KETERDEDAHAN INTERNET DAN PERILAKU AKTIF MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Kasus Desa Cyber di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah)
ERA SETYANINGRUM
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
ii
PERNYATAAN MENGENAI PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keterdedahan Internet dan Perilaku Aktif Masyarakat dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Era Setyaningrum NIM I34130121
ABSTRAK ERA SETYANINGRUM. Keterdedahan Internet dan Perilaku Aktif Masyarakat dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Di bawah bimbingan LALA M. KOLOPAKING. Internet menjadi salah satu media komunikasi baru untuk menyebarkan informasi pembangunan pada abad ini. Keterdedahan masyarakat terhadap internet tersebut memberikan dampak terhadap perilaku masyarakat dalam menanggapi suatu proses pembangunan. Salah bentuk pembangunan desa saat ini adalah penyelenggaraan APBDes yang merupakan implikasi nyata dari UU Nomor 6 tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan keterdedahan internet dengan perilaku masyarakat dalam menanggapi pengelolaan APBDes di desa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Responden penelitian berjumlah 120 orang yang di pilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Campurejo memiliki tingkat keterdedahan internet yang tinggi. Tingkat keterdedahan internet pada masyarakat tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku yang muncul pada masyarakat dalam menanggapi pengelolaan APBDes. Hal tersebut terjadi karena masyarakat tidak pernah menggunakan layanan internet untuk mengakses informasi mengenai APBDes maupun pembangunan desa. Perilaku mengakses internet pada masyarakat desa sangat bergantung dengan keberadaan fasilitas jaringan wifi gratis yang di sediakan oleh pemerintahan desa. Pembentukan akses internet desa yang mandiri dan terencana menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya mewujudkan pembangunan desa yang berbasis internet. Kata Kunci : APBDes, Desa, Internet, Keterdedahan, Pembangunan. ERA SETYANINGRUM. The Internet Exposured and Community Behavior in the Management of Village Income and Budgeting. Supervised by LALA M. KOLOPAKING. The Internet becomes a new communication medium to deliver a message of national development in this era. The internet exposured will certainly have an impact on people's behavior in response the process of development. The Village Income and Budgeting (APBDes) is a form of real implications of Law Statue Number 6 of 2014 in the framework of rural development. This research aimed to identify the relationship between the internet exposure with community behavior in response to management of village Income and Budgeting (APBDes). This research uses quantitative approach and supported by qualitative data. Respondents in this research are about 120 peoples chosen randomly. Based on the results of research conducted Campurejo village community has a high rate of internet exposure. The exposure level of internet on society does not have a significant relationship with the active behavior evolved in the community in the management of Income and Budget of Village (APBDes). It happens because the use of the Internet is never directed to access information about APBDes or rural development. The village goverment must build the independent village internet access as an efforts to achieve the Internet-based rural development. Key word: APBDes, Exposured, Development, Internet, Village .
iv
KETERDEDAHAN INTERNET DAN PERILAKU AKTIF MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Kasus Desa Cyber di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah)
ERA SETYANINGRUM (I34130121)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Keterdedahan Internet dan Perilaku Aktif Masyarakat dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapang dan skripsipada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir Lala M. Kolopaking sebagai dosen pembimbing yang senantiasa telah memberikan saran, arahan, serta masuukan yang sangat berartidalam penyusunan skripsi penelitian ini.Penulis juga mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada orang tua tercinta Ayahanda Sutikno dan Ibunda Sumiyarti Ningsih yang selalu memberikan dukungan, mendoakan dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga. Serta kepada Okta Aji Prasetyo dan Eri Setyaningtyas selaku saudara tercinta yang menjadi sumber motivasi dan selalu memberikan dorongan positif kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang Yunianingrum, Firdha, Agung, Himma, Bima, Nia, Anggo, Dani dan Shafiera, Icha, Adet, Prajna yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan kontribusi lainnya dalam tahap penyelesaian skripsi ini. Serta tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan SKPM 50 dan rekan-rekan BEM FEMA 2016 atas rasa kebersamaan dan saling mendukung yang diberikan kepada penulis. Terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga penelitian mengenai “Hubungan Keterdedahan Internet dan Perilaku Aktif Masyarakat dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)” ini nantinya akan senantiasa bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2017
Era Setyaningrum NIM. I34130121
vii
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Komunikasi Pembangunan Internet dalam Pembangunan Desa Keterdedahan Perilaku Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Teknik Pemilihan Responden dan Informan Teknik Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Wilayah dan Geografis Kondisi Demografi Kondisi Sosial dan Ekonomi Karakteristik Responden Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Kepemilikan Media Akses Internet Akses Internet KARAKTERISTIK SOSIOLOGIS RESPONDEN Lingkungan keluarga Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Tempat Kerja ANALISIS TINGKAT KETERDEDAHAN INTERNET Frekuensi Durasi Jenis Layanan yang Diakses Analisis Tingkat Keterdedahan
vii ix x 1 1 2 3 3 5 5 5 5 6 8 8 11 12 13 13 13 14 14 15 19 19 19 20 23 23 23 24 25 25 26 27 28 28 29 30 31 31 32 32 34
viii
HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN RESPONDEN DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU Keterdedahan Internet Berdasarakan Tempat Tinggal Responden Keterdedahan Internet berdasarkan Usia Responden Keterdedahan Internet dengan Jenis Kelamin Keterdedahan internet dengan jenis pekerjaan Keterdedahan Internet dengan Kepemilikan Media Akses Internet Keterdedahan Internet dengan Tingkat Pendidikan HUBUNGAN KETERDEDAHAN INTERNET DENGAN KARAKTERISTIK SOSIOLOGIS Keterdedahan internet dengan Kondisi Lingkungan Keluarga Keterdedahan internet dengan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Keterdedahan Internet dengan Kondisi Lingkungan Tempat Kerja ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN TINGKAT ASPEK PERILAKU Keterdedahan internet dengan komponen kognisi masyarakat terhadap pengelolaan APBDes Keterdedahan internet dengan komponen afeksi masyarakat yang muncul dalam pengelolaan APBDes Keterdedahan Internet dengan komponen konasi yang timbul dalam pengelolaan APBDes ANALISIS PERBEDAAN ASPEK PERILAKU PADA MASYARAKAT YANG PERNAH MENGAKSES DAN TIDAK MENGAKSES WEBSITE DESA Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
36 36 37 37 39 40 41 42 42 43 44 46 46 48 49
50 52 54 56 59 65
ix
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Definisi Operasional Penelitan Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Campurejo 2016 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Campurejo pada tahun 2016 Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di Desa Campurejo pada tahun 2016 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Campurejo pada tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase jenis kelamin responden di Desa Campurejo Jumlah dan persentase tingkat pendidikan responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase kepemilikan media akses responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase responden yang mengakses internet di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan keluarga di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan tempat tinggal di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan tempat kerja di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase frekuensi akses internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase durasi akses internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase jenis layanan yang di akses dalam penggunaan internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan akses internet masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet berdasarkan lokasi tempat tinggal pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016
15 19 20 20 21 23 24 24 25 26 26 27 28 29 30 31 32 33 34
36
x
21 22 23
24 25 26 27 28
29
30
31
32 33
Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet berdasarkan usia pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet berdasarkan jenis kelamin pada masyarakat Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet berdasarkan jenis pekerjaan pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet dan kepemilikan media akses pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet pada masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Campurejo Tahun 2016 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet dengan kondisi lingkungan keluarga di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet dengan kondisi lingkungan tempat kerja masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase analisis hubungan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat dengan tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016. Jumlah dan persentase hubungan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat desa dengan aspek afeksi masyarakat terhadap pengelolaan APBDes di Desa Campurejo tahun 2016 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet pada masyarakat desa dengan konasi yang timbul dalam pengelolaan APBDes pada masyarakat Desa Campurejo Tahun 2016 Skor rata-rata aspek perilaku responden yang tidak pernah dan pernah akses website desa di Desa Campurejo tahun 2016 Hasil uji beda (T-Test) tingkat aspek perilaku responden yang tidak pernah dan pernah akses website desa di Desa Campurejo tahun 2016
37 38
39 40 41 42 43
44
46
48
49 50 50
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Peta Lokasi Penelitian Dokumentasi Penelitian Hasil Uji Korelasi
59 60 61 63
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi berperan penting dalam suatu pembangunan bangsa. Sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional di Indonesia, peran komunikasi menjadi suatu penentu dalam keberhasilan pembangunan. Guna melancarkan komunikasi dalam pembangunan, pemerintah memerlukan strategi komunikasi yang efektif agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang di harapkan. Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional, yaitu: (a) menyampaikan kepada masyarakat informasi tentang pembangunan nasional agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, saranasarana perubahan dan membangkitkan aspirasi nasional, (b) memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan, memberikan kesempatan kepada pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil dan menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah keatas, dan (c) mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan sejak orang dewasa hingga anak-anak sejak pelajaran baca tulis hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat. Seiring berkembangnya zaman, perkembangan teknologi dan informasi memberikan dampak terhadap perkembangan strategi komunikasi pembangunan. Kemajuan teknologi informasi diharapkan mampu menyebarkan informasi sehingga masyarakat dapat menerima informasi yang lebih banyak serta terbuka dari isolasi geografis (Mardikanto 2010). Penggunaan internet saat ini sangat membantu penyebaran informasi pembangunan terutama bagi negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kawasan administratif dan geografis yang luas dan menyebar. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berbasis internet merupakan salah satu solusi dalam mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai isu-isu pemerintahan dan pelayanan publik yang optimal. Wilayah di Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah pedesaan. Berdasarkan Hasil Sensus Potensi Desa (Podes, 2013) saat ini jumlah desa di Indonesia adalah sebanyak 66.725 desa. Nawacita ke-3 yang di sampaikan oleh presiden sebagai visi dan misi dalam pemerintahannya, menyebutkan bahwa pedesaan menjadi wajah awal dan prioritas utama dalam pembangunan negara Indonesia. Desa merupakan salah satu bentuk pemerintahan dan pengaturan yang paling dekat dengan kehidupan masyarakat sehingga desa merupakan cerminan pembangunan bangsa ini. Pada suatu penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunannya, desa memiliki nilai-nilai strategis yang berkembang serta menjadi sumber data dan informasi bagi penyelenggaraan pembangunan. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014, desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
2
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu fokus pemerintahan dalam upaya pembangunan desa adalah melalui pemberian kewenangan terhadap desa dalam mengatur otonomi dan keuangan desa yang secara otonom. Penyelenggaraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) merupakan salah satu implikasi nyata dari UU No 6 Tahun 2014 tentang desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Keberadaan APBDes ini memberikan kebebasan desa untuk mengatur sendiri pembangunan yang akan dilakukan seuai dengan potensi dan kebutuhan yang diperlukan oleh masyrakatnya. Pengaturan keuangan desa memiliki peranan penting dalam pembanguan desa oleh karenanya informasi mengenai pengelolaan APBDes ini harus mampu diterima secara menyeluruh dan benar oleh semua kalangan masyarakat Indonesia, baik dikalangan pengelola keuangan desa maupun kalangan masyarakat yang menerima hasil dari pengelolaan tersebut. Dalam hal inilah kehadiran internet menjadi sangat penting dalam mempercepat laju pembangunan desa. Jaringan internet dipandang sebagai sebuah strategi komunikasi pembangunan yang perlu dikembangkan. Seperti halnya yang terjadi di Desa Campurejo, kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, kebijakan pemerintah desa dalam memberikan bantuan akses informasi yaitu dengan memberikan bantuan akses internet gratis kepada masyarakat memberikan perubahan bagi perilaku masyarakat dalam memberikan respon terhadap program pembangunan khususnya dalam pengelolaan APBDes tersebut. Kehadiran internet diharapkan mampu mempercepat penyebaran informasi mengenai pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa serta sebagai media transparasi pembangunan desa bagi masyarakat. Karena pendapatan serta penggunaan dana APBDes merupakasn suatu informasi publik yang berhak diketahui oleh masyarakat. Oleh karenanya untuk melihat strategi komunikasi pembangunan yang saat ini diterapkan maka perlu dikaji mengenai hubungan antara keterdedahan masyarakat terhadap internet dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaaan APBDes. Masalah Penelitian Penggunaan internet pada kalangan masyarakat di Indonesia baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan menjadi suatu hal yang ladzim saat ini. Pemerintah Indonesia memanfaatkan kondisi tersebut sebagai sebuah peluang untuk memajukan pembangunan nasional. Pemanfaatan teknologi dan komunikasi berbasis internet merupakan salah satu jalan yang ditempuh pemerintah pusat sebagai upaya untuk mendukung tata pemerintah yang baik. pemerintah melakukan reformasi dalam tata hubungan keuangan pusat dan daerah dengan cara pegaturan kembali sistem distribusi keuangan nasional sehingga proses pembangunan tidak semata-mata mengikuti logika struktur pemerintahan tetapi juga melihat kondisi dan kebutuhan daerah yang asimetris. Salah satu Implikasi nyata dari penerapan UU Desa No 6 Tahun 2014 dalam memberikan otonomi dalam pembangunan desa adalah melalui penerapan APBDes, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan penuh terhadap pengelolaan keuangan desa demi tercapainya pembangunan yang lebih baik. Berdasarkan uraian diatas, untuk
3
melihat strategi komunikasi pembangunan dengan pemanfaatan internet saat ini maka perlu mengkaji Bagaimana hubungan antara tingkat keterdedahan masyarakat terhadap internet dan perilaku yang muncul terhadap pengelolaan APBDes? Untuk mengetahui hubungan tersebut perlu dilakukan suatu analisis mengenai seberapa jauh internet mampu menjangkau masyarakat pedesaan dalam penyebaran suatu informasi serta mengetahui seberapa erat hubungan penggunaan internet terhadap kehidupan masyarakat. Sehingga perlu memahami Bagaimana tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh masyarakat desa? Keterdedahan masyarakat dalam pemanfaatan internet tentunya dipengaruhi oleh berbagai aspek yang melekat dalam kehidupan masyrakat baik yang melekat pada dirinya sendiri ataupun berasal dari lingkungannya. Oleh karenanya perlu mengetahui Faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan internet masyarakat dan perilaku yang muncul di masyarakat terhadap pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Adapun tujuan spesifik lainnya adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis tingkat keterdedahan internet pada masyarakat di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan tingkat keterdedahan masyarakat terhadap internet dalam pengelolaan APBDes di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. 3. Menganalisis hubungan keterdedahan internet dengan perilaku masyarakat dalam pengelolaan APBDes di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan bagi berbagai pihak, yaitu : 1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan mampu memperluas pengetahuan mengenai pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) serta hubunganketerdedahan internet dalam pelaksanaan tersebut. Selain itu penelitian diharapkan mampu menjadi acuan pustaka dan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dimasa mendatang. 2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan mengenai hubungan antara keterdedahan internet dan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sehingga dapat dijadikan referensi dan pertimbangan bagi fasilitas yang perlu disediakan dalam pembangunan desa. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan tentang struktur pengelolaan
4
APBDes sehingga dapat menetapkan kebijakan pengelolaan APBDes dalam upaya meningkatkan pembangunan desa di Indonesia. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai peran internet dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
5
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Komunikasi Pembangunan Komunikasi merupakan sebuah proses penting yang digunakan oleh manusia dalam pertukaran pengalaman dan ide, hal ini menjadi pemicu penting bagi penyampaian pengetahuan dan persepsi dari berbagai perspektif seperti yang dikemukankan oleh Leeuwis (2009) bahwasannya komunikasi merupakan unsur inti dalam perubahan strategi untuk mendorong perubahan. Tujuan komunikasi menurut Levis (1996) antara lain adalah : (1) memberikan informasi yang menggunakan pendekatan pemikiran, (2) persuasif, menggugah peraasaan penerima, (3) mengubah perilaku(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) terhadap pelaku pembangunan, (4) meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usaha secara efisien di bidang usaha yang dapat memberikan manfaat dalam batas waktu tertentu, (5) mewujudkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan. Beltran (2004) mengemukakan bahwa terdapat tiga konsepsi yang menonjol bila membicarakan hubungan antara komunikasi (sosial) dengan pembangunan nasional. Pertama adalah Development Communication atau komunikasi pembangunan yang secara esensi memandang bahwa media massa mampu menciptakan situasi yang mendukng perubahan di masyarakat. Kedua, Development Support Communication (Komunikasi Penunjang Pembangunan) suatu pendekatan komunikasi yang terencana dan terorganisir yang merupakan instrumen kunci bagi tercapainya tujuan-tujuan praktis dari proyek pembangunan yang spesifik. Ketiga, Alternative Communication for Democratic Development yang didasarkan pada anggapan bahwa dengan memperluas akses masyarakat dalam proses komunikasi secara seimbang akan berdampak pada pembangunan yang lebih terjamin dan berkesinambungan. Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu pembangunan nasional, yaitu : 1. Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasional,agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan,kesempatan dan cara mengadakan perubahan, sarana-sarana perubahan, danmembangkitkan aspirasi nasional. 2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, serta menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas. 3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangunan yang mendukung proses untuk mengubah hidup masyarakat. Internet dalam Pembangunan Desa Pengaruh perkembangan media informasi terhadap kehidupan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan sangatlah besar. Pengaruh yang paling menonjol
6
dampaknya terhadap penduduk adalah penggunaan media yang sifatnya elektronik yang berkembang secara pesat (Khairifa 2007). Kemajuan teknologi informasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kegiatan komunikasi di masa mendatang. Kemajuan teknologi informasi ini di manfaatkan oleh pemerintah sebagai salah satu upaya dalam penerapan strategi pembangunan desa. Kehadiran internet menjadi suatu jalan keluar bagi pemerintah pusat untuk membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik. Masyarakat diharapkan mampu menerima informasi yang lebih banyak dari media massa serta terbuka dari isolasi geografis (Mardikanto 2010). Hasil penelitian Sosiawan yang dikutip oleh Mulyawati (2016) memaparkan bahwa internet sebagai media komunikasi interpersonal dan massa, dimana internet memiliki fungsi sebagai media komunikasi interpersonal (email dan chatting) dan sebagai media komunikasi massa (website). Media internet tergolong kedalam media baru, perbedaan utama dan makro, yaitu internet adalah media berbasis komputer yang semula berawal dari media “tools” untuk menyimpan serta mengolah informasi data, setelah mengalami modifikasi (dengan saluran telepon dan modem), maka digunakan sebagai media (elektronik) komunikasi dalam bentuk jaringan (network) yang luas dan mengglobal (Effendi 2010). Internet sebagai media komunikasi memiliki penawaran interaktif yang dinamis terhadap penggunanya, melebihi interaksi pada televisi dan radio (yang terbatas pada satu program dan isi materi acara). Bahkan, internet memberikan penawaran pencarian informasi yang diinginkan menggunakan kata kunci (Mulyawati 2016). Perkembangan internet saat ini dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai penunjang program kerja instansi pemerintahan. Salah satu proses sistem pemerintahan yang memanfaatkan perkembangan teknologi informasi internet ini adalah dengan adanya electronic Goverment (e-Goverment). Hartono dan Mulyanto (2010) mengungkapkan bahwa Electronic Governmnet (e-Government) merupakan suatu proses sistem pemerintahan dengan memanfaatkan Information Communication And Technology (ICT) sebagai alat untuk memberikan kemudahan proses komunikasi dan transaksi kepada warga masyarakat, organisasi bisnis dan antara lembaga pemerintah serta stafnya, sehingga dapat dicapai efisiensi, efektivitas, transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakatnya. e-Government merupakan pemanfaatan media komunikasi berbasis internet oleh pemerintah untuk menyampaikan pesan pembangunan kepada masyarakat yang lebih luas dan mendapatkan umpan balik lebih cepat. Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak dengan media. Keterdedahan terhadap media dipakai sebagai padanan dari media exposure. Terdapat beragam definisi mengenai keterdedahan, diantaranya Furkonulhakim (1989), yang menyatakan bahwa keterdedahan pada media massa adalah aktivitas membaca media massa tercetak, mendengarkan radio dan menonton televisi serta film. Sedangakan Shore sebagaimana dikutip Samsi (2005) mendefinisikan keterdedahan sebagai kegiatan mendengarkan, melihat,membaca, atau secara
7
lebih umum memberikan sejumlah perhatian kepada suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan media sebagai perantara. Rodman (2006) mendefinisikan keterdedahan sebagai proses pada diri seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap. Gerbner sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyatakan bahwa tingkat keterdedahan seseorang terhadap media dipengaruhi oleh lingkungan simbolik yang dimiliki oleh responden. Keterdedahan terhadap media internet menjadi fokus dalam penelitian ini. Lingkungan simbolik dalam penelitian ini diartikan sebagai faktor internat serta faktor eksternal yang melekat pada diri responden. McQuil(1987) juga menyebutkan bahwa pendedahan khalayak terhadap informasi secara terus menerus, dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang semakin positif. Baran (2004) menyatakan bahwa terdapat lima elemen mendasar pada keterdedahan terhadap suatu media, yaitu kesadaran akan dampak media, pemahaman terhadap proses komunikasi massa, pemahaman terhadap isi media, kemampuan untuk menikmati dan memahami, serta menghargai isi media. Rosengren dan Erick sebagaimana dikutip Samsi (2005) menyatakan bahwa aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan: 1. Waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai informasi menggunakan media 2. Jenis-jenis isi media yang diikuti 3. Hubungan yang terdapat antara individu yang mengkonsumsi informasi baik dengan isi media maupun dengan media De Fleur dalam Atika (2013) mengatakan bahwa keterdedahan atau pola penggunaan media massa merupakan total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Keterdedahan adalah terkenanya khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media massa. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2011), Tede (2012), dan Nurmayanti (2012) dapat dirumuskan aspek yang dapat dijadikan indikator keterdedahan terhadap media dapat dilihat dari frekuensi dan lama khalayak memanfaatkan media massa dalam pencarian informasi. Hasil penelitian Tede (2012) menyatakan karakteristik khalayak yang berpengaruh terhadap keterdedahannya pada media adalah kepemilikan media terhadap lama pemanfaatan. Semakin sering frekuensi menggunakan media, semakin besar kemungkinan khalayak untuk mendapatkan berbagai informasi. Andika (2008) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui keterdedahan seseorang terhadap media massa adalah dengan melihat intensitas mereka dalam menggunakan media massa. Furkonulhakin (1989) menyebutkan bahwa keterdedahan terhadap media sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan media di lingkungannya. Hasil penelitian Lionberger dan Gwin (1982) berpendapat bahwa terdapat tiga efek keterdedahan pada media massa, yaitu perubahan pada ranah kognisi, afeksi dan konasi. Blummer sebagaimana dikutip Senanggun (1991) mengemukakan bahwa pengukuran keterdedahan pada media dapat dilihat dari aspek-aspek yang berkaitan dengan penggunaan media. Pengukuran terhadap keterdedahan terhadap media sebagaimana dinyatakan oleh Samsi (2005) yaitu dapat dilihat salah satunya dari jumlah waktu yang digunakan. Hasil penelitian Biagi (2005) menunjukkan bahwa manusia menggunakan 42 persen dari total waktunya selama setahun untuk
8
menggunakan media, 33 persen untuk tidur dan hanya 25 persenyang tidak menggunakan media. Dengan demikian, keterdedahan masyarakat terhadap media massa internet pada penelitian ini, akan dilihat dari segi frekuensi, durasi dan jenis layanan internet yang diakses dalam pemanfaatan internet. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Benyamin Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2007) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif , afeksi, dan konasi. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons.Menurut Notoatmojo (2007) perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa determinasi atau faktor , yaitu : 1. Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan yang muncul pada suatu subyek. Pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah dengan menggunakan metode mengingat kembali. Metode ini dilakukan melalui pertanyaan -pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo 2005) . Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Kewenangan desa untuk mengelola keuangan dan sumber daya desa secara otonom merupakan bukti dari otonomi desa. Keuangan desa menurut pasal ini diatur dalam APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) yang ditetapkan oleh Kades bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (Abdussakur 2012). Menurut Ariyani (2006), APBDes didefinisikan sebagai alat bagi kepala desa dalam melaksanakan tugasnya yang bukan saja merupakan kebijaksanaan kepala desa, tetapi juga kebijaksanaan Badan Permusyawaratan Desa yang menetapkan APBDes tersebut setiap tahunnya dengan peraturan desa. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APBdes dibuat berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh sebuah desa untuk melakukan sebuah pembangunan (Artana et al. 2015). Bawias et al. (2015) mengemukakan bahwa APBDes merupakan instrumen yang sangat penting dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik di tingkat desa. Dengan kata lain tata pemerintahan yang baik diukur dari bagaimana pemerintah desa bekerja secara mandiri dalam mengelola potensi-potensi yang ada di desa.
9
APBDes pun dapat dikatakan sebagai wujud pembangunan desa melalui pemerintahan. APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa. Sehingga kinerja dan penggunaan setiap anggaran di tingkat desa dapat dipertanggungjawabkan (Abdussakur 2012). Utomo (2015) berpendapat bahwa kemampuan setiap desa dalam menggali penerimaan dan membelanjakannya tentunya sangat berbeda. Secara eksplisit semuanya itu dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Sehingga APBDes didefinisikan sebagai sebuah representasi bagaimana pemerintahan desa akan mencapai tujuan-tujuan spesifik dalam membangun dan mengatur desanya. Dari APBDes tersebut terakomodir semua kegiatan pemerintahan, pembangunan desa berikut penganggaran yang ditimbulkannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa. Secara khusus pengertian mengenai APBDes tidak pernah dijumpai. Penyusunan APBDes melalui beberapa tahapan yang harus dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Penyusunan Penyusunan Rancangan APBDes harus mengacu pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa). Proses penyusunan RAPBDes seperti pada Gambar berikut:
Gambar 1 Tahapan Penyusunan APBDes Berdasarkan Permendagri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dijelaskan tahapan dalam penyusunan APBDes sebagai berikut: 1. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa). a. RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Desa yang terpilih;
10
b. Setelah berakhir jangka waktu RPJMDesa, Kepala Desa terpilih menyusun kembali RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; c. RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik; d. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa; e. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya. 2. Penetapan Rancangan APBDes. a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes berdasarkan pada RKPDesa; b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDes kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan; c. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama; d. Penyampaian rancangan Peraturan Desa tentang APBDes diajukan paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya; e. Pembahasannya menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa; f. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerjadisampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi; g. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten/ Kota ditetapkan. 3. Evaluasi Rancangan APBDes. a. Bupati/Walikota setelah menerima Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes menetapkan Evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja; b. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu tersebut, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa; c. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi; d. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, maka Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya; e. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut harus ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota; f. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan Kepala Desa harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud; g. Pencabutan peraturan Desa dilakukan dengan Peraturan Desa tentang Pencabutan Peraturan Desa tentang APBDesa;
11
h. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDesa tahun sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. 4. Pelaksanaan APBDes. Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah. Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDes harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. Kerangka Pemikiran Mc Quail (1987) menyatakan bahwa tingkat keterdedahan seseorang terhadap media dipengaruhi oleh lingkungan simbolik yang dimiliki oleh responden. Lingkungan simbolik dalam penelitian ini diartikan sebagai faktor internat serta faktor eksternal yang melekat pada diri responden. Faktor internal dari responden yang mempengaruhi akan tingkat keterdedahannya terhadap media antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan, yang dalam hal ini disebut dengan karakteristik individu. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai kondisi responden, serta menentukan perilaku dalam proses pengambilan keputusan. Faktor eksternal yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengenai lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja yang dimiliki oleh responden. Faktor eksternal dalam penelitian ini kemudian disebut dengan karakteristik sosiologis responden. Karakteristik sosiologis ini dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana lingkungan masyarakat telah memanfaatkan media internet. Gebner (1973) sebagaimana yang dikutip oleh McQuail (1987) menyatakan bahwa tiap karakteristik, baik karakteristik individu maupun karakteristik sosiologis memiliki hubungan dengan tingkat keterdedahan masyarakat dalam hal ini mengenai pengelolaan APBDes. Keterdedahan dapat diukur melalui beberapa aspek yang dilakukan oleh seseorang, Andika (2008) menyatakan bahwa salah satu cara mengetahui keterdedahan seseorang terhadap media massa adalah dengan melihat intensitas atau frekuensi mereka dalam menggunakan media massa. Rosengren dan Erick menyatakan bahwa keterdedahan juga dapat diukur berdasarkan durasi yang digunakan serta jenis isi media yang diakses. De Fleur (1989) dalam Atika (2012) juga menyatakan bahwa variabel yang dapat digunakan untuk mengukur keterdedahan informasi yaitu total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Lionberner dan Gwin dalam Senanggun (1991) menyatakan bahwa terdapat tiga efek keterdedahan pada media massa, yaitu perubahan pada ranah kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi diketahui dengan melihat pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa terkait pengelolaan APBDes. Afeksi merupakan perasaan suka atau tidak suka yang dimiliki oleh masyarakat terhadap kebijakan sistem pengelolaan APBDes yang telah ditetapkan. Konasi adalah kecenderungan masyarakat desa untuk aktif mengikuti dan berpartisipasi dalam pengelolaan APBDes. Ketiga aspek tersebut akan diukur pada masyarakat untuk mengetahui
12
seberapa besar hubungan keterdedahan internet perilaku masyarakat dalam pengelolaan APBDes.
Karakteristik Sosiologis 1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan Tempat Tinggal 3. Lingkungan Kerja
Tingkat Keterdedahan Internet 1. Frekuensi akses 2. Durasi akses 3. jenis isi media
Karakteristik Individu 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Jenis Pekerjaan 5. Tingkat pendapatan 6. Kepemilikan media akses
dalam masyarakat terhadap
Perilaku terhadap pengelolaan APBDes 1. Kognisi - pengetahuan tentang pengelolaan APBDes 2. Afeksi - sikap terhadap pengelolaan APBDes 3. Konasi - kesiapan dalam keterlibatan pengelolaan APBDes
Ket : : Hubungan Gambar 3 Kerangka Pemikiran “Hubungan antara Keterdedahan Internet dan Perilaku Masyarakat terhadap Pengelolaan APBDes” Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat desa. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik sosiologis dengan tingkat keterdedahan internet bagi masyarakat desa. 3. Terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan internet dengan perilaku yang muncul dimasyarakat dalam pengelolaan APBDes.
13
PENDEKATAN LAPANGAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan mengenai keterdedahan masyarakat terhadap internet dan perilaku yang muncul dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) ini dilakukan di Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Pemilihan dilakukan secara purposive(sengaja) dengan beberapa pertimbangan diantaranya : 1. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah Indonesia yang dan dalam proses pembangunan, telah memanfaatkan internet dalam penyebaran informasi pembangunan. 2. Temanggung merupakan salah salah satu dari dua kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki desa yang telah ditetapkan sebagai desa cyber. Selain itu pemerintah Kabupaten Temanggung telah menerapkan pengelolaan layanan publik berbasis e-Goverment. Website e-goverment bagi seluruh kecamatan dan desa di Kabupaten Temanggung telah disediakan oleh pemerintah daerah. 3. Kecamatan Tretep merupakan salah satu kecamatan yang memiliki website desa bagi semua desa dan telah menyediakan pelayanan publik secara online melalui website yang dikelola pemerintah daerah. 4. Desa Campurejo merupakan desa pertama yang diresmikan sebagai desa cyber di Jawa Tengah. Serta terdapat website desa yang dikelola secara aktif dalam mensosialisasikan peraturan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan APBDes. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu lima bulan terhitung dari oktober 2016 hingga februari 2017. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode survei dan dikuatkan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui survei yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun dan Efendi 2009). Pendekatan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan hubungan faktor karakteristik individu dan karakteristik sosiologis masyarakat terhadap keterdedahan internet serta pengaruhnya terhadap perilaku yang muncul dalam menanggapi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dengan memberikan kuesioner yang telah ditetapkan sebelumnya kepada sampel atau responden. Penelitian ini juga bersifat ekplanatori karena menjelaskan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 2009). Sebelum ke lokasi penelitian, 10 kuesioner telah dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk melihat validitas dan reliabilitas dari kuesioner. Lokasi pelaksanaan uji tersebut dilaksanakan di Desa Gunung Gempol, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Sementara itu data kualitatif untuk mendukung penelitian kuantitatif. Pendekatan penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan dan dipaparkan
14
dalam bentuk catatan harian lapang. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mendukung dan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif mengenai hubungan faktor karakteristik individu dan karakteristik sosiologis masyarakat terhadap keterdedahan media massa serta hubungannya terhadap perilaku yang muncul dalam menanggapi pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Teknik Pemilihan Responden dan Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat dapat mewakili masyarakat desa yang memanfaatkan media akses internet dan terlibat dalam pengelolaan APBDes serta responden hanya memberikan informasi terkait dengan dirinya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah analisis pada tingkat individu. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Campurejo yang berada pada rentang usia 17 tahun hingga 40 tahun. Pertimbangan batasan usia tersebut dilakukan untuk memilih responden yang berpotensi mengakses internet dan terlibat dalam pengelolaan APBDes. Selanjutnya, populasi sampel dalam penelitian ini adalah anggota populasi yang menjadi sumber data penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu Simple Random Sampling. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua dusun dimana satu dusun yang memiliki kondisi jaringan internet yang baik dan satu dusun yang memiliki kondisi jaringan internet yang lemah sebagai perwakilan populasi responden. Dalam lampiran ini dipilih 60 responden dari masing-masing dusun secara acak sehingga jumlah total responden yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 responden. Sementara itu, pemilihan terhadap informan akan dilakukan secara sengaja (purposive) dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini akan dilakukan dengan menggunakan teknik bola salju (snowball) kepada tokoh masyarakat yang mengetahui dengan jelas mengenai pengelolaan APBDes seperti kepala desa, perangkat desa, dan tokoh masyarakat desa serta responden yang dinaikan statusnya menjadi informan. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada pada titik jenuh. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistics 23 for Windows. IBM SPSS Statistics 23 for Windows digunakan untuk uji statistik yang menggunakan uji korelasi dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel yang berskala interval maupun data kategori (skala ordinal atau nominal). Hasil dari pengolahan data kuantitatif diinterpretasikan dengan didukung data kualitatif. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan dan penyederhanaan data hasil wawancara mendalam berupa catatan lapangan, observasi, dan studi dokumen yang direduksi dalam tulisan
15
tematik. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Kedua ialah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa kutipan atau tipologi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif. Seluruh hasil penelitian. Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur variabel. Adapun definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 1 Definisi operasional penelitan NO
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
A. Karakteristik Individual 1 Usia Masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. 2 Jenis Identitas biologis Kelamin yang dimiliki responden
3
Tingkat Pendidikan
jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti.
4.
Status Pekerjaan
5.
Jenis Pekerjaan
Kegiatan utama yang dilakukan oleh responden sebagai sumber pemasukan utama bagi responden. Spesifikasi kegiatan yang menjadi sumber pemasukan bagi responden
INDIKATOR
SKALA PENGUKUR AN
Dewasa Awal Ordinal (18-35 tahun) Dewasa lanjut (> 35 tahun) Laki-laki (Kode 1) Perempuan (Kode 2)
Nominal
Rendah : SD (skor 1) Sedang : SMP (skor 2) Tinggi : SMA Perguruan Tinggi (skor 3) Tidak Bekerja (skor 1) Bekerja (skor 2)
Ordinal
Tidak bekerja (Kode 1) Petani (Kode 2) Pedagang (Kode 3)
Nominal
Nominal
16
6.
Tingkat Pendapatan
7.
Kepemilikan media akses internet
Rata-rata hasil usaha berupa uang berupa uang rupiah yang diperoleh warga setiap bulan.
Kepemilikan responden terhadap media untuk mengakses internet yang meliputi handphone yang mampu mengakses internet A. Karakteristik Sosiologis 8. Dukungan kondisi situasi yang lingkungan menggambarkan keluarga suasana dilingkungan responden keluarga responden. Hal ini dibedakan berdasarkan tingkat keseringan responden dalam membicarakan akses internet dalam kurun waktu satu bulan. 9. Dukungan kondisi situasi yang lingkungan menggambarkan tempat suasana dilingkungan tinggal tempat tinggal responden responden. Hal ini dibedakan berdasarkan tingkat keseringan responden dalam membicarakan akses internet disekitar tempat tinggal responden dalam kurun waktu satu bulan.
PNS (Kode 4) Lainnya (Kode 5) Rendah : < Rp 500.000 (skor 1) Sedang : Rp 500.000 s/d Rp 1.000.000 (skor 2) Tinggi : > Rp. 1.000.000 (skor 3) Memiliki media untuk akses internet (Skor 2) Tidak memiliki media akses internet (skor 1)
Ordinal
Nominal
Ketersediaan fasilitas akses internet Ketersediaan jaringan internet Frekuensi akses internet Topik pembicaraan
Ordinal
Ketersediaan fasilitas akses internet Ketersediaan jaringan internet Frekuensi akses internet Topik pembicaraan dalam lingkungan tempat tinggal
Ordinal
17
10. Dukungan lingkungan kerja responden
Dibedakan berdasarkan tingkat keseringan responden dalam membicarakan akses internet disekitar lingkungan kerja responden dalam kurun waktu satu bulan
C. Keterdedahan Internet 11. Frekuensi tingkat keseringan Pemanfaatan responden internet menggunakan internet .
12. Durasi menggunaka n internet
Lama menggunakan atau waktu rata rata yang diluangkan responden untuk mengakses internet dalam satu hari.
13. Jenis layanan internet yang di akses
Pemilihan layanan ketika menggunakan internet
Ketersediaan fasilitas untuk mengakses internet Ketersediaan jaringan internet di lingkungan tempat kerja Frekuensi dalam mengakses internet Topik pembicaraan dalam lingkungan tempat kerja
Ordinal
Tinggi (Skor 3) Ordinal ≥3 kali/minggu Sedang (Skor 2) 1-3 kali/minggu Rendah (Skor 1) Tidak pernah mengakses internet Tinggi Ordinal (Skor 3) : >3 jam/hari Sedang (Skor 2): (>1-3 jam/hari) Rendah (Skor 1): (< 1 jam/hari) Tinggi (Skor 3) : Ordinal berbagai macam layanan yang disediakan oleh internet. Sedang (Skor 2) mengakses 2 jenis layanan internet Rendah (Skor 1): mengakses 1 jenis layanan internet
18
Perilaku Aktif Masyarakat 14 Kognisi Tingkat pemahaman responden terhadap informasi mengenai pengelolaan APBDes di Desa Campurejo 15 Afeksi Sikap atau perasaan yang dimiliki oleh responden terhadap pengelolaan APBDes yang dilakukan di Desa Campurejo
16
Konasi
Kecenderungan responden untuk terlibat dalam pengelolaan APBDes
diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif
Ordinal
Pemberian nilai Ordinal menggunakan skala likert dengan skor jawaban sebagai berikut : Sangat setuju (Skor 5) Setuju (Skor 4) Kurang Setuju (Skor 3) Tidak setuju (Skor 2) Sangat tidak setuju (Skor 1) Pemberian nilai Ordinal menggunakan skala likert dengan skor jawaban sebagai berikut : Sangat setuju (Skor 5) Setuju (Skor 4) Kurang Setuju (Skor 3) Tidak setuju (Skor 2) Sangat tidak setuju (Skor 1)
19
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Wilayah dan Geografis Desa Campurejo merupakan desa yang terletak di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung, dengan luas wilayah 1.060,94 ha, dan berada pada ketinggian 500-1.500 m di atas permukaan laut dimana artinya Desa Campurejo berada pada wilayah dataran tinggi. Curah hujan rata-rata dalam setahunnya mencapai 1000mm. Batas-batas wilayah Desa Campurejo adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tempelsari dan Desa Bojong 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojong 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cemoro, Desa Rejosari dan Desa Wonoboyo 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wates Secara administrasi, Desa Campurejo dibagi kedalam 6 dusun, 6 rukun warga (RW), dan 30 rukun tetangga (RT). Ke enam dusun tersebut adalah Dusun Bakal, Dusun Gondang, Dusun Balong, Dusun Pringwulu, Dusun Sarangan, Dusun Pringlegi. Bentuk Permukaan tanah Desa Campurejo merupakan tanah perbukitan yang landai, dengan produktivitas tanah yang termasuk kategori kurang subur. Desa Campurejo terletak di wilayah perbukitan dengan jarak letak Desa terhadap pusat fasilitas adalah sebagai berikut : 1. Jarak desa ke kecamatan : 4 Km 2. Jarak desa ke kabupaten : 50 Km : 83 Km 3. Jarak desa ke provinsi Kondisi Demografi Jumlah penduduk di Desa Campurejo adalah sebanyak 4.952 jiwa dengan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 2.516 jiwa dan penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2.439 jiwa. Angka kepadatan penduduk Desa Campurejo pada tahun 2016 mencapai angka 118 jiwa/Km2. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk Desa Campurejo berada pada kelompok umur 0 hingga 60 tahun keatas dan dikategorikan menjadi tiga belas kategori umur. Berdasarakan data monografi yang diperoleh, mayoritas penduduk Desa Camourejo berada pada kategori remaja. Adapun data jumlah penduduk yang dikelompokkan berdasarkan usia dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 3. Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Campurejo 2016 Jumlah Jiwa Kelompok N % 0-4 Tahun 5.27 5-9 Tahun 448 9.05 10-14 Tahun 415 8.38 15-19 Tahun 492 9.94 20-24 Tahun 437 8.82
20
Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Campurejo pada tahun 2016 Jumlah Jiwa Kelompok N % 25-29 Tahun 455 9.19 30-34 Tahun 437 8.82 35-39 Tahun 369 7.45 40-44 Tahun 338 6.83 45-49 Tahun 324 6.54 50-54 Tahun 317 6.40 55-59 Tahun 296 5.98 60 tahun ke atas 297 6.00 Jumlah 4.952 100.00 Sumber: Data Monografi Desa Campurejo 2016 Sebagaimana yang telah dipaparkan pada Tabel 3, jumlah penduduk Desa Campurejo mayoritas berada pada kelompok usia 15-19 tahun yaitu sebanyak 492 jiwa, sementara jumlah penduduk terendah terdiri dari penduduk usia balita yaitu pada kelompok usia 0-4 tahun dengan jumlah sekitar 261 jiwa. Hal ini menandakan bahwa di Desa Campurejo lebih banyak penduduk pada usia remaja. Kondisi Sosial dan Ekonomi Jenis pekerjaan penduduk Desa Campurejo sebagian besar adalah seorang petani yaitu sebanyak 3.405 orang. Lalu jumlah terbanyak selanjutnya adalah buruh tani sebanyak 370 orang. Data lengkap mengenai penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian di Desa Campurejo pada tahun 2016 Jumlah Jiwa Mata pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) Petani 3405 88.8 Buruh Tani 370 9.66 Bangunan dan Konstruksi 15 0.39 Perdagangan 35 0.91 Angkutan dan Jasa 3 0.08 Pegawai Negeri 3 0.08 Jumlah 3.831 100.00 Sumber : Data Monografi Desa Campurejo tahun 2016 Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel di atas dapat ketahui bahwa mayoritas mata pencaharian utama penduduk Desa Campurejo adalah petani dengan kepemilikan lahan sendiri yaitu sekitar 3.405 jiwa kemudian disusul dengan mata pencaharian sebagai buruh tani pada urutan kedua yaitu sebanyak
21
370 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor utama dalam pemenuhan kebutuhan penduduk Desa Campurejo. Sebagian besar penduduk Desa Campurejo beragama Islam yaitu sebanya 4.950 jiwa. Data mengenai penduduk Desa Campurejo juga dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh warga Desa Campurejo. Adapun data penduduk Desa Campurejo berdasarkan tingkat pendidikannya secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Campurejo pada tahun 2016 Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Tidak tamat SD 520 Tamat SD 3435 Tamat SLTP 480 Tamat SLTA 64 Universitas/Akademi 12 TOTAL 4511 Sumber : Data Monografi Desa Campurejo Tahun 2016
Persentase (%) 11.53 76.15 10.64 1.42 0.27 100.00
Tingkat pendidikan penduduk Desa Campurejo sebagian besar merupakan Tamatan SD yaitu sebanyak 3.435 orang. Sementara untuk tingkat pendidikan pada jenjang universitas/akademik masih sangat rendah yaitu berjumlah 12 orang. Hal tersebut terjadi karena adanya kesulitan untuk mengakses sarana pendidikan di Desa Campurejo sehingga sebagian besar warga hanya mampu mengenyam pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah Dasar/Sederajat. Masih rendahnya kesadaran warga terhadap keinginan untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi melalui pendidikan formal menjadi salah satu satu faktor utama rendahnya tingkat pendidikan warga Desa Campurejo. Selain itu, adanya kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh penduduk desa Campurejo semakin mendukung keputusan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Desa Cyber Desa Campurejo merupakan desa yang di kenal sebagai Desa Cyber pertama di Jawa Tengah. Desa cyber sendiri merupakan suatu desa yang telah memanfaatkan perkembangan teknologi dalam aktivitas pembangunan desa. Desa Cyber memiliki jaringan nirkabel untuk melayani masyarakat secara gratis. Keberadaan teknologi ini membuat masyarakat bertransformasi menjadi masyarakat yang melek informasi. Desa Campurejo yang berada di lereng Gunung Prau membuat jaringan seluler sulit untuk menjangkau wilayah tersebut. Namun letak yang lebih tinggi dibandingkan desa lain tersebut membuat Desa Campurejo lebih diuntungkan apabila menerapkan sistem jaringan nirkabel, dimana jaringan nirkabel akan lebih lancar apabila dipasang pada dataran tinggi. Mayoritas masyarakat di Desa Campurejo bekerja sebagai petani tembakau, namun keberadaan dunia cyber bukan menjadi sesuatu hal yang asing lagi bagi mereka. Jaringan hotspot sengaja dipasang di Desa Campurejo karena tingginya
22
tingkat kesadaran warga akan kebutuhan informasi. Pemasangan fasilitas hotspot gratis ini berawal dari keluhan warga akan sulitnya jangkauan jaringan seluler di Desa Campurejo. Menindak lanjuti keluhan tersebut, pemerintah desa bersama warga mengadakan musyawarah untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil dari musyawarah tersebut, maka muncul terobosan baru untuk memberikan fasilitas wifi gratis bagi masyarakat dengan memanfaatkan dana desa. Sebesar 15 juta rupiah dari dana desa alokasikan untuk memasang jaringan nirkabel dibeberapa titik di Desa Campurejo. Desa Campurejo diresmikan menjadi Desa Cyber pertama di Jawa Tengah oleh Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2014. Peresmian Desa Campurejo sebagai Desa Cyber ditandai dengan peluncuran website resmi Desa Campurejo di internet yang beralamatkan www.campurejo-tretep.TemanggungKab.go.id. Website desa tersebut merupakan salah satu program dari Kementrian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) yang diberikan kepada desa secara gratis pada tahun pertama agar mampu mempublikasikan potensi desa dan berita yang terbaru mengenai desa. Website Desa tersebut menjadi salah satu media yang dimanfaatkan oleh pemerintah desa Campurejo untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang berada pada website tersebut merupakan informasi yang harus diperbaharui secara berkala. Desa Campurejo memiliki sebuah website desa yang dapat diakses melalui internet yang memiliki alamat domain internet yaitu www.campurejo-tretep. TemanggungKab.go.id. Keberadaan website desa tersebut memiliki tujuan untuk membangun keterbukaan informasi publik bagi masyarakat. Website Desa Campurejo tersebut aktif sejak bulan Agustus tahun 2014. Keberadaan website tersbeut merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Temanggung yang diberikan kepada setiap desa. Informasi utama yang ditampilkan dalam website tersebut adalah informasi mengenai pembangunan Desa Campurejo. Penulisan konten informasi yang terdapat di website Desa Campurejo mengikuti standar informasi publik bagi pemerintah desa. Beberapa informasi yang dimuat dalam website desa tersebut antara lain adalah mengenai profil desa, program pembangunan yang sedang dijalankan, Laporan keuangan desa, RPJMDesa, APBDes, RKP dan beberapa artikel yang memuat berita mengenai pengembangan desa Campurejo sebagai desa cyber. Pola pembaharuan informasi pada website desa idealnya dilakukan setiap hari, namun karena keterbatasan sumber daya pengelola website sehingga pembaharuan informasi website hanya dilakukan setiap satu tahun sekali, dimana informasi yang diperbaharui adalah pada konten laporan keuangan desa, pertanggung jawaban serta agenda prioritas pembangunan yang akan dilaksanakan. Pengelola utama dari keberadaan website desa Campurejo saat ini hanya terdiri dari satu orang teknisi jaringan dan satu orang pengelola konten informasi. Kedua pengelola tersebut adalah pemuda desa yang sukarela menawarkan diri untuk membantu mengembangkan potensi desa. Keberadaan website Desa Campurejo ini belum disosialisasikan secara luas kepada masyarakat desa sehingga masih jarang diakses oleh masyarakat Desa Campurejo sendiri. Sayangnya pada saat penulisan laporan hasil penelitian ini dilakukan keberadaan website Desa Campurejo telah terhapuskan dan alamat server yang ada tidak dapat ditemukan kembali. Berdasarkan penuturan Kepala Desa Campurejo,
23
penghapusan website Desa Campurejo tersebut terjadi karena pemerintahan desa tidak mampu membayar biaya pengelolaan website desa senilai 5 juta rupiah setiap tahunnya kepada Kementrian KOMINFO. Hal tersebut sayang disayangkan karena keberadaan website desa tersebut sesungguhnya sangat bermanfaat bagi pemerintah desa dalam upaya menyampaikan informasi pembangunan serta pertanggungjawaban pembangunan desa kepada media publik.
Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan ciri-ciri yang melekat pada diri responden yang membedakan satu sama lain antar responden. Karakteristik responden yang dibahas dalam bab ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan. Kelima variabel tersebut dikaji karena diduga dapat mempengaruhi individu dalam penggunaan media dan akses internet yang nantinya akan dibahas dalam bab selanjutnya. Penggambaran mengenai karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada pembahasan mengenai masing-masing aspek yang membentuk karakteristik responden penilitian adalah sebagai berikut : Usia Usia merupakan lamanya hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung semenjak responden dilahirkan dan dikategorikan setelah mendapatkan data responden secara keseluruhan.Karakteristik usia responden pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori usia Dewasa awal dan dewasa lanjut. Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia di Desa Campurejo tahun 2016 Usia (tahun) Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Dewasa Awal (18-35 tahun) 83 69,2 Dewasa lanjut (> 35 tahun) 37 30,8 Total 120 100,0 Berdasarkan hasil data dari responden yang dilihat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini berada pada kategori usia desawa awal yaitu dengan persentase sebanyak 69,2 persen. Kondisi lapang juga menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Desa Campurejo adalah berada pada kategori usia dewasa. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan identitas biologi yang dimiliki oleh responden. Karakteristik jenis kelamin dihitung karena diduga mempengaruhi responden dalam akses penggunaan media serta dalam pemanfaatan internet. Jumlah
24
responden yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 orang perempuan dan 70 orang laki-laki (lihat Tabel 7) . Tabel 7 Jumlah dan persentase jenis kelamin responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jenis Kelamin Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Perempuan 50 41,7 Laki-laki 70 58,3 Total 120 100,0 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan pada penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu kategori rendah untuk Sekolah Dasar (SD), kategori sedang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan kategori tinggi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Perguruan Tinggi. Jumlah dan persentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan responden di Desa campurejo tahun 2016 Tingkat Pendidikan Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah (Jenjang SD/ Sederajat) 51 42,5 Sedang (Jenjang SMP/Sederajat) 42 35,0 Tinggi (Jenjang SMA/Sederajat 27 22,5 atau Perguruan Tinggi) Total 120 100,0 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas responden menempuh pendidikan pada jenjang sekolah dasar yaitu sebesar 42,5 persen. Fasilitas pendidikan yang berada di Desa Campurejo kurang memadai karena hanya tersedia fasilitas pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar dan MTS. Fasilitas Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terdekat berlokasi di kecamatan Candiroto sehingga membutuhkan jarak yang cukup jauh untuk menuju ke sekolah, Hal tersebut mengakibatkan minat penduduk Desa Campurejo untuk menlanjutkan pendidikan pada jenjang SMA atau SMK masih tergolong rendah. Selain hal tersebut, kesadaran masyarakat akan pentingnya menempuh pendidikan formal masih cukup rendah dikarenakan pengaruh lingkungan tempat tinggal yang mayoritas hanya menempuh pendidikan hingga sekolah dasar dan lebih memilih untuk bekerja menjadi petani dari pada melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Kecemasan penduduk akan mahalnya biaya sekolah yang harus ditanggung juga menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan pada masyarakat Desa Campurejo.
25
Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan adalah mata pencaharian yang secara rutin dilakukan oleh responden pada saat penelitian berlangsung. Jenis pekerjaan pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu Buruh, Petani, Pedagang, PNS dan lainnya. Jenis pekerjaan pada responden penelitian ini ditelili karena diduga memberikan hubungan kepada kepemilikan media akses dan pola penggunaan internet. Jumlah dan persentasi jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan paparan data pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa mayoritas responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 67,5 persen. Hal tersebut dikarenakan potensi sumber daya alam yang tersedia di Desa Campurejo cukup memandai dan menjanjikan untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian. Tabel 9 Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden di Desa Campurejo tahun 2016 Jenis Pekerjaan Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Buruh 20 16,7 Petani 81 67,5 Pedagang 2 1,7 PNS 2 1,7 Lainnya 15 12,5 Total 120 100,0 Minimnya ketersediaan lapangan kerja lain di Desa Campurejo mendorong penduduk warga untuk menjadi petani sebagai sumber utama pendapatan mereka. Berdasarkan informasi di lapang, mayoritas masyarakat Desa Campurejo adalah petani tembakau. Kualitas tembakau yang dihasilkan oleh Desa Campurejo cukup baik dan unggul sehingga Desa Campurejo mendapatkan julukan sebagai negeri tembakau. Profesi lain yang dimiliki responden adalah buruh , pedagang serta PNS. Profesi lain yang dimiliki oleh responden pada kategori lainnya seperti yang tertera pada Tabel 9 sebanyak 12,5 persen antara lain bekerja sebagai perias pengantin, kuli bangunan, usaha bengkel dan juga sebagai pengajar wiraswasta di Sekolah Dasar maupun MTS. Jumlah responden yang menjadi pedagang adalah sebesar 1,7 persen, kedua responden tersebut membuka toko sembako dan alat kebutuhan sehari-hari. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan adalah jumlah pemasukan uang rupiah atau pendapatan yang diperoleh oleh responden dalam kurun waktu satu bulan. Pengelompokan pendapatan pada penelitian ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari responden. Tingkat pendapatan responden dikelompokkan menjadi tiga kategori. Tingkat pendapatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan pendapatan petani pada penelitian ini didapatkan ketika mereka memperoleh hasil panen pada musim tanaman hortikultura, berbeda lagi ketika musim tembakau tiba. Berdasarkan Tabel 10, rata-rata responden memiliki pendapatan sedang yaitu sebanyak 47,5 persen. Mayoritas responden memiliki
26
mata pencaharian sebagai petani hortikultura dan tembakau ketika musim tembakau tiba. Berdasarkan hasil wawancara, responden yang berprofesi sebagai petani memiliki penghasilan paling tinggi antara Rp 1.000.000- Rp. 1.500.000, sementara untuk buruh tani dan pedagang hanya berkisar Rp 500.000 setiap bulannya. Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Campurejo tahun 2016 Tingkat Pendapatan Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Rendah (< Rp. 500.000,00) 39 33,5 Sedang (Rp. 500.000,00 -Rp. 57 47,5 1.000.000,00) Tinggi (> Rp. 1.000.000,00) 24 20,0 Total 120 100,0 Pendapatan yang mereka peroleh ketika musim tembakau jauh lebih besar dibandingkan musim tanaman hortikultura oleh karenanya tembakau menjadi komoditas andalan bagi penduduk Desa Campurejo. Pendapatan yang diperoleh petani tidak menentu setiap bulannya, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi musim serta musim panen yang hanya datang setiap 3 hingga 4 bulan sekali. Salah satu strategi yang diterapkan oleh penduduk Desa Campurejo untuk tetap mendapatkan penghasilan setiap bulan adalah dengan menerapkan sistem tanam dengan berbagai komoditas berbeda serta musim tanam yang berbeda sehingga mereka tetap mendapatkan penghasilan dari lahan yang mereka miliki setiap bulannya. Kepemilikan Media Akses Internet Kepemilikan media akses internet merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi tingkat keterdedahan masyarakat terhadap tingkat keterdedahan internet. Media akses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala alat yang dapat digunakan untuk mengakses informasi melalui internet. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 11 tingkat kepemilikan responden terhadap media akses internet adalah sebanyak 71,7 persen. Mayoritas responden sudah memiliki media akses internet yang berupa smartphone dan beberapa responden juga memiliki laptop yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses internet. Responden yang memiliki laptop adalah responden yang memiliki pekerjaan yang membutuhkan laptop untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tabel 11 Jumlah dan persentase kepemilikan media akses responden di Desa Campurejo tahun 2016 Kepemilikan media Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak memiliki media 34 28,3 Memiliki media akses 86 71,7 Total 120 100,0
27
Melalui hasil data yang disajikan pada data Tabel 11 tersebut dapat diketahui bahwa saat ini, memiliki media yang mampu mengakses internet merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan pada kalangan masyarakat Pedesaan. Akses Internet Akses internet pada penelitian ini dihitung dari jumlah responden yang memanfaatkan media untuk mengakses internet. Tabel 12 menjelaskan jumlah dan persentasi responden yang pernah dan sering mengakses internet menggunakan media yang mereka miliki. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden yang mengakses internet di Desa Campurejo tahun 2016 Kepemilikan media Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak mengakses Internet 43 35,8 Mengakses internet 77 64,2 Total 120 100,0 Hasil penelitian yang dipaparkan pada Tabel 12 menggambarkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini pernah mengakses internet melalui media yang mereka miliki yaitu sebanyak 64,2 persen. Pada indikator ini, responden yang terhitung sebagai responden yang mengakses internet adalah mereka yang pernah ataupun sering memanfaatkan layanan internet. Pada kelompok responden yang mengakses internet sendiri terdapat beberapa responden yang pernah sekali mencoba membuka internet melalui smartphone yang mereka miliki namun tidak berminat kembali untuk memanfaatkan layanan internet yang ada. Kondisi jaringan seluler yang terdapat disekitar lingkungan responden mempengaruhi minat responden untuk memanfaatkan fasilitas internet melalui media akses yang mereka miliki. Sehingga tidak adanya keberlanjutan masyarakat dalam memanfaatkan layanan internet. Sementara pada responden yang tidak mengakses internet terjadi karena responden tidak memiliki media akses internet serta tidak mengerti cara mengoperasikan media yang mereka miliki untuk memanfaatkan layanan internet. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan kondisi lingkungan terhadap kondisi jaringan internet mampu mempengaruhi tingkat akses internet yang dimiliki masyarakat. “...saya mempunyai handphone android yang bisa saya gunakan untuk mengakses internet, tetapi saya tidak pernah mengakses internet karena sinyal disekitar rumah saya buruk. Jadi saya tidak tertarik untuk mengakses internet.”(SR) “... Saya mempunyai handphone tetapi hanya saya manfaatkan untuk mengirimkan pesan atau untuk menelpon saja. Terkadang saya memakai handphone untuk media hiburan seperti mendengarkan musik, radio dan menggunakan fitur kamera yang terdapat di handphone...” (LFN)
28
“ ...Saya sering mengakses internet hampir setiap harinya, karena rumah saya berdekatan dengan kantor desa jadi masih terkena jangkauan sinyal wifi gratis. Saya terbantu dengan adanya wifi gratis yang disediakan desa karena saya jadi bisa internetan tanpa harus mengeluarkan uang untuk membeli kuota internet”(GRM) “... Di Desa ini internet sudah seperti kebutuhan bagi masyarakat, mengapa saya bisa bilang begitu? Karena sekalinya jaringan wifi di desa mati pasti masyarakat langsung pada protes ke para perangkat terutama para pemuda..” (AS) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ketika penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa minat mengakses internet pada masyarakat desa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya dukungan fasilitas maupun lingkungan untuk mengakses internet yang lancar. Lemahnya jaringan internet mampu menghilangkan keinginan masyarakat dalam mengakses internet sehingga tidak adanya keberlanjutan dalam penggunanaan internet. Hal ini sejalan dengan teori yang
KARAKTERISTIK SOSIOLOGIS RESPONDEN Karakteristik sosiologis merupakan suatau faktor eksternal yang dapat memberikan pengaruh kepada responden dalam setiap tindakan yang dilakukan. Karakteristik sosiologis yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengenai lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan juga lingkungan tempat kerja. Ketiga karakteristik sosiologis tersebut diduga dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat keterdedahan internet pada responden. Ketiga variabel ini akan dikategorikan menjadi tiga yaitu tinggi, rendah dan sedang. Berikut penjelasan mengenai karakteristik sosial pada responden penelitian. Lingkungan keluarga Karakteristik responden berupa lingkungan keluarga merupakan kondisi yang menggambarkan situasi lingkungan dalam keluarga yang tinggal satu rumah bersama responden yang mampu mendukung responden untuk mengakses internet. Karakteristik sosiologis lingkungan keluarga ini dihitung berdasarkan ketersediaan media akses dalam anggota keluarga, kondisi jaringan didalam rumah serta kemampuan akses internet yang dimiliki oleh anggota keluarga yang lain. Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan keluarga di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Lingkungan keluarga Jumlah (orang) Persentase(%) Rendah 43 35,8 Sedang 31 25,8 Tinggi 46 38,3 Total 120 100,0
29
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 13 mayoritas responden memiliki tingkat pengaruh lingkungan keluarga yang tinggi sebanyak 38,3 persen. Lingkungan sosiologis berupa lingkungan keluarga terutama kondisi jaringan di dalam rumah sangat memberikan pengaruh terhadap penggunaan internet. Kondisi internet yang terdapat dalam rumah akan mempengaruhi frekuensi akses internet yang dimiliki oleh responden.responden yang memiliki pengaruh lingkungan keluarga tinggi terjadi pada responden yang memiliki anggota keluarga lain yang juga mengakses internet. Hal ini terjadi karena anggota keluarga yang juga mengakses internet akan memahami permasalahan mengenai jaringan internet serta mengenai pemanfaatan layanan internet. Persentase responden yang memiliki pengaruh tingkat lingkungan keluarga rendah pada responden adalah sebanyak 35,8 persen persentase tersebut setara dengan persentase responden yang tidak mengakses internet didalam rumah. Responden yang tidak mengakses internet cenderung sama sekali tidak pernah membicarakan mengenai kondisi jaringan internet maupun mengenai pemanfaatan layanan internet karena mereka tidak memahami mengenai masalah tersebut. Lingkungan Tempat Tinggal Karakteristik sosiologis berupa lingkungan tempat tinggal atau lingkungan tetangga merupakan suatu kondisi yang menggambarkan situasi di sekitar lingkungan tempat tinggal responden serta interaksi dengan tetangga responden. Lingkungan tempat tinggal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya dukungan dari lingkungan sekitar tempat tinggal responden untuk dapat mengakses internet. Karakteristik lingkungan tempat tinggal dalam penelitian ini dihitung karena diduga memberikan pengaruh positif terhadap tingkat keterdedahan responden dalam mengakses internet. Lingkungan tempat tinggal pada penelitian ini dibatasi dengan kondisi tetangga yang tinggal disekitar rumah responden. Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan tempat tinggal dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan tempat tinggal di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Lingkungan tempat tinggal Jumlah (orang) Persentase(%) Rendah 30 25,0 Sedang 28 23,3 Tinggi 62 51,7 Total 120 100,0 Tabel 14 menjelaskan bahwa mayoritas responden penelitian mempunyai tingkat karakterteristik lingkungan tempat tinggal tinggi dalam mengakses internet yaitu sebanyak 51,7 persen. Berdasarkan hasil lapang, sebagian besar penduduk telah memiliki media akses internet yang berupa smartphone. Barang tersebut saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan bagi penduduk desa Campurejo tertutama bagi mereka yang telah mampu menggunakan internet. Beberapa respoden memaparkan bahwa tetangga disekitar rumah mereka telah mengakses internet terutama digunakan untuk pemanfaatan media sosial. Penggunaan media sosial oleh tetangga sekitarnya tersebut menjadi salah satu pendorong bagi responden
30
untuk menggunakan internet supaya tidak tertinggal informasi dan berita yang sedang hangat di desa mereka. Lingkungan Tempat Kerja Karakteristik sosiologis berupa lingkungan tempat kerja merupakan suatu kondisi yang menggambarkan situasi dan interaksi disekitar tempat kerja responden bersama dengan rekan kerjanya. Lingkungan tempat kerja dalam penelitian dihitung sebagai suatu faktor eksternal yang mempengaruhi karena hampir sebagian waktu responden yang bekerja dihabiskan ditempat kerja bersama dengan rekan kerjanya. Tabel 15 memaparkan data jumlah dan persentase tingkat dukungan lingkungan tempat kerja responden dalam mengakses dan memanfaatkan layanan internet. Tabel 15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik sosiologis lingkungan tempat kerja di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Lingkungan tempat kerja Jumlah (orang) Persentase(%) Rendah 88 73,3 Sedang 10 8,3 Tinggi 22 18,3 Total 120 100,0 Berdasarkan Tabel 15 mayoritas tingkat karakteristik sosiologis responden berupa lingkungan tempat kerja berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 73,7 persen. Hal tersebut terjadi karena mayoritas responden bekerja sebagai petani sehingga sebagian besar waktu mereka habiskan bekerja di ladang. Ketika berada di ladang para responden tidak memiliki waktu untuk menggunakan handphone mereka serta tidak pernah membicarkan mengenai kondisi jaringan serta penggunaan internet terhadap sesama petani. Responden yang memiliki karakteristik sosiologis lingkungan kerja pada kategori tinggi sebanyak 18,3 persen adalah mereka yang memiliki lingkungan yang kerja yang tetap serta terdapat dukungan fasilitas untuk mengakses internet seperti pengajar,pegawai wiraswasta di bidang pendidikan, serta perangkat desa.
31
ANALISIS TINGKAT KETERDEDAHAN INTERNET Keterdedahan merupakan suatu proses pada diri seseorang dalam penggunaan media komunikasi. Keterdedahan didefinisikan sebagai suatu aktifitas mendengar, melihat, membaca atau memberikan sejumlah perhatian kepada suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan media sebagai perantara. Media yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pemanfaatan media internet . Pengukuran terhadap keterdedahan internet pada responden dilihat melalui tiga variabel yaitu frekuensi (keseringan akses), durasi (lama akses internet) dan jenis layanan (jenis layanan yang diakses) dalam penggunaan internet. Frekuensi Frekuensi adalah intensitas responden dalam menggunakan media yang mampu mengakses internet. Pengukuran frekuensi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur intensitas akses internet yang dilakukan responden dalam kurun waktu satu minggu. Tabel 16 Jumlah dan persentase frekuensi akses internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Frekuensi Akses Internet Rendah (Tidak pernah akses internet) Sedang (Kadang-kadang) Tinggi (Selalu) Total
Responden N (orang) Persentase(%) 43 35,8 47 39,2 30 25,0 120 100,0
Frekuensi akses internet dilihat melalui beberapa indikator yang meliputi : 1) intensitas akses dalam satu minggu, 2) intensitas pemakaian dalam satu hari, 3) penggunaan waktu untuk akses internet dan 4) media akses internet. Setiap jawaban memiliki bobot yang berberda, tingkat frekuensi responden dalam mengakses internet diukur dengan menjumlah skor dari hasil jawaban responden. Tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat frekuensi dengan kategori sedang sebanyak 39,2 persen dan kategori tinggi sebanyak 25 persen. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat memiliki ketertarikan terhadap penggunaan internet dan telah mengakses internet secara rutin. Hasil pengukuran frekuensi pada kategori sedang tersebut menunjukkan bahwa intensitas akses internet yang dilakukan oleh responden dalam kurun waktu satu minggu adalah berkisar antara 1-4 hari mengakses internet. Handphone merupakan media yang paling sering digunakan oleh responden untuk meng akses internet. Mayoritas responden mengakses internet ketika memiliki waktu luang di malam hari. Responden yang memiliki tingkat frekuensi akses tinggi adalah responden yang mengakses internet setiap harinya, rata-rata responden yang sering mengakses intermet adalah responden yang berusia remaja. Sementara tingkat frekuensi pada kategori rendah sebanyak 35,8 persen merupakan hasil yang ditunjukkan oleh responden yang tidak pernah mengakses internet. Jumlah responden yang berada pada kategori rendah setara dengan jumlah responden yang tidak memiliki media akses internet.
32
Durasi Durasi merupakan total waktu rata-rata yang digunakan responden dalam mengakses internet. Analisis tingkat durasi pada responden dilakukan dengan menggunakan indikator yang mampu menunjukkan berapa lama responden mengakses internet dalam sekali akses. Tabel 17 memaparkan hasil tingkat durasi pada responden berdasarkan skor yang diperoleh responden dalam menjawab pertanyaan. Tabel 17 Jumlah dan persentase durasi akses internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Durasi Akses Internet N (orang) Persentase(%) Rendah 67 55,8 Sedang 35 29,2 Tinggi 18 15,0 Total 120 100,0 Indikator yang digunakan untuk menganalisis tingkat durasi pada responden adalah melalui beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan lama akses internet dalam satu hari, lama akses dalam setiap penggunaan internet, serta media akses yang paling lama digunakan. Tabel 17 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat durasi akses internet pada kategori rendah yaitu sebanyak 55,8 persen. Sesuai dengan hasil informasi yang didapatkan dilapang bahwasanya mayoritas responden dalam satu hari mengakses internet secara kumulatif hanya berkisar selama 1-3 jam setiap harinya dengan sekali akses internet menghabiskan waktu kurang dari 1 jam. Dalam satu kali akses internet rata-rata responden menggunakan waktu selama 10-30 menit. Hal tersebut terjadi karena mayoritas responden hanya mengakses internet disela-sela waktu istirahat mereka ketika menjalani rutinitas pekerjaan. Akses internet yang dilakukan pun hanya sekedar untuk melihat pemberitahuan pada media sosial mereka, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengakses internet. “...tidak lama mbak ketika membuka internet seperti itu, hanya sekitar 10 hingga 15 menit saja setiap kali membuka pemberitahuan dan melihat perbaharuan status di facebook. Paling lama ketika teman-teman sedang online facebook jadi bisa saling memberi dan membalas komentar...”(SHJ) “... Terkadang saya hanya menggunakan internet untuk mengirimkan laporan ke kecamatan melalui email saja, untuk mengirim email paling saya hanya membutuhkan waktu sekitar 5 hingga 10 menit saja, tergantung kondisi sinyalnya sedang lancar atau tidak ...” (NRH) Jenis Layanan yang Diakses Jenis layanan merupakan jumlah jenis layanan yang di akses oleh responden dalam pemanfaatan internet. Informasi dan layanan yang diakses oleh responden melalui pemanfaatan internet digunakan sebagai salah satu indikator dalam megukur tingkat keterdedahan responden karena mampu mengetahui pola
33
penggunaan internet pada responden. Jenis layanan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga kategori yang diukur melalui jumlah jenis layanan yang sering digunakan dalam mengakses internet. Tabel 18 Jumlah dan persentase jenis layanan yang di akses dalam penggunaan internet pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Jenis layanan yang diakses N,(orang) Persentase (%) Rendah (mengakses satu jenis layanan) 59 49,2 Sedang (mengakses dua jenis layanan) 45 37,5 Tinggi ( mengakses berbagai jenis layanan) 16 13,3 Total 120 100,0 Tabel 18 memaparkan hasil pengukuran jenis layanan yang diakses oleh responden dalam memanfaatkan internet. Analisis tingkat jenis layanan yang diakses oleh responden dihitung melalui jumlah skor total dari jawaban atas pertanyaan yang disajikan. Analisis ini juga mampu menggambarkan mengenai pola penggunakan media internet pada masyarakat pedesaan. Tabel 18 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat kategori rendah dalam jenis layanan internet yang diakses, yaitu sebesar 49,2 persen. Rendahnya tingkat jenis layanan yang diakses oleh masyarakat terjadi karena sebagian besar hanya menggunakan layanan internet untuk mengakses akun media sosial dan messager yang mereka miliki seperti facebook, whahtsap, dan juga BBM. Facebook menjadi salah satu layanan yang paling sering reponden akses setiap harinya. Kemudian pada ketegori tingkat jenis isi pesan sedang terdapat sebesar 37,5 persen reponden. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebaran antara responden yang memiliki tingkat jenis layanan tinggi dengan yang sedang memiliki perbedaan yang signifikan. Pada tingkat kategori sedang, selain sering mengakses internet untuk menggunkan media sosial adalah dengan memanfaatkan layanan google untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Karena mayoritas responden adalah petani maka informasi yang sering diakses adalah informasi mengenai pertanian, budidaya tanaman serta tentang berita yang berhubungan dengan komoditas pertanian dipasar. kategori tinggi dalam aspek jenis isi pesan ini hanya sebanyak 13,3 persen dari keseluruhan jumlah responden. Pemberian kategori tinggi ini dihitung berdasarkan jumlah layanan yang telah dimanfaatkan oleh responden ketika mengakses informasi yakni lebih dari dua jenis layanan yang disediakan internet. Selain penggunaan media sosial dan info pertanian, jenis isi pesan yang diakses oleh responden adalah layanan onlineshop dan juga layangan Youtube sebagai hiburan online yang mereka pilih. Penggunaan layanan e-mail juga telah dimanfaatkan oleh beberapa reponden yang memiliki pekerjaan tetap disebuah instansi seperti tenaga pengajar di sekolah swasta serta para perangkat desa. Penggunaan jenis layanan ini menjadi salah satu indikator dalam pengukuran keterdedahan karena dapat menganalisis kemampuan responden dalam memanfaatkan berbagai layanan internet yang memiliki perbedaan cara akses serta penggunaan dalam pengoperasian layanan tersebut. Pemanfaatan jenis
34
layanan yang diakses oleh responden dapat diketahui melalui beberapa pernyataan dibawah ini. “.. buka internet kadang kalo lagi ga facebookan ini mbak sering buka berita-berita kayak harga sayuran dipasar, trus harga pupuk sama paling baca berita tentang hasil panen gitu...” (GRM) ”... Karena pekerjaan saya sebagai perias pengantin, jadi saya sering mamanfaatkan layanan google untuk mencari inspirasi mengenai kebaya baru dan juga riasan pengantin modern..” (TTK) “... Jadi gampang sekarang semenjak ada layanan wifi gratis ini kadang pakai internet cuma untuk kirim email kalo disuruh ngumpulin laporan sama kecamatan jadinya ga perlu jauh-jauh nganterin ke kecamatan dan kalo misalnya ada yang salah gitu kan kalo pakai email bisa dikirim ulang...”(NHD) “... sering pada nonton video di youtube itu mbak, sambil pada nongkrong di warung sebelah balai desa itu kan kalo malem-malem pemuda trus suka pada nonton cari video klip lagu-lagu sama nonton video kesenian soalnya kan kelompok kesenian di desa kan aktif banget ya mbak jadinya suka pada nyari-nyari info..” (JK) Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa pemanfaatan layanan dalam mengakses layanan dipengaruhi oleh jenis pekerjaan serta tingkat kebutuhkan pada setiap responden. Keberagaman jenis layanan yang diakses dalam penggunaan internet ini sebagian besar dimiliki oleh responden yang masih muda serta memiliki banyak waktu untuk mengakses internet. Analisis Tingkat Keterdedahan Tingkat keterdedahan dalam penelitian ini diperoleh melalui analisis hasil akumulatif responden dari pengukuran aspek keterdedahan, yaitu frekuensi, durasi dan jenis layanan dalam mengakses internet. Hasil pengukuran pada tingkat keterdedahan tersebut kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Frekuensi dan persentase atas tingkat keterdedahan responden akan dijelaskan pada Tabel 19 Tabel 19 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan akses internet masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Responden Tingkat Keterdedahan N (orang) Persentase(%) Rendah 54 45,0 Sedang 45 37,5 Tinggi 21 17,5 Total 120 100,0 Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh Tabel 19 mayoritas responden memiliki tingkat keterdedahan internet rendah yakni sebanyak 45,0 persen atau sebanyak 54 orang. Rendahnya tingkat keterdedahan internet pada
35
responden ini terjadi karena 34 orang dari 120 orang responden penelitian tidak memiliki media akses internet dan atau memiliki media akses internet namun tidak memanfaatkan layanan internet. Kedua hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup kuat bagi tingkat frekuensi, durasi dan jenis layanan yang mampu mereka akses melalui internet. Mayoritas responden mempunyai tingkat keterdedahan internet sedang karena adanya ketidak mampuan masyarakat dalam memanfaatkan layanan-layanan lain yang disediakan pada internet. Selain itu kesibukan responden dalam menjalani aktivitas keseharian mengakibatkan masyarakat tidak memiliki banyak waktu senggang untuk mengoperasikan media komunikasi yang mereka miliki. Mayoritas responden bekerja pada pagi hingga siang hari, dan ketika malam hari sering adanya kegiatan sosial masyarakat seperti rapat gapoktan, rapat anggota RW, kelompok yasin, kelompok kesenian dan berbagai kegiatan sosial lainnya sehingga responden hanya mengoperasikan internet hanya pada waktu-waktu istirahat yang mereka miliki. Hal tersebut mempengaruhi tingkat durasi dan frekuensi akses yang dimiliki oleh responden.
36
HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN RESPONDEN DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU Keterdedahan Internet Berdasarakan Tempat Tinggal Responden Terdapat 120 responden pada penelitian yang terdiri dari warga dusun Krajan dan warga Dusun Gondang. Jumlah responden dari masing-masing dusun adalah sebanyak 60 orang. Dusun Krajan merupakan dusun yang memiliki kondisi jaringan internet yang paling baik di Desa Campurejo. Selain itu Dusun Krajan merupakan satu-satunya dusun yang terjangkau oleh fasilitas wifi gratis yang disediakan oleh pemerintah desa. Sementara Dusun Gondang memiliki kondisi jangkauan jaringan internet yang lemah serta sama sekali tidak terjangkau oleh jaringan wifi yang disediakan pemerintah desa. Tabel 20 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet berdasarkan lokasi tempat tinggal pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Alamat Dusun Krajan Dusun Gondang Total
Rendah n % 24 40.0 30 50.0 54 45.0
Keterdedahan Sedang N % 22 36,7 23 38.3 45 37.5
tinggi N % 14 23,3 7 11,7 21 17.5
Total N 60 60 120
% 100.0 100.0 100.0
Hasil tabulasi silang antara keterdedahan internet dengan tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 20. Terlihat bahwa presentase keterdedahan responden yang bertempat tinggal di Dusun Krajan lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bertempat tinggal di Dusun Gondang. Namun berdasarkan hasil penelitian perbedaan tingkat keterdedahan yang dimiliki oleh responden pada masing-masing daerah tidak terlalu sigifikan. Terdapat responden dari Dusun Gondang yang memiliki tingkat keterdedahan internet pada kategori sedang dan tinggi. Hal tersebut membuktikan bahwa kondisi wilayah tidak lagi membatasi tingkat keterdedahan pada masyarakat desa. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Asymp Sig sebesar 0,221 > 0,05 hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifkan antara daerah tempat tinggal responden dengan tingkat keterdedahan internet pada responden. Hal ini terjadi karena tingginya minat yang dimiliki responden terhadap pemanfaatan internet terutama di kalangan pemuda sehingga masyarakat melakukan usaha lebih untuk mencari sumbersumber jaringan internet yang memiliki sinyal kuat. Banyak dari responden di yang tinggal di Dusun Gondang tidak pergi ke Dusun Krajan untuk mendapatkan akses sinyal internet yang kuat dengan memanfaatkan fasilitas wifi gratis yang disediakan oleh desa. Hampir setiap sore warga memanfaatkan layanan wifi gratis yang berpusat pada kantor kepala Desa Campurejo.
37
Keterdedahan Internet berdasarkan Usia Responden Hubungan antara tingkat keterdedahan internet dengan usia responden dipaparkan pada Tabel 21. Hasil tabulasi silang yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 67,7 persen responden yang berada pada kategori usia diatas 35 tahun memiliki tingkat keterdedahan internet rendah. Sedangkan sebanyak 48,1 persen responden pada kategori usia 18-35 tahun memiliki tingkat keterdedahan internet yang sedang. Tabel 21 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet berdasarkan usia pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Total Tinggi Sedang Rendah Usia n % n % n % N % 18 -35 tahun 14 16,8 40 48,1 29 34,9 83 100 >35 tahun 7 18,9 5 13,5 25 67,6 37 100 Total 21 17,5 45 37,5 54 45 120 100 Pakar pendidikan Marc Prensky, mengemukakan terdapat dua kategori generasi berkaitan dengan penggunaan internet, yaitu digital natives dan digital immigrants. Digital natives merupakan generasi yang lahir pada era digital sementara digital immigrants merupakan generasi yang lahir sebelum era digital tetapi kemudian tertarik lalu mengabdopsi hal baru dari teknologi tersebut. Responden yang berada kategori digital immigrants yakni usia di atas 35 tahun sebagian besar telah bekerja dan tidak memiliki media akses internet. Hal ini menyebabkan perbedaan kepemilikan waktu luang yang dimiliki oleh responden. Responden dalam kategori digital immigrants memiliki kemampuan yang rendah dalam mengoperasikan dan memanfaatkan layanan internet pada smartphone yang mereka miliki sehingga mereka tidak memahami cara mengakses internet melalui handphone canggih yang mereka miliki. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue= 0,003 < 0,05. Artinya terdapat hubungan antara usia responden dengan tingkat keterdedahan internet responden. Responden pada kategori usia muda dan dewasa awal lebih terdedah dibandingkan dengan responden pada kategori usia dewasa karena reponden yang berada pada rentan usia tersebut lebih mudah memahami tata cara penggunaan media komunikasi yang mereka miliki untuk mengakses internet. Keterdedahan Internet dengan Jenis Kelamin Hasil analisis mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat internet pada masyarakat Desa Campurejo dipaparkan pada Tabel 22. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki memiliki tingkat keterdedahan internet yang lebih tinggi dibandingkan dengan reponden yang berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden laki-laki memiliki tingkatt keterdedahan internet sedang yaitu sebanyak 45,7 persen. Sementara berdasarkan hasil dari tabulasi silang, mayoritas responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat keterdedahan internet rendah, yakni
38
sebanyak 62 persen dari total responden perempuan yang terdapat dalam penelitian. Tabel 22 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet berdasarkan kelamin pada masyarakat Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Total Tinggi Sedang Rendah Jenis Kelamin N % N % N % N Laki-laki 15 21,4 32 45,7 23 32,9 70 Perempuan 6 12 13 26 31 62 50 Total 21 17,5 45 37,5 54 45 120
jenis
% 100 100 100
Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Chi Square, diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,007 dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh responden. Hal tersebut terjadi karena disebabkan laki-laki memiliki waktu luang lebih banyak untuk mengakses internet dibandingkan dengan perempuan yang harus mengurus pekerjaan rumah. “.. Laki-laki lebih sering menggunakan internet karena mereka memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Karena perempuan harus mengurus urusan rumah tangga dan menjaga anak sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menggunakan internet. Mungkin ada kesempatan main handphone ketika menjaga anak itupun hanya ...” (FTC) “Kalo perempuan sih kayaknya jarang mbak , apalagi kalo yang pakai wifi desa itu biasanya anak-anak muda yang laki-laki pada nongkrong di deket balai desa gini sama warung itu pada internetan, buka youtube, facebook. Kalo yang perempuan kan maghrib juga udah pada ga keluar...” (SLD) Berdasarkan kondisi lapang menunjukkan bahwa ketika sore hari tiba jarang terdapat masyarakat perempuan yang berada diluar rumah. Hanya terdapat beberapa kumpulan pemuda desa yang berkumpul bersama dengan tetangga pada malam hari. Hal tersebut tentunya berdampak terhadap penggunaan layanan internet dengan memanfaatkan wifi gratis yang disediakan oleh desa. Laki-laki memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengakses internet dibandingkan oleh perempuan terutama dalam memanfaatkan fasilitas wifi gratis. Selain itu juga dipengaruhi oleh penguasaan kepemilikan media akses internet dalam suatu keluarga, dimana mayoritas warga hanya memiliki satu media yang dapat mengakses internet didalam rumah mereka sehingga ketika ingin menggunakannya mereka harus bergantian untuk mengakses internet, sementara pada penggunaan media akses dalam hal ini handphone canggih kaum laki-laki baik yang berstatus sebagai suami ataupun anak laki-laki dalam keluarga memiliki hak yang lebih besar dalam menggunakan media tersebut. Perempuan di desa memiliki tingkat keterdedahan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki juga terjadi karena perempuan memiliki beban tanggungan kerja yang lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki sehingga memiliki kesempatan yang lebih rendah juga untuk mengakses internet. Beban kerja yang dimaksud adalah dalam mengurus urusan rumah tangga dan
39
mengurus anak. Pada pagi hari perempuan di desa harus memasak dan mengurus anak hingga mengantarkan untuk berangkat sekolah, kemudian membantu suami di ladang pertanian. Pada saat sore hari tiba, mereka harus mengurus anak dan memasak untuk memasak untuk keluarga. Adanya kepercayaan bahwa tidak baik bagi perempuan untuk keluar pada malam hari juga mengakibatkan perempuan memiliki kesempatan yang rendah untuk memanfaatkan layanan wifi gratis yang disediakan oleh pemerintahan desa. Keterdedahan internet dengan jenis pekerjaan Hasil analisis mengenai hubungan antara jenis pekerjaan dan tigkat keterdedahan internet dipaparkan pada Tabel 23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden pada berbagai kategori jenis pekerjaan memiliki tingkat keterdedahan internet sedang terkecuali pada responden yang bekerja sebagai petani. Mayoritas responden yang bekerja sebagai petani memiliki tingkat keterdedahan internet rendah, yaitu sebanyak 53,1 persen . Hasil tabulasi silang antara keterdedahan internet dengan jenis pekerjaan responden secara rinci dapat dilihat pada Tabel 23. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki jenis pekerjaan sebagai petani berada pada tingkat keterdedahan rendah. Bila diuji dengan Uji Chi Square nilai Asymp. Sig yang diperoleh adalah sebesar 0.075> 0.05 maka terima Ho. Artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh responden. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden tidak mempengaruhi keragaman tingkat keterdedahan internet yang muncul pada responden. Tabel 23 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet berdasarkan jenis pekerjaan pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Total Rendah sedang Tinggi Jenis pekerjaan N % N % N % N % Buruh 9 45 8 40 3 15 20 100 Petani 43 53,1 26 32,1 12 14,8 81 100 Pedagang 0 0 1 50 1 50,0 2 100 PNS 0 0 2 100 0 0 2 100 Lainnya 2 13.3 8 53,3 5 33,3 15 100 Total 54 45.0 45 37.5 21 17.5 120 100.0 Hal tersebut terjadi karena responden yang bekerja sebagai petani memiliki waktu senggang yang tidak banyak. Selain itu mereka hanya memanfaatkan layanan internet untuk membuka facebook dan terkadang digunakan untuk mencari informasi-informasi di bidang pertanian. Mayoritas responden juga memanfaatkan layanan internet sebagai sarana hiburan yaitu dengan memanfaatkan layanan youtube untuk menonton video yang mereka sukai serta mengunduh video lagu kesukaan mereka. Waktu yang dimiliki responden yang bekerja sebagai petani untuk mengakses internet adalah pada sore hari. Pada pagi hingga siang hari responden yang bekerja sebagai petani menggunakan waktunya untuk bekerja di ladang dan kemudian pada malam hari sebagian responden yang bekerja sebagai petani yang mayoritas adalah laki-laki meggunakan waktu
40
senggangnya untuk melakukan kegiatan sosial masyarakat desa bersama warga desa seperti rapat RT, jamaah yasin dan perkumpulan gapoktan. Sementara responden dengan jenis pekerjaan pedagang, PNS dan lainnya memiliki tingkat keterdedahan internet sedang karena dipengaruhi oleh kebutuhan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan yang mereka miliki seperti mengirimkan tugas laporan melalui internet dengan memanfaatkan layanan e-mail yang disediakan. Layanan internet memberikan kemudahan bagi mereka untuk menyelesaikan laporan mereka karena dengan memanfaatkan internet, mereka mampu menghemat biaya serta waktu yang harus ditempuh untuk menyerahkan laporan kepada kantor pemerintahan daerah terdekat. Kategori jenis pekerjaan lainnya pada Tabel 23 memiliki tingkat keterdedahan internet yang tinggi karena responden yang termasuk dalam pekerjaan lainnya adalah responden yang bekerja sebagai tukang pegawai wiyaktabakti yang berkerja pada instansi pendidikan di Desa Campurejo, tukang rias pengantin dan responden yang bekerja sebagai perangkat desa. Keterdedahan Internet dengan Kepemilikan Media Akses Internet Kepemilikan responden terhadap media akses internet merupakan salah satu faktor penting yang diukur umtuk menentukan keterdedahan. Hal ini disebabkan karena kepemilikan media untuk akses internet merupakan suatu faktor penting yang mendukung kemampuan responden dalam mengakses internet hal tersebut tentunya berpengaruh dengan tingkat keterdedahan individu. Tabel 24 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet dan kepemilikan media akses pada masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Kepemilikan Media Total Tinggi Sedang Rendah Akses Internet n % N % n % N % Memiliki 20 23,3 42 48,8 24 27,9 86 100.0 Tidak Memiliki 1 2,9 3 8,8 31 88,2 34 100.0 Total 21 17,5 45 37,5 54 45 120 100.0 Hasil tabulasi silang yang digambarkan pada Tabel 24 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang tidak memiliki media akses internet memiliki tingkat keterdedahan internet rendah yaitu sebanyak 88,2 namun juga terdapat 2,9 persen responden yang memiliki tingkat keterdedahan internet tinggi walaupun tidak memiliki media akses internet. Hal ini terjadi karena responden yang tidak memiliki media akses internet tersebut mengakses internet dengan cara meminjam handphone orang tuanya atau saudaranya. Pada responden yang memiliki media akses internet mayoritas memiliki tingkat keterdedahan internet sedang yaitu sebanyak 48,8 persen. Pada responden yang memiliki media akses internet, sebanyak 20 persen memiliki tingkat keterdedahan internet yang rendah dan sebanyak 16,7 persen memiliki tingkat keterdedahan internet tinggi. Bila diuji dengan menggunakan uji Chi Square nilai Pvalue yang diperoleh adalah sebesar 0,000 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 pada tingkat taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Dari hasil perhitungan tersebut nilai Pvalue 0.000≤ α (0.05) maka artinya terdapat hubungan yang singnifikan antara kepemilikan media akses internet dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Hal tersebut
41
terjadi karena kepemilikan media akses merupakan faktor utama yang mempengaruhi responden agar mampu mengakses internet. Responden yangv tidak memiliki media yang dapat mengakses internet tidak memahami sama sekali mengenai penggunaan internet sehingga mereka memiliki tingkat keterdedahan internet yang rendah. “... Saya tidak mempunya handphone yang bisa dipakai untuk internetan jadi saya tidak pernah membuka internet dan saya tidak tahu apa-apa tentang internet..” (LDM) Keterdedahan Internet dengan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik individu yang mampu mempengaruhi tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Berdasarkan hasil tabulasi silang yang disajikan pada Tabel 25, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan yang dimiliki responden dengan tingkat keterdedahan internet. Tingkat pendidikan pada penelitian ini dianggap memiliki hubungan terhadap keterdedahan intenet karena mempengaruhi kemampuan responden dalam menggunakan serta mengoperasikan media akses internet serta pada kemampuan dalam kepemilikan media akses internet yang mereka miliki. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa terdapat hubungan tingkat pendidikan yang dimiliki responden dengan tingkat keterdedahan yang mereka miliki. Tabel 25 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet pada masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Campurejo Tahun 2016 Keterdedahan Total Sedang Rendah Tingkat Pendidikan Tinggi n % N % n % N % Tinggi 7 25.9 11 40.7 9 33.3 27 100.0 Sedang 8 19 23 54.8 11 26.2 42 100.0 Rendah 6 11.8 11 21.6 34 66.7 51 100.0 Total 21 17.5 45 37.5 54 45.0 120 100.0 Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,306 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 %. Dari hasil perhitungan tersebut artinya terdapat hubungan yang singnifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,306 yang termasuk kedalam kategori hubungan yang rendah (0,20-0,399). Tingkat pendidikan memiliki hubungan terhadap keterdedahan interenet karena mempengaruhi kemampuan responden dalam memanfaatkan media akses internet. Hubungan rendah yang terjadi pada kedua variabel ini adalah karena tingkat pendidikan secara tidak langsung berhubungan dengan usia responden. Mayoritas responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah adalah responden yang berada pada usia tua, seiring berjalannya waktu standar tingkat pendidikan yang dimiliki oleh generasi selanjutnya pengalami peningkatan sehingga memiliki jengang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebutlah yang kemudian mempengaruhi tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh responden.
42
HUBUNGAN KETERDEDAHAN INTERNET DENGAN KARAKTERISTIK SOSIOLOGIS Keterdedahan internet dengan Kondisi Lingkungan Keluarga Karakteristik sosiologis yang berupa lingkungan keluarga merupakan suatu kondisi dan interaksi yang tercipta pada keluarga yang tinggal satu rumah dengan responden seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Tabel 26 memaparkan hasil tabulasi silang hubungan antara lingkungan keluarga dengan tingkat keterdedahan responden terhadap akses internet. Tabel 26 Jumlah dan persentase tingkat keterdedahan internet lingkungan keluarga di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Lingkungan Tinggi sedang Rendah Keluarga n % n % n % Tinggi 10 21.7 22 47.8 14 30.4 Sedang 7 22.6 10 32.3 14 45.2 Rendah 4 9.3 13 30.2 26 60.5 Total 21 17.5 45 37.5 54 45.0
dengan kondisi Total N 46 31 43 120
% 100.0 100.0 100.0 100.0
Berdasarkan Tabel 26 mayoritas responden ynag memiliki dukungan lingkungan keluarga tinggi memliki tingkat keterdedahan internet sedang yaitu sebanyak 47.8 persen. Sementara pada responden yang memiliki dukungan lingkungan keluarga rendah mayoritas juga memiliki tingkat keterdedahan yang rendah pula, yaitu sebanyak 60.5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik lingkungan keluarga dengan tingkat keterdedahan internet yang dimiliki responden. Terdapat kecenderungan relatif pada hasil tabulasi silang, dimana semakin rendah dukungan lingkungan keluarga dalam mengakses internet makan semakin rendah pula tingkat keterdedahan internet yang mereka miliki. Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,255 . Dari hasil perhitungan tersebut nilai signifikansi 0.05≤ α (0.05) maka artinya terdapat hubungan yang singnifikan antara kondisi lingkungan keluarga dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,225 yang termasuk kedalam kategori hubungan yang lemah (0,20-0,399). “...Saya tidak pernah mengakses internet jadi saya tidak pernah membicarakan mengenai hal tersebut kepada anggota keluarga dirumah. Saya tidak mengerti apa-apa tentang internet...” (STK) “...Saya sering membicarakan dengan suami mengenai kondisi jaringan dan cara memanfaatkan layanan-layanan yang ada di internet. Soalnya kami sama-sama mempunyai handphone yang bisa mengakses internet, tetapi suami saya lebih pintar dalam memanfaatkan layanan internet jadi saya sering bertanya kepada suami...” (RN)
43
“... jarang ya kalo dirumah tidak pernah membicarakan permasalahan tersebut secara khusus paling hanya menanyakan saja apakah sinyalnya sedang lancar atau tidak...” (NH) Lingkungan keluarga mempunyai hubungan terhadap tingkat keterdedahan internet responden karena juga menggambarkan kondisi keluarga yang dimiliki oleh responden. Responden yang memiliki kondisi keluarga yang hampir seluruh anggotanya mengakses internet mayoritas memiliki tingkat keterdedahan internet yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki anggota keluarga yang tidak pernah megngakses internet. Keterdedahan internet dengan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Karakteristik sosiologis berupa lingkungan tempat tinggal merupakan kondisi lingkungan yang berupa kondisi jaringan internet dan interaksi responden dengan tetangga yang bertempat tinggal disekitar rumahnya. Tabel 27 memaparkan hasil perhitungan tabulasi silang antara karakteristik lingkungan tempat tinggal responden dengan tingkat keterdedahan akses internet yang dimiliki oleh responden. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 27, diketahui bahwa mayoritas responden yang memiliki dukungan lingkungan tempat tinggal rendah terhadap kemampuan akses internet memiliki tingkat keterdedahan internet yang rendah yakni sebanyak 60 persen. Sementara mayoritas responden sebanyak 40.3 persen yang memiliki dukungan lingkungan tempat tinggal tinggi mengenai akses internet dan kondisi jaringan tersebut memiliki tingkat keterdedahan internet yang sedang. Tabel 27 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Lingkungan Tempat Total Tinggi Sedang Rendah Tinggal N % N % n % N % Tinggi 13 21.0 25 40.3 24 38.7 62 100.0 Sedang 6 21.4 10 35.7 12 42.9 28 100.0 Rendah 2 6.7 10 33.3 18 60.0 30 100.0 Total 21 17.5 45 37.5 54 45.0 120 100.0 Pada tabel tabulasi silang antara dukungan lingkungan temat tinggal dengan tingkat keterdedahan internet juga terlihat suatu kecenderungan dimana semakin rendah dukungan dan kondisi lingkungan tetangga dalam mengakses internet maka semakin rendah pula tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh masyarakat. Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,177 dengan taraf signifikansi sebesar 0,053 pada tingkat taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Dari hasil perhitungan tersebut nilai signifikansi 0.053 ≤ α (0.05) maka artinya terdapat hubungan yang singnifikan antara kondisi lingkungan tempat tinggal dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,177 yang termasuk kedalam kategori hubungan yang sangat lemah (0,00-0,199). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kondisi karakteristik lingkungan tempat tinggal dengan tingkat keterdedahan yang dimiliki oleh responden. Namun perbedaan yang terjadi pada
44
responden dengan tidak signifkan. Kondisi lingkungan tempat tinggal mampu mempengaruhi minat responden untuk memanfaatkan internet. “...Tetangga sudah terbiasa dengan layanan internet, mereka menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan tetangga lain sekalian untuk hiburan sambil menjaga anak. Sekarang mereka menggunakan Whatsap, dan Facebook hampir semuanya punya kalo Facebook. Terkadang saya kalau tidak mengikuti peerkembangan berita di facebook saya jadi tidak tau apa-apa tentang berita yang lagi heboh ditetangga. Soalnya kalo di facebook mereka mengupdate status dan memberikan komentar... ” (STM) Berdasarkan hasil tabulasi silang serta kondisi lapang dapat disimpulkan bahwa responden yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang memiliki dukungan untuk mengakses internet rendah cenderung memiliki tingkat keterdedahan internet yang semakin rendah. Masyarakat yang memiliki pengaruh dan dukungan mengakses internet tinggi memiliki tingkat keterdedahan yang lebih tinggi karena termotivasi untuk mengikuti perkembangan teknologi di sekitar tempat tinggalnya. Sehingga mereka merasa mampu mengikuti perkembangan informasi dan berita yang beredar dilingkungannya yang mereka bicarakan melalui media sosial. Keterdedahan Internet dengan Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Hasil analisis hubungan antara kondisi lingkungan tempat kerja dengan tingkat keterdedahan internet pada responden dijelaskan pada Tabel 28. Berdasarkan hasil tabel tabulasi silang dipaparkan, mayoritas responden yang memiliki dukungan lingkungan tmpat kerja terhadap akses dan jaringan internet memiliki tingkat keterdedahan yang rendah yaitu sebesar 50 persen. Pada responden memiliki dukungan kondisi lingkungan tempat kerja tinggi mengenai akses internet dan kondisi jaringan, mayoritas responden sebanyak 40,9 persen memiliki tingkat keterdedahan internet sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan tempat kerja dengan tingkat keterdedahan internet individu pada responden penelitian. Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet dengan kondisi lingkungan tempat kerja masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016 Keterdedahan Lingkungan Tempat Total Tinggi Sedang Rendah Kerja n % n % N % N % Tinggi 6 27.3 9 40.9 7 31.8 22 100.0 Sedang 2 20.0 5 50.0 3 30.0 10 100.0 Rendah 13 14.8 31 35.2 44 50.0 88 100.0 Total 21 17.5 45 37.5 54 45.0 120 100.0 Tabel 28
Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,175 dengan taraf signifikansi sebesar 0,056 pada tingkat taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Dari
45
hasil perhitungan tersebut nilai signifikansi 0.056 ≥ α (0.05) maka artinya tidak terdapat hubungan yang singnifikan antara kondisi lingkungan kerja dengan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat. Mayoritas responden bekerja sebagai petani sehingga mereka memiliki lingkungan tempat kerja yang berupa ladang pertanian, mereka tidak memiliki banyak waktu senggang untuk membicarakan mengenai internet dan penggunaan internet dengan petani lainnya serta tidak memiliki kesempatan untuk mengoperasikan media akses internet yang mereka miliki . Selain itu, kondisi jaringan internet yang terdapat di lahan tersebut tidak memberi dukungan bagai mereka untuk mengakses internet.
46
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KETERDEDAHAN DENGAN TINGKAT ASPEK PERILAKU Responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang beragam baik dari segi karakteristik individu maupun sosiologis. Keberagaman karakteristik mempengaruhi tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh masyarakat. Adanya perbedaan tingkat keterdedahan internet masyarakat tersebut tentunya akan memunculkan sikap yang berbeda dengan masyarakat dalam menanggapi suatu informasi. Pada penelitian ini sikap yang diukur adalah mengenai sikap masyarakat terhadap pengelolaan APBDes yang terjadi di Desa Campurejo. Komponen sikap yang diukur pada penelitian ini yaitu mengenai komponen kognisi, afeksi dan konasi yang muncul pada masyarakat sebagai pengaruh dari keterdedahan internet. Seperti yang diungkapkan oleh Gebner (1973) bahwa keterdedahan khalayak terhadap informasi secara terus menerus dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang positi. Keterdedahan internet dengan komponen kognisi masyarakat terhadap pengelolaan APBDes Komponen sikap kognisi merupakan pengetahuan yang dimiliki masyarakat. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengenai seberapa jauh pemahaman responden terhadap APBDes yang memiliputi pengertian, pihak pengelolaan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaannya. Hubungan antara tingkat keterdedahan internet responden dengan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap APBDes akan dijelaskan pada Tabel 29. Tabel 29 Jumlah dan persentase analisis hubungan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat dengan tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Campurejo tahun 2016. Pengetahuan Tingkat Total Tinggi Sedang Rendah Keterdedahan n % N % n % N % Tinggi 5 23.8 10 47.6 6 28.6 21 100.0 Sedang 10 22.2 19 42.2 16 35.6 45 100.0 Rendah 8 14.8 21 38.9 25 46.3 54 100.0 Total 23 19.2 50 41.7 47 39.2 120 100.0 Berdasarkan hasil tabulasi silang di atas, mayoritas responden yang memiliki tingkat keterdedahan internet rendah juga memiliki tingkat pengetahuan yang rendah yakni sebanyak 46.3 persen. Pada responden yang memiliki tingkat keterdedahan sedang, mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yakni sebanyak 42.2 persen. Kemudian pada tingkat keterdedahan internet tinggi, mayoritas responden juga memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yakni sebanyak 47.6 persen. Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar 0,148 dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 pada tingkat taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Dari hasil perhitungan tersebut nilai signifikansi 0.107 > α (0.05) maka artinya tidak terdapat hubungan
47
antara tingkat keterdedahan responden dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden mengenai pengelolaan APBDes desa. Hal tersebut terjadi karena mayoritas masyarakat tidak pernah menggunakan internet untuk mengakses informasi mengenai APBDes. Walaupun desa telah menyediakan informasi publik mengenai APBDes dan pertanggungjawaban penggunaan APBDes secara online melalui website desa yang dikelola namun tidak memberikan pengaruh bagi pengetahuan masyarakat karena masyarakat tidak mengetahui keberadaan dari website tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa transparasi pengelolaan yang disajikan secara online tidak berjalan efektif apabila tidak pernah di sosialisasikan keberadaannya terhadap masyarakat. “... saya tahu kalo ada website desa, dulu diberi tahu ketika peresmian desa cyber oleh Pak Gubernur. Tetapi saya belum pernah mengakses website tersebut karena saya tidak mengetahui alamatnya, tapi kalo di cari di internet pasti ketemu” (SSL) “... Dulu saya pernah membukanya sekali sewaktu awal-awal peresmian saja, memang lengkap isinya ada berita ada rincian dana desa dan peraturan desanya juga,tetapi sekarang saya tidak pernah membukanya lagi.” (KR) “.. Memang belum disosialisakan karena saya merasa tidak percaya diri dengan website tersebut, saya merasa masih banyak konten yang belum lengkap dan harus saya perbaharui dulu sebelum saya sosialisasikan ke warga...” (ERF) “... Saya tau informasi tentang APBDes karena saya ikut musyawarah dusun yang rutin setiap tahunnya, ada musyawarah di tingkat dusun membahas mengenai apa saja yang akan diajukan untuk dimintakan bantuan dana pembangunan...” (GRM) Hasil wawancara pada responden diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak mengetahui keberadaan website desa tersebut sehingga mereka tidak pernah mengunjungi website desa yang menyediakan informasi mengenai APBDes maupun informasi mengenai pembangunan desa lainnya. Hanya beberapa masyarakat desa yang mengetahui keberadaan website desa dan pernah mengakses website tersebut. Berdasarkan penuturan responden, mereka membuka website tersebut hanya beberapa kali disaat penetapan desa Campurejo sebagai Desa Cyber pertama di Jawa Tengah. Selebihnya mereka tidak pernah mengakses website desa lagi karena infromasi yang disediakan pada website tersebut tidak diperbaharui secara rutin. Pengetahuan yang dimiliki responden mengenai APBDes saat ini didapatkan dari sosialisasi yang diberikan ketika dilakukan pertemuan warga yang baik ditingkat RT, RW, dusun, maupun ketika rapat desa. Mayoritas yang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan APBDes yang berjalan di desa adalah warga yang diundang dan yang terlibat dalam musrembang desa.
48
Keterdedahan internet dengan komponen afeksi masyarakat yang muncul dalam pengelolaan APBDes Komponen perilaku sikap yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan penilaian masyarakat terhadap pengelolaan APBDes yang berjalan di Desa Campurejo. Hubungan antara tingkat keterdedahan internet dengan sikap yang muncul pada masyarakat disajikan pada Tabel 30. Berdasarkan hasil tabulasi silang, semua responden memiliki sikap yang positif terhadap pengelolaan APBDes di desa. Responden yang memiliki tingkat keterdedahan rendah sebanyak 45 persen memiliki sikap yang positif terhadap pengelolaan APBDes. Sebanyak 37,5 persen responden yang memiliki tingkat keterdedahan sedang memiliki sikap yang positif. Pada responden yang memiliki tingkat keterdedahan internet tinggi sebanyak 17,5 persen responden memiliki sikap yang positif terhadap pengelolaan APBDes di Campurejo. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang terjadi antara tingkat keterdedahan yang dimiliki oleh responden dengan sikap yang muncul pada responden dalam menanggapi pengelolaan APBDes di Desa Campurejo. Tabel 30 Jumlah dan persentase hubungan tingkat keterdedahan internet pada masyarakat desa dengan aspek afeksi masyarakat terhadap pengelolaan APBDes di Desa Campurejo tahun 2016 Sikap Tingkat Total negatif Netral Positif Keterdedahan N % N % N % n % Rendah 0 0.0 0 0.0 54 45.0 54 45.0 Sedang 0 0.0 0 0.0 45 37.5 45 37.5 Tinggi 0 0.0 0 0.0 21 17.5 21 17.5 Total 0 0.0 0 0.0 120 100.0 120 100.0 Sikap positif tersebut muncul pada responden karena dalam pengelolaan APBDes di Desa Campurejo terdapat keterbukaan baik dari segi dana maupun priorits pembangunan yang akan dilakukan. Informasi mengenai dana desa yang diperoleh disampaikan melalui rapat tahunan yang diselenggarakan kemudian diteruskan kepada masyarakat melalui rapat RT yang rutin dilakukan oleh warga. Selain itu, prioritas pembangunan yang dilakukan setiap tahunnya juga merupakan hasil yang musyarah yang berasal dari hasil musyawarah warga pada tingkat dusun. Selain itu ketika melaksanakan pembangunan desa warga dilibatkan untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan dan pada setiap pembangunan selalu dipasang papan yang berisikan informasi mengenai penggunaan dana dan waktu pembangunan yang digunakan sehingga warga merasa adanya keterbukaan dalam setiap pembangunan desa. Berdasarkan kondisi lapang di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat keterdedahan internet pada masyarakat tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap sikap masyarakat dalam pengelolaan APBdes. Penyajian informasi publik mengenai dana desa yang tidak disosialisasikan serta keberadaan website desa yang kurang interaktif menjadi salah satu faktor penyebab belum adanya keefisiensinan transparasi pengelolaan APBDes melalui sistem online.
49
Keterdedahan Internet dengan komponen konasi yang timbul dalam pengelolaan APBDes Komponen konasi merupakan suatu kesiapan yang muncul dalam diri responden untuk bertindak menanggapi pengelolaan APBDes yang terjadi di Desa Campurejo. Hubungan antara tingkat keterdedahan responden dengan komponen konasi yang muncul pada respnden akan disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Jumlah dan persentase analisis tingkat keterdedahan internet pada masyarakat desa dengan konasi yang timbul dalam pengelolaan APBDes pada masyarakat Desa Campurejo Tahun 2016 Konasi Tingkat Total Negatif Netral Positif Keterdedahan N % N % N % n % Rendah 0 0.0 9 7.5 45 37.5 54 45.0 Sedang 0 0.0 14 11.7 31 25.8 45 37.5 Tinggi 0 0.0 4 14.8 17 14.2 21 17.5 Total 0 0.0 27 22.5 93 77.5 120 100.0 Berdasarkan hasil tabulasi silang dapat dilihat bahwa mayoritas responden yang memiliki tingkat keterdedahan rendah memiliki tingkat konasi yang positif yaitu sebesar 37,5 persen. Pada responen dnegan tingkat keterdedahan sedang mayoritas responden memiliki tingkat konasi yang positif juga yakni sebanyak 25,8 persen. Sementara pada responden yang memiliki tingkat keterdedahan internet tinggi konasi yang muncul pada responden adalah netral yakni sebanyak 14, persen. Bila diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh adalah sebesar -0,082 dengan taraf signifikansi sebesar 0,371 pada tingkat taraf kepercayaan 0.05 atau 95%. Dari hasil perhitungan tersebut nilai signifikansi 0.371 ≥ α (0.05) maka artinya tidak terdapat hubungan yang singnifikan antara tingkat keterdedahan responden dengan kesiapan bertindak yang muncul pada respondne dalam menanggapi pengelolaan APBDes. Hal tersebut terjadi karena minimnya informasi mengenai pengelolaan APBDes di Campurejo yang didapatkan oleh responden melalui pemanfaatan internet. Sehingga tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh responden saat ini tidak memiliki hubungan sama sekali terhadap perilaku yang muncul pada diri responden.
50
ANALISIS PERBEDAAN ASPEK PERILAKU PADA MASYARAKAT YANG PERNAH MENGAKSES DAN TIDAK MENGAKSES WEBSITE DESA Perilaku responden dalam penelitian ini ditinjau dari tiga asepek perilaku, yaitu aspek kognitif, aspek afeksi dan aspek konasi. Tingkat kognitif atau disebut juga sebagai tingkat pengetahuan responden merupakan tingkat pemahaman masyarakat mengenai APBDes. Pengukuran tingkat pemahaman responden dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang menanyakan pertanyaan mengenai penyusunan hingga pertanggungjawaban dalam pengelolaan APBDes. Tingkat afeksi merupakan penilaian masyarakat terhadap pengelolaan masyarakat APBDes yang terjadi di Desa Campurejo, sementara tingkat konasi merupakan kesiapan responden untuk terlibat dalam pengelolaan APBDes. Tabel 32 menunjukkan skor rata-rata responden berdasarkan aspek- aspek perilaku yang dimiliki oleh responden. Tabel 32 Skor rata-rata aspek perilaku responden yang tidak pernah dan pernah akses website desa di Desa Campurejo tahun 2016 Skor Rata-Rata Aspek Perilaku Tidak pernah Pernah Kognitif 16,59 21.77 Afeksi 44.68 44.59 Konasi 19.82 20.86 Berdasarkan tabel hasil rata-rata yang diperoleh pada aspek afeksi dan konasi tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara responden yang pernah mengakses website desa maupun yang belum pernah mengakses website desa. Sementara pada aspek kognitif perbedaan skor rata-rata yang diperoleh oleh responden cukup signifikan yaitu berselang pada angka 5.18, rata-rata tingkat pengetahuan yang dimiliki responden yang pernah mengakses internet lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengakses internet. Tabel 33 menunjukkan hasil perhitungan uji beda pada aspek perilaku yang muncul antara masyarakat yang mengakases dan tidak mengakses internet. Berdasarkan hasil uji beda yang ditampilkan pada Tabel 33 nilai probabilitas pada aspek kognitif adalah 0.000 dimana secara statistika dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara responden yang pernah mengakses website desa dan tidak pernah mengakses website desa pada aspek tingkat kognitif dimana nilai p< 0,05 . Sementara pada aspek tingkat afeksi dan konasi hasil probabilitas yang ditunjukkan memiliki nilai diatas 0.05 hal ini berarti bahwa perbedaan rata-rata yang terjadi tidak bermakna. Tabel 33 Hasil uji beda (T-Test) tingkat aspek perilaku responden yang tidak pernah dan pernah akses website desa di Desa Campurejo tahun 2016 Uji Beda T Probabilitas Tingkat Kognitif 8.183 0.000 Tingkat Afeksi -0.103 0.919 Tingkat Konasi 1.154 0.261
51
Perbedaan signifikan yang terjadi antara responden yang pernah mengakses website desa dan yang tidak pernah mengakses pada aspek kognitif terjadi karena website desa memuat informasi mengenai pengelolaan APBDes yang terjadi di Desa Campurejo. Informasi mengenai APBDes yang terdapat di website Desa Campurejo antara lain adalah peraturan desa, anggaran dana yang diterima serta prioritas pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah desa. Sehingga responden yang pernah mengakses website desa memiliki pengetahuan tambahan mengenai APBDes. Sementara pada aspek afeksi dan konasi pada responden yang pernah mengakses dan tidak mengakses tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena website desa yang dimiliki oleh Desa Campurejo tidak interaktif sehingga tidak mampu memberikan pengaruh terhadap responden dalam pengelolaan APBDes yang berjalan di Desa Campurejo. Website desa campurejo hanya diperbaharui ketika pemerintah desa telah mengeluarkan Peraturan Desa terbaru atau ketika seluruh pertanggungjawaban APBDes telah selesai dilaksanakan yaitu dalam kurun waktu satu tahun sekali. Website desa tidak memuat informasi dan berita mengenai perkembangan dalam pembangunan yang sedang dilakukan sehingga berita yang dimuat dalam website tersebut bukan merupakan berita aktual. Hal tersebut yang mengakibatkan rendahnya minat masyarakat untuk mengakses website desa sehingga keberadaan website tersebut tidak memiliki pengaruh pada aspek afeksi dan konasi pada diri masyarakat.
52
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat keterdedahan internet dengan perilaku masyarakat yang muncul dalam pengelolaan internet adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
Masyarakat di Desa Campurejo memiliki tingkat keterdedahan internet pada kategori tinggi yaitu sebanyak 64,2 % jika dibandingkan dengan penetrasi internet pada masyarakat Indonesia yaitu mencapai 36.9%. Kehadiran wifi gratis bagi masyarakat Desa Campurejo memberikan kesempatan positif bagi masyarakat desa untuk mengakses informasi dengan memanfaatkan internet. Masyarakat sangat bergantung dengan fasilitas wifi gratis ini karena mampu mengurangi biaya yang perlu mereka berikan dalam membeli kuota internet. Mayoritas masyarakat pedesaan berada pada tingkat pendapat yang rendah hingga menengah sehingga mereka merasa terbebani jika menyisihkan pendapatan mereka untuk membeli kuota internet karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kehadiran Desa Cyber dirasa menjadi suatu solusi bagi masyarakat agar masyarakat tetap mampu mengikuti perkembangan informasi dan teknologi walaupun tinggal di kawasan yang terpencil. Terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan internet dengan karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan juga pada kepemilikan media akses internet. Masyarakat yang menggunakan layanan internet mayoritas berada pada golongan kategori dewasa awal atau dalam penelitian ini disebut dengan digital native, masyarakat yang berada pada kategori usia dewasa lanjut atau disebut dengan digital immigrants mayoritas tidak mampu memahami cara penggunaan media akses maupun pemanfaatan layanan internet. Tingkat pendidikan dan pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat memiliki hubungan dengan keterdedahan internet karena berhubungan dengan kemampuan masyarakat dalam menggunakan fitur media akses internet serta kemampuan dalam membeli media akses interenet maupun kuota paket interenet. Sementara pada karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, status pekerjaan, jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan terhadap tingkat keterdedahan internet pada responden. Terdapat pula hubungan antara keterdedahan internet masyarakat dengan karakteristik sosiologis pada variabel lingkungan rumah dan lingkungan tempat tinggal, namun tidak terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan internet dengan karakteristik sosiologis pada variabel lingkungan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan hasil survey tahun 2014 dimana sebanyak 52,6% pengguna internet di Indonesia adalah mereka yang tinggal bersama keluarga mereka yang juga memahami tentang penggunaan internet. Masyarakat memiliki perilaku positif terhadap pengelolaan APBDes di Desa Campurejo karena informasi dalam pertanggungjawaban pengelolaan APBDes telah dilakukan secara terbuka dan disampaikan kepada masyarakat secara langsung ketika diadakan rapat warga. Komponen perilaku yang dimiliki oleh masyarakat ditinjau dari aspek kognisi, afeksi
53
4.
5.
dan konasi yang muncul pada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat keterdedahan internet yang dimiliki oleh masyarakat dengan perilaku pada komponen afeksi dan konasi yang muncul terhadap pengelolaan APBdes di Desa Campurejo. Hal tersebut terjadi karena pemanfaatan internet yang dilakukan oleh masyarakat saat ini tidak pernah digunakan untuk mengakses informasi yang berhubungan dengan pembangunan desa maupun mengenai pengelolaan APBDes. Selain itu kondisi website yang dimiliki oleh Desa Campurejo tidak interaktif dan tidak dikelola secara rutin. Walaupun desa telah menyediakan informasi publik mengenai penyelenggaraan APBDes dan melakukan transparasi APBDes secara online melalui website desa yang mereka miliki, namun cara tersebut masih dirasa kurang efektif oleh masyarakat karena masyarakat tidak mengetahui akan keberadaan sumber informasi tersebut. Aktivitas akses internet pada masyarakat di Desa Campurejo sangat bergantung dengan ketersediaan bantuan wifi gratis yang disediakan oleh pemerintah desa. Aktivitas mengakses internet pada masyarakat akan terhenti apabila jaringan wifi mati. Hal ini terjadi karena lemahnya sinyal jaringan sinyal seluler internet di Desa Campurejo serta rendahnya kemampuan masyarakat dalam membeli kuota internet. Masyarakat desa mengakses internet untuk memenuhi kebutuhan yang mereka perlukan seperti mengakses informasi mengenai info pertanian untuk mengetahui informasi harga hasil pertanian di pasar, mengakses video di youtube sebagai hiburan, dan mengakses facebook serta aplikasi pesan seperti whatsaap dan BBM untuk berkomunikasi dengan orang lain. Masyarakat tidak mengakses website desa yang menyediakan informasi mengenai APBdes dan pembangunan desa karena mereka tidak mengetahui keberadaan website tersebut, selain itu juga karena masih rendahnya kepedulian masyarakat desa dengan masalah pembangunan desa. Beberapa masyarakat yang pernah mengakses website desa tersebut tidak pernah mengulang untuk mengakses website tersebut kembali karena merasa informasi yang tersedia dalam website tersebut bukan merupakan kebutuhan informasi yang mereka perlukan dan mereka inginkan. Kehadiran internet di desa memberikan beberapa kemudahan dalam menjalankan proses pembangunan desa. Pemerintah desa mampu mengetahui informasi pembangunan nasional maupun daerah dengan cepat tanpa harus menuju ke kantor pusat atau kantor daerah terlebih dahulu. Laporan pertanggung jawaban pembangunan dapat dikirimkan secara tepat waktu dengan memanfaatkan layanan e-mail, hal ini memberikan pengaruh terhadap waktu dan biaya transportasi yang dapat mereka hemat untuk menuju ke kantor pemerintahan daerah yang lokasinya cukup jauh. Masyarakat bisa melakukan diskusi secara online dengan memanfaatkan grup facebook Desa Campurejo yang mereka miliki. Hal tersebut secara perlahan akan mampu memunculkan kepedulian masyarakat terhadap pembangunan desa.
54
Saran Saran yang dapat diberikan sesuai hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah : 1. Perluasan pemasangan jaringan wifi di Desa Campurejo yang mencangkup seluruh wilayah Desa, bukan hanya di daerah pusat pemerintahan desa Campurejo. Harus adanya pengalokasian anggaran desa yang secara khusus direncanakan untuk melakukan pembangunan jaringan teknologi informasi di Desa Campurejo sehingga desa mampu membangun akses internet secara mandiri. Perlu adanya dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam upaya membantu pengadaan fasilitas teknologi informasi terutama dalam pemasangan jaringan internet dan pengadaan layanan-layanan online lainnya. 2. Website Desa Campurejo telah menyajikan informasi yang lengkap mengenai pengelolaan keuangan dan informasi pembangunan desa. Informasi yang dimuat di website tersebut mencakup profil desa, perdes, penerimaan dana desa, RPJMDes, Laporan Realisasi APBDes serta prioritas pembangunan Desa. Namun akan lebih baik jika website desa tersebut lebih interaktif dalam penyajiannya seperti adanya penambahan kolom saran dan komentar bagi pemerintah desa. Hal tersebut memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengajukan pertanyaan, kritikan maupun saran kepada pemerintah desa. Untuk menarik minat masyarakat agar mengakses website desa dapat juga ditambahkan konten berupa yang mewadahi jual beli produk pertanian dari potensi lokal, menyediakan informasi harga hasil pertanian sesuai pasar lokal serta mencantumkan video maupun dokumentasi kegiatan desa yang dilakukan setiap tahunnya. Memberikan hadiah atau penghargaan kepada warga yang aktif memberikan saran atau masukan dalam pembangunan daerah melalui website maupun facebook desa setiap tahunnya sehingga mampu memberikan motivasi dan ketertarikan untuk tetap mengakses internet . 3. Membentuk tim tata kelola informasi publik khusus bagi laman informasi seperti pengelola website dan facebook, sehingga mampu memperbaharui informasi secara rutin dan berkala. Berdasarkan informasi lapang yang diperoleh bahwa di Desa Campurejo saat ini hanya terdapat satu teknisi jaringan dan satu admin bagi website desa. Admin website desa dan facebook desa yang ada saat ini merupakan sukarela dari pemuda Desa Campurejo yang memilki ketertarikan terhadap dunia internet. Hal tersebut mempengaruhi keaktifan dalam pengelolaan website desa sehingga tidak mampu menerbitkan informasi secara berkala dan rutin. Sebaiknya dibentuk suatu tim tata kelola informasi pemerintahan desa yang tergabung dalam perangkat desa serta di sah kan sebagai bagian kepengurusan secara resmi. Hal tersebut mampu mendorong frekuensi dalam memperbaharui informasi desa serta menjamin kebenaran informasi yang di unggah pada laman tersebut. 4. Perlu adanya tokoh masyarakat yang berperan untuk mengajarkaan penggunaan dan pemanfaatan internet serta mengarahkan masyarakat untuk dapat mengakses informasi-informasi mengenai pembangunan desa yang terdapat di Desa Campurejo. Keinginan masyarakat untuk mengakses internet
55
6.
tinggi namun kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam mengoperasikan berbagai layanan yang disediakan internet masih rendah sehingga perlu adanya agen-agen yang mampu mengarahkan pembangunan sumber daya masyarakat agar mampu melek teknologi dan informasi. Perlu adanya pendampingan khusus dalam pembangunan Desa Cyber yang saat ini banyak di kembangkan di pedesaan Indonesia. Penggunaan internet pada masyarakat desa masih perlu pengawasan agar tidak disalah gunakan terutama bagi para pengguna internet di golongan usia remaja. Masyarakat seharusnya di bekali pengetahuan sejak awal mengenai cara penggunaan serta manfaat dari berbagai layanan yang tersedia di internet. Kehadiran Desa Cyber di Desa Campurejo seharusnya mampu memudahkan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan-pelayanan publik kepada masyarakat secara online. Pemahaman masyarakat mengenaipenetapan status sebagai Desa Wisata Cyber saat adalah hanya sebatas tersedianya jaringan wifi gratis bagi seluruh masyarakat tanpa memperhatikan pemanfaatan layanan internet. Sistem pelayanan publik bagi masyarakat pada pemerintahan desa serta aktifitas pencarian informasi dan komunikasi yang berbasis online seharusnya menjadi cerminan aktivitas yang terbentuk dari keberadaan Desa Cyber.
56
DAFTAR PUSTAKA Abdussakur. 2012. Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Wilayah Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal. [Internet]. [Diunduh tanggal 23 September 2016 pukul 11.45 WIB]. Vol. 2, No. 2. Dapat diunduh dari: http://download.websitegaruda.org Allen DW dan Johnson S. 1998. Pedoman belajar internet. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Andika, Jurika. 2008. Hubungan Keterdedahan terhadap Media Massa dengan Pengetahuan tentang Kebijakan Pemerintah mengenai Flu Burung (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor). Skripsi. IPB. Bogor. Artana IMA, Tedi E, Putu EP. 2015. Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) Tahun Anggaran 2012/2013 di Desa Sumerta Kaja, Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal Program Studi Administrasi Negara FISIP, Universitas Udayana. [Internet]. [Diunduh tanggal 7 September 2016 pukul 23.06 WIB]. Vol. 1, No. 2. Dapat diunduh dari: http://ojs.unud.ac.id Ariyani F. 2006. Studi tentang Peranan Kepala Desa dalam Pengelolaan Sumber Keuangan Desa Guna Mendukung Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Desa Wonorejo Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. [Skripsi]. [Internet]. [Diunduh tanggal 24 Agustus 2016 pukul 00.32 WIB]. Dapat diunduh dari: http://eprints.uns.ac.id Atika. 2013. Pola Penggunaan Radio Komunitas Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Petani. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Baran, S J. 2004. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. Third Edition. Mcgraw and Hill Inc. USA Bawias R, Masje P, Arie R. 2015. Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dalam Menunjang Pembiayaan Pembangunan di Desa Bitunuris Kecamatan Salibabu Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Diunduh tanggal 24 Agustus 2016 pukul 00.17 WIB]. Vol. 4, No. 32. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/view/9936/9521 Beltran, L.R. 2004. Communication For Development in Latin America : A Forty-Year Appraisal. [Internet]. \ http://www.southbound.com.my/communication/cul-ch.htm. Biagi, Shirley. 2005. An Introduction to Mass Media. Fifth Edition. Wadsworth Publishing Company. USA. Dewi AS. 2011. Radio Komunitas dan Disaster Risk Reduction: Studi Kasus Radio Lintas Merapi di Klaten Jawa Tengah dan Radio Angkringan Di Yogyakarta. Jurnal Sosiologi DeliMa. [internet]. [dikutip tanggal 24 Agustus 2016]. 27(2): 181-188. Dapat diunduh dari: http://lppm.uns.ac.id
57
Furkanolhakim, Kokon. 1989. Hubungan Antara Kebutuhan Informasi dan Terpaan Media Massa Pada Juru Penerang di Wilayah Jawa Barat. Jurnal Penelitian Komunikasi. Hermansyah. 2015. Peran KepalaDesa dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus di Desa Tanah Merah dan Desa Sambungan) . eJurnal Pemerintahan Integratif [Internet]. [diunduh 2016 Feb 26] Khairifa, fenni. 2007. Komparatif tentang pendekatan komunikatif dan pembangunan. Jurnal Harmoni Sosial [Internet]. [Diunduh tanggal 27 februari 2017] Kusumastuti, Y.I. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Krol E.1993. The Whole Internet User’s Guide and Catalog. USA (US) : O’Reilly and Associates, Inc. Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk inovasi pedesaan. Berpikir kembali tentang penyuluhan pertanian. Yogyakarta (ID) : Kanisius Levis L.R. 1996. Komunikasi Penyuluhan. Bandung(ID) : Citra Aditya Bakti Lionberger HF dan Gwin PH. 1982. Communication Strategies: A Guide for Agricultural Change Agents. The Interstate Printers and Publishers, Inc. Illinois: University of Missouri. Lionberger HF dan Gwin PH. 1991. Technology Transfer from Researchers to Users. Missouri: University of Missouri. McQuail, D. dan Windahl, S. 1987. Teori komunikasi massa. Edisi kedua. Jakarta (ID): Erlangga Morrisan, M. A. 2010. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta (ID): Ramdina Prakarsa. Mugniesyah, S.S. 2010. Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Dalam: Aida Vitalaya S. Hunies, editor. Dasar – dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains KPM IPB Press Mulyawati, S. 2016. Efektifitas Website sebagai Penyebaran Informasi Pembangunan di Desa Malasari Kabupaten Bogor. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta (ID): Rineka Cipta Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang (ID) : Cespur Nuruddin. 2009. Komunikasi Massa. Jakarta (ID): Rajawali Press. Pancaputra B. 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan internet oleh peneliti departemen pertanian RI di Bogor. Tesis Program Studi Ilmu Perpustakaan Bidang Ilmu Budaya Program Pascasarjana. Jakarta (ID): Fakultas Sastra Universitas Indonesia. [PP] Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. [PP] Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Permendagri RI Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Permendagri RI Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
58
Pridatika, T. 2013. Efektivitas Iklan Layanan Masyarakat Keluarga Berencana Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu pada Remaja di Desa Ciomas Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor Rubin, Alan M. 2005. The Uses-and-Gratifications Perspective of Media Efects. Dalam: Bryant J, Zillman D, editor: Media effects: Advances in theory and research. Hal 525-548. London (ENG): Lawrence Erlbaum Associates. Rodman, G. 2006. Mass Media In Changing World. First Edition. USA (US): Mc Graw and Hill Inc. . Samsi, Seanta Nugroho. 2005. Hubungan Keterdedahan Siaran Iklan Produk Susu Balita di Televisi dengan Keputusan Pembelian (Kasus Ibu Rumah Tangga di Perumahan Villa Bogor Indah). Skripsi. IPB. Bogor. Schramm, W. 1964. Mass Media and National Development: The Role of Information in the Developing Countries. Stanford University Press. Paris. Senanggun, Rohi. 1991. Hubungan antara Keterdedahan pada Media Massa dan Aktivitas Penerangan Jupen Kecamatan di Kabupaten Bogor. Tesis. IPB. Bogor. Shofiyah St. 2011. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Kepala Desa sebagai Opinion Leader di Desa Pewunu Kec. Dolo Barat Kab.Sigi.Jurnal Academica [Internet]. [diunduh 26 Apr 2016]; 3(1) : 1411-3341. Tersedia pada : http://download.websitegaruda.org Surya K. 2013. Evaluasi Penerapan Kebijakan Kepala Desa Dalam PengelolaanAdministrasi Desa Empunak Tapang Keladan. e-JIP [Internet]. [diunduh 2016 Apr 20]; 2(1). Tersedia pada: ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Singarimbun M., Sofian E. 2009. Metode Penelitian Survai .Jakarta (ID): LP3ES. Suroso AI. 1997. Pola Pemanfaatan Internet dalam Dunia Bisnis. Majalah Agrimedia Tjiptono. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta (ID): Andi. 588 hal Tede M. 2012. Pengaruh program siaran Radio Pertanian Ciawi bagi pendengarnya (Kasus pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 156 Hal. Utomo, SJ. 2015. Implementasi Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) untuk Meningkatkan Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Bandung Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto). Media Trend. [Internet]. [Diunduh tanggal 23 Juni 2016 pukul 23.25 WIB]. Vol. 10, No. 1. Dapat diunduh dari: http://oaji.net/articles/2015/2384-1440661618.pdf [UU] Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. [UU] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
59
LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan data lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
60
Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian
Keterangan: Nama wilayah : Desa Campurejo, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah
Batas-batas Geografis 1. Sebelah utara
: Desa Tempelsari dan Desa Bojong
2. Sebelah timur
: Desa Bojong
3. Sebelah Selatan
: Desa Cemoro, Desa Rejosari dan Desa Wonoboyo
4. Sebelah Barat
: Desa Wates
61
Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian
62
63
Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi UJI KORELASI Uji Korelasi Chi Square Karakteristik individu Alamat
Usia
Jenis Kelamin
Status Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Kepemilikan Media Akses Internet Akses Internet
Keterdedahan Alamat Pearson Chi Square (Asymp. Sig) USia Pearson Chi Square (Asymp. Sig) Jenis Kelamin Pearson Chi Square (Asymp. Sig) Status Pekerjaan Pearson Chi Square (Asymp. Sig) Status Pekerjaan Pearson Chi Square (Asymp. Sig) Kepemilikan Media Pearson Chi Square (Asymp. Sig) Akses internet Pearson Chi Square (Asymp. Sig)
Uji Korelasi Rank Spearman Karakteristik individu Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Tingkat Pendapatan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
0,221
0,003
0,007
0,087
0,075
0,000
0,000
Keterdedahan 0,306** 0,001 120 0,070 0,450 120
Uji Korelasi Rank Spearman Karakteristik Sosiologis Lingkungan Keluarga
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Tempat Tinggal Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Lingkungan Tempat Kerja Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Keterdedahan 0,255** 0,005 120 0,177 0,053 120 0,175 0,056 120
64
Uji Korelasi Rank Spearman Komponen Sikap Kognisi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Afeksi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Konasi Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N *.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)
Keterdedahan 0,148 0,107 120 . . 120 -0,082 0,371 120
65
RIWAYAT HIDUP Era Setyaningrum (penulis) dilahirkan pada tanggal 02 februari 1995 di Temanggung. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Sutikno (Ayah) dan Sumiyarti Ningsih (Ibu) yang memiliki dua saudara kandung, Okta Aji Prasetyo dan Eri Setyaningtyas. Riwayat pendidikan penulis bermula dari TK Kartini Karangtejo (2000-2001), SDN 1 Ngadirejo (2001-2007), SMPN 1 Ngadirejo (2007-2010), SMAN 1 Temanggung (2010-2013) dan pada tahun 2013 penulis diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk SBMPTN. Selama masa kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain : Sekretaris umum Garden and decoration Club (2013-2014), Sekretaris umum Persatuan Mahasiswa Temanggung Mangkukuhan (2013-2014), Ketua umum Persatuan Mahasiswa Temanggung Mangkukuhan (2014-2015), Sekretaris Persatuan Mahasiswa JOGLO SEMAR Jawa Tengah (2014-2015), Anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM FEMA 2015 (2014-2015), Ketua Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FEMA 2016 (2015-2016). Selain itu juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan didalam maupun diluar kampus, diantaranya sekretaris umum Dormitory Fair (2014), divisi logstran IPB Art Contest (2014), divisi acara International Scolarship Education Expo (ISEE) 2014, Ketua Pelaksana IPB Canvassing Temanggung (2014), Ketua Pelaksana Gathering Mahasiswa FEMA angkatan 51 (2014), divisi acara CONNECTION HIMASIERA (2015), divisi acara Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2015, divisi Public Relation pada International Scholarship Education Expo (ISEE 2015), divisi acara CONNECTION HIMASIERA (2016) dan Panitia Reuni Perak IPB angkatan 27. Penulis memiliki ketertarikan pada bidang sosial dan pendidikan, penulis pernah mengikuti kegiatan sosial IPB Goes to Field dan Sentra Peternakan Rakyat (SPR) di Bojonegoro, Jawa Timur, dan relawan pengajar muda TPB IPB. Penulis diamanahi untuk menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ilmu Penyuluhan. Penulis pernah menerima beasiswa penghargaan akademik mewakili Fakultas Ekologi Manusia yang diberikan oleh IPB angkatan 27.