Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
BAB III: ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
Arsitektur Neo Vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang berkembang pada era Post Modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada pertengahan tahun 1960-an, Post Modern lahir disebabkan pada era modern timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton (bangunan berbentuk kotakkotak). Oleh sebab itu, lahirlah aliran-aliran baru yaitu Post Modern.Ada 6 (enam) aliran yang muncul pada era Post Modern menurut Charles A. Jenck diantaranya, historiscism, straight revivalism, neovernakular, contextualism, methapor dan post modern space. Dimana menurut (Budi A Sukada, 1988) dari semua aliran yang berkembang pada Era Post Modern ini memiliki 9 (sembilan) ciri-ciri arsitektur sebagai berikut. Mengandung unsur komunikatif yang bersikap lokal atau populer. 1. Membangkitkan kembali kenangan historik. 2. Berkonteks urban. 3. Menerapkan kembali teknik ornamentasi. 4. Bersifat representasional (mewakili seluruhnya). 5. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain). 6. Dihasilkan dari partisipasi. 7. Mencerminkan aspirasi umum. 8. Bersifat plural. 9. Bersifat ekletik
Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern, yaitu : 1. Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia tanpa batas, ini disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia. 2. Canggihnya teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat pribadi. Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 27
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
3. Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arsitektur post modern dan aliranalirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non tradisinal, modern dengan setengah nonmodern, perpaduan yang lama dengan yang baru. Dalam timelinearsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern. Kriteriakriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen) 2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. 3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).
3.1. Pengertian Neo Vernakular Arsitektur Vernakular konteks dengan lingkungan sumberdaya setempat yang dibangun oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi sederhana untuk memenuhi kebutuhan karakteristik yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tatanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Dalam pengertian umum, arsitektur Vernacular merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menunjuk arsitektur indigenous kesukaan, tribal, arsitektur kaum petani atau arsitektur tradisional. Pengertian Arsitektur Vernakular sering disamakan dengan Arsitektur Tradisional. Joseph Prijotomo berpendapat bahwa secara konotatif tradisi dapat diartikan sebagai pewarisan atau penerusan norma-norma adat istiadat atau pewarisan budaya yang turun-temurun dari generasi ke generasi.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 28
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
3.1.1. Arsitektur Neo Vernakular Diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak, religi dan lain-lain. Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat. (Leon Krier 1971). Arsitektur Neo-Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan. “pada intinya arsitektur Neo-Vernakular merupakan perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19” Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan-bahan material lokal. Aliran Arsitektur NeoVernakular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan dan menggunakan material bata-bata.
3.1.2. Ciri – Ciri Arsitektur Neo Vernakular Charles Jencks (1990) maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut : 1. Selalu menggunakan atap bumbungan. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan. 2. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal). Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat. 3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 29
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
4. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. 5. Warna-warna yang kuat dan kontras. Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernakular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lelbih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh NeoVernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali. 1. Pemakaian atap miring 2. Batu bata sebagai elemen lokal 3. Susunan masa yang indah Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, dengan ciri-ciri sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen). 2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. 3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).
3.1.3. Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo Vernakular Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci adalah sebagai berikut. 1. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 30
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
2. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. 3. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim. 4. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur. 5. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.
3.1.4. Tinjauan Arsitektur Neo Vernakular Tabel Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular. Perbandingan Ideologi
Tradisional
Vernakular
Neo Vernakular
Terbentuk oleh
Terbentuk oleh tradisi
Penerapan elemen
tradisi yang
turun temurun tetapi
arsitektur yang
diwariskan secara
terdapat pengaruh
sudah ada dan
turuntemurun,berda
dari luar baik fisik
kemudian sedikit
sarkan kultur dan
maupun nonfisik,
atau banyaknya
kondisi lokal.
bentuk perkembangan
mengalami
arsitektur tradisional.
pembaruan menuju suatu karya yang modern.
Prinsip
Tertutup dari
Berkembang setiap
Arsitektur yang
perubahan zaman,
waktu untuk
bertujuan
terpaut pada satu
merefleksikan
melestarikan
kultur kedaerahan,
lingkungan, budaya
unsur-unsur lokal
dan mempunyai
dan sejarah dari
yang telah
peraturan dan
daerah dimana
terbentuk secara
normanorma
arsitektur tersebut
empiris oleh tradisi
keagamaan yang
berada. Transformasi
dan
kental
dari situasi kultur
mengembangkann
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 31
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
homogen ke situasi
ya menjadi suatu
yang lebih heterogen.
langgam yang modern. Kelanjutan dari arsitektur vernakular
Ide Desain
Lebih
Ornamen sebagai
Bentuk desain
mementingkan fasat
pelengkap, tidak
lebih modern.
atau bentuk,
meninggalkan nilainilai
ornamen sebagai
setempat tetapi dapat
suatu keharusan.
melayani aktifitas masyarakat didalam
Table 1 Perbandingan Arsitektur Ttradisional, Vernakular dan Neo Vernakular Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo
Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular Perbandingan Pengertian
Regionalisme
Neo Vernakular
Region adalah daerah dan Isme
Neo berarti baru, masa
adalah paham, jadi faham
peralihan dan vernakular
bersifat kedaerahan
adalah Native/asli/bahasa setempat, jadi peralihan dari bentuk setempat
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 32
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Ideologi
Menciptakan arsitektur yang
Fokus kepada penerapan
kontekstual yang tanggap
elemen arsitektur yang sudah
terhadap kondisi lokal dan
ada dari hasil vernakular dan
senantiasa mengacu pada
kemudian sedikit atau
tradisi, warisan sejarah serta
banyaknya mengalami
makna ruang dan tempat
pembaruan menuju suatu karya yang modern.
Prinsip
Mengarah pada pemenuhan
Arsitektur yang bertujuan
kepuasan dan ekspresi jati diri
melestarikan unsur-unsur lokal
yang mengacu pada masa lalu,
yang telah terbentuk secara
sekarang dan masa yang akan
empiris oleh tradisi dan
datang dan masih tergantung
mengembangkannya menjadi
padavernakularisme
suatu langgam yang modern dan kelanjutan dari arsitektur vernakular.
Konsep
Masih cenderung hanya meniru
Bentuk desain lebih modern
Desain
bentuk fisik, ragam dan gaya-
dan mencoba menampilkan
gaya tradisional yang sudah
karya baru.
dimiliki oleh masyarakat setempat. Kriteria
Menggunakan bahan bangunan
Bentuk-bentuk menerapkan
lokal dengan teknologi modern.
unsur budaya, lingkungan
Tanggap dalam mengatasi pada kondisi iklim setempat Mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan
termasuk iklim setempat diuungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)
tempat
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 33
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Mencari makna dan substansi
Tidak elemen fisik yang
cultural, bukan gaya/style
diterapkan dalam bentuk
sebagai produk akhir
modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religius dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilaan visualnya)
Table 2 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular Sumber : Aplikasi regionalism dan Neo Vernakular dalam desain bangunan. Agus Dharma dan Hasan Sadli
3.1.5. Contoh Bangunan Neo Vernakular Tajong Jara Resort
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 34
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 1 Tajong Jara Resort Sumber : Home DSGN, 2016
Tanjong Jara Resort adalah tempat perlindungan mewah dan kesejahteraan mendalami tradisi Melayu kuno. Dirancang untuk mencerminkan keanggunan dan kemegahan 17 istana Melayu abad, Tanjong Jara adalah sebuah resor 99 kamar dengan otentik semangat wilayah dan perwujudan abadi dari seni Melayu lembut pelayanan dan keramah tamahan. Filosofi Resort adalah sebagai unik sebagai Resort sendiri. Berdasarkan konsep Melayu Suci Murni, yang menekankan kemurnian semangat, kesehatan dan kesejahteraan, Tanjong Jara mendorong peremajaan benar baik tubuh dan jiwa. Tanjong Jara adalah kesempatan untuk menarik diri dari tekanan dunia yang selalu berubah ini dengan menawarkan untuk melibatkan diri di tempat ketenangan dan Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 35
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
keindahan. Otentik dalam arsitektur dan sikap, selalu hangat dan ramah, itu adalah sebuah lingkungan untuk melepaskan, untuk bersantai dalam dan mengambil waktu untuk menemukan kembali.
3.2. Tinjauan Arsitektur Jogjakarta 3.2.1. Arsitektur Jawa-Jogjakarta Arsitektur Jogjakarta merupakan arsitektur Jawa yang digunakan oleh masyarakat Jawa di Jogjakarta. Arsitek Jawa telah ada dan berlangsung selama paling tidak 2.000 tahun. Arsitektur Jawa kuno dipengaruhi oleh kebudayaan India bersamaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Jawa. Wilayah India yang cukup banyak memberi pengaruh terhadap Jawa adalah India Selatan, Ini terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir menyerupai candi yang ada di Jawa. Arsitektur jawa pada umumnya mengacu kepada relief-relief pada candi-candi hindu-budha di dataran Jawa. Pada relief Candi Borobudur misalnya, tampak bahwa rumah di Jawa digambarkan berkolong tinggi dan cenderung persegi panjang daripada bujur sangkar sehingga lebih mirip rumah panggung. Bentuk atap rumah yang berarsitektur Jawa terdiri dari tipe tajug, joglo, limasan dan kampung (atap pelana) (Wikipedia.org). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Tradisional Jogjakarta merupakan arsitektur jawa pada umumnya yaitu suatu bangunan arsitektur atau tempat tinggal orang jawa yang filosofi, kosmologi serta cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun untuk melakukan aktivitas mereka.
Gambar 2 Bentuk Arsitektur Rumah Jawa pada Relief Candi Sumber: Sukirman Dharmamulya
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 36
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Arsitektur Jawa banyak dipengaruhi oleh konsepsi dan filsafat bangunan India. Sedangkan arsitektur India sendiri, selain mendapat inspirasi dari alam juga dipengaruhi oleh tradisi oriental. Pengaruh ini antara lain terdapat pada atap yang menjadi bagian terpenting dalam bangunan, seperti hanya dalam arsitektur Cina. Berbagai ornamen diletakan pada dinding, mengekspresikan kehidupan religius. Selain pengaruh nilai-nilai spiritual yang menentukan dalam proses pembangunan rumah, sebenarnya masih banyak hal yang menentukan bangunan nilai tradisional. Arsitektur tradisional sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat baik berupa iklim, bahan maupun cara pembangunannya. Disamping itu juga dipengaruhi kebudayaan setempat seperti agama atau kepercayaan, pola hidup, keadaan sosial dan sebagainya (Wahyudi, 2009).
3.2.2. Ragam Bentuk dan Filosofi Bangunan Masyarakat Jawa mengenal beberapa istilah untuk menyebut rumah, antara lain omah, pomah, dan dalem. Masyarakat Jawa mengenal beberapa istilah untuk menyebut rumah, antara lain omah, pomah, dan dalem. Secara garis besar, rumah tradisional Jawa dapat dibedakan menjadi bentuk panggang-pe, kampung, limasan, tajug, dan joglo (Wahyudi, 2009). Masing-masing bentuk mengalami perkembangan berupa penambahan elemen-elemen bangunan. Berikut ini adalah bentuk ragam rumah tradisional Jawa: 1. Rumah bentuk Panggang-pe Berasal dari kata panggang (dipanaskan diatas bara api) dan epe (dijemur sinar matahari). Ragam ini banyak digunakan sebagai tempat menjemur daun teh, ketela pohon dan lain-lain. Merupakan ragam arsitektur yang paling tua dan sederhana, dapat diketahui dari relief pada dinding candi Borobudur dan Prambanan, terbentuk dari empat tiang dengan satu bidang atap persegi panjang yang lereng 2. Rumah bentuk Kampung
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 37
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Berasal dari bahasa Jawa yang berarti desa atau dusun. Merupakan ragam arsitektur yang setingkat lebih sempurna dari pada Panggang-pe, dengan denah persegi panjang bertiang empat, dua bidang atap lereng yang dipertemukan pada sisi atasnya dan ditutup dengan “tutup keyong”. Pada masa lampau ada anggapan bahwa yang menggunakan ragam kampung adalah kalangan bawah yang kurang mampu. Akan tetapi dewasa ini digunakan untuk 12 berbagai macam bangunan (rumah tinggal, kantor, sekolah) bagi segenap lapisan masyarakat. 3. Rumah bentuk Limasan Mempunyai denah empat persegi panjang, dengan empat bidang atap. Yang dua bidang berbentuk segi tiga samakaki yang disebut Kejen atau Cocor,
sedang
dua
bidang
lainya
disebut
Brunjung.
Dalam
perkembangannya, bentuk Limasan pokok tersebut diberi tambahan pada sisi-sisinya yang disebut Empat Emper. Terciptalah berbagai jenis Limasan. Ragam ini banyak digunakan baik untuk rumah rakyat, rumah bangsawan, regol, bangsal, maupun fungsi-fungsi baru seperti rumah sakit, sekolah, kantor, dan lain-lain. 4. Rumah bentuk Masjid dan Tajug Mempunyai denah bujur sangkar dengan empat tiang dan empat bidang atap yang bertemu di satu bidang titik puncak yang runcing. Ragam ini banyak digunakan untuk bangunan yang sakral seperti cungkup, makam, langgar dan masjid, sebagaimana kita ketahui bentuk masjid di Jawa, berbeda dengan masjid di negara lain, mempunyai bentuk tradisional yang menyatu dengan lingkungan setempat di sekitarnya. Menandakan bahwa masyarakat Jawa cukup kuat dalam menangkal pengaruh dari luar. 5. Rumah bentuk Joglo Merupakan ragam arsitektur yang paling sempurna dan canggih, dengan ukuran yang lebih besar dari dibandingkan ragam-ragam yang lain. Ciri umum bentuk bangunan Joglo adalah empat tiang di tengah yang disebut Saka Guru, dan digunakanya blandar bersusun yang disebut tumpang sari. Pada masa lampau ragam Joglo hanya diperkenankan untuk rumah kaum bangsawan, istana raja dan pangeran, serta orang yang terpandang saja.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 38
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Akan tetapi dewasa ini digunakan oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi lain seperti gedung pertemuan dan kantor-kantor. Gambar 3 Ragam Bentuk Rumah Arsitektur Jawa Sumber: Wahyudi, 2009
Perbedaan bentuk pada rumah Jawa menunjukkan status sosial, sedangkan persamaan dalam susunan ruang menandakan adanya pandangan hidup yang diwujudkan melalui aturan-aturan dalam kehidupan rumah tangga. Pada bentuk ruang dalam, rumah Jawa yang ideal paling tidak terdiri dari dua atau tiga unit bangunan, yakni pendopo (ruang untuk pertemuan), pringgitan (ruang untuk pertunjukan) dan dalem (ruang inti keluarga). Dalem dibedakan menjadi bagian luar yang disebut dengan emperan serta bagian dalam yang tertutup dinding. Bagian dalam terdiri dari dua bagian (depan dan belakang) atau tiga bagian (depan, tengah dan belakang). Bagian belakang terdiri atas sentong kiwo, sentong tengen serta sentong tengah. Orientasi bangunan adalah arah selatan (Tjahjono, 1990).
Gambar 4 Bentuk Struktur Pembagian Ruang Dalam Rumah Adat Jawa Sumber: Dakung, Arsitektur Tradisional DIY (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1982)
1. Pendapa, difungsikan sebagai tempat melakukan aktivitas yang sifatnya formal (pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya). Meskipun terletak di bagian depan, pendapa bukan merupakan ruang penerima yang mengantar orang sebelum memasuki rumah. Jalur akses masuk ke rumah yang sering terjadi adalah tidak dari depan melalui pendapa, melainkan justru memutar melalui bagian samping rumah 2. Pringgitan, lorong penghubung (connection hall) antara pendapa dengan omah njero. Bagian pringgitan ini sering difungsikan sebagai tempat pertunjukan Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 39
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
wayang kulit / kesenian / kegiatan publik. Emperan adalah teras depan dari bagian omah-njero. Teras depan yang biasanya lebarnya sekitar 2 meter ini merupakan tempat melakukan kegiatan umum yang sifatnya nonformal. 3. Omah-njero, kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal. 4. Senthong-kiwa, dapat digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai tempat penyimpanan beras dan alat bertani. 5. Senthong tengah (krobongan), sering juga disebut sebagai boma, pedaringan, atau krobongan. Dalam gugus bangunan rumah tradisional Jawa, letak senthong-tengah ini paling dalam, paling jauh dari bagian luar. Senthongtengah ini merupakan ruang yang menjadi pusat dari seluruh bagian rumah. ruang ini seringkali menjadi “ruang pamer” bagi keluarga penghuni rumah tersebut.Sebenarnya senthong-tengah merupakan ruang yang sakral yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara / ritual keluarga. Tempat ini juga menjadi ruang penyimpanan benda-benda pusaka keluarga penghuni rumah. 6. Senthong-tengen, fungsinya sama dengan sentong kiwa 7. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang bangunan inti. Bentuk rumah dan filosofi dari banyaknya ragam rumah tradisional Jogjakarta diketahui memiliki keterkaitan dan persamaan dengan arsitektur candi. Berbagai macam bentuk rumah dan atap bangunan pada arsitektur tradisional Jawa-Jogjakarta ditemukan serta diterapkan juga pada relief candi-candi di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta seperti gambar dibawah ini.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 40
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 5 Aneka Bentuk Rumah Arsitektur Tradisional Jawa-Jogjakarta Sumber: Tjahja Tribinuka dalam Wibowo,2011
Selain bentuk rumah dan atap bangunan tersebut diketahui juga bangunan arsitektur tradisional Jawa-Jogjakarta memiliki persamaan terkait konsep TRILOKA, yaitu pembagian 3 zona (kepala, badan dan kaki), sebagai personifikasi dari penghuninya yaitu lahir-hidup-mati atau: bhùrloka (bumi), bhuvaáloka (langit) dan svaáloka (sorga). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini,
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 41
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 6 Konsep Triloka pada Candi dan Rumah Tradisional Jogjakarta Joglo Sumber: http://augiedyani.blogspot.co.id
3.3. Study Banding 3.3.1. Amanjiwo Resort Hotel Amanjiwo Resort Hotel merupakan bangunan resort monumental yang dibangun di tengah-tengah alam dengan menggunakan batu kapur atau gamping dan terinspirasi dari budaya Jawa Tengah. Terletak di kawasan wisata Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah. Nilai konteks dengan lingkungan sekitar sangat terasa apabila pengunjung memasuki kawasan resort ini. Anggapan kuno dalam pemakaian konsep budaya lokal tidak terbukti dan hal ini membalikkan fakta bahwa arsitektur nusantara bisa di kolaborasikan dengan arsitektur masa kini. Kejujuran dalam desain
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 42
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
mempengaruhi tata nilai ruang yang nampak dalam konsep hirarki ruang, proporsi dan skala manusia (Lestari, 2010). Amanjiwo Resort Hotel dibangun oleh suatu jaringan kelompok perusahaan bertaraf international amanresort yang bergerak di bidang perhotelan yang memiliki kantor pusat di Singapura, yaitu Amanresort Corporate Office dan arsitek; Ed Tuttle. Amanjiwo itu sendiri memiliki arti jiwa yang tenang, berasal dari bahasa lokal daerah Jogjakarta yang juga menjadi pencitraan hotel Amanjiwo (Johan, 2013).
Gambar 7 Amanjiwo Resort Hotel, Borobudur, Magelang Sumber: Google.co.id
Pola massa bangunan membentuk setengah lingkaran dengan bangunan utama sebagai pusatnya. Peletakan massa bersifat menyebar. Berikut ini merupakan gambar site plan dari Amanjiwo Resort Hotel.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 43
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 8 Site Plan Amanjiwo Resort Hotel Sumber: Google.co.id
Amanjiwo Resort Hotel mempunyai 36 kamar tersebar di luar bangunan utama. Kamar-kamar ini berantai membentuk dua bangunan melengkung seperti sabit. Di antaranya, tercipta sebuah gang dari batu yang menghubungkan kamar dengan bangunan utama dan Pool Club. Di sudut jauh dari resor, dirancang lebih tenang terdapat Dalem Jiwo, sebuah ruang pribadi yang luas. Delapan kamar di antaranya memiliki pemandangan bukit Menoreh dan berteraskan tanah perkebunan, sedangkan 12 Delux Suites menawarkan pemandangan indah Borobudur dan lembah-lembah dari perbukitan sekitarnya. Kamar-kamar menonjolkan lantai terrazzo, atap-atap yang tinggi dan berbentuk kubah, serta pintu kaca geser yang terbuka menghadap teras taman dengan pemandangan langsung ke Candi Borobudur (Lestari, 2010). Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 44
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 9 Deluxe Suites dan Dalem Jiwo Suites Sumber: Google.co.id
Di sekeliling hotel Amanjiwo, pengunjung disuguhkan pemandangan alam yang asri Bukit Menoreh. Sementara di barat terdapat Gunung Sumbing dan Sundoro. Sedangkan di timur tampak kemegahan Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. Letak hotel yang terpencil memberikan kenyamanan dan sensasi tersendiri untuk setiap pengunjungnya, keamanan dan privasi juga sangat di jungjung tinggi di hotel ini, dimana masyarakat sekitar juga bekerjasama dengan pihak hotel untuk membantu memberikan keamanan. Hotel ini memiliki akses khusus ke Borobudur sehingga setiap pengunjung tidak perlu berdesak-desakan dengan banyak orang lain yang ingin melihat pemandangan matahari terbit dan terbenam. Memiliki gaya desain neoklasik jawa dan memiliki konsep yang terinspirasi dari candi Borobudur, sehingga membuat setiap pengunjung akan selalu teringat dengan pengalaman singkatnya berada di amanjiwo. Setiap cottage dibuat terbuka untuk mengekspose pemandangan sawah sekitar, langit, candi Borobudur dan bukit sekitar hotel, mempertunjukan keindahan pemandangan sekitar.
Gambar 10 Aerial View Amanjiwo Resort Hotel Sumber: Soogle.co.id
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 45
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Resort hotel ini juga di peruntukan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin berwisata ke lokasi candi Borobudur. Di sisi lain, hotel juga dapat berfungsi untuk melakukan perjalanan khusus ke bukit sekitar dan perkampungan sekitar untuk memperdalam pengetahuan mengenai Borobudur dan tradisi lokal daerah Jogjakarta. Berikut ini merupakan bagan pola aktifitas pemakai hotel adalah sebagai berikut:
Gambar 11 Pola Aktifitas Pengungjung dan Tamu
Gambar 12 Pola Aktifitas Pengelola dan Karyawan Sumber: Johan, 2013
3.3.2. Maya Ubud Bali Hotel Resort Dirancang oleh arsitek Budiman Hendropurnomo PT. Duta Cermat Mandiri. Maya Ubud Resort & Spa adalah kombinasi dari konsep-konsep baru dan tradisional dalam desain tradisional bali. Konsep yang lebih kuno diaplikasikan melalui lanskap dan arsitektur setelah terinspirasi oleh pengetahuan tradisional Bali dan orientasi desa sepanjang sumbu suci utara-selatan (kaja-kelod), yang menghubungkan pegunungan di tengah pulau, alam para dewa (kaja), ke arah laut serta sekitarnya. Konsep desain Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 46
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Maya Ubud Resort & Spa adalah perayaan budaya dan warisan Bali. Material kayu daur ulang dengan bahan-bahan alami modern dipakai untuk membuat interior yang unik, kaya, dan berkarakter (dentoncorkermarshall.com).
Gambar 13 Lokasi Maya Ubud Bali Hotel Resort Sumber: Google Map 2016
Mengharmonikan unsur modern dan tradisional yang diterapkan, villa-villa atau bangunan kamar pada resort ini mengikuti kontur tanah serta lingkungan yang kaya pesona. Upaya ini juga semakin mengangkat nilai bangunan villa-villa. Resort ini berada di ketinggian perbukitan dan diapit dua sungai, yakni sungai Petanu dan sungai Batuan.
Gambar 14 Aerial View MUB Hotel Resort Sumber: Google.co.id
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 47
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 15 SIte Plan MUB Hotel Resort Sumber: MUB Hotel Resort Official Website
Lokasi resort ini diapit dua sungai terletak di perbukitan di atas lembah sungai Petanu yang kemudian secara dramatis menurun di arah Selatan menyentuh pinggir sungai. Selain itu, berbatasan dengan dinding terjal yang di bagian atasnya terhampar tanaman pohon kelapa dan pohon lainnya.
Gambar 16 Interior dan Pendopo MUB Hotel Resort Sumber: buildingindonesia.co.id
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 48
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Resort ini hadir pada hamparan perbukitan tanah Ubud yang berkontur. Berada di punggung bukit yang memanjang dengan villa-villa dibelah jalan dengan pemandangan sawah dan dinding bukit. Letak villa yang mengikuti bentuk kontur perbukitan terlihat lebih rendah yang tampak hanya barisan atap alang-alang bila dilihat dari jalan (buildingindonesia.co.id).
Gambar 17 Kamar-Kamar pada MUB Hotel Resort Sumber: buildingindonesia.co.id
Ke-60 villa atau kamar beratapkan alang-alang dikelompokkan menjadi tiga bagian terinspirasi oleh desa-desa tradisional di Bali seperti desa Tanganan di Bali Timur. Atap alang-alang yang diikat oleh bambu, dan paras yang melapisi setiap villa arsitektur Bali menjadi komponen utama dari villa. Kemudian ditambahkan dengan kayu yang didaur ulang sebagai material dasar untuk desain furniture moderen. Meja dan rak barang terbuat dari kayu jati yang didaur ulang diambil dari tatakan kayu kereta api dari Jawa. Pigura kaca diambil dari roda dokar, sofa-sofa menggunakan kayu tua yang tadinya digunakan untuk membajak sawah. Berbagai unsur modern diselipkan di antara unsur tradisional, seperti di area lobby, accommodation wing, swimming pool utama, dan restoran utama. Lansekapnya didesain minimalis untuk menghargai keindahan alam sekitar.
Gambar 18 Interior Kamar MUB Hotel Resort Sumber: buildingindonesia.co.id
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 49
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Hal-hal yang kontras juga ditemukan di berbagai area resort seperti kebun yang dibuat alami di area villa dan kebun yang tertata rapi di area utama, permainan dari warna-warni alami dan kontras seperti kuning, begitu juga permainan tekstur halus dan kasar. Untuk bersantap, tersedia River Café yang berada di atas kolam renang serta sungai Petanu. Nuansa natural berpadu dengan alam yang asri berlatar belakang sungai dengan peophonan tropis (buildingindonesia.co.id).
Gambar 19 Swimming Pool dan River Cafe MUB Hotel Resort Sumber: MUB Hotel Resort Official Website
3.3.3. Movenpick Heritage Hotel Mövenpick Heritage Hotel adalah hasil dari konservasi dua bangunan praperang tiga lantai yang terletak di pulau Sentosa, Singapura. Bangunan ini memiliki warisan yang kaya dari pasukan militer menjadi bagian dari barak militer yang ada dibangun pada tahun 1940, juga diadakan perbedaan perumahan Pertama Melayu Artileri Resimen Singapura (Design in Print by DP Architect, 2013).
Gambar 20 Tampak Depan Movenpick Heritage Hotel Sumber: cheryltiu.com Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 50
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 21 Ground Plan Movenpick Heritage Hotel Sumber: Design in Print by DP Architect 2013
Klien menantang tim desain untuk mewujudkan warisan situs dan menciptakan pengalaman perhotelan unik dan cocok untuk figur Hotels & Resorts Mövenpick. Tim desain menggali jauh ke dalam warisan sejarah Singapura dan sejarah Kolonial yang kaya untuk mengilhami hotel dengan campuran tradisi serta modernitas. Dimulai dengan arsitektur, pintu warisan diberi hidup baru, dan kisi-kisi ventilasi dipulihkan dan digunakan untuk menyembunyikan layanan. perencanaan ruang yang kreatif memikirkan untuk membawa kembali suasana komunal barak kolonial dengan menciptakan hubungan ruang seluruh wilayah makanan dan minuman di lantai pertama. Desain yang menampilkan pilar kolonial, hijau dan batu terpahat adalah campuran dari hardscape dan softscape; tradisi & modernitas.
Gambar 22 Whisky Bar dan Ruang Kamar Movenpick Heritage Hotel Sumber: Design in Print by DP Architect 2013 Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 51
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Kombinasi dari fungsi kamar, The Whisky bar di sisi timur dan Tablescape di sisi barat menciptakan pengalaman bersantap yang eklektik untuk tamu dan pengunjung. Kamar fungsi luas tumpah melalui beranda ke Merlion Terrace, dan dapat dengan mudah dikonfigurasi ulang untuk pengalaman bersantap yang dipesan lebih dahulu intim dengan acara-dapur, untuk seminar bisnis atau pengaturan perjamuan. Whyski bar ini juga cocok untuk bersantai di atas meja kayu besar yang diasah dari batang pohon asli tunggal. kursi sepeda vintage yang terkesan kembali ke zaman dulu yang ditampilkan di pintu masuk serta galleria.
Gambar 23 Ruang Terbuka Antar 2 Massa Movenpick Herutage Hotel dan Merlion Terrace Sumber: Design in Print by DP Architect 2013
Bekas ruang penghubung antara dua massa bekas barak yang direvitalisasi ke dalam ruang tiga-volume dibingkai oleh pola kisi yang dirancang dengan cerdik dan terinspirasi oleh butir beras, pokok lokal dan regional. Pola-pola ini dibawa melalui ke galleria linkway dimana cahaya dapat masuk melalui layar dan menciptakan efek lembut (belang-belang). Perhatian terhadap detail menjadi kontributor kunci keberhasilan dari desain interior. Dengan citra mengunjungi atau tinggal di rumah manor relatif favorit dalam pikiran, desainer diproyeksikan diri mereka sebagai warga potensial, dan berusaha untuk menciptakan pengalaman sensorik dari gaya hidup mewah di tahun 1940-an. Menyampaikan keanggunan tepat waktu dalam bahasa nenek moyang terdahulu, artefak warisan lokal yang kaya diperkenalkan untuk memikat para tamu dengan sentimentalitas dan keakraban.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 52
Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Heritage Hotel & Convention Arsitektur Neo Vernakular
Gambar 24 Interior Movenpick Heritage Hotel Sumber: Design in Print by DP Architect 2013
Arah desain dilakukan melalui dari konsep untuk implementasi sampai ke pementasan interior, serta skema warna untuk operasi sehari-hari dari hotel. Pemilihan tanaman untuk tampilan seluruh hotel juga diberi perhatian khusus, di mana para desainer dihindari pengaturan pusat yang megah khas, tetapi sebaliknya memilih hardy, kebun belakang berbagai tanaman lokal dalam pengaturan cluster, seperti bagaimana nyonya rumah akan dilakukan di masa lalu. Secara keseluruhan, Mövenpick Heritage Hotel pengalaman adalah tentang merayakan lokus jenius, tenun konteks dan budaya untuk menciptakan rasa akrab untuk relaksasi dan kenikmatan para tamu.
Program Studi Arsitektur-Universitas Mercu Buana
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
| 53