HUBUNGAN KEPRIBADIAN BIG FIVE (NEO-‐PI) DENGAN MINDFULNESS PADA MAHASISWA Sandi Kartasasmita, M.Psi., Psikolog., Psikoterapis., CMHA., CBA Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
[email protected] ABSTRAK Currently in Indonesia there is no instrument that measures of mindfulness. Mindfulness is the ability to focus enough to Understand and
feel what
is happening externally and internally,
intentionally. There are many factors that affect a person can achieve mindfulness or not. One of the aspects that
affect the personality. This
study wanted
to
find a
relationship between
personality with mindfulness in students. Personality measurement tool used is the NEO-‐PI (Big Five). Keyword: mindfulness, NEO-‐PI BAB I. PENDAHULUAN Setiap saat mendengar bunyi alarm yang membangunkan diri dari tidur yang menyenangkan di pagi hari, tentunya secara otomatis terdapat sejumlah rencana aktivitas yang akan dilakukan oleh manusia. Aktivitas umumnya yang dilakukan oleh manusia adalah pergi ke kantor bagi pekerja atau ke sekolah bagi pelajar. Dalam penelitian ini akan mengkhususkan pada pelajar dan dalam hal ini diwakili oleh mahasiswa. Adapun aktivitas seperti bangun dari tempat tidur, mandi, sarapan dan kemudian berangkat ke kampus, merupakan hal yang terbiasa dilakukan. Hal tersebut adalah aktivitas rutin harian yang dilakukan sebagian besar mahasiswa. Sepanjang perjalanan, kemacetan lalu lintas kota Jakarta cukup menghantui para mahasiswa. Berbagai macam perasaan silih ganti ada dalam perasaan para mahasiswa tersebut. Kondisi tersebut dapat saja membuat setiap mahasiswa yang terjebak dalam kemacetan tersebut merasa tidak nyaman. Setiap hari kehidupan dilalui seperti itu, lama kelamaan mahasiswa yang menjalaninya akan menjadi melakukan aktivitas seperti rutinitas belaka. Hal tersebut disebut sebagai mindlessness (Langer E,2009). Apabila terjebak dalam kondisi mindlessness maka mahasiswa akan seperti robot hidup. Apabila seperti robot hidup, maka mahasiswa akan mudah sekali
1
mengalami permasalahan dalam aktivitas belajar mereka di kampus. Selain itu, mahasiswa juga akan lebih mudah mengalami stress. Kartasasmita, 2010 menemukan bahwa tiga urutan paling tinggi yang menjadi sumber stress warga Jakarta pada tahun 2010 karena masalah pekerjaan 17, 14%, hubungan dengan orang lain 16.37% dan masalah pendidikan 12,21%. Lebih lanjut, Wirawan,H.E., Kartasasmita (2011) mengungkapkan bahwa tiga urutan stress tertinggi adalah pekerjaan, pendidikan dan kemacetan lalu lintas. Lebih spesifik lagi, ditemukan data bahwa stress paling tinggi pada mahasiwa adalah banyaknya pekerjaan pendidikan yang harus mereka selesaikan dan kemacetan lalu lintas. Permasalah-‐permasalahan yang dihadapi oleh para mahasiswa dapat dikatakan bukan suatu hal yang dapat dipandang mudah. Berdasarkan hasil penelitian, Kartasasmita (2010) mengungkapkan bahwa untuk mengatasi permasalah yang muncul sebanyak 77.8% warga Jakarta menggunakan teknik emotional focus coping untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar warga Jakarta, termasuk mahasiswa didalamnya lebih menggunakan teknik tersebut daripada menghadapi permasalahan secara langsung. Hal tersebut dapat terjadi karena mindlessness. Untuk menghindari hal tersebut, akan lebih baik memiliki mindfulness dalam diri mahasiswa. Mindfulness adalah satu konsep yang menarik perhatian di kalangan ilmuwan psikologi, kesehatan maupun neuroscience dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Brown & Ryan (dikutip oleh West, A.M, 2008), Mindfulness adalah satu kondisi saat seseorang dapat menjaga perhatiannya serta sangat waspada terhadap keadaan disekitarnya. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kabat-‐Zinn tahun 1992, Ma & Teasdale tahun 2002, Davidson tahun 2003, Marlatt, et all tahun 2004, Carson & Carson tahun 2006 dan Samuelson, Carmody, Kabat-‐Zinn & Bratt tahun 2007 (dikutip oleh West, A.M, 2008) mengungkapkan bahwa melatih mindfulness dapat membantu seseorang untuk dapat memiliki hidup yang lebih sehat dan tidak mudah cemas, tidak mudah depresi, memandang hidup lebih baik, meningkatkan hubungan dengan orang lain, meningkatkan self esteem, menigkatkan fungsi ketahanan tubuh manusia dan dapat mengurangi kemungkinan seseorang untuk menggunakan obat-‐obatan terlarang. Kemampuan seseorang untuk mengembangkan mindfulness yang ada dalam dirinya akan menjadi suatu hal positif baik untuk yang bersangkutan ataupun masyarakat sekitar. Seseorang dapat mengembangkan mindfulness tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kepribadian. West, A.M (2008), mengungkapkan bahwa mindfulness berkaitan
2
dengan kepribadian manusia. Individu dapat memiliki kesadaran untuk melakukan sesuatu berdasarkan apa yang tampak pada saat tersebut berdasarkan karakteristik kepribadiannya. Sayangya penelitian mengenai mindfulness masih jarang dilakukan di Indonesia, atau bahkan dapat dikatakan hampir tidak ada satupun penelitian yang membahas mengenai hal tersebut. Terlebih lagi penelitian yang mengkaitkan mindfulness dengan kepribadian di Indonesia. Oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat hubungan kepribadian NEO-‐PI dengan mindfulness, terutama pada Mahasiswa BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Para teoritis yang sama-‐sama menekankan pentingnya trait dalam penentuan kepribadian seseorang tetapi masing-‐masing teoritis mempunyai pandangn tentang trait yang berbeda-‐beda. Oleh karena itu pada akirnya timbul consensus yang menghasilkan lima dimensi trait yang menjadikan dasar dari pembentukkan kepribadian, yaitu Five Factor Model. Teori kepribadian big-‐five adalah teori dikemukakan oleh Goldberg (Gregory, 2000). Pola perilaku individu oleh DeRaad (2000) dibedakan menjadi lima pola. Pola kepribadian ini disebut Big Five Factors yang pada awalnya ditinjau oleh Goldberg (Gregory, 2004). Dimensi dari Big Five ini: (a) openness (b) conscientiousness, (c) extraversion, (d) agreeableness, dan (e) neuroticism,. Gregory menyingkat kelima dimensi kepribadian dari Big Five ini dengan OCEAN. Ryckman (2004) menjelaskan bahwa masing-‐masing dimensi dari kepribadian ini mempunyai nilai positif dan negatif. Dimensi openness to experience. Dimensi kepribadian openness to experience ini terdapat 6 facet, yaitu (a) fantasy, (b) aesthetics, (c) feelings, (d) actions, (e) ideas, dan (f) values. Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa skala trait openness memberikan penilaian proaktif, membutuhkan apresiasi terhadap pengalaman, mentoleransi dan mengeksplorasi sesuatu yang tidak dikenal. Skor yang tinggi pada openness adalah penasaran, menarik, kreatif, original, imaginatif, dan tidak tradisional; sedangkan skor yang rendah adalah konvensional, rendah hati, minat yang sempit, tidak artistik, dan tidak analitik. Wood et al., (2005) menambahkan bahwa orang yang berada dalam dimensi ini adalah orang yang mencari pengalaman yang berbeda dan orang yang imaginatif, intelektual, dan mempunyai pemikiran
3
yang luas. Wood et al. menemukan bahwa orang yang tinggi pada openness to experience adalah kebutuhan untuk menjadi kreatif. Dimensi conscientiousness. Dimensi kepribadian conscientiousness ini terdapat 6 facet, yaitu (a) competence, (b) order, (c) dutifulness, (d) achievement striving, (e) self-‐discipline, dan (f) deliberation. Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa skala trait conscientiousness memberikan penilaian tingkat individu dalam organisasi secara terus menerus, dan motivasi dalam mencapai tingkah laku yang ingin dicapai secara langsung. Dimensi ini mempunyai perbedaan dengan orang yang bergantung pada orang lain, cerewet, lesu, dan tidak rapi. Wood et al., (2005) menjelaskan bahwa dimensi conscientiousness membedakan orang yang mandiri, terorganisir, dapat dipercaya, seksama, pekerja keras, dan tekun; dengan orang yang tidak mandiri, tidak terorganisir, impulsif, tidak dapat dipercaya, tidak bertanggung jawab, teledor, lalai, dan malas. Dimensi extraversion. Dimensi kepribadian Extraversion ini terdapat 6 facet, yaitu (a) warmth, (b) gregariousness, (c) assertiveness, (d) activity, (e) excitement seeking, dan (f) positive emotion. Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa skala extraversion memberikan penilaian kuantitas dan intensitas terhadap pengaruh timbal balik antar perseorangan, tingkat aktivitas, keperluan stimulus, dan kapasitas untuk kesenangan. Skor yang tinggi pada extraversion adalah dapat bersosialisasi, aktif, talkative (cakap berbicara), berorientasi pada sesama, optimis, fun-‐loving, dan sikap afektif (penyayang); sedangkan skor yang rendah pada extraversion adalah sikap suka menyendiri, tenang, menyendiri, berorientasi pada tugas, malu-‐malu, dan sikap yang tidak gembira (Pervin & John, 1997; Wood et al., 2005). Dimensi agreeableness. Dimensi kepribadian agreeableness ini terdapat 6 facet, yaitu (a) trust, (b) straightforwardness, (c) altruism, (d) compliance, (e) modesty, dan (f) tender-‐mindedness. Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa skala trait agreeableness memberikan penilaian kualitas terhadap suatu orientasi pengaruh timbal balik bersamaan dengan rangkaian kesatuan dari perasaan kasihan menjadi sebaliknya. Perasaan ini terjadi baik dalam pemikiran, perasaan, maupun tindakan. Orang mempunyai skor yang tinggi pada trait ini adalah orang yang penolong, pemaaf, lembut hati, karakter yang baik, dapat dipercaya, mudah dibujuk, dan bersikap terang-‐terangan. Skor yang rendah pada trait ini adalah kasar, mudah curiga, kurang dapat diajak bekerja sama, manipulatif, bersikap sinis, dan suka mencari masalah. Wood et al., (2005) menambahkan bahwa dimensi agreeableness terdiri dari kumpulan traits yang terbentang dari rasa kasihan sampai pada perasaan pertentangan (antagonis) terhadap orang lain.
4
Orang dengan nilai yang tinggi pada dimensi ini adalah orang yang menyenangkan, baik hati, hangat, simpatik, kooperatif, sedangkan mereka yang rendah dalam dimensi ini adalah orang yang tidak bersahabat, tidak menyenangkan, agresif, argumentatif, dingin, terkadang bersifat bermusuhan, dan dendam. Dimensi neuroticism. Dimensi kepribadian neuroticism ini terdapat 6 facet, yaitu (a) anxiety, (b) angry hostility, (c) depression, (d) self-‐consciousness, (e) impulsiveness, dan (f) vulnerability to stres. Pervin dan John (1997) mengatakan bahwa dimensi neuroticism memberikan penilaian pada penyesuaian dibanding dengan ketidakstabilan emosi yang mengindikasikan kecenderungan pada penderitaan psikologis, ide-‐ide yang tidak realitis, keinginan-‐keinginan yang berlebihan, dan penyelesaian respon yang maladaptif. Skor yang tinggi pada neuroticism adalah khawatir, cemas, emosional, tidak nyaman, perasaan kurang, dan rasa cemas yang berlebihan, sedangkan skor yang rendah pada neuroticism adalah tenang, rileks, tidak mudah emosi, tabah, rasa aman, dan rasa puas. Wood et al., (2005) menambahkan bahwa orang yang tinggi pada neuroticism cenderung tidak mempunyai stabilitas emosional. Mereka cenderung mengalami emosi yang negative, menjadi moody, lekas marah, gugup, dan mudah kuatir. Dimensi ini membedakan orang yang bersemangat, mudah mengatasi emosinya, dan cenderung tenang. BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Mengetahui Hubungan antara Kepribadian Big Five (NEO-‐PI) dengan mindfulness pada mahasiswa Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui Mindfulness siswa yang menjadi responden penelitian, dimensi khusus mana yang paling berpengaruh terhadap mindfulness pada siswa. BAB IV. METODE PENELITIAN Tahapan Penelitian
5
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan dalam rangka melakukan uji
coba alat ukur mindfulness pada mahasiswa Fakultas Psikologi sebanyak 100 responden. Uji coba sudah dilakukan pada bulan Oktober 2011. Area Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada area Ambon
Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian siswa SMU yang tinggal di kota Ambon. Kota Ambon menjadi tujuan
penelitian karena hingga saat ini, Ambon dapat dikatakan salah satu daerah di Indonesia yang masih rawan konflik. Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan kajian-‐kajian ilmiah yang berkaitan dengan
mindfulness. Terutama jurnal, disertasi dan buku yang berkaitan. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan materi mengenai kepribadian Big Five edisi revisi (NEO-‐PI R), baik secara teoritis dan juga alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur dalam penelitian ini ada 2, yaitu alat ukur mindfulness dan alat ukur kepribadian Big Five edisi revisi (NEO-‐PI R). Setelah mengumpulkan materi dan alat ukur, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji coba alat ukur mindfulness, karena alat ukur Big Five (NEO-‐PI R) sudah dilakukan ujicoba pada tahun 2009. Ujiciba alat ukur mindfulness dilakukan di Jakarta dengan melibatkan 100 responden dan di Ambon dengan melibatkan 82 responden. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil jumlah responden adalah 82 siswa yang terdiri dari: Usia 13 tahun
1
14 tahun
12
15 tahun
29
16 tahun
29
17 tahun
11
Total
82
6
Jenis Kelamin Pria
25
Wanita
57
Total
82
Agama Islam
13
Kristen
67
Katolik
2
Total
82
Hubungan antara Mindfulness dengan Big Five (NEO PI)
7
Correlations
Tot_Ext
Tot_Agre
Tot_Cons
Tot_Neuro
Tot_Open
Tot_SA
Tot_ATM
Tot_AWRNS
Tot_HSR
TOT_MINDFULL
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Tot_Ext 1 82 .140 .210 82 .046 .684 82 -.351** .001 82 .089 .427 82 .069 .537 82 -.012 .915 82 -.061 .585 82 .017 .878 82 .003 .979 82
Tot_Agre .140 .210 82 1
Tot_Cons Tot_Neuro Tot_Open .046 -.351** .089 .684 .001 .427 82 82 82 .448** -.446** .298** .000 .000 .007 82 82 82 82 .448** 1 -.453** .445** .000 .000 .000 82 82 82 82 -.446** -.453** 1 -.498** .000 .000 .000 82 82 82 82 .298** .445** -.498** 1 .007 .000 .000 82 82 82 82 .194 .185 -.108 .084 .080 .096 .334 .453 82 82 82 82 .103 .161 -.057 .009 .356 .149 .610 .940 82 82 82 82 .258* .112 -.050 .221* .019 .319 .658 .046 82 82 82 82 .411** .185 -.233* .129 .000 .096 .035 .247 82 82 82 82 .316** .221* -.148 .138 .004 .046 .183 .217 82 82 82 82
TOT_ Tot_ATM Tot_AWRNS Tot_HSR MINDFULL -.012 -.061 .017 .003 .915 .585 .878 .979 82 82 82 82 .103 .258* .411** .316** .356 .019 .000 .004 82 82 82 82 .161 .112 .185 .221* .149 .319 .096 .046 82 82 82 82 -.057 -.050 -.233* -.148 .610 .658 .035 .183 82 82 82 82 .009 .221* .129 .138 .940 .046 .247 .217 82 82 82 82 .462** .281* .314** .695** .000 .010 .004 .000 82 82 82 82 82 .462** 1 .399** .242* .779** .000 .000 .029 .000 82 82 82 82 82 .281* .399** 1 .539** .737** .010 .000 .000 .000 82 82 82 82 82 .314** .242* .539** 1 .689** .004 .029 .000 .000 82 82 82 82 82 .695** .779** .737** .689** 1 .000 .000 .000 .000 82 82 82 82 82
Tot_SA .069 .537 82 .194 .080 82 .185 .096 82 -.108 .334 82 .084 .453 82 1
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan data yang didapatkan, maka terdapat hubungan antara mindfulness dengan big five pada dimesi agrreableness 0.340 dan conscientiousness 0,246. Dengan demikian, semakin mindful seseorang, maka dia akan menjadi lebih mudah untuk memperhatikan lingkungan sekitar dan memiliki kualitas hubungan interpersonalnya. Demikian pula dengan bertanggung jawab seseorang, maka dia akan menjadi semakin mindfulness. Data Tambahan Untuk data tambahan, responden yang merupakan siswa SMU kota Ambon memiliki mindfulness yang cukup baik. Dalam hal ini terutama pada dimensi awareness 0.714. dan kurang baik pada dimensi penerimaan diri 0.474. sedangkan untuk masalah kepribadian, yang diukur dengan alat ukur Big Five, maka para siswa di Ambon memiliki kecenderungan untuk lebih openness to experience, yaitu sesuatu yang berkaitan dengan kecerdasan kognitif dan perilaku, menyukai dan mencari pengalaman baru. Termasuk faktor kognitif dan non-kognitif dalam keterbukaan untuk mencari pengalaman
8
baru yang termanifestasikan dalam serangkaian minat dan pencarian pengalaman dengan senang tanpa perasaan cemas dengan nilai 0.783. BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah, terdapat hubungan antara mindfulness dengan aggreableness 0.344, mindfulness with conscientiousness 0.246, self acceptance with conscientiousness 0.225, Attention to the Moment with conscientiousness 0.230 Saran Penelitian ini dilakukan pada saat kota Ambon dalam kondisi yang kurang kondusif. Satu hari sebelum pengambilan data, terjadi ledakan bom di kota Ambon, sehingga dari rencana semula 500 responden, akhirnya hanya didapatkan data untuk 82 responden saja. Saran untuk para siswa. Ada baiknya siswa dapat lebih mengontrol impuls atau dorongan yang ada dalam diri, sehingga dapat bertingkahlaku lebih baik dan tidak mudah untuk terpancing untuk melakukan tindakan kekerasan yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Saran untuk orangtua. Orangtua diharapkan dapat membantu anak-‐anak remaja yang tinggal di kota Ambon untuk berprilaku lebih terkontrol tidak hanya mengikuti dorongan sesaat yang muncul. DAFTAR PUSTAKA DeRaad, B. (2000). The big five personality factors: The psycholexical approach to personality. Seattle: Hogrefe & Huber. Gregory, R, J. (2004). Psychological testing: History, principles, and applications (4th ed.). Boston, MA: Pearson.
9
Kartasasmita, S (2010). Sumber Stress Warga Jakarta. Dipubllikasikan di Reseacrh Week 2010 Universitas Tarumanagara, Jakarta. Chair: Tji Beng, Jap Wirawan, H.E., Kartasasmita, S (2011). Gender Differences on Stressor : survey In DKI Jakarta, Banten and West Java. Dipublikasikan di PICP (Padjajaran International Conference of Psychology), Bandung. Chair: Srisayekti, Willis Langer, E (2009). The Encyclopedia of Positive Psychology, Volume II. UK: Wiley & Sons Pervin, L. A., & John, O. P. (1997). Personality: Theory and research (7th ed.). Canada: Wiley & Sons West, A.M (2008). Mindfulness and well-‐being in adolescence: An exploration of four mindfulness measures with an adolescent sample. Proquest Dissertation & Theses. Wood, S. E., Wood, E. G., & Boyd, D. (2005). The world of psychology (5th ed.). Boston: Pearson.
10