1
KETERAMPILAN DASAR MENGELOLA KELAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH MUJAHIDIN PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN Oleh: SUTRISNO NIM F55208018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2013
2
KETERAMPILAN DASAR MENGELOLA KELAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH MUJAHIDIN PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN SUTRISNO NIM: F55208018
Disetujui Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Drs.M.Yusuf Ibrahim , M.Si NIP.195309061986031001
Dr. Rustiyarso, M.Si NIP.196008131987031004
Mengetahui, Dekan FKIP
Ketua Jurusan P. IPS
Dr. Aswandi NIP. 195805131986031002
Drs. Parijo,M.Si NIP. 195308181987031002
3
KETERAMPILAN DASAR MENGELOLA KELAS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH MUJAHIDIN PONTIANAK Sutrisno ,M. Yusuf Ibrahim, Rustiyarso Prodi Pendidikan Sosiologi, P IPS, FKIP Untan Pontianak Email : windows_love04@hotmail. com ABSTRACT : The title of this thesis is, analysis of the basic skills of classroom management by teachers of sociology in improving student learning outcomes in class XI Madrasyah Aliyah Mujahidin Pontianak with the problem of "How to manage the basic skills classroom by teachers of sociology in creating an atmosphere conducive to improving student learning outcomes class X Madrasyah Aliyah Mujahidin Pontianak ". The purpose of this study was 1) to analyze classroom management skills teachers of sociology and create a classroom atmosphere conducive to teaching and learning process in improving student learning outcomes. 2) to describe the classroom management skills of teachers of sociology in communicating with students to improve learning outcomes. 3) to describe the skills of managing the classroom teachers of sociology in applying the appropriate method on the learning process mengajar. Metode research is descriptive. Data collection techniques are observation, interview and documentary study, while data collection tool is a list of observations and the questionnaires and notes lapangan.analisis in this research is descriptive qualitative. Results of this study was an increase in student learning outcomes because teachers can master the material well, teachers can organize students, teachers vary the learning method that can increase student learning outcomes. Keywords: Manages classroom, learning outcomes. ABSTRAK : Judul skripsi ini adalah, Analisis keterampilan dasar mengelola kelas oleh guru bidang studi sosiologi dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI Madrasyah Aliyah Mujahidin Pontianak dengan masalah “Bagaimana keterampilan dasar mengelola kelas oleh guru bidang studi sosiologi dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Madrasyah Aliyah Mujahidin Pontianak”.Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menganalisa keterampilan mengelola kelas guru bidang studi sosiologi dan menciptakan suasana kelas yang kondusif pada proses belajar mengajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2) untuk mendeskripsikan keterampilan mengelola kelas guru bidang studi sosiologi dalam berkomunikasi dengan siswa untuk meningkatkan hasil belajar. 3) untuk memaparkan keterampilan mengelola kelas guru bidang studi sosiologi dalam menerapkan metode yang tepat pada proses belajar mengajar.Metode penelitiannya
4
adalah deskriptif. Teknik pengumpulan datanya adalah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi, sedangkan alat pengumpulan datanya adalah daftar observasi dan lembar wawancara dan catatan lapangan.analisis dalam penelitian ini adalah secara deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar siswa karena guru dapat menguasai materi dengan baik, guru dapat mengatur siswa, guru memvariasikan metode pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kata kunci: Mengelola kelas, Hasil belajar. Sebagai seorang pendidik yang profesional diwajibkan menguasai keterampilan dasar mengajar yang salah satunya adalah mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang baik merupakan salah satu syarat berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Dalam peranannya sebagai pengelola kelas guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang baik. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar ini turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut dapat menjadi lingkungan belajar yang baik. Dalam pengelolaan kelas, guru bertugas menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal untuk belajar mengajar. Apabila terjadi situasi yang menyimpang sehingga kondisi belajar mengajar menjadi tidak optimal maka guru berupaya untuk mengembalikan ke kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar yang ada dapat berjalan dengan efektif. Adapun yang menjadi guru sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak yaitu berjumlah satu orang dan telah bekerja selama enam tahun dimulai dari tahun 2006 sampai dengan 2012 dan mempunyai spesifikasi pendidikan dari jurusan tarbiyah. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti bahwa guru mata pelajaran sosiologi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan sehingga dalam memberikan materi mengalami kendala-kendala yang diantaranya: guru masih mengalami kesulitan dalam menguasai materi, siswa sering ribut dengan teman sebangkunya pada saat pelajaran berlangsung, tidak menghiraukan teguran guru di kelas, siswa tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas serta masih minimnya jumlah guru sehingga ada beberapa guru yang harus mengajar secara rangkap dan sebagian dari siswa masih mendapatkan nilai ketuntasan belajar di bawah rata-rata. Namun setelah dilakukan remedial ulangan umum, nilai siswa kelas X ini pun masih mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti mengambil judul analisis keterampilan dasar mengelola kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru bidang studi sosiologi di kelas X Madrasyah Aliyah Mujahidin Pontianak. Sehubungan dengan perpindahan tahun ajaran baru yang kelas X naik ke kelas XI, maka peneliti tetap mengambil judul yang sama, hanya kelasnya saja yang berbeda yaitu “ analisis keterampilan dasar mengelola kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru bidang studi sosiologi di kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ”. Masalah umum dalam penelitian ini adalah “ bagaimana keterampilan mengelola kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru bidang studi
5
sosiologi di kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ?”. Agar masalah dapat dibahas dengan rinci, rumusan masalah tersebut dibatasi ke dalam sub-sub masalah yaitu: (a). Bagaimana keterampilan dasar mengelola kelas oleh guru bidang studi sosiologi dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ? (b). Bagaimana keterampilan dasar mengelola kelas guru bidang studi sosiologi dalam menerapkan metode pembelajaran yang tepat pada proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ? (c). Bagaimana keterampilan dasar mengelola kelas guru bidang studi sosiologi dalam berkomunikasi dengan siswa untuk meningkatkan hasil belajar pada proses belajar mengajar kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ? Secara teoritik penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan terutama untuk mengeksplanasikan keterampilan dasar mengelola kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru bidang studi sosiologi di kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak dan secara praktis dapat mengembangkan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian serta langkah-langkah dalam mengajar secara tepat dan baik. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian “ keterampilan dasar mengelola kelas dalam meningkatkan hasil belajar siswa oleh guru bidang studi sosiologi di kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak” dengan menitik beratkan pada aspek berikut: (1). Menciptakan kelas yang kondusif (2). Komunikasi dengan siswa di kelas (4). Metode pembelajaran yang diterapkan Mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas meliputi dua hal yaitu: (a). Pengelolaan yang menyangkut siswa. (b). Pengelolaan yang menyangkut fisik (ruangan, sarana, media pembelajaran). Berdasarkan masalah yang diteliti di dalam penelitian ini terfokus pada pengelolaan yang menyangkut siswa. Menurut Hamid Darmadi (2010: 6) pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan- hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif. Adapun pengelolaan kelas menurut Arikunto (1998: 4) yaitu : (1). Suasana kelas yang kondusif. Menurut Nana Sudjana (1998:13) suasana kelas yang kondusif meliputi : (a). Kebebasan siswa untuk melakukan interaksi sosial dengan siswa lain. (b). Hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa. (c). Persaingan belajar yang sehat antara kelompok belajar siswa. (d). Suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan siswa, bukan paksaan dar guru. (e). Dimungkinkan adanya aktifitas belajar di luar kelas (bilamana diperlukan). Yang dimaksud dengan suasana kelas yang kondusif dalam penelitian ini adalah keadaan disekitar tempat terjadinya pembelajaran yang tenang dan terarah agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang
6
diinginkan dalam pengertian siswa lebih mudah menyerap materi pembelajaran yang disampaikan guru. (2). Komunikasi guru dengan siswa di kelas. Menurut Nana Sudjana (1998: 32), ada tiga pola dinamis antara guru dengan siswa: (a). Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah, dalam komunikasi ini guru berperan sebagai aksi dan siswa sebagai penerima aksi (guru aktif siswa pasif). (b). Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yakni pemberi aksi dan penerima aksi. (c). Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai interaksi yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara siswa satu dengan siswa lain. (3). Metode pembelajaran. Metode pembelajaran menurut Arikunto (1998: 13) adalah : (a). Sebelum penyajian konsep yang baru, sajian dikaitkan dengan konsep yang lama. (b). Penyampaian materi bersifat deduktif. (c). Disertai dengan contoh yang cukup banyak. (d). Metode pembelajaran menuntut interaksi antara siswa dengan guru. (e). Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. (f). Guru mengecek pemahaman siswa. Metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara atau teknik mengajar yang teratur digunakan guru dalam pembelajaran agar hasil belajar yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Dalam menetapkan metode pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta kemampuan mengelola proses belajar mengajar. Menurut Purwanto (2011: 44) “hasil belajar adalah perolehan akibat dilakukan aktifitas belajar atau proses yang mengakibatkan berubahnya output secara fungsional”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1990: 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya“. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu proses menggali keterangan atau informasi yang dijadikan suatu data tentang kejadian, mengurai fakta berdasarkan gejala yang diamati secara langsung dan bertujuan untuk memahami situasi secara mendalam di kelas XI Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Aliyah Mujahidin yang beralamat di jalan Ahmad Yani, Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan. Serta yang menjadi populasi adalah guru bidang studi sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak yang berjumlah satu orang. Sampel dari penelitian ini adalah guru bidang studi sosiologi yang berjumlah satu orang. Untuk memperoleh data yang dapat mengungkapkan masalah dalam suatu penelitian, maka perlu dipilih teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuannya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a). Teknik observasi langsung yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan atau pencatatan gejala-gejala yang tampak pada
7
objek penelitian yang pelaksanaanya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa keadaaan atau situasi yang terjadi. (b). Teknik komunikasi langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan hubungan langsung dengan sumber data yaitu guru yang mengajar bidang studi sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak. (c). Teknik studi dokumenter yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari data yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti melalui arsip-arsip. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1). Lembar observasi, yaitu alat pengumpul data dengan melakukan pengamatan terhadap guru sosiologi dalam proses belajar mengajar. (2). Pedoman wawancara, yaitu alat pengumpul data dimana peneliti menyusun daftar pertanyaan yang dijadikan acuan dalam melakukan wawancara dengan sumber data, dalam hal ini wawancara dilakukan dengan guru sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak. (2). Lembar catatan dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pengujian keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah perpanjangan pengamatan yang berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui. kemudian triangulasi yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil a. Menciptakan Suasana Kelas yang Kondusif Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, saat observasi pertama dilakukan, guru mengalami banyak kekurangan misalnya guru tidak mampu dalam menciptakan suasana belajar menyenangkan hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugas yang kemudian guru mengeluarkan kata-kata yang penuh amarah. Kemudian guru tidak mampu bertindak sebagai fasilisator seperti tidak memberikan peluang berinisiatif bagi siswa, tidak memberikan informasi yang akurat dan siswa tidak aktif dalam pembelajaran hal ini disebabkan guru tidak menguasai materi sehingga membuat siswa menjadi tidak aktif di kelas. Guru seharusnya dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga dalam proses pembelajaran menimbulkan dampak positif, motivasi dan kemampuan siswa dapat meningkat. Adapun dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif menurut Nana Sudjana (1998: 13) meliputi: (1). Kebebasan siswa untuk melakukan interaksi sosial dengan siswa lain. (2). Hubungan sosial yang baik antara guru dengan siswa. (4). Persaingan belajar yang sehat antara kelompok belajar siswa. (5). Suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan siswa, bukan paksaan dari guru. (6). Dimungkinkan adanya aktifitas belajar di luar kelas (bilamana diperlukan). Adapun temuan lain dari peneliti ketika melakukan observasi sebagian besar dari siswa telah mengalami perubahan tingkah laku seperti dalam proses pembelajaran
8
siswa lebih mudah diatur, tidak ribut sendiri dengan teman sebangkunya, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, serta mendengarkan penjelasan dari materi yang disampaikan oleh guru. Peneliti juga melihat dampak positif dari guru yang menciptakan kelas yang kondusif pada saat proses pembelajaran mata pelajaran sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak ialah siswa menjadi lebih termotivasi dalam mengikuti pelajaran sosiologi, hal ini sesuai dengan tujuan pengelolaan kelas menurut Hamid Darmadi (2010: 6) adalah “agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar“. Sedangkan menurut Ahmad (1995: 2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut: (a). Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. (b). Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar. (c). Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas. (d). Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. b. Komunikasi Guru Dengan Siswa di kelas Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan di kelas XI, peneliti melihat guru mampu dalam berkomunikasi dengan siswa di kelas pada saat proses pembelajaran sosiologi di Madrasah Aliyah Mujahidin Pontianak. Selama melakukan observasi, peneliti melihat terciptanya keakraban antara guru dengan siswa, tidak ada jarak dan guru tidak memberikan tekanan selama proses pembelajaran. Hal tersebut seirama dengan apa yag diungkapkan oleh Nana Sudjana (1998: 32) yaitu: “komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai interaksi yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara siswa satu dengan siswa lain”. Adapun dampak positif yang peneliti lihat dari komunikasi guru di kelas ialah siswa tidak segan untuk bertanya apabila materi yang disampaikan kurang dimengerti. Adapun penyebab terjadinya permasalahan komunikasi dikelas adalah guru yang selalu menonton dalam mengajar. Mereka hanya menyampaikan pengetahuan secara sepihak tanpa berusaha melibatkan mental psikologi siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), guru hanya memposisikan siswa secara pasif. Siswa adalah makhluk unik, sehingga guru harus memiliki pemahaman terhadap kebutuhan siswanya. Sebagai guru selayaknya untuk menjalin komunikasi yang baik dengan beberapa pendekatan yang bisa memberikan hasil belajar yang optimal. Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari menurut Moh Uzer Usman (2000: 100) yaitu: (a). Campur tangan yang berlebihan. Apabila guru menyela kegiatan yang sedang berlangsung dengan komentar, pertanyaan atau petunjuk yang mendadak,
9
kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan siswa. (b). Kelenyapan. Hal ini terjadi jika guru tidak melengkapi suatu intruksi, penjelasan atau komentar dan kemudian menghentikan penjelasan tanpa alasan yang jelas akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur dan mengganggu keaktifan serta kelancaran pembelajaran. (c). Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa. (d). Bertele-tele. Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang. c. Metode Pembelajaran yang Tepat Penggunaan metode pembelajaran yang monoton pastinya sangat membosankan bagi para siswa. Guru seharusnya mengetahui apa yang diinginkan siswa dan tidak menerapkan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan pemahaman siswa. Apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa, menyebabkan siswa menjadi bingung dalam menyerap materi yang diberikan oleh guru. Siswa yang belum mengerti harus dibimbing dengan penuh kesabaran agar siswa tidak merasa tertekan dan secara ikhlas dapat menerima ilmu yang diberikan. Guru seharusnya dapat memberi peran yang lebih kepada siswa. Sehingga siswa tersebut mampu berperan maksimal dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang dilakukan di kelas XI, guru telah menggunakan metode pengajaran yang tepat hal ini dapat terbukti dari penggunaan metode pengajaran yang bervariasi, seperti metode jigsaw, talking stick sehingga siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran, guru juga mampu dalam membimbing siswa dalam proses pembelajaran dimana siswa diberikan pemahaman materi yang baik dan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pengelolaan kelas yang menurut Menurut Moh Uzer Usman (2000: 97) yaitu : (1). Kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar mengajar yang optimal. (2). Tantangan. Penggunaan kata-kata,tindakan,atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.(3). Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. (4). Keluesan. Keluesan tingkah laku guru merupakan strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya ganguan siswa
10
serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. (5). Penekanan pada halhal yang positif. Pada dasarnya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. (6). Penanaman disiplin diri. Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Berdasarkan hasil observasi peneliti juga melihat bahwa guru sering menggunakan media dalam pembelajaran contohnya seperti infokus. Penggunaan media dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata serta diciptakan oleh guru. Menurut Oemar Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2010: 15) yaitu : “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Sedangkan menurut Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2010: 19) memberikan pendapat tentang media pembelajaran yaitu : media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama yaitu apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu (1) memotivasi minat atau bahkan tindakan, (2) menyajikan informasi, (3) dan member intruksi. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan dan keterampilan kepada siswa agar peserta didik dapat menangkap, mamahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan tersebut. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah untuk mengalihkan perhatian, minat dan aktivitas siswa dalam belajar. Selain itu fungsi media pembelajaran juga untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda dalam hal penginderaan dan dapat mendorong rasa ingin tahu yang lebih besar serta memotivasi belajar siswa sehingga materi pembelajaran yang dipelajari lebih bermakna khususnya dalam proses pembelajaran sosiologi. Pada akhir dari pembelajaran, guru dan siswa dapat menyimpulkan pelajaran serta guru mampu dalam mengecek pemahaman siswa. Hal ini berhubungan dengan apa yang diungkapakan oleh Arikunto (1998: 13) yaitu : (a). Sebelum penyajian konsep yang baru, sajian dikaitkan dengan konsep yang lama. (b). Penyampaian materi bersifat deduktif. (c). Disertai dengan contoh yang cukup banyak. (d). Metode pembelajaran menuntut interaksi antara siswa dengan guru. (e). Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. (f). Guru mengecek pemahaman siswa. Metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara atau teknik mengajar yang teratur digunakan guru dalam pembelajaran agar hasil belajar yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Apabila pengaturan kondisi belajar dapat berjalan dengan maksimal, maka besar kemungkinan proses pembelajaran akan
11
berlangsung secara maksimal. Setelah observasi yang kelima pada pertemuan berikutnya guru mengadakan ulangan harian dan hasilnya cukup memuaskan. Dari seluruh siswa hanya beberapa orang saja yang mendapat nilai yang di bawah ratarata. Jadi pengelolaan kelas merupakan rangkaian tingkah laku kompleks yang digunakan oleh guru untuk memelihara suasana kelas sehingga memungkinkan siswa belajar dengan hasil yang efisien dan berkualitas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (a). Keterampilan guru dalam mengelola kelas terlaksana dan tergolong baik meskipun pada awal observasi guru tidak melakukannya dengan baik, selama observasi peneliti melihat kemampuan guru dalam mengelola kelas mengalami peningkatan karena telah memenuhi aspek menciptakan suasana kelas yang kondusif, penggunaan metode pembelajaran yang tepat, komunikasi guru dengan siswa di kelas sehingga selama proses pembelajaran siswa mengalami peningkatan hasil belajar baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor. (b). Kemampuan guru dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif terlaksana dan dikategorikan baik karena telah memenuhi kategori seperti ada hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa lain, terciptanya persaingan belajar yang sehat antara siswa, guru dapat bertindak sebagai fasilisator, guru memberikan kebebasan untuk berinteraksi dengan siswa lain, hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan guru dalam mengelola kelas serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.(c). Kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa terlaksana dan dikategorikan baik karena selama observasi peneliti melihat guru sosiologi menegur siswa dengan sopan, guru tidak membedakan antara siswa pintar dengan siswa yang kurang pintar, guru dapat menyajikan konsep baru dan konsep lama kembali diingatkan, guru menguasai materi dengan baik, menyampaikan secara padat dan bersifat deduktif. (d). Kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dikategorikan baik karena selama observasi peneliti melihat guru memvariasikan metode pembelajaran secara bergantian sampai beberapa kali pertemuan, guru dapat membimbing siswa serta pada akhir pelajaran guru dan siswa dapat menyimpulkan materi yang telah disampaikan serta guru dapat mengecek pemahaman siswa hal ini terlihat pada akhir dari pelajaran, guru menanyakan kembali beberapa inti dari materi yang telah disampaikan.
12
SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan setelah melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1). Bagi guru sosiologi. Guru mata pelajaran sosiologi hendaklah lebih meningkatkan lagi keterampilan mengelola kelas agar siswa lebih mudah diatur serta dapat meningkatkan hasil belajar. Guru juga hendaknya mempunyai latar belakang sesuai dengan lulusannya yaitu pendidikan sosiologi sehingga dalam penyampaian materi dalam proses pembelajaran lebih efektif. (2). Bagi pihak sekolah.Jumlah guru yang minim membuat guru menjadi mengajar secara rangkap, maka dari itu jumlah guru seyogyanya ditambah dan sesuai dengan kualifikasi pendidikan. (3). Bagi calon guru sosiologi. Kepada calon guru sosiologi diharapkan menguasai delapan keterampilan mengajar yang salah satunya keterampilan tersebut adalah mengelola kelas serta dapat mengembangkan keterampilan tersebut sehingga dalam penyajian dan langkahlangkah dalam mengajar dapat dilaksanakan dengan baik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Azhar Arsyad. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Hamid Darmadi. (2010). Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep). Bandung: Alpabeta. Moh, Uzer Usman. (2007). Menjadi guru professional. (Edisi Kedua). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. (1998). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Oemar hamalik. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.