Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK Rahminur Diadha
[email protected] Tenaga pengajar pada Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kabupaten Pelalawan, Riau ABSTRAK Keterlibatan orang tua merupakan aspek penting dalam sebuah pendidikan terutama dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal tersebut karena orang tua merupakan pendidik pertama anak di rumah dan merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Baik buruknya kualitas sebuah lembaga pendidikan akan dapat dilihat melalui hubungan nya dengan orang tua. Akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan masih sangat rendah. Hal tersebut tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas berbagai hal terkait dengan keterlibatan orang tua, seperti pengertian keterlibatan orang tua, manfaat keterlibatan orang tua, bentukbentuk keterlibatan orang tua, faktor yang mempengaruhinya, serta upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua. Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan perhatian orang tua terhadap keterlibatan orang tua itu sendiri, sehingga memunculkan keinginan untuk mengupayakan atau meningkatkan pelaksanaan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dengan lebih bermakna dan bermanfaat bagi perkembangan dan belajar anak, bagi orang tua maupun bagi lembaga itu sendiri. Kata kunci: keterlibatan orang tua, pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak ABSTRACT Parental involvement is an important aspect of an education, especially in Early Childhood Education (ECE). This is because the parents are the first educators of children at home and the person who first interacted with the children. Both the poor and good quality of an educational institution will be seen through it’s relationship with parents. However, several studies have shown that the involvement of parents in education is still very low. It certainly caused by various factors. Therefore, this article will discuss various issues related to parental involvement, such as the definition of parental involvement, parental involvement benefits, forms of parental involvement, factors that influence it and efforts to be made for increase parental involvement. The purpose of this article is to increase understanding and attention of parents to the involvement of parents themselves, thus giving rise to a desire to seek or improve the implementation of parental involvement in children’s education more meaningful and beneficial for children’s development and learning, for parents as well for the institution itself. Keywords: parental involvement, early childhood education, kinder garden
61
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015
Pendahuluan Salah satu aspek yang dapat digunakan untuk menentukan baik buruknya kualitas sebuah lembaga pendidikan (sekolah) adalah hubungan sekolah dengan orang tua yang dapat dilihat melalui keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di sekolah (Wortham, 2011 hlm. 49 ). Keterlibatan orang tua dalam pendidikan itu sendiri dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan orang tua baik di rumah atau pun di sekolah, sehingga akan memberikan keuntungan baik bagi orang tua, anak maupun sekolah (Morrison, 1988, hlm. 49) Keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan diperlukan pada setiap jenjang pendidikan terlebih lagi pada lembaga PAUD. dimana anak masih baru memulai pembentukan karakter melalui pengembangan sikap moral, agama , sosial dan emosional (Mansur, 2005, hlm. 92). Pengembangan semua nilai-nilai tersebut hanya dapat dicapai secara maksimal dengan adanya kesinambungan antara pendidikan di rumah dan di sekolah, yang tentunya tidak dapat terlepas dari peran serta orang tua. Hal tersebut didasari oleh pernyataan Mansur (2005, hlm. 339) bahwa ”orang tua memiliki tanggung jawab sejak akal pikiran anak belum sempurna sampai mereka mampu bertanggungjawab terhadap perbuatan mereka sendiri”. Pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan telah disampaikan oleh banyak tokoh, diantaranya adalah Plowden yang memunculkan asumsi bahwa sekolah yang dapat mengkomunikasikan dengan baik kepada orang tua tentang kegiatan yang mereka lakukan di sekolah akan menghasilkan sikap yang baik dari orang tua (Edward & Redfern, 1988). Lewin seorang tokoh yang pemikirannya disadur oleh Bronfenbrenner menambahkan bahwa hubungan yang baik antara setiap personil sekolah termasuk orang tua dan guru akan dapat menjadi salah satu aspek yang dapat menarik perhatian (Bronfenbrenner,1979, hlm. 25). Selain itu, penelitian yang 62
dilakukan Park, Byun, & Kim (2011) juga menunjukkan tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Park dkk. mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua memiliki kontribusi terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan anak baik dalam aspek kognitif maupun aspek perkembangan lainnya. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan Anak juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas) Pasal 7, Ayat 1 yang berbunyi “Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan anaknya”. Selain itu, pedoman penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluarga pada tahun 2012 oleh Direktorat Pembinaan PAUD, Ditjen PAUDNI Kementerian Pendidikan Nasional RI juga menekankan tentang peningkatan mutu pelaksanaan PAUD berbasis keluarga karena keluarga dianggap penting untuk dilibatkan secara langsung dalam kegiatan PAUD. Berdasarkan hal-hal tersebut, terlihat jelas bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak merupakan hal mutlak yang harus dilakukan pada setiap lembaga pendidikan, sehingga mampu mengoptimalkan pencapaian perkembangan dan tujuan program pendidikan anak. Hal tersebut sejalan dengan tujuan penulisan artikel ini, agar guru dan orang tua pada setiap lembaga pendidikan menyadari akan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dan mampu mengenali factor yang mempengaruhinya, sehingga akan meningkatkan intensitas dan kualitas keterlibatan orang tua. Pengertian Keterlibatan Orang tua dalam Pendidikan Anak usia dini (AUD) masih sangat tergantung pada orang tua, sehingga diperlukannya keterlibatan orang tua dalam
Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
pendidikan anak. Hal tersebut adalah demi terciptanya kesamaan persepsi dan isi pendidikan anak yang diharapkan mampu menunjang terjadinya kesinambungan antara pendidikan di rumah dan di sekolah. Selain itu, Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai lembaga pendidikan bagi AUD merupakan salah satu cara untuk memberi kesempatan kepada anak untuk memperluas pergaulannya, bermain, dan bergembira dengan batasan pendidikan sebagai kelanjutan dari apa yang mereka dapatkan di rumah (Yusuf, 2011, hlm. 171). Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan berpengaruh positif apabila orang tua maupun guru memahami makna, bentuk dan tujuan keterlibatan tersebut. Akan tetapi pengaruh sebaliknya akan terjadi apabila orang tua maupun guru tidak memahami makna, bentuk dan tujuan keterlibatan orang tua itu sendiri. Dengan demikian maka orang tua dan guru hendaknya benar-benar memahami apa arti atau makna dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan sebenarnya, agar mereka dapat memutuskan tindakan yang tepat dalam pendidikan anak mereka di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat pendapat Henderson dkk. (dalam Ferara & Ferara, 2005) bahwa keterlibatan orang tua merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung belajar anak, baik di sekolah formal maupun di kursus belajar. Makna keterlibatan orang tua dalam pendidikan itu sendiri juga telah didefinisikan secara beragam oleh beberapa tokoh, di antaranya adalah Jeynes (dalam Hornby, 2011, hlm. 1) yang mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai ‘…partisipasi orang tua dalam proses dan pengalaman pendidikan anak-anak mereka’. Definisi ini menunjukan bahwa keterlibatan orang tua yang dimaksud oleh Jeynes merupakan kehadiran orang tua di sekolah termasuk dalam proses belajar yang diikuti anak, sehingga orang tua juga turut mengalami apa yang dialami oleh anak mereka dalam proses pendidikan yang diikutinya. Disamping itu
Hawes & Jesney mengungkapkan bahwa keterlibatan orang tua dapat diartikan sebagai partisipasi orang tua terhadap pendidikan dan pengalaman anaknya (Padavick, 2009). Sementara itu Morrison (1988, hlm. 322) menyatakan bahwa “ Parent involvement is a process of helping parents use their abilities to benefit themselves, their children and the early childhood program”. yang dapat diartikan bahwa keterlibatan orang tua merupakan suatu proses untuk membantu orang tua menggunakan segala kemampuan mereka untuk keuntungan mereka sendiri, anak-anak dan program yang dijalankan anak itu sendiri. Berdasarkan definisi yang disampaikan oleh Morrison tersebut, terlihat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak akan `memberikan keuntungan tidak hanya bagi orang tua, namun juga akan memberikan keuntungan bagi anak maupun sekolah itu sendiri. Pendapat Morrison tersebut memiliki kesamaan dengan apa yang disampaikan Korfmacher dkk. (2008), mereka mengartikan keterlibatan orang tua sebagai proses menghubungkan orang tua dengan program sekolah dan menggunakan layanan program untuk kemampuan terbaik orang tua dan program sekolah. Selain itu proyek penelitian keluarga Harvard juga mendefinisikan keterlibatan keluarga dalam pendidikan sebagai kegiatan yang menghubungkan orang tua di rumah dengan lembaga pendidikan untuk secara langsung atau tidak, mendukung pendidikan anak mereka). Pendapat ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Musyawarah (2013, hlm. 6) bahwa “keterlibatan orang tua dalam layanan pendidikan adalah bentuk peran serta orang tua dalam membantu proses pendidikan anaknya baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah”. Pendapat lain tentang definisi keterlibatan orang tua telah disampaikan oleh White & Coleman (2000, hlm. 200), mereka mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai berbagai aktifitas yang dilakukan orang tua dan guru baik di sekolah maupun 63
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015
di rumah sebagai cara mereka bekerjasama untuk mendukung pendidikan anak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak merupakan berbagai bentuk aktifitas yang dilakukan oleh orang tua melalui kerjasama dengan guru baik di rumah maupun di sekolah, guna memaksimalkan perkembangan dan pendidikan anak di sekolah demi keuntungan mereka, anak dan program sekolah. Manfaat keterlibatan Orang tua dalam Pendidikan Jika memperhatikan definisi keterlibatan orang tua di atas, terdapat sebuah pernyataan yang berbunyi bahwa keterlibatan orang tua akan memberikan manfaat bagi anak, orang tua dan guru atau program sekolah. Adapun manfaat yang dapat diraih anak dengan adanya keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan mampu meningkatkan kehadiran mereka di sekolah, sikap dan perilaku mereka (Hornby, 2011, hlm. 2; Menheree & Hooge, 2010). Disamping itu, keterlibatan orang tua juga akan dapat meningkatkan prestasi dan kepribadian mereka (Zedan, 2011; Menheree & Hooge, 2010). Orang tua juga akan mendapat keuntungan tersendiri dari keterlibatan mereka dalam pendidikan anak, diantaranya adalah kepercayaan diri dan kepuasan dalam mengasuh anak mereka (Hornby, 2011, hlm. 2), menambah wawasan dan pengalaman mengasuh serta mendidik anak (Powel, 2000), serta meningkatkan keterampilan mereka dalam mengasuh anak (Epstein, Sander, Simon, Salinas, Jansorn, dan Voorhis, 2002, hlm. 16 ). Keuntungan-keuntungan tersebbut akan sangat membantu orang tua dalam menjalankan tugasnya sebagai orang tua. Pihak lain yang juga akan merasakan manfaat dari keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah guru atau sekolah tempat anak belajar itu sendiri. Manfaat
64
yang dapat diperoleh tersebut adalah guru akan terwujudnya suasana sekolah yang lebih baik, perbaikan pada perilaku dan sikap guru serta memperbaiki hubungan antara orang tu dan guru (Hornby, 2011, hlmn. 2). Selain itu, keterlibatan orang tua juga akan mampu membantu meringankan tugas guru di sekolah (Epstein dkk., 2002, hlm. 17 ). Bentuk-bentuk Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Keterlibatan orang tua pada umumnya berwujud dukungan orang tua dalam bentuk pendanaan dan terhadap hal-hal tertentu dalam pendidikan anak mereka (Hornby. 2011, hlm. 32). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak hanya pada hal-hal tertentu seperti menghadiri kegiatan anak, mengantar dan menjemput anak, membayar uang sekolah (Amini, 2013; Mendez, 2010; Risti, 2013). Akan tetapi sesungguhnya bentuk keterlibatan orang tua tersebut lebih kompleks dari apa yang telah diketahui dan diterapkan orang tua di sekolah. Sebuah lembaga pendidikan yang memahami akan pentingnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka di sekolah, akan selalu berusaha untuk menyediakan berbagai alternatif kegiatan keterlibatan orang tua yang dapat dipilih oleh orang tua untuk mereka ikuti dengan mempertimbangan kondisi mereka masing-masing dan mengakomodir kebutuhan orang tua di sekolah tersebut (Epstein dkk., 2002. ). Bentuk-bentuk keterlibatan orang tua tersebut telah dicetuskan dalam Teori Overlapping Sphere of Influence yang dikemukan oleh Epstein (Epstein dkk., 2002, hlm. 44) yang membagi bentuk keterlibatan orang tua secara terperinci menjadi enam tipe keterlibatan, yakni parenting education (pendidikan orang tua), komunikasi, volunteer (relawan), pembelajaran di rumah, membuat keputusan dan bekerjasama dengan komunitas. Adapun penjelasan masingmasing tipe adalah sebagai berikut:
Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
1. Tipe 1: Parenting Education ( Pendidikan Orang tua) Parenting education ini adalah berupa keterlibatan orang tua dalam kegiatan pendidikan bagi orang tua yang bertujuan membantu orang tua untuk menciptakan lingkungan rumah yang mendukung anak sebagai pelajar, dan mendapatkan informasi tentang kesehatan, keamanan, gizi dan setiap hal yang berhubungan dengan perkembangan anak (Epstein, dkk., 2002, hlm. 16). Kegiatan pendidikan orang tua ini dapat dilaksanakan baik secara formal di sekolah atau pun secara non formal, langsung atau tidak langsung. Pada kegiatan pendidikan ini juga orang tua tidak hanya dapat berperan sebagai penerima materi dari guru atau tenaga ahli lainnya, akan tetapi juga bisa berperan sebagai narasumber berdasarkan keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Hal ini mampu membuat orang tua dan guru dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang anak berdasarkan pengetahuan mereka masing-masing. Adapun kegiatannya dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk kegiatan sebagai berikut: 1. Pendidikan bagi orang tua tentang perkembangan dan kesehatan anak atau lainnya secara informal. Pada kegiatan ini orang tua akan menerima pendidikan atau pengetahuan dalam suasana yang tidak resmi secara berkelompok. Dimana mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam suasana santai, sehingga masing-masing orang tua dapat membagi pengalaman mereka dalam mendidik atau merawat anak mereka. Melalui kegiatan tersebut orang tua juga bisa mendapatkan ilmu atau cara-cara baru yang sesuai dan dapat digunakan dalam mendidik maupun mengasuh anak mereka di rumah (Henniger, 2013, hlm. 81). 2. Pendidikan bagi orang tua secara formal. Keterlibatan orang tua dalam bentuk ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan
workshop, seminar atau pelatihan tentang pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak yang diberikan oleh tenaga ahli. Tenaga ahli tersebut dapat diberdayakan berupa tenaga ahli dari orang tua sendiri atau pun tenaga ahli yang diundang secara khusus untuk menyajikan materi (Henniger, 2013, hlm. 81; Epstein, 2002, hlm. 172). 3. Informasi tentang pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak pada berbagai media. Adapun informasi tersebut hendaknya dapat digunakan oleh orang tua baik di sekolah maupun di rumah, seperti buku-buku, video, atau media lain yang menyediakan informasi tentang pendidikan, pengasuhan maupun perkembangan dan kesehatan anak (Henniger, 2013, hlm. 81; Epstein, 2002, hlm. 172). Informasi yang dimaksud juga dapat berisi tentang apa yang disampaikan pada workshop maupun seminar. 4. Kunjungan ke rumah anak yang dilakukan oleh guru (Home visit). Program home visit penting dilakukan oleh guru terutama terhadap keluarga anak dimana orang tua mereka sangat sulit untuk terlibat secara langsung di sekolah. Program ini dapat berfungsi sebagai pembuktian kepedulian guru terhadap orang tua dan anak. Program ini bertujuan agar guru lebih memahami anak atau orang tua dengan mengetahui latar belakang mereka dan orang tua juga lebih dapat terbuka dan memahami guru (Epstein, 2002, hlm. 172; Morrison, 1988, hlm. 338). 5. Tipe 2: Komunikasi Keterlibatan dalam bentuk komunikasi ini berupa keterlibatan orang tua dalam komunikasi dua arah antara rumah dan sekolah atau sebaliknya. Adapun komunikasi diharapkan mampu mengkomunikasikan tentang program sekolah maupun pendidikan, perkembangan dan kesehatan anak guna meningkatkan kerjasama dan pemahaman orang tua dan guru tentang anak. Sehingga 65
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015
dengan adanya komunikasi aktif antara orang tua dan guru maka anak dapat melihat bahwa orang tua dan guru mereka bekerjasama dalam mendidik mereka. Adapun kegiatan komunikasi yang dimaksud dapat berupa: pertemuan orang tua dan guru, telepon, buku penghubung atau surat dengan lembar tanggapan, pengambilan rapor, e-mail, website, papan pengumuman, kegiatan atau bahan belajar anak di rumah serta kotak saran (Epstein dkk., 2002; Morrison, 1988; Morrison, Storey & Zhang, 2011). Keberhasilan berbagai jenis keterlibatan orang tua dan terbentuknya hubungan yang baik antara orang tua di rumah dengan guru di sekolah akan sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi yang terjadi antara kedua belah pihak. Henniger (2013, hlm. 190) merumuskan tujuh metode komunikasi yang efektif dalam menghasilkan hubungan yang berkualitas antara orang tua dan guru yakni komunikasi melalui telepon, komunikasi tertulis, komunikasi melalui teknologi, alat komunikasi visual, kunjungan rumah, pertemuan orang tua dan konfrensi orang tua dan guru. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru tersebut tidak dapat tercipta dengan sendirinya, akan tetapi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru sebagai pendidik dalam mewujudkannya. Adapun keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan mendengar, ketegasan, mendengar reaksi lainnya dan penyelesaian masalah secara kolaboratif (Porter, 2008, hlm. 41). 6. Tipe 3: Volunteering (Sukarelawan) Keterlibatan orang tua dalam bentuk volunteer atau sukarelawan ini berupa bantuan dan dukungan orang tua secara langsung pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan yang dilakukan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki. Kegiatan sukarelawan ini dapat berupa pendampingan guru di kelas, membantu guru di perpustakaan, di ruang 66
makan, di halaman bermain, ruang computer, ruang keluarga, dan sebagainya termasuk menghadiri penampilan anak, kegiatan olah raga, perayaan-perayaan dan pendampingan anak pada kegiatan kunjungan lapangan (Epstein dkk., 2002). 7. Tipe 4: Pembelajaran di rumah Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran di rumah yang dimaksud adalah kegiatan orang tua dalam membantu anak belajar di rumah berdasarkan kegiatan yang ada di sekolah, seperti membantu anak mengerjakan tugas di rumah, membacakan buku cerita yang mendidik bagi anak, dan sebagainya (Epstein dkk., 2002; Henniger, 2013, hlm. 200). 8. Tipe 5: Membuat keputusan Keterlibatan orang tua dalam membuat keputusan di sekolah adalah sebagai perwujudan rasa memiliki orang tua terhadap lembaga pendidikan tempat anak mereka belajar. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya seperti keikutsertaan orang tua dalam komite sekolah,keikutsertaan orang tua dalam persatuan orang tua dan guru dan sebagainya. 9. Tipe 6: Bekerjasama dengan komunitas masyarakat Keterlibatan orang tua dalam kegiatan yang menghubungkan orang tua, guru, murid dan masyarakat dimana mereka merencanakan secara bersama-sama kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas sekolah, seperti dalam layanan kesehatan, kelompok budaya, rekreasi, dan kegiatan lainnya yang memerlukan kontribusi masyarakat atau juga sebaliknya (Epstein dkk., 2002).
Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Orang Tua Kegiatan keterlibatan orang tua dalam pendidikan akan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, baik berupa penghalang bagi keterlibatan itu sendiri ataupun hal-hal yang akan mendukungnya ( ). Adapun faktorfaktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Faktor individu orang tua Berbagai permasalahan keluarga dan pribadi orang tua akan mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka, seperti: 1) keyakinan orang tua tentang pentingnya keterlibatan mereka dalam pendidikan anak. Salah satu faktor pendukung keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak adalah keyakinan orang tua akan pentingnya orang tua dalam pendidikan anak, akan tetapi hal tersebut dapat juga berfungsi sebagai penghambat (Hornby, 2011, hlm. 12). Hal tersebut dipengaruhi oleh perasaan orang tua berkaitan dengan penerimaan guru terhadap kehadiran mereka di sekolah. Perasaan itu dapat disebabkan oleh perlakuan guru yang hanya melibatkan orang tua apabila ada masalah atau ada yang dibutuhkan dari orang tua (Morison, 1988). 2) Persepsi orang tua terhadap undangan keterlibatan Persepsi orang tua ini akan sangat tergantung pada sikap yang ditunjukan oleh guru. Orang tua akan terlibat dengan efektif apabila kehadiran mereka di sekolah dihargai oleh guru atau pihak sekolah lainnya (Hornby, 2011, hlm. 13). Akan tetapi sebaliknya, apabila orang tua merasa tidak dihargai, maka mereka pun akan menarik diri dari sekolah karena mereka merasa kehadiran mereka dalam pendidikan tidak berarti. Hal tersebut
tentunya akan menjadi hambatan besar bagi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak (Morrison, 1988). 3) Konteks hidup orang tua. Beberapa hal yang termasuk kedalam konteks hidup orang tua yang dapat menjadi kendala bagi keterlibatanorang tua dalam pendidikan anak adalah tingkat pendidikan orang tua, kondisi pekerjaan orang tua, pengalaman masa lalu dalam pendidikan, rasa rendah diri orang tua dan permasalahan pribadi lainnya seperti jarak rumah dari sekolah yang jauh, budaya dan bahasa (Morrison, 1988; Menon, 2013). 2. Faktor anak Kondisi anak juga akan sangat mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan, menurut Hornby (2011, hlm. 16) kondisi anak yang dimaksud seperti: usia anak, dimana keterlibatan orang tua akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak; kemampuan belajar anak, pada anak dengan kemampuan belajar yang kurang, maka guru akan cenderung melibatkan orang tua sehingga orang tua aktif terlibat. Sementara sebaliknya anak yang dinilai mampu mengikuti aktifitas belajar dengan baik akan mengurangi pelibatan orang tua; Perilaku anak, dimana perilaku anak yang kurang baik disekolah akan menurunkan keterlibatan orang tua di sekolah; Kelebihan dan keterbatasan anak. Sama seperti halnya perilaku anak, kelebihan dan keterbatasan anak juga akan mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan, dimana anak yang memiliki kelebihan justru akan meningkatkan keterlibatan orang tua di sekolah. 3. Faktor orang tua dan guru Kendala bagi keterlibatan orang tua di sekolah tidak hanya berasal dari orang tua dan anak sendiri, namun dapat juga datang dari guru dan hubungannya dengan orang tua seperti perbedaan tujuan antara orang tua dan 67
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015
guru terhadap keterlibatan orang tua, sikap masing-masing guru dan orang tua yang kurang baik, dan perbedaan bahasa juga dapat menjadi faktor penghambat keterlibatan orang tua dalam pendidikan. 4. Faktor Sosial Pelaksanaan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat juga terhambat oleh faktor-faktor sosial seperti faktor sejarah dan demografis orang tua, faktor politik dan faktor ekonomi (Hornby. 2011, hlm. 23). Faktor sejarah yang dimaksud adalah pengetahuan tentang bentuk keterlibatan orang tua yang hanya dibatasi pada kegiatan pendanaan dan dukungan dalam kegiatan tertentu, sehingga kurangnya keinginan untuk terlibat dalam bentuk lain. Disamping itu pengalaman buruk orang tua pada masa lalu dalam pendidikannya bisa juga menghambat keinginan orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak mereka (Morrison. 1988, hlm. 23). Selain faktor sejarah adalah faktor demografis dalam wujud perubahan struktur keluarga dan perubahan aktifitas keluarga seperti kedua orang tua bekerja, orang tua bercerai yang mengakibatkan anak diasuh oleh orang tua tunggal, orang tua menikah lagi dan lain sebagainya. Faktor politik juga dapat mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka. Apabila pemerintah menetapkan sebuah aturan atau perundang-undangan yang dengan tegas mengatur program pelibatan orang tua, maka keterlibatan orang tua akan menjadi sebuah perhatian penting bagi lembaga pendidikan. Akan tetapi sebaliknya, lemahnya atau bahkan tidak adanya aturan tersebut akan mengurangi atau bahkan menghilangkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan (Hornby. 2011, hlm. 24). Keadaan ekonomi sekolah maupun orang tua akan sangat mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Bagi sekolah yang memiliki kemampuan finansial yang baik maka akan memberi kemudahan dalam melaksanakan program 68
pelibatan orang tua, seperti melakukan kunjungan rumah, menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain. Demikian juga dengan orang tua, dengan kemampuan ekonomi yang baik maka orang tua akan lebih percaya diri untuk terlibat dalam pendidikan anak mereka karena mereka akan memiliki kemampuan Disamping faktor-faktor tersebut di atas, terdapat hal lain yang akan sangat mempengaruhi keterlibatan orang tua dalam pendidikan yakni faktor kesiapan. Kesiapan yang dimaksud adalah kesiapan orang tua maupun guru untuk keterlibatan orang tua dalam pendidikan itu sendiri. Morrison (1988, hlm. 323) membagi kesiapan menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah kesiapan sikap dan keterampilan guru untuk melibatkan orang tua, tingkat kedua merupakan kesiapan sekolah ataupun program di sekolah itu sendiri, dan kesiapan yang terakhir adalah kesiapan orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak mereka. Kesiapan guru baik dalam sikap maupun keterampilan melibatkan orang tua hendaknya telah didapatkan oleh guru sejak guru berada dalam masa pendidikan keguruan, sehingga setelah dalam praktiknya mereka mampu menciptakan suasana yang membuat orang tua tertarik untuk terlibat karena mereka merasa dihargai dan diinginkan (Jensen, 2011). Selain itu seorang guru yang sangat memahami akan pentingnya keterlibatan orang tua dan benar-benar menginginkannya juga akan menyediakan alternatif kegiatan agar orang tua dapat terlibat sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang mereka miliki. Kesiapan lainnya adalah kesiapan sekolah ataupun program. Kesiapan yang dimaksud adalah apabila sekolah memasukan keterlibatan orang tua ke dalam perencanaan program sehingga sekolah tidak hanya melibatkan orang tua secara incidental. Apabila orang tua tertarik karena pihak sekolah telah berasumsi bahwa orang tua tidak ingin terlibat dalam pendidikan anak mereka. Disamping itu unsur lain yang
Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
menunjukan kesiapan sekolah atau program bagi keterlibatan orang tua adalah apabila sekolah menyediakan berbagai bentuk kegiatan yang akan mampu melibatkan orang tua sesuai dengan waktu, kemampuan dan kesempatan yang mereka miliki (Morrison, 1988, hlm. 324). Kesiapan tingkat akhir merupakan kesiapan orang tua bagi keterlibatannya dalam pendidikan, dimana orang tua ikut serta dalam kegiatan keterlibatan orang tua pada pendidikan anak mereka sesuai dengan kemampuan maupun kesempatan yang mereka miliki dan tentunya dengan dukungan ataupun upaya guru untuk melibatkan mereka. Upaya yang Dapat Dilakukan dalam Memfasilitasi Keterlibatan Orang Tua Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka tidak dapat berjalan begitu saja, karena akan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya sebagaimana telah diuraikan di atas. Hal tersebut memerlukan upaya-upaya konkret dari pihak sekolah untuk mendukung terciptanya faktor yang mendukung keterlibatan orang tua dan menghilangkan atau mengurangi kendala bagi keterlibatan orang tua yang diinginkan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka adalah beberapa strategi yang diberikan oleh Abrams (dalam Brewer, 2007) yang merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: penawaran insentif (kupon atau hadiah berupa makanan atau buku) untuk kehadiran orang tua, pertunjukan dengan penampilan anak, sediakan wahana untuk orang tua yang membutuhkannya, adakan iuran persatuan orang tua, memilih memanggil orang tua secara langsung dibanding mengirimi pesan atau e-mail, buat orang tua merasa aman di sekolah, dukung workshop orang tua, buka pusat kegiatan orang tua, minta kehadiran pada konferensi orang tua dan guru, jaga
hubungan baik. Selain cara-cara tersebut di atas pandangan lain tentang perlakuan yang seharusnya diberikan guru terhadap orang tua disampaikan oleh Woldanfale (dalam Curtis, 1998, hlm. 136) bahwa pada pendidikan anak, orang tua hendaknya dipandang sebagai rekan kerja bukan sebagai klien agar orang tua terlibat aktif dalam membuat keputusan dan mengimplementasikannya. Orang tua juga dirasa memiliki kekuatan yang sama dan keahlian yang sepadan dengan guru sehingga orang tua dapat berkontribusi dalam pendidikan anak di sekolah. Terdapat dua hal utama yang akan mengawali hubungan baik antara guru dan orang tua adalah pertama apabila orang tua telah merasa bahwa guru tersebut memahami, menyukai atau menyayangi anak mereka dan kedua jika guru menciptakan suasana yang membuat orang tua merasa nyaman dan diterima di sekolah (Loughran, 2008). Hal tersebut sama seperti apa yang diungkapkan oleh Souto & manning (dalam Henniger, 2013, hlm. 156) “If you want to have strong relationship with family, an excellent starting point is to creat a program where they feel welcome and comfortable”, yang artinya apabila anda ingin memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga, sebuah cara yang baik sekali untuk memulainya adalah dengan menggagas sebuah program dimana menimbulkan perasaan nyaman dan diterima pada orang tua. Adapun cara yang digunakan adalah dengan menyambut orang tua secara individu, buatlah ruangan yang menarik bagi orang tua dan buat sebuah ruangan untuk orang tua (Henniger, 2013, hlm. 156). Disamping upaya-upaya tersebut, hal terpenting yang harus dilakukan pihak sekolah untuk meningkatkan keterlibatan orang tua di sekolah adalah dengan merencanakan atau membuat program pelibatan orang tua di sekolah. Program pelibatan orang tua di sekolah dapat dirancang dalam berbagai bentuk yang tentunya harus disesuaikan dengan situasi, kondisi dan budaya orang tua 69
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015
dan guru yang ada di sekolah tersebut (Hill & Tailor, 2004). Secara garis besar program pelibatan orang tua terdiri dari tiga jenis pelibatan yakni pelibatan dalam membuat keputusan, partisipasi pada kegiatan di sekolah dan kerjasama untuk membantu kesinambungan pendidikan di rumah (Berns, 2010, hlm. 220; Porter, 2008, hlm. 9-11). Penutup keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk aktifitas yang dilakukan oleh orang tua melalui kerjasama dengan guru baik di rumah atau di sekolah, guna memaksimalkan perkembangan dan pendidikan anak di sekolah demi keuntungan mereka, anak dan program sekolah. Hal tersebut sangat penting bagi kesinambungan antara pendidikan di rumah dan di sekolah. Pelaksanaan keterlibatan orang tua sendiri sangat memerlukan kesadaran dan upaya dari orang tua terlebih lagi pihak sekolah, karena orang tua akan terlibat dengan aktif apabila sekolah berusaha untuk memberikan rasa nyaman bagi orang tua. Berdasarkan segala hal tersebut di atas, maka disarankan pada pihak sekolah untuk dapat menunjukan sikap positif terhadap orang tua, sehingga orang tua merasa dihargai dan dibutuhkan di sekolah. Disamping itu, pihak sekolah juga hendaknya memiliki program kegiatan yang dapat meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka. Sementara bagi orang tua sendiri hendaknya bersikap proaktif terhadap kegiatan yang mendukung perkembangan dan pendidikan anak. Daftar Rujukan Padavick, J.F. (2009). Parental involvement with learning and increased student achievement. Education Proquest Dissertations and Theses. Park. H, Byun. S. & Kim, K. (2011). Parental involvement and students’ cognitive outcomes in korea: Focusing on private 70
tutoring. Sociology of Education, 84 (1), 3–22. Porter, L. (Amini, M. (2014). Parental involvement for early childhood education in kinder garden. Dalam Adriani, V. (ed). Proceeding of International Conference of Early Childhood Education (ICECE) 1 (hlm. 172-177). Bandung: Prodi PG PAUD, FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Berns, R. M. (2010). Child, family, school, community socialiation and support: Eighth edition. Belmont, USA: wadsworth, Cangage Learning. Brewer, J. A. (2007). Introduction to early chilhood education: Preschool through primary grades, sixth edition. USA : Pearson Education. Inc Bronfenbrenner, U. (1979). The ecology of human development: Experiments by nature and design. USA : The President and Fellow of Harvard College. Curtis, A. (1998). A Curicullum for the preschool child: learning to learn, second edition. London: Routledge. Edward, V & Redfern, A. (1988). At home in school: parent participation in primary education. New York: Routledge. Eipstein, J. L., Sanders, M. G., Simon, B. S. at all. (2002). School, family and community partnerships, your handbook for action: second edition. Thousand Oaks, California: Corwin Press. Ferara, M.M., & Ferara, P.J. (2005). Parents as partners: Raising awareness as a teacher preparation program. The Clearing House, 79 (2), 77-82. Henniger, M. L. (2013). Teaching young children: An introduction, 5th edition. U.S.A: Pearson Education. Inc. Hill, N. E. & Taylor, L. C. (2004). Parental school involvement and children’s academic achivement. Current Direction in Psychological Science, 13 (4), 161164. Hornby, G. (2011). Parental involvement in childhood education: Building effective
Rahminur Diadha, Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak
school-family partnership. New York: Springer Sciencet Business Media. Jensen, D. A. (2011). Examining teachers comfort level of parental involvement. Journal of Research in Education. 21 (1), 65-81. Korfmacher, J. dkk. (2008). Parent involvement in early childhood home visiting. Springer Science + Bussiness Media, LLC: Child Youth Care Forum, DOI 10.1007/s 10566-008-9057-3. Loughran, S. B. (2008). The importancy of teacher/parent partnership: Preparing preservice and in-service teachers. Journal of Collage Teaching and Learning, 5 (8), 35-38. Mansur. (2005). Pendidikan anak usia dini dalam islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mendez, J.L. (2010). How can parents get involved in preschool? barriers and engagement in education by ethnic minority parents of children attending head start. Cultural Diversity and Ethnic Minority Psychology, 16 (1), 26–36. Menheree, A. & Hooge, E.H. (2010). Parental involvement in children education: A review sudy about the effect of parental involvement on children’s education with a focus on the position of illiterate parents. Journal of the European Tacher Education Network, 6, 144-157. Menon, A. (2003). Barriers to parental involvement in early childhood education classrooms in mumbai slums as perceived by parents. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ): Special issue, 2 (2),1314-1318. Morrison, G. S. (1988). Education and development of infants, todlers and preschoolers. USA: Scott, Foresman and Company. Morrison, Storey & Zhang.(2011). Accessible family involvement in early childhood
education program. Dimensions of early Childhood Education, 39 (3), 21-25. Musyawarah. (2013). Keterlibatan orang tua dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB X Kota Makassar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. 1998). Teacher-parent collaboration: Early childhood to adolescence. Australia: ACER Press. Powell, D.R. (2000). Relation between families and early childhood programs. Http://Ecap.cr c.illionis.edu/pub s / connecting/powell.pdf 141-154 Risti, V. (2014). Role of parent involvement in early childhood program overview from reggio emilia approach in Yogyakarta. Dalam Adriani, V. (Penyunting). Proceeding of International Conference of Early Childhood Education (ICECE) 1, (hlm. 178-184). Bandung: Prodi PG PAUD, FIP Universitas Pendidikan Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia, No. 20, Tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasional. White & Coleman. (2000). Early childhood education: Building a philosophy for teaching. New Jersey: Prentice-Hall. Inc. Wortham, S. C.(2013). Early childhood curriculum: Developmental bases for learning and teaching. New Jersey: Pearson Education, Inc. Yusuf, S. (2011). Psikologi perkembangan anak & remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Zedan, R. (2011). Parent involvement according to education level, socioeconomic situation, and number of family member. Journal of Educational Inquiry, 11 (1), 13- 28.
71