Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......281
KEWENANGAN PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUPDALAM PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI BIDANG PERTAMBANGAN Arisandy Mursalin Badan Lingkungan Hidup Pelaihari
[email protected]
Abstract : Environmental quality has been threaten the survival decreased humans and other living things, as well as increasing global warming resulting in climate change and this will exacerbate environmental degradation. It is necessary for the protection and environmental management seriously and consistently by all stakeholders. Preventive measures in order to control environmental impacts need to be implemented by utilizing the most of supervision instruments. In carrying out supervision and monitoring of environmental quality in the area, the Government of Indonesia has a Regional Environmental Officer Supervisor (PPLHD). The formulation of the problem in this thesis is how the role PPLHD, the extent of the responsibilities and constraints faced PPLHD in Environmental Protection and Management in North Sumatra. In doing his research, the authors use a method that describes the normative legal principles in environmental monitoring in region conducted by the Regional Environmental Officer Supervisor. From this research can be concluded that the role PPLH/PPLHD still can not be said to run optimally and in principle, very big responsibility PPLH/PPLHD, besides that there are still many constraints faced by the Regional Environmental Supervision Officer in carrying out tasks tasks and functions. The authors suggested that the role should PPLH/PPLHD maximally activated following the laws and regulations applicable environmental by putting his position in a proportional system of local bureaucracy and the constraints that exist must be addressed both internally and externally.
Keywords :Officials of the Environment, Enforcement Environmental Law, Mining Abstrak Kualitas lingkungan telah mengancam kelangsungan hidup menurun manusia dan makhluk hidup lainnya, serta meningkatkan pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim dan ini akan memperburuk degradasi lingkungan. Hal ini diperlukan untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serius dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Langkah-langkah pencegahan untuk mengendalikan dampak lingkungan perlu dilaksanakan dengan memanfaatkan sebagian instrumen pengawasan. Dalam melaksanakan pengawasan dan pemantauan kualitas lingkungan di daerah, Pemerintah Indonesia memiliki Regional Lingkungan Petugas Pengawas (PPLHD). Rumusan masalah dalam tesis ini adalah bagaimana PPLHD peran, sejauh mana tanggung jawab dan kendala yang dihadapi PPLHD di Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan di Sumatera Utara. Dalam melakukan penelitiannya, penulis menggunakan metode yang menggambarkan prinsip-prinsip hukum normatif dalam pemantauan lingkungan di wilayah yang dilakukan oleh Regional Pejabat Lingkungan Pengawas. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran PPLH/PPLHD masih belum dapat dikatakan berjalan secara optimal dan pada prinsipnya, tanggung jawab yang sangat besar PPLH / PPLHD, selain itu masih banyak kendala yang dihadapi oleh Regional Lingkungan Pengawasan Petugas dalam melaksanakan tugas tugas dan fungsi. Para penulis menyarankan bahwa peran harus PPLH / PPLHD maksimal diaktifkan mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku lingkungan dengan menempatkan posisinya dalam sistem proporsional birokrasi daerah dan kendala yang ada harus diatasi secara internal dan eksternal.
Kata Kunci: Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup, Penegakan Hukum Lingkungan, Pertambangan
282 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
PENDAHULUAN Kualitas semakin
lingkungan
menurun
yang
pelayanan kesehatan.1 Oleh karena itu upaya
mengancam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
telah
kelangsungan peri kehidupan manusia dan
hidup
makhluk hidup lainnya, serta pemanasan
pemerintah,
global
kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan
yang
semakin
meningkat
yang
menjadi
kewajiban
dan
bagi
seluruh
pemangku
mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini
berkelanjutan
akan
kualitas
Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan
lingkungan hidup. Untuk itu perlu dilakukan
penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
makhluk hidup lain.
hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten
Law
memperparah
penurunan
agar
negara,
lingkungan
enforcement
hukum
sudah lewat tujuh tahun dari proses perubahan
perusak lingkungan diperlukan sebagai salah
terakhir UUD 1945 pada tahun 2002, belum
satu
banyak pihak-pihak yang menaruh perhatian
mempertahankan
atas
lingkungan. Oleh karena itu, meningkatnya
dengan
konstitusi
permasalahan
yang bersentuhan lingkungan
hidup.
jaminan
kepatuhan
terhadap
penegakan
oleh semua pemangku kepentingan. Meskipun
kajian
lingkungan
atau
hidup
untuk
pencemaran
mewujudkandan
kelestarian
pelaku
fungsi
pembangunan
untuk
Padahal ketentuan hasil perubahan membawa
menjaga kualitas fungsi lingkungan menjadi
makna penting sekaligus secercah harapan
sasaran
bagi tersedianya jaminan konstitusi atas
lingkungan.
keberlangsungan
penaatan
lingkungan
di
alam
prioritas
di
lingkungan
pengendalian
33 ayat (4) UUD 1945 merupakan ketentuan
lingkungan
kunci tentang diaturnya norma mengenai
pengelolaan
sumber
lingkungan
lingkungan
hidup.
berturut-turut
dalam kedua
konstitusi. Pasal
Secara tersebut
menyebutkan bahwa setiap orang berhak
penaatan
Program-program
khatulistiwa ini. Pasal 28H ayat (1) dan Pasal
di
bidang di
ini
mencakup:
pencemaran dan dan
dikembangkan
perusakan
pengembangan
satu
daya
bidang
kapasitas
alam
Sehingga sistem
dan perlu hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat 1
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
NiniekSuparni, 2004, Pelestarian, Pengelolaan Dan PenegakkanHukumLingkungan. Jakarta: Penerbit: Sinar Grafika.hlm.4
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......283
hidup yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna
instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau; j)
menjamin kepastian hukum sebagai landasan
menghentikan pelanggaran tertentu.
bagi perlindungan dan pengelolaan sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lain.
Dari ketentuan tersebut, menimbulkan masalah hukum (law problem) berkaitan
Dalam upaya melakukan penegakkan
dengan adanya kekaburan hukum (vage norm)
hukum lingkungan hidup,dalam Undang-
atau ketidakjelasan aturan tersebut yaitu
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
berkenaan dengan apakah kewenangan yang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
dimiliki oleh PPLH dan PPLHD bersifat
Hidup(selanjutnya disebut UU PPLH) telah
mutlak, salah satunya adalah kewenangan
ditetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan
mengenai menghentikan pelanggaran tertentu
Hidup
Pengawas
yang ditegaskan dalam Pasal 74 ayat (1)
Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) yang
angka j UU PPLH, yaitu ketidakjelasan
berwenang melakukan pengawasan penaatan
mengenai hal-hal apa saja atau kriteria-kriteria
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
seperti
terhadap ketentuan yang telah ditetapkan
kesimpulan oleh pihak PPLH dan PPLHD
dalam
untuk
(PPLH)
dan
peraturan
Pejabat
perundang-undangan
apa
saja
untuk
menghentikan
dapat
ditarik
penyelidikan
dan
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
penyidikan terhadap pelanggaran tertentu
lingkungan Hidup.2
dalam upaya penegakkan hukum lingkungan
Dalam UU PPLH Pasal 74 ayat (1)
hidup.
disebutkan bahwa (1) PPLH sebagaimana
Kemudian
juga
muncul
masalah
dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3) berwenang:
hukum (law problem) berkaitan dengan
a)
meminta
hadirnya kewenangan PPLH dan PPLHD
keterangan; c) membuat salinan dari dokumen
untuk berkoordinasi dengan pihak Pejabat
dan/atau membuat catatan yang diperlukan; d)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya
memasuki tempat tertentu; e) memotret; f)
disebut Pejabat PPNS) dalam melakukan
membuat rekaman audio visual; g) mengambil
upaya
sampel; h) memeriksa peralatan; i) memeriksa
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 74 ayat
melakukan
2
pemantauan;
b)
Hamrat Hamid dan Bambang Pramudyanto. 2007. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Edisi I, Jakarta: Granit, Jakarta, hlm. 21-22
penegakkan
hukum
lingkungan
(2) UU PPLH bahwa dalam melaksanakan tugasnya, PPLH dapat melakukan koordinasi dengan Pejabat PPNS. Dari ketentuan ini
284 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
sangat jelas terlihat adanya ketidakjelasan
tumbuhan seperti karet dan sawit yang
aturan hukum (vage norm) dalam UU PPLH,
mengalami
terutama Pasal 74 ayat (2) berkaitan dengan
pertambangan tanpa izin di wilayah tersebut.
kedudukan PPLH dalam
di
pusat
melaksanakan
atau
daerah
kewenangannya
gagal
panen
akibat
dampak
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi
permasalahan
adalah
bagaimana
melakukan upaya penegakkan hukum di
kewenangan PPLH dalam penegakan hukum
bidang lingkungan hidup untuk berkoordinasi
lingkungan
dengan Pejabat PPNS.
pertambangan? Dan apa saja hambatan yuridis
Ketidakjelasan
terhadap
kegiatan
adalah
PPLH dalam melaksanakan kewenangannya
berkaitan dengan bentuk koordinasi yang
melakukan penegakan hukum lingkungan
seperti
hidup terhadap kegiatan pertambangan?
apa
dalam
tersebut
hidup
melakukan
upaya
penegakkan hukum di bidang lingkungan hidup antara pihak PPLH di
atau
PEMBAHASAN
daerah dan Pejabat PPNS, serta bagaimana
Berkaitan
pengaturan
kewenangan
pusat
dasar
hukum
dimiliki
mengenai kedudukan dan bentuk kewenangan
masing-masing pihak dalam melakukan upaya
yang dimiliki Pejabat Pengawas Lingkungan
penegakkan hukum lingkungan hidup, hal
Hidup dalam melakukan upaya penegakkan
tersebut tidak diatur secara jelas dan tegas
hukum
dalam penjelasan ataupun peraturan pelaksana
pertambangan, pada dasarnya ditegaskan di
dari UU PPLH. Salah satu contoh kasus
dalam Pasal 71 UU PPLH, yang menegaskan
adalah masalah pencemaran dan perusakan
bahwa: (1) Menteri, gubernur, atau bupati/
lingkungan yang dilakukan dalam wilayah
walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
tambang PT. Jorong Barutama Greston di
melakukan pengawasan terhadap ketaatan
Kabupaten
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
Tanah
Laut.
yang
dengan
Selain
terjadi
lingkungan
ketentuan
hidup
yang
di
bidang
pencemaran lingkungan berupa masuknya zat
atas
ditetapkan
dalam
limbah hasil pertambangan tanpa izin ke
peraturan perundang-undangan di
bidang
dalam sungai Asam-Asam sebagai sungai
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
induk pada Kabupaten Tanah Laut, juga
hidup; (2) Menteri, gubernur, atau bupati/
terjadi kerusakan lingkungan di sekitar area
walikota
tambang, seperti struktur tanah yang berubah
kewenangannya
gersang, banyaknya tanaman dan tumbuh-
pengawasan kepada pejabat/instansi teknis
dapat
mendelegasikan dalam
melakukan
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......285
yang
bertanggung
bidang
Pasal 74 UU PPLH, yang menyatakan bahwa:
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
(1) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
hidup; (3) Dalam melaksanakan pengawasan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat
Menteri,
(3)
gubernur,
jawab
atau
di
bupati/walikota
berwenang
melakukan
pemantauan,
menetapkan pejabat pengawas lingkungan
meminta keterangan, membuat salinan dari
hidup yang merupakan pejabat fungsional.
dokumen dan/atau membuat catatan yang
Dari ketentuan Pasal 71 UU PPLH,
diperlukan,
memasuki
tempat
tertentu,
maka sangat jelas bahwa kedudukan dan
memotret, membuat rekaman audio visual,
bentuk kewenangan yang dimiliki Pejabat
mengambil sampel, memeriksa peralatan,
Pengawas
Lingkungan
melakukan
upaya
Hidup
dalam
memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi,
penegakkan
hukum
dan atau/ menghentikan pelanggaran tertentu;
lingkungan hidup di bidang pertambangan
(2) Dalam melaksanakan tugasnya Pejabat
adalah
Pengawas
Lingkungan
melakukan
Koordinasi
lahir
gubernur,
dari
atau
mendelegasikan melakukan pejabat/instansi
kewenangan
Menteri,
bupati/walikota kewenangannya pengawasan teknis
yang
dapat
kepada
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
bertanggung
gubernur,
Pejabat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS); (3)
dilarang
menghalangi
pelaksanaan
tugas
pejabat Pengawas Lingkungan Hidup.
lingkungan hidup, serta dalam melaksanakan Menteri,
dengan
dapat
dalam
jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
pengawasan,
Hidup
Kemudian berkaitan dengan dasar
atau
hukum mengenai kedudukan dan bentuk
bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas
kewenangan yang dimiliki Pejabat Pengawas
lingkungan hidup yang merupakan pejabat
Lingkungan Hidup dalam melakukan upaya
fungsional.
penegakkan hukum lingkungan hidup di
Kemudian berkaitan dengan dasar
bidang pertambangan, secara khusus ditaur
hukum mengenai kedudukan dan bentuk
dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri
kewenangan yang dimiliki Pejabat Pengawas
Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 07
Lingkungan Hidup dalam melakukan upaya
Tahun
penegakkan hukum lingkungan hidup di
Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas
bidang pertambangan, secara konkrit dan
Lingkungan Hidup Daerah, yang menegaskan
tegas telah diamanatkan dalam ketentuan
bahwa pengawasan lingkungan hidup adalah
2001
tentang
Pejabat
Pengawas
286 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
kegiatan yang dilaksanakan secara langsung
kewenangan yang dimiliki Pejabat Pengawas
atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup dalam melakukan upaya
Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas
penegakkan hukum lingkungan hidup di
Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui
bidang pertambangan, ditegaskan kembali
tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan
dalam ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri
atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan
Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 58
perundang-undangan
pengendalian
Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi/
hidup.
Kabupaten/Kota, yang menyatakan bahwa Dari ketentuan Pasal 1 angka 1
kewenangan yang diberikan kepada Pejabat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Pengawas
Lingkungan
RI Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pejabat
melakukan
upaya
Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat
lingkungan hidup adalah: 1) Melakukan
Pengawas
Daerah,
pemantauan usaha dan atau kegiatan yang
hukum
berpotensi menimbulkan pencemaran dan atau
mengenai kedudukan dan bentuk kewenangan
perusakan lingkungan hidup; 2) Meminta
yang dimiliki Pejabat Pengawas Lingkungan
keterangan
Hidup dalam melakukan upaya penegakkan
usaha dan atau kegiatan mengenai upaya-
hukum
bidang
upaya yang dilakukan dalam pengendalian
bentuk
pencemaran dan atau perusakan lingkungan
kegiatan yang dilaksanakan secara langsung
hidup; 3) Membuat salinan dari dokumen dan
atau tidak langsung oleh Pejabat Pengawas
atau membuat catatan yang diperlukan; 4)
Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas
Memasuki
Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui
menjadi penyebab terjadinya pencemaran dan
tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan
atau
atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan
Mengambil contoh (sample) pada titik-titik
perundang-undangan
pengendalian
yang diperlukan pada lokasi usaha dan atau
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
kegiatan, serta melakukan pengukuran, analisa
hidup.
dan atau melakukan pengawasan terhadap
dapatlah
Lingkungan diketahui
bahwa
lingkungan
pertambangan
Hidup
adalah
hidup
dasar
di
merupakan
Selain itu berkaitan dengan dasar hukum mengenai kedudukan dan bentuk
dari
tempat
perusakan
Hidup
dalam
penegakkan
hukum
pihak
penanggungjawab
tertentu
yang diduga
lingkungan
hidup;
5)
analisa sampel secara langsung di lapangan dan
atau
laboratorium;
6)
Memeriksa
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......287
peralatan dan atau instalasi yang digunakan
yakni menaati semua ketentuan disiplin dan
untuk pengendalian pencemaran dan atau
sumpah pegawai negeri, menghindari setiap
perusakan lingkungan hidup; 7) Memeriksa
pertentangan
alat transportasi
finansial atau kepentingan lainnya yang
untuk memudahkan dan
kepentingan
berkaitan
kimia lainnya; 8) Meminta keterangan dari
berkomunikasi secara sopan dan profesional
pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan
dengan petugas dari penanggung jawab usaha
atau kegiatan.
dan
atau
hasil
faktor
atau pengangkutan limbah dan atau bahan
Selanjutnya berkaitan dengan dasar
dengan
karena
kegiatan,
pengawasan,
menguasai
dan
menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan
hukum mengenai kedudukan dan bentuk
Kesehatan
kewenangan yang dimiliki Pejabat Pengawas
pengawasan, melaporkan fakta-fakta hasil
Lingkungan Hidup dalam melakukan upaya
pengawasan secara lengkap, akurat, dan
penegakkan hukum lingkungan hidup di
obyektif,
bidang pertambangan, menurut Keputusan
pengetahuan profesional dan keterampilan
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor
teknis, berpenampilan
58 Tahun
mengenakan
2002
tentang
Tata
Kerja
Kerja)
selalu
selama melaksanakan
berupaya
rneningkatkan
pantas
termasuk
dan
peralatan
pakaian
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
pelindung
untuk keselamatan kerja, dan
Provinsi/Kabupaten/Kota,
melengkapi
diri
juga
harus
dengan
peralatan
yang
memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
diperlukan dalam pelaksanaan pengawasan
Pertama,
meliputi
yang mudah dibawa untuk menghindari
terbatas pada
hutang budi terhadap usaha dan atau kegiatan.
Aspek
Yuridis,
kewenangan pengawasan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan di
bidang
pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, merahasiakan informasi yang seharusnya dirahasiakan, dan memahami semua
peraturan
perundang-undangan
di
bidang pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, serta perizinan yang terkait. Kedua, Aspek Etika dan Profesi,
Koordinasi Kewenangan PPLH Dengan Pihak Pemerintah Daerah Dan PPNS Dalam Upaya Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Di Bidang Pertambangan Koordinasi
Kewenangan
Pejabat
Pengawas Lingkungan Hidup dengan Pihak Pemerintah Daerah dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dalam upaya penegakkan hukum
288 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
lingkungan hidup di bidang pertambangan,
maupun pidana, sehingga
dapat dilihat dalam hal sebagai berikut:
tersebut sangat penting.
validitas data
Pertama, Koordinasi Dalam
Melakukan
Ketiga, koordinasi Pejabat Pengawas
Pemeriksaan dan Penyidikan.
Koordinasi
Lingkungan Hidup Sebagai Saksi Dalam
Antara Pihak Pejabat Pengawas Lingkungan
Upaya
Hidup Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Hidup. Koordinasi Antara Pihak Pejabat
Dalam
Pengawas Lingkungan Hidup Dan Penyidik
Upaya
Penegakkan
Hukum
Penegakkan
Sipil
Lingkungan
Lingkungan Hidup di beberapa negara disebut
Pegawai
dengan inspektur lingkungan (environment
penegakkan hukum lingkungan hidup juga
inspector)
adalah
Negeri
Hukum
dalam
upaya
pihak-pihak
yang
dapat terlihat dalam hal Pejabat Pengawas
inspeksi
atau
Lingkungan Hidup baik di pusat maupun di
pemeriksaan lingkungan. Namun di beberapa
daerah, apabila diminta, harus memberikan
negara seperti Kanada, inspektur ini juga
kesaksian dalam proses penegakan hukum
dapat melakukan penyidikan dan memberikan
lingkungan. Kesaksian yang diberikan harus
sanksi administrasi secara langsung, misalnya
apa adanya tidak boleh direkayasa. Pada
memberikan
proses peradilan
melakukan
kegiatan
peringatan
atau
perintah-
perintah.
kesaksian,
Kedua,
Koordinasi
Pemberi
Data
dahulu.
sebelum
mereka
memberikan
disumpah
terlebih
Jadi dalam memberikan kesaksian
Dalam Penegakan Hukum. Koordinasi Antara
ada tanggung jawab yang lebih besar, yaitu
Pihak Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah
Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dalam
SWT. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Upaya
Penegakkan
Lingkungan
harus
Hidup
dapat
hal
PPLH
berdasarkan data dan fakta yang ada tanpa
memberikan data hasil pemeriksaan dan
merasa takut atau mendapat tekanan dari
penyidikannya kepada para Penyidik baik
pihak tertentu.
Hukum
terlihat
PPNS Lingkungan atau
dalam
pihak
Kepolisian
berani
Keempat,
memberikan
koordinasi
kesaksian
dalam
untuk menangani kasus pencemaran dan/
memberikan keterangan Ahli. Koordinasi
atau perusakan lingkungan hidup. Data dan
Antara Pihak Pejabat Pengawas Lingkungan
fakta yang dikumpulkan oleh PPLH juga
Hidup Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dapat digunakan oleh atasan mereka dalam
Dalam
menerapkan
Lingkungan Hidup juga dapat terlihat dalam
sanksi
administrasi,
perdata
Upaya
Penegakkan
Hukum
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......289
hal Penyidik Pegawai Negeri Sipil meminta
pengambilan kebijakan di masa yang akan
pihak Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
datang.
yang mempunyai keahlian khusus misalnya
Keenam, koordinasi Sebagai Pembina
ahli masalah perminyakan, dapat memberikan
Teknis.Koordinasi
keterangan ahli di bidang perminyakan pada
Pengawas Lingkungan Hidup Dan Penyidik
proses penegakan hukum lingkungan untuk
Pegawai
kasus lingkungan yang berkaitan
dengan
Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup juga
industri perminyakan atau tambang minyak.
dapat terlihat juga dapat terjalin dalam hal
Kelima,
koordinasi
Antara
Negeri
Pihak
Sipil
Pejabat
Dalam
Upaya
dalam
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dapat
menganalisis penegakan hukum. Koordinasi
memposisikan sebagai Pembina teknis sesuai
Antara Pihak Pejabat Pengawas Lingkungan
dengan keahliannya dan pengalaman yang
Hidup Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
dimilikinya, baik Pembina teknis
Dalam
Hukum
proses pengawasan di instansinya maupun
Lingkungan Hidup juga dapat terlihat dengan
di instansi lainnya. Hal penting yang perlu
diberikannya
diperhatikan,
Upaya
Penegakkan
kewenangan
Pengawas
Lingkungan
berfungsi
sebagai
proses
penegakan
pada
Pejabat
Hidup
yang
penganalisis dalam hukum
lingkungan
PPLH
dalam
dapat memberikan
saran teknis kepada pihak Penyidik Pegawai Negeri
Sipil
misalnya
penyempurnaan Instalasi
dalam
hal
Pengolahan Air
kepada instansi penegak hukum lingkungan
Limbah atau membuat desain pengolahan air
lainnya,
perlu
limbah bagi pabrik yang sedang dalam
permasalahan
pengawasannya, walaupun secara teknis dia
sehingga
melakukan
analisis
lingkungan kepada
PPLH/PPLHD
dan
memberikan
pimpinan
dalam
masukan
mampu dalam bidang ini. Hal ini dikarenakan
menerapkan
akan terjadi konflik kepentingan dan dapat
penegkan hukum lingkungan. Dalam proses
menjadi
bumerang
persidangan maupun terhadap hasil putusan
bersangkutan. PPLH yang berfungsi sebagai
pengadilan, PPLH perlu melakukan kajian-
konsultan
kajian untuk mengambil hikmahnya dari
konsultan AMDAL akan membuka peluang
proses pengadilan maupun putusan tersebut.
terjadinya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
pengolahan
bagi
air
PPLH
limbah
yang
atau
Hal ini dapat dipergunakan untuk perbaikan proses penegakan hukum lingkungan dan
Kewenangan Pejabat Lingkungan Hidup
Pengawas
290 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
menetapkan PPLH yang merupakan pejabat Dalam Pasal 71 UU PPLH disebutkan bahwa
(1)
Menteri,
Bupati/Walikota
Gubernur,
sesuai
atau dengan
kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan
ditetapkan undangan
atas
dalam di
ketentuan
peraturan
bidang
yang
perundang-
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup; (2) Menteri, Gubernur,
atau
mendelegasikan melakukan
Bupati/Walikota kewenangannya pengawasan
pejabat/instansi
dapat
teknis
yang
dalam kepada
bertanggung
jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
melaksanakan
dan
(3)
pengawasan,
Dalam Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota menetapkan PPLH yang merupakan pejabat fungsional. Dari ketentuan tersebut jelas terlihat kedudukan dan bentuk kewenangan yang dimiliki PPLH dalam melakukan upaya penegakkan hukum lingkungan hidup di bidang
pertambangan
adalah
lahir
dari
kewenangan Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota
dapat
kewenangannya
mendelegasikan dalam
melakukan
pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang
bertanggung
jawab
di
bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, serta dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
fungsional. Adapun kewenangan PPLH dalam melakukan
upaya
penegakkan
hukum
lingkungan hidup di bidang pertambangan, telah diamanatkan dalam ketentuan Pasal 74 UU PPLH bahwa (1) PPLH berwenang: a) melakukan
pemantauan;
b)
meminta
keterangan; c) membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan; d) memasuki tempat tertentu; e) memotret; f) membuat rekaman audio visual; g) mengambil sampel; h) memeriksa peralatan; i) memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau k) menghentikan pelanggaran tertentu. (2) Dalam melaksanakan melakukan
tugasnya Koordinasi
PPLH dengan
dapat Pejabat
Penyidik PNS; (3) Penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan
dilarang
menghalangi
pelaksanaan tugas PPLH. Kedudukan dan bentuk kewenangan yang dimiliki PPLH dalam melakukan upaya penegakkan hukum lingkungan hidup di bidang pertambangan, secara khusus diatur dalam Pasal 1 angka 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah, yang menyebutkan bahwa pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakansecara langsung atau tidak
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......291
langsung oleh PPLH dan PPLH Daerah untuk
hukum
mengetahui
Melakukan pemantauan usaha
jawab
tingkat
usaha
ketentuan
ketaatan
danatau
peraturan
penanggung
kegiatan
terhadap
lingkungan
kegiatan
yang
hidup
berpotensi
adalah:
1)
dan atau
menimbulkan
perundang-undangan
pencemarandan atau perusakan lingkungan
pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
hidup; 2) Meminta keterangan dari pihak
lingkungan hidup. Dari ketentuan ini dapat
penanggungjawab usaha dan atau kegiatan
diketahui bahwa dasar hukum mengenai
mengenai upaya-upaya yang dilakukan dalam
kedudukan dan bentuk kewenangan yang
pengendalian pencemaran dan atau perusakan
dimiliki PPLH dalam melakukan upaya
lingkungan hidup; 3) Membuat salinan dari
penegakkan hukum lingkungan hidup di
dokumen dan atau membuat catatan yang
bidang
diperlukan; 4) Memasuki tempat tertentu yang
pertambangan
adalah
merupakan
bentuk kegiatan yang dilaksanakansecara
diduga
langsung atau tidak langsung oleh PPLH dan
pencemaran dan atauperusakan lingkungan
PPLH
tingkat
hidup; 5) Mengambil contoh (sample) pada
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
titik-titik yang diperlukan pada lokasi usaha
kegiatan
dan
Daerahuntuk
terhadap
mengetahui
ketentuan
perundang-undangan
peraturan
menjadi
atau
penyebab
kegiatan,
terjadinya
serta
melakukan
pengendalian
pengukuran, analisa dan atau melakukan
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
pengawasan terhadap analisa sampelsecara
hidup.
langsung di lapangan dan atau laboratorium; Selain itu, kedudukan dan bentuk
6) Memeriksa peralatan dan atau instalasi
kewenangan yang dimiliki PPLH dalam
yang
melakukan
hukum
pencemaran danatau perusakan lingkungan
lingkungan hidup di bidang pertambanganjuga
hidup; 7) Memeriksa alat transportasi untuk
ditegaskan
memudahkan
upaya
dalam
penegakkan
ketentuan
Pasal
3
digunakan
dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
limbah
Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata Kerja
Meminta
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
bertanggungjawab
Provinsi/Kabupaten/Kota, yang menyebutkan
kegiatan.
bahwa kewenangan yang diberikan kepada PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
dan
untuk
atau
pengendalian
pengangkutan
atau bahan kimia lainnya; 8)
keterangan atas
dari
pihak
usaha
yang
dan
atau
Dalam pelaksanaan kewenangannya, berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
292 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2002
pelaksanaan pengawasan yangmudahdibawa
harus
untuk menghindari hutang budi terhadap
memperhatikan
Pertama,
aspek
Kewenangan ketentuan
beberapa
Yuridis,
pengawasan
yang
telah
aspek:
meliputi terbatas
a)
usaha dan atau kegiatan.
pada
ditetapkan
dalam
peraturan perundang-undangan di
bidang
Koordinasi Kewenangan PPLH Dengan Pihak Pemerintah Daerah Dan PPNS
pengendalian pencemaran dan atau perusakan
Koordinasi Kewenangan PPLH dengan
lingkunganhidup; b). Merahasiakan informasi
Pihak Pemerintah Daerah dan Penyidik
yang seharusnya dirahasiakan; c) Memahami
Pegawai
semua
di
penegakkan hukum lingkungan hidup di
bidang pengendalian pencemaran danatau
bidang pertambangan, dapat dilihat dalam hal
perusakan lingkungan hidup, serta perizinan
sebagai berikut: Pertama, koordinasi dalam
yang terkait. Kedua, aspek Etika dan Profesi,
melakukan
meliputi: a) Menaati semua ketentuan disiplin
Koordinasi antara pihak pejabat pengawas
dan sumpah pegawai negeri; b) Menghindari
lingkungan hidup dan penyidik pegawai
setiap pertentangan kepentingan karena faktor
negeri sipil dalam upaya penegakkan hukum
finansial
lainnyayang
lingkungan hidup di beberapa negara disebut
pengawasan;c)
dengan inspektur lingkungan (environment
peraturan
berkaitan
atau
perundang-undangan
kepentingan
dengan
hasil
Negeri
Sipil
pemeriksaan
dan
upaya
penyidikan.
Berkomunikasi secara sopan dan profesional
inspector)
dengan petugas dari penanggungjawab usaha
melakukan
dan
dan
pemeriksaan lingkungan.Namun di beberapa
menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan
negara seperti Kanada, inspektur ini juga
Kesehatan
melaksanakan
dapat melakukan penyidikan dan memberikan
pengawasan; e) Melaporkan fakta-fakta hasil
sanksi administrasi secara langsung, misalnya
pengawasan secara lengkap, akurat, dan
memberikan
obyektif; f) Selalu berupaya rneningkatkan
perintah.
atau
kegiatan;
Kerja)
d)
Menguasai
selama
adalah
Dalam
pihak-pihak
yang
inspeksi
atau
kegiatan
peringatan
atau
perintah-
pengetahuan profesional dan keterampilan
Kedua, koordinasi pemberi data dalam
teknis; g) Berpenampilan pantas termasuk
penegakan hukum. Koordinasi antara pihak
mengenakan pakaian dan peralatan pelindung
pejabat pengawas lingkungan hidup dan
untukkeselamatan kerja; h)
Melengkapi diri
penyidik pegawai negeri sipil dalam upaya
dengan peralatan yang diperlukan dalam
penegakkan hukum lingkungan hidup dapat
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......293
terlihat dalam hal PPLH memberikan data
tanpa merasa takut atau mendapat tekanan
hasil pemeriksaan dan penyidikannya kepada
dari pihak tertentu.
para Penyidik baik PPNS Lingkungan atau
Keempat,
koordinasi
pihak Kepolisian untuk menangani kasus
memberikan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
antara pihak pejabat pengawas lingkungan
hidup. Data dan fakta yang dikumpulkan oleh
hidup dan penyidik pegawai negeri sipil
PPLH juga dapat digunakan oleh atasan
dalam upaya penegakkan hukum lingkungan
mereka
sanksi
hidup juga dapat terlihat dalam hal Penyidik
pidana,
Pegawai Negeri Sipil meminta pihak Pejabat
dalam
administrasi, sehingga
menerapkan
perdata
validitas
maupun
data
tersebut
sangat
penting.
Pengawas
keterangan
ahli.
dalam
Lingkungan
Koordinasi
Hidup
yang
mempunyai keahlian khusus misalnya ahli
Ketiga, koordinasi pejabat pengawas
masalah perminyakan, dapat memberikan
lingkungan hidup sebagai saksi dalam upaya
keterangan ahli di bidang perminyakan pada
penegakkan
hukum
proses penegakan hukum lingkungan untuk
hidup.koordinasi
antara
lingkungan pihak
pejabat
kasus lingkungan yang berkaitan dengan
pengawas lingkungan hidup dan penyidik
industri perminyakan atau tambang minyak.
pegawai negeri sipil dalam upaya penegakkan
Kelima,
koordinasi
dalam
hukum lingkungan hidup juga dapat terlihat
menganalisis penegakan hukum. Koordinasi
dalam hal PPLH baik di pusat maupun di
antara pihak pejabat pengawas lingkungan
daerah, apabila diminta, harus memberikan
hidup dan penyidik pegawai negeri sipil
kesaksian dalam proses penegakan hukum
dalam upaya penegakkan hukum lingkungan
lingkungan. Kesaksian yang diberikan harus
hidup juga dapat terlihat dengan diberikannya
apa adanya tidak boleh direkayasa. Pada
kewenangan
proses
memberikan
Lingkungan Hidup yang berfungsi sebagai
kesaksian, mereka disumpah terlebih dahulu.
penganalisis dalam proses penegakan hukum
Jadi
ada
lingkungan kepada instansi penegak hukum
tanggung jawab yang lebih besar, yaitu
lingkungan lainnya, sehingga PPLH/PPLHD
kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah
perlu
SWT.
lingkungan dan memberikan masukan kepada
peradilan
dalam
PPLH
sebelum
memberikan
harus
kesaksian
berani
memberikan
kesaksian berdasarkan data dan fakta yang ada
pada
melakukan
pimpinan
dalam
Pejabat
analisis
Pengawas
permasalahan
menerapkan
penegkan
294 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
hukum lingkungan. Dalam proses persidangan
pengolahan air limbah atau
konsultan
maupun terhadap hasil putusan pengadilan,
AMDAL akan membuka peluang terjadinya
PPLH perlu melakukan kajian-kajian untuk
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.
mengambil hikmahnya dari proses pengadilan maupun putusan tersebut. dipergunakan penegakan
untuk hukum
Hal
ini
dapat
perbaikan
proses
lingkungan
dan
Ketentuan-Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Yang Dilanggar Pihak Pelaku Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Hidup Akibat Kegiatan Pertambangan
pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.
Adapun ketentuan-ketentuan peraturan Keenam, koordinasi sebagai pembina
teknis.
Koordinasi
antara
pejabat
pelaku perusakan dan pencemaran lingkungan
pengawas lingkungan hidup dan penyidik
hidup akibat kegiatan pertambangan, antara
pegawai negeri sipil dalam upaya penegakkan
lain adalah ketentuan Pasal 14 UU PPLH,
hukum lingkungan hidup juga dapat terlihat
yaitu dalam kegiatan usaha pertambangan
juga dapat terjalin dalam hal PPLH dapat
tidak memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
memposisikan sebagai Pembina teknis sesuai
a) KLHS; b) tata ruang; c) baku mutu
dengan keahliannya dan pengalaman yang
lingkungan hidup; d) kriteria baku kerusakan
dimilikinya, baik Pembina teknis dalam
lingkungan hidup; e) amdal; f) UKL-UPL; g)
proses pengawasan di instansinya maupun
perizinan; h) instrumen ekonomi lingkungan
di instansi lainnya. Hal penting yang perlu
hidup;
diperhatikan, PPLH dapat memberikan saran
berbasis
teknis kepada pihak Penyidik Pegawai Negeri
berbasis lingkungan hidup; k) analisis risiko
Sipil misalnya dalam hal penyempurnaan
lingkungan hidup; l) audit lingkungan hidup;
Instalasi
dan) instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
Pengolahan
Air
pihak
perundang-undangan yang dilanggar pihak
Limbah
atau
membuat desain pengolahan air limbah bagi pabrik yang sedang dalam pengawasannya,
i)
peraturan lingkungan
perundang-undangan hidup;
j)
anggaran
dan/atau perkembangan ilmupengetahuan. Kemudian berkaitan dengan ketentuan-
walaupun secara teknis dia mampu dalam
ketentuan
bidang ini. Hal ini dikarenakan akan terjadi
yang dilanggar pihak pelaku perusakan dan
konflik
menjadi
pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan
bumerang bagi PPLH yang bersangkutan.
pertambangan, adalah melanggar ketentuan
PPLH yang berfungsi sebagai konsultan
Pasal 69 ayat (1) UU PPLH, yang secara tegas
kepentingan
dan
dapat
peraturan
perundang-undangan
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......295
menyatakan bahwa setiap orang dilarang:a)
Dari beberapa uraian di atas maka
melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dapatlah ditarik sebuah kesimpulan yang jelas
pencemaran dan/atauperusakan lingkungan
dan
hidup; b) memasukkan B3 yang dilarang
ketentuan
menurut
perundang-undanganke
yang dilanggar pihak pelaku perusakan dan
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan
Indonesia; c) memasukkan limbah yang
pertambangan, yaitu pada dasarnya kegiatan
berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
pertambangan yang melahirkan kerusakan dan
Republik Indonesia ke media lingkungan
pencemaran lingkungan hidup, melanggar
hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
ketentuan yang diamantakn dalam Pasal 14
d) memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah
UU PPLH, tentang Baku Mutu Lingkungan
Negara Kesatuan Republik Indonesia; e)
hidup yang tidak dipenuhi pelaku usaha
membuang limbah ke media lingkungan
pertambangan dan ketentuan Pasal 69 UU
hidup; f) membuang B3 dan limbah B3 ke
PPLH, mengenai larangan-larangan yang
media lingkungan hidup; g) melepaskan
tidak boleh dilakukan pihak pelaku usaha
produk rekayasa genetik ke media lingkungan
pertambangan dan akan berakibat terciptanya
hidupyang bertentangan dengan peraturan
kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.
peraturan
tegas
berkaitan Peraturan
dengan
ketentuan-
Perundang-undangan
perundang-undangan atau izin lingkungan; h) melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar; i) menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat
kompetensi
penyusun
amdal;
dan/atau j) memberikan informasi palsu, menyesatkan, merusak
menghilangkan
informasi,
informasi, memberikan
Dalam menjalankan tugas, fungsi dan
keterangan yang tidak benar. Dan ayat (2)
kewenangannya pihak PPLH mengahadapi
menegaskan bahwa ketentuan sebagaimana
berbagai macam hambatan yuridis dalam
dimaksud
h
upaya penegakkan hukum lingkungan hidup.
sungguh-sungguh
Adapun Aturan Hukum yang menghambat
pada
memperhatikan
ayat dengan
atau
Hambatan Yuridis Berkaitan Dengan Kedudukan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Dalam Melaksanakan Kewenangannya Melakukan Upaya Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup Di Bidang Pertambangan
(1)
huruf
kearifan lokal di daerah masing-masing
pihak
PPLH
kewenangannya
dalam
melaksanakan
melakukan
upaya
296 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
penegakkan hukum lingkungan hidup di
di bidang pertambanganjuga terdapat dalam
bidang
lain
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
sebagai berikut: Pertama, Pasal 71 UU PPLH.
19 Tahun 2004 Tanggal 29 januari 2004
Dalam pasal 71 UU PPLH adalah mengenai
Tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan
pengawasan dan sanksi administratif, dimana
Kasus
Pasal 71 UU PPLH, menegaskan bahwa: (1)
Lingkungan
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota
keputusan
sesuai
bahwa dalam hal upaya penegakkan hukum
pertambangantersebut
dengan
antara
kewenangannya
wajib
Pencemaran
dan/atau
Hidup, menteri
mana
tersebut
menegaskan
lingkungan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
sekretarian penanganan kasus lingkungan
atas
dalam
hidup yang terdiri dari ahli di bidang hukum,
dibidang
teknis mengenai lingkungan hidup yang terdiri
peraturan
yang
ditetapkan
perundang-undangan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
dapat
kewenangannya
mendelegasikan dalam
melakukan
dapat
dibentuk
dari PPNS-LH dan PPLH (PPLH/PPLHD)
hidup.; (2) Menteri, Gubernur, atau Bupati/ Walikota
maka
dalam
melakukan pengawasan terhadap ketaatan
ketentuan
hidup
yang
Perusakan
Berkaitan dengan aturan Hukum yang menghambat peran serta Pemerintah Daerah dalam
memberikan
kewenangan
kepada
pengawasan kepada pejabat/instansi tekhnis
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
yang
bidang
hukum lingkungan di bidang pertambangan,
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
pada dasarnya dapat dijumpai pada ketentuan
hidup; (3) Dalam melaksanakan pengawasan,
Pasal 71 UU PPLH, yang menegaskan: (1)
menteri,
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai
bertanggung
Gubernur,
jawab
atau
di
Bupati/Walikota
menetapkan PPLH yang merupakan pejabat
dengan
kewenangannya
wajib
melakukan
fungsional.
pengawasan terhadap ketaatan penanggung
Menteri
jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan
Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
tanggal 29 Januari 2004 tentang
undangan
Kedua,
Keputusan
Pedoman
Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup.Aturan Hukum yang menghambat pihak PPLH dalam melaksanakan
kewenangannya
melakukan
upaya penegakkan hukum lingkungan hidup
di
bidang
perlindungan
dan
pengelolaan lingkungan hidup; (2) Menteri, Gubernur,
atau
mendelegasikan
Bupati/Walikota kewenangannya
dapat dalam
melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......297
hidup; (3) Dalam melaksanakan pengawasan,
penegakkan hukum lingkungan di bidang
Menteri,
pertambangan tidak dapat dilakukan secara
Gubernur,
atau
Bupati/Walikota
menetapkan PPLH yang merupakan pejabat
maksimal
fungsional
dikarenakan ketentuan Pasal 19 Keputusan
Kemudian berkaitan dengan aturan hukum
yang
menghambat
Pemerintah Daerah
peran
serta
dalam memberikan
oleh
Pemerintah
Daerah,
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun
2001 tentang PPLH dan PPLH
Daerah, hanya mewajibkan PPLH dalam
kewenangan kepada PPLH dalam melakukan
melakukan
upaya penegakkan hukum lingkungan di
lingkungan
bidang pertambangan, juga terdapat dalam
memberikan laporan dan pertanggungjawaban
Pasal
kepada Kepala Instansi yang bertanggung
19
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun
upaya di
penegakkan bidang
hukum
pertambangan
jawab.
2001 tentang PPLH dan PPLH Daerah, yang
Sinkronisasi dan harmonisasi aturan
menegaskan bahwa pembinaan, bimbingan,
hukum mengenai kedudukan dan kewenangan
pelatihan, dan arahan serta pengawasan
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
pelaksanaan tugas PPLH dan PPLH Daerah,
hukum
dilakukan
pertambangan
oleh
Kepala
Instansi
yang
lingkungan
hidup
dapat
di
bidang
disandarkan
pada
bertanggung jawab dan Kepala Instansi yang
ketentuan yang lebih khusus, yaitu Keputusan
bertanggung jawab daerah.
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor
Berdasarkan
ketentuan
Pasal
19
56 Tahun
2002
tentang
Tata
Kerja
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Pejabat
RI Nomor 07 Tahun 2001 tentang PPLH dan
yaitu dalam salah satu Pasalnya dapat
PPLH Daerah, tersebut di atas maka sangatlah
menjawab permasalahan Sinkronisasi dan
jelas
Harmonisasi
terdapat
aturan
Hukum
yang
Pengawas
aturan
Lingkungan
hukum
Hidup,
mengenai
menghambat Peran serta Pemerintah Daerah
kedudukan dan kewenangan PPLH dalam
dalam
melakukan
memberikan
kewenangan
kepada
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
upaya
penegakkan
hukum
lingkungan hidup di bidang pertambangan.
hukum lingkungan di bidang pertambangan,
Pada point B Keputusan Menteri
yaitu dalam hal evaluasi dan monitoring yang
Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 56
dilakukan pihak Pemerintah daerah terhadap
Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat
kinerja
PPLH
dalam
melakukan
upaya
298 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
Pengawas Lingkungan Hidup, dengan jelas
dalam Pasal 19 Keputusan Menteri Negara
dan
Tujuan
Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun
pengawasan lingkungan hidup adalah untuk
2001 tentang PPLH dan PPLH Daerah, harus
memantau, mengevaluasi dan menetapkan
selaras atau harmonis dengan ketentuan
status ketaatan penanggungjawab usaha dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
atau kegiatan terhadap: 1) Kewajiban yang
RI Nomor 56 Tahun
tercantum
Kerja
tegas
menyatakan
dalam
bahwa
peraturan
perundang-
undangan di bidang pengendalianpencemaran
Pejabat
2002
tentang
Pengawas
Tata
Lingkungan
Hidup.
dan atau kerusakan lingkungan hidup. 2) Kewajiban
untuk melakukan
lingkungan
dan
sebagaimana Analisis
pemantauan
tercantum
Mengenai
(AMDAL)
pengelolaan
atau
PENUTUP
lingkungan
dalam
Kedudukan
PPLH
adalah
sebagai
dokumen
pejabat fungsional yang mendapatkan delegasi
Dampak
Lingkungan
kewenangan dari pihak Menteri, Gubernur,
Upaya
Pengelolaan
atau
Bupati/Walikota
dalam
melakukan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
pengawasan lingkungan hidup yang bertujuan
Lingkungan
untuk
(UPL)
atau
persyaratan
mengetahui
tingkat
ketaatan
lingkungan yang tercantum dalam izin yang
penanggung jawab usaha danatau kegiatan
terkait.
terhadap ketentuan Mengenai
permasalahan
hukum
peraturan
perundang-
undanganpengendalian pencemaran dan atau
mengenai sinkronisasi dan harmonisasi aturan
kerusakan
hukum mengenai kedudukan dan kewenangan
kewenangan yang dimiliki oleh PPLH dalam
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
melakukan
hukum
bidang
lingkungan hidup di bidang pertambangan,
dasarnya
adalah sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
permasalahan ketidakjelasan (vage norm)
74 UU PPLH, serta Pasal 3 dan Pasal 4
kedudukan dan kewenangan PPLH dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
melakukan
hukum
RI Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata Kerja
lingkungan hidup di bidang pertambangan,
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
baik yang diatur dalam Pasal 74 UU PPLH
Provinsi/Kabupaten/Kota.
lingkungan
pertambangan,
hidup
bahwa
upaya
di
pada
penegakkan
lingkungan
upaya
hidup
penegakkan
serta
hukum
dan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009
Koordinasi Kewenangan PPLH dengan
tentang Pertambangan, maupun yang terdapat
Pihak Pemerintah Daerah dan Penyidik
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......299
Pegawai
Negeri
Sipil
Dalam
upaya
kewenangannya
melakukan
upaya
penegakkan hukum lingkungan hidup di
penegakkan hukum lingkungan hidup di
bidang pertambangan, secara konkrit dapat
bidang pertambangan yang tertuang dalam
dilakukan
dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
penyidikan,
19 Tahun 2004tentangPedoman Pengelolaan
dalam
melakukan
hal
koordinasi
pemeriksaan
dan
koordinasi pemberi data dalam penegakan
Pengaduan
hukum,
Pengawas
Perusakan Lingkungan Hidup maupun dalam
Lingkungan Hidup sebagai saksi dalam upaya
Pasal-Pasal yang terkait dalam UU PPLH,
penegakkan
hidup,
adalah terletak pada sistem penegakkan
koordinasi dalam memberikan keterangan
hukum lingkungan yang berasakan birokrasi
Ahli,
dan
koordinasi
Pejabat
hukum
koordinasi
lingkungan
dalam
menganalisis
Kasus
structural
Pencemaran
atau
penegakkan ini
tergantung
hukum
penegakan hukum, dan koordinasi sebagai
lingkungan
Pembina Teknis.
kebijakan pejabat struktural yang berwenang
Ketentuan-Ketentuan
hidup
dan/atau
pada
Peraturan
(Menteri, Gubernur, Bupati/walikota) diatas
Perundang-undangan yang dilanggar pihak
PPLH, sehingga besar kemungkinan kebijakan
pelaku perusakan dan pencemaran lingkungan
yang diambil oleh pejabat struktural yang
hidup akibat kegiatan pertambangan, yaitu
berwenang
pada dasarnya kegiatan pertambangan yang
penyidikan, laporan dan data yang diperoleh
melahirkan
pihak PPLH dalam upaya penegakkan hukum
kerusakan
dan
pencemaran
lingkungan hidup, melanggar ketentuan yang
tersebut
menciderai
hasil
lingkungan hidup.
diamantakn dalam Pasal 14 UU PPLH,
Aturan Hukum yang menghambat
tentang Baku Mutu Lingkungan hidup yang
peran
serta
Pemerintah
Daerah
dalam
tidak dipenuhi pelaku usaha pertambangan
memberikan
kewenangan
kepada
PPLH
dan ketentuan Pasal 69 UU PPLH, mengenai
dalam melakukan upaya penegakkan hukum
larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan
lingkungan di bidang pertambangan, terdapat
pihak pelaku usaha pertambangan dan akan
dalam Pasal 19 Keputusan Menteri Negara
berakibat
Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun 2001
terciptanya
kerusakan
dan
pencemaran lingkungan hidup
tentang PPLH dan PPLH Daerah dan Pasal
Aturan Hukum yang menghambat pihak
PPLH
dalam
melaksanakan
71UU PPLH, bahwa peran serta Pemerintah Daerah
dalam
memberikan
kewenangan
300 Badamai Law Journal, Vol. 1, Issues 2, September 2016
melakukan
upaya
penegakkan
hukum
koordinasi kewenangan PPLH dengan Pihak
lingkungan di bidang pertambangan tidak
Pemerintah Daerah dan Penyidik Pegawai
dapat diberikan bersifat menyeluruh kepada
Negeri Sipil Dalam upaya penegakkan hukum
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
lingkungan hidup.
hukum lingkungan di bidang pertambangan, akan
tetapi
juga
Pemerintah
Daerah
Hendaknya pihak Pemerintah selaku pihak
yang
berwenang
membuat
dan
diwajibkan memberikan kewenangan lainnya
mensahkan peraturan perundang-undangan
kepada instansi teknis yang bertanggung jawab
dapat meninjau kembali Aturan Hukum yang
di
menghambat Peran serta Pemerintah Daerah
bidang
perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup dalam melakukan upaya
dalam
penegakkan hukum lingkungan di bidang
PPLH dalam melakukan upaya penegakkan
pertambangan.
hukum lingkungan di bidang pertambangan,
Sinkronisasi dan harmonisasi aturan
memberikan
kewenangan
kepada
dan memberikan kewenangan yang bersifat
hukum mengenai kedudukan dan kewenangan
menyeluruh
PPLH di bidang pertambangan, baik yang
penegakkan hukum lingkungan di bidang
diatur dalam Pasal 74 UU PPLH dan Undang-
pertambangan
Undang Nomor 4 tahun 2009
dalam
melakukan
upaya
tentang
Pertambangan, maupun yang terdapat dalam Pasal
19
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun 2001 tentang PPLH dan PPLH Daerah, harus selaras atau harmonis dengan ketentuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 56 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Hendaknya pihak Pemerintah selaku pihak
yang
berwenang
membuat
dan
mensahkan peraturan perundang-undangan dapat membuat suatu aturan pelaksana lainnya yang
lebih
khusus
mengatur
mengenai
kedudukan dan kewenangan PPLH serta
DAFTAR PUSTAKA D, Soedjono. 1979. Pengamanan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat Industri, Bandung: Alumni, hlm. 44. Hartono, Sunaryati. 1986.Landasan, Kerangka, struktur dan Materi Sistem Hukum Nasional Kita, Jakarta: Dept. Kehakiman. Hamid, Hamrat dan Bambang Pramudyanto. 2007. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Edisi I, Jakarta: Granit, Jakarta. HS, Salim. 2008. Hukum Pertambangan Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers. Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media.
Arisandy Mursalim : Kewenangan Pejabat Pengawas LH.......301
Rangkuti, Siti Sundari. 2005, Hukum Lingkungan dan Kebiasanaan Lingkungan Nasional, Surabaya: Penerbit: Airlangga University Press. Subagyo, .Joko. 1992, HukumLingkungan, Masalah Dan Penanggulangannya, Jakarta: Penerbit: RinekaCipta Suparni, Niniek. 2004, Pelestarian, Pengelolaan Dan PenegakkanHukumLingkungan. Jakarta: Penerbit: Sinar Grafika.hlm.4. Syahrin, Alvi. 2009. Beberapa Isu Hukum Lingkungan Kepidanaan. Jakarta: PT. Sofmedia Usman, Rachmadi. 1993, PokokPokokHukumLingkunganNasional, Jakarta:Penerbit: Akapres. UUD 1945 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 07 Tahun 2001 tentang PPLH dan PPLH Daerah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi/Kabupaten/Kota