6
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Setiap organisasi baik lembaga ataupun organisasi baik itu sifatnya formal maupun
informal
membutuhkan
seorang
pemimpin/ketua
yang
mampu
menjalankan roda organisasi, Untuk itu diperlukan keterampilan tertentu untuk mengembangkan organisasi yang dipimpinnnya, jika organisasi tersebut mengalami perkembangan yang baik maka faktor penentu yang utama adalah seorang pemimpin, sebaliknya jika suatu organisasi itu mengalami hambatan dan tidak bisa menjalankan fungsi dan tujuannnya maka dapat dinilai kapasitas seorang pemimpin. Untuk itu keterampilan memimpin sangat dibutuhkan untuk mencapai pemimpin yang baik keberhasilan/kegagalan suatu organisasi, selalu dihubungkan dengan keberadaan pimpinan yang memimpin tersebut. Memang harus disadari kepemimpinan yang terdapat dalam setiap lembaga dipandang sebagai suatu proses kunci keberhasilan yang bersangkutan. Ketidak cocokan antara tujuan dengan rencana yang ada, dapat diakibatkan oleh kegagalan seorang pemimpin Robbins (2006:432), menyatakan “kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian bersama”. Sementara Stoner (1996:161)
mengatakan
“Pemimpin
adalah
proses
mengarahkan
dan
mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok”.
6
7
Kouzes & posner (2004:3), mengatakan “kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa”Sementara Locke (dalam Harsiwi, 2001:45), melukiskan “kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang-orang lain menuju sasaran bersama”. Definisi tersebut mencakup tiga elemen berikut: 1. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka. 2. Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin. 3. Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin
membujuk
pengikutnya
melalui
berbagai
cara,
seperti
menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi. Humphill (Wahjosumido, 1984:21), mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling berkaitan. Selanjutnya
8
Tead (Kartono, 1994:49), juga menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan diinginkan. Selanjutnya Young (Kartono, 1994:50), mengemukakan bahwa kepemimpinan sebagai bentuk dominasi didasari kemampuan pribadi, yang sanggup mendorong atau
mengajak
orang
lain
untuk
berbuat
sesuatu,
berdasarkan
akseptasi/penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. Untuk itu pemimpin dapat melakukan aktivitasnya, apabila dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, untuk bekerja dengan baik sesuai dengan kebijaksanaan (policy) yang telah disepakati dan diatur sesuai aturan yang berlaku, sehingga aktivitas bawahan akan selalu terkendali. Kepemimpinan semacam ini pada umumnya bersifat informal dan selalu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok pada saat khusus dan tempat khusus untuk mencapai tujuan tertentu. Paling penting dalam kepemimpinan adalah bentuk kepemimpinan manakah yang paling cocok bagi kepentingan kelompok, dalam kondisi serta situasi tertentu, pasti memilih seorang pemimpin dengan sifat-sifat dan kepribadian pemimpin utama serta intelek. Misalnya pemimpin memiliki intelegensi tinggi, imbang emosinya, terbuka demokratis serta sensitif dengan keperluan anggotanya. 2.1.2 Tipe dan Gaya Kepemimpinan Pemimpin itu memepunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian yang unik, khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan diriya dari orang lain. Sehingga muncullah beberapa tipe
9
kepemimpinan. Misalnya tipe karismatis, paternalistis, militeristis, otokratis, laissez faire, populis, administratif, dan demokratis. W.J Reddin (Kartini Kartono, 2011) dalam artikelnya What Kind of Manager, menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu: -
Berorientasikan tugas (task orientation),
-
Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation),
-
Berorientasikan hasil yang efektif (effectivess orientation. Berdasarkan hasil penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan
delapan tipe kepemimpinan, yaitu: 1. Tipe deserter (pembelot) Sifatnya bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan, sukar diramalkan. 2. Tipe birokrat Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma, ia adalah mansia oragnisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras 3. Tipe misionaris (missionary) Sifatnya: terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah. 4. Tipe developer (pembangunan) Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan terhadap bawahan. 5. Tipe otokrat Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong, bandel.
10
6. Benevolent autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri. 7. Tipe compromiser (kompromis) Sifatnya: plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit. 8. Tipe eksekutif Sifatnya:
bermutu
tinggi,
dapat
memberikan
motivasi
yang
baik,
berpandangan jauh, tekun. Kepemimpinan
merupakan salah satu kunci dalam menentukan
terciptanya efisiensi dan efektivitas kerja, serta peningkatan kinerja bawahan. Pimpinan dapat berhasil mengelola suatu organisasi yang di kelolanya, bila pemimpin dapat berperan dengan baik dan menggunakan gaya kepemimpinan secara tepat. Gaya kepemimpinan menurut Gibson dkk (1997:7) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotifasi indifidu dalam mencapai tujuan. Ada beberapa gaya dalam kepemimpinan yang dibahas menurut Owens (dalam Kartini; 1983:18), sebagai berikut : 1. Gaya kepemimpinan autokratis Gaya autokratis memiliki wewenang (authority), dari sesuatu sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum. Pengunaan authority ini sebagai pegangan atau hanya sebagai alat/metoda agar sesuatunya dapat dijalankan. Apa
11
yang dilakukan oleh pemimpin dengan gaya ini hanyalah memberitahukan apa tugas-tugas karyawan. Setiap gaya kepemimpinan pada hakekatnya bersifat netral, artinya bahwa kekuatan maupun kelemahan dari setiap gaya kepemimpinan itu banyak ditentukan oleh kapan dan bagaimana seorang Pemimpin menerapkannya setelah memahami personalitas dirinya sendiri serta situasi yang sedang dihadapi. a) Kelemahan gaya kepemimpinan autokratis Efisiensi yang tampak, adanya komunikasi satu arah sering hanya merupakan efisiensi yang semu (a false effeciency). Komunikasi satu arah tanpa adanya umpan balik akan menimbulkan kesenjangan dalam proses. Kelemahan yang paling kritis bagi
kepemimpinan ini terletak pada
dampaknya terhadap para anggota (bawahan) nya. Bila pimpinan atau manager kurang mampu membaca situasi yang sedang dihadapinya, para pekerja (karyawan) yang telah terdidik dan terlatih akan menentangnya, baik secara terbuka ataupun diam-diam, gaya kepemimpinan ini dirasakan sesuatu yang mengabaikan harga diri dan perasaan orang lain. Akibatnya, gaya ini hanya akan menghasilkan
moral
karyawan
yang
rendah
serta
dengan
sendirinya
produktifitasnya menjadi rendah pula. b) Keuntungan gaya kepemimpinan autokratis Menjamin terjaganya kekonsistensian kebijakan dan prosedur-prosedur kegiatan yang memang dapat menjadi faktor-faktor yang kritis dalam industriindustri, misalnya urusan personalia demi keadilan dan pemerataan maka aplikasi
12
yang konsisten dari peraturan-perturan karyawan tidak dapat dihindarkan oleh si pemimpin atau manager. 2. Gaya kepemimpinan birokratis Gaya kepemimpinan birokratis ini yang sama dengan autokratis, yaitu dengan sistem transparansi dengan karyawan (bawahan) apa dan bagaimana sesuatu itu dijalannkan atau dilaksanakan. Ciri khusus gaya ini adalah pada pandangannya bahwa semua aturan/ketentuan organisasi adalah absolut, artinya si pemimpin memanej bawahannya dengan berpegang penuh pada aturan-aturan yang telah ditetapkan dan tidak diperkenankan adanya pengecualian sedikitpun, termasuk hal-hal yang menyangkut aspek-aspek teknis. a) Kelemahan gaya birokratis Gaya ini sangat mengandung kekuatan (inflekxiliti) dalam situasi-situasi di mana diperlakukan adanya pengecualian terhadap aturan permainan tadi,. Demikian pula akan terjadi semacam kelumpuhan (paralysis) kebijakan dan operasional dalam situasi yang tidak ditetapkan ataupun ketentuan yang ada bernada ambigous. Dalam situasi seperti ini, biasanya, para pimpinan atau manager kurang mampu mengambil keputusan (judgement) mereka atas situasi khusus tadi. Sehingga orang-orang (bawahan) yang bekerja dalam situasi seperti itu akan merosot moralnya, menentang dengan terang-terangan ataupun diamdiam atas kebijakan gaya kepemimpinan birokratis tadi, dan dengan sendirinya produktivitas kerjanya menurun.
13
b) Keuntungan gaya birokratis Menjamin terjaganya segala pelaksanaan peraturan-peraturan yang ada. Apabila ini berjalan dengan baik maka para anggota atau karyawan tahu benar di mana posisi mereka harapkan dan ramalkan, serta akan merasa aman, tentram dan diperlakukan secara obyektif. 3. Gaya kepemimpinan diplomatis Gaya kepemimpinan ini, adalah wewenang atau kekuasaan yang jelas tetapi kurang suka mempergunakan kekuasaannya itu. Pada prakteknya lebih suka memotivasi bawahannya secara persuasif. Artinya bahwa alat utamanya untuk menggerakkan orang lain adalah melalui persuasif dan motivasi akan terpaksa memakai gaya autokratis walaupun sebenarnya ingin dihindari. a.
Kelemahan gaya kepemimpinan diplomatis Gaya kepemimpinan diplomatis ini,memungkinkan seorang pemimpin
atau manager kurang dihargai (lose respect) oleh bawahannya, sebab pemimpin terlalu terbuka dengan bawahan dan dapat memastikan semua orang, akan menyetujui sikap, keyakinan, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai yang dianutnya. b.
Keuntungannya Gaya ini menggunakan pendekatan yang sifatnya persuasif serta dengan
adanya kebebasan, sekalipun terbatas, pada karyawan ataupun orang yang diajak bekerja sama dan melaksanakan tugasnya lebih bergairah lagi. Bagaimana seorang Pimpinan dapat memberikan penghargaan atas eksistensi bawahan, sehingga bawahan meresponsnya secara positif serta mau bekerja secara antusias.
14
4. Gaya kepemimpinan partisipatif Gaya ini (participative leader) selalu mengajak, secara terbuka, para anggota atau bawahannya untuk berpartisipasi atau ambil bagian, baik secara luas ataupun dalam batas-batas tertentu, dalam pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, dan metode-metode operasionalnya. a.
Kelemahannya Gaya kepemimpinan ini menggunakan waktu yang kurang efisien,
sehingga dapat mengakibatkan kehilangan kendali managerial. Misalnya, orang akan cenderung merespons negatif atas ajakan memberikan saran-saran bilamana saran-saran yang telah diberikan selalu diabaikan atau ditolak oleh pimpinan. b.
Keuntungannya Pada gaya ini seorang pemimpin dapat menciptakan suatu iklim (suasana)
bagi karyawan yang dengan mudah mengeluarkan semua kemampuannya (their power) yang telah dimotivasi, serta berjuang untuk, tujuan yang telah di ciptakan sendiri (melalui keputusan bersama). 5. Gaya free rein leader Gaya seorang pemimpin yang memberikan kebebasan pada bawahan, bertindak tanpa pengarahan ataupun kontrol lebih lanjut, kecuali bila mereka sendiri memintanya. a.
Kelemahannya Pada dasarnya kelemahan gaya kepemimpnan ini adalah kontrol
menajerial yang sangat kecil, dan cenderung menanggung resiko yang amat besar.
15
b.
Keuntungannya Keuntungan gaya kepemimpinan ini, adalah kerena lebih menitik beratkan
pada pendayagunaan waktu dan resources secara optimal. 2.1.3 Fungsi Kepemimpinan Organisasi hanya dapat dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan
fungsinya
sebagaimana
mestinya.
Adapun
fungsi-fungsi
kepemimpinan itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Fungsi perencanaan Seorang pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasinya. 2. Fungsi memandang ke depan Seorang pemimpin senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu meneropong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap segala kemungkinan. 3. Fungsi pengembangan loyalitas Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisasi. 4. Fungsi Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemajuan pelaksanaan rencana. 5. Fungsi mengambil keputusan Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah
16
dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan, bahkan ada pemimpin yang tidak berani mengambil keputusan. 6. Fungsi pemeliharaan Fungsi
ini
mengusahakan
kepuasan
batin
bagi
pemeliharaan
dan
pengembangan kelompok untuk kelangsungannya. Seorang pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya.
Pemimpin
harus
memberi
semangat,
membesarkan
hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajin bekerja dan menunjukan prestasi yang baik terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, pujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah, sebab mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai pimpinannya. 7. Fungsi menjalankan tugas Fungsi ini harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya Sudirman (1999:121), mengemukakan bahwa kepemimpinan memiliki fungsi-fungsi, sebagai berikut : a) Kepala sebagai pengambil keputusan; b) Pengembangan imajinasi; c) Pendelegasian wewenang kepada bawahan; d) Pengembangan kesetian kepada bawahan; e) Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana; f) Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya;
17
g) Pelaksanaan keputusan dan pemberian motivasi para pelaksana; h) Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan; i) Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi; j) Pertanggung jawaban semua tindakan. Defenisi tersebut menyiratkan bahwa fungsi kepemimpinan lebih dititikberatkan pada tugas-tugas seorang pemimpin. Setiap pemimpin dalam menyelenggarakan fungsi serta peran yang diemban sudah dipastikan memiliki sejumlah kompetensi ataupun kemampuan dalam mengendalikan semua pihak/komponen yang menjadi bawahannya. Pemimpin dituntut pula dapat memberikan apresiasi kepada semua pihak/bawahan yang berdedikasi dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Kaitannya dengan penelitian ini, maka kepemimpinan kepala desa menyangkut usaha-usaha kepala desa dalam menjalankan tugas-tugas
pembangunan dan pemerintahan desa, dengan
melibatkan aparat desa serta komponen masyarakat lainnya (BPD). 2.1.4 Kriteria Pemimpin yang Berhasil Pembahasan lebih lanjut mengenai kepemimpinan dikemukakan oleh Tirayoh (2005:133-134), yang mengemukakan bahwa indikator yang dapat digunakan sebagai alat ukur dalam keberhasilan pemimpin dalam suatu organisasi publik, sebagai berikut : 1. Meningkatnya hasil-hasil produksi dan pemberian pelayanan oleh organisasi (baik aspek ekonomis maupun sosial); 2. Semakin rapihnya sistem administrasi dan semakin efektifnya manajemen, yang meliputi :
18
a) Pengelolaan SDM, alam, dana, sarana dan prasarana dan waktu yang makin efektif dan efisien; b) Pendelegasian wewenang yang luas; c) Struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan ada integrasi dari semua bagian; d) Organisasi dengan cepat dan tepat menyesuaikan diri pada tuntutan perkembangan dan perubahan dari luar organisasi (masyarakat, situasi, dan kondisi sosial politik dan ekonomis) 3.
Semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas manusiawi atau aspek sosial yang lebih ’human’ sifatnya, antara lain berupa : a) Terdapat iklim psikis yang mantap sehingga orang merasa aman, dan senang bekerja; b) Ada disiplin kerja, disiplin diri, rasa tanggung jawab dan moral yang tinggi dalam organisasi; c) Terdapat suasana saling mempercayai, kerjasama kooperatif, etika kerja yang tinggi; d) Komunikasi formal dan non formal yang lancar; e) Ada kegairahan kerja dan loyalitas tinggi terhadap organisasi; f) Tidak banyak terjadi penyelewengan dalam organisasi; g) Ada jaminan-jaminan sosial yang memuaskan.
19
2.2 Pemimpin Dan Sifat –Sifatnya 2.2.1 Pemimpin Definisi mengenai pemimpin banyak sekali, yaitu sebanyak pribadi yang meminati masalah pemimpin tersebut. Karena itu kepemirnpinan merupakan dampak interaktif dari faktor individu/pribadi dengan faktor situasi. Beberapa definisi dapat disebutkan di bawah ini: 1) Pemimpin adalah, seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihankhususnya kecakapan kelebihan di suatu bidang, sehingga
mampu
mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi, pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman, sehingga mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan, juga agar mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahan dan mampu menggerakkan bawahan ke arah tujuan tertertentu. 2) Henry Pratt Fairchildt menyatakan: pemimpin dalam pengertian luas ialah seorang yang memimpin dengan memprakarsai tingkah laku social dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain, atau melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang :terbatas, pemimpin. Seorang yang membimbing memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptansi/penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
20
3) Definisi berikut ini lebih'menekankan aspek politisnya, yaitu: Pemimpin kepala aktual dari organisasi partai di kota, dusun atau subdivisi-subdivisi/ bagian-bagian lainnya, Sekalipun pemimpin itu secara nominal (pada namanya) saja dipilih secara langsung atau tidak langsung oleh pemilihpemilih pemberi suara partai, secara aktual pemimpin itu sering dipilih oleh satu klik kecil atau oleh supervisor langsung dari partai. Perbedaan antara boss (kepala, atasan, majikan) dan pemimpin, sebagian besar tergantung pada metode pemilihan, dan tokoh pemimpinannya yang melaksanakan kekuasaan. Dari beberapa definisi yang dikemukakan itu dapat, ditarik kesimpulan bahwa, pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya, untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tertentu. 2.2.2 Sifat Sifat Pemimpin Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya Pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas/mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria Untuk menilai kepemimpinannya. Usaha-usaha yang sistematis tersebut membuahkan teori yang disebut sebagai the traitist theory of leadership (teori sifat/kesifatan dari kepemimpinan). Di antara para penganut teori ini dapat disebutkan Ordway Tead dan George R. Terry.
21
Ordway Tead (Kartini kartono) dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat yaitu sebagai berikut: 1. Energi jasmaniah dan mental (physical and nervous energy) Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akun pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin, kesabaran, ausdauer (keuletan), ketahanan batin, dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. 2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction). Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan tahu persis kemana arah yang akan dituju serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya. Tujuan tersebut harus disadari benar, menarik, dan sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan hidup bersama. 3. Antusiasme (enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar). Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de corps. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.
22
4. Keramahan dan kecintaan (Friendliness and affection). Affection itu berarti kesayangan, kasih-sayang; cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih-sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak, Sedang keramahtamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh pada kepemimpinan untuk menerima melakukan sesuatu secara bersama-sama, dalam mencapai satu sasaran tertentu. 5. lntegritas (integnty, keutuhan, kejujuran, ketulusan hati). Pemimpin itu harus bersifat terbuka; merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib dan sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu pemimpin memberikan pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedang kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormat pemimpinnya, Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan ketauladanan, agar pemimpin dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya. 6. Penguasaan teknis (technical mastery) . Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Pemimpin menguasai pesawat-pesawat mekanik tertentu, serta memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntunan
23
yang tepat serta bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya. 7. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness) Pemimpin yang berhasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjumya pemimpin mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Pemimpin berusaha agar pengikutnya mendukung kebijakan yang telah dipimpinnya. Pemimpin harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar selalu dipatuhi oleh bawahannya. 8. Kecerdasan (intelligence) Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kepemimpinan, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan dan originalitas yang disertai dengan daya imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial yang gawat dan konflikkonflik di tengah masyarakat. 9. Keterampilan mengajar (teaching shill). Pemimpin yang baik itu adalah seorang guru yang mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong (memotvator), dan menggerakkan anak
24
buahnya untuk berbuat sesuatu, Di samping menuntun dan mendidik “muridnya” pemimpin diharapkan juga menjadi pelaksana eksekutif untuk mengadakan latihan-latihan, mengawasi pekerjaan rutin setiap hari, dan menilai gagal atau suksesnya satu proses atau treatment. Ringkasnya, pemimpin juga harus mampu menjadi manajer yang baik. 10. Kepercayaan (faith). Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. yaitu kepercayaan bahwa para anggora pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diaarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai. Selanjutnya, George R. Terry (Kartini Kartono) dalam bukunya “Principles of Management”, 1964 menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu: 1. Kekuatan. Kekuatan badaniah dan rohaniah merupakan syarat pokok bagi pemimpin yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak teratur, dan di tengah-tengah situasi-situasi yang sering tidak menentu, Oleh karena itu ausdauer atau daya-tahan untuk mengatasi berbagai rintangan adalah syarat yang harus ada pada pemimpin.
25
2. Stabilitas emosi. Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil. Artinya pemimpin tidak mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara emosinal, menghormati martabat orang lain, toleran terhadap kelemahan orang lain, dan bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu prinsipil. Semua itu pemimpin arahkan untuk mencapai lingkungan sosial yang rukun damai, harmonis, dan menyenangkan'. 3. Pengetahuan tentang relasi insani Salah satu tugas pokok pemimpin ialah memajukan dan mengembangkan semua bakat serta potensi anak buah, untuk bisa bersama-sama maju dan mengecap kesejahteraan. Karena itu pemimpin diharapkan memiliki pengetahuan tentang sifat, watak dan perilaku anggota kelompoknya, agar ia bisa menilai kelebihan dan kelemahan/keterbatasan pengikutnya, yang disesuaikan dengan tugas-tugas kerjaan yang akan diberikan pada masing-masing individu. 4. Kejujuran. Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya). Pemimpin selalu menepati janji, tidak "selingkuh" atau munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil terhadap semua orang. 5. Objektif . Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih, supaya objektif (tidak subjektif, berdasar prasangka sendiri). Pemimpin akan
26
mencari bukti-bukti nyata dan sebab-musabab setiap pemimpin dapat memberikan alasan yang rasional atas penolakannya. 6. Dorongan pribadi. Keinginan untuk menjadi pemimpin itu harus muncul dari dalam hati sanubari sendiri. Dukungan dari luar akan memperkuat hasrat sendiri untuk memberikan pelayanan dan pengabdian diri kepada kepentingan orang banyak. 7. Keterampilan berkomunikasi Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara; mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya, Juga pandai mengkoordinasikan macammacam sumber tenaga manusia, dan mahir mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan. 8. Kemampuan mengajar Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Mengajar itu adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran-sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka, agar para pengikutnya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya. 9. Keterampilan sosial. Pemimpin juga diharapkan memiliki kemampuan untuk "mengelola" manusia, agar mereka dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Pemimpin dapat mengenali segi-segi kelemahan dan kekuatan setiap anggotanya, agar bisa ditempatkan pada tugas-tugas yang cocok dengan pembawaan masing-masing.
27
Pemimpin juga mampu mendorong setiap orang yang dibawahinya untuk berusaha dan mengembangkan diri dengan cara-caranya sendiri yang pemimpin anggap paling cocok. Pemimpin bersikap ramah, terbuka, dan mudah menjalin persahabatan berdasarkan rasa saling percaya-mempercayai. Pemimpin menghargai pendapat orang lain, untuk bisa memupuk kerja sama yang baik dalam suasana rukun dan damai. 10. Kecakapan teknis atau kecakapan manajerial. Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuat rencana, mengelola, menganalisis keadaan, membuat keputusan, mengarahkan, mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan. Tujuan semua ini ialah tercapainya efektivitas kerja, keuntungan maksimal, dan kebahagiaan-kesejahteraan anggota sebanyak banyaknya.
2.3 Profil Kepemimpinan Kepala Desa 2.3.1 Pengertian Profil Kepemimpinan Profil adalah gambaran umum tentang figur seseorang, yang berhubungan dengan
kedewasaan, keleluasaan kemampuan diri, dorongan berprestasi, dan
hubungan sosial kemanusiaan. Kemampuan mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
28
Memahami profil kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tulis ini akan dibahas tentang profil kepemimpinan. Imam Mujiono (2002: 18), merumuskan 4 Profil umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain: a) Kecerdasan Pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula, Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya. b) Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial Dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil, Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya. c) Motivasi diri dan dorongan berprestasi Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini pemimpin dapat tercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien. d) Sikap hubungan kemanusiaan Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
29
2.3.2
Fungsi Kepala Desa
a. Memiliki Visi Pemimpin Visi adalah arah ke mana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan penumpangnya akan pemimpin. Visi sama pentingnya dengan navigasi dalam pelayaran. Semua awak kapal menjalankan tugasnya masing-masing, tetapi hanya nakhoda yang menentukan arah kapal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi. (Burt Nanus dalam bukunya Kepemimpinan Visioner): Tak ada mesin penggerak organisasi yang lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali visi yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan, serta mendapat dukungan luas. b. Orientasi pada Pelayanan Pemimpin berorientasi pada pelayanan, bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayananya, harus berpihak kepada mereka yang secara sosial ekonomi, pendidikan dan sosial budaya membutuhkan pelayanan lebih besar. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu. Pelayanan sejati adalah buah dari cinta kasih. c. Membangun Kepengikutan (Followership) Pemimpin mengutamakan terciptanya kepengikutan (followership) karena dalam kenyataannya keberhasilan organisasi lebih banyak ditentukan oleh para pengikut atau para pemimpin di bawahnya. Pengikut yang bekerja dengan
30
semangat dan memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan pemimpin. Pemimpin yang bekerja sendiri (single player/ single fighter) dan tidak menciptakan pengikut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Pengalaman menunjukkan ada pemimpin yang secara pribadi memiliki kemampuan dan pandai, tetapi kurang berhasil dalam memimpin karena tidak menciptakan pengikut yang solid. d. Menjaga Kepercayaan Menjadi pemimpin adalah menerima kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui organisasi atau pemerintah untuk memimpin rakyat. Pemimpin adalah orang-orang pilihan di antara sejumlah orang-orang lain dan pilihan itu didasarkan pada beberapa kelebihan tertentu untuk dapat dipercaya
menjadi
pemimpin. Maka kepercayaan yang diterimanya harus dijaga dan dipelihara dengan
membuktikan
melalui
tindakan-tindakan,
melayani
rakyat
dan
menghindari hal-hal yang membuat orang kehilangan kepercayaan kepadanya. Seorang pemimpin mengkhianati dan kehilangan kepercayaan dari organisasi dan rakyat yang dipimpinnya maka sebenarnya pemimpin sudah kehilangan roh kepemimpinannya, walaupun jabatan formal sebagai pemimpin masih melekat padanya. 2.3.3 Bentuk Kepemimpian Ideal WA. Gerungan menjelaskan bahwa seorang pemimpin paling tidak harus memiliki tiga bentuk kepemimpinan, yaitu: 1) Penglihatan Sosial
31
Artinya suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat sehari-hari. 2) Kecakapan Berfikir Abstrak Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang tinggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi. 3) Keseimbangan Emosi Orang yang mudah naik darah, membuat ribut menandakan emosinya belum mantap dan tidak memililki keseimbangan emosi. Orang yang demikian tidak bisa jadi pemimpin sebab seorang pemimpin harus mampu membuat suasana tenang dan senang. Maka seorang pemimpin harus mempunyai keseimbangan emosi.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Kepala Desa Banyak faktor yang mempengaruhi kepemimpinan kepala desa dalam menjalankan aktivitasnya, baik secara internal maupun eksternal. Kedua aspek dimaksud memiliki korelasi yang signifikan dengan terwujudnya kepemimpinan dalam sebuah institusi sebagaimana yang diharapkan. Secara internal, penguatan kapasitas pribadi seorang pemimpin merupakan syarat mutlak yang dimiliki guna meningkatkan efektivitas kepemimpinan yang akan dijalankan. Mar’at (dalam Permadi, 1996:18-19), mengemukakan beberapa faktor yang harus diperhatikan seorang pemimpin, yakni: a) Keadaan fisik dan konstitusional, b) Kecerdasan, c) Kepercayaan diri, d) Penyesuaian Diri, e)
32
Kemampuan yang meliputi inisiatif dan ambisinya, f) Memiliki kepribadian yang penuh optimisme, dapat mengungkapkan sesuatu secara baik, memiliki originalitas, keterbukaan, gembira dan merasa dirinya sendiri, g) Sifat-sifat situasional yang berarti partisipasi sosial dalam situasi apapun dapat menyesuaikan. Dijelaskan pula oleh Kartono, 2002 (dalam Tirayoh, 2005:135), bahwa seorang pemimpin diharapkan memiliki sejumlah keunggulan, sebagai berikut : a. Memiliki energi jasmani dan mental Seorang pemimpin harus mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan-kekuatan mental berupa semangat, etos juang, motivasi kerja, disiplin dan sabar, serta kemauan untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi. b. Memiliki kesadaran akan tujuan dan arah Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan, pemimpin tahu persis akan ke mana arah akan ditujunya, serta pasti memberikan kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang akan dipimpinnya. c. Mempunyai antusias Selalu memberikan semangat, kegairahan dan spirit kepada masyarakatnya serta selalu memberikan harapan-harapan dan optimisme tentang kesuksesan masa depan. Dengan cara itu, masyarakat akan lebih antusias untuk bekerja demi mencapai tujuan bersama.
33
d. Memiliki sifat keramahan dan kecintaan Pemimpin harus mampu memberikan rasa cinta dan senang kepada rakyatnya, sehingga rakyat merasa bahagia dan sejahtera. Pemimpin harus senantiasa berbuat sesuatu yang menyenangkan bagi semua pihak. Selalu terbuka kepada siapa saja yang ingin mengajaknya untuk bekerja sama dan pemimpin mampu untuk menerima pengaruh dalam melakukan sesuatu secara bersamasama. e. Mempunyai integritas Pemimpin harus bersifat terbuka, merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya, bahkan merasa senasib sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu, pemimpin bersedia
memberikan
pelayanan dan pengorbanan kepada para pengikutnya. Sedangkan kelompok yang dituntun menjadi semakin percaya dan semakin menghormati pemimpinnya. Dengan segala ketulusan hati dan kejujuran, pemimpin memberikan teladan agar dipatuhi dan diikuti oleh anggota kelompoknya. f. Penguasaan teknis Setiap pemimpin harus memiliki satu atau beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya. Pemimpin memiliki kemahiran-kemahiran sosial untuk memimpin dan memberikan tuntutan yang tepat dan bijaksana. Terutama teknik untuk mengkoordinasikan tenaga manusia, agar tercapai maksimalisasi efektivitas kerja dan produktivitasnya. Beberapa pandangan yang dikemukakan di atas menurut penulis
34
merupakan sejumlah faktor yang harus dipenuhi ataupun dimiliki oleh seorang pemimpin dalam tugas-tugas kepemimpinannya. Kekuatan pribadi seorang pemimpin akan menjadi modal dasar dalam ’mempengaruhi’ orang lain sehingga apa yag diharapkan dapat diikuti oleh orang lain dengan tetap memperhatikan asas demokrasi yang berimbang. Dalam kaitan kepemimpinan kepala desa sesuai dengan maksud penelitian ini, maka sejumlah keunggulan ataupun aspek yang telah disebutkan di atas merupakan ’faktor’ yang dapat mempengaruhi kepemimpinan kepala desa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepala desa sebagai perangkat pemerintahan ditingkat desa secara ideal diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas pembangunan, pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat secara baik dengan melibatkan unsur aparat desa lainnya serta masyarakat secara keseluruhan. Pelibatan ini tentunya akan lebih efektif apabila kepada desa memiliki ‘apa’ yang disebut dengan keunggulan seorang pemimpin, sebagaimana penjelasan sebelumnya. Kordinasi setiap kebijakan kepada masyarakat misalnya, memerlukan sikap keterbukaan seorang kepala desa, merasa utuh bersatu, sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya bahkan merasa senasib sepenanggungan dalam satu perjuangan yang sama. Karena itu, seorang kepala desa diharapkan dapat memberikan ’pelayanan’ kepada masyarakat, khususnya yang berada di wilayah kerjanya.