ISSN 1410-8216
VOLUME 27 NOMOR 2, JUNI 2014
RANCANG BANGUN ALAT PEMASANGAN CROSSHEAD BALANCING NUT KOMPRESOR ARIEL JGT/4 ANALISA WATER COOLING SYSTEM PADA MOLD PLASTIC INJECTION ANALISIS MASALAH DAN TINDAKAN PERBAIKAN DARI RETAKNYA CASTING BOOM TOP ANALISIS KUALITAS SERTA SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STAINLESS STEEL TIPE 316L DAMPAK PENCEMARAN DEBU TERHADAP KESEHATAN TENAGA KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGECORAN LOGAM ANALISA PENERAPAN METODE VALUE ENGINEERING PADA INDUTRI KONSTRUKSI DI INDONESIA ANALISA MODEL PENGENDALIAN TEMPERATUR PROSES PASTEURISASI PADA PT. X DENGAN MEMBANDINGKAN PID CONTROL DENGAN SYSTEM ANFIS Jurnal TEKNIK
Vol. 27
No. 2
Hlm. 65 - 134
Jakarta Jun. 2014
ISSN 1410-8216
Volume 27 Nomor 2, Juni 2014
ISSN 1410-8216
DAFTAR ISI 1.
Rancang Bangun Alat Pemasangan Crosshead Balancing Nut Kompresor Ariel JGT/4 Tri Mulyanto, Ronal Ardi
65
2.
Analisa Water Cooling System Pada Mold Plastic Injection Komarudin, I Putu Gede Surya Muda Pratama, Erizal
71
3.
Analisis Masalah dan Tindakan Dari Retaknya Casing Boom Top Margono Sugeng, Indra Trisno Bawono
87
4.
Analisis Kualitas Serta Sifat Mekanik Sambungan Las Pada Pipa Stainless Steel Tipe 316L Mohamad Faizal H
104
5.
Dampak Pencemaran Debu Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja Pada Bagian Produksi Pengecoran Logam Latifah Hanum Damanik, Siti Rohana Nasution
111
6.
Analisa Penerapan Metode Value Engineering Pada Industri Konstruksi di Indonesia Herawati Zetha Rahman, Sesmiwati
119
7.
Analisa Model Pengendalian Temperatur Proses Pasteurisasi Pada PT. X Dengan Membandingkan PID Control Dengan System Anfis Ane Prasetyowati R
127
Cover : Disain cover oleh Staf Redaksi Dari Redaksi Seluruh proyek konstruksi melibatkan alokasi sumber daya dan modal yang tidak sedikit dan harus memenuhi berbagai persyaratan yang diminta oleh para klien dan stakeholder. Selain itu, untuk dapat tetap kompetitif di pasar nasional dan internasional, maka industri konstruksi membutuhkan pola bisnis, operasional dan model sistem informasi yang kokoh dengan meningkatkan daya saing melalui inovasi. Value Engineering adalah suatu pendekatan holistik yang inovatif dan berupaya untuk terus melakukan perbaikan yang telah teruji dan terbukti memainkan peran penting dalam industri konstruksi. Pada tulisan ini Herawati Zetha bertujuan untuk melihat sejauh mana VE diterapkan di Indonesia dan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan penerapan metode VE pada industri konstruksi di Indonesia agar dapat lebih efisien dan kompetitif. Pada halaman lain, keberadaan suatu pengendali dalam sebuah sistem kendali mempunyai kontribusi yang besar terhadap prilaku sistem. Salah satu tugas pengendalian adalah mereduksi sinyal kesalahan, yaitu perbedaan antara sinyal setting dan sinyal aktual. Oleh karena itu digunakan sistem kendali PID yang memiliki karakteristik yaitu memperbaiki respon transien, menghilangkan kesalahan steady state dan memberikan efek redaman, tetapi memiliki respon yang cukup lama sehingga dilakukan proses optimalisasi terhadap parameter penguatannya dengan menggunakan metode ANFIS. Tema inilah yang diangkat oleh Ane Prasetyowati. Dalam jurnal edisi ini pembaca juga dapat mengetahui penyebab rusak, retak, atau patahnya Casting Boom Top dilakukanlah failure analysis, yang ditulis oleh Margono Sugeng dan masih banyak lagi tulisan yang menarik untuk dibaca, selamat membaca.
ISSN 1410-8216 Pemimpin Umum / Penanggung Jawab Dekan Fakultas Teknik Universitas Pancasila Anggota Wakil Dekan I, II, III Fakultas Teknik Universitas Pancasila Ketua Jurusan : Arsitektur, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Informatika, Teknik Elektro & Ka. Program DIII Staf Ahli Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan, Prof. Ir. Ferry J. Putuhena, M.Sc. Ph.D., Prof. Dr. Ir. Chandrasa Sukardi, M.Sc., Prof. Ir. Antonius Anton, M.Ed., Prof. Dr. I Made Kartika, M.Sc., Prof. Ir. Djoko W. Karmiadji, MSME. Ph.D., Prof. Dr. Ir. Yulianto Sumalyo, Ir. Suharso, M. Eng. Redaksi : Pemimpin Redaksi / Ketua Penyunting Ir. Budiady Redaksi Pelaksana / anggota Ir. Atiek Tri Juniati, MT., Ir. Kiki K. Lestari, MT., Ir. Imam Hagni Puspito, MT. Ir. Eddy Djatmiko, MT., Adhi Mahendra, ST., MT. Ir. Rini Prasetyani, MT., Ir. Hasan Hariri, MT. Sekretariat / Tata Usaha & Administrasi Yan Kurniawan, ST., Suparmo Korespondensi : Kepala Perpustakaan, Sekretariat Jurusan : Arsitektur, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Informatika, Teknik Elektro dan Program Diploma III FTUP Alamat Redaksi Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Telp. 7864730 ext. 120 Fax. (021) 7270128 Jurnal TEKNIK, diterbitkan 3 kali dalam satu tahun masing-masing pada bulan : Pebruari, Juni, Oktober Redaktur mengundang para penulis dan peneliti untuk mengirimkan artikel ilmiah maupun hasil penelitiannya ke Jurnal TEKNIK. Redaksi berhak menentukan dimuat atau tidaknya suatu naskah dan mengedit atau memperbaiki tulisan yang akan dimuat sepanjang tidak mengurangi maksud dan sub stansinya. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulisnya.
Percetakan ……………………………………………………… (isi diluar tanggung jawab percetakan) Penerbit Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Pancasila
DAMPAK PENCEMARAN DEBU TERHADAP KESEHATAN TENAGA KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI PENGECORAN LOGAM 1
Latifah Hanum Damanik , Siti Rohana Nasution Dosen STIKES Surya Global, Yogyakarta1 Dosen Universitas Pancasila, Jakarta2
2
Abstract Research in PT. Bonjor Klaten is aimed to know the contamination level of the dust from production in the production room, to estimate the mechanism how the influence happen to workers health, to know the relation between the metal dust rate and how long the circulation. Based on former literatures and researches, it is known that dust is one of the chemical factors which can generate one disease as an effect of the work. To absorb dust from production for long time continuously can cause the trouble of respiration volume and the damage of lungs network. The disease cause of dust from production is called Pneumokonosis, this disease represent the essential problem for all labours of the factory that have been worked during twenty year. PT. Bonjor, Klaten is the metalwork that has been walked sufficient long time so that it is required to perform a research concerning the labours working in production section which absorb the dust from production in different period and different level. The method used in this research of dust rate exist in the room is Cross Sectional Method. Population of this research is taken from the metalwork labours on machinery and printing sections which absorb high rate dust for long period. Spirometer used to measure the different level of dust from production absorbtion while High volume sampler used to measure dust rate exist on the room. The results of the research are the measurement result of dust rate which is done at production section in PT. Bonjor, Klaten represent the rate of dust in machinery part equal to 3,012 mg/m3, while absorbtion of dust from production in moulding part equal to 0,669 mg/m3, the condition still under boundary which have been determined. Based on the research result the measurement of dust rate which spread around production section affect to degradation of labours health, from 30 responders who work in machinery and metal moulding parts, found only 13% workers in normal lungs condition, while 77% workers in damage lungs condition and 13% workers in acute lungs condition. Keywords : Affect of Dust Contamination to Labours Health at The Metal Moulding Production Section. PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan manusia melakukan kegiatan pembangunan yang lebih banyak dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini menyebabkan bahan pencemar yang antara lain dibuang ke udara sebagai hasil kegiatan manusia menjadi lebih besar dari yang dapat dinetralisasi oleh alam. Pada umunya kegiatan industri yang terdiri dari beberapa proses di dalam usaha mengubah bahan baku menjadi bahan jadi juga menghasilkan bahan buangan sebagai hasil samping. Dalam hal ini penanganan bahan buangan yang sebaik – baiknya perlu dilakukan mengingat bahaya yang ditimbulkannya dapat
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
merugikan manusia, makhluk hidup lain dan benda milik lainnya. Pencemaran udara terjadi akibat adanya satu atau lebih kontaminan atau kombinasinya di atmosfer, pencemaran udara tidak mengenal secara tegas batas wilayah administrasi, baik kota, daerah maupun negara. Berkaitan dengan pencemaran udara, pada beberapa lokasi di dalam perkotaan di duga telah terjadi pencemaran udara yang mengandung zat timbal hasil emisi kendaraan bermotor maupun mobil dan bus. Selain itu juga pencemaran udara dapat terjadi dari hasil proses produksi industri, yang pencemaran udaranya keluar dari cerobong asap pabrik. Peran industri sangat besar di dalam kontribusi terjadi pencemaran udara.
111
PT. Bonjor merupakan salah satu industri yang bergerak di bidang job shop, dimana produk yang dihasilkan berupa logam. PT. Bonjor terletak di Desa Batur, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten merupakan suatu kawasan industri khusus memproduksi berbagai macam produk yang berasal dari logam. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa industri pengecoran yang terdapat di Desa Batur terdapat 140 industri yang berskala kecil sebesar, sedang industri yang berskala besar sebanyak 60 industri. Dengan menyerap ± 8800 tenaga kerja. Seluruh kegiatan industri tersebut masing-masing akan memberikan kontribusi pencemaran udara bagi lingkungan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Demikian juga dengan jumlah tenaga kerja yang ada bekerja di kawasan industri Desa Batur akan terkena dampak penurunan kesehatan. Yang berasal dari sumber pencemaran yang terdiri dari banyak titik di dalam suatu area, baik itu dari cerobong asap hasil pembakaran serbuk besi dari proses pengecoran maupun proses permesinan dari setiap industri yang ada di kawasan Desa Batur tersebut. Keberadaan posisi PT. Bonjor terhadap Jalan Raya Klaten berjarak 2 Km dari kawasan industri logam yang ada di Desa Batur, ini menunjukkan bahwa pencemaran udara akibat emisi sangat jauh berdampak untuk lingkungan industri yang berada di kawasan Desa Batur, disebabkan jaraknya lumayan jauh. PT.Bonjor berada di suatu area kawasan industri. Pada lokasi yang sama terdapat 4 industri besar logam dan 5 industri kecil logam yang saling berdekatan keberadaannya. Hal ini memacu dengan pesat terjadinya pencemaran udara khususnya pencemaran yang di sebabkan oleh debu melalui ventilasi udara masingmasing industri maupun yang berasal dari asap cerobong pembakaran logam. Dalam kondisi demikian dampak pencemaran debu yang terjadi di sekeliling lingkungan PT. Bonjor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang ada di sekitar. Debu-debu yang menempel pada daun tanaman dapat menghalangi proses fotosintesis. Debu-debu ini juga berdampak terhadap hewan-hewan peliharaan yang memakan makanannya dapat beracun hal itu sangat mempengaruhi kesinambungan hidup hewan-hewan peliharaan tersebut. Pencemaran udara yang terjadi akibat kegiatan industri yang berada di kawasan Desa Batur dapat memberikan dampak
112
negatif yaitu mempengaruhi lingkungan yang ada disekitarnya khususnya permukiman penduduk. Dampak pencemaran udara akan berakibat keresahan masyarakat, karena dapat menganggu kesehatan masyarakat yang ada di sekitar, seperti timbulnya penyakit alergi, iritasi mata, penyakit paru-paru dan penyakit lainnya. PT. Bonjor, Klaten memproduksi pulley band belt termasuk salah satu perusahaan yang besar bila dilihat dari hasil produksi yang diproses. Hal ini barang tentu akan memberikan kontribusi pencemaran udara yang cukup tinggi, dimana dalam proses produksinya menggunakan bahan baku berupa besi bekas, samen, pasir. Di dalam proses produksinya yang terdiri dari dua bagian yaitu proses permesinan dan proses pengecoran/ percetakan. Perusahan ini mempunyai tenaga kerja sekitar 100 orang yang terdiri dari 20 orang tenaga kerja tidak langsung dan 80 orang tenaga kerja langsung yang keseluruhan tenaga kerjanya adalah pria, sebanyak 50 orang tenaga kerja bekerja di bagian permesinan (terdiri dari 20 orang yang mengoperasikan mesin produksi, 30 orang yang melakukan proses pengerindaan dan pengecetan produk akhir). Pada bagian ini dilakukan proses penghalusan dan pembentukan produk pulley band belt yang dibantu oleh proses permesinan produksi seperti mesin bubut, mixer, bor dan gerinda. Pada lokasi permesinan lebih banyak terpapar debu logam berupa partikel debu dari hasil pengikiran. Berdasarkan pengamatan dilapangan pekerja amat jarang sekali ditemukan yang menggunakan masker pada saat melakukan pekerjaannya. Keberadaan debu dapat dirasakan dengan ditandai suasana pengap yang juga dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin yang keluar masuk dari ventilasi yang ada di sekitar area permesinan, selain itu juga debu dapat dilihat dengan adanya cahaya yang melewati ventilasi yang ada di ruangan permesinan tersebut. Debu ini akan berpengaruh terhadap lingkungan kerja dan tenaga kerja yang bekerja dilokasi tersebut, terutama terhadap penurunan kesehatan dapat berupa penurunan kapasitas vital paru-paru, maupun penyakit lainnya yang ditimbulkan oleh debu. Sedangkan untuk bagian pengecoran logam terdiri dari 30 orang yang bertugas di dalam pencetakan produk yang akan dibuat, dimana wadah dari proses pencetakan dibuat dari bahan pasir dan
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
semen. Pada bagian percetakan ini juga terdapat dapur kopala (dapur pembakaran /pemanas) yang berfungsi sebagai tempat peleburan bahan baku utama dari logam aluminium pembuatan produk pulley band belt. Apabila pelaksanaan peleburan logam sedang dilakukan maka suhu yang ada di sekitar ruangan pengecoran sangatlah tinggi. Ini sangat memacu terdapatnya paparan debu yang tinggi, dimana pada saat terjadinya peleburan bahan baku logam dengan menggunakan suhu yang amat tinggi sekitar ±1300 0C. Sehingga suhu yang ada di ruang pengecoran begitu panas, dimana pengecoran biasanya dilakukan pada saat siang hari, mengakibatkan banyaknya debudebu logam yang bertaburan di dalam ruangan pengecoran tersebut. Debu ini akan berpengaruh terhadap lingkungan kerja dan tenaga kerja yang bekerja di lokasi tersebut. Kondisi demikian dapat menimbulkan keluhan subjektif saluran pernafasan dan gangguan ventilasi paru-paru pada tenaga kerja di bagian produksi, terutama terhadap penurunan kesehatan. Penurunan kesehatan dapat berupa penurunan kapasitas vital paruparu, maupun penyakit lainnya yang ditimbulkan oleh debu. Tenaga kerja yang bekerja dengan paparan debu dengan masa kerja yang cukup lama di lingkungan kerja akan memberikan dampak penurunan kapasitas paru-paru. Hal itu dikarenakan adanya timbunan debu di dalam paru-paru. Debu ini akan mengakibatkan penyakit yang dikenal dengan nama Aluminiosis. Logam aluminium merupakan salah satu pencemaran kimia berupa debu / uap yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru jenis aluminiosis. Dalam industri aluminium menggunakan bahan baku umumnya mengandung Fe2O3, MnO, Al2O3, SiO yang dapat menimbulkan fibrosis pada paru-paru. Pencemaran debu yang di akibatkan proses produksi logam aluminium akan memberikan dampak bukan hanya terhadap penurunan kesehatan tenaga kerja akan tetapi berdampak juga kerusakan dan pencemaran lingkungan, baik itu yang ada di dalam lingkungan pabrik maupun yang berada di kawasan industri logam tersebut perlu dilakukan upaya pengendalian lingkungan. Sehubungan dengan hal ini perlu diadakan langkah penelitian tentang jumlah dan ukuran debu – debu ini, yang dapat dijadikan dasar bagi pengendalian kadar pencemar debu di setiap ruangan tertentu. Sehingga hasil
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
pengukuran yang didapat dibandingkan dengan baku mutu dan nilai ambang batas. Baku mutu emisi gas dan partikel buangan adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang dapat dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya mutu udara ambien. Hasil yang didapat akan digunakan sebagai dasar perkiraan dampak yang dapat ditimbulkan, dan merupakan bahan informasi tentang pencemaran debu yang ada di perusahaan ini. Selain itu juga dapat diketahui keadaan kesehatan pekerja yang bekerja pada bagian proses produksi khususnya penyakit paru-paru akibat adanya pemaparan debu maupun penyakit alergi yang disebabkan oleh debu.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui tingkat pencemaran partikel debu di industri logam dan memperkirakan mekanisme terjadinya pengaruh terhadap kesehatan pekerja. akibat paparan debu yang ada di ruangan produksi industri logam.
METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat berperan penting dalam sebuah penelitian karena tercapai tidaknya suatu penelitian tergantung dari ketepatan dalam memilih metode penelitian. Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini digunakan metode survei. Arikunto (1991) mengemukakan penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Umumnya pengertian survei dibatasai pada pengertian survei sampel, informasi dikumpulkan dari sebagian populasi (sampel) untuk mewakili seluruh populasi. Objek penelitian dilakukan di PT. Bonjor, Klaten khususnya mengenai pencemaran oleh debu yang berada pada ruangan dan pada operator yang bekerja di departemen pencetakan / pengecoran dan departemen permesinan bagian produksi pembuatan pulley band belt. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang operator di ambil sebagai sampel untuk diukur kadar debu yang dihirup melalui paruparu dengan bantuan alat spirometer sebanyak 15 orang operator dari bagian
113
permesinan dan 15 orang operator dari bagian pengecoran, selain itu juga dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk masing-masing orang yang dijadikan sampel. Selain itu juga diedarkan kuesioner untuk mengetahui indikator kesehatan operator terhadap digunakan didalam mendeteksi paparan debu yang dihirup oleh tenaga kerja adalah usia, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dan penggunan alat pelindung diri. Pengukuran kadar debu di dalam ruangan permesinan dan pengecoran di lakukan masing-masing 30 menit (adapun alasannya pada saat sebelum pengukuran debu kondisi debu yang ada di ruangan permesinan maupun pengecoran sangatlah banyak, sehingga ini memungkinkan pengukuran untuk lebih efektif dalam penyerapan debu pada saat pengukuran). Pengukuran kadar debu di mulai dari jam 10.00 pagi sampai jam 11.00 WIB dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Penelitian ini dikerjakan secara cross sectional yaitu observasi sekaligus pada satu saat, tiap subjek hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaa. Rancangan cross sectional dipilih berdasarkan pertimbangan, bahwa rancangan ini mudah dilaksanakan, ekonomis dari segi waktu, hasilnya dapat diperoleh dengan cepat, dan disamping itu sekaligus banyak variabel, baik berupa faktor resiko maupun efek yang dapat dieksplorasi dan dipelajari korelasi atau pengaruhnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran debu yang dilakukan di dalam ruangan kerja produksi antara lain bagian permesinan dan bagian pengecoran masingmasing selama 30 menit (Adapun alasannya pada saat sebelum pengukuran debu kondisi debu yang ada di ruangan permesinan maupun pengecoran sangatlah banyak, sehingga ini memungkinkan pengukuran untuk lebih efektif dalam penyerapan debu pada saat pengukuran). Sebelum perhitungan terlebih dahulu diketahui : Volume udara = 0,298851 liter, berat filter sebelum pengukuran 0,0791 gr, berat filter sesudah pengukuran = 0,0800 gr. Pengukuran dan perhitungan kadar debu yang terpapar di ruangan permesinan dan pengecoran. Terdapat kadar debu di ruangan
114
permesinan lebih besar dibandingkan dengan kadar debu yang ada di ruangan pengecoran sebesar 2,343 mg /m3. Namun berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE – 01 / MEN / 1997, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, jumlah kadar debu yang terpapar di dalam ruangan permesinan dan pengecoran masih di bawah nilai ambang batas yang telah ditentukan. Jumlah tenaga kerja yang ada di bagian produksi terdiri dari 80 orang tenaga kerja langsung yang keseluruhan tenaga kerjanya adalah pria, sebanyak 50 orang tenaga kerja bekerja di bagian permesinan (terdiri dari 15 orang yang mengoperasikan mesin produksi, 35 orang yang melakukan proses pengerindaan dan pengecetan produk akhir dan perakitan produk). Sedangkan untuk bagian pengecoran logam terdiri dari 30 orang yang bertugas di dalam pencetakan produk yang akan dibuat sebanyak 15 orang, sedangkan 15 orang lagi bertugas pada kegiatan pengecoran logam. Berdasarkan kuesioner yang telah di sebarkan kepada 30 orang responden, dengan ketentuan 15 orang responden dari bagian permesinan yaitu operator yang langsung terlibat di dalam mengoperasikan mesin produksi dan 15 orang responden yang berasal dari bagian pengecoran. Data tentang karakteristik responden, terdiri dari usia tenaga kerja, masa kerja, status perokok / jumlah batang rokok yang dihisap dalam satu hari, status gizi, penggunaan alat pelindung diri saat bekerja dan keluhan subjektif saluran pernapasan yang dirasakan oleh tenaga kerja dalam satu bulan terakhir sebelum survey dilaksanakan. Tabel 1. Gambaran Keluhan Subjektif Saluran Pernapasan Responden di Bagian Produksi PT. Bonjor, Klaten
Sumber : Data Primer
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
Tabel 2. Gambaran Gangguan Ventilasi Paru Responden di Bagian Produksi PT. Bonjor,Klaten
Sumber : Data Primer Analisis yang dilakukan menggunakan tabulasi silang bertujuan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan masingmasing variabel terikat serta variabel lain yang turut dikontrol dengan variabel terikat, berdasarkan distribusi sel-sel yang ada. Pada tahap selanjutnya dilihat apakah ada hubungan antara keluhan subjektif saluran pernapasan yang dirasakan tenaga kerja dengan gangguan ventilasi paru (berdasarkan nilai spirometer). Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan tingkat kemaknaan P < 0,05. Untuk menghitung kemungkinan risiko, yaitu berapa kali peningkatan atau penurunan risiko pada populasi. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia responden dengan keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja (P = 0,515). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa usia responden tidak cukup bukti sebagai faktor resiko terjadinya keluhan subjektif saluran pernapasan. Hasil penelitian ini sama dengan temuan Talini (1998) yang melaporkan secara statistik umur tidak berhubungan dengan gejala sesak napas pada tenaga kerja di bagian spray painter, wood worker dan assembler. Yunus (1999) meningkatnya umur seseorang maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah khususnya gangguan saluran pernapasan pada tenaga kerja. Piitulainen (1997) juga melaporkan gejala weezing/ sesak napas sering muncul pada tenaga kerja yang berusia 50 tahun/ lebih. Berbeda dengan penelitian ini kemungkinan karena usia responden relatif masih rendah yaitu mempunyai rentang usia antara 20 – 45 tahun dengan nilai median 31 tahun.
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok responden dengan keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja (P = 0,879). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa kebiasaan merokok responden tidak cukup bukti sebagai faktor resiko terjadinya keluhan subjektif saluran pernapasan. Giarno (1995) menunjukkan bahwa tembakau sebagai bahan baku rokok mengandung bahan toksin dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan, terdapat lebih dari 2000 zat kimia, 1200 jenis diantaranya sebagai bahan beracun bagi kesehatan manusia. Dengan demikian tenaga kerja yang mempunyai kebiasaan merokok dapat pemicu timbulnya keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja. Sesuai dengan pendapat Weiss dan Segall (1986) menyatakan kebiasaan merokok depat menyebabkan iritasi dan hipersekresi dari bronkus. Lubis (1991) menyatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan salah satu factor resiko penyakit saluran pernapasan. Yunus (1997) juga menyatakan asap rokok dapat meningkatkan resiko penyakit bronchitis dan kanker paru untuk itu tenaga kerja hendaklan berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai resiko terjadi penyakit tersebut. Penelitian ini diantaranya dilaporkan oleh Mangesha dan Bekele (1998), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan saluran pernapasan. Dhaise (1997) mengemukakan hal sama yaitu tenaga kerja yang merokok dan berada di lingkungan yang berdebu maka cenderung mengalami gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja berada pada paparan debu yang sama tapi tidak perokok. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara status gizi responden dengan keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja (P = 0,659). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa status gizi responden tidak cukup bukti sebagai faktor resiko terjadinya keluhan subjektif saluran pernapasan. Status gizi tenaga kerja erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tenaga kerja maupun produktivitas tenaga kerja. Akibat kekurangan gizi dapat menurunkan sIstem immunitas dan anti bodi sehingga orang mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek,
115
diare dan lainnya karena kurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing seperti debu logam yang masuk dalam tubuh (Almatsier, 2002). Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yang berarti peningkatan produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional (Frans dan Prast, 1989). Dari hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara masa kerja responden dengan keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja (P = 0,031). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa masa kerja responden merupakan faktor resiko terjadinya keluhan subjektif saluran pernapasan. Yunus (1997) bahwa penyakit paru akibat kerja yang disebabkan faKtor debu, sangat tergantung pada sifat debu, jenis debu, lama paparan dan kepekaan individu. Pneumoconiosis biasanya timbul setelah terpapar bertahun-tahun oleh debu industri termasuk debu logam dengan konsentrasi tinggi, maka dapat menimbulkan berbagai kerusakan dan bentuk jaringan ikat (fibrosis) di jaringan paru yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti gangguan saluran pernapasan (Aditama, 1997). Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri (masker) responden dengan keluhan subjektif saluran pernapasan pada tenaga kerja (P = 0,232). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri (masker) responden tidak cukup bukti sebagai faktor resiko terjadinya keluhan subjektif saluran pernapasan. Penggunaan alat pelindung diri seperti masker sangat dianjurkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 9, 12 dan 14 tentang Keselamatan Kerja. Secara sederhana yang dimaksud dengan alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkapan pengendalian teknis maupun pengendalian administrative (Habsari, 2003).
116
Berdasarkan hasil analisi perhitungan dengan menggunakan metode chi square didapat hasil keseluruhan variabel kontrol tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap gangguan ventilasi paru para tenaga kerja yang bekerja di bagian permesinan maupun bagian pengecoran hal itu dinyatakan tidak ada yang nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Perhitungan dengan menggunakan SPSS dengan metode ChiSquare diperoleh hasil yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap gangguan ventilasi paru dengan usia tenaga kerja, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja penggunaan alat pelindung diri. Jadi dapat disimpulkan bahwa paparan debu yang dihirup tenaga kerja (responden) tidak mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan ventilasi paruparu, yang dapat berpengaruh terhadap penimbunan debu yang dihirup sehingga dapat menimbulkan penyakit paru-paru. Pengukuran yang dilakukan terhadap 30 responden dengan bantuan alat spirometer, terdapat 13% kondisi paru responden berada pada keadaan normal (dengan uraian 1 orang dari bagian permesinan, 2 orang dari bagian pengecoran yang kondisi paru-parunya masih dikategorikan normal), sedangkan 77% dalam kondisi sakit (12 orang dari bagian permesinan dan 11 orang dari bagian pengecoran) dan, 13 % kondisi paru-parunya dalam keadaan sakitnya sudah akut. (2 orang dari bagian permesinan dan 2 orang lagi dari bagian pengecoran). Pengukuran kadar debu yang terpapar di ruangan permesinan dan pengecoran logam dengan bantuan alat High Volume Sampler ternyata paparan debu yang berada di ruangan permesinan sebesar 3,012 mg /m3 sedang debu yang berada di ruang pengecoran sebesar 0,669 mg /m3, walaupun demikian jumlah debu yang terpapar masih lebih kecil dari nilai ambang batas yang telah di tentukan, meskinpun kondisi sekarang yang ada di ruangan permesinan sangatlah pengap dipenuhi oleh banyaknya debu-debu yang berterbangan. Hal itu di tandai dengan terlihat debu yang melayang-melayang di udara karena adanya pancaran cahaya dari ventilasi-ventilasi yang ada diruangan tersebut. Lain halnya dengan keadaan yang terjadi di ruangan pengecoran logam, paparan debu tidak begitu terlihat, dan suasana tempat kerjanya tidak terasa pengap.
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan serta analisis statistic maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran kadar debu yang dilakukan pada bagian produksi di PT. Bonjor, Klaten yaitu pada bagian permesinan di dapat kadar debu logam aluminium sebesar 3,012 mg /m3. Sedangkan paparan debu yang terdapat di ruangan bagian pengecoran adalah sebesar 0,669 mg/m3, kondisinya masih berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditentukan. Meskipun suhu untuk masing-masing ruangan sama yaitu 25,6 0C tetapi nilai kelembaban dari hasil pengukuran berbeda yaitu 61% untuk bagian permesinan dan 57% untuk bagian pengecoran. Hal ini mengambarkan bahwa paparan jumlah kadar debu dipengaruhi oleh jumlah ventilasi yang ada di dalam masing-masing ruangan dan pengaruh luas areal untuk tiap-tiap bagian produksi tersebut sehingga mempengaruhi persebaran dari paparan debu yang ada didalam ruangan, sedangkan hasil pengukuran kadar debu yang terpapar di ruang produksi berdampak terhadap penurunan kesehatan tenaga kerja, dimana debu yang terhirup akan memberikan dampak terhadap paru-paru tenaga kerja. Dampak penurunan kesehatan tersebut berdasarkan masa kerja seseorang. Dari hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 30 responden dengan bantuan alat spirometer, terdapat 13% kondisi paru responden berada pada keadaan normal (dengan uraian 1 orang dari bagian permesinan, 2 orang dari bagian pengecoran yang kondisi paru-parunya masih dikategorikan normal), sedangkan 77% dalam kondisi sakit (12 orang dari bagian permesinan dan 11 orang dari bagian pengecoran) dan, 13% kondisi paru-parunya dalam keadaan sakitnya sudah akut. (2 orang dari bagian permesinan dan 2 orang lagi dari bagian pengecoran).
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10.
11. 12. 13.
14.
15. DAFTAR PUSTAKA 1.
2.
Aditama, T.Y, 1997, Pengaruh Debu Besi Terhadap Kesehatan Paru Pekerja Pabrik Besi Baja PT. Krakatau Steel, Journal Respiratory Indonesia, 17 (1) : 16 – 24. Adji, N.C., 2003, Gambaran Kelainan Paru Akibat Terpapar Debu Asbes dan Semen Pada PT. Samiaji Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014
16.
17.
Almatsier, S., 2002, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arikunto, S., 1991,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta Asep, I., 2003, Hubungan Paparan Debu Kayu dengan Keluhan Subjektif Saluran Pernafasan dan Gangguan Ventilasi Paru pada Tenaga Kerja PT. Perwita Karya Divisi Mebel Kabupaten Sleman Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Catcott, E.J., 1961, Air Polution Effects of Air Polution on Animal, World Health Organization, Geneva. Dhaise, 1997, Pulmonary Manifestation in Cement Workers In Jordan, Ibird, Int Jour Occupmed Environ Health, 10 : 417 -428. Frans dan Prast. J., 1989, Perbaikan Gizi Kerja dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Perusahaan Konveksi, Hiperkes dan Keselamatan Kerja XXII (1) : 25 – 28. Giarno, 1995, Drug Education, 2nd ed, Addison Wesley Publ Co,California Habsari, N.D., 2003, Penggunaan Alat Pelindung Diri Bagi Tenaga Kerja, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jakarta Hadi, S., 1991, Statistik Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta. Harsono, B., 1993, Pencemaran Udara dan Pengawasannya, BTKL, Yogyakarta. Heiman, H., 1961, Air Population : Effects of Air Polution on Human Health, World Health Organization, Geneva. Irfan, 2003, Hubungan Debu Kayu dengan Gejala Saluran Pernapasan dan Gangguan Ventilasi Paru Pada Pekerja Di PT. Perwita Karya Divisi Mebel Kabupaten Sleman Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Lubis, I., 1991, Pengaruh Lingkungan Terhadap Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Cermin Dunia Kedokteran Yogyakarta, 70 : 15 -17. Mengesha.Y.A and Bekele, 1998, A Relative Chronic Effect of Different Occupation and Environmental Medicine, The Health of Workers In Three Ethopian Factories, Am Jour Ind Med, 34 : 373 380. Piitulanen, E., 1997, Effect of Occupational Exposure to Airway Irritans on Lung Fuction in Non Smoking
117
18.
19.
20.
21. 22. 23. 24. 25.
118
Individual With Alpha 1 – Antitrypsin Deficiency, Thorax, 53 (3) : 244 – 248. Sigit, H., 2003, Pengaruh Pemakaian Srubber terhadap Kadar Emisi Gas SO2, NO2, CO, dan Debu Pada Pembakaran Batu Kapur Uji Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta, Tesis, Univeritas Gadjah Mada Yogyakarta Soekirman, 1999, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Sri .M, 2000, Paparan Debu Gamping dan Gangguan Penglihatan Tenaga Kerja Pada Industri Pembakaran Batu Gamping Di Kabupaten Sleman Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sugiyono, 1991, Statistik untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung. Suma’mur, P.K., 1991, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung, Jakarta. Purdon, W., 1971, Environmental Health, N.Y. Academic Press,New York Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Ryadi, S., 1982, Pencemaran Udara, Lembaga Penerbitan Akademi Teknologi
26.
27.
28.
29. 30. 31.
Sanitasi Surabaya, Departemen Kesehatan RI. Ryadi, S., 1978, Pencemaran Udara Dasar-dasar dan Pokok-pokok Penanggulangan Pencemaran Lingkungan, Jawa Timur. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : SE – 01 / MEN / 1997, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, Departemen Tenaga Kerja, Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Pusat HIPERKES dan Keselamatan Kerja, Proyek Pengembangan Hygiene dan Kesehatan Kerja Tahun Anggaran 1997/ 1998, Jakarta. Talini, D.M., 1998, Asthma Like Symptoms, Atopy and Bronchial Responsiveness In Furniture Workers, Occupational Environment Medicine, 55 : 786 -791 Weiss, E.B dan Segal, 1976, Bronchial Asthma Mechanism and Therapeutics, Little,Brown and Company, Boston. Yunus,F., 1997, Dampak Debu Industri pada Paru dan Pengendaliannya, Journal Respiratory Indonesia, 17 (1) : 4 – 7. ----------, 1999, Faal Paru dan Prestasi Olah Raga, Majalah Kesehatan Indonesia, 39 (8) : 459 – 463.
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 27 NOMOR 2 JUNI 2014