JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA JATI , KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH Putri Arida Ipmawati1), Onny Setiani2), Yusniar Hanani Darundiati3) Bagian Kesehatan LIngkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract :: Residues of pesticide can cause harmful effect for the environment and public health. Pesticide poisoning in the human body can cause a decrease Cholinesterase levels in the blood. Cholinesterase examination can be done by checking blood Cholinesterase activity. The purpose of this study is to determine the factors associated with pesticide poisoning among farmers in Jati village, District Sawangan. The research used Cross sectional design with total sample of 92 farmers. The variables of this research are blood Cholinesterase levels of respondents, age, frequency of spraying, the level of knowledge, work period, personal protection tools and the length of farmers spraying pesticides. The research location is in Jati village, Sawangan subdistricts, Magelang districts. The research shows that there some variables which give significant results. Those are: Frequency Spray ( PR = 13,791; 95% CI = 3,551 to 53,557 ), Knowledge Level ( PR = 1,668; 95% CI = 1,059 to 2,628 ), Work Period ( PR = 4,958; 95% CI = 2,322 to 10,583 ), and Old Work ( PR = 11,110; 95% CI = 4,323 to 28,556 . While the farmers have yet to the use of protectivethemselves with complete.The conclusion of this research is the risk factor of the level of knowledge, the frequency of spraying, the completeness of personal protective equipment used, work period, and length of farmers work have an influence on the incidence of pesticide poisoning with a decrease in blood Cholinesterase levels of farmers in Jati village, Sawangan subdistricts, Magelang districts. Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi pertanian menjadi peran utama
bagi
Indonesia
masyarakat adalah
dikarenakan
negara
agraris.
Perkembangan di bidang pertanian kini
meningkatkan hasil komoditi pertanian(1). Penggunaan berbagai macam pestisida dilakukan
oleh
petani
agar
tanaman
terhindar dari segala macam serangan
tidak terlepas dari peran pestisida untuk
427
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
hama
sehingga
dapat
mengurangi
60.000 kematian terjadi di India yang
kerugian
diakibatkan oleh paparan pestisida secara
Pestisida
digunakan
meningkatkan megurangi
hasil
untuk
pertanian
serangan
hama
langsung ataupun tidak langsung. Hal ini
dan
banyak
tanaman
terjadi (3)
petani
menggunakan
diperkirakan
komposisi,
takaran
dengan
anak,
.
Menurut
WHO
sekitar
(
2006 )
20.000
orang
meninggal per tahun yang diakibatkan
menyemprot dilakukan tanpa perhitungan
oleh keracunan pestisida dan sekitar 5000
yang
– 10.000 orang mengalami dampak dari
dan
dan
–
frekuensi
benar
,
anak
perempuan, pekerja sektor informal serta
sehingga mendorong petani petani untuk pestisida
pada
pada
akhirnya
menimbulkan berbagai masalah baru ,
keracunan
terutama masalah kesehatan pada petani
kanker, cacat tubuh, penyakit liver dan
itu sendiri. Petani sebagai pekerja yang
terjadi banyak di negara berkembang dan
terpapar kontaminasi pestisida secara
jumlahnya akan semakin meningkat (4).
langsung mempunyai risiko yang lebih
pestisida
tersebut
seperti
Di Indonesia sendiri penggunaan
tinggi.
pestisida dan pupuk kimia telah menjadi Risiko paparan pestisida secara
ancaman serius terutama di kalangan
langsung dapat terjadi tidak hanya saat
petani terutama di sektor kesehatan.
melakukan penyemprotan, namun dapat
Upaya yang dilakukan instansi terkait
pula terjadi saat proses mempersiapkan
untuk mengurangi penggunaan pestisida
hingga
melakukan
dan pupuk kimia belum berhasil karena
Kurangnya kesadaran
petani mengalami ketergantungan pada
saat
setelah
penyemprotan.
petani untuk menggunakan alat pelindung
pestisida.
diri
pertahun dilaporkan akibat penggunaan
(
APD
penyemprotan
)
saat
12.000
kematian
pestisida di Indonesia. (5)
faktor
risiko
Petani
dapat
Magelang merupakan salah satu
mengalami mual, pusing , muntah –
kabupaten di Jawa Tengah dengan jumlah
muntah, iritasi pada kulit, mata berair ,
angka pemakaian pestisida cukup tinggi
pingsan , hingga menyebabkan kematian .
dikarenakan
Hal tersebut dapat disebabkan kurangnya
sebagian besar adalah wilayah pertanian.
kesadaran
terjadinya
kesadaran
menjadi
melakukan
Sebanyak
keracunan.
keselamatan akan
bahaya
dan
Di
racun
dari
Kabupaten Magelang telah memeriksa
pestisida yang digunakan
sedikitnya
WHO mencatat pada tahun 2009
kecamatan
terjadi sebanyak 600.000 kasus dan
2006,
550
428
orang
untuk
cholinesterase
Dinas
Magelang
kerja
.(2))
tahun
Kabupaten
petani
diperiksa
pada
Kesehatan
di
7
aktivitas
tubuhnya
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menunjukkan sebanyak 99,8 % petani keracunan akan paparan pestisida. Menurut
laporan
pemeriksaan
aktifitas
monografi Desa Jati. Teknik pengambilan
(6)
sampel
kegiatan
dengan
metode
Accidental
sampling .Sampel berjumlah 92 orang
cholinesterase
petani
darah petani di Kabupaten Magelang
yang
rutin
melakukan
penyemprotan.
Tahun 2010 dari 700 orang yang diperiksa
Instrumen yang digunakan yaitu
menunjukkan bahwa sebanyak 4 orang
kuesioner dan pengukura. Pengukuran
mengalami keracunan berat ( 0,6%)
,
yang dilakukan yaitu pengukuran kadar
keracunan sedang sebanyak 147 orang
Cholinesterase pada sampel darah petani.
(21%) dan 486 orang ( 69,4%) terindikasi
Uji statistik yang digunakan adalah chi
keracunan ringan, dan sebanyak 63 orang
square
normal ( 9 %).(7)
hubungan
Pada
tahun
2012
dilakukan
dengan
variabel
mengetahui
kategorik
dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel darah petani di 7 kecamatan di Magelang
untuk
kategorik.
pemeriksaan cholinesterase pada 700
Kabupaten
karena
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
hasil
Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten
sebanyak 5 orang ( 0,8% ) keracunan
Magelang Wilayah Desa sebelah Utara
berat, sebanyak
berbatasan
57 orang ( 8,1 % )
dengan
Desa
Soronalan,
terindikasi keracunan sedang, 468 orang(
sebelah Timur berbatasan dengan Desa
66,9% ) terindikasi keracunan ringan, dan
Gantang, sebelah Selatan berbatasan
sebanyak 170 orang (24,28 %) dengan
dengan Desa Krogowanan, sebelah Barat
hasil normal.
(8)
berbatasan dengan Desa Butuh. Secara
Dengan demikian peneliti ingin
administratif Desa Jati terbagi menjadi 14
mengkaji ulang tentang hubungan faktor –
dusun, 14 RW, dan 55 RT dengan luas
faktor
yangmempengaruhi
wilayah sebesar 517, 346 Ha dimana
keracunan pestisida pada petani di Desa
terdapat 461,711 Ha merupakan lahan
Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten
pertanian subur.
risiko
Magelang.
Berdasarkan
METODE PENELITIAN
tabel
1
sebagian
responden berjenis kelamin laki – laki
Jenis penelitian yang digunakan
yaitu sebanyak 49 responden ( 53,3 % )
observasional. Rancangan penelitian yang
kemudian responden berjenis kelamin
digunakan adalah Cross sectional
perempuan sebanyak 43 orang ( 46,7 % ).
Populasi
ini
Sedangkan sesuai karakteristik tingkat
merupakan petani yang berjumlah 1788
pendidikan diketahui bahwa 76 orang
orang
petani
yang
dalam
penelitian
didapatkan
dari
data 429
atau
sebanyak
82,6
%
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
berpendidikan
SD,
12
petani
darah menunjukkan hasil sebanyak 43
berpendidikan SMP atau sebesar 12 %,
responden
(
46,7
%
)
mengalami
dan sebanyak 4 orang berpendidikan
keracunan
pestisida
terakhir SMA atau sebesar 4,3 %.
responden ( 53,3 % ) berstatus normal
sedangkan
49
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat dari 92 sampel melalui uji Cholinesterase Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang No 1
2
Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pendidikan SD SMP SMA
f
%
49 43
53,2 46,7
76 12 4
82,6 13,0 4,3
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keracunan Pestisida No 1 2
Keracunan Pestisida Keracunan Normal Total
Frekuensi 43 49 92
Presentase ( % ) 46,7 53,3 100
Tabel 3 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Menurut Umur di Desa Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Umur Responden < 25 Tahun ≥ 25 Tahun Total p=0,369
Kadar Kholinesterase dalam darah Keracunan Normal Total n % n % n % 5 11,6 9 18,4 14 100 38 88,4 40 81,8 78 100 43 46,7 49 53,3 92 100 α= 0,05 RP=0,733 ( 95% CI = 0,350 - 1,535 )
Tabel 4 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Menurut Frekuensi Menyemprot di Desa Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Frekuensi Menyemprot Sering ( 2 kali) Jarang ( ≤ 2 kali ) Total p=0,001
Kadar Kholinesterase dalam darah Keracunan Normal Total n % n % n % 41 74,5 14 25,5 55 100 2 5,4 35 94.6 37 100 43 46,7 49 53.3 92 100 α= 0,05 RP=13,791 ( 95% CI = 3,551 – 53,557 )
430
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tabel 5 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Menurut Tingkat Pengetahuan di Desa Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Tingkat Pengetahuan Kurang Baik Total p=0,023
Kadar Kholinesterase dalam darah Keracunan Normal Total n % n % n % 26 59,1 18 40,9 44 100 17 35,4 31 64,6 48 100 43 46,7 49 53,3 92 100 α= 0,05 RP=1,668 ( 95% CI = 1,059 – 2,628 )
Tabel 6 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Menurut Masa Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Masa Kerja Lama ( > 1 tahun ) Baru (≤ 1 tahun ) Total p=0,001
Kadar Kholinesterase dalam darah Keracunan Normal n % n % 37 72,5 14 27,5
Total n 51
% 100
6
41
100
43
14,6
35
46,7 α= 0,05
85,4
Kerja di Desa Jati
49 53,3 92 100 RP=4,958 ( 95% CI = 2,322 – 10,583 )
Tabel 7 Kejadian Keracunan Pestisida pada Petani Menurut Lama Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang Lama Kerja Buruk ( > 3 jam ) Baik ( ≤ 3 jam ) Total
Kadar Kholinesterase dalam darah Keracunan Normal n % n % 39 90,7 4 9,3
Total n 43
% 100
4
8,2
45
91,8
49
100
43
46,7
49
53,3
92
100
p=0,001
α= 0,05
Kerja di Desa Jati
RP=11,110( 95% CI = 4,323 -28,556 )
Tabel 8 Frekuensi Kelengkapan Alat Pelindung Diri di Desa Jati Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang
Total Alat Pelindung Diri
n
%
% n
Tidak Lengkap Lengkap Total
92 0 92
100 0 100
92 0 92
431
100 0 100
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Dari hasil uji chi square tabel 3 didapatkan nilai p sebesar 0,369
lama kerja petani saat menyemprot ,
yang
sehingga semakin sering petani melakukan
artinya terdapat tidak ada hubungan antara
penyemprotan pada lahan pertaniannya
umur
maka semakin tinggi pula risiko mengalami
responden
dengan
kejadian
keracunan pestisida pada petani. Dari hasil
keracunan
penelitian yang menunjukkan tidak adanya
mengurangi junlah penyemprotannya ,
hubungan antara umur dengan kejadian
maka akan mengurangi paparan pestisida
keracunan petisida tetap harus menjadi
tersebut ke dalam tubuhnya
pestisida.
Apabila
petani
perhatian pada sektor terkait. Secara alami
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa
daya tahan tubuh manusia akan berkurang
responden yang berpengetahuan kurang
sejalan
umur,
sebanyak 44 orang dengan angka kejadian
sedangkan timbulnya keracunan pestisida
keracunan sebanyak 26 orang ( 59,1 % ) .
sangat dipengaruhi oleh faktor daya tahan
Sedangkan
tubuh manusia
mengenai pestisida dengan kategori baik
dengan
bertambahnya
responden
berpengetahuan
Dari hasil uji chi square tabel 4
sebanyak 48 orang , dengan angka
didapatkan nilai p sebesar 0,001 yang
kejadian keracunan pestisida sebanyak 17
artinya
antara
orang ( 35,4 % ). Hasil analisis statistik
frekuensi menyemprot dengan keracunan
Chi-square menunjukkan bahwa, tingkat
pestisida. Didapakan pula nilai RP =
pengetahuan petani berhubungan dengan
13,791 ; 95% CI =3,551 – 53,557. Berarti
kejadian responden dengan nilai p value
petani yang menyemprot > 2 kali dalam
sebesar 0,023 dimana nilai p lebih kecil
seminggu mempunya risiko hampir 14 kali
dari 0,05. Dari hasil tersebut diartikan
untuk
bahwa tingkat pengetahuan berhubungan
terdapat
terjadinya
hubungan
keracunan
pestisida
dibandingkan petani yang menyemprot ≤ 2
dengan
kali dalam seminggu. Sebagian besar
Penelitian ini menghasilkan nilai RP =
petani melakukan penyemprotan menurut
1,668; 95% CI=1,059 – 2,628 . Hasil ini
banyak tidaknya serangan hama yang
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
terjadi. Apabila hama lebih sering datang
responden yang kurang mempunyai risiko
maka
frekuensi
kejadian
keracunan
pestisida.
menyemprot
akan
untuk terjadi keracunan hampir 1,7 kali
banyaknya
petani
dibandingkan dengan responden dengan
akan
pengetahuan baik. Tingkat pengetahuan
mengalami
merupakan salah satu faktor terpenting
Frekuensi
untuk berperilaku. Pengetahuan petani
menyemprot petani dipengaruhi pula oleh
mengenai pestisida , penggunaannya dan
ditambah. melakukan menambah keracunan
Jumlah
penyemprotan risiko
petani
pestisida.
432
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pengelolaan pestisida akan berdampak
Sebaliknya,
pada aktivitas Cholinesterase dalam darah
terakumulasi dalam tubuh dalam waktu
karena berdampak pada praktek terhadap
yang lama hingga berbulan-bulan ataupun
penggunaan
bertahun – tahun hingga petani akan
pestisida.
Sesuai
dengan
teori Green ( 2010 ) bahwa pengetahuan merupakan
faktor
pestisida
akan
mengalami keracunan kronis.
dari
Dari hasil uji Chi square pada tabel 7
perilaku. Berdasarkan teori tersebut petani
menunjukkan bahwa faktor risiko lama
dengan pengetahuan yang baik memiliki
kerja petani dalam menyemprot > 3 jam
risiko
mempunyai
keracunan
predisposisi
racun
pestisida
lebih
kecil
hubungan
yang
signifikan
dibandingkan petani dengan pengetahuan
terhadap keracunan pestisida dengan nilai
kurang
p value = 0,000 ( RP= 11,110 ; 95% CI =
Dari hasil uji Chi square pada tabel 6
4,323 – 28,556 ) . Hasil ini menunjukkan ,
menunjukkan bahwa, masa kerja petani
lama kerja buruk pada petani mempunyai
mempunyai hubungan dengan keracunan
risiko
pestisida di Desa Jati dengan p value =
pestisida
0,001 ( RP=4,958 ; 95%CI = 2,322 –
dengan lama kerja baik. Petani yang
10,583 ) . Hasil tersebut dapat disimpulkan
bekerja
bahwa masa kerja petani lama ( > 1 tahun)
berisiko terpajan pestisida semakin besar.
mempunyai risiko 5 kali lebih besar untuk
Makin lama petani berhubungan denga
mengalami
bila
pestisida maka residu pestisida yang
dibandingkan dengan responden dengan
masuk dalam tubuh semakin lama akan
masa kerja baru ( ≤ 1 tahun ). berisiko
bertambah dan mengakibatkan turunnya
terpaparnya keracunan pestisida. Masa
kadar Cholinesterase dalam darah.
kerja petani berkaitan dengan banyaknya
Pada
akumulasi pestisida yang masuk ke dalam
paparan akibat penggunaan pestisida tidak
tubuh . Secara umum , semakin lama
membahayakan dan dianggap hal yang
petani
dan
biasa saja . Lama kerja petani terlibat
terjadi secara terus – menerus ,maka akan
dalam pengaruh banyaknya pestisida yang
semakin tinggi pula risiko untuk mengalami
terabsorbsi dan terakumulasi dalam tubuh.
keracunan
Semakin
keracunan
melakukan
pestisida
penyemprotan
hingga
mengalami
tingkat
11
kali
terjadinya
dibandingkan
sudah
penyemprotan
pestisida
langsung
meningkatkan
signifikan
keracunan pestisida
memberikan terhadap
selalu
dampak
tubuh
yang
manusia
dan
petani
lama
keracunan yang semakin tinggi. Paparan tidak
pada
menahun
umumnya
petani akan
risiko
keracunan
untuk
petani
maka
akan
menganggap
melakukan semakin mengalami
tanpa
Dari tabel 8, variabel alat pelindung
menimbulkan rasa sakit yang mendadak .
diri tidak dianalisis dengan uji chi square. 433
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
KESIMPULAN
Hasil dianalisa secara deskriptif Menurut hasil
wawancara
responden,
Sebanyak 43 responden ( 46,7 % )
hampir semua responden menyatakan
mengalami keracunan pestisida dan 49
tidak menggunakan alat pelindung diri
lainnya ( 53,3 % ) tidak mengalami
secara
keracunan pestisida. Terdapat hubungan
lengkap
terhadap
dikarenakan
berbagai
alasan seperti tidak nyaman dan tidak
antara
terbiasa menggunakan alat pelindung diri.
pengetahuan petani, masa kerja petani ,
Sedangkan penggunaan alat pelindung diri
dan lama kerja petani dengan kejadian
yang tidak lengkap akan memudahkan
keracunan
penyerapan pestisida ke dalam tubuh. Hal
Kecamatan Sawangan. Sedangkan hasil
ini akan diperparah apabila terdapat luka,
penelitian menunjukkan hampir seluruh
keringat, serta kondisi kulit saat melakukan
responden
kontak dengan pestisida.
pelindung diri dengan lengkap sehingga
Secara teori, APD akan melindungi
lebih
frekuensi
menyemprot,
pestisida
tidak
berisiko
di
tingkat
Desa
menggunaka
mengalami
Jati,
alat
keracunan
petani dari kontak secara langsung dengan
pestisida.
pestisida saat melakukan penyemprotan.
Diharapkan bagi masyarakat lebih akif
Risiko keracunan pestisida dapat dihindari
dalam
apabila
melalui
respjden
menggunakan
alat
meningkatkan kegiatan
pengetahuannya
penyuluhan
yang
pelindung diri secara lengkap . Menurut
dilakukan dinas terkait , perlu adanya
Depkes RI ( 2010 ) , bagi pekerja yang
jadwal penyemprotan untuk meminimalisir
berhubungan
jenis
adanya lama kontak dengan pestisida,
yang
perlunya peningkatan kesadaran dalam
digunakan minimal antara lain : ( 1 )
penggunaan alat pelindung diri , perlu
Pelindung kepala/topi ; ( 2 ) Pelindung
adanya pengaktifan kembali perkumpulan
indera pernafasan/masker; ( 3 ) Pelindung
petani untuk mengkoordinasikan keperluan
badan ( baju lengan panjang dan celana
kebutuhan APD, serta adanya tindakan
panjang ); ( 4 ) Pelindung kaki/sepatu boot
pemeriksaan kesehatan lanjutan
; ( 5 ) Pelindung tangan/sarung tangan ;
DAFTAR PUSTAKA
perlengkapan
dengan
pestisida
pelindung
diri
( 6 ) Pelindung mata/goggle/kaca mata.
1. Raini
M.,
Dwiprahasto
I.,
Sebagian responden menggunakan alat
Sukasediati N. Pengaruh Istirahat
pelindung diri hanya saat penyemprotan ,
Terhadap Aktivitas Kolinesterase
saat mencampurkan pestisida sebagian
Petani
besar responden tidak menggunakan APD
Organofosfat di Kecamatan Pacet,
seperti pengaduk sehingga menambah
Jawa
risiko keracunan pestisida
Kesehatan. 2004. 434
Penyemprot
Barat.
Buletin
Pestisida
Penelitian
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tradisional ( Pasar Terong ) Dan Pasar
2. Yuantari MC. Dampak Pestisida
Moderen
(
Swalayan
Organoklorin Terhadap Kesehatan
Ramayana M’Tos) Kota Makassar
Manusia dan Lingkungan Serta
Tahun 2013. 2013
Penanggulangannya. Pros Seminar Nasional
Peran
Masyarakat
dalam
MDG’S
5. Ngatidjan.
Kesehatan
Racun,
Keracunan, dan Terapi Keracunan.
Pencapaian
di
Toksikologi :
Yogyakarta: UGM; 2006
Indonesia.
2011;(April):187–99 6. Mokoagow D, Joseph WBS, Patras 3. Shobib MN, Yuantari MC, Suwandi
HD. Hubungan Antara Masa Kerja,
M. Hubungan Antara Pengetahuan
Pengelolaan Pestisida dan Lama
Dan
Penyemprotan
Sikap
Dengan
Praktik
Dengan
Kadar
Pemakaian ( APD ) Alat Pelindung
Kolinesterase Darah Pada Petani
Diri
Sayur
Pada
Pestisida
Petani Di
Universitas
Pengguna
Desa
Dian
di
Keluraham
Rurukan
Kecamatan Kecamatan Tomohon
Curut.
Timur Kota Tomohon. 2013
Nuswantoro
Semarang. 2013. 7. Data pemeriksaan Cholinesterase 4. Ohorella,
Arfan
Identifikasi
AD,
Residu
Darah Petani Pada Tahun 2010.
Anwar. Pestisida
8. Data pemeriksaan Cholinesterase
Golongan Organoklorin Bahan Aktif Lindan
Pada
Wortel
di
Darah Petani Pada Tahun 2012.
Pasar
435