Aplikasi SIG Untuk Kesesuaian Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Metode Lepas Dasar di Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan Ringkasan Penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan terutama substrat dan air pada lahan budidaya rumput laut, dan lokasi yang sangat sesuai untuk budidaya rumput laut berdasarkan sifat fisika dan kimia di Pulau Mantang Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan data dilapangan terhadap kondisi perairan laut Pulau Mantang data yang diperoleh dianalisis menggunakan Aplikasi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan. data perairan laut pulau mantang meliputi, suhu 30 – 330C, salinitas 30 – 33ppt, Do 5,4 – 7,9 ppm kedalaman 0,7 – 2,5 m, pH 7,7 – 8,7, dan jenis subtrat : pasir, pasir dan lumpur, pasir dan pecahan karang. hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa klas sangat sesuai (S2) untuk budidaya rumput laut (Eucheuma cottonii). Luas kawasan yang sesuai adalah 30.817 km2 (30.82) stasiun (N) tidak sesuai untuk budidaya rumput laut kawasan yang tidak sesuai adalah 58.801 km2 (58.81) . Kata Kunci: SIG, kesesuaian kawasan budidaya rumput laut Eucheuma cottoni
SIG APPLICATION FOR SUITABILITY REGION CULTIVATION SEAWEED Eucheuma cottonii WITH BASICS METHOD IN MANTANG ISLAND, MANTANG DISTRICT
M.Hambali, Yales Veva Jaya, Henky Irawan Programme Study of Marine Science Marine Science and Fisheries Faculty, Maritime Raja Ali Haji University Email :
[email protected]
Abstract The research was conducted to determine the condition of the substrate and the environment, especially water in seaweed cultivation, and the location is very suitable for seaweed cultivation based on physical and chemical properties in Mantang Island, Mantang District, Bintan Regency, Kepulauan Riau Province. The method used in this research to collect field data on the condition of marine waters Mantang Island, the data obtained were analyzed using SIG Application. The results showed the data Mantang island waters include a temperature of 30 - 330C, salinity 30 - 33ppt, Do 5.4 to 7.9 ppm, depth 0.7 to 2.5 m, pH 7.7 to 8.7, and the type of substrate : sand, sand and mud, sand and coral rubble. The results of this research can be concluded that the class is very suitable (S2) for seaweed cultivation (Eucheumacottonii). Total area is 30 817 km2 corresponding (30.82) station (N) is not suitable for seaweed farming area that does not fit is 58 801 km2 (58.81).
Key words: SIG, suitability region cultivation seaweed, Mantang Island. PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut oleh masyarakat yang berada di pulau mantang, saat ini masih terbatas pada sektor perikanan, hal ini dikarenakan teknologi yang masih sangat sederhana dan bersekala kecil, sehingga menyebabkan pemanfaatan sumberdaya perikanan sejauh ini belum sepenuhnya dapat memberikan penghasilan
yang baik pada suatu daerah, dilihat dari sumberdaya perairannya, Kabupaten Bintan memiliki potensi sumberdaya yang cukup bagus bila dikelola dengan baik. Perairan ini memiliki berbagai ekosistem laut dangkal. Pada saat ini telah berkembang kegiatan budidaya rumput laut yang terdapat diperairan sekitar pulau mantang. Penduduk pulau mantang melakukan kegiatan budidaya
1
rumput laut sebagai usaha sampingan selain sebagai nelayan. . penentuan lokasi budidaya dapat mencakup daerah yang luas dan berkesinambungan.Sistem Informasi Geografis menjadi pilihan yang tepat dalam penentuan lokasi. Sistem Informasi Gografis (SIG)
dapat memadukan beberapa data dan informasi tentang budidaya perikanan dalam bentuk lapisan (layer) yang nantinya dapat ditumpang susun (overlay) dengan data lainnya sehingga menghasilkan suatu keluaran baru dalam bentuk peta tematik, yang mempunyai tingkat efesiensi, akurasi yang cukup tinggi, (Ariati et al, 2007). Berdasarkan keunggulan ini maka SIG dapat menjawab pertanyaan: (1) dimana (2) bagaimana (3) mengapa, suatu luasan sesuai untuk dikembangkan budidaya rumput laut. Hasil penelitan ini diperoleh dari data yang diukur saat penelitian ini dilakukan.
Penentuan Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi budidaya merupakan salah satu syarat yang cukup menentukan untuk mencapai keberhasilan suatu usaha budaya perikanan. Kriteria pemilihan lokasi yang cocok bagi budidaya rumput laut adalah sebagai berikut: 1.Keterlindungan Pantai Budidaya rumput laut memerlukan lokasi harus bebas dari pengaruh angin topan dan pencemaran (industri rumah tangga). 2.Kondisi dasar perairan budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma cottonii mempunyai syarat substrat yang setabil dengan dasar perairan karang kasar dan pasir, dan pasir berlumpur, dan terlindung dari ombak yang kuat serta umumnya didaerah terumbu karang 3.Parameter Fisika dan Kimia.
Penentuan bobot dan skor tidak permanen pada suatu sistematik tertentu melainkan hanya didasarkan pada pertimbangan peneliti semata. Penentuan bobot dan skor dibuat dengan mempertimbangkan besar kecil kontribusi masing-masing kriteria terhadap hasil akhir.
Salinitas yang sangat sesuai berkisar antara 32,2 – 32,6 ppt kedalaman yang sangat sesuai berkisar antara 0,4 m, untuk pH yang sangat sesuai berkisar antara 7,3-7,4, untuk DO (Oksigen Terlarut) yang sangat sesuai berkisar antara 6-7 ppm, suhu yang sangat sesuai berkisar antara 20 – 260C.
Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan/memperoleh kawasan perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut di perairan pulau mantang.
4.Faktor Pembatas.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli – Agustus 2012 yang berlokasi di perairan Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data lapangan terhadap kondisi perairan laut di Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Provinsi Kepulauan Riau, penyusunan basis data dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan arc view.
Faktor pembatas ialah faktor yang jika ditemukan didalam penelitian dapat membuat suatu lokasi/ kawasan tidak dapat dijadikan lokasi pembudidayaan, faktor tersebut adalah wilayah/area yang telah ada peruntukan/fungsi permanen, baik didasar maupun dipermukaan perairan tersebut. Peruntukan atau fungsi tersebut berupa : Jalur Pelayaran, Pelabuhan, Bangunan Air ( Rumah dan Kelong ) dan Buangan limbah.
Menurut (Aslan, 2006 dalam Farid A, 2008), budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma cottonii mempunyai syarat substrat yang setabil dengan dasar perairan karang kasar dan pasir, dan pasir berlumpur, dan terlindung dari ombak yang kuat serta umumnya didaerah terumbu karang.
2
Prosedur Penelitian Alur penelitian, maka dapat mendetail lagi sebagai berikut:
dijelaskan
Daerah penelitian dilakukan di wilayah perairan Kabupaten Bintan yaitu disekitar Pulau Mantang, Kecamatan Mantang. Data Digital Pulau Bintan dijadikan peta dasar untuk membuat peta tematik. Interpolasi peta kedalaman dijadikan peta dasar tiap peta tematik, data kedalaman didapat dari peta kedalaman bintan berserta data primer selama penelitian. Kondisi perairan yang akan diukur adalah : o Keterlindungan o Substrat o Faktor Pembatas o Suhu Perairan o Derajat Keasaman ( pH ) o Salinitas o Kedalaman Perairan o Oksigen Terlarut Selanjutnya dibuat peta contours dari data primer tiap parameter dijadikan background untuk proses digitasi sehingga masing – masing peta tematik terbagi oleh beberapa kelas. Selanjutnya peta kondisi perairan atau peta counturs dianalisis dengan overlay, yaitu analisis tumpang susun yang menggabungkan informasi beberapa peta untuk menghasilkan satu informasi baru yang sebelumnya dibangun terlebih dahulu kriteria atau Parameter-parameter. Setelah Keriteria itu dibangun dan dianalisis, akhirnya akan menghasilkan peta kesesuaian kawasan budidaya Rumput Laut.
berupa angka di Arcview kita tandai dengan titik-titik. Titik-titik tersebut di isi data berdasarkan peta batimetri pada format tabulasinya setelah itu buat Theme poin lalu di Intersec, exstensi yang di aktifkan spasial analisis. b.
Pembobotan dan Skoring Penentuan pembobotan dan skoring dilakukan untuk memberikan nilai pada kriteria yang mendukung pada kegiatan budidaya. Penentuan bobot tiap-tiap kriteria didasarkan pertimbangan kepada seberapa besar kontribusi masing-masing kriteria terhadap hasil akhir. Analisis budidaya pesisir dilakukan dengan teknik penetapan (parameter dan kriteria) parameter yang berpengaruh dalam kriteria menentukan kesesuaian lahan budidaya masuk pada kelas sangat sesuai, tetapi yang memiliki faktor pembatas dan masih bisa dilakukan kegiatan budidaya diberikan pada kelas sesuai dan kawasan yang banyak memiliki faktor pembatas diberikan pada klas (N) kriteria yang berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut diberikan skor tertinggi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 11. Parameter Kesesuaian Kawasan Budi Daya Rumput Laut. NO 1
2
3
4
5
a. Analisis Spasial Interpolasi Data Digial Bintan Langkah awal pembuatan peta kontur kedalaman dimana data kedalaman di interpolasi dari peta bathimetri bintan lalu peta tersebut di scan (pindai) dan dimasukkan ke Arcview dengan catatan extensi Jpeg sudah aktif terus masukkan koordinat geografis dari peta bathimetri ke Arcview dan ekstensinya register transfromtool. Pada peta batimetri
6
7
Kondisi dasar perairan S1 ( Pasir & Patahan Karang ) S2 ( Pasir & Lumpur ) N ( Lumpur ) Keterlindungan S1 ( Semi Terbuka ) S2 ( Terbuka ) N (Terlindung ) Kedalaman S1 (0,4 m) S2 (0,3 dan 0,5 – 0,6 dan 1,28-1,46 m ) N (< 0,3,0,7 - 1,1 >1,46 m ) Salinitas S1 (32,2 – 32,6 ppt) S2 (> 18 - < 32,2 ppt) N ( < 18 dan > 35 ppt) Derajat Keasaman S1 ( 7,3 - 7,4 ) S2 ( 7,4 – 8,2 ) N ( < 7,3 dan > 8,2) Oksigen Terlarut S1 ( 6 - 7 ppm ) S2 ( > 3 – 6,8 ppm) N ( < 3 dan > 8 ppm ) Suhu Perairan S1 ( 20 – 26 oC ) S2 ( > 26 – 30,4 oC ) N ( < 20 dan > 30,4oC )
Bobot 20
Skor 3 2 1
20 3 2 1 20 3 2 1 10 3 2 1 10 3 2 1 10 3 2 1 10 3 2 1
Sumber data : Komplikasi Berbagai Sumber.
3
c.
Analisis Overlay Setelah data basis dan data spasial terbentuk langkah selanjutnya dianalisis. Analisis yang dilakukan adalah analisis tumpang susun (Overlay) yang menggabungkan informasi beberapa peta untuk menghasilkan informasi yang baru. Hasil dari analisis keruangan adalah berupa peta untuk kesesuaian kawasan budidaya rumput laut Keterlindungan
Intersect 1
Tidak sesuai : Nilai 1,00 – 1,65 Dalam penelitian ini kawasan budidaya dibagi dalam tiga kelas sebagai berikut: Kelas S1 : Sangat Sesuai Daerah ini sangat sesuai untuk kawasan budidaya rumput laut karena parameter pada perairan sangat baik dan tidak dijumpai faktor pembatas yang sangat berpengaruh untuk pertumbuhan Rumput Laut.
Suhu Intersect 2 Kedalaman
Kelas S2: Sesuai
Intersect 3
Salinitas
Intersect 4
Derajat Keasaman
Intersect 5 Intersect 6
Oksigen Terlarut Susbstrat
Intersect 7
Intersect Faktor7pembatas
Dissolve
Peta Kesesuaian kawasan Budidaya Rumput laut gambar. Kerangka Tahapan Overlay
d. Kelas Kesesuian Penentuan nilai total digunakan rumus : N = (Σ Bi x Si)/(Keseluruhan Bobot) Keterangan : N = Total Nilai Bi = Bobot Pada Tiap Kriteria Si = Skor Pada Tiap Keriteria Penentuan nilai kelas kesesuaian kawasan budidaya Rumput Laut, adalah : N.Min =
Daerah ini sesuai untuk kawasan budidaya dimana parameter-parameter perairannya masih dikatakan baik untuk budidaya rumput laut karena lokasi perairannya masih terbebas dari pengaruh angin topan dan hempasan gelombang serta mudah dijangkaw oleh sumber tenaga kerja. Kelas (N) : Tidak Sesuai Daerah ini tidak sesuai dengan literatur kesesuaian lahan budidaya, dikarenakan memiliki faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan Rumput Laut. Intersect Kelas Sangat Sesuai (S1) Setelah daerah kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut didapatkan, bagi daerah yang sangat sesuai dibuat coverage dinamakan S1. Tujuannya agar mendapatkan suatu daerah yang mempunyai kesesuaian yang sangat baik, dan inilah daerah yang sesuai untuk budidaya rumput laut
N. Max
HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Bathimetri
Selang Interval Kelas =
Peta bathimetri diinterpolasi dari titik hingga menjadi peta kontur kedalaman berupa polygon digunakan sebagai peta dasar untuk seluruh peta tematik, daerah penelitian dibatasi oleh kedalaman perairan 0,4 – 1,5 m pada saat surut terendah. Kedalaman perairan sesuai untuk wadah budidaya rumput laut yang digunakan dengan metode lepas dasar. Sedangkan untuk peta tematik atau peta-peta parameter pendukung budidaya rumput laut Eucheuma cottonii mengikuti dari peta
Dari perhitungan menggunakan rumus diatas dihasilkan selang interval kelas sebesar 0,65 dengan nilai N.min sebesar 1.00 dan N.max sebesar 2.97. Masing masing kelas dapat ditetepkan selang dari bobot nilainya sebagai berikut: Sangat sesuai : Nilai 2,32 – 2,97 Sesuai
: Nilai 1,66 – 2,31
4
kedalam. Berdasarkan data atribut masingmasing peta tematik dikonturkan sehingga peta kedalaman pada tiap peta dapat didigitasi dibagi dalam beberapa kelas berdasarakan data atribut masing-masing peta tematik. peta kontur kedalaman yang dijadikan peta dasar untuk semua peta tematik dapat dilihat pada gambar berikut:
2.Keterlindungan Pantai Daerah keterlindungan pantai semi terbuka S1 (Sangat Sesuai) untuk budidaya Rumput Laut. Daerah keterlindungan pantai terbuka S2 (Sesuai) untuk budidaya Rumput Laut. Untuk kelas keterlindungan pantai terlindung, yang tidak sesuai (N).
1.Kondisi Dasar Perairan Kelas S1 (sangat sesuai) untuk kawasan budidaya Rumput Laut dimana substratnya pasir dan pecahan karang. Substrat pasir berlumpur masuk pada kelas S2 (sesuai), Substrat berlumpur berada pada kelas N (tidak sesuai),
3.Suhu Perairan. Suhu perairan laut yang ( S1) sangat sesuai untuk budidaya Rumput Laut, suhu perairannya berkisar antara 30 – 30,7 0C. Pada kelas (N) tidak sesuai suhu perairannya berkisar antara 31,4 – 32 0C.
5
4.Kedalaman Perairan. Kedalaman perairan yang sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Laut, kedalaman berkisar antara 1,4 – 1,5 m. Untuk kedalaman yang sesuai (S2) kedalamannya berkisar antara 0,7 – 1,3. Kelas kedalaman yang tidak sesuai (N), kedalamannya berkisar antara 2 – 2,5 m.
5. Derajat Keasaman Derajat keasaman (pH) perairan pulau mantang daerah kelas sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Laut berkisar antara 7.7-8. Kelas derajat keasaman yang tidak sesuai (N) berkisar antara 8,5-8,7.
6. Salinitas Perairan Salinitas perairan laut pulau mantang untuk budidaya Rumput Laut pada kelas sangat sesuai (S1) 30-31ppt . Salinitas perairan untuk kelas tidak sesuai (N) berkisar antara 32-33 ppt.
7. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut (DO) peraiaran laut untuk kelas sangat sesuai (S1) untuk budidaya Rumput Lut berkisar antara 7.2-7.8 ppm. Oksigen terlarut (DO) perairan laut untuk kelas sesuai (S2) untuk kegiatan budidaya berkisar antara 6.3-7.1ppm untuk kelas (N) tidak sesuai berkisar antara 5.4-6.2 ppm.
6
8. Faktor Pembatas Daerah yang bebas dari faktor pembatas yang berada dalam kelas sangat sesuai (S1). Yang memiliki faktor pembatas berada pada kelas tidak sesuai (N) dimana terdapat pemukiman warga, keramba jaring apung ikan kerapu, keramba jaring tancap ikan kerapu, dan pelabuhan, daerah ini tidak sesuai dilakukan kegiatan budidaya Rumput Laut.
untuk budidaya rumput laut km2.
adalah 58.801
KESIMPULAN DAN SARAN Kesesuaian kawasan budidaya. Berdasarkan gambar diatas hasil dari tumpang susun peta (overlay) keseluruhan peta tematik. Menghasilkan dua kelas yaitu sangat sesuai dan tidak sesuai: sedangkan kelas sangat sesuai (S1). Daerah ini sangat sesuai untuk kawasan budidaya dimana perameter perairannya dikatakan mendukung untuk budidaya rumput laut karena lokasi perairan terbebas dari pengaruh angin topan dan hempasan gelombang. Total luas garis pantai yang memenuhi syarat untuk budidaya rumput laut yaitu: 30.817 km2. Sedangkan kelas yang tidak sesuai (N). Kelas ini dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk budidaya rumput laut, Sesuai dengan literatur kesesuaian kawasan budidaya karena perairan tersebut tidak mendukung untuk pertumbuhan rumput laut dan memiliki faktor pembatas yaitu berupa: Bangunan permanen atas air (pemukiman warga) pelabuhan kerambah jaring apung (KJA) dan kerambah jaring tancap (KJT). Untuk diperjelas dapat dilihat pada peta berwarna biru. Dan luas tidak sesuai
Kesimpulan Pulau Mantang memiliki potensi sumberdaya perairan yang sangat baik seperti yang sudah ada saat ini yaitu budidaya kerambah jaring apung ( KJA) dan kerambah jaring tancap (KJT). Hal ini dapat disimpulkan bahwa perairan pulau mantang sangat mendukung apabila ada suatu pengembangan budidaya yang berkelanjutan lainnya yaitu budidaya rumput laut. Berdasarkan dari hasil penelitian dikawasan perairan pulau mantang terdapat luas kawasan yang sangat sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut yaitu: luas kawasannya 30.817 km2. Sedangkan kelas yang tidak sesuai (N) luas kawasan nya 58.801 km2. Saran 1. Untuk pengembangan budidaya rumput laut pada perairan pulau mantang hendak nya dilakukan pada perairan yang telah ditetapkan dimana perairan tersebut tidak memiliki faktor pembatas.
7
2. Penanam rumput laut berdasarkan penentuan ini hendak nya dilakukan dengan metode lepas dasar dimana metode ini pada umumnya dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki substrat, dasar karang berpasir atau pasir dengan pecahan karang. Dengan kedalaman 1.28-1.46 m. Metode lepas dasar hanya dapat dilakukan pada jenis rumput laut Eucheuma cottonii mula-mula bibit diikat dengan tali pelastik (rapia) masing-masing dengan jarak 20 cm dan direntangkan sepanjang 20-30 cm diatas dasar perairan dengan menggunakan kayu pancang. Daftar Pustaka Ariati et al, 2007 Sistem Informasi Geografi (SIG) Dalam pembudidayaan biota laut.. Aslan, L, M, 2006. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. Aziz, A., 1992. Prasurvey Lokasi Budidaya Intensif Rumput Laut Ditijau dari Aspek Fisika, Kimia dan Biologi Perairan di Nusa Penida, Bali, Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Pertanian Insitut Pertanian Bogor,Bogor. Farid A, 2008. Studi Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cotoni di Perairan Branta, Pemekasan, Madura. Dalam Jurnal Penelitian Perikanan, Vol II, Komor I, juni 2008, Hal 1 – 6. Prahasta.E. 2009. Sistem Informasi Geografis. Bandung. Penerbit Informatika.818 hal
8