai t tabel maka H0 ditolak. Berarti ada perbedaan rata-rata produktivitas dan pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Berdasarkan uji regresi dummy variable diketahui program PUAP signifikan terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani padi. Nilai R/C rasio sebelum menerima PUAP sebesar 2,51 sedangkan setelah menerima PUAP sebesar 3,06. R/C rasio usahatani padi sebelum dan setelah menerima PUAP > 1, maka kedua usahatani efisien. Kata Kunci: PUAP, Usahatani Padi, Produktivitas, Pendapatan, Kabupaten Sukoharjo.
PENDAHULUAN Sektor pertanian memainkan peranan penting dalam perekonomian di negara berkembang. Berdasarkan data BPS Jateng (2013), diketahui sektor pertanian menyerap sekitar 31,39% pekerja dan merupakan sektor terbanyak menyerap pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Walaupun pengaruh sektor pertanian besar masih banyak petani kecil yang berkutat dengan kemiskinan. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan penting yang harus segera ditanggulangi dengan melaksanakan pembangunan pertanian demi terwujudnya kesejahteraan petani. Keterbatasan modal yang menyebabkan sebagian besar petani di Indonesia memiliki keterbatasan faktor produksi (Departemen Pertanian 2006). Untuk mengatasi permasalahan petani di perdesaan pada tahun 2008 pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok pemberdayaan masyarakat (Kementerian Pertanian 2012. PUAP merupakan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota Gapoktan. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten penerima dana PUAP di Provinsi Jawa Tengah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada sektor pertanian tahun 2009 sebesar 1.740.526,35 (dalam jutaan rupiah) tahun 2010 sebesar 1.931.942,74 (dalam jutaan rupiah), dan tahun 2011 sebesar 2.111.865,93 (dalam jutaan rupiah) (BPS Sukoharjo 2013). Hal tersebut berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang perlu
dikembangkan untuk meningkatkan PDRB di Kabupaten Sukoharjo. Usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo dipilih sebagai objek penelitian karena berdasarkan data BPS Jateng (2013) merupakan kabupaten dengan produktivitas padi terbesar di Jawa Tengah yaitu 66,49 kw/ha. Selain itu permasalahan yang terjadi menurut data BPS Jateng jumlah produksi padi mengalami penurunan, tahun 2010 sebesar 261.358 ton dan pada tahun 2011 menjadi 190.411 ton. Dari data tersebut diketahui terjadi penurunan sebesar 70.947 ton. Mayoritas petani di Kabupaten Sukoharjo menjalankan usahatani padi sehingga pada penelitian ini memilih petani padi untuk dapat mewakili keadaan Kabupaten Sukoharjo secara keseluruhan. Adanya PUAP diharapkan dapat terjadi perubahan yang lebih produktif bagi petani anggota Gapoktan di Kabupaten Sukoharjo. Atas dasar itulah, penelitian ini berupaya menganalisis pengaruh program PUAP terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004), metode penelitian deskriptif analitik diartikan sebagai metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual, kemudian data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Teknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan teknik survei. Penelitian ini menggunakan metode before and after. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo yaitu Kecamatan Bendosari dan Kecamatan Grogol. Pertimbangan
yang mendukung yaitu kecamatan tersebut merupakan penerima PUAP pada tahun 2012 sehingga lokasi tersebut relevan untuk dijadikan objek Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima PUAP di Kabupaten Sukoharjo. Biaya Produksi Usahatani Padi. TC = Biaya saprodi + Biaya TK + Biaya lain-lain …………………...…(1) Dimana: TC: total biaya usahatani padi (Rupiah), Biaya saprodi : biaya yang digunakan untuk membeli benih, pupuk, dan obat kimia usahatani padi (Rupiah), Biaya TK: biaya tenaga kerja usahatani padi (Rupiah), dan Biaya lain-lain: biaya lain-lain pada usahatani padi (Rupiah). Penerimaan Usahatani Padi. TR = P.Q ……………..…………….(2) Dimana: TR: total penerimaan usahatani padi (Rupiah), Q: jumlah produksi usahatani padi (kg), Pq: harga padi yang dihasilkan (Rupiah). Pendapatan Usahatani Padi. π = TR - TC ……………….....….…(3) Dimana: π: pendapatan usahatani padi (Rupiah), TR: total penerimaan usahatani padi (Rupiah), dan TC: total biaya usahatani padi (Rupiah). Analisis Efisiensi Usahatani Padi …………...…...……...(4) R/C= Dimana: R: penerimaan total usahatani padi (Rupiah) dan C: biaya total usahatani padi (Rupiah) Analisis Pengaruh Sebelum dan Setelah Mengikuti Program PUAP Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Sukoharjo Uji Beda (t test). Untuk menguji tingkat perbedaan ratarata produktivitas dan pendapatan sebelum dan sesudah adanya program
penelitian dengan metode before and after. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode proportional random sampling. PUAP. Kondisi menunjukkan keadaan produktivitas dan pendapatan. …...…….(5) thitung =
.
√
√
rata-rata kondisi Dimana: ̅ : usahatani padi sebelum menerima dana PUAP, ̅ :rata-rata kondisi usahatani padi setelah menerima dana PUAP, : nilai korelasi ̅ dengan ̅ , S1: varians kondisi usahatani padi sebelum menerima dana PUAP, S2: varians kondisi usahatani padi setelah menerima dana PUAP, s1: standar deviasi kondisi usahatani padi sebelum menerima dana PUAP, s2 : standar deviasi kondisi usahatani padi setelah menerima dana PUAP, dan : banyak sampel. Hipotesis; H0 : μ1 = μ2 : Tidak ada perbedaan rata-rata kondisi usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP, H1 : μ2 ≠ μ1 : Ada perbedaan kondisi rata-rata usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Dimana: μ1= kondisi usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum mendapatkan dana PUAP, μ2 = kondisi usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo setelah mendapatkan dana PUAP. Tingkat Signifikansi : = 0,05. Kriteria pengujian jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Maka kesimpulan H0 diterima dan H1 ditolak jika thitung ≤ ttabel, H0 ditolak dan H1 diterima jika thitung >ttabel Regresi Dummy Variable. Qp= + + dan Y= + + ………….…………….....(6) Keterangan: Qp = produktivitas padi (kg)
Y = pendapatan usahatani padi (Rupiah) Di = 0, sebelum menerima PUAP. Di = 1, setelah menerima PUAP. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jumlah responden petani padi penerima puap sebanyak 30 orang petani. Ratarata umur petani padi masih dalam usia produktif yaitu 48 tahun karena penduduk yang tergolong usia produktif. Pendidikan yang ditempuh oleh petani responden ada yang lulusan SD, SMP, SMA, S1 tetapi juga ada yang tidak sekolah. Rata-rata pendidikan petani yang dipilih sebagai responden adalah delapan tahun. Ratarata jumlah anggota keluarga petani adalah empat orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani padi yaitu dua orang. Luas rata-rata lahan garapan petani adalah 0,33 ha. Lahan tersebut berupa lahan sawah dengan pengairan irigasi. Menurut Suratiyah (2011), luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin luas lahan garapan maka semakin tinggi pendapatan yang diterima. Rata-rata pengalaman usahatani petani padi adalah 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Suanggana (2011), pendidikan merupakan bagian penting untuk mengetahui teori dan pelaksanaan teknis yang tepat. Oleh karena itu diperlukan peran pendamping atau penyuluh sehingga petani dapat mengaplikasikan teori ke lapang secara tepat. Beberapa hal yang harus diputuskan oleh petani diantaranya adalah menentukan cara produksi, pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Selain itu, tingkat pendidikan dan pengalaman juga mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan dalam kegiatan
usahatani yang dijalankan. Lamanya pengalaman petani dalam menjalankan usahatani padi dipengaruhi oleh usia petani dan mulainya mengusahakan. Program PUAP di Kabupaten Sukoharjo Berikut alasan petani responden memilih pinjaman PUAP di Kabupaten Sukoharjo:
27%
Alasan Memilih Pinjaman PUAP 3% Bunga rendah Cair tepat waktu
20%
50%
Persyaratan mudah
Gambar 1. Alasan Responden Memilih Pinjaman PUAP. Berdasarkan gambar 1 mengenai alasan memilih pinjaman PUAP, sebanyak 50% atau 15 petani responden memilih PUAP karena bunga/ jasa yang harus dibayarkan rendah. Alasan persyaratan mudah sebanyak 27% atau 8 petani responden. Alasan cair tepat waktu dipilih sebanyak 20% atau 6 petani responden. Uang sebanyak Rp 100.000.000,00 tersebut merupakan dana hibah yang diberikan kepada Gapoktan untuk dipinjamkan dan dikelola secara bersama. Alasan lainnya sebanyak 3% yaitu 1 petani saja. Berikut alokasi penggunaan dana PUAP untuk usahatani di Kabupaten Sukoharjo: Alokasi Penggunaan PUAP untuk Usahatani 14%
3% 75-100% 83%
50-75% < 50%
Gambar 2. Alokasi Penggunaan Dana PUAP untuk Usahatani.
Berdasarkan gambar 2 diketahui alokasi penggunaan dana PUAP terbanyak dari hasil penelitian sebesar 83% atau 25 petani responden menggunakan 75100% dana pinjaman PUAP untuk menjalankan usahatani. Hal tersebut sesuai dengan anjuran dari Kementerian Pertanian (2010) bahwa dana PUAP yang disalurkan harus bisa mengembangkan usaha pertanian di perdesaan sehingga pendapatan petani di perdesaan meningkat. Sebanyak 14% atau 4 orang petani responden menggunakan dana pinjaman sebesar 50-75% untuk usahatani. Ada 3% atau 1 orang responden yang hanya menggunakan dana pinjaman PUAP sebesar < 50% untuk usahatani. Penggunaan pinjaman PUAP yang sedikit untuk usahatani karena ada keperluan lain dan hal tersebut bertentangan dengan tujuan PUAP. Pengalokasian dana PUAP tertinggi untuk usahatani pada 25 petani responden membuktikan bahwa kinerja Gapoktan untuk menyalurkan dana PUAP sudah baik. Penggunaan dana PUAP untuk usahatani padi yang kurang dari 50% beralasan bahwa perolehan dana pinjaman yang sedikit sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari terlebih dahulu. Hal tersebut mengakibatkan dana pinjaman PUAP yang seharusnya untuk membantu permodalan usahatani menjadi berkurang. Berikut tanggapan petani responden dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo: Persyaratan Meminjam Dana PUAP 0% 17% Mudah 83%
Biasa
Gambar 3. Tanggapan Petani responden terhadap Persyaratan Meminjam Dana PUAP.
Tanggapan responden terhadap prosedur cara mengajukan pinjaman sebanyak 83% atau 25 orang petani responden mengatakan mudah. Sebanyak 17% atau 5 orang petani responden mengatakan biasa dan tidak ada petani responden yang mengatakan sulit. Pada setiap awal bulan Gapoktan Mekar Sejahtera atau Gapoktan Akur mengadakan pertemuan baik di Balai Desa atau di rumah Ketua Gapoktan masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Suanggana (2011) bahwa pengontrolan perlu dilakukan baik sebelum maupun saat proses pengembalian pinjaman. Walaupun sebanyak 83% menyatakan syarat peminjaman dana PUAP mudah tetapi ada beberapa petani yang menunggak pengembalian dana PUAP tersebut. Berbeda dengan hasil penelitian Nursyamsiah (2010) yang menyatakan bahwa pengurus Gapoktan tidak akan memberikan pinjaman tahap kedua karena riwayat peminjam yang sulit mengembalikan pinjaman PUAP. Pengurus Gapoktan Mekar Sejahtera tetap memberikan pinjaman kepada petani yang menunggak pembayaran tersebut karena merupakan tetangga. Ketika pertemuan rutin akan selalu diingatkan kepada petani yang menunggak pengembalian tersebut. Sehingga sebelum melakukan peminjaman kembali, semua angsuran pinjaman PUAP sudah harus dibayarkan oleh petani anggota Gapoktan yang meminjam dana PUAP. Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima PUAP di Kabupaten Sukoharjo Biaya Produksi Usahatani Padi. Peningkatan penggunaan pupuk terjadi pada pupuk urea, SP-36, dan ZA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Noshiru (2010) yang mengatakan bahwa kredit mikro memungkinkan petani untuk membeli input atau sarana
produksi yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Sama halnya dengan program PUAP yang memberikan bantuan permodalan. Berdasarkan lampiran tabel 3 dapat diketahui rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani sebelum menerima PUAP sebesar Rp 2.304.163,00/Ha/MT, sedangkan setelah menerima dana PUAP sebesar Rp 2.198.951,00/Ha/MT. Pengeluaran petani untuk pupuk lebih banyak setelah petani menerima dana PUAP sedangkan pengeluaran petani untuk obat kimia lebih banyak sebelum petani menerima PUAP. Menurut Hernanto (1989) tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria dan wanita baik berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam maupun tenaga kerja luar akan sama-sama memperoleh balas jasa/ upah. Upah tenaga kerja usahatani padi pada MT 1 dan MT 2 untuk HKP sebesar Rp 40.000,00 dan untuk HKW sebesar Rp 35.000,00. Sedangkan upah tenaga kerja MT 3 untuk HKP sebesar Rp 50.000,00 dan untuk HKW sebesar Rp 40.000,00. Berdasarkan lampiran tabel 4 dapat diketahui bahwa total biaya tenaga kerja sebelum menerima dana PUAP adalah Rp 3.745.455,00/Ha/MT dan setelah menerima dana PUAP sebesar Rp 3.728.536,00/Ha/MT. Berdasarkan lampiran tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya lain-lain petani padi sebelum menerima PUAP adalah Rp 2.169.963,00/Ha/MT, sedangkan biaya lain-lain petani padi setelah menerima PUAP adalah Rp 2.270.673,00/Ha/MT. Rata-rata biaya lain-lain petani padi sebelum dan setelah menerima PUAP yang paling banyak dikeluarkan adalah sewa traktor.
Komponen biaya lain-lain yang membedakan antara usahatani padi sebelum menerima dana PUAP dan setelah menerima dana PUAP adalah jasa PUAP (bunga pinjaman) yang harus dibayarkan setelah panen setelah petani menerima dana PUAP. Selain itu ketika belum menerima dana PUAP ada tambahan biaya untuk penyedotan air karena ada lahan sawah di beberapa petani yang air irigasi kurang lancar. Berdasarkan lampiran tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya total yang dikeluarkan petani sebelum menerima dana PUAP sebesar Rp 8.219.581,00/Ha/MT sedangkan setelah menerima dana PUAP sebesar Rp 8.198.160,00/Ha/MT. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suanggana (2011) dimana ada penurunan rata-rata biaya total sebelum dan setelah menerima dana PUAP. Rata-rata biaya total sebelum menerima PUAP lebih besar karena ada tambahan biaya untuk penyedotan air. Aspek biaya yang ada pada petani setelah menerima PUAP adalah jasa dalam peminjaman PUAP. Penerimaan dan Produktivitas Usahatani Padi. Berdasarkan lampiran tabel 7 ata-rata produksi padi pada petani sebelum menerima dana PUAP sebesar 5.868,69 kg/Ha dengan rata-rata harga gabah Rp 3.520,00/kg maka diketahui penerimaan sebesar Rp 20.657.789,00 /Ha/MT. Rata-rata produksi padi pada petani setelah menerima dana PUAP sebesar 6.411,87 kg/Ha dengan rata-rata harga gabah Rp 3.916,67/kg maka diketahui penerimaan sebesar Rp 25.113.179,00 /Ha/MT. Rata-rata produktivitas padi sebelum menerima PUAP sebesar 58,69 kw/Ha sedangkan setelah menerima dana PUAP sebesar 64,12 kw/Ha. Produksi gabah tersebut merupakan jumlah produksi gabah kering panen. Menurut data Badan Pusat Statistik untuk Provinsi Jawa Tengah konversi
GKP ke gabah kering giling (GKG) sebesar 81,96%. Perbedaan jumlah produksi disebabkan perbedaan musim tanam, perbedaan jumlah input yang digunakan, maupun hama penyakit yang menyerang. Perbedaan harga jual disebabkan oleh perbedaan waktu penjualan gabah maupun cara penjualan. Menurut Nasir dalam Bashir et al 2010 menjelaskan bahwa kredit pertanian merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksi hasil pertanian sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Dengan demikian maka standar hidup petani miskin di perdesaan juga akan semakin baik. Kredit memiliki dampak positif terhadap produktivitas usahatani. Pendapatan Usahatani Padi. Berdasarkan lampiran tabel 8 diketahui rata-rata pendapatan usahatani padi sebelum menerima dana PUAP adalah Rp 12.438.208,00/Ha/MT sedangkan rata-rata pendapatan usahatani padi setelah menerima dana PUAP adalah Rp 16.915.019,00/Ha/MT. Pendapatan usahatani padi petani setelah menerima dana PUAP lebih tinggi dengan selisih yang cukup besar yaitu Rp 4.476.811,00/Ha/MT. Pendapatan setelah menerima PUAP lebih besar karena efektif dalam penggunaan dana PUAP untuk menjalankan usahatani padi. Selain itu hasil yang produksi yang meningkat dan gabah yang baik sehingga harga gabah juga meningkat. Selain itu hasil yang produksi yang meningkat dan gabah yang baik sehingga harga gabah juga meningkat. Efisiensi Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima PUAP Berdasarkan lampiran tabel 9 maka dapat diketahui nilai R/C rasio sebelum menerima dana PUAP sebesar 2,51 sedangkan nilai R/C rasio setelah menerima dana PUAP sebesar 3,06. Efisiensi usahatani padi sebelum dan setelah menerima dana PUAP lebih dari
1, maka kedua usahatani tersebut efisien. Hasil penelitian ini sesuai hasil penelitian Prihartono (2009) bahwa sebelum dan setelah adanya program PUAP menunjukkan nilai R/C rasio > 1. Pengaruh Program PUAP terhadap Usahatani Padi Uji Beda (t-test). Kriteria: H0 = Tidak ada perbedaan kondisi (produktivitas, pendapatan) usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP, H1 = Ada perbedaan kondisi (produktivitas, pendapatan) usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Berdasarkan lampiran tabel 10 rata-rata produktivitas usahatani padi untuk responden sebelum menerima dana PUAP adalah 57,1483 kw/ha sedangkan rata-rata produktivitas usahatani padi untuk responden setelah menerima dana PUAP adalah 63,1987 kw/ha. Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Hal tersebut berdasarkan signifikansi > 0,05, maka H0 diterima sedangkan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan karena nilai -t hitung < -t tabel (-5,750< -2,045) dan signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05) maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan produktivitas usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Berdasarkan lampiran tabel 11 rata-rata pendapatan usahatani padi untuk responden sebelum menerima dana PUAP adalah Rp 10.051.000,00/Ha/MT sedangkan setelah menerima dana PUAP adalah Rp 15.197.000,00/Ha/MT. Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak. Hal tersebut berdasarkan signifikansi > 0,05, maka
H0 diterima sedangkan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan karena nilai -t hitung < -t tabel (-10,590 < -2,045) dan signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05) maka H0 ditolak. Jadi disimpulkan bahwa ada perbedaan kondisi (produktivitas, pendapatan) usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prihartono (2009) dan Feryanto (2011) bahwa pendapatan usahatani sebelum dan setelah menerima dana PUAP berbeda secara nyata. Regresi Dummy Variable. Dummy variable merupakan variabel kulitatif yang diubah menjadi kuantitatif. Berikut pengaruh program PUAP terhadap produktivitas usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo: Tabel Coefficient (Uji t), = 0,05; Tsig adalah 0,029. Tingkat signifikansi 0,029 < 0,05 berarti signifikan. Artinya variabel dummy berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Qp/ produktivitas usahatani padi). Qp =
+
+
Qp = 57,148 + 6,050 + Variabel dummy berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Qp/ produktivitas usahatani padi). Konstanta 57,148 menunjukkan produktivitas padi per hektar sebelum menerima dana PUAP sebesar 57,148 kw/ha. Setelah menerima PUAP variabel dummy bernilai 1, berarti produktivitas padi per hektar sebesar 57,148 + 6,050= 63,198 kw/ha. Tabel Model Summary (R dan R2) R = 0,282. Artinya adanya korelasi yang lemah antara variabel independen (variabel dummy) terhadap variabel dependen (Qp/ produktivitas usahatani padi). R2 = 0,080. Artinya adanya variasi variabel independen (variabel dummy) sebesar 8% yang berpengaruh terhadap
variabel dependen (Qp/ produktivitas usahatani padi). Sedangkan 92% dipengaruhi oleh faktor lain seperti pupuk yang digunakan, obat kimia yang digunakan, dan musim tanam. Berikut pengaruh program PUAP terhadap pendapatan usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo: Tabel Coefficient (Uji t), = 0,05; Tsig adalah 0,00. Tingkat signifikansi 0,00 < 0,05 berarti signifikan. Artinya variabel dummy berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y/pendapatan usahatani padi). Y=
+
+
Y = 1,005E7 + 5,146E6 + Variabel dummy berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y/pendapatan usahatani padi). Konstanta 1,005E7 menunjukkan ratarata pendapatan padi per hektar sebelum menerima dana PUAP sebesar Rp 10.050.000,00. Setelah menerima PUAP variabel dummy bernilai 1, berarti rata-rata pendapatan padi per hektar sebesar 1,005E7 + 5,146E6= Rp 15.196.000,00. Jadi selisih rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerima PUAP adalah 5,146E6 atau sebesar Rp 5.146.000,00/Ha/MT. Tabel Model Summary (R dan R2) R = 0,472. Artinya adanya korelasi yang sedang antara variabel independen (variabel dummy) terhadap variabel dependen (Y/pendapatan usahatani padi). R2 = 0,223. Artinya adanya variasi variabel independen (variabel dummy) sebesar 22,3% yang berpengaruh terhadap variabel dependen (Y/pendapatan usahatani padi). Sedangkan 77,7% dipengaruhi oleh faktor lain seperti pupuk yang digunakan, obat kimia yang digunakan, dan musim tanam.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan analisis usahatani padi maka diketahui pendapatan usahatani padi sebelum dan setelah menerima dana PUAP. Rata-rata pendapatan usahatani sebelum menerima dana PUAP adalah Rp 12.438.207,95/Ha/MT sedangkan ratarata pendapatan usahatani padi setelah menerima dana PUAP adalah Rp 16.900.779,60/Ha/MT. Nilai R/C rasio sebelum menerima dana PUAP adalah 2,51 sedangkan setelah menerima dana PUAP adalah 3,06. R/C rasio usahatani padi sebelum dan setelah menerima dana PUAP lebih dari 1, maka usahatani tersebut efisien. Perhitungan uji beda diketahui nilai -t hitung < -t tabel (5,750 < -2,045) maka H0 ditolak. Pada analisis uji beda pendapatan diketahui nilai -t hitung < -t tabel -10,590 < 2,045) maka H0 ditolak. Berarti ada perbedaan rata-rata kondisi (produktivitas, pendapatan) usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo sebelum dan setelah mengikuti program PUAP. Persamaan yang di dapat dari regresi dummy variabel Qp = 57,148 + 6,050 + . Berarti variabel dummy (penerimaan PUAP) berpengaruh nyata produktivitas usahatani padi. Persamaan Y = 1,005E7 + 5,146E6 + . Berarti variabel dummy (penerimaan PUAP) berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan: Adanya selisih pendapatan yang cukup tinggi pada saat sebelum dan setelah mengikuti program PUAP perlu untuk diketahui lebih lanjut apakah disebabkan oleh adanya program PUAP atau faktor lain yang lebih berpengaruh. Nilai R/C rasio sebelum dan setelah menerima dana PUAP menunjukkan hasil yg sama-sama efisien. Berarti
sebelum menerima dana PUAP petani sudah dapat mencukupi kebutuhan untuk usahatani padi. Oleh sebab itu perlu adanya kontrol lebih lanjut mengenai dana PUAP yang sudah tepat sasaran atau belum. Program PUAP memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. Oleh sebab itu petani anggota Gapoktan sebaiknya bisa saling bekerjasama dalam menjalankan usahatani untuk memajukan pertanian di perdesaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan produktivitas, pendapatan, efisiensi usahatani padi di Kabupaten Sukoharjo. DAFTAR PUSTAKA Bashir MK, Yasir M, Sarfraz H 2010. Impact of Agricultural Credit on Productivity of Wheat Crop: Evidence From Lahore, Punjab, Pakistan. Journal Agriculture Science. Vol. 47(4) pp. 405-409. BPS
Kabupaten Sukoharjo 2013. Kabupaten Sukoharjo dalam Angka 2013. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo.
BPS
Provinsi Jateng 2013. Jawa Tengah dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. http://jateng.bps.go.id. Diakses pada tanggal 4 Februari 2014.
Departemen Pertanian 2006. Rencana Pembangunan Pertanian 20052009. Jakarta: Departemen Pertanian. Feryanto 2011. Efektivitas Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani (Studi Kasus: Gapoktan Mandiri Jaya, Desa Cikarawang, Darmaga, Kabupaten Bogor), hal 415-430, Dalam: Rita N, Wahyu BP, Siti J, Popong N, Amzul R (eds).
Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis. Bogor, 7 dan 14 Desember 2011. Departemen Agribisnis. FEM IPB.
Gapoktan Dan Pendapatan Anggota Gapoktan [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.
Hernanto F 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suanggana A 2011. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.
Kementerian Pertanian 2012. Petunjuk Teknis Verifikasi Dokumen Administrasi dan Penyaluran Dana BLM-PUAP 2012. Jakarta: Kementerian Pertanian. Nosiru MO 2010. Micro credits and agricultural productivity in Ogun State, Nigeria. World Journal of Agricultural Sciences Vol 6 (3): Pp290-296, 1817-3047. Prihartono MK 2009. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja
Surakhmad W 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar Metoda Teknik). Bandung: PT Tarsito. Suratiyah K 2011. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN Tabel 1. Pengambilan Sampel Penerima Dana PUAP Tahun 2012 di Kabupaten Sukoharjo No. 1 2
Kecamatan Bendosari Grogol
Gapoktan Mekar Sejahtera Akur Jumlah
Desa Toriyo Pandeyan
Penerima Dana PUAP 59 25 84
Sampel 21 9 30
Sumber: Data Sekunder Dinas Pertanian 2013 Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Penerima PUAP tahun 2012 di Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Jumlah petani responden (orang) Rata-rata umur petani (tahun) Rata-rata pendidikan petani (tahun) Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani padi (orang) Rata-rata pengalaman untuk usahatani padi (tahun) Rata-rata luas lahan (ha)
Penerima PUAP 30 48 8 4 2 20 0,33
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 3. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No 1 2
3
Uraian Benih (Rp) Pupuk (Rp) a. Urea b. SP-36 c. ZA d. Phonska e. Organik Obat kimia(Rp) a. Prevathon b. Score c. Plenum d. Virtako Jumlah
Sebelum Per UT Per Ha 91.910,00 282.450,00
Setelah Per UT Per Ha 93.917,00 284.596,00
85.177,00 113.043,00 47.728,00 191.291,00 100.000,00
258.134,00 342.573,00 144.640,00 579.646,00 303.030,00
88.350,00 115.675,00 67.067,00 169.625,00 99.584,00
267.727,00 350.530,00 203.232,00 514.015,00 301.768,00
29.580,00 29.640,00 28.500,00 40.800,00 757.669,00
89.900,00 89.490,00 88.500,00 125.800,00 2.304.163,00
18.492,00 25.175,00 23.942,00 23.828,00 725.655,00
56.037,00 76.288,00 72.551,00 72.207,00 2.198.951,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 4. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3 4 5 6
Penggunaan Tenaga Kerja Pengolahan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian HPT Pemanenan Jumlah
Sebelum (Rp) Per UT Per Ha 85.167,00 258.081,00 296.667,00 898.990,00 205.000,00 621.212,00 153.167,00 464.141,00 177.333,00 537.374,00 318.667,00 965.657,00 1.236.001,00 3.745.455,00
Sumber: Analisis Data Primer
Setelah (Rp) Per UT Per Ha 86.583,00 262.374,00 287.750,00 871.970,00 197.833,00 599.495,00 155.750,00 471.970,00 169.667,00 514.141,00 332.833,00 1.008.586,00 1.230.416,00 3.728.536,00
Tabel 5. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Penyusutan Pajak tanah Iuran irigasi Transportasi Sewa traktor Sewa treser Jasa PUAP Jumlah
Sebelum (Rp) Per UT Per Ha 41.756,00 126.532,00 56.567,00 171.414,00 98.667,00 298.990,00 27.333,00 82.828,00 281.667,00 853.835,00 210.000,00 636.364,00 0 0 715.990,00 2.169.963,00
Setelah (Rp) Per UT Per Ha 41.756,00 126.532,00 56.567,00 171.414,00 32.333,00 97.980,00 26.833,00 81.313,00 265.000,00 803.030,00 210.833,00 638.889,00 116.000,00 351.515,00 749.322,00 2.270.673,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 6. Rata-rata Biaya Total Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3
Sebelum (Rp) Per UT Per Ha 757.669,00 2.304.163,00 1.236.001,00 3.745.455,00 715.990,00 2.169.963,00 2.709.660,00 8.219.581,00
Jenis Biaya Biaya sarana produksi Biaya tenaga kerja Biaya lain-lain Jumlah
Setelah (Rp) Per UT Per Ha 725.655,00 2.198.951,00 1.230.416,00 3.728.536,00 749.322,00 2.270.673,00 2.705.393,00 8.198.160,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 7. Rata-rata Penerimaan dan Produktivitas Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No
Jenis Biaya
1 2 3 4
Produksi (kg) Harga (Rp/kg) Penerimaan (Rp) Produktivitas (kw/Ha)
Sebelum Per UT Per Ha 1.936,67 5.868,69 3.520,00 3.520,00 6.817.078,00 20.657.789,00 58,69
Setelah Per UT Per Ha 2.115,92 6.411,87 3.916,67 3.916,67 8.287.360,00 25.113.179,00 64,12
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 8. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo No 1 2 3
Jenis Biaya Penerimaan Biaya total Pendapatan
Sebelum (Rp) Per UT Per Ha 6.817.078,00 20.657.789,00 2.709.660,00 8.219.581,00 4.107.418,00 12.438.208,00
Setelah (Rp) Per UT Per Ha 8.287.360,00 25.113.179,00 2.705.393,00 8.198.160,00 5.581.967,00 16.915.019,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 9. Rata-rata Efisiensi Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima Dana PUAP di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 No 1 2 3
Jenis Biaya Penerimaan (Rp) Biaya total (Rp) Efisiensi
Sebelum Per UT Per Ha 6.817.078,00 20.657.789,00 2.709.660,00 8.219.581,00 2,51
Sumber: Analisis Data Primer
Setelah Per UT Per Ha 8.287.360,00 25.113.179,00 2.705.393,00 8.198.160,00 3,06
Tabel 10.
Hasil Analisis Uji t-test Variabel Produktivitas Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima PUAP
Uraian Produktivitas (kw/ha) t hitung t tabel
Sebelum 57,1483
Setelah 63,1987 -5,750 -2,045
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 11. Hasil Analisis Uji t-test Variabel Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Menerima PUAP Uraian Pendapatan (Rp) t hitung t tabel
Sumber: Analisis Data Primer
Sebelum 1,0051E7
Setelah 1,5197E7 -10,590 -2,045