JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh
NANGGROE JURNAL HUKUM TATA NEGARA
HASIL PENELITIAN
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe Menurut Peraturan Perundang Perundang-Undangan Undangan Sari Yulis1
Abstract Correspondence:
[email protected] 1.
Peneliti Hukum Lembaga Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA)
Salah satu bentuk kekhususan Aceh, adalah pembentukan Lembaga Wali Nanggroe (LWN) beserta gelar dan perangkat upacaranya yang diatur dalam undang-undang undang kehususan dan keistimewaan Aceh. Mengenai kedudukan dan kewewenangan LWN sebelumnya, sudah pernah diatur dalam Undang-undang undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pengaturan kedudukan Wali Nanggroe dalam ketentuan undang-undang undang tersebut hanya bersifat sebagai lembaga pemersatu u kehidupan masyarakat adat di Aceh. Walaupun ketentuan Undang-undang undang ini telah dinyatakan tidak berlaku lagi, namun pengaturan yang sama terhadap kedudukan LWN juga diatur dalam Pasal 1 angka 17 serta Pasal 96, dan Pasal 97 UUPA. Dalam ketentuan pasal tersebut sebut menyatakan bahwa lembaga ini dibentuk sebagai lembaga pemersatu masyarakat adat yang ada di Aceh. Selanjutnya kedudukan dan kewewenangan kelembagaan ini dijabarkan dalam ketentuan Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012JonctoQanun Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2013 tentang ng Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 8 tahun 2012 tentang Lembaga Wali Nanggroe. Nanggroe Tulisan ini akan menguraikan tentang pengaturan kewenangan LWN, menurut Undang-undang undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh dan Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012 Jo Qanun Aceh Ac Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012tentang tentang Lembaga Wali Nanggroe. Keywords: Kewenangan, Lembaga Wali Nanggroe
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015) 2015)| 1
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
A. PENDAHULUAN
menganut
konsep
Namun dari 1. Latar Belakang
sentralisasi.
semangat
reformasi
yang terjadi dan seiring
dengan
Konsep
Negara
Indonesia
timbulnya akumulasi kekecewaan
diatur
dalam
ketentuan
daerah terhadap pemerintah pusat,
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
sehingga diawal reformasi semangat
(selanjutnya disebut UUD RI 1945),
itu kemudian diwujudkan dalam
merupaka Negara Kesatuan yang
pelaksanaan pemerintahan ditingkat
berbentuk Republik. Namun dalam
daerah dengan menganut sistem
perjalanannya
konsep
negara
desentralisasi.2
kesatuan
menganut
sistem
yang
yang
pemerintahan
yang
sentralistik
dalam masa Orde Lama sampai dengan
masa Orde
Baru,
terus
mendapatkan dorongan perubahan dari kalangan masyarakat ditingkat daerah. Sehingga sistem sentralistik ini dianggap tidak mampu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat ditingkat daerah. Keinginan
Sistem
desentralisasi
ini
bermaksud untuk mewadahi atau menagulangi permasalahan tuntutan kesejahtraan yang diakibatkan oleh faktor wilayah yang luas, jumlah penduduk yang besar, trakmentasi sosial yang plural, keadaan geografi yang komplek, dan ditopang oleh faktor historis suatu negara.3
perubahan sistem kenegaraan ini,
Pasca
amandemen
ke-dua
timbul dalam upaya pembagunan
UUD RI 1945 tahun 2000, telah
negara
dengan
memberikan ruang terhadap daerah
memperhatikan kesejahteraan ma-
untuk menjalankan pemerintahan-
syarakatnya
nya
yang
kokoh
sampai
ketingkat
1
daerah .
kebutuhan
Konsep desentralisasi pada dasarnya hanya dianut oleh negara
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah, Filosof Sejarah perkembangan dan problematika. Pustaka pelajar offset-yogyakarta 2005
dan
memperhatikan kehendak
dari
masyarakat daerahnya sendiri.Pasca 2
serikat, dan negara kesatuan hanya
1
dengan
3
Dwiyanto. Agus dkk. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, 2003, Hlm 24 Jimly Assidiqie. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Buana Ilmu Populer, Jakarta, 2007, Hlm 98.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 2
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
perubahan
ini
pemberian
dalam Undang-undang Nomor 21
kewenangan terhadap daerah dalam
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
menjalankan pemerintahanya diatur
bagi
di dalam ketentuan Pasal 18 UUD RI
daerah istimewa merupakan daerah
1945,
Yogyakarta dengan Undang-undang
yang
pemberian
kewenangan
pemerintah jalankan
mengamanatkan
daerah
terhadap
Provinsi
Nomor
13
Papua,
Tahun
sedangkan
2012
tentang
dalam
men-
Keistimewaan
pemerintahannya,
yang
Yogyakarta, serta Daerah Khusus
kemudian diatur dalam Undang-
Jakarta,
undang
2014
undang
tentang Pemerintahan Daerah, yang
tentang
mengatur
Daerah
Nomor
23
Tahun
terhadap
pelaksanaan
pemerintahan daerah.
Daerah
diatur
Istimewa
dalam
Nomor
29
Undang-
Tahun
Pemerintahan Khusus
2007
Provinsi
Ibukota
Jakarta
Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Terkecuali
Selain itu, dalam ketentuan
Provinsi Aceh, secara menyeluruh
UUD RI 1945 juga mengakui dan
gelar kehususan dan keistimewaan
menghormati satuan pemerintahan
ini diberikan atas pengakuan negara
yang bersifat khusus atau istimewa,
terhadap hak asal-usul daerahnya
sebagaimana
dalam
tersendiri, dalam menyelengarakan
Daerah
pemerintahan di Daerah masing-
istimewa dan daerah khusus yang
masing. Sedangkan Aceh pemberian
diatur
kehususan
ketentuan
diatur Pasal
dalam
18B.
undang-
undang
dilatarbelakangi
atas
meliputi daerah Provinsi Aceh yang
semangat perjuangan rakyat Aceh
diatur dalam ketentuan Undang-
terhadap
undang
Negara Indonesia.
Nomor
44
Tahun
1999
modal
kemerdekaan
tentang Penyelangaraan Keistimewaan Aceh,
Propinsi
Daerah
(selanjutnya
Keistimewaan
Istimewa
disebut
Aceh)
UU serta
Salah kekhususan pembentukan
satu
bentuk
Aceh,
adalah
Lembaga
Wali
ketentuan undang-undang Nomor 11
Nanggroe (selanjutnya disebut LWN)
tahun 2006 tentang Pemerintahan
beserta
Aceh (selanjutnya disebut UUPA).
upacaranya
Kemudian
undang-undang
Papua
yang
selanjutnya telah
Provinsi
diundangkan
gelar
keistimewaan
dan
yang
perangkat
diatur kehususan
Aceh.
dalam dan
Mengenai
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 3
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
kedudukan
dan
kewewenangan
LWNsebelumnya,
sudah
pernah
dijabarkan dalam ketentuan Qanun Aceh
Nomor
8
Tahun
diatur dalam Undang-undang Nomor
2012JonctoQanun Aceh Nomor 9
18 Tahun 2001 tentang Otonomi
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Khusus
bagi
Istimewa
Aceh
Nanggroe
Provinsi
Daerah
Qanun Aceh Nomor 8 tahun 2012
sebagai
Provinsi
tentang Lembaga Wali Nanggroe
Aceh
Darussalam
(selanjutnya
disebut
(selanjutnya disebut UU Otonomi
LWN).Pendelegasian
Khusus
pengaturan
Aceh).
Mengacu
kepada
ini,
Qanun atas
tentunya
juga
ketentuan Pasal 1 angka 3 dan Pasal
mengacu pada perintah Pasal 96
10
ayat
UU
Otonomi
Khusus
Aceh,
(4)
yang
menyatakan.
penyebutan atas kelembagaan Wali
Ketentuan lebih lanjut mengenai
Nanggroe disebut Wali Nanggroe
syarat-syarat
dan Tuha Nanggroe.
pemilihan, peserta pemilihan, masa jabatan,
calon,
tata
kedudukan
cara
protokoler,
Pengaturan kedudukan Wali
keuangan, dan ketentuan lain yang
Nanggroe dan Tuha Nanggroe dalam
menyangkut Wali Nanggroe diatur
ketentuan undang-undang tersebut
dengan Qanun Aceh. Serta Pasal 97
hanya
lembaga
UUPA yang menyatakan. Pengaturan
pemersatu kehidupan masyarakat
lainya menyangkut Wali Nanggroe
adat di Aceh. Walaupun ketentuan
akan
Undang-undang ini telah dinyatakan
Qanun. Atas dasar pendelegasian
tidak
tersebut
bersifat
berlaku
sebagai
lagi,
namun
diatur
dalam
ketentuan
kemudian
secara
pengaturan yang sama terhadap
keseluruhan hal yang menyangkut
kedudukan LWN juga diatur dalam
kedudukan
Pasal 1 angka 17 serta Pasal 96, dan
kelembagaan Wali Nanggroe, diatur
Pasal 97 UUPA. Dalam ketentuan
dalam ketentuan Qanun LWN.
dan
kewenangan
pasal tersebut menyatakan bahwa lembaga
ini
dibentuk
lembaga
pemersatu
sebagai
2. Rumusan Masalah
masyarakat Berdasarkan latar belakang
adat yang ada di Aceh.
di atas, Penulis akan mencoba Selanjutnya kedudukan dan kewewenangan
kelembagaan
ini
menjawab
pertanyaan
tentang
bagaimana pengaturan kewenangan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 4
ISSN 2302-6219
LWN,
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
menurut
Undang-undang
pendapat
lainya
ketiga
sumber
Nomor 11 Tahun 2006 Tentang
tersebut juga dijabarkan
Pemerintahan Aceh dan Qanun Aceh
lebih detil yang menurut H.D. Van
Nomor 8 Tahun 2012 Jo Qanun Aceh
Wijk menyatakan bahwa.
Nomor
9
Tahun
2013
tentang
Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor
Atribusi:
8 Tahun 2012tentang Lembaga Wali
Merupakan kekuasaan pemerintah yang langsung diberikan oleh undang-undang disebut atribusi. H.D. van Wijk memberikan pengertian. Atribusi, adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undangundang kepada pemerintah.5 Dijelaskan bahwa pembentukan undang-undang yang dilakukan baik oleh pembentuk undangundang orosinil (orginaire wetgever) maupun pembentuk undang-undang yang diwakilkan (gedelegeerde wetgevers) memberikan kekuasaan kepada suatu organ pemerintahan yang dibentuk pada kesempatan itu atau kepada organ pemerintahan yang sudah ada. Sebagaimana dinyatakan: pembuat undang-undang menciptakan suatu wewenang pemerintahan (yang baru) dan menyerahkannya kepada suatu lembaga pemerintahan. Ini bisa berupa lembaga pemerintahan yang telah ada, atau suatu lembaga pemerintahan yang
Nanggroe. B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Kewenangan LWN berkedudukan sebagai lembaga kepemimpinan adat dalam menyelengarakan kehidupan adat istiadat
di
kewenangan disebutkan kemudian
Aceh
dengan
sebagaimana didalam
telah
UUPA
didelegasikan
yang
kedalam
Qanun LWN. Kewenangan
yang
dimiliki
oleh LWN merupakan kewenangan yang bertumpu pada kewenangan yang
sah,
tersebut
yang
diperoleh
sumber disampaikan
kewenangan melalui
sebagaimana oleh
tiga yang
Philipus
M.
Hadjon, yang membagi kewenangan kedalam tiga sumber yaitu:Atribusi, Delegasi
4
Philipus Hukum
dan
Mandate.4Dalam
M. Hadjon. administrasi
secara
Pengantar Indonesia,
5
Gajah Mada University Press. 2005. Hlm 130. Wijk, H.D., van, Hoofdstukken van Administratif Recht, Uitgeveru Lemma BV, 1995 hlm 129. Dikutip dari. Lukman Hakim, dalam buku Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, hal 125.setara Pres Malang 2012.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 5
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
baru yang dicipkan kesempatan tersebut.6 Senada Wijk,
dengan
Indroharto
pada
H.D.
kepada badan atau pejabat yang lain. Setelah wewenangan diserahkan maka pemberi wewenang tidak mempunyai wewenang lagi. Sebagaimana disebutkan bahwa kita dapat berbicara tentang delegasi wewenang pemerintahan bilamana suatu wewenang lembaga pemerintahan diserahkan kepada lembaga lain, yang menjalankan wewenang tersebut dan bukannya lembaga yang semula berwenang. Delegasi dengan demikian disimpulkan sebagai penyerahan, atas apa yang semula merupakan wewenang si A, sekarang menjadi wewenang B. (bukan lagi A).9
van
mengemukukan
bahwa atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh
suatu
ketentuan
perundang-udangan
dalam
baik
yang
diadakan oleh original legislator ataupun delegeted legislator.7 Adanya pengaruh perubahan pandangan dari wetmatikheid van bestuur menjadi rechtmatige van bestuur mempengaruhi juga konsep atribusi.
Sumber
pemerintah
tidak
wewenang lagi
mutlak
Stroink
dan
Steenbeek
menjelaskan lebih lanjut bahwa delegasi
hanya
dapat
dilakukan
semata-mata dari undang-undang
apabila badan yang melimpahkan
sebagai
produk
wewenang
wetgever
yang
gedelegeerd dipegang
oleh
sudah
mempunyai
wewenang
melalui
atribusi
sebagimana
dikatakan.
Delegasi
8
pemerintah.
menyangkut pelimpahan wewenang
Delegasi:
dari wewenang yang sudah ada oleh
Menurut H.D. van Wijk. Merupakan penyerahan wewenang pemerintahan dari suatu badan atau pejabat pemerintah
organ
yang
sudah
memiliki
wewenang secara atributif kepada organ lain.10Senada dengan Stroink dan Steenbeek. Delegasi menurut
6 7
8
Ibid Indroharto, Usaha memahami Undang-undang Pradilan Tata Usaha Negara, Buku II. Beracara di Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 91. Op., Cit., hlm. 125. Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Argan & Lembaga Daerah. setara Pres Malang 2012. Hlm. 124
Indroharto.
Diatrikan
sebagai
pelimpahan wewenang yang sudah ada
oleh
badan
atau
pejabat
pemerintah yang telah memperoleh 9 10
Ibid., hlm 125. Sroink, F.A.M en J.G. Steenbeek, Op.,Cit hlm. 127
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 6
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
wewenang
pemerintah
secara
atribusi kepada badan atau pejabat 11
lain.
resmi
memiliki
pemerintahan
wewenang
tertentu
karena
atribusi atau delegasi tidak dapat menangani Wewenang yang didapat dari
sendiri
wewenang
tersebut, maka pegawai bawahan
delegasi dapat disubdelegasikan lagi
dapat
kepada subdelegataris. Ketentuan
menjalankan
delegasi mutatis mutandis berlaku
atas nama organ yang sesunguhnya
juga untuk subdelegasi. Maarseveen,
12
Hanc van
mengunakan
dua
diperintah-kan wewenang
bisa
berbicara
tentang
Berbeda
dengan
ini, yakni ketika menganalisis UUD
mandat,
mandan
sebagai
mandat
van
atribute,
tersebut
diberi wewenang. Dalam hal ini kita
istilah dalam menjelaskan konsep
documet
unutk
tetap
mandat.
delegasi, atau
pada
pemberi
berwenang
untuk
digunakan istilah kekuasaan (power)
melakukan sendiri wewenang-nya
sedangkan
apabila
dalam
pendelegasian
digunakan
wewenang (authority). Mandat yang
istilah
wewenang
melalui
delegasi
atribusi dapat
pegawai bawahan, apabila pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak sanggup melakukan sendiri.H. D. van Wijk menjelaskan arti dari
pemerintah
yaitu,“Suatu
organ
mengizinkan
kewe-
nangannya dijalankan oleh orang lain atas namanya.”
13
dan
kepada
Ibid hlm 127 Lukman Hakim., Op., Cit., hlm 124 Ibid
mengenai
apa
Mandan
yang tetap
bertanggung jawab atas tindakan yang
pada
mandataris.14
dilakukan
Indroharto
menambahkan
mandat.
Tidak
bahwa terjadi
perubahan wewenang yang sudah ada
dan
merupakan
hubungan
internal pada suatu badan, atas penugasan
bawahan
melakukan
suatu tindakan atas nama dan atas tanggung jawab mandat.15 Dari
uraian
penjelasan
singkat diatas sedikitnya tergambarkan
12
petunjuk
diinginkannya.
Dijelaskan
lebih lanjut. Bila orang yang secara
11
menginginkan,
memberi mandataris
dimandatkan kepada badan atau
mandat
ia
13
adalah
diperoleh
maupun
menganalisis
14 15
tentang
kewenangan
yang
Lukma Hakim., OP., Cit., hlm. 19 Op.,Cit hlm 16
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 7
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
dimiliki oleh LWN, bahwa dalam melaksanakan mengunakan
Wali Nanggroe yang bersifat personal dan independen. ketentuan lebih lanjut mengenai syarat-syarat calon, tata cara pemilihan, peserta pemilihan, masa jabatan, kedudukan protokoler, keuangan, dan ketentuan lain menyangkut Wali Nanggroe diatur dengan Qanun Aceh.16
kepemimpinannya, kewenangan
yang
bersumber dari kewewenangan yang didelegasikan oleh UUPA. Sehingga Wali Nanggroe dalam melaksanakan kepemimpinannya tetap berpatokan terhadap kewenangan yang telah didelegasikan
didalam
ketentuan
Pasal 96 - Pasal 98 UUPA.
Pengaturan kedudukan
terhadap
dan
kewenangan
Lembaga Wali Nanggroe juga diatur
2. Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe dalam UndangUndang Pemerintahan Aceh Pengaturan kedudukan dan
dalam ketentuan Pasal 97 UUPA. dalam
ketentuan
pasal
ini
menyebutkan bahwa. Wali Nanggroe berhak
memberikan
gelar
kewenangan lembaga Wali Nanggroe
kehormatan
telah diatur dalam ketentuan UUPA.
kepada perseorangan atau lembaga
Dalam ketentuan Pasal 96 sampai
baik dalam dan luar negeri yang
dengan Pasal 99 UUPA.
keriteria dan tatacaranya diatur
ketentuan
Pasal
96
Dalam UUPA
atau
derajat
adat
dengan Qanun Aceh.
menyebutkan bahwa: Kedudukan dan Kewenangan 1) Lembaga Wali Nanggroe merupakan kepemimpinan adat sebagai pemersatu masyarakat yang independen berwibawa dan berwenang membina dan mengawasi penyelengaraan kehidupan lembaga-lembaga adat, adat istiadat, dan pemberian gelar/derajat dan upacara-upacara adat lainya. 2) Lembaga wali Nanggroe sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan lembaga politik dan lembaga pemerintahan di Aceh. 3) Lembaga Wali Nanggroe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang
Kelembagaan
Wali
sebagaimana
diatur
Nanggroe dalam
ketentuan Pasal 96 dan 98 UUPA, hanya menempatkan Wali Nanggroe sebagai kepemimpinan adat yang menjadi
pemersatu
masyarakat
Aceh. Dalam kewenangan ini, Wali Nanggroe
hanya
memiliki
kewenangan sebagai kepemimpinan 16
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. LA, No 62.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 8
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
adat dan bukan merupakan lembaga
(3), diatur Aceh.17
politik dan pemerintahan di Aceh. Dalam
kaitanya
hanya,
Wali
Nanggroe
ditempatkan
sebagai
dengan
Qanun
Ketentuan Pasal 98 sebagaimana
disebutkan
diatas
hanya
lembaga adat. Penempatan kedu-
mengatur
dukan
kewenangan lembaga adat di Aceh.
dan
kewenangan
Wali
tentang
fungsi
dan
Nanggroe diatur dalam ketentuan
Dalam
Pasal 98 ayat (1) sampai dengan
menyebutkan
ayat
dalam
lembaga adat dalam melaksanakan
Nanggroe
kehidupan adat Aceh. Pengaturan
dilekatkan kewe-nangannya dalam
selanjutnya diatur dalam ketentuan
kewenangan Lembaga Adat.
Pasal 99 ayat (1), ayat (2) dan ayat
(4)
ketentuan
UUPA, ini,
yang Wali
yang
ketentuan
ini
tentang
hanya peran
menyatakan bahwa;
(3) UUPA yang menyatakan bahwa;
1) Lembaga adat berfungsi dan berperan sebagai wahana partisipasi masyarakat dalam penyelengaraan Pemerintahan Aceh dan pemerintahan kabupaten/kota dibidang keamanan, ketentraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat. 2) Penyelesaian masalah sosial kemasyarakatan secara adat ditempuh melalui lembaga adat. 3) Lembaga adat sebagaimana yang dimaksud pada ayat(1) dan ayat (2) meliputi; Majelis Adat Aceh, imum mukim, imum chik, tuha peut, tuha lapan, imum menasah atau, keujrun blang atau, panglima laot, pawang glee, peutua seunebok, harian peukan, syahbanda. 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, wewenang, hak dan kewajiban lembaga adat, pemberdayaan adat, dan adat istiadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
1) Pembinaan kehidupan adat dan adat istiadat dilakukan sesuai dengan perkembangan keistimewaan dan kekhususan Aceh yang berlandaskan pada nilainilai syari’at Islam dan dilaksanakan oleh Wali Nanggroe. 2) Penyusunan ketentuan adat yang berlaku umum pada masyarakat Aceh dilakukan oleh lembaga adat dengan pertimbangan Wali Nanggroe. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hal sebgaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan ketentuan Qanun Aceh.18 Secara garis besar kaidah norma yang terkandung didalam ketentuan Pasal 98 hanya mengatur tentang
fungsi
dan
kewenangan
lembaga adat yang kemudian dalam ketentuan 17 18
Pasal
99
UUPA,
Ibid. Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 9
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
mengintegrasikan sebagai
Wali
pemimpin
Nanggroe
adat
istiadat
tentang Lembaga Wali Nanggroe. Dalam
ketentuan
qanun
ini
Aceh, yang memiliki kewenangan
mengatur tentang kedudukan dan
sebatas
kewenangan Wali Nanggroe. Dalam
kewenangan
diselengarakan lembaga
adat
oleh
adat
yang
lembagasebagaimana
disebutkan didalam ketentuannya,
melaksanakan
tugas
dan
kewenangannya
sebagai
Wali
Nanggroe di Aceh.
yang kemudian dilaksanakan oleh Wali
Nanggroe
yang
Qanun
menjadi
LWN
Aceh
selain
penyelengara kehidupan adat dan
mengatur tentang kedudukan dan
pemersatu masyarakat adat Aceh.
kewenangan Wali Nanggroe, juga
Maka muatan materi norma yang
mengatur
terkadung didalam ketentuan UUPA
kelembagaan
hanya menempatkan Lembaga Wali
kelembagaan
Nanggroe
Susunan kelembagaan ini memiliki
sebagai
kepemimpinan
terhadap dan
kewenangannya
sebatas
dalam
melaksanakan kewenangan
dalam
tugas-tugas kelembagaan
dan
ketentuan
UUPA,
yang
kewenangannya dilaksanakan oleh Wali Nanggroe. 3. Kewenangan
Wali
Nanggroe.
masing-masing
melaksanakana
tugas
Susunan Kelembagaan Wali Nanggroe diatur dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1), sampaidengan ayat (3),
Qanun
Susunan Lembaga
Kerja
kewalian.
adat.
Sebagaimana telah diatur didalam
Tata
Wali
adat yang memiliki kewenangan kewenangan
susunan
LWN
menyatakan.
Kelembagaan
Wali
Nanggroe sebagaimana dicantumkan dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1)
Nanggroe dalam Qanun
yang terdiri dari. Pengaturan kedudukan dan kewenangan
Wali
Nanggroe
selanjutnya di atur dalam ketentuan Qanun
Aceh
Nomor
8
Tahun
2012Joncto Qanun Aceh Nomor 9
a. b. c. d. e.
Wali Nanggroe. Wliyul’ahdi. Majelis Tinggi. Majelis Fungsional. Majelis/ Lembaga Sturktural.19
19
Op cit. Hlm 18,
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 10
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
Susunan kelembagaan Wali Nanggroe sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e. Qanun LWN. Telah dirubah, sebagaimana
dalam
perubahan
g. Majelis Hutan Aceh. h. Majelis Khazanah dan Kekayaan Aceh. i. Majelis Pertambangan dan Energi. j. Majelis Kesehatan Sosial dan k. Majelis Perempuan.21
Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2012 tentang Wali Nanggroe.
Sehingga
bunyi
ketentuanya Pasal 4 ayat (1) huruf e, LWN menyebutkan. Pasal 4 ayat (1) huruf e, Susunan Kelembagaan
Susunan majelis fungsional sebagaimana yang telah disebutkan diatas, memiliki tugas, fungsi dan kewenangan, majelis
pada
tiap
susunan
fungsionalnya
dalam
melaksanakan kewenangan kelembagaan Wali Nanggroe.
Wali Nanggroe terdiri dari. Lembaga Struktural.
Tugas
Kemudian dalam ketentuan Pasal
4
ayat
(2)
menyebutkan,
Qanun
susunan
LWN
Majelis
Tinggi terdiri dari. Majelis Tuha Peut Tuha Nanggroe, Majelis Fatwa, Majelis
Tuha
Lapan
Wali
Nanggroe.20Selain
Majelis
Tinggi,
Lembaga
Nanggroe
Wali
juga
memiliki Majelis Fungsional. Majelis Fungsional
ini
kemudian
dicantumkan dalam ketentuan Pasal 4 ayat (3) Qanun LWN terdiri dari. a. Majelis Ulama Nanggroe Aceh (MUNA) b. Majelis Adat Aceh (MAA). c. Majelis Pendidikan Aceh (MPA) d. Majelis Ekonomi Aceh. e. Baitul Mal Aceh. f. Bentara. 20
Ibid.
fungsi
dan
kewenangan
majelis
fungsional
Lembaga
Wali
Nanggroe,
sebagaimana
disebutkan
dalam
ketentuan Pasal 44, sampai dengan Pasal
46
Qanun
LWN,
yang
mengatur tentang Majelis Ekonomi Aceh. Selanjutnya ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan ketentuan Pasal 58 Qanun LWN, yang mengatur tentang Majelis Pertambangan dan Energi.
Serta
yang
terakhir
ketentuan Pasal 59, Pasal 60, dan Pasal
61
Qanun
mengatur Kesejahteraan
LWN.
tentang Sosial
yang Majelis dan
kesehatan.
21
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 11
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
Majelis sebagaimana
Ekonomi
Aceh,
disebutkan
dalam
ketantuan Pasal 44 Qanun Aceh Nomor LWN, memiliki Tugas fungsi dan Kewenangan,
dalam melak-
sanakan tugas dari kelembagaan Wali
Nanggroe.
Sebagaimana
dinyatakan dalam ketentuan Pasal 44
dalam
qanun
tersebut
tapan Rencana Umum Ekonomi Aceh. c. Memberikan pertimbangan dalam penetapan langkahlangkah penangulangan krisis dan darurat ekonomi d. Memberikan pertimbangan dalam perwujudan ketahanan ekonomi dalam rangka pembangunanberkelanjutan dan e. Memebrikan pertimbangan dalam pengawasan kebijakan ekonomi Aceh. 23
menyatakan, Majelis Ekonomi Aceh mempunyai tugas sebagai berikut. a. Menyiapkan dan merumuskan kebijakan ekonomi Aceh. b. Menyusun dan menyiapkan Rencana umum Ekonomi Aceh. c. Menetapkan langkah-langkah penangulangan krisi dan darurat ekonomi Aceh. d. Mewujudkan ketahanan ekonomi dalam rangka pembangunan berkelanjutan. e. Melaksanakan pengawasan kebijakan ekonomi Aceh.22
Selain Majelis Ekonomi Aceh. Dalam struktur majelis fungsional Lembaga
Wali
memiliki
Majelis
sebagaimana
Nanggroe, Hutan
disebutkan
juga Aceh, dalam
ketentuan Pasal 50 Qanun LWN, yang
mengatur
fungsi
dan
tentang
tugas,
kewenangan
Majelis
Hutan Aceh. Mejelis Hutan Aceh memiliki tugas;
a. Memberi pertimbangan dalam perumusan kebijakan ekonomi Aceh b. Memberikan pertimbangan dalam penyusunan dan pene-
a. Memberikan informasi tentang hutan Aceh kepada Wali Nanggroe b. Menyampaikan kebijakan umum tentang pengelolaan hutan Aceh c. Melakukan sosialisasi kebijakan pengelolaan hutan Aceh d. Melakukan evaluasi pelaksanaan kebijaknn pengelolaan hutan Aceh e. Melakukan pengkajian perencanaan dan pengembangan tata cara pengelolaan hutan Aceh f. Membuat analisis, evaluasi dan rancangan kebijakan dalam rangka menjaga dan melindungi hutan Aceh
22
23
Tugas
Majelis
Ekonomi
sebagaimana
diatur
dalam
ketentuan ini telah dirubah dalam perubahan
Qanun
LWN
Aceh.
Sehingga bunyi dari ketentuan Pasal 44 Qanun LWN sebagai berikut. Majelis Ekonomi mempunyai tugas;
Ibid, hlm 18
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 12
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
g. Memberikan bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendasi terhadap pemangku kepentingan yang melaksanakan tugas menjaga kelestarian hutan Aceh.24
melaksanakan tugas menjaga kelestarian hutan Aceh.25 Majelis Pertambangan dan Energi, selain memiliki tugas, juga memiliki
Tugas
majelis
kehutanan
Aceh sebagimana disebutkan dalam ketentuan dalam
diatas
telah
dirubah
perubahan
Qanun
Sehingga
bunyi
ketentuan
dirubah
menjadi,
Majelis
LWN. ini
Hutan
fungsi
yang
kemudian
dalam ketentuan Pasal 57 Qanun LWN
menyebutkan.
menyelengarakan
tugas
Untuk sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 56, Majelis Pertambangan dan Energi mempunyai fungsi sebagai berikut.
Aceh bertugas; a. Memberikan informasi tentang hutan Aceh kepada Wali Nanggroe b. Memberikan pertimbangan dalam kebijan umum pengelolaan hutan Aceh c. Memberikan pertimbangan dalam sosialisasi kebijakan pengelolaan hutan Aceh d. Memberikan pertimbangan dalam evaluasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan hutan Aceh e. Memberikan pertimbangan dalam pengkajian perencanaan dan pengembangan tata cara pengelolaan hutan Aceh f. Memberikan pertimbangam dalam analisis, evaluasi dan rancangan kebijakan dalam rangka menjaga dan melindungi hutan Aceh g. Memberikan pertimbangan dalam pemberian bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendasi terhadap pemangku kepentingan yang
a. Melaksanakan penyampaian informasi tentang pertambangan energi dan sumber daya mineral Aceh pada Wali Nanggroe. b. Pelaksanaan kebijakan umum pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh. c. Penyelengaraan sosialisasi kebijakan pengelolaan pertambangan energi dan sumber daya mineral Aceh. d. Penyelengaraan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh. e. Menyelengarakan pengkajian, perencanaan dan pengembangan tata cara pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh.26 f. Penyiapan analisis, evaluasi dan rencangan kebijakan dalam rangka menjaga dan melindungi pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh. g. Pelakasanaan penyampaian bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendesi terhadap 25
24
Ibid.
26
Ibid. Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 13
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
pemangku kepentingan yang melaksanakan tugas pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh. h. Pelaksanaan tugas-tugas lainya yang diberikan Wali Nanggroe sesuai bidang tugasnya.27 Majelis Pertambangan dan Energi
sebagimana
disebutkan
dalam ketentuan ini. Telah diubah dalam Sehingga
ketentuan bunyi
Qanun dari
LWN.
pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh g. Pemberian pertimbangan dalam penyampaian bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendasi terhadap pemangku kepentingan yang melaksanakan tugas pengelolaan pertam-bangan, energi dan sumber daya mineral Aceh h. Pelaksanaan tugas-tugas lainya yang diberikan Wali Nanggroe sesuai bidang tugasnya.28
ketentuan
Susunan kelembagaan Wali
tersebut berubah menjadi. Majelis
Nanggroe secara fungsional, selain
Pertambangan dan Energi berfungsi;
ketiga
Majelis
jabarkan a. Penyampaian informasi tentang pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh kepada Wali Nanggroe b. Pemberian pertimbangan dalam penyusunan kebijakan umum pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh c. Pemberian pertimbangan dalam penyelengaraan sosialisasi kebijakan pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya d. Pemberian pertimbangan dalam penyelengaraan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh e. Pemberian pertimbangan dalam pengkajian perencanaan dan pengembangan tata cara pengelolaan pertambangan, energi dan sumber daya mineral Aceh f. Pemberian pertimbangan dalam penyampaian analisis, evaluasi dan rancangan kebijakan dalam rangka menjaga dan melindungi
27
Ibid.
Majelis
yang
diatas.
telah
Juga
Kesejahtraan
di
memiliki
Sosial
dan
Kesehatan yang menurut peneliti memikili kewenangan yang dapat mempengaruhi kewenangan pemerintahan secara formal. Majelis Kesejahtraan Sosial dan
Kesehatan
diataur
dalam
ketentuan Pasal 59 Pasal 60 dan Pasal 61. Dalam ketentaun Qanun LWN. Dalam ketentuan Pasal 59 menyatakan
bahwa.
Majelis
Kesejahtraan Sosial dan Kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut. a. Memberi informasi tentang penyelengaraan kesejahtraan sosial dan Kesehatan kepada Wali Nanggroe.
28
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 14
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
b. Menyiapkan kebijakan umum penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh. c. Melakukan sosialisasi kebijakan penyelengaraan kesejahtraan sosial dan kemasyarakatan Aceh. d. Melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan penyelengaraan kesejahtraan sosial dan kesehatan Aceh. e. Melakukan pengkajian, perencanaan dan pengembangan tata cara penyelengaraan kesejahtraan sosial dan kesehatan Aceh. f. Membuat analisa, evaluasi dan rancangan kebijakan dalam rangka penyelengaraan kesejahtraan sosial dan kesehatan Aceh. g. Memberi bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendasi terhadap pemangku kepentingan yang melaksanakan tugas penyelengaraan kesejah-teraan sosial dan kesehatan Aceh.29
c.
d.
e.
f.
g.
Tugas majelis Kesejahtraan
umum penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh Memberikan pertimbangan dalam sosialisasi kebijakan penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh Memberikan pertimbangan dalam evaluasi pelaksanaan kebijakan penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh Memberikan pertimbangan dalam pengekajian, perencanaan dan pengembangan tata cara penyelengaraan kesejahteraan social dan kesehatan Aceh Memberikan pertimbangan dalam analisis, evaluasi dan rancangan kebijakan dalam rangka penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh. Memberikan pertimbangan dalam bimbingan, pengarahan, pengawasan dan rekomendasi terhadap pemangku kepentingan yang melaksanakan tugas penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan Aceh.30
Sosial dan Kesehatan sebagaimana disebutkan diatas, telah dirubah dalam perubahan atas ketentuan Qanun LWN. Sehingga bunyi dalam ketentuan Pasal 59 tersebut dirubah menjadi.
Majelis
Kesejahtraan
Sosial dan Kesehatan bertugas. a. Memberi Informasi tentang penyelengaraan kesejahteraan sosial dan kesehatan kepada Wali Nanggroe b. Memberikan pertimbangan dalam penyampaian kebijakan 29
Ibid.
Tugas,
fungsi
kewenangan
keempat
kelembagaan
Wali
dan mejelis Nanggroe
sebagaimana penulis uraikan diatas, dalam pelaksanaan penyelengaraan kerja
di
Nanggroe, tugas,
kelembagaan memiliki
fungsi
pemerin-tahan
dan
Wali
kesamaan kewenangan
secara
formal
sebagaimana diatur dalam Susunan
30
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 15
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Aceh secara formal. Qanun LWN,selain mengatur tentang
Tugas,
Kewenangan
Fungsi
dan
kelembagaan
Wali
Nanggroe yang dilaksanakan oleh Majelis
kelembagaan
secara
fungsional, juga mengatur tentang tugas, Lembaga
fungsi Wali
dan
kewenangan
Nanggroe
secara
keseluruhan. Dalam ketentuan Pasal 29 Qanun LWN menyebutkan bahwa.
i. Mengarahkan perkembangan sumber daya manusia Aceh yang berkualitas dengan tetap melestarikan dan mengembangkan budaya dan adat istiadat Aceh. j. Menjaga perdamaian Aceh dan ikut berpartisipasi dalam proses perdamaian dunia. k. Menetapkan/mengumumkan ketentuan-ketentuan adat harihari besar adat dan memfasilitasi penghadapan masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan menerima anugerah adat. l. Mengangkat atau memberhentikan perwakilan adat diluar negeri.31
Lembaga Wali Nanggroe memiliki Tugas
Tugas sebagi berikut.
Nanggroe a. Membentuk Perangkat Lembaga Wali Nanggroe dengan segala upacara adat dan gelarnya. b. Mengangkat, menetapkan dan meresmikan serta memberhentikan personil perangkat wali Nanggroe. c. Mengukuhkan DPRA dan Kepala Pemerintahan Aceh Secara Adat. d. Memberi Pandangan, arahan dan nasihat kepeda pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh serta lembaga-lembaga lainya. e. Menyampaikan Usulan, saran dan pertimbangan kepada Peme-rintah. f. Memberi atau mencabut gelar khormatan kepada seseorang atau lembaga. g. Mengurus dan melindungi khazanah Aceh didalam dan luar Aceh. h. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar Aceh.
kelembagaan sebagaimana
didalam ketentuan tambahkan diatur
diatur
ini telah
kewenangannya didalam
perubahan
Wali
di
yang
ketentuan
atas
Qanun
LWN,
sehingga penambahan pengaturan atas kewenangan ini dimuat dalam ketentuan Pasal 29 huruf a dan d, yang kemudian ditambahkan dalam ketentuan huruf a.a dan d yang menyebutkan.
Lembaga
Wali
Nanggroe mempunyai tugas. a.a mengawal
dan
penyelengaraan Aceh
untuk
capainya
31
memonitor pemerintahan
menjamin
tujuan
ter-
sebagimana
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 16
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
dimaksud
dalam
ketentuan
Pasal 3.
formal
dalam
menentukan
kebijakan-kebijakan strategis Aceh kedepan.
d.
Memberikan Pandangan, arahan dan nasihat kepada pemerintah
Wali
Nanggroe
selain
Aceh dan Dewan Perwakilan
memiliki tugas sebagaimana yang
Rakyat Aceh serta Lembaga-
telah
Lembaga
memiliki
lainya
dalam
dijabarkan fungsi
diatas, dalam
juga menye-
perumusan kebijakan strategis
lenggarakan tugas-tugas Lembaga
dan
Wali
penyelesaian
masalah
yang
masalahsifatnya
genting.32
Nanggroe
kemudian
fungsi
tersebut. ini
yang
dijabarkan
didalam ketentuan Pasal 30 Qanun LWN, yang menyatakan. Lembaga
Penambahan
kewenangan
Wali Nanggroe memiliki fungsi.
dalam ketentuan qanun Perubahan ini, menunjukkan adanya perubahan kewenangan atas tugas Lembaga Wali
Nanggroe.
Perubahan
kewenangan ini tentunya juga akan sangat
berpengaruh
pendominasian
terhadap
kekuasaan
Wali
Nanggroe dalam melakukan upaya intervensi atas kebijakan-kebijakan strategis
Aceh.
Walaupun
penjelasan
terhadap
kebijakan
strategis yang dimaksud didalam ketentuan maksud tersebut.
ini,
dari
tidak
kebijakan
dijelaskan startegis
Maka selain melahirkan
multitafsir atas ketentuan ini juga dapat melahirkan penyalahgunaan kewenangan
yang
akan
mempengaruhi pemerintahan secara 32
Ibid.
a. Perumusan dan penetapan kebijakan penyelengaraan kehidupan lembaga-lembaga adat, adat istiadat, dan pemberian gelar/derajat dan upacaraupacara adat lainya. b. Penyiapan rakyat Aceh dalam pelaksanaan kekhususan dan keistimewaan sebagaimana ditentukan dalam ketentuan Qanun ini. c. Perlindungan secara adat semua orang Aceh baik di dalam maupun diluar Aceh. d. Pelaksanaan penyampaian pandangan, arahan dan nasihat kepada Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh serta Lembaga-lembaga Lainya. e. Pelaksanaan penyampaian usulan, saran dan pertimbangan kepada Pemerintahan. f. Pelaksanaan pembentukan perangkat Lembaga Wali Nanggroe dengan segala upacara adat dan gelarnya. g. Pelaksanaan pengangkatan, penetapan, peresmian dan
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 17
ISSN 2302-6219
h. i.
j.
k.
l.
m.
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
pemberhentian personil perangkat Lembaga Wali Nanggroe. Pengukuhan DPRA dan Kepala Pemerintah Aceh secara Adat. Pelaksanaan pemberian dan pencabutan gelar kehormatan kepada seseorang atau lembaga. Penyelengaraan pengurusan dan perlindungan Khazanah di dalam dan luar Aceh. Pelaksanaan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri untuk kemajuan peradaban Aceh. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pengembangan sumber daya manusia Aceh yang berkualitas dengan tetap melestarikan dan mengembangakan budaya dan adat istiadat Aceh. Penyelengaraan perdamaian Aceh dan ikut berpartisipasi dalam proses penyelesaian perdamaian dunia.33
c.
d.
e.
f.
g.
Serta dalam ketentuan Pasal
masyarakat untuk penyelesaian dalam urusan-urusan khusus atau istimewa didasarkan pada nilai-nilai adat dan kearifan lokal yang meberihak kepada rakyat. Menentukan hari-hari libur yang diikuti dengan upacara-upacara adat berdasarkan tradisi sejarah dan adat istiadat rakyat Aceh. Kewenangan sebagai mana yang dimaksud dalam huruf c terkecuali bagi instansi tertentu dalam pelayanan publik sesuai dengan kekhususan peraturan prundang-undangan. Menyampaikan pandangan, arahan dan nasihat kepada Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh serta lembaga-lembaga lainya. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan kepada pemerintah Melakukan kerjasama dengan lembaga atau badan luar negeri.34
31 Qanun LWN menyatakan bahwa. Untuk
menyelengarakan
sebagaimana
dimaksud
fungsi dalam
ketentuan Pasal 30, Lembaga Wali Nanggroe mempunyai kewenangan sebagai berikut.
Ibid.
Nanggroe
melaksanakan
tugas,
dalam
fungsi
dan
kewenangannya sebagaimana disebutkan
diatas.
perubahan
Hanya
atas
terjadi
penambahan
kwenangan kelembagaannya dalam
a. Memberikan atau mencabut gelar kehormatan kepada seseorang atau badan dengan nama-nama gelar berdasarkan tradisi sejarah, bahasa dan adat istiadat rakyat Aceh. b. Menjalankan kewenangan kepemimpinan adat yang berwibawa dan bermartabat dalam tatanan kehidupan 33
Wali
melaksanakan Tugas Lembaga Wali Nanggroe, namun terhadap fungsi dan kewenangan sama sekali tidak ada perubahan dalam pengaturanya sehinga
fungsi
dan
kewenangan
Lembaga Wali Nanggroe masih sama sebagaimana
34
disebutkan
didalam
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 18
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
ketentuan pasal 30 dan 31 Qanun
dengan Luar Negeri. Namun seiring
Aceh Nomor 8 Tahun 2012 tentang
adanya
Lembaga Wali Nanggroe.
terhadap ketentuan Qanun Aceh
perubahan
Nomor Wali memiliki
9
Tahun
pengaturan
2013
tentang
Nanggroe
selain
Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor
kelembagaan
secara
8 Tahun 2012 tentang Lembaga Wali
fungsional didalam melaksanakan
Nanggroe,
tugas,
Wali
funsi
dan
kewenagannya
hubungan
Nanggroe,
Tata
dirubah
Kerja dalam
masing-masing yang kemudian akan
pengaturan
membantu Wali Nanggroe dalam
kerjanya, sehingga dalam ketentuan
melaksanakan kewenanganya seba-
perubahan
gaimana dijabarkan diatas. Secara
hubungan tata kerja Wali Nanggroe
normatif,
dengan
Wali
Nanggroe
memiliki
hubungan
tata
dengan
pemerintahan
juga kerja secara
hubungan
ini
hanya
tata
mengatur
Pemerintah/DPR-RI/DPD-
RI/Pemerintahan Aceh dan Lembaga Lainnya.
formal, Hubungan Tata Kerja Wali Nanggroe ini kemudian diatur dalam
Hubungan Tata Kerja Wali
ketentuan Pasal 123 - Pasal 127
Nanggroe
dengan
Qanun LWN.
Pusat/Dewan
Pemerintah
Perwakilan
Rakyat
Republik Indonesia/Dewan PerwaPengaturan hubungan Tata
kilan
Wali
yang
Kerja
Nanggroe
didalam
Daerah
Republik Indonesia
pengaturannya
disebutkan
ketentuan Qanun Aceh Nomor 8
dalam ketentuan Pasal 123 ayat (1)
Tahun 2012 tentang Lembaga Wali
- ayat (4) LWN yang menyetakan.
Nanggroe, yang dalam pengaturan awalnya
mengatur
tentang
1. Dalam
hubungan Tata Kerja Wali Nanggroe
fungsi
dengan
sebagaimana
Pemerintah
Pemerintah
Aceh
di
Pusat,
melaksanakan dan
tugas,
kewenangannya dimaksud
dalam
tingkat
ketentaun Pasal 29, Pasal 30
Provinsi, maupun Kabupaten/Kota,
dan Pasal 31 Wali Nanggroe yang
serta hubungan Tata Kerja dengan
melakukan
Instansi/Lembaga
bersifat.
Pemerintah
di
hubungan
kerja
Aceh dan Kabupaten/Kota dan juga memiliki
hubungan
Tata
Kerja
a. Kolegial
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 19
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
b. Konsultatif dan
1) Dalam
c. Fungsional.
melaksanakan
fungsi
dan
tugas,
kewenangannya,
sebagaimana
dimaksud
dalam
2. Kolegial Sebagaimana dimaksud
Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 31,
dalam ketentuan ayat (1) huruf
Wali Nanggroe dapat melakukan
a dimaskud untuk menumbuhkan
hubungan kerja yang bersifat
rasa
kebersamaan
kemitraan
dalam
dan proses
pembangunan
a. Kolegial
dan
pemberdayaan
masyarakat
b. Konsultatif
di
c. Advokatif
Aceh. 3. Kolektif sebagaimana dimaksud
2) Kolegial sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan ayat (1) huruf
pada
b dimaksud untuk menyamakan
dimaskudkan untuk menumbuh-
persepsi
kan rasa kebersamaan dalam
dalam
kebijakan
pengambilan
yang
dengan
proses
berkaitan
huruf
huruf
pembangunan
a
dan
masyarakat
Aceh.
pemerintahan dan adat di Aceh.
sud pada ayat (1)
(1)
pemberdayaan
penyelengaraan
4. Fungsional sebagaimana dimak-
ayat
3) Konsultatif sebagimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
c
dimaksudkan untuk memberikan
dimaksudkan
peran
secara
menyamakan
dalam
penyelengaraan kehidupan adat
subtansial
bersama-sama percepatan
istiadat
pem-bangunan
untuk persepsi
dan
dalam
penyatuan
masyarakat Aceh.
Aceh.35
4) Advokasi sebagaimana dimaksud Hubungan Tata Kerja Wali
pada
ayat
(1)
huruf
c
Nanggroe, sebagaimana disebutkan
dimaksudkan untuk memberikan
dalam ketentuan Pasal 123 Qanun
masukan
LWN.
percepatan
Telah
dirubah
dalam
substansial
untuk
pembangunan
36
perubahan Qanun LWN. Sehingga
Aceh.
dalam pengaturannya disebutkan.
35
Ibid.
36
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 20
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
Pengaturan atas hubungan Tata
Kerja
Wali
sebagaimana diatas,
Nanggroe
telah
dalam
dijabarkan
pengaturan
pasal yang terdapat didalam qanun perubahan tersebut. Namun jika dilihat
pada
tataran
praktisnya
per-
hubungan tata kerja Wali Nanggroe
ubahanya hanya mengatur hubungan
sebagaimana yang terdapat didalam
tata kerja Wali Nanggroe dalam
Pasal 124 - Pasal 127 Qanun Aceh
satu
Nomor
ketentuan.
yang
terdapat
8
Tahun
2012
tentang
didalam ketentuan Pasal 123 Qanun
Lembaga Wali Nanggroe, juga dapat
perubahan atas Qanun LWN. Jika
di laksanakan dengan mengacu pada
sebelum perubahan, hubungan tata
ketentuan Pasal 123 dalam Qanun
kerja Wali Nanggroe diatur didalam
LWN. Karena klausula yang terdapat
lima ketentuan Pasal yang mengatur
di dalam Pasal 123 juga sama
tentang
Kerja
pengaturanya dengan kalusula pasal
yaitu
yang terdapat didalam pasal-pasal
dalam ketentuan Pasal 123 - Pasal
yang telah di hapus tersebut, yaitu
127 Qanun LWN. Namun dalam
hanya
ketentuan Perubahan atas Qanun
tata kerja dengan istansi-instansi
LWN, hanya mengatur dalam Pasal
ataupun dengan lembaga-lembaga
123 dan Pasal yang mengatur lainya
yang disebutkan diatas.
hubungan
Lembaga
Wali
Tata
Nanggroe.
mengklasifikasi
hubungan
dinyatan dihapus. Dari Pengapusan
pasal
yang
uraian
dijabarkan
di
menyangkut tentang hubungan Tata
tergambarkan
Kerja
peraturan
Wali
pemerintah Kabupaten
Nanggroe Aceh,
Kota,
dengan
pemerintah
dengan
istansi
yang
atas
telah
sedikitnya
kaidah
Norma
Perundang-undangan
yang mengatur tentang Kedudukan dan
Kewenangan dalam
Lembaga
Wali
lembaga pemerintah di Aceh serta
Nanggroe,
hubungan Tata Kerja Wali Nanggroe
kepemimpinan adatnya di Aceh.
dengan Luar Negeri. Sebagaimana
Kedudukan
yang terdapat didalam Pasal 124, -
tersebut
Pasal 127 Qanun Aceh Nomor 8
ketantuan UUPA dan juga Qanun
Tahun 2012 tentang Lembaga Wali
LWN.
dan telah
melaksanakan
kewenangan diatur
dalam
Nanggroe. Pada perinsipnya hanya penyederhanaan terhadap klausula
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 21
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
Kedudukan dan kewenangan Lembaga
Wali
harus
mampu
pada
memperkuat dan menyempurnakan
yang
kekurangan kepemimpinan peme-
terdapat didalam ketentuan UUPA.
rintah secara formal, yang terdapat
Hanya mempunyai kedudukan dan
di dalam paragraf ke enam, atas
kewenangan sebagai kelembagaan,
penjelasan terhadap Qanun Aceh
yang bersifat pemersatu kehidupan
nomor
masyarakat adat di Aceh. Namun
Lembaga
dalam pendelegasian kewenangan
memberikan
Kelembagaan
Kelembagaan Wali Nanggroe dalam
prinsipnya
Nanggroe
Kalimat
sebagimana
Wali
Nanggroe
8
Tahun Wali
celah
mengintegrasikan
merupakan
kedalam
yang
bersifat kelembagaan adat semata. Tetapi
juga
yang
terhadap
kelembagaanya
pemerintahan
secara
formal.
merupakan
kelembagaan
yang
mengintegrasikan lembaga
tentang
Nanggroe.
kemudian tidak serta merta hanya kelembagaan
2012
diri
formal
kedalam
pemerintahan
Aceh. Argumentasi ini kemudian diperkuat
dengan
C. PENUTUP 1. Kesimpulan
adanya ke
Pengaturan atas kedudukan
yang
dan kewenangan kelembagaan Wali
menyatakan. Keberadaan Lembaga
Nanggroe dalam ketentuan UUPA.
Wali
Secara garis besar kaidah norma
penjelasan enam
didalam
Qanun
Aceh
Nanggroe
paragraf LWN
beserta
dengan
perangkat dan lembaga adat harus mampu
memperkuat
dan
yang
terkandung
menempatkan
didalamnya
Wali
menyempurnakan kekurangan kepe-
sebagai
mimpinan
Aceh, yang memiliki kewenangan
pemerintahan
formal,
pemimpin
Nanggroe istiadat
guna mewujudkan aceh baru yang
sebagai
maju dan moderen, namun tetap
masyarakat adat Aceh. Pengaturan
berpijak pada nilai-nilai luhur yang tumbuh
dan
masyarakat.37
berkembang
dalam
pemersatu
adat
kehidupan
atas kedudukan dan kewenangan kelambagaan Wali Nanggroe dalam ketentuan Qanun LWN. Merupakan pengaturan terhadap pelaksanaan
37
Ibid.
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 22
ISSN 2302-6219
Kewenangan Lembaga Wali Nanggroe… - Sari Yulis (1-23)
kewenangan
sebagaimana
yang
didelegasikan oleh UUPA.
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Argan & Lembaga Daerah. setara Pres Malang 2012. Hal 124
2. Saran Perlu dilakukanya penyelarasan norma yang terkadung dalam ketentuan
Qanun
LWN,
yang
mengatur terhadap kedudukan dan kewenangan Nanggroe, materi
Reformasi, Buana Ilmu Populer, Jakarta, 2007, Hlm 98.
kelembagaan yang
selaras
muatan
didalam
UUPA.
ini
kedudukan kelembagaan
dengan
norma
terkandung hal
Wali
ketentuan
bertujuan
dan Wali
yang
agar
kewenangan Nanggroe
mendapatkan kekuatan hukum yang mengikat atas pengaturan terhadap kedudukan dan kewenangannya.
Ni’matul Huda, Otonomi Daerah, Filosof Sejarah perkembangan dan problematika.pustaka pelajar offset-yogyakarta 2005 Philipus M. Hadjon. Pengantar Hukum administrasi Indonesia, Gajah Mada University Press. 2005. Hlm 130. Republik Indonesia. Undnag-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. LA, No 62. Wijk, H.D., van, Hoofdstukken van Administratif Recht, Uitgeveru Lemma BV, 1995 hlm 129. Dikutip dari. Lukman Hakim, dalam buku Filosofi Kewenangan Organ & Lembaga Daerah, hal 125.setara Pres Malang 2012.
DAFTAR PUSTAKA Dwiyanto. Agus dkk. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, 2003, Hlm 24 Indroharto, Usaha memahami Undang-undang Pradilan Tata Usaha Negara, Buku II. Beracara di Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hal 91. Op., Cit., hal 125. Jimly Assidiqie. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Jurnal Hukum Tata Negara NANGGROE: Volume 4 Nomor 3 (Desember 2015)| 23