DESAIN DAN UJITEKNIS SISTEM KONTROL WATER CHILLER BERBASIS SISTEM AKTUASI ELEKTRIS MENGGUNAKAN DIODA SEBAGAI SENSOR LINIER DAN QUAD OP-AMP (Design and Technical Test of Water Chiller Control System Based On Electrics Actuator by Using Diode as Linier Sensor and a Quad OP-AMP) Muhammad Makky
A
1)
ABSTRACT
Control system was made and applied on a water chiller using electrics actuator technology. The control system could monitor and control cooling operation for different kind of water chiller with least error; it means that the system has good realibility while operated. Electrics actuation technology that applied for this control system make it possible for the control system to determined different types of control methods that only suit for a certain type of water chiller. Every water chiller has its own unique specification and operation procedure. It depends on its design and basical function. A water chiller is commonly used to cool circulater water in loop. The water ussualy used to cool agricultural product such as vegetables, fruits or even aquaculture products like fishes and shrimp. A water chiller basically assembled from a water pump, water tank, heat exchanger, refrigerant system, temperature control and an internal closed water circuits made form plumb or pipe. The water chiller will decrease the water temperature in the tank, by circulating the water in the tank using a water pump. The circling water controlled by a bidirectional valve, where every parts controlled by the control system using an electrics actuation system. The whole control system adopted closed loop control system. Key Words: Water Chiller, Control System, Electrics Actuation, Sensor, Amplifier, Cooling
1
Staff Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dengan diperkenalkannya peralatan elektronika yang melengkapi peralatan industri modern, maka kebutuhan akan peralatan sistem kontrol dan sensor yang berbasis elektronik semakin meningkat pada tiaptiap tahunnya. Dengan ditemukannya peralatan elektronik berupa transistor dan IC (Integrated Circuit) menimbulkan perubahan yang mencolok dalam hal wujud, ukuran, kecepatan operasi, dan kemampuan perlengkapan elektronila modern. Kebutuhan akan perangkat sensor dan kontrol berbasis elektronika pada industri disebabkan karena adanya kebutuhan untuk menganti peralatan pada industri yang telah menua maupun penggantian komponen untuk meningkatkan kapasitas serta mutu dai hasil produksi. Perancangan dan pengujian dari suatu rangkaian sistem kontrol peralatan industri mutlak diperlukan untuk menanggapi kebutuhan ini. Pada umumnya, pengukuran suhu yang dilakukan pada segment industri masih menggunakan peralatan manual yang sederhana. Sehingga kecepatan dan ketelitian dari peralatan ini sangat dipengaruhi oleh faktor manusia sebagai operatornya. Oleh sebab itu maka pada tulisan berikut ini akan dibahas mengenai suatu rangkaian sistem kontrol sederhana berbasis suatu sensor suhu. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuat suatu rangkaian sensor suhu yang dapat digunakan untuk mengontrol suatu mesin pendingin listrik, serta melakukan pengujian terhadap peralatan kontrol beserta sensornya. BAHAN DAN METODE BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan untuk adalah Komponen elektronika yang terdiri dari resitor, potensio, trimpod, kapasitor, elco, dioda, transistor, IC 723, IC 3900, relay, adaptor, papan PCB, kabel pita, isolator listrik,es, dan air. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah : multimeter digital, solder, pinset, tang, gunting, termometer digital, bejana air, dan satu unit water chiller. METODE Dalam sirkuit ini, sebuah dioda silikon digunakan sebagai sensor suhu. Tegangan pada dioda silikon menurun sekitar 2 mili volt setiap satu derajat celcius, dengan demikian suhu dioda dapat ditentukan dengan mengukur tegangannya. Sebagai sensor suhu, dioda memiliki keunggulan yaitu linieritasnya yang tinggi dan konstanta waktunya rendah. Berhubung tegangan dioda harus diukur dengan sangat teliti, diperlukan sebuah sumber referensi yang stabil. Pilihan yang tepat adalah penggunaan stabiliser tegangan IC 723. Walaupun nilai tegangan absolut dari tegangan zener IC ini bervariasi antara IC 723 yang satu dengan yang lainnya, koefisien suhunya sangat rendah (sekitar 0.003% per derajat celcius). Lebih lanjut IC 723 dapat digunakan untuk menstabilkan suplai 5 Volt untuk seluruh sirkuit ini. Sebagai catatan perlu diingat bahwa nomor-nomor kaki dalam sirkuit ini berkaitan dengan IC 723 Versi DIL (Dual In Line). IC kedua adalah IC LM 3900, berisi empat amplifier, tetapi hanya dua amplifier saja yang digunakan disini. Kedua OP-AMP ini tidak beroperasi seperti biasanya, tetapi lebih berfungsi sebagai penghasil arus dari pada penghasil tegangan. Masukan dapat dianggap tepat sebagai basis dalam suatu transistor (BC 547 B) dalam konfigurasi common emitter. Karena itu tegangan masukkan selalu sekitar 0.6 Volt. R1 (39 Kohm) dihubungkan ketegangan referensi dan karena itu arus yang konstan akan mengalir melaluinya. Berdasarkan pada penguatan loop tertutup yang tinggi, OP-AMP akan menyetel sendiri keluarannya. Sehingga arus yang besarnya sama akan mengalir menuju kaki balik (inverting)nya, dan arus yang melalui dioda (D1) akan tetap konstan. Pengaturan ini diperlukan karena dioda merupakan (dalam efeknya) sebuah sumber tegangan dengan resistansi dalam yang terbatas, dan adanya variasi arus yang mengalir didalamnya dengan sendirinya akan menghasilkan perubahan tegangan yang akan menyebabkan kesalahan dalam interpretasi sebagai akibat adanya perubahan suhu. Tegangan keluaran pada kaki 4 menjadi sama dengan tegangan pada masukkan baliknya ditambah tegangan pada dioda (tegangan dioda ini bervariasi terhadap suhu). C3 (100nF) digunakan untuk menghindari osilasi. Kaki 1 dari IC 2B (LM 3900) dihubungkan dengan tegangan referensi yang tetap dan karenanya arus yang konstan mengalir melalui kaki masukkan tak balik. Masukan balik dari IC 2B dihubungkan melalui R2 (10 Kohm) dengan keluaran IC 2A (kaki 4), dengan demikian ia dikendalikan oleh suatu arus yang dipengaruhi oeh suhu. IC 2B menguatkan perbedaan arus diantara kedua masukannya sedemikian rupa sampai variasi tegangan keluarannya (kaki 5) dapat diukur dengan mudah menggunakan sebuah volt meter dengan kisaran 5-10 V (fsd). Jika sebuah amperemeter digunakan, maka hokum ohm harus digunakan
untuk menghitung resistansi yang akan dipasang seri. Jika amperemeter mempunyai simpangan penuh 100 uA dengan resistansi dalamnya 1200 Ohm, maka resistansi total untuk mendapatkan fsd sebesar 10 Volt adalah 10 V/ 100uA = 100 Kohm. Karena itu, R5 harus sebesar 100Kohm-1K2 Ohm = 98.9 Kohm atau standar resistansi yang terdekat adalah 100 Kohm. Untuk pengkalibrasian titik O, pertama kali di tentukan dengan mengatur P1 (P 50 Kohm). Untuk itu sensor suhu dicelupkan ke dalam gelas yang berisi es yang sedang mencair. Untuk menyetel fsd dilakukan dengan mengatur P2 (P 1 Mohm). Untuk itu dioda dimasukkan kedalam air yang sedang mendidih atau air yang secara bersamaan diukur suhunya menggunakan termometer standar. Mulai Persiapan alat dan bahan
Perangkaian Sensor Pengujian sensor
Baik ?
Tidak
Perbaikan Sensor
Ya Persiapan Pengukuran Pengamatan Selesai Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian Adaptor yang digunakan terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan. Voltase yang dibutuhkan adalah 5 volt, sedangkan voltase yang tersedia adalah 1.5 v, 3v, 6v, 9v, dan 12 v. untuk itu maka voltase dari adaptor harus diturunkan dengan menggunakan rangkaian pembagi arus, kemudian rangkaian untuk sensor dirakit sesuai dengan bagan, selanjutkan dilakukan uji coba untuk mengetahui apakah rangkaian tersebut bekerja sesuai dengan yang diinginkan atau terdapat kesalahan pada komponen atau pada proses perakitan. Kemudian rangkaian sensor dihubungkan dengan catu daya dari adaptor. Sensor yang digunakan, yaitu Dioda IN 4148 dimasukkan kedalam bejana berisi air bersama dengan Termometer Alkohol sebagai kalibrator, dan rangkaian sensor di hubungkan dengan Multimeter Digital untuk mengetahui besaran tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian. Relay pada rangkaian sensor dihubungkan dengan water chiller sebagai control ON-OFF dari alat tersebut. Kemudian water chiller dijalankan lalu dicatat perubahan Voltase yang terjadi pada rangkaian. Juga perlu diamati pada Voltase berapa water chiller mati dan nyala kembali. HASIL DAN PEMBAHASAN Rangkaian system kontrol berbasis suhu yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2. dibawah ini. Dalam sirkuit ini, sebuah dioda silikon digunakan sebagai sensor suhu. Tegangan pada dioda silikon menurun sekitar 2 mili volt setiap satu derajat celcius, dengan demikian suhu dioda dapat ditentukan dengan mengukur tegangannya. Sebagai sensor suhu, dioda memiliki keunggulan yaitu linieritasnya yang tinggi dan konstanta waktunya rendah. Berhubung tegangan dioda harus diukur dengan sangat teliti, diperlukan sebuah sumber referensi yang stabil. Pilihan yang tepat adalah penggunaan stabiliser tegangan IC 723. Walaupun nilai tegangan absolut dari tegangan zener IC ini bervariasi antara IC 723 yang satu dengan yang lainnya, koefisien suhunya sangat
rendah (sekitar 0.003% per derajat celcius). Lebih lanjut IC 723 dapat digunakan untuk menstabilkan suplai 5 Volt untuk seluruh sirkuit ini. Sebagai catatan perlu diingat bahwa nomor-nomor kaki dalam sirkuit ini berkaitan dengan IC 723 Versi DIL (Dual In Line). BC 547 B
5V + 12
11
+ Vc IC LM 723
7
5
10
6
6.8 Ohm 4K7 Ohm
2 Vout c1
3
13 CS
3K3 Ohm
4
470 pF 6K8 ohm
0
100nF
220 P1 Kohm Mohm
IN 4148 14 3
IC LM 39 Kohm 3900 2 7 47 uF/16 V
10 Kohm 6
4
P 47 Kohm
5 1 IC LM 3900 82 100 Kohm Kohm
IN 4148 M relay
Gambar 2. Pengontrol Suhu Dengan Sensor Dioda IC kedua adalah IC LM 3900, berisi empat amplifier, tetapi hanya dua amplifier saja yang digunakan disini. Kedua OP-AMP ini tidak beroperasi seperti biasanya, tetapi lebih berfungsi sebagai penghasil arus dari pada penghasil tegangan. Masukan dapat dianggap tepat sebagai basis dalam suatu transistor (BC 547 B) dalam konfigurasi common emitter. Karena itu tegangan masukkan selalu sekitar 0.6 Volt. R1 (39 Kohm) dihubungkan ketegangan referensi dan karena itu arus yang konstan akan mengalir melaluinya. Berdasarkan pada penguatan loop tertutup yang tinggi, OP-AMP akan menyetel sendiri keluarannya. Sehingga arus yang besarnya sama akan mengalir menuju kaki balik (inverting)nya, dan arus yang melalui dioda (D1) akan tetap konstan. Pengaturan ini diperlukan karena dioda merupakan (dalam efeknya) sebuah sumber tegangan dengan resistansi dalam yang terbatas, dan adanya variasi arus yang mengalir didalamnya dengan sendirinya akan menghasilkan perubahan tegangan yang akan menyebabkan kesalahan dalam iinterpretasi sebagai akibat adanya perubahan suhu. Tegangan keluaran pada kaki 4 menjadi sama dengan tegangan pada masukkan baliknya ditambah tegangan pada dioda (tegangan dioda ini bervariasi terhadap suhu). C3 (100nF) digunakan untuk menghindari osilasi. Kaki 1 dari IC 2B (LM 3900) dihubungkan dengan tegangan referensi yang tetap dan karenanya arus yang konstan mengalir melalui kaki masukkan tak balik. Masukan balik dari IC 2B dihubungkan melalui R2 (10 Kohm) dengan keluaran IC 2A (kaki 4), dengan demikian ia dikendalikan oleh suatu arus yang dipengaruhi oeh suhu. IC 2B menguatkan perbedaan arus diantara kedua masukannya sedemikian rupa sampai variasi tegangan keluarannya (kaki 5) dapat diukur dengan mudah menggunakan sebuah volt meter dengan kisaran 5-10 V (fsd). Jika sebuah amperemeter digunakan, maka hokum ohm harus digunakan untuk menghitung resistansi yang akan dipasang seri. Jika amperemeter mempunyai simpangan penuh 100 uA dengan resistansi dalamnya 1200 Ohm, maka resistansi total untuk mendapatkan fsd sebesar 10 Volt adalah 10 V/ 100uA = 100 Kohm. Karena itu, R5 harus sebesar 100Kohm-1K2 Ohm = 98.9 Kohm atau standar resistansi yang terdekat adalah 100 Kohm. Untuk pengkalibrasian titik O, pertama kali di tentukan dengan mengatur P1 (P 50 Kohm). Untuk itu sensor suhu dicelupkan ke dalam gelas yang berisi es yang sedang mencair. Untuk menyetel fsd dilakukan dengan mengatur P2 (P 1 Mohm). Untuk itu dioda dimasukkan kedalam air yang secara bersamaan diukur suhunya menggunakan termometer standar. Adaptor yang digunakan terlebih dahulu disesuaikan dengan kebutuhan. Voltase yang dibutuhkan adalah 5 volt, sedangkan voltase yang tersedia adalah 1.5 v, 3v, 6v, 9v, dan 12 v. untuk itu maka voltase dari adaptor harus diturunkan dengan menggunakan rangkaian pembagi arus. DC 12V Pot
AC 220V Adaptor 300 mA AC 0V
10 k
DC 5V
DC 0V
Gambar 3. Rangkaian Catu Daya
Pada Gambar 3. dapat dilihat rangkaian pembagi arus dari adaptor ke rangkaian sensor. Besaran tahanan pada potensio diset sehingga tegangan keluaran yang didapatkan adalah sebesar 5V. Kemudian rangkaian sensor dihubungkan dengan catu daya dari adaptor. Sensor yang digunakan, yaitu Dioda IN 4148 dimasukkan kedalam bejana berisi air bersama dengan Termometer alkohol sebagai kalibrator, dan rangkaian sensor di hubungkan dengan Multimeter Digital untuk mengetahui besaran tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian seperti pada Gambar 4. dibawah ini. 12 V
100 k Vout
relay
0V
Gambar 4. Rangkaian Relay dan Multimeter Pada Sensor Relay pada rangkaian sensor dihubungkan dengan water chiller sebagai control ON-OFF dari alat tersebut seperti pada Gambar 5. dibawah ini. NC
12 V
NO
0V
Relay
AC 220V
Water Chiller
Gambar 5. Rangkaian Hubungan Relay dengan water chiller Hubungan catu daya water chiller dengan kaki Normaly Open (NO) pada relay, menyebabkan water chiller akan terus menyala selama relay aktif. Tetapi pada saat tegangan keluaran dari sensor menurun hingga menjadi lebih kecil dari 0.5 V, maka relay akan mati, sehingga arus listrik ke water chiller akan terhenti. Data hasil pengujian rangkaian sensor suhu yang telah dibuat menggunakan dioda IN 4148 sebagai sensornya dapat dilihat pada Gambar 6. Penggunaan dioda ini disebabkan karakteristiknya dimana tegangan listrik yang melalui dioda akan menurun secara linier bila suhu pada dioda menurun. Pengujian pendahuluan yang dilakukan pada rangkaian sensor suhu ini adalah untuk mencari penurunan voltase dari rangkaian. Pengukuran yang dilakukan memiliki ketelitian sampai dengan satu angka dibelakang koma. Pengujian yang dilakukan pada rangkaian sensor adalah untuk mencari perubahan tegangan dari sensor berdasarkan perubahan suhu. Dengan merubah nilai hambatan yang terdapat pada R1: potensiometer 50k (penguat batas ukur bawah) dan R2: potensiometer 1M (penguat batas ukur atas), dilakukan pengukuran suhu pada bak pendingin water chiller yang sedang bekerja. Untuk mengukur suhu pada bak pendingin tersebut digunakan termometer digital yang memiliki ketelitian pengukuran sampai dengan sepersepuluh oC, sedangkan untuk mengukur keluaran tegangan pada sensor suhu digunakan avometer digital yang memiliki ketelitian pengukuran sampai dengan sepersepuluh volt. Ujung sensor suhu dan sensor termometer ditempatkan saling berdekatan dan direkatkan dengan isolatip agar tidak berubah kedudukannya. Pengukuran dilakukan berulang-ulang dimana setiap pengukuran nilai R1 dan R2 dirubah, serta air pada bak diganti dengan air bersuhu normal (27 oC). Dari beberapa kali pengukuran, nilai perubahan tegangan dari sensor terhadap suhu yang paling baik pada saat nilai R1 sebesar 36.6 k dan nilai R2 sebesar 622 k, dengan nilai perubahan tegangan yang didapat dari sensor adalah sebesar 5.660 oC/volt. Setelah didapat nilai tersebut, maka R1 dan R2 diganti dengan resistor dengan nilai yang sama dari kedua potensiometer tersebut. Selanjutnya dilakukan pengujian kembali sebanyak tujuh kali ulangan, dan
data yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 5. Suhu air yang dapat diukur oleh sensor ini berkisar antara 9 oC sampai 37 oC. Hal ini disebabkan tegangan input yang di berikan berkisar antara 0 volt sampai 5 volt, dimana pada suhu 0 oC keluaran tegangan dari sensor suhu 0 volt, sedangkan pada suhu 37 oC keluaran tegangan dari sensor suhu 5volt. Dari Gambar 6., nilai rata-rata keluaran voltase sensor suhu terhadap perubahan suhu berbentuk linier dengan persamaan: y = 0.1753x - 1.5523, dengan nilai R2= 0.999. Data tersebut menunjukkan bahwa penurunan tegangan terhadap penurunan suhu bersifat linier. Dari persamaan yang didapat, pada saat tegangan keluaran dari sensor adalah 5 volt, maka suhu yang akan ditunjukkan oleh termometer adalah 37.4 oC. Sedangkan pada saat tegangan keluaran sensor 0 volt, maka suhu yang akan terukur oleh termometer adalah sebesar 8.9 oC. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sensor suhu ini adalah catu daya yang dipakai oleh sensor harus sebesar 12V 300mA. Bila catu daya yang digunakan berbeda, maka hasil keluaran tegangan dari sensor belum tentu sama dengan data pada Gambar 6. Pada Gambar 7. dapat dilihat posisi sensor dari rangkaian sensor suhu dan termometer saling berdekatan, dan diletakkan mendekati dasar bak. Posisi ini tetap dipertahankan selama pengujian dilakukan serta dilakukan pengulangan. y = 0.1753x - 1.5523 R² = 0.999
Voltase
2.24
1.24
Nilai Volt Thd Suhu
Linear (Nilai Volt Thd Suhu)
0.24 10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Suhu
Gambar 6. Nilai keluaran tegangan sensor pada suhu tertentu Sensor suhu Bak Pendingin Berisi Air
Termometer Sensor suhu dan termometer
Gambar 7. Posisi sensor suhu dan sensor termometer pada bak Pada saat mengukur keluaran tegangan sensor pada suhu yang konstan (suhu air normal), besarnya nilai tegangan berfluktuatif dengan selisih 0.03 sampai 0.08. untuk itu keluaran tegangan dari sensor ini dihubungkan dengan kapasitor 10nF. Dengan penggunaan kapasitor ini, maka tegangan keluaran dari sensor suhu hampir stabil dengan perbedaan 0.01 volt. Namun dengan adanya penggunaan kapasitor ini, maka respon sensor terhadap perubahan suhu menjadi lambat, tetapi masih dalam batas normal (kurang dari 0.5 detik). Dalam pengamatan ini, pada perubahan suhu tertentu, voltase keluaran dari sensor tidak terbaca karena perubahan tegangan yang sangat cepat, serta pemasangan alat yang kurang tepat, sehingga terpengaruh oleh getaran dari water chiller. Pada pengamatan ke 6, multimeter digital yang berfungsi sebagai display besar tegangan keluaran dari sensor mengalami error disebabkan oleh baterai yang digunakan pada alat tersebut habis. Setelah dilakukan penggantian dengan baterai baru, terdapat perbedaan yang tidak terlalu besar antara hasil pengamatan ke-5 dengan hasil pengamatan ke-6, sehingga hasil pengamatan sebelumnya dianggap sah (Valid). Pada pengujian ini, relay yang berfungsi sebagai control ON_OFF pada rangkaian dihubungkan dengan power water chiller pada posisi Normali Open (NO). Hal ini dimaksudkan agar, selama pengukuran water
chiller tetap bekerja hingga keluaran tegangan dari rangkaian sensor mendekati nol, dimana water chiller chiller akan mati, sehingga diharapkan mencapai suatu kestabilan suhu tertentu pada bejana berisi air. Dari pengujian yang dilakukan, water chiller akan mati bila tegangan keluaran dari sensor lebih kecil dari 0.5 volt, dan water chiller akan kembali menyala pada saat tegangan mendekati 0.75 volt. Dengan demikian fluktuasi tegangan yang terjadi pada system kontrol ini berkisar sebesar 0.25 volt. Bila dimasukkan ke persamaan suhu-voltase yang didapat pada gambar 13, maka fluktuasi suhu yang terjadi berkisar sebesar 1.5 oC. Hal ini dapat dianggap wajar bila system kontrol ini digunakan untuk mendinginkan bahan yang tidak terlalu sensitive dengan fluktuasi suhu. Sedangkan bila diinginkan suhu yang cenderung konstan, maka system kontrol ini belum dapat dipergunakan. Data hasil pengukuran suhu dan tegangan pada water chiller yang dikontrol dengan set suhu 12 oC dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 8. Grafik Fluktuasi Suhu Pengontrolan 16
Suhu (oC)
15 14 13 12 11
Gambar 9. Grafik Fluktuasi Vout Pengontrolan 1.20
Vout
1.10 1.00 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40
Pada pengontrolan system ON-OFF ini, fluktuasi suhu terjadi karena pada saat rangkaian kontrol (diset untuk mematikan water chiller pada suhu 12oC) mencapai suhu 12 oC, water chiller mati, namun proses pendinginan tetap berlangsung karena suhu evaporator dari water chiller lebih rendah dari suhu air. Air tetap menyerap sisa pendinginan dari water chiller pada bagian evaporatornya. Dengan matinya water chiller, maka suhu pada evaporator meningkat menjadi lebih tinggi dari suhu air, sehingga suhu air tetap meningkat pada saat water chiller kembali menyala dan mendinginkan evaporator. Masalah yang terjadi pada relay dalam pengujian system kontrol ini adalah ketahanan relay yang cukup singkat. Relay yang dipergunakan cepat rusak karena arus yang mengalir untuk menyalakan water chiller cukup besar. (> 30 Ampere).
KESIMPULAN Rangkaian system kontrol yang digunakan terdiri dari: catu daya dan rangkaian pembagi arus, rangkaian sensor menggunakan dioda IN 4148, rangkaian penguat menggunakan IC LM3900, dan rangkaian kontrol menggunakan Relay. Penggunaan rangkaian pembagi arus pada catu daya disebabkan karena terdapat perbedaan tegangan yang dibutuhkan untuk menjalankan rangkaian sensor dan relay. Penggunaan dioda sebagai sensor disebabkan dari sifat dioda dimana tegangan dioda berubah linier terhadap perubahan suhu. Rangkaian penguat berfungsi untuk menguatkan perubahan tegangan dari dioda yang sangat kecil, sehingga dapat terbaca pada display (Multimeter Digital). Relay pada rangkaian kontrol digunakan sebagai kontrol ON-OFF water chiller. Hasil pengukuran suhu air pada bak pendingin water chiller menunjukkan adanya fluktuasi suhu. Hal ini disebabkan karena evaporator water chiller lebih dingin dari suhu air pada saat water chiller mati, dan lebih tinggi dari suhu air pada saat water chiller kembali menyala. Fluktuasi suhu yang terjadi pada system pengontrolan ini adalah sebesar 1.5 oC. DAFTAR PUSTAKA Adams, J. 1999. Basic Electronic Circuits Explained. Electronics 2002. http://electronics. cjb.net Annonimous. 2002. Study of Basic Operational Amplifier, Type 741. http://www.sestechno.com/images/sesmainpro.htm ___. 2002. Learning About Transistors and LEDs.. http://www.iguanalabs.com/multimet.htm ___. 2002. Finding the Value of a Resistor by Color Codes. http://www.iguanalabs.com/multimet.htm ___. 2002. Basic Electrical Components. http://www.iguanalabs.com/multimet.htm Bolton, W. 1996. Mecatronics: Electronic Control Systems in Mecanical Engineering. Longman Malaysia, PP. Depari, G. 2000. Pokok-pokok Elektronika. Penerbit M2S, Bandung. Indonesia. Fairchild. 1997. Discrete Power and Signal Technologies. Fairchild Semiconductor Corporation, USA. Motorola. 1996. LM Amplifier Transistors NPN Silicon (Semiconductor Technical Data). Motorola Inc., USA. National. 1995. LM 723/ LM 723C Voltage Regulator. National Semiconductor Corporation, USA. ___. 1995. LM 2900/ LM 3900/ LM 3301 Quad Amplifiers. National Semiconductor Corporation, USA. Osterman, N. 2000. Simple PC thermometer.
[email protected]. Woollard, B. 1993. Elektronika Praktis. Cetakan Kedua. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Indonesia.