Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI ANGGUR DI KOTA PROBOLINGGO Amik Krismawati dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jalan Raya karang Ploso Km 4 Malang
[email protected]
ABSTRAK Salah satu sentra produksi anggur di Jawa Timur adalah Kota Probolinggo. Popularitas anggur yang berasal dari Probolinggo sudah dikenal secara regional maupun nasional. Bahkan nama dari varietas anggur yang tersebar di Indonesia beberapa bernama Probolinggo seperti varietas anggur varietas Probolinggo Biru dan varietas Probolinggo Super. Oleh sebab itu maskot Kota Probolinggo salah satunya adalah anggur. Peningkatan produktivitas dan mutu anggur yaitu dengan menggunakan varietas unggul yang didukung tindakan budidaya yang optimal serta proses panen dan pasca panen yang tepat. Disamping teknologi budidaya diperlukan penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tani (pengauatan kelompok tani).. BPTP Jawa Timur melaksanakan pengkajian penerapan teknologi usahatani anggur Kota Probolinggo meliputi kajian budidaya anggur, cara panen, dan usahatani. Pengkajian dilaksanakan di Kota Probolinggo mulai bulan Maret – Desember 2007. Pemilihan lokasi pengkajian didasarkan pada pertimbangan prioritas sentra anggur. Metode yang digunakan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk mendapatkan data primer menggunakan metode wawancara dua arah yang melibatkan responden dalam suatu diskusi mengenai potensi, masalah, dan kendala dalam berusaha tani anggur dengan menggunakan daftar pertanyaan baik secara kelompok maupun perorangan (individu) dan observasi langsung ke lapangan. Analisis sosial dan ekonomi berupa analisis tingkat pendapatan dilakukan dengan metode finansial B/C rasio. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa (a). Introduksi teknologi menghasilkan produktivitas anggur 7.950 kg/100 pohon. (b). Penerapan paket teknologi usahatani anggur menghasilkan penerimaan sebesar Rp 59.625.000/100 pohon, keuntungan sebesar Rp 22.524.000,-/1.00 pohon dengan nilai B/C ratio adalah 1,61. Key word : Anggur, teknologi budidaya, usahatani, Kota Probolinggo PENDAHULUAN Anggur merupakan komoditas unggulan daerah yang pada era otonomi memegang peranan strategis. Kebijakan otonomi daerah memungkinkan Pemerintah Daerah (Pemda) dapat lebih leluasa mengatur bagi kebutuhan, potensi dan keunggulan daerahnya termasuk upaya untuk meningkatkan pendapatan penduduknya. Komoditas anggur merupakan salah satu prioritas program Pemda Kota Probolinggo yang sesuai potensi wilayah dan yang dapat memungkinkan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu Pemda dapat memfasilitasi dan memberikan suatu kondisi yang kondusif untuk meningkatkan kegiatan usahatani anggur. Anggur adalah jenis buah-buahan asli sub tropis yang telah beradaptasi pada iklim tropis di Indonesia dan khususnya di Jawa Timur. Daerah sentra dan Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
pengembangan anggur di Jawa Timur adalah Kota Probolinggo, Pasuruan, Situbondo dan Kediri (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2001). Luas panen anggur di Probolinggo pada tahun 2002 mencapai 1.422 ha dengan produksi 110 ton, namun produktivitasnya masih rendah, yaitu 77.36 kuintal per ha (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2003). Walaupun tidak sebaik di daerah sub tropis, anggur yang diusahakan di Jawa Timur mampu menghasilkan buah 30–40 kg per pohon dan per hektar produksinya dapat mencapai 40 ton (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, 2001). Penanaman kembali anggur tersebut diarahkan pada lahan-lahan pekarangan yang belum termanfaatkan secara optimal, jenis yang dibudiyakan adalah anggur Red Prince dan Cardinal, serta sebagian kecil jenis Probolinggo biru. Tanaman ini dikembangkan oleh kelompok di kecamatan Kademangan khususnya di kelurahan Ketapang. Saat kini tanaman anggur sudah mulai berkembang pesat di 3 kecamatan, yaitu Wonoasih (kelurahan Njrebeng Lor, dan Pakis Taji), dan kecamatan Mayangan. Populasinya sampai tahun 2006 telah mencapai 8.000 pohon, dan kelompok terus berupaya mengembangkan lagi. Di setiap kecamatan dibentuk Sub Kelompok hal ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaannya. Pengembangan anggur di Kota Probolinggo merupakan upaya pemerintah kota untuk mengembalikan citra Probolinggo sebagai kota ”BAYUANGGA” (Bayu = angin, Angga = anggur dan mangga). Pengembangan anggur di Kota Probolinggo ke arah usaha berbasis agribisnis, peluang keberhasilannya cukup tinggi mengingat bahwa (1). Konsumsi buah oleh masyarakat Indonesia baru mencapai 60,9% dari rekomendasi FAO sebesar 65,75 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, 2001) dan (2). Impor anggur segar terus meningkat sebagai upaya memenuhi konsumsi dalam negeri. Apabila tahun 2001 volumenya hanya 10.580.652 kg dengan nilai 10.031.898 US $, pada tahun 2003 volume impor meningkat menjadi 15.847.369 kg dengan nilai 18.988.023 US $ (Direktorat Tanaman Buah, 2001). Tujuan pengkajian adalah untuk mengkaji sistem usahatani anggur yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan mengoptimalkan pemanfatan lahan pekarangan. METODE Lokasi dan Waktu Pengkajian dilaksanakan di Koata Probolinggo mulai bulan Maret–Desember 2007. Pemilihan lokasi pengkajian didasarkan pada pertimbangan prioritas sentra anggur Prosedur pengkajian penerapan teknologi usahatani anngur sebagai berikut : Melakukan survei awal menngunakan pemahaman pedesaan dalam waktu singkat (PRA = Participatory Rural Appraisal.) Pengumpulan data dilakukan melalui metode data kepustakaan/desk study/review dan survei di lapangan serta teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan. Menurut Chambers (1992), metode PRA adalah suatu pendekatan untuk memahami desa secara partisipatif, dimana masyarakat desa secara bersama-sama menganalisis kondisi, potensi, dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta Data yang diperoleh dari hasil survei ditabulasi dan dianalisis secara persentase yang kemudian dijabarkan dalam bentuk 2
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
deskriptif dengan pendekatan aspek teknis dan finansial;. (b). Menganalisis rakitan paket teknologi usahatani anggur dengan fokus pada aspek ekonomi yang dihasilkan dari penerapan paket teknologi usahatani anggur yang diintroduksi; (c). Pencatatan terhadap produktivitas annggur yang dilakukan setelah anggur dipanen. Tabel 1. Penerapan Teknologi Usahatani Anggur dengan Teknologi Introduksi di Kota Probolinggo No. 1 2 3 4 5
Komponen Kultivar Pembibitan Jarak tanam Tinggi para-para Pemupukan (Dosis per pohon)
Anjuran Red Prince, Red Globe, Cardinal/Probolinggo Super Stek dengan 2-3 mata tunas 3mx 3m 1,75 m Tahun Pupuk Kandang Urea TSP KCl (Pickup) (kg) (kg) (kg) Ke 1 8 40 120 120 Ke 2 24 40 70 150 Ke 3 24 40 180 225
6
Pengairan
Pengairan dilakukan pada musim kemarau dengan cara “leb” setiap 3 hari
7
Pembentukan pohon
Dilakukan saat tanaman mencapai para-para, dengan memelihara 4 mata tunas dan pertumbuhan tunas diarahkan ke arah penjuru angin.Saat cabang/ ranting mencapai panjang 1m, maka ujungnya dipotong agar tumbuh tunas baru
8
Pemangkasan untuk produksi
Dilakukan pada bulan April, Agustus dan Desember. Pemangkasan dilakukan pada cabang-cabang yang subur dengan menyisakan 6 – 10 mata tunas.
9
Peningkatan kualitas buah
Penggunaan Dormex 250 AS, untuk meningkatkan pertumbuhan tunas, jumlah buah dan mngurangi kadar asam buah 10 hari sebelum bunga mekar, diceleup dalam larutan GA3 100 ppm Penjarangan buah 40 - 50%, saat buah sebesar biji kedelai dan jagung
10
Pengendalian hama dan penyakit
11 12
Panen Tanaman sela
Secara mekanis : Penggunaan atap plastic (di musim penghujan) Secara kimiawi : Hama: Insektisida Buldok 25 EC, Tokuthion 500EC Penyakit : Fungisida Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Manzate 200, Curzate 8/64 WP, Folirfos 400 AS, Pruvit 10/56 WP Pestisida nabati : Bubuk biji mimba 100 – 105 hari setelah pemangkasan Untuk meningkatan pendapatan dan efisiensi penggunaan lahan pada tanaman anggur, lahan di sela-sela pohon anggur dapat ditanamani tanaman semusim. Umur tanaman anggur 0 – 3 tahun, tanaman sela : Kangkung darat ( di musim penhujan); bawang merah (di musim kemarau) Untuk tanaman anggur di atas 3 tahun, tanaman sela adalah talas
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil survei ditabulasi dan dianalisis secara persentase yang kemudian dijabarkan dalam bentuk deskriptif. Setelah data diklarifikasi melalui diskusi tim peneliti untuk mengetahui sejauh mana akurasi data yang diperoleh, maka Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
tahapan berikut adalah menghimpun data, mengedit, dan tabulasi data secara sistematis. Setelah itu dilakukan analisis data baik secara deskriptif maupun tabulasi silang. Analisis finansial berupa analisis tingkat pendapatan petani dilakukan dengan metode finansial R/C Ratio untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani dengan penerapan teknologi introduksi dan analisis dampak penerapan teknologi yang ditujukan untuk melihat produksi dan pendapatan yang diterima petani. Formula untuk menghitung pendapatan usahatani (atas dasar biaya tidak tetap secara tunai) yang dikeluarkan petani (Soekartawi et al., 2002) adalah sebagai berikut : PU = NP – BP dan NP = P x H Dimana : PU = Pendapatan usahatani (Rp/ha); NP = Nilai Produksi (Rp/ha); P = Produksi/hasil (t/ha); H = Harga hasil (Rp/kg); BP = Biaya produksi (biaya sarana produksi + biaya tenaga kerja + biaya panen dan Prossesing); R/C rasio = NP/BP. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Usahatani Anggur Kondisi usahatani anggur yang dilakukan petani di Kota Probolinggo sebagian besar masih bersifat semi komersial karena selain sebagai pemanfaatan lahan pekarangan juga masih menggunakan teknologi sederhana. Namun demikian petani anggur di Kota Probolinggo telah memiliki minat tinggi untuk melaksanakan usahatani anggur dan telah berorientasi terhadap kebutuhan pasar. Selama lima tahun terakhir jumlah pohon anggur yang diusahakan petani cenderung terus mengalami peningkatan (Tabel 2). Dari tahun 2002 hingga 2006, jumlah pohon tanaman anggur rata-rata meningkat hampir 500 persen. Peningkatan jumlah pohon yang cukup besar tersebut memberikan suatu indikasi bahwa minat petani cukup tinggi untuk mengusahakan tanaman anggur. Namum demikian peningkatan jumlah pohon tidak serta merta diikuti oleh peningkatan produksi dan produktivitas. Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggur KomoditasAnggur
2002
2003
2004
2005
2006
Rataan
Luas panen (pohon) Produksi (ton) Produktivitas(kg/phn)
1.882 28,60 15,19
4.104 75,00 18,30
7.247 126,51 17,50
8.648 96,40 11,15
8.633 33,12 3,84
6.103 71,93 13,18
Laju penambahan/ penurunan (%) 30,77 2,96 -27.78
Total produksi anggur tertinggi dihasilkan pada tahun 2004 dan kemudian terus mengalami penurunan walaupun terjadi peningkatan jumlah pohon. Hal ini karena petani dalam melaksanakan usahatani anggur menerapkan hanya sebagian anjuran paket teknologi. Kondisi ini juga berakibat terhadap produktivitas yang dicapai menjadi rendah.
4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Gambar 1 dan 2. Tanaman Anggur Yang Dibudidayakan Di Lahan Pekarangan Anggur merupakan tanaman buah-buah yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Secara umum buah anggur di Indonesia masih dikonsumsi dalam bentuk segar terutama oleh kalangan masyarakat menengah dan atas. Sebagai tanaman tahunan, dalam kurang dari satu tahun telah mampu berproduksi. Budidaya anggur bagi masyarakat di Kota Probolinggo telah lama dikenal hal ini ditunjukkan dari lahan pekarangan yang tersedia sebagaian besar dimanfaatkan penduduk untuk tanaman anggur baik untuk naungan rumah maupun sebagai usaha untuk pendapatan keluarga. Tanaman anggur mulai berkurang saat terjadi pergeseran pemanfaatan lahan pekarangan dari tanaman anggur menjadi tanaman mangga. Namun demikian bagi petani/penduduk yang memiliki lahan sempit maupun lahan yang agak luas tampak tetap mempertahankan tanaman anggur. Rata-rata pengalaman petani dalam berusahatani anggur lebih dari 5 tahun dengan jumlah pohon anggur yang ditanam rata-rata sekitar 10 pohon. Bagi petani yang menanam anggur kurang dari 10 pohon, tampak pada kawasan perumahan yang memiliki halaman sempit sehingga berfungsi sebagai pohon peneduh halaman. Pengalaman petani yang relatif memadai tersebut merupakan potensi yang perlu terus dikembangkan untuk meningkatan dan mengembangkan usahatani anggur di Kota Probolinggo (Subagyo et al., 2009). Tingkat pendidikan formal petani anggur sebagian besar masih di bawah SLTP. Pendidikan formal petani secara faktual tidak menjadi suatu hambatan dalam berusahatani anggur. Hal ini dapat dikompenssai dengan pengalaman petani yang cukup memadai serta peningkatan pengetahuan dan sikap petani melalui pengalaman sesama petani anggur. Selain itu menghadari pertemuan-pertemuan dan penyuluhan pertanian juga dapat menambah wawasan dan ketrampilan petani. Penerapan Teknologi Budidaya Kultivar yang banyak berkembang di Kabupaten Probolinggo adalah 1). Red Prince/Prabu Bestari yang berasal dari galur anggur Bs 89 dengan 2–3 tros (Gambar 3), 2). Cardinal/Probolinggo Super yang berasal dari galur anggur Bs 85 dengan 2–3 tros (Gambar 4), 3). Red Globe dengan 3–4 tros, dan 4) Seed less yang berasal dari galur anggur BS 60. Varietas yang berkembang adalah Red Prince dan Cardinal/Probolinggo Super mencapai 60–70% dari pertanaman anggur di Kota Probolinggo, sedangkan 30– 40% lainnya adalah varietas Red Globe, Belgie, Alphonso lavalle/Probolinggo Biru yang berasal dari galur anggur 81, Muscato, Caroline Black Rose yang berasal dari Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
galur anggur BS 45. Varietas Red Prince (anggur merah) paling diminati oleh petani karena harganya cukup tinggi. Di tingkat petani harga anggur Red Prince berkisar Rp 10.000,- sampai dengan Rp 12.500,- per kg., sedangkan di tingkat pedagang pengumpul mencapai Rp 15.000,- sampai Rp 17.500,- per kg.
Gambar 3. Varietas Red Prince Ganbar 4. Varietas Cardinal Kultivar yang disarankan ditanam di Kota Probolinggo adalah Red Prince dan Cardinal. Pembibitan menggunakan stek cabang dengan 2–3 mata tunas yang sehat dan bernas (diameter = 1 cm; panjang = 15–25 cm). Untuk merangsang pertumbuhan akar, stek dicelupkan ke dalam Zat Perangsan Tumbuh ”Rootone-F” . Lahan dipersiapkan 2– 3 bulan sebelum tanam. Bibit siap dipindah ke lapang pada umur 1-1,5 bulan dengan jumlah daun 4–5 helai. Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Lubang tanam dibuat dengan panjang x lebar x kedalaman = 50 cm x 50 cm x 50 cm. Dan jarak tanam 4 m x 4 m. Lubang tanam diisi pupuk kandang sebanyak 50 kg per lubang tanam. Menurut Baswarsiati et al., (2000), pupuk dasar menggunakan pupuk kandang yang dicampur tanah dan pasir dengan perbandingan 1: 1: 1. Pemupukan selanjutnya menggunakan Urea, SP- 36, KCl maupun ZA sesuai dengan umur tanaman dan kondisi tanaman. Pemupukan diberikan secara melingkar disekitar tanaman anggur. Pemupukan diberikan seminggu sebelum tanaman dipangkas sesuai dengan umur tanaman seperti yang disajikan pada Tabel 1. Untuk optimalisasi lahan di sekitar pertanaman anggur pada tahun pertama perlu ditanam tanaman sela karena pada saat itu kanopi anggur belum rapat. Pada musim kemarau tanaman sela yang ditanam adalah cabe rawit atau bawang merah, pada musim hujan tanamana sela yang ditanam adalah kangkung darat atau sawi. Setelah tanaman berumur lebih dari satu tahun, tanaman sela yang ditanam adalah jahe atau talas. Cara budidaya anggur adalah jarak tanam 3 m x 3 m atau 4 m x 5 m dengan penanaman sistem para-para. Lubang tanam dengan ukuran 50 cm x 50 cm dan kedalaman 60 cm. Bibit anggur siap tanam umur 1,5-2 bulan dan waktu tanam pada akhir Musim Hujan (MH) atau Musim Kemarau (MK). Tanaman anggur membutuhkan pengairan yang cukup dan tidak tergenang agar dapat mengurangi kemasan buah. Pengairan dilakukan dengan cara ”leb” setiap 3 hari sekali. Pengairan saat satu minggu sebelum pangkas diberikan untuk pembentukan 6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
tunas baru dan 2 minggu sebelum panen, dengan adanya lapisan lilin di kulit buah, pengairan dihentikan. Menurut Baswarsiati et al. (2002), pengairan pada tanaman anggur dapat diberikan tiga hari sekali sampai mencapai kondisi tanah menjadi lembab, biasanya tanaman di ”leb” hingga mencapai kapasitas lapang. Bila kondisi temperatur tinggi, maka frekuensi pengairan dapat ditingkatkan. Untuk melihat apakah kebutuhan air dalam tanaman sudah cukup sebelum tanaman siap dipangkas yaitu dengan memetik daun tanaman, bila dahan bekas potongan tangkai daun tersebut meneteskan air (gutasi) maka kebutuhan air dalam tanamm sudah cukup. Pembentukan pohon dilakukan saat tanaman mencapai para–para dengan memelihara 4 mata tunas dan peretumbuhan tunas diarahkan ke arah penjuru angin. Saat cabang/ranting mencapai panjang 1 m, ujungnya dipotong agar tumbuh tunas baru. Pangkas produksi/generatif dilakukan bertujuan untuk memproduksi cabang dan ranting pembuahan pada saat umur 9 bulan sampai dengan 1 tahun setelah tanam. Tanaman siap dipangkas apabila salah satu daun dipetik meneteskan air. Semua daun dipangkas setiap 4 bulan sekali. Pemangkasan pada bulan April untuk panen bulan Juni–Juli. Pemangakasan pada bulan Agustus untuk panen bulan Okotober-November. Pemangkasan pada bulan Desember untuk panen bulan Pebruari–Maret. Untuk peningkatan kualitas buah digunakan Dormex 250 AS (untuk meningkatkan pertumbuhan tunas, jumlah buah dan mengurangi kadar asam), 10 hari sebelum bunga mekar dicelup dengan larutan GA3 100 ppm. Penjarangan buah dilakukan sebanyak 40 – 50%. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanis dengan menggunakan atap plastik (musim hujan). Secara kimiawi untuk mengendalikan hama digunakan insektisida Buldok 25 EC dan untuk mengendalikan pernyakit digunakan fungisida Antracol 70 WP dan Pruvit PR 10/56 WP. Pengendalian hama dan penyakit juga dapat dikendalikan dengan penggunaan bubuk biji mimba. Panen pada buah anggur ditandai adanya perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi merah yang diikuti keluarnya lapisan lilin (jangan dibersihkan agar buah tetap segar dan terhindar dari serangan hama & penyakit). Panen biasanya dilakukan pada umur 100–105 hari setelah pangkas. Struktur Biaya dan Penerimaan Usahatani Komponen pembeayaan usahatani anggur secara garis besar dapat dipilah menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap yang dimaksud adalah pengeluaran yang diperuntukkan untuk pengadaan bibit, alat dan bahan yang dibutuhkan bagi usahatani anggur tetapi tidak diperlukan setiap musim. Pengeluaran untuk pengadaan sprayer, gunting pangkas, cangkul, pompa air, timba merupakan peralatan yang termasuk biaya tetap. Demikian juga dengan bahan-bahan seperti tanah pasir, bambu, kayu dan kawat termasuk pengadaan stek bibit anggur. Biaya tidak tetap merupakan pengeluaran yang diperuntukkan untuk pupuk, obat-obatan dan upah tenaga kerja. Pengeluaran biaya tidak tetap ini dapat berfluktuasi sesuai dengan perkembangan kebutuhan tanaman pada setiap musim. Analisis Biaya dan Keuntungan dalam usahatani anggur pada 100 pohon disajikan pada Tabel 3. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tabel 3. Analisis Biaya dan Keuntungan dalam Usahatani Anggur pada 100 pohon di Kota Probolinggo, 2007 No. Uraian Tahun 1 1 Biaya tetap 9.125 2 Biaya tidak tetap 1.995 3 Biaya tidak terduga (10%) 1.112 4 Total biaya 12.232 5 Produksi (kg) 500 6 Harga (kg/Rp.000) 7,5 7 Penerimaan 3.750 8 Keuntungan - 8.482 9 R/C 10 B/C Keterangan: Perhitungan belum termasuk ongkos sewa tanah/lahan
Tahun 2 2.900 4.879 780 8.559 2.450 7,5 18.375 9.816 2.15 1.15
Tahun 3 2.800 4.614 741 741 2.500 7,5 18.750 10.595 2.30 1.30
Proporsi pengeluaran biaya tetap yang besar diperlukan pada saat awal usahatani anggur. Kemudian terus berkurang pada tahun berikutnya karena hanya diperlukan untuk biaya ekspolitasi pompa air dan perbaikan peralatan. Sebaliknya biaya tidak tetap akan terus meningkat sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan tamanan anggur. Biaya tetap mencapai 90 persen dari total biaya yang diperlukan pada tahun pertama dan sisanya termasuk biaya tidak tetap. Penerimaan hasil usahatani anggur pada tahun pertama tergolong masih rendah sehingga secara perhitungan termasuk rugi. Kondisi ini karena biaya pengeluaran tidak tetap cukup besar. Keuntungan usahatani anggur dapat diperoleh cukup besar tampak pada tahun kedua. Keuntungan usahatani anggur tahun kedua dapat mengganti kerugian pada tahun pertama. Walaupun sebagian keuntungan tahun kedua untuk mengganti biaya usahatani pada tahun pertama tetapi masih terdapat sisa keuntungan. Hasil analisis penerimaan dan keuntungan usahatani dari 100 pohon (1000 meter persegi) anggur selama tiga tahun menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.11.929.000,-. Keuntungan tersebut hasil dari total penerimaan sebesar Rp.40.475.000,- dengan biaya total sebesar Rp.28.946.000,-. Kerugian petani dari biaya usahatani tahun pertama dapat diganti dari perolehan penerimaan hasil anggur tahun kedua pada panen pertama dan kedua. Keuntungan tersebut di atas akan masih bertambah sebesar Rp. 6.633.000,-bila dalam pengelolaan usahatani dapat berhemat dengan menekan biaya tidak terduga sebesar 10 persen. Dengan demikian total keuntungan dengan menghilangkan biaya tidak terduga tersebut adalah 18.562.000,Analisis Kelayakan Usaha Hasil analisis kelayakan ekonomi dalam konteks suatu usaha pada usahatani anggur tidak dapat dilakukan hanya pada periode satu tahun tetapi harus dilakukan dengan tahun berikutnya karena pada tahun pertama usahatani tanaman anggur masih dalam posisi merugi. Analisis kelayakan ekonomi pada usahatani 100 pohon anggur (1000 meter persegi) menunjukkan bahwa usahatani anggur merupakan suatu usaha investasi yang memerlukan waktu yang relatif lama. Walaupun secara ekonomis dalam jangka waktu 3 tahun telah dapat memberikan keuntungan yang cukup besar untuk
8
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
peningkatan pendapatan petani tetapi untuk kelayakan usaha membutuhkan waktu investasi jangka panjang. Tabel 4. Analisis Kelayakan Usaha pada Usahatani Anggur pada 100 pohon (x 000) di Kota Probolinggo, 2007 No. 1 2 3 4 5 6
Uraian Total biaya Total produksi (kg) Harga (kg/Rp.000) Penerimaan Keuntungan B/C ratio
Umur 2 Tahun 20.791 2.950 7,5 22.125 1.334 1.07
Umur 3 Tahun 28.946 5.450 7,5 40.875 11.929 1.65
Umur 4 Tahun1) 37.101 7.950 7,5 59.625 22.524 1.61
Keterangan: 1) Asumsi biaya dan penerimaan sama dengan tahun ketiga; Harga produksi per kg buah anggur secara faktual di tingkat petani dengan lebih tinggi dari Rp.7.500,-/kg.
Kelayakan usahatani anggur secara ekonomis memerlukan waktu paling tidak sekitar lima tahun, walaupun untuk pengembalian modal investasi hanya membutuhkan waktu selama dua tahun. Dari hasil analisis kelayakan usaha yang disajikan pada Tabel 5, menunjukkan bahwa usahatani anggur cukup layak sebagai suatu usaha yang menguntungkan bagi peningkatan pendapatan petani. Kelayakan usaha masih dapat ditingkatkan secara ekonomis karena rata-rata produktivitas tanaman anggur dalam analisis yang dilakukan masih berkisar 10 hingga 13 kg/pohon. Selain itu, harga produksi per kg buah anggur secara faktual di tingkat petani dengan lebih tinggi dari Rp.7.500,-/kg. KESIMPULAN 1. Aplikasi penerapan teknologi terutama penggunaan varietas unggul dan pupuk anorganik dan organik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas anggur. Untuk meningkatkan produksi diperlukan budidaya intensif, sejak dari pemilihan bibit sampai ke panen, dan penanganan pasca panen. 2. Penerapan paket teknologi usahatani anggur menghasilkan penerimaan sebesar Rp 59.625.000/100 pohon, keuntungan sebesar Rp 22.524.000,-/100 pohon dengan nilai B/C ratio adalah 1,6 3. Untuk kelancaran penerapan inovasi teknologi, diperlukan dukungan sarana produksi dekat lokasi usahatani dengan harga yang terjangkau disertai pendampingan dan monitoring secara periodik. 4. Kelembagaan tani dan kelembagaan usaha bersama perlu dibangun, agar memperkuat dan memantapkan eksistensi petani anggur. Penguatan dan pemberdayaan kelembagaan petani sangat diperlukan untuk pengembangan anggur di Jawa Timur. dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Vademekum Anggur. Direktorat Tanaman Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Departemen Pertanian. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Baswarsiati, N. I. Sidik, dan L. Moenir. 1995. Kesesuaian beberapa varietas anggur sebagai batang atas pada “top working anggur”. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Buah-buahan. Sub Balihorti Malang. Baswarsiati, S. Yuniatuti, D. Rahmawati, Yuniarti, E. Retnaningtyas, W. Istuti, dan Indriana. 2001. Pengkajian Sistem Usahatani Anggur Mendukung Pengembangan Sentra Produksi. Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. hlm 363–376. Baswarsiati, Moenir, L., dan B. Tegopati. 2002. Varietas Ungul Anggur Probolinggo Super. Petunjuk Teknis Rakitan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Hal 19-28. Bompard, J. M. and A.J.G.H. Kostermans. 1985. Wild Mangifera Species Kalimantan, Indonesia. In Mehra, K. L. and S. Sastrapadja (Eds). Proceedings of the International Symposium on South East Asian Plant Genetic Resources. Lembaga Biologi Nasional, Bogor. p. 172-174. Chambers. 1992. Rural Appraisal: rapid, Rilex and Participatory dalam Y.Sukoco. PRA (Participatory Rural Appraisal) Memahami Desa secara Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. 2000. Laporan Tahunan 2000. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Timur. Surabaya. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. 2001. Produk Hortikultura Jawa Timur. Surabaya Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. 2003a. Program Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Makalah pada Sewindu BPTP Jatim. BPTP Jatim. Malang, 4 - 6 Juni 2003. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. 2003b. Laporan tahunan 2002. Surabaya. Dinas Pertanian Kota Probolinggo. 2007. Makalah disampaikan pada Temu Potensi Investasi Anggur di Kota Probolinggo, 13 Desember 2007. Direktorat Tanaman Buah. 2007. Makalah disampaikan pada Temu Potensi Investasi Anggur di Kota Probolinggo, 13 Desember 2007. Ernawanto, Q.D., Suyamto, G. Kartono, B. Irianto, Baswarsiati, R. Asnita dan L.Y. Krisnadi. 2003. Penentuan Komoditas Unggulan Wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Makalah Sewindu BPTP Jatim. Malang, 4-6 Juni 2003. Farida. 2007. Program Pengembangan Anggur di Provinsi Jawa Timur. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur. Hood, R. 1988. Economics Analysis : A Location Quotient. Primary Principal Sun Region Associate, Inc. Kusumo, S., Hasanah, M., Moeljoprawiro, S., Thohari, M., Subandrijo., Hardjamulia, A., Nurhadi, A., dan Kasim. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Plasma Nutfah. Badan Penelitian dan Pengemabangan Pertanian. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. Hal 18. Purnomo, S. 1987. Eksplorasi Mangga Liar di Kalimantan. Jurnal Hortikultura 5 : 1-26.
10
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Purnomo, S., D.D. Widjajanto, dan Q.D. Ernawanto. 1991. Keragaan delapan varietas harapan anggur Banjarsari pada dua tipe lahan. Jurnal Hortikultura 1 (1) : 42-48. Setiadi. 2006. Bertanam Anggur. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 151 hal. Siniati, T. 2007. Inovasi Teknologi Produksi Anggur. Makalah disampaikan pada Temu Potensi Investasi Anggur di Kota Probolinggo, 13 Desember 2007 Soegito dan N. I. Sidik. 1991. p. 35-40. Hama dan Penyakit Penting Tanaman Anggur di Indonesia. In : Winarno, M., U. H. Yudowati, S. Kusumo, N. Primawati dan S. Sulianti (eds.). Budidaya Anggur, Balitbu, Solok. Subagyo, S. dan S. Purnomo. 2009. Kelayakan dan Peluang Usahatani Anggur di Kota Probolinggo. Jurnal Litbang Kebijakan “Cakrawala: 4 (1) : 75 – 81. Widyaningsih. 2008. Permasalahan Penanaman Anggur Merah di Dataran Tinggi dan Cara Mengatasinya. Iptek Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Hal 39-43.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012