The Experiment Trial Application of Cooperative Learning Model type Think Pair Share Toward Of Digestion Concept Ecosystem at the class Seventh SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis Nur Deasy Farida, Hernawan Abstrack Developments in science and technology require humans to be able to optimize all the power, potential, and ability. The development must be accompanied by an increase in the quality of human resources. Education is one of the sources of the formation of focused mindset and a great attitude.Educational success is the role of the teacher in teaching and learning. In addition, media and learning model is a means of supporting the success of the learning process. Factors affecting student learning outcomes are student motivation, so in this case required the ability of a teacher to be able to motivate students. Many of the techniques used in cooperative learning, one of which is a think pair share techniques .Cooperative learning model technique think pair share, group learning objectives not only complete the task, but also provides the opportunity for students to share ideas and consider the most appropriate answer and to encourage students to improve collaboration in the learning process. Keywords: cooperative learning model type think pair share, the study of students.
UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 1 SADANANYA KECAMATAN SADANANYA KABUPATEN CIAMIS Nur Deasy Farida, Hernawan
Abstrak Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut manusia untuk dapat mengoptimalkan segala daya, potensi, dan kemampuannya. Perkembanganan itu harus disertai oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan salah satu sumber dari pembentukan pola pikir yang terarah dan sikap yang baik. Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari peranan guru dalam proses belajar mengajar. Selain itu, media dan model pembelajaran adalah salah satu sarana pendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi siswa, sehingga dalam hal ini diperlukan kemampuan dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswa.Banyak teknik yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah teknik think pair share .Dalam model pembelajaran kooperatif teknik think pair share, tujuan belajar kelompok bukan hanya menyelesaikan tugas, tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam proses pembelajaran. Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe think pair share, hasil belajar siswa. Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis, ratarata nilai ulangan IPA di kelas tersebut hanyalah 66,00 sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70,00. Hal ini disebabkan oleh minat siswa dalam mempelajari setiap materi pelajaran IPA sangatlah rendah, selain itu metode pembelajaran yang dipakai oleh guru mata pelajaran di sekolah ini hanya model pembelajaran langsung dengan metode ceramah sehingga pembelajaran berlangsung hanya pada satu arah. Aktivitas guru mendominasi pembelajaran di kelas dan siswa menjadi kurang aktif bahkan memberi kesan bosan maka siswa cenderung pasif. Sehingga dapat menghilangkan motivasi siswa dalam belajar dan menghambat tujuan pembelajaran itu sendiri. Kegagalan guru dalam menyampaikan materi ajar selalu bukan karena ia kurang menguasai bahan, tetapi karena ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan materi pembelajaran dengan baik dan tepat sehingga siswa dapat belajar dengan suasana menyenangkan dan mengasikkan, maka guru perlu memiliki pengetahuan tentang pendekatan dan teknik-teknik
pembelajaran dengan memahami teori-teori belajar dan teknik-teknik mengajar dengan baik dan tepat. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA diperlukan upaya berupa pengembangan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Pengembangan teknik pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu pembelajaran yang menekankan bahwa siswa sendirilah yang membangun pengetahuannya. Sehingga guru harus merancang kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk meningkatkan pengetahuannya dengan memilih model pembelajaran yang memang memiliki kesesuaian dengan materi pembelajaran dan minat serta bakat yang ada pada diri siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: “apakah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share cocok diterapkan untuk menjelaskan konsep Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis?”.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kecocokan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share jika diterapkan pada proses pembelajaran konsep Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan hasil belajar; dan b. memberikan informasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share. 2. Kegunaan Praktis a. Memberikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Memberikan pengalaman baru kepada peserta didik untuk lebih berpikir kritis, lebih berani mengemukakan pendapat. c. Dapat lebih memahami serta merangsang peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. d. Melatih peserta didik untuk berkerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah sehingga terbentuk rasa kebersamaan, saling menghargai, dan bertanggung jawab.
e.
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan pengetahuan yang selama ini dipelajari.
Pembahasan 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang telah dipimpin oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahanbahan dan informasi yang di rancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud(Suprijono, Agus 2010:54). Adapun menurut Isjoni (2012:16) mengemukakan Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studied orieted), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli terhadap orang lain. Kelebihan dan kekurangan cooperative learning menurut Johnshon and Johnson (Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa 2011:290) : 1) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial; 2) mengembangkan kegembiraan siswa; 3) memungkinkan bagi siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan; 4) memungkinkan terbentukdan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; 5) meningkatkan keterampilan metakognif; 6) menghilangkan sikap mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris; 7) meningkatkan kepekaan dan kesetiakaawanan sosial; 8) menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan; 9) menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi; 10) membangun persahabatan yang dapat berlanjut ke masa dewasa; 11) mencegah timbulnya kejiwaan; 12) mencegah kenakalan remaja; 13) menimbulkan perilaku rasional di masa remaja; dan 14) meningkatkan rasa saling percaya diri sesama siswa;
Adapun kekurangan model cooperative learning (Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa 2011:292) berasal dari dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern): 1) faktor dari dalam (intern) a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu proses pembelajaran kooperatif memerlukan lebih dari banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. b) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. c) Selama kegitan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang di bahas meluas. d) Saat diskusi kelas, terkadang di dominasi oleh seseorang. 1) faktor dari luar (ekstern) Faktor ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah, yaitu pada kurikulum.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share atau berpikir berpasangan berbagi di kembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran think pair share menurut Lyman Thobroni, (Muhammad dan Arif Mustofa 2011: 299) adalah sebagai berikut : 1) berpikir (thinking) Langkah pertama, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut 2) berpasangan (pairing) Selanjutnya, pada langkah kedua guru meminta pada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Biasanya, guru mengizinkan tidak lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan. 3) berbagi (sharing) Pada langkah akhir ini, guru meminta pasangan-pasangan tersebut berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Pada langkah ini, akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas
dari suatu pasangan ke pasangan lain sehingga sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Fogarty dan Robin (Rohilah,Yulia 2007:10) menyatakan bahwa think pair share memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut: 1) mudah dilaksanakan dalam kelas besar; 2) memberi waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran; 3) memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secar keseluruhan; dan 4) meningkatkan kemampuan menyimpan jangka panjang dari isi materi pelajaran. Fogarty dan Robin (Rohilah,Yulia 2007:10) model pembelajaran kooperatif teknik think pair share juga memiliki kelemahan Fogarty diantaranya pendidik yang tidak memiliki wawasan luas tentang pembelajaran kooperatif teknik think pair share, akan mengalami kesulitan dalam menentukan tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif teknik think pair share. Selain itu, model pembelajaran Kooperatif teknik think pair share juga memerlukan alokasi waktu yang relatif banyak karena terdiri dari beberapa tahapan. 3. Kecocokan Berdasarkan tes hasil belajar siswa di kelas VII SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada konsep Ekosistem dengan pertanyaan sebanyak 40 butir soal diperoleh data statistik hasil belajar peserta didik sebelum (pretest) proses pembelajaran pada konsep Ekosistem yaitu nilai minimum 12, nilai maksimum 29, rentang 17, median 19, rata-rata 19,47, varians 15,82 dan standar deviasi 3,97. Sedangkan data statistik hasil belajar peserta didik setelah (posttest) proses pembelajaran pada konsep Sistem Pencernaan Makanan yaitu nilai minimum 22, nilai maksimum 39, rentang 17, median 28, rata-rata 28,42, varians 12,52 dan standar deviasi 3,54. a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas sebelum proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada konsep Ekosisem yaitu terima Ho, artinya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan Hasil uji normalitas setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada konsep Ekosisem yaitu terima Ho, artinya data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Setelah kedua data dinyatakan normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas Fmaksimum untuk memngetahui apakah data hasil tes belajar
tersebut mempunyai varians homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas data menunjukkan bahwa terima Ho, artinya kedua varians homogen. c. Pengujian Hipotesis Nilai rata-rata pretest adalah 19,47 dan nilai rata-rata posttest adalah 28,42. Maka dari data tersebut menandakan bahwa hasil posttest lebih tinggi dari pretest. Ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. KKM yang ditentukan 28 sedangkan rata-rata hasil posttest 28,42. Ini berarti bahwa model pebelajaran kooperatif tipe make a match cocok diterapkan pada proses pembelajaran di kelas kelas VII SMP Negeri 1 Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share cocok diterapkan untuk menjelaskan konsep Ekosistem di kelas VII SMP Negeri Sadananya Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. proses belajar mengajar di kelas hendaknya lebih bervariasi, sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh ketika sedang berada di kelas, misalnya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini; 2. diperlukan persiapan yang matang dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, sehingga dalam pelaksanaannya guru dan peserta didik dapat memaksimalkan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan; 3. guna mengefektifkan proses pembelajaran hendaknya guru dapat memodifikasi mekanisme suatu model pembelajaran tanpa membuang unsur pokok model pembelajaran yang digunakan. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama. Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Statistika Non Parametik.Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi Tasikmalaya.. Huda, Miftahul. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iriani, Sri dan Sahrudin. (2011). Model Pembelajaran Think pair share (TPS). [Online]. Tersedia: http//www.sriudin.com/2011/07/model-pembelajaranthink-pair-and-share.html. [6 Desember 2012]. Isjoni. (2012). Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta. Karlinasari, Lina. (2012). Uji Coba Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair share Pada Konsep Sistem Reproduksi di Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Tasikmalaya. Skripsi UNSIL Tasikmalaya: Tidak Dipublikasikan. Kurniawan, Roni. (2012). Ekosistem Rantai Makanan, jaring-jaring makanan dan piramida makanan.[online]. Tersedia: http://awanbaginda.blogspot.com/2012/11/ekosistem-rantaimakananjaring-jaring.html. [27 Nopember 2012, 19:35:35]. Lie , Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia. Marthin. (2002). Belajar Biologi Untuk SLTP kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Rohilah, Yulia. (2007). Penggunaan Model Pembelajaran Think pair share (TPS) dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman matematik siswa. Skripsi UIN Bandung: Tidak Dipublikasikan. Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana. Sharan, Shalomo. (2012). The Handbook Of Cooperative Learning. Yogjakarta: Familia. Siti Nurjanah, Lilis . (2004). Sains Biologi untuk SMP dan MTs. Kelas 1. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyarto, Teguh dan Eny Isnawati. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTS kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suprijono , Agus. (2010). Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Teguh. (2009). Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem [online]. Tersedia: http//Saling_Ketergantungan_Dalam_Ekosistem_-_Teguh_7.2.htm. [06 Desember 2012, 13:16:37]. Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa. (2011). Belajar Dan Pembelajaran Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional. Yogjakarta: Ar-ruzz Media. Wasis. Irianto dan Yuli Sugeng . (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTS kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan. Widianianingsih, Dedeh. (2011). Evaluasi Tasikmalaya: Tidak Dipublikasikan.
Pembelajaran
Matematika.
Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gaung Persada.