Wawan Ruswandi .
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN PRIBADI MATERI PSIKOLOGI REMAJA SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 1 SUKARAJA KABUPATEN TASIKMALAYA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: Wawan Ruswandi (SMPN 1 Sukaraja)
[email protected]
ABSTRACT Bimbingan dan motivasi belajar yang diberikan secara khusus oleh guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar diarahkan untuk dapat mandiri, memiliki kepercayaan diri, sehingga lama kelamaan mereka akan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Penelitian tindakan kelas ini mengambil subjek di kelas IXF SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 32 siswa. Nilai KKM (Standar Ketuntasan Minimal) dalam menjawab soal dan praktek tentang materi psikologi remaja diketahui rata-rata kelas adalah 68,27. Simpulan akhir bahwa penguasaan materi mengalami permasalahan yakni siswa tidak mencapai ketuntasan minimal dalam memahami materi yang diajarkan. Nilai belajar siswa siswa pada observasi awal adalah 68,27 yang mengalami peningkatan pada tahapan I menjadi 71,88, meningkat lagi pada tahapan II menjadi 84,38 dan pada tahapan III naik lagi menjadi 84,55 yang sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar siswa siswa kelas IXF mengalami peningkatan setelah penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Disarankan untuk selalu memotivasi siswa belajar di rumah dan terus dilakukan penelitian lanjutan.
Key words: Prestasi, belajar, bimbingan, pribadi, psikologi, remaja, siswa Abstrak Guidance and motivation to learn are given specifically by the teacher to the students who have difficulty learning directed to be independent, to have confidence, so that over time they will be able to solve its own problems. This classroom action research subjects in class taking IXF SMP Negeri 1 Talbot Tasikmalaya regency totaling 32 students. KKM (Complete Standard Minimum) in answering questions and practices of the material known adolescent psychology class average was 68.27. The final conclusion that the mastery of experiencing the problems that students do not reach the minimum completeness understand the material being taught. The value of student learning on the students 'initial observation is 68.27 which is increased in stages I to 71.88, rose again in stage II became 84.38 and at stage III increased again to 84.55 so that it can be concluded that the students' class students IXF increased after the application of personal counseling services. It is advisable to always motivate students to learn at home and continued to do further research. Kata kunci: Achievement, learning, guidance, personal, psychological, teenagers, students
A. Pendahuluan Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang amat penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna. Hal ini berarti sekolah turut pula bertanggungjawab tercapainya suatu tujuan, yang telah ditetapkan. Perlu dipahami bahwa masingmasing individu memiliki karakter 212 Bimbingan dan Konseling
yang berbeda-beda ada yang memiliki daya serap yang cepat ada yang sedang ada yang rendah. Karena perbedaan inilah yang dapat menimbulkan masalah kesulitan belajar sedang siswa yang pandai akan jenuh apabila proses pembelajaran disamakan dengan yang lambat belajar atau mengalami kesulitan belajar. Oleh sebab itu agar proses belajar mengajar berjalan dan berhasil dengan baik perlu mengadakan bimbingan belajar dan motivasi agar siswa
UPI Kampus Tasikmalayaa
terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dan penyesuaian diri terhadap lingkungan di mana siswa berada, guru harus memahami semua siswa dalam satu kelas yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan memahami ciri, sifat dan kemampuan masing-masing individu memudahkan guru dalam memberikan bimbingan dan motivasi belajar. Belajar adalah inti dari kegiatan sekolah, maka guru berkewajiban untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dengan cara memberikan bimbingan yang sesuai kesulitan yang dihadapi oleh siswa yang bersangkutan. Ketercapaian perkembangan siswa diperlukan tiga komponen pokok: 1) program kurikulum; 2) administrasi, 3) bimbingan belajar yang terarah. Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang integral. Bimbingan di sekolah, sangat diperlukan guna membantu siswa dalam mengatasi permasalahannya, dalam masalah belajar atau masalah pribadi siswa. (Pedoman BP.SD, 1994). Bimbingan siswa harus memiliki prinsip dasar yang kuat sebagai landasan pelaksanaannya, sehingga bimbingan dan motivasi belajar merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan di sekolah. Sekolah merupakan salah satu sistem pendidikan, dihadapkan pada tugas pokok untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kecerdasan, ketrampilan serta budi pekerti yang luhur merupakan unsur daripada tujuan pendidikan di sekolah. Guru berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan motivasi belajar pada kesulitan yang sangat mendasar. Bimbingan dan motivasi belajar ini diberikan secara khusus oleh guru kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam bidang pembelajaran ini, agar mereka dapat mandiri, memiliki kepercayaan diri, Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
sehingga lama kelamaan mereka akan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Bimbingan pribadi berfungsi untuk mengembangkan potensi manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda. Potensi tersebut berkembang menjadi suatu kemampuan tertentu dalam sifatsifat yang nampak pada diri seseorang tidak ada yang persis sama, itulah keunikan seseorang. Ciri-ciri dan kemampuan yang nampak kurang atau jelek, seseorang akan merasa rendah diri, menutup diri, maka dengan keunikan, ciri-ciri dan kemampuan yang nampak baik, seseorang akan merasa besar kepala, sombong dan acuh. Pada siswa perlu memahami hal ini semua. Siswa harus mampu mengembangkan sikap positif, menerima dengan lapang dada atas kekurangannya, berakal dan berusaha memperkecil atau mengatasi keurangankekurangan tersebut. Sebaiknya bersyukurlah bagi mereka yang memiliki kelebihan. Ciri-ciri dan kemampuan yang kurang diterima dan dihargai dengan sikap yang wajar, arif, dan bijaksana, tidak perlu disesali yang penting ada usaha utnuk memperbaiki, sedangkan ciri-ciri dan kemampuan yang sudah baik harus dipelihara, dipertahankan dan ditingkatkan. Tugas guru adalah menumbuhkembangkan modalitas siswa dengan bimbingan dan motivasi belajar sebab kenyataan di lapangan nilai pembelajaran Bidang Bimbingan Pribadi selalu rendah mencapai nilai rata - rata 59. Dengan rendahnya nilai tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar yang mendasar. Karena rendahnya prestasi belajar ini merupakan salah satu indikasi bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang serius. Tugas seorang konselor adalah menyelenggarakan layanan kemanusiaan pada kawasan layanan yang 213
Wawan Ruswandi .
bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengembilan keputusan tentang pendidikan, pilihan dan pemeliharaan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan. Makna melalui pendidikan mengandung penekanan keharusan sinergi antara guru dan konselor. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai. Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke arah normatifetis. Seorang konselor harus memahami perkembangan nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi konseling untuk menemukan makna nilai kehidupannya. Pengertian bimbingan dan konseling agar lebih mudah kita kaji satu persatu. Menurut Prayitno (1997; 36) merumuskan pengertian bimbingan yang unsur-unsur pokoknya diawali oleh huruf-huruf yang ada dalam istilah bimbingan itu sendiri, yaitu : B = Bantuan, I = Individidu, M = Mandiri, B = Bahan, I = Interaksi, N = Nasehat, G = Gagasan, A = Asuhan, dan N = Norma. Dengan memasukkan unsur-unsur tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar ia dapat mandiri dengan menggunakan bahan berupa interaksi, nasehat, gagasan dan asuhan yang 214 Bimbingan dan Konseling
didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Sedangkan yang dimaksud konseling atau konseling atau penyuluhan adalah proses dengan mana pribadi yang bermasalah (siswa) dibantu untuk merasa dan bertindak dalam cara-cara yang lebih matang melalui interaksi pribadi yang tidak bermasalah (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang siswa mengembangkan tingkah lakutingkah laku yang memungkinkannya menjadi lebih efektif dengan dirinya dan dengan lingkungannya. Jadi yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah suatu program adalah suatu program yang bertujuan untuk membantu siwa agar dapat menemukan pemecahan sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan agar setelah mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling siswa dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki. Tujuan ini dirumuskan berdasarkan kenyataan adanya perbedaan antara siswa yang satu dengan yang lain. Sedangkan secara khusus, pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan agar siswa dapat: a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, minat, kemampuan, sikap dan perasaannya. b. Memahami lingkungannya dengan baik, yang meliputi lingkungan pendidikan, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat. c. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksnaa, yaitu keputusan yang dibuat atas pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungan.
UPI Kampus Tasikmalayaa
d.
Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari, baik disekolah maupun diluar sekolah. Selain tujuan tersebut di atas, dalam rangka menjawab tantangan kehidupan masa depan, yaitu adanya relavansi program pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, maka pelayanan bimbingan dan konseling memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman. Fungsi Bimbingan dan konseling Berdasarkan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai, pelayanan bimbingan dan konseling dapat berfungsi sebagai berikut. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman diri yang meliputi: a. Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa (termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru dan pembimbing. b. Pemahaman tentang infomrasi termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi pekerjaan dan informasi nilai dan budaya. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya. Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat mengarah kepada pemenuhian fungsi ini antara lain: a. Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan sosial pribadi, dan peraturan-peraturan sekolah.
Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
b. Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan peraturan-peraturan yang logis, dan menyelenggarakan proses belajar mengajar yang menyenangkan. c. Kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan kesamaan pandangan serta siap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa. Masalah yang dihadapi oleh siswa biasanya berupa: a. Kesulitan dalam menangkap isi pelajaran b. Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar c. Kurang motivasi belajar d. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan teman-temannya, dan sebagainya. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan terpelihara dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan seiring dengan berlangsungnya Proses Belajar Mengajar, sehingga dapat sekaligus mengidentifikasi dan mengevaluasi keberhasilan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peranan Guru dalam Bimbingan dan konseling Perbedaan sifat yang dimiliki oleh siswa sesamanya dapat menimbulkan kesulitan, baik bagi siswa maupun guru yang mengasuh berlangsungnya Proses Belajar Mengajar. Kesulitan yang timbul dapat berupa terlambat belajar, gangguan emosional, salah sikap dan sebagainya. Dengan 215
Wawan Ruswandi .
bermacam-macam variasi yang ada pada siswa, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menyelenggarakan bimbingan dan konseling terhadap anak didik. Oleh karena itu agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik maka perlu peranan guru dalam memberikan bimbingan dan konseling. Adapun peranan guru dalam pemberian bimbingan dan konseling di sekolah dasar adalah sebagai berikut. a. Membantu siswa mewujudkan tugas-tugas perkembangannya. Menurut Havighrust, ada sejumlah tugas perkembangan yang harus dilaksanakan, pada anak-anak tingkat sekolah dasar, yaitu: - Mempelajari keterampilan-keterampilan fisik yang diperlukan dalam bermain. - Mengembangkan sikap secara keseluruhan terhadap diri sendiri sebagai organisasi yang sedang tumbuh. - Belajar bergaul dengan temanteman sebaya. - Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan, berhitung. - Mempelajari peranan sosial baik sebagai wanita maupun sebagai pria. - Mengembangkan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan menghitung. - Mempelajari peranan sosial baik sebagai wanita maupun sebagai pria. - Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. - Mengembangkan kata hati dan norma-norma. - Mendapatkan kebebasan pribadi. - Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan badan-badan sosial. 216 Bimbingan dan Konseling
b. Membantu memenuhi kebutuhankebutuhan dasar siswa Siswa memiliki kebutuhan dasar sebagaimana dikemukakan Maslow (Ngalim Purwanto, 1990: 77). Bahwa secara hirarkis ada lima tingkat kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan dasar itu ialah: 1) Kebutuhan fisiologis Yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologi dasar dari organisme manusia, seperti makanan, pakaian, dan perumahan. 2) Kebutuhan rasa aman Yaitu kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit, perlakuan tidak adil dan sebagainya. 3) Kebutuhan kasih sayang Yaitu kebutuhan untuk merasa dicintai, dimiliki serta disayangi oleh orang lain. 4) Kebutuhan penghargaan Yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan atas prestasi, kemampuan, kedudukan, pangkat dan sebagainya. 5) Kebutuhan atualisasi diri Yaitu kebutuhan untuk menampilkan atau menunjukkan kemampuan diri secara kreatif. Mengatasi kondisi rumah tangga yang kurang menguntungkan. Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar belakang rumah tangga yang berbeda. Ada yang orang tuanya kaya, ada yang miskin, ada yang rumah tangganya retak dan lain-lain. Selain beberapa hal yang telah diuraikan diatas, masih banyak lagi peranan guru di dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada anak didiknya. Prestasi belajar Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar
UPI Kampus Tasikmalayaa
dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Daryanto (2007: 102124) menjelaskan bahwa berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif yang terdiri dari 6 aspek yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Penjelasan lebih lanjut ke-6 aspek tersebut adalah sebagai berikut: a) Remembering (mengingat) yaitu memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka-panjang. Kata kuncinya yaitu mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dan sebagainya. b) Understanding (paham, memahami) artinya menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar. Kata kuncinya adalah menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan dan sebagainya. c) Applying (menerapkan) artinya melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu. Kata kuncinya adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dan sebagainya. d) Analyzing (analisis) artinya menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentukJurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
nya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu. Kata kuncinya adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan, dan sebagainya. e) Evaluating (evaluasi atau menilai) artinya menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu. Kata kuncinya adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, mebenarkan, menyalahkan, dan sebagainya. f) Creating (mencipta) artinya memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil. Kata kuncinya adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah, dan sebagainya. 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3) Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuseular (menghubungkan, mengamati). Prestasi merupakan bagian terpenting dari hasil belajar. Menurut Muhibbin Syah (1995: 141) bahwa “hasil belajar adalah penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai 217
Wawan Ruswandi .
siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan”. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Setelah memahami konsep prestasi, maka akan dijelaskan definisi belajar. Cronbach (Syamsu Yusuf dkk, 1993:4) mengemukakan bahwa “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Sedangkan Sartain (Syamsu Yusuf dkk, 1993: 4) mengemukakan belajar sebagai “The process by which a relatively enduring change in behavior occurs a result of experience or prachce”. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif tahan lama sebagai hasil dari pengalaman’. Sumadi (Syamsu Yusuf dkk, 1993: 4) mengemukakan bahwa:; (a) belajar itu membawa perubahan (perubahan perilaku baik akal, maupun potensial), (b) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, (c) perubahan itu terjadi karena usaha (dengan disengaja). Kemudian Witherington (Syamsu Yusuf dkk, 1993:4) mengartikan belajar sebagai “suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan-penguasaan pola respons atau tingkah laku yang mungkin berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, kemampuan atau pemahaman”. Piaget (Dahar, 1996: 51) mengemukakan bahwa belajar merupakan “proses perubahan struktur kognitif lama menjadi struktur kognitif baru melalui asimilasi dan akomodasi”. Beberapa pendapat di atas didukung oleh Tabrani Rusyan (1994: 8) yang mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap 218 Bimbingan dan Konseling
atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. Proses disini dalam arti adanya hubungan interaksi antara individu dengan suatu sikap, nilai atau kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungannya dengan dunianya sehingga individu itu berubah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah hanya mengutamakan penumpukan ilmu tetapi juga memperhatikan perkembangan keseluruhan pribadi. Aspek pengetahuan penting, akan tetapi harus berguna dalam kehidupan anak. Selain dari intelektual dipentingkan juga aspek sosial, emosional, etika dan lain-lain. Dengan kata lain belajar merupakan salah satu cara individu memenuhi kebutuhannya agar dapat memperoleh perubahan tingkah laku. Setelah memahami mengenai pengertian-pengertian dari belajar, maka seorang guru juga harus mengetahui teori-teori belajar sehingga ia dapat menentukan teori belajar yang akan ia terapkan di kelas sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana secara baik dan profesional. Teori belajar adalah pandangan yang amat mendasar, sistematis dan menyeluruh tentang proses bagaimana manusia, khususnya anak didik berhubungan dengan lingkungannya. Secara pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penje-lasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Salah satu teori belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan prestasi belajar siswa adalah teori
UPI Kampus Tasikmalayaa
koneksionisme (connectionism). Teori ini mempunyai doktrin pokok, yaitu hubungan antara stimulus dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan pengadaan dan dorongan untuk berbuat. Gagne (Nasution, 2000:136) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dan waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponenkomponen dalam proses belajar menurut Gagne (Nasution, 2000: 136) dapat digambarkan sebagai Stimulus (S)----(R). S yaitu situasi yang memberi stimulus, sedangkan R adalah respons atau stimulus itu, dan garis diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam dini seseorang yang tidak dapat diamati, yang bertalian dengan sistem alat syaraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat indra. Stimulus itu merupakan input yang berada diluar individu, sedangkan respons adalah outputnya, yang juga berada diluar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati. Menurut Gagne (Sagala, 2012: 19) ada tiga tahap dalam belajar yaitu (1) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi; (2) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantik, Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
pembangkitan kembali, respon, dan penguatan; dan (3) alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum. Perilaku belajar adalah perilaku yang cukup kompleks karena banyak unsur-unsur yang terlibat di dalamnya, beberapa unsur diantaranya adalah : a) Tujuan yang ingin dicapai. Dibalik tingkah laku belajar ada unsur keinginan, harapan, tujuan yang ingin dipenuhi. Keinginan dan harapan tersebut mungkin sekedar kepuasan yang segera tercapai, mungkin juga berantai dengan jangkauan yang lebih jauh, seperti keinginan melanjutkan sekolah, keinginan memperoleh ranking kesatu. b) Pola respons dan kemampuan yang dimiliki atau kesiapannya. Setiap individu memiliki pola yang dapat digunakan saat menghadapi situasi belajar. Setiap individu mempunyai cara sendiri untuk merespons lingkungannya. Cara yang digunakan individu sangat erat kaitannya dengan kesiapan yang bersangkutan dalam merespons situasi yang dihadapkan kepadanya. c) Situasi belajar. Yang dimaksud situasi belajar disini adalah benda, orang dan simbol yang ada di lingkungan yang belajar. Situasi tersebut mengandung berbagai alternatif yang menuntut pilihan. Alternatif yang dipilih dapat memberikan kepuasan dan dapat pula tidak memuaskan pemilih. d) Penafsiran situasi sebelum berbuat. Individu dihadapkan pada situasi memilih proses penafsiran situasi yang dihadapinya. Individu harus menentukan tindakan mana yang akan diambil, mana yang harus dihindari, dan mana yang paling aman. e) Reaksi atau respons. Respons merupakan kegiatan atau kesiapan internal untuk berbuat. Respon itu 219
Wawan Ruswandi .
dapat berbentuk kata-kata, dapat pula berupa gerakan, perbuatan, kegiatan atau meningkatnya ketegangan dalam diri individu. f) Reaksi terhadap kegagalan. Sekiranya individu gagal mencapai tujuannya, mungkin akan tumbuh kekecewaan pada dirinya, sehingga tidak mau mencobanya lagi. Akan tetapi ada kalanya individu yaang gagal akan mengadakan interpretasi baru dengan menyesuaikan responnya pada tuntutan lingkungan. (Rochman Natawidjaya, 1992/ 1993: 75) Dalam usaha menyiapkan situasi belajar yang efisien, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu. Sebenarnya terlalu banyak faktor yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses belajar. Faktor yang banyak ini dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok faktor, umumnya dapat dikelompokan menjadi enam kelompok, yaitu; faktor siswa, faktor guru, faktor interaksi guru-siswa, faktor siswa sebagai kelompok, faktor lingkungan fisik dan faktor pendorong dari luar (Rochman Natawidjaya, 1992/1993: 79) Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. 220 Bimbingan dan Konseling
Banyak faktor yang mempengaruhi baik buruknya prestasi belajar seseorang, yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Menurut Sumadi Suryabrata (1998: 233) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997: 591), secara garis besar faktorfaktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal: Faktor internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : Faktor fisiologis Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera. a) Kesehatan badan Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur. b) Pancaindera Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan
UPI Kampus Tasikmalayaa
demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. Faktor psikologis Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah: a) Intelligensi Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya . b) Sikap Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu dengan halhal tertentu. Sikap siswa yang positif dengan mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah. c) Motivasi Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
Menurut Irwanto (1997: 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991: 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Faktor eksternal Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah : 1). Faktor lingkungan keluarga; 2). Faktor lingkungan sekolah; dan 3). Faktor lingkungan masyarakat. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di Kelas IX F SMP Negeri 1 Sukaraja Tahun Pelajaran 2014/2015. Siswa di kelas ini jumlahnya 32 orang siswa, terdiri dari 19 siswa perempuan dan 13 siswa lakilaki yang secara keseluruan memiliki karakteristik umum seperti kelas-kelas lainnya. B. Hasil dan Pembahasan Penyajian data penelitian tentang penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, data penelitian yang dikumpulkan dengan menggunakan tes untuk siswa kelas IXF . Untuk mengetahui bagaimana hasil tes untuk siswa kelas IXF yang peneliti lakukan 221
Wawan Ruswandi .
pada siswa kelas IXF siswa setelah penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dengan hasil tes untuk siswa kelas IXF sebelum penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, dimana dalam tes untuk siswa kelas IXF sudah ditentukan dalam penilaian untuk tes dengan nilai skala puluhan. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah wawancara dengan para informan, yakni para guru dan karyawan di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, hasil temuan wawancara dengan guru berkaitan dengan pelaksanaan kondisi belajar siswa Psikologi remaja siswa di sekolah, adapun hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 Nopember 2014 di ruang guru SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut: Pelaksanaan pencapaian belajar siswa siswa Berdasarkan hasil kemampuan belajar yang dicapai siswa dalam PBM (proses belajar mengajar) di sekolah ini didasarkan dari penggunaan metode pembelajaran yang dipakai di dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran tersebut terbagi dalam dua jenis yaitu, (1) Sebelum penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dan (2) Saat penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, di mana untuk dapat mencapai dan menjawab tujuan dalam penelitian ini, maka sampel yang diteliti adalah siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 32 siswa. Nilai KKM (Standar Ketuntasan Minimal) untuk tes bagi siswa kelas IXF menjawab soal dan praktek tentang materi psikologi remaja di kelas tersebut diketahui rata-rata kelas adalah 68,27. Temuan data wawancara tersebut ditindaklanjuti dengan memberikan 222 Bimbingan dan Konseling
data berupa dokumen hasil tes, yang diperoleh siswa inilah yang akan digunakan sebagai penguat data tersebut kita dapat mengetahui nilai kemampuan siswa kelas IXF, sehingga data yang disajikan adalah nilai ratarata dari hasil tes. Dan teknik ini digunakan dengan alasan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel mengenai variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Secara rinci jawaban siswa terhadap pertanyaan mengenai hasil tes akan dipaparkan dalam bentuk dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Nilai Tes dan Prosentase ketuntasan Siswa Sebelum Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
N o
Nama Siswa
Observasi Awal Nilai
KTN
1 2 3 4 5
ADAM NIZAR KUSMARA AJI GUNAWAN ALDO APRILDO ANIS ANISA ARDY PASA GRANDIS
65 80 75 75
T T T T
60
TT
6
CRISNA BAYU
75
T
7
CYNTIYA NURDINI
80
T
8
DINA SUDIAMAN
75
T
9
EGA SUNDAPA
80
T
10
EGI NUGRAHA
55
TT
11
ERVI APRILIANI
75
T
12
FAUZAN RIZALUL ULUM
75
T
13
FAUZI FADLUR RAHMAN
55
TT
14
GINA FITRIANI AMALIYA
80
T
15
LISNAWATI
60
TT
16
M.RIZAL PURNAMA
65
TT
17
MUHAMMAD FAHRIL B
70
TT
18
RAFI DHIYA NURHAQ
65
TT
19
RANI NURAENI
70
TT
20
RATIH PURWASIH
60
TT
21
SHELVIANI
75
T
UPI Kampus Tasikmalayaa
22
SINTA BELA
75
T
23
SINTA MUSTIKA
55
TT
24
SITI MAESAROH
75
T
25
SITI NURKAMILAH
60
TT
26
TIAN JUALIANNISA
60
TT
27
WAHYU TANJILAL
55
TT
28
WILDAN HALALAN
60
TT
29
WAINDA TRININGSIH
70
TT
30
WINI SRIWAHYUNI
65
T
31
YULI NURHAYATI
80
T
75
T
32
YULI YULIANTI Rata-rata
68,27
Ketuntasan Belajar
48,27
Sumber: Data Primer diolah (2014) Berdasarkan data tabel tersebut di atas, maka diketahui bahwa rata-rata belajar siswa siswa sebelum penerapan layanan bimbingan konseling pribadi nilai rata-rata tes untuk siswa kelas IXF siswa adalah 68,27 dengan prosentase ketuntasan belajar adalah 48,27%. Keberadaan prestasi belajar siswa kelas IXF pada materi psikologi remaja juga diperoleh dari informan kepala sekolah yakni Ii Ruhimat, HM, adapun pertanyaan yang diajukan peneliti adalah bagaimanakah deskripsi penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja pada siswa kelas IXF, hasil wawancara adalah sebagai berikut: “Kondisi pelaksanaan penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi yang dilakukan di sekolah kita tercinta ini, dapat saya jelaskan secara umum, tidak terlepas dari berbagai upaya dan partisipasi seluruh warga belajar di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Khususnya para dewan guru dan karyawan di sekolah ini, yang telah mencurahkan segenap kemampuannya selain melaksanakan kewajiban dalam bekerja, selain itu dukungan wali
Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
murid dan komite sekolah juga cukup signifikan. Program penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja awalnya adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran klasika, tetapi hasil diskusi guru yang mana siswa cenderung mengalami kesulitan serta tidak tuntas dalam pencapaian KKM, maka hasil sharing kami sepakat untuk mencoba menerapkan metode pembelajaran inovasi selain dengan metode klasikal tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi prestasi belajar materi psikologi remaja pada siswa kelas IXF sedang mengalami permasalahan yakni tidak tercapainya prestasi belajar siswa. Pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran dengan Layanan bimbingan konseling pribadi ini dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling sejak tahun pelajaran 2014/2015, hingga saat ini yakni tahun pelajaran 2014/2015, program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi yang dilaksanakan oleh guru-guru di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya sudah memiliki perencanaan yang sudah disiapkan dan disetujui oleh pihak kepala sekolah. Data yang terkait dengan pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, diperoleh peneliti dari berbagai sumber, yang salah satunya adalah menggunakan metode wawancara. Berkaitan dengan pelaksanaan program penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi informan yang pertama kali di temui adalah pihak kepala sekolah, wawancara dilakukan pada tanggal 9 Nopember 2014, proses wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah. 223
Wawan Ruswandi .
Salah satu langkah dalam mengupayakan peningkatan prestasi belajar materi psikologi remaja pada siswa kali (siswa kelas IXF) adalah dengan menerapkan layanan Bimbingan dan Konseling pribadi, dengan layanan bimbingan konseling pribadi di sekolah kita dilakukan dengan perencanaan yang berkesinambungan dan selalu diperbaharui dalam setiap periode pelaksanaannya, secara umum Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi dilakukan dengan menyiapkan berbagai prasarana yang meliputi perangkat-perangkat pembelajaran yang meliputi: a. Rencana layanan bimbingan konseling pribadi b. Daftar nama siswa kelas IXF c. Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi d. Soal tes bagi siswa kelas IXF e. Evaluasi. Dengan perangkat pembelajaran tersebut maka kegiatan pendahuluan dapat dikerucutkan sebagai berikut: Apersepsi, Memberikan motivasi dan pre test pada siswa. Berdasarkan pemaparan dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, dilakukan secara klasikal, ternyata siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Tahapan selanjutnya yang dikemukakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui berbagai aktivitas guru dalam pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi, guna memperjelasnya akan dikemukakan hasil wawancara dengan guru yang berkecimpung langsung dalam 224 Bimbingan dan Konseling
pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi tersebut. Wawancara dalam mengetahui kondisi Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi sesuai dengan rumusan masalah kedua dalam penelitian ini (kode wawancara R-2) dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling pada tanggal 27 Nopember 2014 di ruang guru, hasilnya adalah sebagai berikut: Kegiatan yang dilakukan guru pada saat penerapan layanan bimbingan konseling pribadi antara lain : a. Menentukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan belajar yang sedang dihadapi oleh para siswa, baik sebagai individu maupun sebanyak kelompok. b. Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang diduga paling determinan terhadap terjadinya masalah belajar tersebut. c. Menetapkan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk melakukan layanan bimbingan konseling pribadi kepada para siswa. d. Melakukan Layanan bimbingan konseling pribadi dalam bentuk bantuan, arahan, petunjuk, gerakan, dan sebagainya sesuai dengan caracara yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Siswa sendiri yang memecahakan masalah atau kesulitan belajar yang sedang dialaminya. f. Memisahkan siswa yang telah dibimbing dan mengembalikannya ke dalam kelas semula. g. Mengadakan evaluasi sebelum kegiatan pembelajaran ditutup pada
UPI Kampus Tasikmalayaa
tahapan ini diadakan tes soal. Tes bagi siswa kelas IXF menjawab soal dan praktek tentang kreatifitas, wawasan umum, kemampuan berbahasa inggris dan kemampuan dalam kesenian Dengan harapan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dewan guru membimbing siswa melakukan Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, memberikan bantuan bila diperlukan, dan mengawasi kegiatan siswa. Setelah diadakan kuis guru memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor atau nilai tertinggi. Kemudian ditutup dengan memberikan kesimpulan. Temuan di atas menunjukkan bahwa penerapan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya sudah dilakukan dengan baik oleh dewan guru yang berkecimpung dan terlibat langsung dalam pelaksanaan program tersebut. Sesuai hasil pengamatan pada pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi yang telah dilakukan selanjutnya dievaluasi/ refleksi dengan ditemukan hambatan pada pelaksanaan tersebut, yaitu kebanyakan siswa ada yang belum optimal dalam memahami pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh guru sedangkan ada juga siswa yang sudah memahami dari arti pembelajaran yang penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Guru masih belum memperhatikan seluruh siswa dengan seksama sehingga beberapa siswa masih dapat bergurau dan tidak serius dalam pembelajaran. Selain itu guru masih kurang kreatif dalam memberikan penjelasan dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa masih
Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
merasa kebosanan dalam pembelajaran. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya secara spesifik akan diperjelas oleh temuan-temuan dalam penelitian ini yang akan dikemukakan secara runtut adalah meliputi, Bagian ini akan menyajikan data nilai tes saat penerapan layanan bimbingan konseling pribadi pada siswa kelas IXF, maka data penelitian yang dikumpulkan untuk mengetahui belajar siswa siswa kelas IXF melalui Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dengan mengadakan test, meliputi tes untuk siswa kelas IXF yang dilaksanakan setelah adanya pembelajaran dengan menggunakan tahapan 1 sampai 3. Berdasarkan keterangan di atas terhadap instrumen yang diajukan mengenai keberadaan siswa dalam penggunaan putaran siklus, maka berikut ini akan dikemukakan pemaparan data mengenai pelaksanaan layanan bimbingan konseling pribadi dan nilai tes siswa kelas IXF dalam penggunaan tahapan I sampai III adalah sebagai berikut: Bagian ini akan memaparkan nilai rata-rata tes untuk siswa kelas IXF melalui pengumpulan data dokumenter oleh peneliti pada pelaksanaan Penelitian deskriptif kualitatif, khususnya pada tahapan I melalui Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu peneliti kembali melakukan wawancara dengan guru Psikologi remaja kelas IXF yang relevan dengan rumusan masalah ke dua dalam penelitian ini, wawancara tahap ke dua dilaksanakan di mushola sekolah pada tanggal 18 Nopember 2014 setelah sholat Dhuhur. 225
Wawan Ruswandi .
Pelaksanaan pembelajaran dengan layanan Bimbingan dan Konseling pribadi pada siswa kelas IXF memang sebelumnya sebagai guru kita konsultasikan kepada pihak kepala sekolah karena akan melibatkan guru bimbingan dan konseling, alhamdulillah beliau menyetujui dan guru bimbingan dan konseling juga menyetuji untuk membantu dalam pelaksanaannya secara penuh. Pada tahap awal dapat diketahui bahwa siswa memang agak canggung dengan pembelajaran menggunakan layanan Bimbingan dan Konseling pribadi, tetapi dengan arahan dan petunjuk yang benar di guru bkls serta saya selaku guru maka kesulitan dalam memahami pembelajaran dengan metiode layanan Bimbingan dan Konseling pribadi tersebut dapat diadaptasi siswa dengan baik. Temuan data yang mengemukakan perkembangan pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi akan di bagai dalam beberapa data dokumenter yang juga akan diperjelas dengan hasil wawancara yang telah dilakukan baik pada tahap I sampai tahap III, berikut dipaparkan data nilai rata-rata belajar siswa siswa adalah sebagai berikut: Nilai tes untuk siswa kelas IXF setelah mendapat layanan bimbingan konseling pribadi rata-rata yang dicapai pada tahapan I mencapai 71,88. Ketuntasan klasikal pada tahapan I yang penerapan layanan bimbingan konseling pribadi” meningkat menjadi 72,22 %. Siswa yang tidak tuntas pada tahapan I sebanyak 10 anak. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di evaluasi/ refleksi dengan ditemukan hambatan bahwa siswa yang belum paham dengan pembelajaran harus dioptimalkan dan guru terlalu banyak menjelaskan materi yang dilakukan 226 Bimbingan dan Konseling
dalam kelas sehingga dianggap menyita waktu kegiatan belajar mengajar maka pada tahapan berikutnya penjelasan guru perlu dikurangi. Pelaksanaan pembelajaran harus mendapat perhatian yang serius dari guru dan proses penyampaian materi harus dengan variasi yang banyak. Tahapan II Bagian ini akan memaparkan nilai rata-rata tes untuk siswa kelas IXF pada pelaksanaan Penelitian deskriptif kualitatif tahapan II melalui Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Rencana pembelajaran tidak jauh beda dengan tahapan I tetapi pada tahapan II ini penjelasan guru dikurangi agar tidak terlalu banyak menyita waktu. Berdasarkan refleksi pada tahapan I maka siswa yang masih belum paham dari sistem pembelajaran dengan penerapan layanan bimbingan konseling pribadi diberi pemahaman agar nantinya siswa biar mudah untuk mencernanya. Dalam pelaksanaan ini salah satunya adalah tindakan guru yaitu pada tahapan II ini sesuai dengan yang direncanakan pada pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan pada tahapan I tetapi pelaksanaannya sama dengan tahapan I, sehingga tidak banyak memakan waktu. Sebelum kegiatan pembelajaran selesai diadakan kuis (tes) dan pemberian penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai terbaik. Temuan hasil wawancara selanjutnya yaitu berupa aktivitas kegiatan PBM yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling pada saat penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dalam tahapan I antara lain :
UPI Kampus Tasikmalayaa
Kami para guru memiliki beberapa aplikasi tindakan yang disepakati untuk ditetapkan kepada para siswa dalam membina kualitas belajar siswa mereka, yang mana tindakan tersebut secara garis besar, dapat saya kemukakan sebagai berikut: a. Menentukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan belajar yang sedang dihadapi oleh para siswa, baik sebagai individu maupun sebanyak kelompok. b. Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang diduga paling determinan terhadap terjadinya masalah belajar tersebut. c. Menetapkan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk melakukan Layanan bimbingan konseling pribadi kepada para siswa. d. Melakukan Layanan bimbingan konseling pribadi dalam bentuk bantuan, arahan, petunjuk, gerakan, dan sebagainya sesuai dengan caracara yang telah ditetapkan sebelumnya. e. Siswa sendiri yang memecahakan masalah atau kesulitan belajar yang sedang dialaminya. f. Memisahkan siswa yang telah dibimbing dan mengembalikannya ke dalam kelas semula. g. Mengadakan evaualsi sebelum kegiatan pembelajaran ditutup pada tahapan II ini diadakan tes soal. Tes bagi siswa kelas IXF menjawab soal dan praktek tentang kreatifitas, wawasan umum, kemampuan berbahasa inggris dan kemampuan dalam kesenian Dengan harapan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru membimbing siswa melakukan Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
memberikan bantuan bila diperlukan, dan mengawasi kegiatan siswa. Setelah diadakan kuis guru memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh skor atau nilai tertinggi. Kemudian ditutup dengan memberikan kesimpulan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa siswa memang secara intens dibina dan diarahkan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas mereka secara individual dan menyenangkan dalam mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dokumentasi dari pelaksanaan PBM untuk Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi yang diperoleh dari temuan penelitian ini yang berupa hasil pelaksanaan layanan bimbingan konseling pribadi dan tes untuk siswa kelas IXF dalam tahapan II didapatkan data nilai ratarata belajar sepertib penjelasan berikut. Pada tahapan II ketuntasan belajar secara klasikal 91,67 % dan nilai ratarata tahapan II 84,38. Siswa yang tidak tuntas pada tahapan II ada 3 anak. Hal ini membuktikan adanya sebuah peningkatan belajar siswa dalam penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Sesuai hasil pengamatan pada tahapan II yang telah dilakukan dan evaluasi/ refleksi dengan ditemukan hambatan pada tahapan II khususnya hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang membimbing langsung pelaksanaan pembinaan terhadap siswa diketahui dari hasil wawancara temuan datanya adalah sebagai berikut: Hasil pencapaian pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi untuk semester ini, bahwa khusus untuk tahap II, program tersebut diketahui masih ada siswa ada yang belum optimal atau kurang serius 227
Wawan Ruswandi .
dalam memahami pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh guru sedangkan ada juga siswa yang sudah memahami dari arti pembelajaran yang penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Guru masih belum memperhatikan seluruh siswa dengan seksama sehingga beberapa siswa masih dapat bergurau dan tidak serius dalam pembelajaran. Dalam tahapan II guru sudah cukup kreatif dalam memberikan vartiasi penyampaian materi tetapi masih kurang komunikatif dengan siswa sehingga masih siswa masih merasa kebosanan dalam pembelajaran dan merasa takut dengan guru. Dalam pelaksanaan penelitian tahapan II, masih ada siswa yang belum tuntas belajarnya. Kemampuan siswa untuk menjelaskan dengan teman masih terdapat kendala dalam hal komunikasi. Pada tahapan II ini dilakukan sebuah refleksi lagi apakah ada sebuah permasalahan atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat di evaluasi/ refleksi dengan ditemukan hambatan bahwa siswa yang belum paham dengan pembelajaran harus dioptimalkan dan guru terlalu banyak menjelaskan materi yang dilakukan dalam kelas sehingga dianggap menyita waktu kegiatan belajar mengajar maka pada tahapan berikutnya penjelasan guru perlu dikurangi. Kreativitas guru untuk memberikan arahan dan menyampaikan pendapat kepada siswa masih di perlukan, serta siswa yang pandai masih mendominasinya pembicaraan, sehingga perlu dibagi. Bimbingan kepada siswa yang belum tuntas pada saat PBM perlu dioptimalkan agar siswa ini bisa tuntas dalam belajarnya. Perkembangan yang cukup menggembirakan ini yaitu kemajuan hasil pencapaian belajar siswa siswa secara umum pada tahap I dan tahap II 228 Bimbingan dan Konseling
pelaksanaan program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan temuan penelitian diketahui membawa kemajuan yang cukup baik dalam pelaksanaan program, tetapi peningkatan pencapaian belajar siswa yang sudah meningkat ini tidak serta merta menjadikan para guru dan karyawan di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya untuk melalaikan kewajiban tugas mengajarnya. Kepala sekolah secara optimal melakukan serangkaian program pengawasan dan pembinaan serta monitoring langsung terhadap pencapaian belajar siswa siswa yang sudah diperoleh, serta tidak lupa memberikan arahan-arahan yang membangun dan konstruktif terhadap dewan guru dalam pelaksanaan program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi, hal ini diketahui dari hasil temuan wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah pada tanggal 29 Nopember 2014, pada saat selesai sholat Dhuhur di mushola SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, dengan temuan wawancara sebagai berikut: Pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, khususnya untuk semester genap, pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi sudah berjalan dengan baik, meskipun tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan kita bersama, di mana berdasarkan hasil pengamatan saya di kelas masih ada beberapa siswa yang belum tuntas dan harus diremidi secara optimal oleh para guru yang membidangi pembelajaran di kelas agar secara serempak nantinya seluruh siswa sudah tuntas dalam memahami
UPI Kampus Tasikmalayaa
materi-materi pelajaran yang diberikan. Secara pribadi saya selaku kepala sekolah juga merasa bangga dengan semangat anak-anak dalam menuntut ilmu di sekolah tercinta kita ini, meskipun pelaksanaan PBM berjalan dengan ketat dan berkesinambungan, tetapi semangat dan hasrat belajar juga cukup tinggi. Kondisi ini setelah saya amati juga tidak rterlepas dariperan serta seluruh dewan guru di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya dalam memberikan Motivasi dan bantuan bimbingan langsung terhadap siswa siswa yang dirasakan mulai kendor semangat belajarnya. Pernyataan kepala sekolah yang memaparkan secara jelas kondisi perkembangan pencapaian belajar siswa siswa dalam mengikuti program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa para guru, karyawan TU dan siswa-siswi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, memang nampak memiliki semangat dan tujuan yang sama yakni untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan belajar siswa siswa. Derskripsi Prestasi belajar Siswa Siswa Kelas IXF di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya Bagian ini akan memaparkan secara spesifik berkenaan dengan pencapaian belajar siswa siswa pada tahapan akhir dalam program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, sehingga peneliti melakukan wawancara mendalam lagi dengan para guru khususnya guru yang langsung berkompeten dengan program tersebut. Hasil wawancara akan mendeskripsikan paparan temuan data berkaitan dengan belajar siswa siswa setelah Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
mengikuti program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi secara komprehensif, wawancara dilakukan pada hari selasa 30 Nopember 2014, di ruang guru, pada saat istirahat, hasil wawancara tersebut adalah Pencapaian belajar siswa untuk siswa dalam mengikuti PBM khususnya yang berkenaan dengan pelaksanaan Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya ini untuk tahap III, dapat saya sampaikan secara umum anakanak mengalami kemajuan yang baik, di mana nilai rata-rata tes untuk siswa kelas IXF pada pelaksanaan Penelitian deskriptif kualitatif tahapan III melalui Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Rencana pembelajaran secara garis besar masih sama dengan tahapan I dan II. Namun berdasarkan refleksi tahapan II terdapat 3 siswa yang belum tuntas, pada tahapan III ini siswa tersebut diberikan bimbingan yang lebih baik secara khusus. Dalam pelaksanaan ini salah satunya adalah tindakan guru yaitu pada tahapan III ini sesuai dengan yang direncanakan pada pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan pada tahapan I tetapi pelaksanaannya sama dengan tahapan II, sehingga tidak banyak memakan waktu. Kegiatan yang dilakukan guru pada saat penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dalam tahap III antara lain: 1. Menentukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan belajar yang sedang dihadapi oleh para siswa, baik sebagai individu maupun sebanyak kelompok. 2. Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah 229
Wawan Ruswandi .
atau kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang diduga paling determinan terhadap terjadinya masalah belajar tersebut. 3. Menetapkan cara-cara atau metode yang akan digunakan untuk melakukan Layanan bimbingan konseling pribadi kepada para siswa. 4. Melakukan Layanan bimbingan konseling pribadi dalam bentuk bantuan, arahan, petunjuk, gerakan, dan sebagainya sesuai dengan caracara yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Siswa sendiri yang memecahakan masalah atau kesulitan belajar yang sedang dialaminya. 6. Memisahkan siswa yang telah dibimbing dan mengembalikannya ke dalam kelas semula. 7. Mengadakan evaualsi sebelum kegiatan pembelajaran ditutup pada tahapan III ini diadakan tes soal. Tes bagi siswa kelas IXF menjawab soal dan praktek tentang kreatifitas, wawasan umum, kemampuan berbahasa inggris dan kemampuan dalam kesenian Sebelum kegiatan pembelajaran selesai diadakan kuis (tes) dan pemberian penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai terbaik. Hasil temuan tersebut menggambarkan kepada kita bahwa pelaksanaan serangkaian aktivitas peningkatan kualitas pembelajaran terhadap siswa dalam program Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan Layanan bimbingan konseling pribadi memberikan arah yang positif dan menunjukkan peningkatan kualitas pelaksanaan yang semakin baik, dengan mengevaluasi tahapan-tahapan sebelumnya, sehingga secara umum 230 Bimbingan dan Konseling
dapat dikemukakan bahwa dewan guru dan stake holder di SMP Negeri 1 Sukaraja Kecamatan Sukaraja dapat terintegrasi secara nyata untuk melaksanakan pencapaian tujuan sekolah yang ditetapkan. Dari hasil pelaksanaan tahapan III dan tes untuk siswa kelas IXF didapatkan data nilai rata-rata belajar siswa siswa adalah sebagai berikut: Dari hasil pencapaian belajar siswa pada tahap III menunjukkan ada peningkatan. Nilai rata-rata pada tahapan III naik menjadi 84,55 Presentasi ketuntasan klasikal pada tahapan III menjadi 100 %. Hal ini membuktikan bahwa adanya sebuah peningkatan belajar siswa yang signifikan dalam penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Pada tahapan III ini menunjukkan adanya peningkatan dari berbagai hal. Tetapi berdasarkan refleksi tahapan III ini masih ditemukan permasalahan yaitu : masalah penyediaan alat bantu untuk mengajar sangat diperlukan oleh siswa dan guru. Guru dan siswa sudah dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain sehingga guru sudah tidak dianggap menakutkan. Siswa menjadi lebih katif dalam bertanya dan menyampaikan pendapatnya masingmasing sehingga suasana kelas menjadi lebih aktif. Gaya dan metode penyampaian materi oleh guru sudah bariatif dan pelaksanaan penerapan layanan bimbingan konseling pribadi dapat berjalan dengan lancar. Secara umum dari hasil observasi didapatkan data bahwa proses penerapan layanan bimbingan konseling pribadi sudah berjalan dengan baik. Komunikasi antara siswa dan guru sudah berjalan aktif dan guru sudah variatif, tetapi penyediaan alat bantu untuk mengajar dan belajar murid sangat diperlukan oleh agar supaya belajarnya bisa berjalan dengan apa yang diinginkan oleh siswa dan guru.
UPI Kampus Tasikmalayaa
Untuk ketercapaian tujuan, maka perlu adanya sarana dan prasarana pendukung agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih optimal. Keberadaan program penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, secara umum telah dikemukakan dalam pembahasan di muka, khusus yang berkaitan dengan program tersebut dapat membantu belajar siswa siswa kelas IXF , hal tersebut diketahui dari data-data dokumenter hasil bl para siswa kelas IXF yang telah dikemukakan, selain itu berikut juga akan dikemukakan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 2 Desember 2014, pada saat selesai sholat Dhuhur di mushola SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, dengan temuan wawancara sebagai berikut: Dampak langsung yang dapat diketahui setelah pelaksanaan program penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi berkaitan dengan pencapaiah prestasi belajar siswa telada di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya adalah cukup baik dan mengalami peningkatan, meskipun secara obyektif dapat saya kemukakan bahwa peningkatannya itu berlangsung secara bertahap dan gradual, hal yang menggembirakan adalah secara rata-rata siswa teladan yang dibimbing mengalami peningkatan semangat yang baik dalam menghikuti PBM di kelas. Kondisi ini memberikan semangat baru bagi para guru yang melaksanakan PBM di sekolah tercinta untuk terus berupaya dan berinovasi dalam memberikan penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi dengan semakin intens dan berupaya memberikan yang terbaik. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong yang cukup positiv dalam mencapai Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
harapan sekolah untuk membina dan membimbing para siswa teladan yang dibina. Hasil wawancara tersebut memberikan sebuah deskripsi yang jelas kepada kita, bahwa keberadaan penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja dengan layanan bimbingan konseling pribadi yang dilakukan SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya secara optimal dan berkesinambungan meskipun tidak secara langsung dan cepat memberikan peningkatan prestasi belajar tetapi peningkatan pencapaian prestasi belajar mereka (siswa teladan) tersebut secara bertahap meningkat, yang dapat diketahui dengan baik adalah dari hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut dapat kita kemukakan bahwa pelaksanaan program yang dilakukan mampu memberikan dukungan terhadap siswa dan para guru yang mengajar dan bertugas di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. Untuk itu kami paparkan perbandingan nilai dan ketuntasan belajar tahapan I-III layanan bimbingan konseling pribadi pada siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya dengan penerapan penerapan layanan bimbingan konseling pribadi sebagai berikut: Hasil penilaian pada tes untuk siswa kelas IXF siswa melalui Penerapan layanan bimbingan konseling pribadi pada observasi awal didapatkan data bahwa nilai belajar siswa siswa adalah 68,27 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa adalah 48,27 % 15 siswa tidak tuntas belajar. Tahapan I rata-rata nilai mengalami peningkatan menjadi 71,88, ketuntasan secara klasikal 72,22 %, 9 siswa yang tidak tuntas. Hasil penilaian pada tes untuk siswa kelas IXF siswa di Tahapan II rata-rata nilai 84,38. Presentasi ketuntasan klasikal 91,67 %, 3 siswa yang tidak tuntas. Pada tahapan III Nilai rata-rata naik menjadi 84,55. Presentasi ketuntasan 231
Wawan Ruswandi .
klasikal tahapan III naik menjadi 100 %, semua siswa mencapai ketuntasan belajar. Sesuai dengan temuan data dari jawaban siswa terhadap tes untuk siswa kelas IXF yang diberikan oleh guru (penulis) pada siswa dalam hal untuk mengetahui belajar siswa siswa kelas IXF di SMP Negeri 1 Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya melalui penerapan layanan bimbingan konseling pribadi, maka selanjutnya dapat dikemukakan bersama bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas ketika siswa sesudah mendapat layanan bimbingan konseling pribadi dengan siswa sebelum mendapat layanan bimbingan konseling pribadi ternyata ada sebuah peningkatan yang cukup signifikan. Kondisi ini relevan dengan pendapat Gagne dan Briggs ( 1979:3 ) mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Kegiatan Belajar Mengajar adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan kegiatan pendidikan di dalam lingkungan sekolah dengan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah dalam wujud penyediaan beragam pengalaman belajar untuk semua peserta didik. Ini berarti, diversifikasi kurikulum tidak terbatas pada diversifikasi materi, tetapi juga terjadi pada diversifikasi pengalaman belajar, diversifikasi tempat dan waktu belajar, diversifikasi alat belajar, diversifikasi bentuk organisasi kelas, dan diversifikasi cara penilaian. Pandangan ini memberikan dampak pada penyelenggaraan PBM. 232 Bimbingan dan Konseling
Bila selama ini PBM hanya ditandai kegiatan satu arah penuangan informasi dari guru ke siswa dan hanya dilaksanakan dan berlangsung di sekolah maka PBM dengan nuansa Kurikulum karakter diindikasikan dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun gagasan/ pengetahuan oleh masing-masing individu dan lazimnya dapat diselenggarakan di beberapa lokasi seperti di kelas, di lingkungan sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di pasar, di toko, di pantai, di tempat rekreasi, di kebun binatang, atau di tempat-tempat lain. Dengan pembelajaran yang telah dilakukan dengan penerapan layanan bimbingan konseling pribadi ini mampu meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran, dengan demikian dalam PBM tidak berpusat pada guru lagi. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru menunjukan pada pembahasan tahapan pertama samapi tahapan ketiga terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan. Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung
UPI Kampus Tasikmalayaa
dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri. Melalui layanan bimbingan konseling pribadi terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep pembelajaran. Berdasarkan hasil Penelitian deskriptif kualitatif di atas prosentasi ketercapaian belajar siswa dan aktifitas siswa dan guru mengalami peningkatan yang signifikan pada tahapan pertama, kedua dan tiga, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab semua dari hasil tahapan ke tahapan dalam menggunakan layanan bimbingan konseling pribadi. C. Simpulan Berdasarkan penelitian tindakan yang dilakukan, di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya dalam kegiatan penelitian dari proses awal sampai akhir, ada beberapa temuan dalam Penelitian deskriptif kualitatif ini antara lain: 1. Penguasaan materi pelajaran Psikologi remaja di SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya bagi siswa kelas IXF mengalami permasalahan yakni siswa tidak mencapai ketuntasan minimal dalam memahami materi yang diajarkan 2. Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa nilai belajar siswa siswa kelas IXF di SMP Negeri 1 Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
Sukaraja Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya pada observasi awal adalah 68,27 yang mengalami peningkatan pada tahapan I menjadi 71,88, meningkat lagi pada tahapan II menjadi 84,38 dan pada tahapan III naik lagi menjadi 84,55 yang sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar siswa siswa kelas IXF mengalami peningkatan setelah penerapan layanan bimbingan konseling pribadi. Saran yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengggunaan layanan bimbingan konseling pribadi sebagai salah satu upaya dalam membina siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya guru selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di rumah materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya supaya dalam pembelajaran siswa mempunyai gambaran materi 2. Perlunya kolaborasi dengan guru yang lain di dalam meningkatkan kualitas pembelajaran guna meningkatkan kualitas dan belajar siswa yang dapat dilakukan dengan melakukan penelitian yang lebih komprehensif. D. Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Latipun. (2006). Psikologi Konseling. Malang : UMM Press Makmun, Abin S. (2007). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marat, S. & Siregar, J.R. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Universitas Padjajaran. Natawijaya, Rochman. (1987). Pendekatanpendekatan dalam Penyuluhan Kelompok I. Bandung: CV. Diponegoro. 233
Wawan Ruswandi .
Nurihsan, A. Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama. Prayitno, & Anti, Erman. (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang. Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Remadja Karya, Bandung. Sudjana, Nana. 1989. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Sukaryana, I Wayan. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas Malang. Sugiono. 2000. Model Penelitian Administrasi. IKAPI. Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar, Model dan Teknik. Transito, Bandung. Surya, Moh. 1985. Psikologi Pendidikan. Publikasi Jurusan Pendidikan dan Bimbingan. FIP. IKIP. Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. Biodata singkat: Penulis adalah guru SMPN I Sukaraja.
234 Bimbingan dan Konseling