JURNAL ANALIS FARMASI Volume 1, No. 3 Juli 2016 Hal 135 - 143 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS IDENTIFICATION AND DTERMINATION OF CONTENTS OF HYDROQUINONES IN NIGHT CREAM AT FOUR CLINICS IN BANDAR LAMPUNG BEAUTY WITH THIN LAYER CHROMATOGRAPHY AND UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY Niken Feladita1, Gusti Ayu Rai Saputri1, Lita Puspita1 ABSTRACT Cosmetics including pharmaceutical preparation used to beauty the face. Cosmetics composition containing a dangerous from a wide range of chemical compounds, such as hydroquinone. Contained cream in the usual preparation hydroquinone, night cream. The use of hydroquinone according to bpom \the hard drugs that can only be used based on tghe prescription of the doctor.hydroquinones are prohibited to use without doctor’s prescription because it has dangerous side effects. The sample used was the night cream in beauty clinics because in beauty clinis there is a doctor so likely not standardised to bpom and unknown contents of hydroquinones. While according to regulations in 2007, bpom hydroquinones contents in cosmetics may not exceed 2% by using doctor’s prescription. The content of substances using the color reaction of hydroquinones is observed with the addition of fecl3 followed by using the method of thin layer chromatography and uv-vis spectrophotometry. The research result showed that in the four samples are positive containt hydroqunones, either using a color reaction, thin layer chromatography and uv-vis spectrophotometry with content of cream A = 0,000865%, B = 0,00205%, C = 0,001225% and D = 0,00063%. Key words: Hydroquinones, night Spectrophotometry
cream,
thin
layer
chromatography,
uv-vis
ABSTRAK Kosmetik termasuk sediaan farmasi yang digunakan untuk mempercantik wajah. kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia misalnya hidrokuinon. Hidrokuinon biasa terdapat didalam sediaan krim malam. Penggunaan hidrokuinon menurut Peraturan BPOM termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Hidrokuinon dilarang digunakan tanpa resep dokter karena memiliki efek samping berbahaya. Sampel yang digunakan adalah krim malam yang ada di klinik kecantikan karena di klinik kecantikan terdapat dokter sehingga besar kemungkinan krim tersebut belum distandarisasikan ke BPOM dan belum diketahui kadar hidrokuinonya. sedangkan menurut peraturan BPOM tahun 2007 kadar hidrokuinon dalam kosmetik tidak boleh melebihi 2% dengan menggunakan resep dokter. Kandungan zat hidrokuinon diamati menggunakan reaksi warna dengan penambahan FeCl3kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis dan metode Spektrofotometri UV. Hasil penelitiaan menunjukan bahwa pada keempat sampel positif teridentifikasi adanya hidrokuinon baik menggunakan reaksi warna, Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV dengan kadar krim A = 0,000865% , krim B = 0,00205%, krim C =0,001225% , dan krim D =0,00063% Kata kunci: Hidrokuinon, Krim malam, Spektrofotometri UV-Vis
1) Akafarma Putra Indonesia Lampung
Kromatografi
Lapis
Tipis
(KLT),
Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita
PENDAHULUAN Banyak cara yang dilakukan wanita saat ini untuk mempercantik diri salah satunya adalah pengunaan berbagai macam jenis kosmetik. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, yang dimaksud kosmetika adalah bahan atau sediaan yang di maksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan atau melindungi atau memilihara tubuh pada kondisi baik (6). Beberapa bahan kimia berbahaya yang sering ditambahkan pada krim pemutih antara lain yaitu: merkuri, asam retinoat, hidrokuinon. Hidrokuinon merupakan senyawa kimia yang bersifat larut air, padatanya berbentuk kristal jarum berwarna putih, jika terpapar cahaya dan udara warnanya akan berubah menjadi gelap (8). Penggunaan hidrokuinon menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan Public Warning/Peringatan Nomor KH.00.01.432.6081 tanggal 1 Agustus 2007 adalah hidrokuinon >2% termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel. Kemudian pada tanggal 11 Juni 2009 Penggunaan hidrokuinon menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan publik warning/peringatan Nomor KH.00.01.43.2503 hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter, bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar,
136
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
bercak-bercak hitam. Meskipun dibawah pengawasan dokter, kandungan hidrokuinon dalam krim malam masih mungkin menimbulkan dampak negatif karena tingkat sensitifitas kulit yang berbeda – beda. Pada saat ini sering di temukannya krim kecantikan khususnya krim malam yang terdapat di klinik kecantikan banyak krim yang tidak mencantumkan nomer registrasi yang berarti krim tersebut belum terdaftar dan mendapat izin dari BPOM. Efek samping hidrokuinon menimbulkan alergi, dapat menyebabkan toksisitas akut dan kronik hidrokuinon juga menyebabkan kelainan pada ginjal, proliferasi sel, dan berpotensi sebagai karsinogenik dan teratogenik (25). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi dan penetapan kadar hidrokuinon dalam krim malam pada empat klinik kecantikan yang ada di Bandar Lampung. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar hidrokuinon di antaranya menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UVVis. Keuntungan menggunakan metode ini yaitu: hanya membutuhkan sedikit pelarut, membutuhkan waktu yang singkat untuk melakukan analisis, dapat menganalisis larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Berdasarkan uraian diatas penelitiaan ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kadar hidrokuinon dalam krim malam di keempat klinik kecantikan di Bandar Lampung secara Kromarografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim malam yang ada diklinik kecantikan di bandar lampung, Hidrokuinon , Toluen, Asam asetat glasial, Etanol 96%, Natrium sulfat dan HCl 4 N
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Cara Kerja Penelitiaan Prosedur Kerja Penelitiaan Secara Prosedur kerja reaksi warna (18) Spektrofotometri UV-Vis (18). Diambil sampel secukupnya Pembuatan Larutan Uji letakan di atas plat tetes, kemudiaan Ditimbang sampel masingditambahkan 3 tetes pereaksi Fecl3 masing sebanyak 1,2 g dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan Prosedur kerja Kromatografi Lapis masing-masing wadah diberi lebel. Tipis (5). Ditambahkan 6 tetes HCl 4 N dan 10 ml Pembuatan Larutan Uji etanol kemudiaan dipanaskan di atas Timbang seksama 1,5 g sampel penangas air sambil diaduk. Disaring di dalam Beaker glass 25 ml. dengan menggunakan kertas saring Tambahkan 15 ml etanol 96% sedikit yang telah berisi dengan 1 g natrium demi sedikit, kemudian campur. Tuang sulfat dan dimasukan ke dalam labu kedalam labu terukur 25 ml . ukur 10 ml. Ditambah dengan etanol Homogenkan dalam tangas ultrasonik 96 % sampai garis tanda dan dikocok selama 10 menit, dan dinginkan labu hingga homogen. hingga suhu ruang. Tambahkan etanol Pembuatan Larutan Baku 96% sampai tanda batas ad 25 ml, lalu Hidrokuinon 1000 ppm campur. Letakkan dalam tangas es Timbang 100 mg hidrokuinon hingga terjadi pemisahan selama lebih Larutkan dengan etanol 96% dengan kurang 10 menit, saring melalui labu takar 100 ml ad sampai tanda dan kertas saring. dihomogenkan Diperoleh konsentrasi larutan 1000 Pembuatan Larutan Baku mg/l. Timbang seksama lebih kurang 0,02 g Hidrokuinon BP. Masukan ke Penentuaan Kadar Sampel dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan Masukan larutan uji ke dalam dengan 5 ml etanol 96%, lalu kocok kuvet pada spektrofotometri uv-vis sampai larut. Kemudian encerkan Ukur absorbansi larutan uji pada dengan etanol 96% sampai panjang gelombang maksimum. Hitung tanda.Larutan Uji Ditambah Larutan kadar larutan uji dengan rumus Baku. Campur 1 ml larutan baku persamaan regresi dan kurva kalibrasi . dengan 1 ml larutan uji, kemudiaan dikocok hingga homogen. Analisa Data Jarak pengembangan senyawa Identifikasi Krim Malam dengan pada kromatografi biasanya dinyatakan Metode Kromatografi Lapis Tipis dengan angka Rf. Harga Rf Siapkan chamber yang telah didefinisikan sebagai perbandingan dijenuhkan dengan fase gerak toluen : antara jarak senyawa dari titik awal asam asetat glasial (8 : 2). Kemudian dan jarak tepi muka pelarut titik awal sampel ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal pada jarak 2,5 cm dari bagian bawah Jarak bercak plat, jarak antara noda adalah 1.5cm dibiarkan beberapa saat hingga Untuk menghitung kadar mengering. Plat KLT yang telah hidrokuinon dalam sampel dihitung mengandung cuplikan dimasukkan menggunakan kurva baku dengan kedalam chamber yang terlebih persamaan regresi : y = ax + b dahulu telah dijenuhkan. Dibiarkan Keterangan : hingga lempeng terelusi sempurna, y = absorban kemudiaan plat KLT diangkat dan a = slope dikeringkan. Noda hasil pemisahan b = intersep diamati di bawah cahaya UV 254 nm, x = kadar larutan sampel kemudiaan dihitung nilai Rf.
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
137
Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dalam penelitian dilakukan dua analisis yaitu kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi pemeriksaan
dengan reaksi warna dan Kromatografi Lapis Tipis, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis.
Tabel 1. Hasil pengamatan penandaan pada kemasan Sampel A B C D
Nama Produk Ada Ada Ada Ada
Kemasan
Tanggal kadaluarsa Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Nomor registrasi
Pot Pot Pot Pot
Tidak Tidak Tidak Tidak
Ada Ada Ada Ada
Nomor Batch Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Tabel 2. Hasil pemeriksaan dengan reaksi warna Pereaksi
Sampel
FeCl3
Baku A B C D
Hasil Pengamatan Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
Keterangan + + + + +
Sumber: Data yang diolah Keterangan : (+) : Positif mengandung hidrokuinon ( ̶ ) : Negatif tidak mengandung hirokuinon Tabel 3. Hasil perhitungan harga Rf Sampel
Keterangan
Sampel Baku Sampel+Baku Sampel B Baku Sampel+Baku Sampel C Baku Sampel+Baku Sampel Baku D Sampel+Baku Sumber: Data yang diolah A
138
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
Pengulangan 1 2 0,42 0,43 0,44 0,44 0,45 0,45 0,44 0,43 0,43 0,42 0,42 0,42 0,37 0,35 0,36 0,36 0,36 0,37 0,1 0,113 0,11 0,11 0,1 0,10
Hasil Positif
Positif
Positif
Positif
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Tabel 4. Kadar Rata-Rata Hidrokuinon
No 1 2 3 4
Sampel A B C D
Absorban (A) Pengulangan 1 2 0,331 0,333 0,737 0,738 0,450 0,451 0,262 0,249
Kadar ppm Pengulangan 1 2 8,6339 8,6947 20,9557 20,9860 12,2455 12,2758 6,5399 6,14537
%(gr/100ml) Pengulangan 1 2 0,00086 0,00087 0,00237 0,0021 0,00122 0,00123 0,00061 0,00065
rata-rata (%) 0,000865 0,0021 0,00122 0,00065
Sumber: Data yang diolah
0.6
225 nm, 0,532
0.5 0.4
294 nm, 0,287 0.3 0.2 0.1 0 200
220
240
260
280
300
320
340
360
380
400
-0.1 Gambar 1. Panjang Gelombang Maksimum
Gambar 2. Kurva Kalibrasi
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
139
Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita
PEMBAHASAN Sampel yang diambil untuk penelitiaan ini adalah krim malam yang memiliki fungsi sebagai krim pemutih wajah yang ada dikeempat klinik kecantikan di Bandar Lampung. Pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya, krim malam yang didapatkan dari keempat klinik kecantikan yang ada di Bandar Lampung yang memiliki kriteria sesuai dengan unsur-unsur yang dicari dari hasil kuesioner yang disebarkan secara acak kepada pasien di 16 klinik kecantikan yang ada di bandar lampung. Sebelum dilakukan penetapan kadar terhadap setiap sampel terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan reaksi warna hasil yang didapatkan dari keempat sampel dinyatakan positif hal ini dilihat dari hasil perubahan warna yang terjadi pada saat sampel ditambahkan beberapa tetes FeCl3 yang sebelumnya sampel berwarna kuning berubah menjadi warna hijau. Hidrokuinon ditambahkan feriklorida menghasilkan senyawa kompleks, timbul senyawa kompleks dimana unsur O pada hidrokuinon berikatan dengan FeCl2 membentuk reaksi yang menghasilkan warna hijau dalam kondisi asam (26). Untuk lebih memastikan bahwa zat yang terkandung didalam sampel adalah hidrokuinon maka pemeriksaan dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode yang dapat memisahkan suatu senyawa campuran menjadi senyawa murni. Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa campuran. Deteksi yang digunakan dalam pemisahan hidrokuinon yaitu menggunakan radiasi sinar ultraviolet 254nm dikarenakan silika gel yang di pakai GF254yang akan berflouresensi pada panjang gelombang tersebut. Penanganan sampel dilakukan dengan cara menimbang tiap sampel sebanyak 1,5 gram, sampel
140
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
ditambahkan etanol 96%. Penambahan etanol 96% bertujuan untuk melarutkan hidrokuinon dalam krim pemutih. Kemudiaan dihomogenkan di tangas ultrasonik bertujuan agar melelehkan bahan dasar krim, setelah itu diletakan dalam tangas es untuk memisahkan hidrokuinon dari bahan dasar krim. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring penyaringan bertujuaan untuk menyaring kemungkinan adanya partikel-partikel kecil yang ikut terbawa sehingga dapat mempengaruhi proses pemisahan, larutan yang di dapat dari penyaringan ini digunakan sebagai larutan uji atau larutan sampel. Selanjutnya pembuatan larutan baku pembanding sejumlah 0,02 gram hidrokuinon dilarutkan dengan etanol 96% sampai 10 ml. Penanganan kontrol positif (sampel dan baku pembanding) dengan cara 1 ml larutan baku dengan 1 ml larutan uji dicampurkan kemudiaan dikocok hingga homogen. Pada pemisahan ini plat yang digunakan sebagai fase diam adalah silika gel GF254karena analit tidak berwarna sehinggaa digunakan silika gel GF254 silika gel ini mampu berflouresensi dengan baik pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. Ketiga larutan tersebut yang merupakan larutan sampel, kontrol positif dan baku pembanding ditotolkan pada plat dengan jarak dari dasar plat 2,5 cm, jarak penotolan sampel, kontrol positif dan baku pembanding yaitu 1,5 cm Jarak penotolan 2,5 cm dari dasar plat agar totolan tidak terendam oleh fase gerak sedangkan jarak penotolan larutan yang satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi penumpukan bercak pada saat pengembangan. Penotolan dilakukan dengan menggunakan syringe berukuran 100µI penotolan dilakukan dengan cara menotolkan sedikit demi sedikit larutan yang telah dibuat. Kemudiaan setelah didapatkan bercak hidrokuinon dihitung harga Rf,sampel dapat dinyatakan positif jika hasil perhitungan harga Rf tidak lebih dari 0,05. Berikut gambar hasil dari kromatografi lapis tipis:
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS keempat sampel krim malam yang Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D terdiri dari sampel A, B, C, D dapat disimpulkan bahwasampel krim malam positif mengandung hidrokuinon hal ini dapat dilihat dari hasil deteksi dibawah sinar UV254 nm yaitu terdapat atau timbul bercak berwarna ungu, pada penotolan sampel, baku pembanding dan kontrol positif memiliki warna yang sama dan jarak rambat yang tidak jauh berbeda.Bercak bewarna ungu, timbul dikarenakan adanya interaksi antara S Bp Bp+S S Bp Bp+S S Bp Bp+S S Bp Bp+S sinar uv dengan gugus kromofor yang Keterangan: terikat oleh ausokrom yang terdapat S = Sampel pada bercak tersebut. Bp = Baku Pembanding Dari hasil diatas dapat Bp + S =Baku Pembanding + Sampel dilanjutkan kepenelitiaan selanjutnya yaitu penetapan kadar hidrokuinon Dari hasil penelitiaan didapatkan dengan menggunakan metode harga Rf yang berbeda-beda pada Spektrofotometri UV-Vis. keempat sampel hal ini disebabkan Penetapan kadar dilakukan karena terdapat beberapa faktor yang dengan cara menimbang sampel mempengaruhi harga Rf antara lain: sebanyak 1,2 gram ditambakan 6 tetes aktifasi plat, tebal dan kerataan dari HCl 4 N, penambahan HCl 4 N bertujan plat, pelarut, jumlah penotolan, suhu, agar hidrokuinon dapat dipisahkan dari derajat kejenuhan dan uap dalam senyawa lain yang ada di dalam krim bejana pengembang yang digunakan. senyawa lain yang terdapat didalam Menurut peraturan Kepala krim antara lain basis krim dan zat aktif Badan Pengawas Obat dan Makanan lain yang ada didalam krim. Kemudian Republik Indonesia Nomor ditambahkan 10 ml etanol bertujuaan HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 untuk melarutkan hidrokuinon tentang metode analisis identifikasi dan kemudiaan dipanaskan lalu disaring penetapan kadar hidrokuinon dalam dengan menggunakan kertas saring kosmetik secara Kromatografi Lapis yang telah berisi 1 gram natrium sulfat, Tipis dan Kromatografi Cair Kinerja kertas saring yang telah berisi 1 gram Tinggi terdapat dua macam fase gerak natrium sulfat bertujuaan untuk untuk identifikasi hidrokuinon secara menarik agar tidak terdapat fase air KLT yaitu: n-heksan:aseton (3:2) dan lagi. Hasil penyaringan ditambahkan toluen:asam asetat glasial (8:2) etanol 96% sampai garis tanda dan di penelitiaan ini menggunakan fase gerak kocok hingga homogen. Setelah larutan toluen:asam asetat glasial (8:2). Fase uji siap pengerjaan dilakukan dengan gerak yang dipakai berfungsi sebagai mencari panjang gelombang mengikat/menarik senyawa yang maksimum terlebih dahulu, panjang diduga hidrokuinon sampai batas elusi gelombang maksimum hidrokuinon dan menimbulkan bercak. berada pada panjang gelombang 294 Terdapat dua fase dalam nm. Tujuan pengukuran dari panjang kromatografi lapis tipis yaitu fase gelombang maksimum adalah agar normal (normal phase) dan fase dapat diketahui serapan optimum dari terbalik (reverse phase), normal phase hidrokuinon,selanjutnya panjang adalah fase diamnyapolar fase gelombang ini akan digunakan untuk geraknya non polar sedangkan reverse menggukur absorban phase adalah fase diamnya non polar sampel.Berdasarkan hukum Lambertpada penelitian ini digunakan normal Beer, arbsorbansi berbanding lurus phase. terhadap konsentrasi dan ketebalan Berdasarkan hasil deteksi sel. absorban yang didapat dari sampel dengan menggunakan sinar UV254 nm yaitu sampel A 0,331 dan 0,333, dan Rf Kromatografi Lapis Tipis dari sampel B 0,737 dan 0,738, sampel C
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
141
Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita
0,450 dan 0,451, sampel D 0,262 dan 0,249. Untuk membuat kurva kalibrasi terlebih dahulu dibuat larutan series setandar dengan konsentrasi 0,4 ppm, 0,8 ppm, 1,6 ppm dan 3,2 ppm. Fungsi pembuatan kurva kalibrasi untuk melihat linieritas antara konsentrasi dengan serapan. Berdasarkan pengukuran antara nilai serapan dan konsentrasi diperoleh persamaanY = 0,03295x + 0,04651. Nilai Y adalah serapan, nilai a adalah slope (kemiringan), nilai x adalah konsentrasi sampel dan b adalah intercept. Berdasarkan hasil pengujiaan di ketahui bahwa kadar hidrokuinon dalam krim malam yang ada di klinik kecantikan di bandar lampung sebesar Sampel A= 0,000865%, Sampel B= 0,00205%, Sampel C= 0,001225% dan Sampel D= 0,00063%. Data yang diperoleh diatas menunjukan bahwa kadar hidrokuinon yang ditambahkan dalam krim malam masih dengan kadar yang sangat kecil dan memenuhi persyaratan pada publik warning/peringatan nomor KH.00.01.432.6081 tahun 2007 yang menyatakan hidrokuinon tidak lebih besar 2% yang hanya dapat dipergunakan berdasarkan resep dokter. Hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya penggunaan obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel (2). Hidrokuinon bekerja dengan menghambat total enzim tirosinase sehingga menghambat konversi DOPA (dihidroksil phenil alanin) menjadi melanin. Hidrokuinon tidak hanya menghambat pembentukan melanin, tetapi juga detktruksi melanin yang baru terbentuk. Sedangkan, melanin berperan melindungi kulit dari paparan sinar matahari berlebih. Selain itu melanin mampu menyerap dan memantulkan sinar UV dan kerusakan DNA (17).
142
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
KESIMPULAN Dari hasil penelitiaan Identifikasi dan Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Malam pada Empat Klinik Kecantikan di Bandar Lampung dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UvVis, diperoleh hasil Kromatografi Lapis Tipis yang positif pada sampel A, B, C, dan D. Setelah dilakukan penetapan dan perhitungan dapat disiimpulkan bahwa sampel A, B, C, dan D masih memenuhi sesuai dengan publik warning/peringatannomor KH.00.01.432.6081 tahun 2007 yang menyatakan hidrokuinon tidak lebih besar 2% yang hanya dapat dipergunakan berdasarkan resep dokter. SARAN 1. Konsumen disarankan untuk memilih produk yang terdaftar di BPOM 2. Masyarakat dapat menginformasikan apabila terjadi gangguan kulit atau kerusakan pada wajah saat menggunakan kosmetik pemutih wajah sehingga BPOM dapat melakukan penelitiaan dan pengendaliaan terhadap kosmetik pemutih wajah 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan identifikasi dan penetapa kadar senyawa-senyawa yang dilarang di tambahkan dalam kosmetik seperti asam retinoat dan merkuri pada klinik kecantikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anief, M, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University press, Yogyakarta 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2007, Kosmetik mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang Nomor KH.00.01.432.6081, Jakarta 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Bahan Berbahaya dalam Kosmetik, Jakarta 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009, kosmetik mengandung bahan berbahaya Nomor KH.00.01.43.2503, Jakarta
IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS 5. Badan Pengawas Obat dan 16. Notoatmodjo, 2012, Metodologi Makanan, 2011, Metode Analisis Penelitian Kesehatan, Jakarta Identifikasi dan Penetapan Kadar 17. Ningsih, 2009, Identifikasi hidrokuinon secara Kromatografi Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Selebritis Night Cream dengan Cair Kinerja Tinggi (KCKT)Nomor Metode KLT, Sumatra Utara HK.03.1.23.08.11.07331, Jakarta 18. Prabawati, Fatimawali dan Yudisitra, 6. Badan Pengawas Obat dan 2012, Analisis Zat Hidrokuinon pada Makanan, 2011, Persyaratan Teknis Krim Pemutih yang Beredar Dikota Bahan Kosmetik, Keputusan Kepala Manado, Manado Badan Pengawas Obat dan Makanan 19. Putra,R,A, 2012, Identifikasi Republik Indonesia Nomor Mercury dalam Sediaan Krim HK.03.1.23.08.11.07517, Jakarta Pemutih Wajah Secara 7. Day R.A. Jr, Underwood, 1998, Spektrofotometri Serapan Atom Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. yang Beredar di Pasar Koga Bandar Erlangga, Jakarta Lampung 8. Departemen Kesehatan Republik 20. Rohman, A, 2009, Kimia Farmasi Indonesia, 1995, Farmakope Analisis, Pustaka Pelajar, Indonesia, Edisi IV,Hal 440, Jakarta Yogyakarta 9. Gandjar dan Rohman, 2012, 21. Sarah K,W, 2014, Analisis Analisis Obat Secara Hidrokuinon dalam Sediaan Krim Spektrofotometri & Kromatografi Malam “CW1” dan “CW2” dari Klinik Pustaka Pelajar, Yogyakarta Kecantikan “N” dan “E” di 10. Gandjar dan Rohman, 2012, Kimia Kabupaten Sidoarjo, Surabaya Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, 22. Sthal, Egon, 1985, Analisa Obat Yogyakarta Secara Kromatografi Lapis dan 11. Harmita. 2015. Analisis Fisikokimia Mikroskopik, ITB potensiometri dan spektroskopi 23. Seran, E, Spektrofotometri uv-vis volume 1, Buku Kedokteran EGC. 24. https://wanibesak.wordpress.com/2 011/07/05/spektrofotometri-uvJakarta. vis/, diakses pada tanggal 05 juli 12. Indah, 2010, Peeling Chemical/ 2015 Dermic Cream Microdermabrasi 25. Tristianty S, 2014, Pemberiaan 13. https://indahskincare.wordpres.com /2010/10/21/PeelingKombinasi Krim Hidrokuinon dan ChemicalDermic-CreamAsam Traneksamat Oral Menurunkan Jumlah Melanin Lebih Microdermabrasi-home-peeling/, Banyak Dibanding Krim Hidrokuinon diakses pada tanggal 27 September pada Marmut Betina yang Dipapar 2015 Ultraviolet B, Denpasar 14. Iswari, Retno dan Latifa, 2007, 26. Venthen K, 2013, Analisis Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia Pustaka Fisikokimia II, Jakarta Utama, Jakarta 27. Watson, D. G. 2013, Analisis 15. Martin, A, bustamante, P,,& Chun, Farmasi Edisi 2, Buku Kedokteran A.H.C,, 1993, Physical pharmacy, EGC, Jakarta. 4th Ed, 324-361, Lea and Febiger, Philadelphia, London
Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016
143