JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENERAPAN HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) SEBAGAI PENGENDALIAN POTENSI KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI BODY BUS PT. X MAGELANG
Annisa Devi Primasari, Hanifa Maher Denny, Ekawati Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) is a tool or a method to identify, assess or measure and control hazards based activities work in every workplace. PT. X Magelang doesn’t have HIRARC method so that the company is also hasn’t apply SMK3. The aim of this research was to describe the identified of potential hazards, the risk assessment and control (HIRARC). The study utilized qualitative approach using interview and field observation. The subjects of this research were five informants and the production of the body bus, while triangulation informants are the manager of body bus area and the staff of SHE. The finding of this research was able to identify some potential hazards such as minor injuries, scratches, slips and trips, falls, burns, back/neck, RSI (Repetitive Strain Injury), cuts, hearing loss, toppling incidents, inhalations. While the potential of risks belonged to extreme 9,2% high 44,6% medium 21,5% and low 24,6%. Keywords: HIRARC, risk control. PENDAHULUAN
sebelumnya (2012) ILO mencatatat angka
Latar Belakang
kematian dikarenakan kecelakaan dan
Data
dari
Labour
penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2
Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja
juta kasus setiap tahun.Sedangkan, di
di dunia meninggal setiap 15 detik karena
Amerika Serikat menurut National Safety
kecelakaan
pekerja
Council rata-rata terjadi lebih dari 10.000
mengalami sakit akibat kerja. Tahun
kasus kecelakaan fatal dan lebih dari
kerja
International
dan
160
284
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
2.000.000 kasus terjadi setiap tahun
sewaktu-waktu
dengan kerugian mencapai lebih dari 65
kecelakaan.
milyar USD.
1
dapat
(e-Journal) 2356-3346)
menimbulkan
Berdasarkan survei awal di PT. X Ketenagakerjaan
Magelang didapatkan data kecelakaan
mendata selama 2014 jumlah peserta
kerja dalam kurun waktu tiga tahun
yang
kerja
terakhir yang berpedoman pada Berita
sebanyak 129.911 orang. Data tersebut
Acara Kejadian (BAK) Kecelakaan Kerja.
menunjukkan 69,59% kecelakaan terjadi
Tahun 2012 telah terjadi 117 kecelakaan
di
kerja. Jumlah tersebut sempat turun pada
Badan
BPJS
mengalami
dalam
kecelakaan
perusahaan
saat
pekerja
bertugas, 10,26% di luar perusahaan dan
tahun 2013, yaitu 110 kecelakaan kerja.
sebanyak
pekerja mengalami
Namun, sepanjang tahun 2014 jumlah
2
kecelakaan
20,15%
kecelakaan lalu lintas.
kerja
meningkat
kembali
menjadi 193. Dapat dilihat dari data
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang berkaitan
tersebut
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan
peningkatan jumlah dan area kerja yang
dan proses pengelolaannya, landasan
paling tinggi mengalami kecelakaan kerja
kerja dan lingkungannya serta cara-cara
adalah di divisi karoseri bagian produksi
melakukan pekerjaan.3
body bus.
Kecelakaan
kerja
adalah
kecelakaan
Hasil
suatu
kerja
wawancara
mengalami
dengan
pekerja
kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
bagian Safety Health Environment (SHE)
sering kali tidak terduga semula yang
PT.
dapat menimbulkan kerugian baik waktu,
metode HIRARC sehingga perusahaan
harta benda atau properti maupun korban
tersebut juga belum menerapkan SMK3.
jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
HIRARC sebagai metode manajemen
kerja
risiko merupakan salah satu persyaratan
industri
atau
yang
berkaitan
dengannya.4 PT.
X
X
Magelang
mempunyai
yang harus ada dalam menerapkan SMK3 Magelang
berdasarkan OHSAS 18001:2007 klausul
merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang
4.3.1
perakitan
perusahaan
bus
belum
dan
stamping
yang
mengharuskan yang
organisasi
akan
atau
menerapkan
berlokasi di Magelang provinsi Jawa
SMK3 melakukan manajemen risiko pada
Tengah. Seperti halnya perusahaan pada
perusahaannya. Salah satu metode manajemen risiko
umumnya, sebagai perusahaan perakitan bus dan stamping tentu menghadapi
yaitu
dengan
menyusun
HIRARC.
adanya risiko bahaya di tempat kerja yang
Padahal, area kerja divisi karoseri bagian produksi body bus yang tertinggi angka 285
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
kecelakaan
kerja
dalam
(e-Journal) 2356-3346)
kegiatan
Uji validitas data dalam penelitian ini
produksinyamemiliki risiko tinggi terhadap
dilakukan dengan menggunakan metode
potensi
triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
kecelakaan,
pencemaran
kebakaran
lingkungan.
Maka
dan perlu
Metode
triangulasi
sumber
dilakukan
dibuat HIRARC untuk mengetahui potensi
dengan cara mengecek data yang telah
bahaya, kemudian menilai risiko yang
diperoleh
ada, sehingga nantinya dapat dilakukan
Sedangkan uji validitas dengan metode
pengendalian.
triangulasi teknik dilakukan dengan cara
melalui
beberapa
sumber.
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan menggunakan dokumen-dokumen METODE PENELITIAN
dan observasi.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
penelitian
Uji reliabilitas data dalam penelitian ini
yang
adalah pengecekan kesesuaian informasi
bersifat kualitatif.
dilakukan dengan melakukan verifikasi
Pengambilan sampel dalam penelitian
informasi yang diperoleh dari informan
ini menggunakan purposive sampling. Informan
utama
dalam
penelitian
dengan hasil observasi peneliti.
ini
adalah pekerja divisi karoseri bagian
HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi body bus PT. X Magelang.
Karakteristik Informan
Informan triangulasi dalam penelitian ini
Penelitian ini terdiri dari lima informan
yaitu pekerja bagian Safety Health and
utama (IU), yang berjenis kelamin laki-laki.
Enviroment (SHE) dan pengawas divisi
Informan
pertama
karoseri
bus.
informan
kedua
Pengumpulan data penelitian dilakukan
informan
ketiga
dengan
kebisingan
informan keempat berusia 22 tahun, dan
dengan observasi lingkungan kerj dan
informan utama kelima berusia 32 tahun.
proses
Pendidikan terakhir informan utama yaitu
bagian
cara
kerja,
(indepth
produksi
pengukuran
wawancara
interview)
kepada
utama dan dokumentasi. fakta
dari
body
fenomena
mendalam informan
42
tahun,
berusia
25
tahun,
berusia
26
tahun,
SMA.
Pengumpulan atau
berusia
Dalam penelitian ini terdapat tiga
peristiwa-
informan triangulasi yang berjenis kelamin
peristiwa yang bersifat khusus kemudian
laki-laki.
masuk pada kesimpulan yang bersifat
berusia 40 tahun dan informan triangulasi
umum.
kedua berusia 24 tahun.
Informan
triangulasi
pertama
Pendidikan
terakhir dari kedua informan triangulasi 286
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
yaitu S1. Informan triangulasi pertama
proses perakitan bentuk bus sudah mulai
dalam penelitian ini merupakan manajer di
terlihat. Proses perakitan biasanya melalui
bagian produksi body bus, sedangkan
beberapa tahapan: tahapan persiapan alat
informan triangulasi kedua adalah pekerja
dan bahan, perakitan rangka bus bagian
Safety Health and Environment (SHE).
kemudi, perakitan rangka bus bagian lambung kanan dan kiri, perakitan rangka
Kondisi Lingkungan Kerja dan Proses
bus bagian depan dan pintu depan,
Kerja Bagian Produksi Body Bus PT. X
perakitan
Magelang
perakitan rangka bus bagian bagasi dan
PT. X sudah terdapat bagian Safety, Health
and
disebut
Environment
dengan
mempunyai
SHE
P2K3
atau dan
(Panitia
rangka
bus
bagian
atap,
pemasangan air dump spoiler. Proses
biasa
perakitan body bus ini dilakukan di bagian
sudah
divisi karoseri tepatnya bagian produksi
Pembina
body bus.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang
Berdasarkan
proses
kerja
yang
anggotanya terdiri dari perwakilan masing-
banyak dilakukan di bagian produksi body
masing bagian unit kerja. Setiap hari
bus banyak proses yang berisiko tinggi
perusahaan ini mengadakan briefing pagi
terhadap potensi kecelakaan, kebakaran
yang di pimpin oleh pengawas di setiap
dan
unitnya. Briefing pagi tersebut membahas
berujung pada penyakit akibat kerja. Tidak
tentang laporan-laporan produksi maupun
hanya itu alat dan bahan yang digunakan
pekerjaan, rencana yang akan dilakukan
pun bermacam-macam, misalnya mesin
dan
membahas
las, mesin gerinda dan plat yang apabila
kerja
yang
tentang wajib
keselamatan
dipatuhi
dan
penggunaannya
dilaksanakan oleh semua pekerja. Alat
pelindung
disediakan
diri
perusahaan
pencemaran
lingkungan
tidak
sesuai
yang
dengan
keselamatan kerja dapat menimbulkan
(APD)
telah
ini
dalam
kecelakaan
kerja.
Mesin-mesin
yang
sedang beroperasi di area kerja ini juga
mencegah maupun mengurangi risiko
mengakibatkan
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
pekerjanya. Padahal, pekerja di area ini
kerja yaitu berupa pakaian kerja panjang,
memiliki waktu kerja 8 jam per hari dalam
hand cover, apron, sarung tangan, sepatu
5 hari kerja.
kebisingan
bagi
safety, helm safety, masker, earplug dan kacamata.
Identifikasi
Proses produksi body bus yang paling penting
yaitu
perakitan,
jika
Risiko
Bahaya
Bagian
Produksi Body Bus PT. X Magelang
proses
Proses kerja di bagian produksi body
perakitan baik maka bus akan kokoh, dari
bus banyak menggunakan mesin yang 287
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
berisiko bahaya bagi tubuh, antara lain
potensi bahaya terhadap pekerja juga
mata, paru-paru, dan kulit. Terdapat juga
terbagi menjadi lima tingkat, antara lain
risiko
Catastrophic (5), Major (4), Moderate (3),
bahaya
terpotong,
antara
terbakar,
terjatuh,
lain
tergores,
tersengat
tersandung,
listrik,
Minor (2), dan Insignificant (1).
gangguan
Selanjutnya, hasil penilaian probability
pendengaran, gangguan pernapasan dan
dan penilaian severity dikalikan sehingga
iritasi mata.
mendapat hasil penilaian risiko yang
Mengetahui risiko bahaya yang ada,
terbagi menjadi empat tingkat antara lain
berdasarkan data rekap kecelakaan kerja
Low,
di area ini kecelakaan kerja yang sering
Sehingga,
terjadi adalah tergores plat akibat pekerja
penilaian risiko bahaya di PT. X bagian
kurang hati-hati, lalai dan atau tidak
produksi body terdapat empat kategori
menggunakan
benar.
tingkat risiko kecelakaan kerja antara lain
gangguan
Low 24,6%, Medium 21,5%, High 44,6%,
kesehatan akibat bekerja, seperti pusing
dan Extreme 9,2% di PT. X bagian
dan demam.
produksi body bus.
Pekerja
APD
dengan
pernah mengalami
Penilaian
Risiko
Bahaya
Bagian
dilakukan bahaya observasi
melakukan dahulu yang
penilaian
identifikasi
diperoleh
meliputi
lingkungan
kerja,
Extreme.
penelitian
Potensi
tentang
Kecelakaan
Produksi Body Bus PT. X Magelang
potensi hasil
dan
Kerja yang Telah diterapkan Bagian
risiko
dari
High,
hasil
Pengendalian
Produksi Body Bus PT. X Magelang Untuk
Medium,
1. Pengendalian Rekayasa Teknik Pengendalian merupakan
rekayasa
teknik
pengendalian
yang
proses kerja, alat, dan bahan yang
merubah struktur objek kerja untuk
digunakan
melakukan
mencegah seseorang terpapar kepada
pekerjaan. Lingkungan kerja, proses kerja,
potensi bahaya.5 Dalam pengendalian
alat,
potensi bahaya tersengat listrik, kabel
dan
bahaya
pekerja
bahan yang
saat
merupakan dapat
potensi
menimbulkan
listrikdan
kecelakaan kerja,. Kemudian melakukan
diberikan
penilaian probability yaitu kemungkinan
sudah
frekuensi
bahaya
dipasang rapi, sehingga aman dari
terbagi menjadi lima tingkat antara lain
gigitan binatang seperti tikus dan
Rare (1), Unlikely (2), Posibble (3), Likely
aman apabila terkena air, dan tidak
(4), dan Almost certain (5). Penilaian
mengganggu pekerja dalam berjalan
severity yaitu keparahan dampak dari
ataupun
terjadinya
potensi
288
instalasi
listrik
pengaman. diberikan
sudah
Kabel
listrik
protector
dan
melakukan
pekerjaan.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Kemudian instalasi listrik juga sudah
memakai APD), dan pengaturan jam
mempunyai Miniatur Circuit Braker
kerja yaitu 8 jam kerja sehari untuk 5
(MCB),
hari
Sedangkan
untuk
kerja
dalam
1
minggu
pengendalian potensi bahaya iklim
denganpengaturan waktu istirahat 1
kerja panas sudah terdapat ventilasi
jam per hari. 3. Pengendalian
udara di dinding dan atap. Ventilasi
Alat
Pelindung
Diri
(APD)
dibutuhkan untuk keperluan oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau
Bagian produksi body bus PT. X
polusi udara sebagai hasil proses
Magelang sudah menyediakan APD
metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan
bagi seluruh pekerjanya. . Sehingga
kegiatan-kegiatan
sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun
bangunan.
di
dalam
6
1970
Tentang
Keselamatan
Kerja
dalam BAB III Mengenai Syarat-Syarat
2. Pengendalian Administrasi administrasi
Keselamatan Kerja yaitu pada Pasal 3
dilakukan dengan menyediakan suatu
Ayat 1 Point F yang berbunyi :
sistem kerja yang dapat mengurangi
“Memberi alat-alat perlindungan diri
kemungkinan
terpapar
pada pekerja”.7 Pelindung kepala topi,
Magelang
pelindung mata dan muka antara lain
beberapa
kacamata las dan kacamata gerinda,
pengendalian administrasi antara lain
pelindung telinga earplug, pelindung
pelatihan keselamatan kerja. Pelatihan
pernapasan masker kain, pelindung
sesuai jenis pekerjaan oleh masing-
tangan antara lain sarung tangan dan
masing pengawas area kerja (bagian
hand cover, pelindung kaki sepatu
produksi body bus PT. X Magelang
biasa, dan pakaian pelindung apron.
Pengendalian
seseorang
potensi bahaya.5 PT. telah
melakukan
X
pekerja diwajibkan untuk diberikan pelatihan
teknik
mengelas
Masker kain sebagai pengendalian
dan
potensi iritasi pernapasan dilakukan
mnggerinda secara aman), pelatihan
pergantian dengan masker kain yang
tanggap darurat kebakaran satu tahun
baru
sekali (pelatihan penggunaan APAR
kebutuhan pekerja. Masker ini wajib
dan pelatihan simulasi kebakaran),
diberikan
penerapan prosedur kerjadi setiap
pengawas
area kerja dengan cara pengawas
pernapasan pekerja dari partikel debu,
memberikan
pagi
asap las, dan debu hasil gerinda.
sebelum mulai bekerja (5R, sikap kerja
Namun, masker kain ini belum sesuai
aman sesuai SOP, dan kewajiban
karena partikel-partikel tersebut masih
briefing
setiap
289
2
hari
sekali
kepada untuk
atau
pekerja
sesuai
oleh
melindungi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
bisa
menembus
masih
masker
berpotensi
sehingga
(e-Journal) 2356-3346)
dengan mudah karena air minum
bahaya
terdapat di kantor pengawas.
menimbulkan iritasi pernapasan. Rekomendasi Pengendalian Potensi
4. Fasilitas Pendukung Dalam potensi
upaya
bahaya
Bahaya Bagian Body Bus PT. X
pengendalian
keadaan
Magelang
darurat
seperti kebakaran di bagian produksi
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
body bus PT. X Magelang sudah
telah
menyediakan
wawancara mendalam, dan dokumentasi
Alat
Pemadam
Api
dilakukan
meliputi
observasi,
Ringan (APAR). Namun berdasarkan
didapatkan
rekomendasi
pengendalian
hasil observasi penempatan APAR
potensi kecelakaan kerja
yang dapat
masih ditempatkan di lantai dan tidak
diterapkan di bagian produksi body bus
dilengkapi dengan pemberian tanda
PT.
pemasangan. Hal ini belum sesuai
pengendalian ini telah disetujui oleh pihak
dengan Peraturan Menteri Tenaga
SHE dan manajer bagian produksi body
Kerja
Nomor
bus PT. X Magelang, diantaranya :
Syarat-
a. Pemeliharaan dan penataan alat dan
dan
Transmigrasi
Per.04/Men/1980 Syarat
Tentang
Pemasangan
Pemeliharaan
Alat
dan
Pemadam
satu
pemadam
atau api
kelompok ringan
Magelang.
Api
b. Memperjelas batas area kerja dan batas untuk pejalan kaki.
alat
c. Mewajibkan pekerja bekerja sesuai
harus
sikap kerja aman.
ditempatkan pada posisi yang mudah
d. Mendesain
dilihat dengan jelas, mudah dicapai
ergonomis.
dan diambil serta dilengkapi dengan
minum
kerja
pelatihan
yang
peregangan
kepada pekerja.
Selain itu perusahaan juga sudah air
tempat
e. Memberikan
pemberian tanda pemasangan”.8
menyediakan
Rekomendasi
bahan (housekeeping).
Ringan Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi : “Setiap
X
f.
kepada
Pelatihan
teknik
mengelas
dan
menggerinda dengan aman.
pekerja dalam upaya pengendalian
g. Pemeriksaan
kesehatan
secara
iklim kerja panas. Selama 8 jam kerja
berkala
pekerja diperbolehkan mengambil air
kesehatan telinga dan pernapasan.
minum
sesuai
kebutuhan
masing-
khususnya
pemeriksaan
h. Mewajibkan pekerja memakai APD
masing pekerja untuk pengganti cairan
sesuai pekerjaan.
yang hilang. Namun, penyediaan air
i.
minum ini pekerja belum menjangkau
Pemasangan
safety
sign
tentang
dampak paparan debu hasil gerinda 290
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan paparan asap hasil las bagi
pengukuran
pernapasan, dampak bahaya paparan
hasil 85,2 dBA, iklim kerja di bagian
gram dan radiasi sinar las bagi mata,
produksi body bus nilai ISBB rata-rata
dampak bahaya paparan bising bagi
sebesar 24,68 (0C), ada pekerjaan
kesehatan, peringatan awas tergores,
manual
peringatan uncoiler,
awas dan
Memberikan dampak
bahaya
peringatan
awas
hasil observasi dan indepth interview lingkungan
mengenai
terkena
pekerjaan
mempengaruhi
paparan
pekerja.
kondisi
tidak psikologi
Berdasarkan proses kerja
wash bensin bagi kesehatan terutama
masih banyak proses yang berisiko
kulit.
tinggi terhadap potensi kecelakaan, kebakaran dan pencemaran lingkungan
wash bensin yang aman.
yang berujung pada penyakit akibat
Pengecekan secara teratur arus listrik
kerja.
sebelum menggunakan mesin.
2. Bagian produksi body bus PT. X
m. Penyediaan safety shoes dan safety
Magelang berpotensi bahaya antara
helmet.
lain tersandung alat dan bahan yang
n. Penyediaan air minum yang lebih
kurang
rapi,
terbentur,
terjatuh,
dapat dijangkau pekerja dan tanpa
terpukul, iklim kerja panas, keluhan
meninggalkan pekerjaannya.
otot, terbakar dari percikan api las,
o. Pengecekan APAR secara berkala. p. Penyediaan
alat
pemadaman
iritasi pernapasan (terhirup debu, asap api
hasil mengelas, menggerinda), iritasi
hydrant.
kulit terkena bahan kimia wash bensin,
q. Pemasangan fire alarm system agar
r.
berpotensi
menimbulkan keluhan otot dan tentang
k. Memberikan penjelasan aturan pakai
l.
didapatkan
mesin
penjelasan
bahaya
kebisingan
terjepit
tegangan listrik. j.
(e-Journal) 2356-3346)
tergores (mesin gerinda dan plat),
pekerja mengetahui apabila terjadi
gangguan
pendengaran
akibat
keadaan darurat berupa kebakaran.
kebisingan,
jari
mesin
Pembentukan Tim Penanggulangan
gerinda , jari terjepit mesin uncoiller,
Keadaan Darurat Kebakaran.
iritasi mata (terkena gram, radiasi sinar las),
KESIMPULAN 1. PT.X
Magelang
Kesehatan
(pipa,
material,
penyangga bagasi), tersengat listrik, sudah
mempunyai
dan kebakaran
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
tertimpa
terpotong
Kerja).
3. Tingkat penilaian risiko bahaya yang
Kondisi
lingkungan kerja diantaranya,
terdapat di bagian produksi body bus
hasil
PT. X Magelang terdapat 4 tingkatan 291
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Medium
Hazard and Operability dan Fault
21,5%, High 44,6%, dan Extreme 9,2%
Tree Analysis (Studi Kasus Di PT
diantaranya
Low
24,6%,
X). REKA INTEGRA, 2(2).2014.
4. Bagian produksi body bus PT. X 5.
Magelang telah melakukan beberapa
Syukri
S.
Teknik
Manajemen
pengendalian antara lain pengendalian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
rekayasa
Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia,
teknik,
pengendalian
1997.
administrasi, pengendalian APD, dan 6.
menyediakan fasilitas pendukung.
Kenyamanan
5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
meliputi
wawancara
Basaria.
Menciptakan
Thermal
Dalam
Bangunan. Sumatera Utara: USU,
observasi,
mendalam,
Talarosha,
2013.
dan 7.
dokumentasi didapatkan rekomendasi
Undang-Undang No. 1. Keselamatan Kerja. Jakarta: 1970.
pengendalian yang dapat diterapkan di 8.
bagian produksi body bus PT. X
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Magelang sesuai dengan 17 potensi
Transmigrasi No. 04. Syarat-Syarat
bahaya yang ada.
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta: 1980.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Syukri
S.
Teknik
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bima Sumber Daya Manusia, 1997. 2.
Angka Kecelakaan Kerja 2014 Masih Tinggi. [Online] Liputan6.com, 2014. http://photo.liputan6.com/ekonomi/20 14-bpjs-mendata-angka-kecelakaankerja-masih-tinggi-2158074. [Diakses 23 Maret 2015]
3.
Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV Haji Masagung. 1989.
4.
Pitasari, G. P., Wahyuning, C. S., & Desrianty, A. Analisis Kecelakaan Kerja Untuk Meminimisasi Potensi Bahaya
Menggunakan
Metode 292