Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
OPTIMALISASI ABSORBSI DAN KONDUKTIFITAS PANAS GENTENG BERBAHAN PASIR MERAPI BERADISI ABU KAYU ALBASIA Chotibul Umam1), Suparmi2), Harjana2) 1)
Mahasiswa Ilmu Fisika, Pasca Sarjana, UNS 2) Dosen Ilmu Fisika, Pasca Sarjana, UNS Jln.Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 E-mail:
[email protected] ABSTRAK Genteng merupakan kebutuhan masayarakat sebagai atap rumah termasuk kelompok keramik kasar. Bahan dasar pembuatan genteng adalah tanah liat dan pasir progo. Untuk meningkatkan kualitas produksi dengan beya yang murah diharapkan produksi genteng menggunakan bahan dasar atau adisi dari lingkungan sekitar yang melimpah seperti pasir merapi dan abu kayu albasia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan adisi terhadap daya serap air dan konduktifitas panas panas. Penelitian ini menggunakan metode aksperimen, pengukuran dilakukan pada prototype sampel dengan berbagai komposisi. Dari hasil pengukuran ditunjukkan nilai optimal dari sampel mempunyai massa jenis (1,60 ± 0,07) , daya serap air (19 ± 1)% mutu III dan konduktifitas panas (0,21 ± 0,02)
dengan perbandingan
komposisi 80:19:1 Kata kunci : Optimalisasi, bahan, daya serap, konduktifitas, komposisi. ABSTRACT Roof is tough tyle one of society need. Basic material used to produce is clay and progo’s sand. To increase the production quality with lower cost, it is necessary to use the overwhelm local material such Albassia wood ash and merapi’s sand as basic material or aditive. The purpose of the research was to know the effect of the aditive material to the water absorbtion and thermal conductivity of the roof. Their research used experimental method. The measurement was conducted one varions samples with various composition of aditive material. The measurement showed that the optimum value of the sample were density (1,60 ± 0,07) , watter absobtion (19 ± 1)% quality III and tyhermal conductivity (0,21 ± 0,02)
, for 80:19:1 composition.
Key words: Optimalization, material, absorbsi, thermal conductivity,Composition. PENDAHULUAN Pembangunan perumahan mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga permintaan akan bahan dasar bangunan maupun kebutuhan bahan untuk bangunan meningkat, maka banyak lahan tanah yang digunakan untuk bangunan dan ada pula untuk pembuatan bahan bangunan seperti batu bata dan genteng. PUBI (1986) dalam Jurnal tehnik sipil (2009,Vol 13;1) I Putu menyatakan Genteng keramik adalah suatu unsur bangunan yang berfungsi sebagai penutup atap yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan tambahan, dibakar pada suhu tinggi sehingga tidak dapat hancur apabila direndam dalam air. Desa Tegowanuh terdapat 754 KK, ____________________________________________________________________________785 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
jumlah pengrajin genteng 427 KK merupakan warisan turun temurun. Proses pembuatan genteng mengandalkan pengalaman , perbandingan ukuran komposisi bahan dasar pembuat genteng menggunakan takaran tanpa ukuran yang pasti. Kualitas bahan dasar dilihat dari warna tanpa mengetahui kandungan material tanah sebenarnya, pengambilan tanahpun kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Di Kabupaten Temanggung banyak bermunculan industri pengolahan kayu albasia, ini sangat menguntungkan bagi pengrajin genteng karena banyaknya limbah kayu yang berupa sedetan atau serbuk gergaji kayu albasia sebagai bahan bakar genteng yang melimpah. Kayu-kayu yang dipergunakan sebagai bahan bakar dan akan menghasilkan abu kayu. Menurut Haygreen,J.G.(1987) dalam penelitian Sorintan (edisi 2,juli 2009) bahwa abu hasil pembakaran kayu adalah 0,1% dari berat kayu kering. sedangkan Yulianingsih (2007) manyatakan Abu bekas pembakaran dapat ditambahkan sebagai capuran genteng seperti abu daun bambu atau sekam padi. Kondisi pasca erupsi merapi 2010 adalah melimpahnya material vulkanik (berupa pasir dan batu) yang tersebar di radius Merapi dan akan tertransportasi ke arah hilir dalam bentuk ancaman banjir lahar dingin. Kandungan SiO2 pasir merapi mencapai 54,56% dan memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai material keramik (BTKL 1994). Sedangkan menurut amin (2007) menyatakan pasir merapi mengandung Silika mencapai 58%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh abu kayu albasia sebagai beradisi bahan genteng pasir merapi terhadap daya serap air dan konduktivitas panas genteng, Perbandingan komposisi bahan genteng (tanah liat,pasir merapi dan abu kayi albasia) pada tingkat optimal. Diharapkan dari penelitian ini produksi genteng menggunakan bahan dasar atau adisi dari lingkungan sekitar yang melimpah seperti pasir merapi dan abu kayu albasia, kedepan prospek industri genteng Tegowanuh dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, menjadi tolok ukur kualitas genteng sesuai SNI, dengan kelebihan kualitas genteng yang mempunyai daya serap air kecil dan konduktifitas panas yang rendah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan dua tahap yaitu tahap observasi dan tahap experimen. Observasi lapangan dilakukan di Desa Tegowanuh Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan genteng. Tahap eksperimen menggunakan prototype sample, pertama dilaksanakan analisis kandungan bahan dasar (tanah liat, pasir merapi dan abu kayu albasia) menggunakan XRF pada kelembutan 120 mesh, proses pembuatan prototype sample dimulai dari pencampuran bahan dasar tanah liat dan pasir merapi dengan perbandingan 80 : 20 ditambah abu kayu albasia (0 2,5 5 7,5 10)% dari pasir merapi, ____________________________________________________________________________786 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
penggilingan dilakukan dua kali, pencetakan prototype dengan mesin press berkekuatan 10 ton berdimensi 3:2:2, untuk daya serap air dan berbentuk silinder berdiameter 4 cm ketebalan 2 mm dan 4 mm untuk konduktifitas panas, pengeringan tahap pertama didiamkan dalam ruangan selama 3 hari kemudian dijemur selama 6 jam, dilanjutkan proses furnace 800°C, pada kecepatan perambatan panas 20°C/menit ditahan 3 jam, pendinginan dilakukan prototype sampel masih tetap berada dalam furnace selama 16 jam, furnace dalam keadaan tidak aktif. Uji prototype sampel untuk mengetahui parameter genteng dilihat dari daya serap air dan konduktifitas panas. Alat-alat penelitian terdiri Alat-alat penelitian terdiri dari : XRF Ranger, Ball mill, Panas conductivity measuring APP OSK 4565-A Ogawa Seiki CO,LTD , Neraca Analitik (Meganexus MN 200), Ayakan ukuran 120 mesh, Ovenelektric (Nabertherm 1200°C), Mollding, Gelas Ukur, Jangka Sorong. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Analisa Bahan Dari tabel 1 kandungan SiO2 antara tanah liat tegowanuh,jatieangi dan lumpur lapindo tidak terpaut jauh sehingga sangat memungkinkan kualitas genteng adalah sama. Pasir ditambahkan berfungsi agar tanah liat tidak terlalu lembek dan mudah dicetak, pasir yang digunakan merupakan pasir merapi Jumoyo dengan kandungan SiO2 mencapai 49,81%, yang diambil dari desa Jumoyo kecamatn Muntilan, karena mudah didapat dan ekonomis.Menurut Arini (2011), Silika (SiO2) memiliki 3 bentuk oksida yaitu kuarsa tridimit dan kristobalit. Kuarsa mempunyai bentuk heksagonal, massa jenis 2,65 grm/cm3, titik lebur 1600 °C. α-kuarsa jika dibakar diatas temperatur 573°C berubah menjadi β-kuarsa yang stabil pada temperatur 870°C. Jika β-kuarsa diatas 870°C akan berubah menjadi tridimit yang juga mempunyai bentuk heksagonal, massa jenis 2,26 grm/cm3 ,titik lebur 1670 °C. Α-tridimit stabil pada suhu bakar 117°C. Alumina (Al2O3) dapat bersenyawa dengan air, alkali K2O dan Na2O kedua bahan ini dapat menurunkan titik lebur lempung. Besi berada dalam bentuk hematite (Fe2O3) memberikan warna merah atau coklat pada bahan ataupun hasil pembakaran produk genteng. Bahan pengisi genteng antara lain pasir silika, grog, abu batu bara dan abu kayu, sifat bahan pengisi relatif keras, titik lebur tinggi, stabil (tidak mengalami susut lagi). Abu kayu albasia banyak mengandung kapur (CaO) 73,46% dengan massa molar 56,077 g / mol, Putih keabuabuan,memiliki massa jenis 3,35 g/cm3, titik lebur 2572 ° C (2845 K), titik didih 2850 ° C (3123 K). Dalam proses pengeringan alam memberikan indikasi bahwa prototype sampel dengan komposisi (7,5-10)% timbul retak-retak kecil dan lebih rapuh (mudah pecah) jadi keplastisan ____________________________________________________________________________787 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
sampel kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepomo(2010) yang menyatakan bahwa fungsi bahan pengisi sebagai kerangka, mempercepat pengeringan dan mengurangi keplastisan.
Abu kayu albasia mengandung komposisi CaO yang tinggi dan sedikit
SiO2, ini sangat menjadikan penurunan titik leleh yang akan berpengaruh pada sifat fisika material, seperti penilaian absorbsi air, densitas dan porositas. dengan kandungan CaO yang tinggi maka sampel dapat lebih banyak menyerap air dan sebaliknya Kualitas genteng ditentukan oleh bahan dasar yang dipergunakan (tanah liat, pasir dan bahan pencampur/beradisi). Dari hasil analisi XRF pasir merapi jumoyo, abu kayu albasia dan tanah liat di tunjukkan pada tabel 1 berikut. Tabel 1: Analisis komposisi pasir abu dan tanah liat. PASIR No
Formula Senyawa
Tanah Liat
Jumoyo %
Abu Alba %
T.Wanuh
Jatiwangi*
Batuan* Alterasi
Lumpur** Lapindo
%
%
%
%
1
Na2O
6,21
0
0
1,12
7,5
1,57
2
MgO
2,02
2,83
0,68
2,23
0
2,9
3
Al2O3
17,77
0,74
20,61
21,47
9,99
25,07
4
SiO2
49,81
2
55,05
57,85
69,5
54,92
5
P2O5
0,87
3,59
0,81
0
0
0
6
SO3
0,41
3,31
0,4
0
0
0
7
K2O
3,07
11,57
1,2
5,18
4,87
2,32
8
CaO
8,06
73,46
1,19
3,77
0,79
2,16
9
TiO2
1,01
0
1,63
0,21
0,097
0
Fe2O3
9,83
0,62
17,03
7,39
2,46
10,15
10
Pemanfaatan Batuan alterasi Studi kasus batuan di G.Kuda, kec.Dukupuntang, Kab. Cirebon Oleh Siswandi,Sukandarrumidi, Djoko Wintolo,Tehnik Geologi,Pascasarjana UGM Oktober 2004 ** Penggunaan campuran lumpur lapindo terhadap peningkatan kualitas genteng keramik, Edhi Wahjuni Setyowati, Fakultas Teknik Unibraw Malang (sumber: depudi bidang tpsabppt)1998. Dari tabel 1 kandungan SiO2 antara tanah liat tegowanuh,jatieangi dan lumpur lapindo tidak terpaut jauh sehingga sangat memungkinkan kualitas genteng adalah sama. Pasir ditambahkan berfungsi agar tanah liat tidak terlalu lembek dan mudah dicetak, pasir yang digunakan merupakan pasir merapi Jumoyo dengan kandungan SiO2 mencapai 49,81%, yang diambil dari desa Jumoyo kecamatn Muntilan, karena mudah didapat dan ekonomis. ____________________________________________________________________________788 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
Menurut Arini (2011), Silika (SiO2) memiliki 3 bentuk oksida yaitu kuarsa tridimit dan kristobalit. Kuarsa mempunyai bentuk heksagonal, massa jenis 2,65 grm/cm3, titik lebur 1600 °C. α-kuarsa jika dibakar diatas temperatur 573°C berubah menjadi β-kuarsa yang stabil pada temperatur 870°C. Jika β-kuarsa diatas 870°C akan berubah menjadi tridimit yang juga mempunyai bentuk heksagonal, massa jenis 2,26 grm/cm3 ,titik lebur 1670 °C. Α-tridimit stabil pada suhu bakar 117°C. Alumina (Al2O3) dapat bersenyawa dengan air, alkali K2O dan Na2O kedua bahan ini dapat menurunkan titik lebur lempung. Besi berada dalam bentuk hematite (Fe2O3) memberikan warna merah atau coklat pada bahan ataupun hasil pembakaran produk genteng. Bahan pengisi genteng antara lain pasir silika, grog, abu batu bara dan abu kayu, sifat bahan pengisi relatif keras, titik lebur tinggi, stabil (tidak mengalami susut lagi). Abu kayu albasia banyak mengandung kapur (CaO) 73,46% dengan massa molar 56,077 g / mol, Putih keabu-abuan,memiliki massa jenis 3,35 g/cm3, titik lebur 2572 ° C (2845 K), titik didih 2850 ° C (3123 K). Dalam proses pengeringan alam memberikan indikasi bahwa prototype sampel dengan komposisi (7,5-10)% timbul retak-retak kecil dan lebih rapuh (mudah pecah) jadi keplastisan sampel kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Soepomo(2010) yang menyatakan bahwa fungsi bahan pengisi sebagai kerangka, mempercepat pengeringan dan mengurangi keplastisan. Abu kayu albasia mengandung komposisi CaO yang tinggi dan sedikit SiO2, ini sangat menjadikan penurunan titik leleh yang akan berpengaruh pada sifat fisika material, seperti penilaian absorbsi air, densitas dan porositas. dengan kandungan CaO yang tinggi maka sampel dapat lebih banyak menyerap air dan sebaliknya. b. Massa Jenis Massa jenis merupakan salah satu identitas suatu material didefinisikan sebagai perbandingan antar massa (m) dalam gram, volume (V) dalam
. Pada proses pembuatan
seluruh sampel dibakar pada suhu 800°C ditahan selama 3 jam dengan kecepatan perambatan panas 20 °C/menit, hasil analisis penelitian menunjukkan pada komposisi adisi 0% massa jenis (1,80 ± 0,06) gram/cm3, komposisi adisi 2,5% massa jenis (1,70 ± 0,08)gram/cm3, komposisi adisi 5% massa jenis (1,60 ± 0,07)gram/cm3, komposisi adisi 7,5% massa jenis (1,50 ± 0,04)gram/cm3 dan menurun sesuai dengan peningkatan penambahan bahan adisi 10% massa jenis (1,4 0 ± 0,08) gram/cm3. Hasil ini sesuai dengan Syarif (1991) dalam fisika bangunan UMB massa jenis genteng keramik 1,922 gram/cm3 juga Hesmatri (2004) dalam penelitiannya yang dilakukan pada pemanasan 1890 °C mendapatkan massa jenis keramik 1,750 gram/cm3, sedangkan pada gambar 1 menunjukkan semakin besar penambahan bahan adisi massa jenis genteng semakin menurun. ____________________________________________________________________________789 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
c. Daya Serap Air. Daya serap air /Absorbsi adalah terserapnya atau terikatnya suatu subtansi (absorbet) pada permukaan yang menyerap (absorbent). Peristiwa absorbsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat memiliki gaya tarik dalam keadaan tak seimbang yang cenderung tertarik kearah dalam (gaya kohesi absorben lebih besar dari gaya adesi) .ketidak simbangan gaya tarik tersebut mengakibatkan zat yang digunakan sebagai fungsi penyerap cenderung menarik zat lain yang bersentuhan dengan permukaan. Pengujian daya serap air mengidentikan banyaknya air yang diserap oleh sampel, Rata-rata daya serap air (0,17 ± 0,01) pada komposisi 0% dan (0,20 ± 0,01) pada komposisi 10%.Berdasar SNI termasuk mutu III (Daya serap air 20%). Gambar 2 menunjukkan semakin besar penambahan adisi daya serap air semakin besar. Maka dapat disimpulkan bahwa abu kayu albasia sebagai bahan beradisi genteng pasir merapi berpengaruh terhadap daya serap air.
d. Konduktifitas Panas. Konduktifitas panas adalah kemampuan menghantarkan panas suatu material. Pada pengujian konduktifitas termal digunakan dua pasang silinder, silinder tersebut berdiameter 4 cm dengan ketebalan rata-rata (3,84±0,09)mm dan (2,25±0,04)mm diuji dengan alat pengukur konduktifitas APP OSK 4565-A Ogawa Seiki, diperoleh hasil uji rata-rata pada komposisi adisi 0% konduktifitas panas (0,264±0,005)( (0,249 ± 0,008)(
), ), pada komposisi adisi 2,5% konduktifitas panas
), ), pada komposisi adisi 5% konduktifitas panas (0,209 ± 0,016)(
pada komposisi adisi 7,5% konduktifitas panas (0,136 ± 0,005)( 10% konduktifitas panas (0,124 ± 0,011)
), ) pada komposisi adisi
, . Dari hasil uji konduktifitas panas prototype
sesuai dengan konduktifitas panas genteng 0,22 konduktifitas panas beton-batu bata 0,720
),
,, (Syarif Hidayat,UMB) dan juga
(Giancolli, 2001). Gambar 3 menunjukkan
semakin besar prosentase komposisi bahan adisi nilai konduktifitas panas semakin kecil. Hal ini sesuai Wachid Suherman, (1987) Semakin baik suatu bahan menghantarkan panas maka nilai konduktifitas panas bahan semakin besar. Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal. dan
____________________________________________________________________________790 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
Interval Plot of DayaSerapAir 95%CI for the Mean
Interval Plot Of MassaJenis 95%CI for the Mean 0,22
1,8
1,7
0,20 Daya Serap Air
Massa Jenis (gram/cm3)
0,21
1,6
0,19 0,18 0,17
1,5
0,16
1,4
0,15
0
2,5
5 Komp.Adisi (%)
7,5
0
10
2,5
5 Komposisi Adisi (%)
7,5
10
Gambar 2: grafik Daya serap air terhadap komposisi adisi prototype sampel genteng.
Gambar 1: grafik massa jenis terhadap komposisi adisi prototype sampel genteng.
Interval Plot of Konduktifitas termal 95%CI for the Mean
Konduktifitas termal (K Kal/m.jam.°C)
0,275 0,250 0,225 0,200 0,175 0,150 0,125 0,100 0
2,5
5
7,5
10
Komposisi Adisi (%)
Gambar 3: grafik konduktifitas panas terhadap komposisi adisi prototype sampel genteng.
Wijang (2006) bahwa nilai konduktifitas komposit dipengaruhi oleh nilai konduktifitas panas dari unsur-unsur penyusun komposit. Semakin banyak pori-pori yang terjadi rapat massa ρ(x) semakin kecil. Didasarkan persamaan :
..................................................Dawkins(2007)
secara fisis menyatakan bahwa konduktifitas panas
sebanding dengan rapat
____________________________________________________________________________791 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
massa ρ(x) artinya jika rapat massa semakin kecil maka konduktifitas panas semakin kecil dan sebaliknya.Dari hasil penelitian dan berpedoman referensi maka kualitas prototype sampel merupakan penghantar panas yang tidak baik. jadi semakin banyak kandungan abu kayu albasia sebagai bahan adisi berpengaruh menurunkan konduktifitas panas genteng pasir merapi. Atas dasar paparan tersebut diatas peneliti menyimpulkan bahwa abu kayu albasia sebagai beradisi bahan genteng pasir merapi berpengaruh terhadap konduktifitas panas sampel. KESIMPULAN Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Abu kayu albasia sebagai adisi bahan genteng pasir merapi berpengaruh terhadap daya serap air dan konduktifitas panas, semakin banyak bahan adisi (abu kayu albasia) daya serap semakin besar sedangkan konduktifitas panas semakin kecil. 2) Tingkat optimal perbandingan komposisi bahan dasar genteng pasir merapi berberadisi abu albasia untuk optimalisasi daya serap air dan konduktifitas panas adalah 80:19:1, Komposisi adisi 5%, daya maka serap air (19 dan konduktifitas termal (0,21 ± 0,02)(
1)% mutu III
), )
DAFTAR PUSTAKA 1. Arini, R. Aprianti,S. Dan Subari. 2011. Identifikasi Kualitas Produk Genteng KeramikProduksi Industri Kecil Di Wilayah Aceh, Jawa Tengah Dan Nusa Tenggara Barat Berbasis Standar Nasional Indonesia (SNI). Jurnal Standarisasi.Vol.13 No 2 Tahun 2011: 98-111. 2. Ashcroft,Mermin,Neil W. 1976. Solid State Physics. Sounders College Publishing (Copyright). 3. Christman J.Richard.1988.Fundamentals Of Solid State Physics.The Permissions Department. Canada. 4. Departemen Pekerjaan Umum. 1978. "Peraturan Genteng Keramik Indonesia",Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya,Bandung. 5. Edhi Wahjuni dan Setyowati. 1998. Penggunaan campuran lumpur lapindo terhadap peningkatan kualitas genteng keramik. Fakultas Teknik Unibraw Malang. 6. Giancolli. 2001. Fisika I ed 5. Erlangga. Jakarta (terjemahan).
____________________________________________________________________________792 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)
Seminar Nasional Fisika 2012 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Serpong;4-5 Juli 2012
ISSN 2088-4176
7. Joelianingsih. 2004. Peningkatan Kualitas Genteng Keramik Dengan Penambahan Sekam Padi Dan Daun Bambu. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 8. Kasmo& Maman Sulaeman. 1978. "Keramik sebagai Bahan Bangunan", Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya,Bandung. 9. Kohl H. Walter. 1964. Materials and Techniques For Vacuum Devices. Reinhold Publishing Corporation. New York. 10. Martin Jhon. 2006. Material For Enginering. Wodead Publising United. Canbrige.England. 11. Mulligan, J.A. 1942. "Handbook of Brick Masonry Construction", McGraw-Hill Book Company, New York & London. 12. Silaban Pantur. 1978. “Fisika”, Penerbit Erlangga, Jakarta. 13. Siswandi,Sukandarrumidi dan Djoko Wintolo. 2004. Pemanfaatan Batuan alterasi Studi kasus batuan di G.Kuda, kec.Dukupuntang, Kab. Cirebon .Tehnik Geologi,Pascasarjana. UGM. Jogjakarta. 14. Soedjono dan Yogi Prapnomo. 1996. "Ketrampilan Keramik", Penerbit Angkasa,Bandung .
____________________________________________________________________________793 Optimalisasi Absorbsi Dan Konduktifitas Panas Genteng Berbahan Pasir Merapi Beradiasi Abu Kayu Albasia.(Chotibul Umam)