Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono:
Posdaya Mengembangkan Modal Sosial dan Budaya Bangsa Lima belas tahun sudah Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri) melaksanakan visi dan misinya sejak 15 Januari 1996 silam. Selama itu pula telah membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, melalui peningkatan sumberdaya manusia agar tercapai manusia seutuhnya. Walaupun usia Yayasan Damandiri masih tergolong muda jika diukur usia manusia, karena ia masih remaja, namun perannya dalam peningkatan kesejahteraan keluarga-keluarga di Indonesia sangat luar biasa.
S
ELAMA kurun 15 tahun, sebagai sebuah Yayasan yang lahir, tumbuh, berkembang dan mengabdi untuk masyarakat, khususnya keluarga-keluarga Indonesia yang perlu ditingkatkan kualitasnya agar dapat mandiri, sehingga kelak dapat membantu memandirikan keluarga-keluarga lainnya, memang tidak mudah. Namun, Yayasan Damandiri mampu membuktikannya. Yayasan yang lahir dari embrio pemikiran seorang warga bangsa bernama HM Soeharto, yang secara kebetulan saat itu mendapat amanah rakyat menjadi Presiden Republik Indonesia kedua. Bersama Prof Dr Haryono Suyono, yang saat itu selaku Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), memikirkan bagaimana membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendirian. “Maka kemudian, karena program BKKBN itu program keluarga bahagia sejahtera, ditawarkanlah untuk menjadikan keluarga dijadikan semacam laboratorium untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, di kantornya di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Selanjutnya, lanjut Haryono, keluarga dijadikan semacam institusi sekolah. Karena yang namanya keluarga mempunyai delapan fungsi, mulai dari fungsi agama sampai fungsi lingkungan hidup. Maka fungsi keluarga itu harus diperkuat. Perkuatan itu dimulai dari fungsi yang paling lemah, sehingga keluarga itu dapat mandiri,
yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi keluarga inilah disetujui Pendiri harus diperkuat, di samping fungsi re p ro d u k s i . Karena fungsi reproduksi yang sudah berjalan dengan program keluarga
Prof Dr Haryono Suyono [FOTO: DOK GEMARI]
Gemari Edisi 120/Tahun XI/Januari 2011
9
berencana (KB), tetapi fungsi ekonominya belum
Perguruan tinggi diperkuat. Cara memperkuatnya dengan memenjadi mitra strategis nabung, dan kemudian diberikan kredit. dalam mendaratkan Ia mengungkapkan, karena keluarga yang Program Posdaya. sudah menjadi akseptor KB itu banyak, waktu [FOTO: HARI]
itu sudah mendekati 60 persen, maka itu yang didahulukan agar ekonominya kuat. Oleh karenanya keluarga-keluarga tersebutlah yang diprioritaskan sebagai penabung dan memperoleh kredit. Tujuannya agar setelah mereka agak kaya (mampu) bisa menghidupkan fungsi keluarga lainnya, seperti menyekolahkan anaknya, dan sebagainya.
Program-program tersebutlah, ujar Haryono, yang selanjutnya dilanjutkan Yayasan Damandiri. ”Program-program Damandiri satu sama lain saling terkait dan berkesinambungan, serta dikaitkan dengan program pemerintah. Karena memang program Damandiri itu bertujuan untuk membantu program-program pemerintah,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa program Damandiri tidak lain mengembangkan dari pada people centred development (manusia sebagai central pembangunan). ”Dalam membangun manusia seutuhnya tersebut setiap kali harus disempurnakan, dan kalau manusia harus mencakup ke delapan sasaran target millennium development goals (MDGs) itu. Bedanya sarasan target MDGs dengan delapan fungsi itu adalah disasaran fungsi target MDGs tidak ada agama, karena masyarakat internasional itu tidak mau campur dalam hal agama. Tetapi diganti dengan target ke delapan, yaitu kerja sama internasional,” jelasnya. Visi Pendiri Sejak era kemerdekaan, 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia mulai mengisi kemerdekaannya.
Bantu Keluarga Kurang Mampu
Y
AYASAN Damandiri banyak membantu anak-anak keluarga kurang mampu secara ekonomi hingga menjadi sarjana. Pada awalnya anak-anak keluarga miskin yang duduk di kelas tiga sekolah menengah atas maupun yang sederajat diberi bantuan untuk mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi yang diinginkannya. Dalam hal ini Damandiri memberikan bantuan uang untuk membeli formulir pendaftaran dan uang biaya hidup selama mengikuti seleksi. Setelah anak keluarga kurang mampu tersebut berhasil lulus seleksi dan masuk perguruan tinggi, Damandiri melanjutkan bantuannya dengan memberikan bantuan Sumbangan Pendidikan dan Pengajaran (SPP). ”Bantuan tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, tetapi dilanjutkan 10
dengan pemberian bantuan bagi mahasiswa asal keluarga kurang mampu tersebut yang berhasil lulus sarjana dan meneruskan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” ujar Haryono. Ia menambahkan, untuk jenjang pascasarjana atau strata 2 (S2), Damandiri memberikan bantuan biaya penyusunan tesis. Sedangkan bagi mereka yang akan melanjutkan ke jenjang S3, Yayasan memberikan bantuan untuk penyususnan desertasi. Haryono mengungkapkan, hingga usia pengabdiannya ke 15 tahun, Damandiri telah memberikan bantuan pendidikan berupa SPP kepada ribuan mahasiswa S1 dan ratusan mahasiswa S2 maupun S3. Para penerima bantuan pendidikan tersebut setelah lulus sarjana baik S1, S2 maupun S3 memberikan ”kenang-kenangan” kepada
Gemari Edisi 120/Tahun XI/Januari 2011
Damandiri berupa karya-karya skripsi, tesis maupun disertasinya. ”Semua karya-karya mereka itu didokumentasikan oleh Damandiri melalui perpustakaan, sehingga dapat dibaca dan bermanfaat bagi anak-anak keluarga lainnya, masyarakat serta untuk pembangunan bangsa,” ujarnya bangga. Lebih lanjut ia mengungkapkan, setelah anak-anak keluarga miskin tersebut berhasil meraih S3 kemudian dikembalikan lagi kepada keluarga masing-masing. Tujuannya agar mereka ganti membantu keluarganya setelah berhasil meraih pendidikan yang tinggi. ”Damandiri tidak berharap apa-apa dari mereka. Yang penting telah dapat mengantar mereka, sehingga mereka kini dapat membantu keluarga-keluarga Indonesia lainnya, dan begitu seterusnya,” tutur peraih S1, S2 dan S3 hanya dalam 3 tahun di Universitas Chicago, AS. Haryono menambahkan, bukan hanya anak sekolah dari keluarga kurang mampu saja yang mendapat bantuan
Demikian pula dengan HM Soeharto yang juga tengah mengemban amanah selaku Presiden menyegarkan kembali upaya mengisi kemerdekaan tersebut. Seperti yang dilakukan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun-an (Repelita). Pada tahun 1980-an akhir pembangunan yang mengandalkan tetesan dari keberhasilan pembangunan ekonomi dirasakan mandeg (berhenti). Akibatnya tetesannya menjadi melemah, sehingga tidak terlalu mencapai pada pemerataan yang dikehendaki. Kemudian digagas dengan pendekatan langsung kepada keluarga, yaitu Instruksi Presiden (Inpres) Desa Tertinggal (IDT) dan Takesra, Kukesra. Dalam perjalanan pelaksanaannya, karena Takesra dan Kukesra yang dijalankan BKKBN tidak dilanjutkan, maka program tersebut diteruskan Yayasan Damandiri dengan nama Program Pusaka Mandiri (Pundi). ”Program Pundi ini merupakan kelanjutan dari program pemberdayaan sumberdaya manusia yang dilakukan kepada anak-anak keluarga miskin untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah anak-anaknya diberdayakan pendidikannya, Damandiri meneruskan dengan program Pundi. Melalui Pundi para orangtua yang anak-anaknya telah memperoleh bantuan pendidikan tersebut mendapatkan penguatan permodalan usaha produktif,” urai Haryono. Hal ini, kata lelaki kelahiran Pacitan, 6 Mei 1938 silam ini, dimaksudkan melalui usaha yang dikelolanya tersebut para orangtua akan dapat pendidikan, tetapi para bidan desa juga diberikan dukungan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang diploma baik D1, D2 maupun D3. Hal ini dimaksudkan agar bidan desa yang tadinya hanya lulusan setingkat sekolah lanjutan atas dapat menempuh pendidikan ke jenjang berikutnya. Sehingga dapat menambah tingkat keilmuan yang bermanfaat untuk melengkapi pengalaman yang selama ini dimilikinya. Dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan membantu meningkatkan nilai kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. Seiring meningkatnya pelayanan berkualitas yang diberikannya tersebut, maka dengan sendirinya akan mengangkat pula pendapatan yang diperolehnya.
membiayai meneruskan pendidikan anakanaknya hingga setinggi mungkin. Menurutnya, upaya pemberdayaan kepada keluarga seperti itulah yang dilakukan sejak awal Yayasan Damandiri berdiri, sekaligus menjalankan komitmen membangun manusia seutuhnya, namun secara tidak langsung. Komitmen membangun manusia seutuhnya tersebut dilakukan lewat keluarga. Pada keadaan rescue (darurat) pertama ada yang diberikan berupa bantuan pendidikan (semacam beasiswa) lewat Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) maupun melalui sekolah, dan sebagainya. Pemberian bantuan pendidikan ini lebih dimaksudkan untuk mengingatkan semua pihak agar mau membantu keluarga-keluarga kurang mampu tersebut. Sehingga dengan kepedulian semua pihak, keluarga-keluarga yang tadinya kurang mampu setelah mandiri dapat menolong keluarga-keluarga lainnya menjadi sejahtera. Melalui model pemberdayaan dengan keluarga-keluarga sebagai sasaran utamanya, Damandiri berharap ke depan akan semakin banyak keluarga-keluarga Indonesia memberikan partispasinya membantu keluarga-keluarga kurang mampu agar menjadi sejahtera dan mandiri. Dengan semakin bertambahnya keluargakeluarga Indonesia sejahtera, maka akan berdampak besar terhadap peningkatan partisipasi bagi upaya membangun bangsa menuju kemakmuran yang adil dan merata serta terwujudnya manusia seutuhnya.
Mencicipi hasil produk makanan kader Posdaya di Kulonprogo bersama Ketua TP PKK Kab Solok Hj Erlinda. [FOTO: HARI]
Daerah-daerah yang bidannya telah mendapat bantuan Damandiri adalah bidan di Provinsi Jawa Tengah, serta lainnya. Bahkan sudah ada kabupaten yang di setiap desanya sudah ada bidan yang siap memberikan pelayanan kesehatan terbaiknya bagi ibu dan anak keluarga-keluarga Indonesia di pedesaan. Salah satunya, terdapat di Kabupen Sukabumi, Jawa Barat.
Dengan semakin meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan bidan yang kini telah meningkat kelasnya berkat bantuan Damandiri, anak-anak dan ibu bayi di desa-desa pun menjadi meningkat derajat kesehatan. Dengan demikian akan membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi yang tercatat masih tinggi. HAR
Gemari Edisi 120/Tahun XI/Januari 2011
11
Pengembangan SDM Dalam program pengembangan SDM, utamanya di universitas atau perguruan tinggi itu dimaksudkan untuk melatih agar universitas/perguruan tinggi itu mengalami bagaimana memproses pemberdayaan masyarakat. Menurut Haryono, hal itu perlu dilakukan karena perguruan tinggi tidak punya pemberdayaan masyarakat sehingga waktu itu diperkenalkan program mahasiswa, lalu sekolah. Ini dimaksudkan agar sekolah menjadi agent of social changes (agen perubahan) dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Karena sekolah itu biasanya merupakan suatu institusi tertutup. Pakar sosiologi dan kependudukan ini memberi contoh, seperti Program SPP untuk mahasiswa sebetulnya merupakan program pancingan, supaya mahasiswa bergaul dengan masyarakat. Kemudian setelah mendapat SPP
sudah menjadi barisan pendukung program Damandiri, sehingga mempermudah dalam pelaksanaan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat yang digagas Damandiri. ”Jadi program SDM itu sebenarnya adalah program-program yang pada akhirnya merupakan program untuk menempatkan lembaga-lembaga perguruan tinggi, sekolah itu menjadi lebih terbuka,” ujarnya. Menurutnya, tidak saja menjadi lembaga sekolah yang tertutup dengan dinding-dinding, tetapi lebih open (terbuka) kepada masyarakat. Karena kemudian yang diperkenalkan Damandiri adalah siswa maupun mahasiswa yang miskin. Sehingga di sekolah maupun perguruan tinggi mengenali siswa maupun mahasiswa miskin. Tapi miskinnya bukan miskin di sekolah tetapi di rumahnya. Melalui program ini, Haryono menyebut, me-
Merespon Inpres Nomor 3 Tahun 2010 Prof Dr Haryono Suyono disaksikan Bupati Kulonprogo Drs H Toyo Santoso Dipo berdialog dengan ibu anak balita. [FOTO: HARI]
B
ERSAMA mitra-mitranya, Yayasan Damandiri merespon upaya menyegarkan kembali modal sosial seperti yang tertuang dalam petunjuk formal dari pemerintah berupa Instruksi Presiden nomor 3 tahun 2010. Respon tersebut dilakukan melalui kegiatan KKN Tematik Posdaya. Haryono mengatakan, program KKN Tematik Posdaya yang dimulai sebelum Instruksi Presiden itu diterbitkan pada tanggal 21 April 2010 lalu, menempatkan upaya penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga. Dan seiring dengan Inpres itu, selama tahun 2010 para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, didampingi dosen pembimbingnya, dengan kerja
12
sama pemerintah daerah dan Yayasan Damandiri, telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya. KKN tersebut, ujar Kepala BKKBN era 1980-an-1990-an yang sukses dengan program keluarga berencana (KB) ini, merupakan upaya mengiringi Instruksi tersebut bukan dengan berpidato, tetapi kerja keras membantu keluarga di pedesaan menghidupkan kembali modal sosial melalui kerja gotong royong. Para mahasiswa menyegarkan budaya saling peduli dan tolong menolong mengentaskan keluarga miskin atau keluarga termarginal lainnya melalui pemberdayaan dan kerja keras. Lebih lanjut ia memaparkan, upaya
Gemari Edisi 120/Tahun XI/Januari 2011
KKN Tematik Posdaya itu ternyata membawa manfaat yang sangat besar kepada para mahasiswa maupun dosen pembimbing dalam memahami dinamika masyarakat di pedesaan. Oleh karenanya, ujar Kepala BKKBN era 1980-an hingga 1990-an yang sukses dengan program KB-nya, Menteri Pendidikan Nasional akhirnya memberikan pesan agar kegiatan KKN Tematik Posdaya dijadikan modul Tri Dharma Perguruan Tinggi. Guna lebih memperkuat mahasiswa dan dosen pembimbing untuk memberikan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Yang akhirnya, menurut Prof Haryono, bakti sosial pro rakyat sebagai upaya penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, usaha mikro dan kecil serta membantu rakyat menuntaskan sasaran MDGs. ”Upaya mengembangkan modal sosial dan budaya bangsa yang sekaligus diantar dengan petunjuk formal berupa Inpres nomor 3 tahun 2010 itu, akan menjadi tema sentral dalam upaya pembangunan di tahun 2011,” terang Ketua Yayasan Damandiri yang kini mau berusia 73 tahun. Sekali lagi, ia menegaskan, upaya ini sejalan dengan tema peringatan Hari Ulang Tahun Yayasan Damandiri yang
rupakan suatu perkenalan agar sekolahsekolah maupun perguruan-perguruan tinggi membicarakan mengenai siswa maupun mahasiswa miskin yang akhirnya peduli kepada keluarga-keluarga yang mempunyai masalahmasalah sosial atau miskin. Sehingga kemudian muncul wareness (kesadaran), perhatian, dan kepedulian. Untuk itu Damandiri memperkenalkan peduli sesama anak bangsa. KKN Tematik Setelah sekolah maupun perguruan tinggi/ ke 15 yang dipusatkan pada upaya mendukung pengembangan 700.000 – 750.000 Posdaya di desa dan pedukuhan di seluruh Indonesia. Upaya ini akan dimulai dengan pelaksanaan Lokakarya yang akan diselenggarakan oleh Menteri Pendidikan Nasional untuk para Rektor, lembaga pemberdayaan dan penelitian di berbagai perguruan tinggi. Lokakarya ini merupakan upaya untuk meningkatkan komitmen perguruan tinggi dalam KKN Tematik Posdaya serta memberikan dukungan operasional gerakan KKN selama tahun 2011. Sejalan dengan itu, Haryono menyebutkan, telah berkembang kesepakatan antara Menteri Pertanian RI, Ketua Tim Penggerak PKK dan organisasi sosial kemasyarakatan untuk terjun langsung di pedesaan dalam mengisi Posdaya dengan program-program yang peduli terhadap perempuan, kesehatan ibu hamil dan melahirkan serta peningkatan gizi untuk ibu hamil dan anak-anak balita. ”Kebun Bergizi akan dikembangkan sebagai sarana utama untuk membangun keluarga bergizi,” ujarnya. Kegiatan ini diharapkan mendorong diversifikasi pangan serta pemberian gizi yang diperlukan untuk menurunkan kematian ibu hamil serta membantu tumbuh kembangnya anak balita dengan baik. Haryono menandaskan, dari ribuan Posdaya yang telah berkembang diharapkan bisa dipilih ratusan Posdaya untuk dikembangkan sebagai pusat pelatihan bagi pendatangpendatang baru yang membangun
Prof Dr Haryono Suyono bersama mahasiswa KKN Tematik Posdaya di lapangan. [FOTO: HARI]
universitas itu berpengalaman setahun hingga dua tahun baru dilanjutkan program Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN itu artinya bahwa pengentasan melalui pemberdayaan tidak boleh menunggu tetapi harus menjemput bola. Jadi
Posdaya secara mandiri. Lebih dari itu, berbagai perusahaan yang telah bersedia membantu melalui kegiatan Corporate Social Responsibilities (CSR) akan mulai ikut membentuk, mengisi dan mengembangkan Posdaya sebagai forum keluarga memberi perhatian serta memberdayakan keluarga tertinggal secara sungguh-sungguh dan mandiri. Di samping itu, tambah suami Hj Hasinah Astuty ini, ribuan Posdaya telah siap pula membangun koperasi atau usaha bersama untuk meningkatkan usaha mikro atau kecil dalam rangka meningkatkan kemampuan ekonomi untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan. Program ini, kata Haryono, diharapkan mendapat dukungan dari upaya financial inclusion yang dikembangkan berbagai bank dalam mendukung penyediaan kredit untuk keluarga yang baru bangkit. Serta kelompok yang biasanya lepas dari perhatian. Sementara itu, ia mengungkapkan, lembaga-lembaga koperasi yang biasanya bergerak dalam bidang ekonomi mulai mendukung pengembangan Posdaya melalui pembangunan berkeadilan, mendukung upaya penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga, berbasis pemberdayaan masyarakat serta menuntaskan sasaran dan target-target MDGs. ”Damandiri sadar bahwa untuk menggerakan kepedulian sesama anak bangsa tidak cukup dengan mahasiswa, tetapi juga rakyat biasa harus digerak-
kan. Caranya menggerakan ternyata seperti dicontohkan anggota kelompok Posdaya yang melakukan kegiatan Posdaya di daerah pengungsian musibah Gunung Merapi di Yogyakarta. Di sinilah membuktikan bahwa modal sosial gotongroyong ternyata bisa hidup kembali,” urainya. Ditambahkan, kegiatan pemberdayaan melalui Posdaya ibarat menyatukan lidi menjadi sapu. Dengan menyatukan kebersamaan keluargakeluarga dapat mendorong sikap bergotong royong menjadi lebih kuat. Sehingga akan memudahkan kegiatan keluarga-keluarga di pedesaan maupun perkotaan dalam melaksanakan dan mengembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta meningkatkan derajat dan taraf hidup keluarga secara lebih adil dan merata. ”Yang pada akhirnya pula mewujudkan harapan dari pembangunan manusia seutuhnya,” katanya. Damandiri selama 15 tahun sudah membuktikan pula bahwa keluarga kurang mampu dan anaknya bisa diasah. Mereka merupakan mutiaramutiara bangsa yang belum diasah. ”Melalui berbagai program pemberdayaan keluarga baik di bidnag pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan, Damandiri membuktikan bahwa mereka bisa menjadi mutiara-mutiara bangsa yang sesungguhnya,” ujarnya pada akhir perbincangannya. HAR
Gemari Edisi 120/Tahun XI/Januari 2011
13