ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PRAKTEK JUAL BELI PEDAGANG MAKANAN DI PASAR CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA (Studi Kasus Pada Pedagang Makanan di Pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya) Faisyal Azhar Kuswara Asep Suryanto Email:
[email protected] Email:
[email protected] Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRACT The purpose of this study were 1) to determine the buying and selling activities undertaken by the traders in the market is Ciawi Tasikmalaya District, 2) Islamic business ethics for the practice of buying and selling food traders in the market Ciawi Tasikmalaya regency. The method used is descriptive method with qualitative approach, and the type of data used is primary data. To obtain accurate data, data collection techniques that writers through interviews and observations. Results showed activity Buying and selling is done by food traders in the market Ciawi Tasikmalaya regency run in accordance with the buying and selling activities in the market in general that where in this market activities price bargaining between sellers and buyers still do. As for other activities such as the ordering of goods and offering goods going well, so the buying and selling activities are carried out in the market Ciawi monitored conducive. However, the application of the principles of Islamic business ethics in the practice of buying and selling food traders in the market Ciawi Tasikmalaya regency has not been fully carried out by food traders in the market Ciawi. This is because there are traders who commit fraud in the practice of buying and selling like selling rotten meat by mixing with the yellow spice and also reduce the weight of goods. Keywords: Islamic Business Ethics, Practice Buy Sell Food Traders
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menentukan pembelian dan penjualan kegiatan yang dilakukan oleh para pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, 2) etika bisnis Islam untuk praktek jual beli pedagang makanan di pasar Kabupaten Ciawi Tasikmalaya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan jenis data yang digunakan adalah data primer. Untuk mendapatkan data yang akurat, teknik pengumpulan data yang penulis melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan Kegiatan Jual beli yang dilakukan oleh pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya berjalan sesuai dengan kegiatan jual beli pada pasar secara umumnya yang dimana pada pasar ini kegiatan tawar menawar harga antara penjual dan pembeli masih dilakukan. Adapun kegiatan lain seperti adanya pemesanan barang dan menawarkan barang berjalan dengan baik, sehingga kegiatan jual beli yang dilakukan di pasar Ciawi terpantau kondusif. Akan tetapi, penerapan prinsip etika bisnis Islam dalam praktek jual beli pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya belum sepenuhnya dilakukan oleh pedagang makanan di pasar Ciawi. Hal ini dikarenakan masih terdapat pedagang yang melakukan kecurangan didalam praktek jual beli seperti menjual daging busuk dengan cara mencampurkannya dengan bumbu kuning dan juga mengurangi timbangan barang.
Kata Kunci: Islam Etika Bisnis, Praktek Jual Beli Pedagang Makanan.
PENDAHULUAN Kegiatan bisnis atau jual beli merupakan kegiatan dasar yang sering dilakukan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam jual beli, etika memiliki pengaruh yang sangat penting, karena etika menjadi pegangan bagi seseorang dalam melakukan kegiatan jual beli. Didalam jual beli terdapat dua orang yang melakukan transaksi (akad) yaitu antara penjual dan pembeli. Apabila dalam akad tersebut tidak ada etika didalamnya maka akan ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Islam sangat memperhatikan etika dalam melakukan kegiatan jual beli, sehingga ada nilai-nilai etika yang harus dilaksanakan sebagai seorang muslim didalam melakukan kegiatan jual beli. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain: bersikap jujur dalam menjual barang dagangan, bersikap adil untuk mengambil keuntungan, dan keterbukaan dalam penyampaian barang dagangan kepada konsumen. Pada tahun 2015 BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) menemukan kasus pengabaian etika didalam penjualan makanan untuk berbuka puasa, pada kasus ini ditemukan 7.806 sampel yang diketahui 7.126 sampel memenuhi syarat yang sudah di tentukan oleh BPOM, dan 608 sampel tidak memenuhi syarat yang sudah di tentukan. Hasil pengawasan menunjukan bahwa pewarna tekstil rhodamin B menjadi bahan berbahaya yang paling banyak disalahgunakan didalam bahan pembuatan makanan berbuka puasa. Secara rinci, 285 sampel pangan ditemukan mengandung rhodamin B, 211 sampel pangan mengandung formalin, 162 sampel pangan mengandung boraks dan 5 sampel pangan mengandung methanyl yellow.1 Selain kecurangan yang ditemukan oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), kecurangan atau pengabaian etika didalam melakukan kegiatan bisnis juga dapat terjadi di pasar tradisional, karena pada pasar tradisional potensi
1
www.pom.go.id, Temuan Pangan Ilegal dan Pangan yang Mengandung Bahan Berbahaya. Diakses melalui situs : http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/271/IntensifikasiPengawasan-Ramadhan-Badan-POM-2015--Temuan-Didominasi-Pangan-Ilegal-PanganMengandung-Bahan-Berbahaya-Menurun.html pada tanggal 03 Mei 2016, pukul 16.00.
terjadinya kecurangan atau pengabaian etika sangat besar dikarenakan pedagang memiliki kebebasan yang lebih untuk melakukan penentuan harga. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan di pasar tradisional, telah terjadi banyak sekali penyimpangan yang dilakukan oleh pedagang, adapun penyimpangan tersebut antara lain mengurangi timbangan, pengoplosan barang, dan menjual barang yang cacat atau rusak. Kejadian-kejadian
tersebut
menggambarkan
bahwa
pedagang
pada
umumnya masih kurang peduli didalam melakukan penerapan etika bisnis syariah. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan berdampak negatif terhadap perekonomian, dikarenakan apabila pembeli sudah merasa dikecewakan atau dicurangi oleh pedagang, maka pembeli tidak akan mempercayai terhadap pedagang tersebut dan pada akhirnya merekapun tidak akan berbelanja pada pedagang tersebut. Adapun dampaknya pedagang tidak akan laku didalam menjual barang dagangannya dan pendapatannya pun akan menurun. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas mengenai etika bisnis Islam dalam jual beli dengan judul “Analisis Etika Bisnis Islam Tentang Jual Beli Pedagang Makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dirumuskan yaitu: Bagaimana kegiatan jual beli yang dilakukan oleh pedagang makanan di Pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya?, Bagaimana etika bisnis Islam terhadap praktek jual beli pedagang makanan di Pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah Untuk mengetahui kegiatan jual beli yang dilakukan oleh pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya, untuk mengetahui etika bisnis Islam terhadap praktek jual beli pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. TINJAUAN PUSTAKA Etika Bisnis Islam Etika merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah
lakunya.2 Adapun bisnis merupakan suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang, dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.3 Secara terminologi etika bisnis Islam merupakan segala sesuatu yang dipraktekan dalam perilaku bisnis yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam atau yang menyalahinya. Sedangkan etika sebagai refleksi dapat diartikan sebagai studi tentang baik buruknya sebuah prilaku bisnis menurut ajaran Islam. Jual Beli Secara etimologis, jual beli berasal dari bahasa Arab Ál-bai’ yang makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam prakteknya, bahasa ini terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata al-syira’ (beli). Maka, kata al-bai’ berarti jual, tetapi sekaligus jual beli.4 Menurut Hanafiah pengertian jual beli secara definitif yaitu tukar menukar harta benda atau sesuatu yang diinginkan dengan sesuatu yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. Adapun menurut Malikiyah, Syafi‟iyah, Hanabilah, bahwa jual beli (al-ba’i)yaitu tukar menukar harta dengan harta pula dalam bentuk pemindahan milik dan kepemilikan. Dan menurut Pasal 20 ayat 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, ba’i adalah jual beli antara benda dengan benda, atau pertukaran antara benda dengan uang.5 METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu “suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri”.
2
Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2001), hlm. 28. 3 Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Etika Bisnis..., hlm. 61. 4 M Afandi Yazid, Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 53. 5 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm. 101.
Agar data akurat, seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data yang diperlukan.Maka dari itu pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan membuat gambaran yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau penyederhanaan (data reduction), (2) paparan/sajian data (data display), dan (3) penarikan kesimpulan.6 Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif, hasil penelitian penerapan prinsip etika bisnis Islam dalam praktek jual beli pedagang makanan di pasar Ciawi adalah sebagi berikut: 1. Prinsip Kejujuran Pedagang Buah-buahan di pasar Ciawi sering sekali memberikan informasi kepada pembeli mengenai kualitas atas barang yang diperjualbelikan. Didalam menjual barang dagangannya, pedagang buah-buahan selalu memberitahukan manis atau asam, dan matang atau tidaknya buah-buahan yang diperjualbelikan. Sebagai tambahan mereka memberikan saran kepada pembeli agar pembeli mengetahui kondisi buah-buahan yang akan dibeli. Perilaku seperti ini bertujuan agar pembeli dapat memilih barang yang akan dibeli sesuai dengan keinginannya. Tidak hanya pedagang buah yang menginformasikan kepada pembeli mengenai kualitas barang, akan tetapi pedagang tahu dan tempe juga melakukan hal tersebut. Dimana pedagang tahu tempe ini memberikan penawaran kepada pembeli dengan kualitas dan harga tempe yang berbeda. 2. Prinsip Keadilan Pada pasar Ciawi, keadilan yang dilakukan oleh pedagang dapat dilihat dari seberapa sempurnanya seorang pedagang didalam menimbang barang. Berdasarkan observasi yang dilakukan, pada pasar Ciawi masih banyak 6
Sugiyono, MetodePenelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2013),hlm. 73.
pedagang daging
yang menimbang dengan menggunakan timbangan
tradisional. Timbangan tradisional dipilih agar pembeli dapat melihat langsung berapa berat barang yang dibeli olehnya, sehingga hal ini dapat mengurangi kehawatiran pembeli terhadap barang yang dibelinya. Didalam menimbang barang dagangannya, pedagang daging di pasar Ciawi selalu melebihkan timbangan. Hal ini merupakan bentuk terimakasih kepada pembeli yang telah membeli barang dagangannya, sehingga dengan begitu pembeli merasa puas dan tidak merasa dirugikan. Akan tetapi tidak semua pedagang di pasar Ciawi selalu melebihkan timbangannya, ada seorang pembeli yang menginformasikan bahwa ada seorang pedagang daging yang ternyata mencoba melakukan kecurangan didalam mengurangi timbangannya. Kecurangan itu diketahui ketika pembeli tersebut sudah melakukan transaksi jual beli dan menimbang kembali barang dagangannya di rumah. Sehingga dalam hal ini pembeli harus lebih cermat untuk menimbang kembali barang yang dibelinya. 3. Prinsip Saling Menguntungkan, Kewajaran dan Tanggung Jawab Seluruh pedagang makanan di pasar Ciawi Tasikmalaya selalu melakukan transaksi dengan cara tawar menawar harga, hal ini dilakukan karena para pedagang mengetahui adanya hak bagi seorang pembeli untuk menawar harga. Dengan adanya tawar menawar harga ini dapat menentukan pilihan bagi penjual dan pembeli didalam melangsungkan atau membatalkan transaksi jual beli. Apabila harga disepakati oleh kedua belah pihak, maka jual beli akan berlangsung. Dengan adanya khiyar ini dapat membuat pedagang dan pembeli merasa saling diuntungkan, karena pembeli mendapatkan harga yang diinginkan sedangkan pedagang berhasil menjual barang dagangan dengan mendapatkan keuntungan. Pada pasar Ciawi, pedagang daging menawarkan barang dagangan mereka dengan berbagai harga, hal ini bertujuan untuk menarik minat pembeli terhadap barang dagangannya. Didalam jual beli yang dilakukan oleh pedagang daging selalu terjadi penawaran harga yang dilakukan oleh pembeli dikarenakan para pembeli menginginkan harga yang murah. Ada salah satu pedagang yang
memberikan informasi bahwa apabila ada seorang pembeli yang selalu menawar harga barang meski harga sudah di turunkan oleh penjual, maka pedagang akan memberikan harga 2x lipat dari harga biasanya. Apabila harga ayam potong Rp. 32.00.- maka pedagang akan menjual daging ayam sebesar Rp. 64.000,- pada pembeli tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi penawaran harga yang terus menerus dilakukan oleh pembeli agar tidak merugi. Akan tetapi bagi pembeli yang tidak pernah menawar harga, akan di berikan harga normal oleh pedagang. Pada dasarnya, pedagang daging di pasar Ciawi mengambil keuntungan 10% dari harga jual. Pada pasar Ciawi salah satu pedagang yang melakukan purna jual didalam melaksanakan transaksi jual beli adalah pedagang buah-buahan, dimana pedagang buah selalu memberikan ganti kepada pembeli apabila terdapat buahbuahan yang rusak setelah dibeli. Salah satu pedagang bercerita pada suatu saat ada pembeli yang complain mengenai buah melon yang terlalu matang sehingga pembeli tersebut meminta kepada pedagang untuk mengganti buah tersebut. Pada akhirnya pedagang tersebut mengganti buah yang terlalu matang itu dengan buah yang baru dengan syarat buah yang terlalu matang itu harus dibawa untuk di tukarkan dengan yang baru. Tidak semua pembeli yang membeli buah-buahan dan mendapatkan adanya kondisi yang kuarang baik pada buah tersebut meminta penggantian, adapula pembeli yang membeli lagi buah yang sama meskipun sebelumnya mendapatkan buah yang kondisinya kurang baik. 4. Prinsip Bermartabat dan Dapat Dipertanggungjawabkan Bagi pedagang di pasar Ciawi hal seperti ini merupakan salah satu prinsip yang utama, dikarenakan apabila mereka hanya mencari keuntungan semata maka jual beli yang mereka lakukan tidak berkah. Berdasarkan observasi pada pedagang daging di pasar Ciawi, masih terdapat beberapa pedagang yang menghiraukan martabatnya didalam menjual barang dagangannya seperti menjual daging dengan cara menggunakan bumbu kuning untuk menutupi kesegaran daging yang dijual dan dijual dengan cara mencampur daging yang kondisinya kurang baik dengan danging yang kondisinya baik. Pembeli yang
tidak mengetahui hal seperti itu akan merasa dirugikan sehingga mereka tidak akan membeli daging pada pedagang yang sama. Meskipun terlihat untung, akan tetapi penjual mendapatkan kerugian dengan tidak adanya pelanggan tetap yang membeli barang dagangannya. Akan tetapi tidak seluruh pedagang di pasar Ciawi melakukan kecurangan yang seperti itu, melainkan terdapat seorang pedagang buah-buahan, kue, dan tahu tempe yang memisahkan antara barang dengan kondisi baik dan kondisi buruk. Hal ini bertujuan agar pembeli dapat memilih kondisi buah-buahan yang akan dibelinya. Hal ini juga dilakukan oleh pedagang telur di pasar Ciawi yang mana pedagang telur ini selalu memesan stok barang kepada distributor dalam kurun waktu 2 hari sekali, kegiatan tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas produk barang yang dijual sehingga tidak ada pembeli yang merasa dirugikan. 5. Prinsip Kesetiaan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di pasari Ciawi, hampir seluruh pembeli pada pedagang makanan adalah langganan tetap yang dimana mereka selalu membeli barang kepada pedagang yang sama, sehingga pedagang makanan di pasar Ciawi sebagian besarnya sudah mendapatkan kepercayaan secara tidak langsung dari para pembeli. Pada pasar Ciawi cara yang dilakukan oleh pedagang makanan didalam mewujudkan adanya kesetiaan konsumen antara lain : a. Memberikan harga normal (tidak mengambil untung berlebih), sehingga dengan cara ini diharapkan pembeli akan kembali lagi untuk membeli barang yang sama. b. Memberikan pelayanan yang baik (Good Service), pelayanan yang bagus dapat menambah nilai tambah pedagang dimata pembeli, sehingga dengan adanya pelayanan tersebut pembeli merasa nyaman dan akan kembali lagi untuk membeli barang yang sama. 6. Prinsip Memelihara Janji Berdasarkan observasi di pasar Ciawi, kegiatan pemesanan lebih banyak dilakukan oleh pedagang sayur-sayuran. Pemesanan hanya di berikan kepada pembeli yang sudah menjadi langganan tetap, hal ini bertujuan untuk
memudahkan pembeli didalam membeli sayur-sayuran yang dibutuhkannya sehingga pada waktu yang sudah ditentukan pembeli langsung membayar total harga sayuran yang dipesan sebelumnya. Pembeli yang melakukan pesanan ini biasanya pembeli yang memiliki toko sehingga mereka akan menjual kembali sayuran yang telah dibelinya. Para pembeli mengatakan bahwa mereka melakukan pemesanan agar tidak kehabisan sayuran dikarenakan apabila datang ke pasar terlalu siang sayuran sudah habis. Akan tetapi kegiatan pemesanan juga dilakukan oleh pedagang lain seperti pedagang telur, daging ayam, kue, dan tahu tempe. Pembeli yang melakukan pemesanan ini biasanya pembeli yang sudah menjadi langganan pada pedagang tersebut. 7. Prinsip Saling Menghormati Pada pasar Ciawi persaingan ini terjadi dalam persaingan harga daging ayam, yang dimana antara pedagang satu dengan pedagang lainnya saling menjatuhkan harga. Akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi adanya persaingan yang tidak sehat, hal ini dikarenakan persaingan yang terjadi di pasar Ciawi merupakan persaingan harga yang sehat, dimana perbedaan harga yang terjadi tidak terlalu besar hanya pada selisih Rp. 1.000,- hingga Rp. 3.000,-. Pada pedagang tahu dan tempe di pasar Ciawi persaingan harga terjadi secara sehat, dimana pada sebelumnya seluruh pedagang tahu dan tempe yang ada berkumpul untuk menentukan harga jual tahu dan tempe. Oleh karenanya dengan adanya kumpulan seperti itu persaingan harga diantara pedagang tahu dan tempe berjalan secara sehat. 8.
Prinsip Profesional Berdasarkan observasi di pasar Ciawi, para pedagang khususnya pedagang daging,
sayuran
dan
buah-buahan
menjalankan
bisnisnya
dengan
professional. Hal ini berdasarkan dari pemantauan bagaimana cara mereka melayani pembeli, menjual barang dan mengembangkan usaha yang dimiliki. Ada salah satu pedagang yang sudah lama berdagang di pasar Ciawi, pedagang tersebut sudah melakukan kegiatan bisnis selama 26 tahun. Selama menjalankan kegiatan bisnisnya beliau sudah mengetahui bagaimana cara menghadapi pembeli dan bagaimana cara menawarkan barangnya kepada
pembeli. Secara otomatis dengan lamanya usaha yang dilakukan maka pedagang dapat menjalankan bisnisnya secara professional. Akan tetapi adapula pedagang yang tidak sanggup untuk mempertahankan bisnisnya dalam jangka waktu yang lama sehingga mereka harus memulai usahanya dari awal dengan cara mengganti barang dagangannya. Hal seperti ini terdapat di pasar Ciawi dengan contoh pedagang tahu dan tempe yang beralih profesi
sebagai
pedagang
daging.
Pedagang
yang
tidak
mampu
mempertahankan bisnisnya dalam waktu jangka panjang ini adalah pedagang yang pernah melakukan penipuan atau kecurangan didalam transaksi jual beli yang dilakukannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan Jual beli yang dilakukan oleh pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya berjalan sesuai dengan kegiatan jual beli pada pasar secara umumnya yang dimana pada pasar ini kegiatan tawar menawar harga antara penjual dan pembeli masih dilakukan. Adapun kegiatan lain seperti adanya pemesanan barang dan menawarkan barang berjalan dengan baik, sehingga kegiatan jual beli yang dilakukan di pasar Ciawi terpantau kondusif. Akan tetapi, penerapan prinsip etika bisnis Islam dalam praktek jual beli pedagang makanan di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya belum sepenuhnya dilakukan oleh pedagang makanan di pasar Ciawi. Hal ini dikarenakan masih terdapat pedagang yang melakukan kecurangan didalam praktek jual beli seperti menjual daging busuk dengan cara mencampurkannya dengan bumbu kuning dan juga mengurangi timbangan barang. Saran Etika merupakan bagian dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh semua orang tanpa mengenal situasi kondisi, tempat, maupun usia. Pada Pasar
Tradisional etika dapat menjadi sebuah tolak ukur sukses tidaknya atau berkah tidaknya kegiatan jual beli yang dilakukan oleh pedagang dan pembeli. Oleh karena itu perlu adanya upaya agar etika bisnis Islam selalu diterapkan oleh pedagang di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.Adapun upaya tersebut berupa pembentukan pengawas oleh UPTD pasar Ciawi dengan tujuan untuk mengawasi praktek jual beli yang dilakukan oleh pedagang di pasar Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
DAFTAR PUSTAKA Atmaja. Analisis Penerapan Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam (studi kasus pada pedagang muslim di pasar kaliwungu Kendal). 2014. Diakses melalui: http://eprints.walisongo.ac.id/2689/. Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul. 20.20. Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2010.Fiqih Muamalat “Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam. Jakarta. Sinar Grafika Offset. Badroedin, Faisal. 2006.Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Basrowi dan Suwandi. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta. Rineka Cipta. Departemen Agama RI. 2006. Al-„Aliyy Al-Qur'an dan Terjemah. Bandung. CV Penerbit Diponegoro. Diakses melalui situs: http://www.elhooda.net/al-hadits-online/ pada tanggal 05 Agustus 2016 pukul 14.35. Diakses melalui situs: http://kbbi.web.id/etikadiaksespada tanggal 30 Mei 2016 pukul 20.05. Diakses melalui situs: http://www.pom.go.id/new/index.php/view/pers/271/IntensifikasiPengawasan- Ramadhan-Badan-POM-2015--Temuan-Didominasi-
Pangan-Ilegal- Pangan-Mengandung-Bahan-Berbahaya-Menurun.html pada tanggal 03
Mei 2016 pukul 16.00.
El Maisyah. Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Pasar Syariah Az-Zaitun 1 Surabaya. 2016. Diakses melalui: http://digilib.uinsby.ac.id/5810/ Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.15. Farid, Muhammad. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Pedagangan Sapi
di
Pasar
Hewan
Pasirian.
2015.
Diakses
melalui:
http://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/iqtishoduna/article/view/39. Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.05. Hakim, Lukman. 2012.Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta. Erlangga. Hasan, A. 1998.Tarjamah Bab Bulughul Maram. Bandung. Diponegoro. Hidayah, Novita Sa‟adatul. Persaingan Bisnis Pedagang Pasar Genefo Mranggen Demak DalamTinjauan Etika Bisnis Islam. 2015. Diakses melalui: http://eprints.walisongo.ac.id/4330/ pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.00. http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/perbankan_syariah/article/view/2 331. pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.18. Kusnina, Siti Mina. Prilaku Pedagang di Pasar Tradisional Ngaliyan Semarang Dalam
Perspektif
Etika
Bisnis
Islam.
2015.
Diakses
melalui:
http://eprints.walisongo.ac.id/5452/. Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.10. Lubis, Nur Ahmad Fadhil. dan Azhari Akmal Taringan. 2001.Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta. Hijri Pustaka Utama. M. Afifurochim. Korelasi Pemahaman Etika Islam Dalam Berdagang Dengan Prilaku Dagang (studi kasus terhadap pedagang pasar sayung Kabupaten Demak). 2013. Diakses melalui: http://eprints.walisongo.ac.id/844/. Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul 20.20.
Mardani, 2012. Fiqh Ekonomi Syariah : Fiqh Muamalah. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group Mufraini, Muhammad Arif. Budi Setyanto. Sugih Waluyo. 2011. Etika Bisnis Islam. Depok. Gramata Publishing. Pawito, 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. LKIS. Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah 12. Bandung. Alma‟arif. Safe‟i, Rachmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung. CV Pustaka Setia. Santa, Septiawan. 2007.Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Sopingi, Imam. Etika Bisnis Menurut Al-Ghazali: Telaah Kitab Ihya‟‟Ulum Aldin. 2013. Diakses melalui: Srianjani, Titin. Analisis Strategi Mempertahankan konsumen Toko Zoya Kudus Dalam
Perspektif
Ekonomi
Islam.
2015.
Diakses
melalui:
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/IQTISHADIA/article/view/1078. Pada tanggal 19 Oktober 2016. Pukul. 20.11. Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta. Sunyoto, Danang dan Wika Harisa Putri. 2016.Etika Bisnis: Membangun Kesuksesan Bisnis Melalui Manajemen dan Prilaku Bisnis yang Beretika. Yogyakarta. Center For Academic Publishing Service. Syahid, Zubair Tabligh. 2015.Berdagang Dagang Seperti Rasulullah. Klaten. Abata Press. Tablig, Zubair. 2015.Berdagang Seperti Rasulullah. Klaten. Abata Press. Tanjung, Azrul. dkk. 2013. Meraih Surga dengan Berbisnis. Depok. Gema Insani.
Yazid, M Afandi. 2009.Fiqh Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta. Logung Pustaka. Zein, Abdullah. 2016.Memikat Hati Pedagang Ala Rasulullah. Jakarta. Safirah.