METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di Kabupaten Bogor, penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan alasan kemudahan jangkauan dan dengan pertimbangan bahwa pondok pesantren telah menyelenggarakan makan bagi para santrinya. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah survei pendahuluan (penimbangan berat badan dan tinggi badan santri putri). Tahap kedua adalah pengumpulan data. Penelitian dilakukan pada bulan April 2011 untuk Pondok Pesantren Modern Sahid (Sahid) dan pada bulan SeptemberOktober 2011 untuk pondok Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (UQI). Cara Pemilihan Contoh Kriteria utama pemilihan kedua pondok pesantren modern tersebut di atas yaitu keduanya melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk para santri. Kriteria inklusi dari pemilihan pondok pesantren tersebut yaitu: (1) terdaftar di Kabupaten Bogor, (2) tiap santri mendapatkan porsi makanan sendiri, (3) belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitian sejenis, dan (4) bersedia dijadikan sebagai tempat penelitian. Responden dalam penelitian ini disebut contoh, yang merupakan santri putri tsanawiyah dan aliyah. Contoh tinggal di pondok pesantren yang terpilih, dan tidak sedang atau akan menghadapi ujian akhir nasional serta santri yang baru masuk dan mengisi data record (7x24) jam secara lengkap. Pemilihan contoh dilakukan secara simple random sampling dengan menggunakan rumus dari (Notoatmodjo 2005) sebagai berikut: n = ____N____ 1+ N (d2) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut dapat ditentukan masing-masing jumlah contoh dari jumlah populasi di dua tempat penelitian, yaitu 78 orang untuk Pesantren Sahid dan 94 orang untuk Pesantren UQI. Namun contoh santri
14
Pesantren Sahid yang mengisi data dan mengembalikan record secara lengkap hanya 68 orang dan contoh santri Pesantren UQI hanya 87 orang, sehingga didapatkan total contoh berjumlah 155 orang santri. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi proses penyelenggaraan makanan, karakteristik contoh (umur, berat badan, tinggi badan, kelas, dan uang saku), karakteristik sosial ekonomi keluarga (pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu), serta pendapatan keluarga, pengetahuan gizi, kebiasaan makan, dan konsumsi pangan. Tabel 2 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian No 1.
Jenis Data Pola penyelenggaraan makanan 1. Pelaksanaan pola
Cara Pengumpulan Data - Wawancara - Pengamatan langsung
2.
Karakteristik responden (santri) 1. Umur 2. Berat badan 3. Tinggi badan 4. Kelas 5. Uang saku Karakteristik sosial-ekonomi keluarga 1. Pendidikan ayah dan ibu 2. Pekerjaan ayah dan ibu 3. Pendapatan keluarga Konsumsi makanan (food record 7x24 jam)
-
Pengisian kuesioner Wawancara Pengukuran langsung
-
Pengisian kuesioner Wawancara
Kuesioner
-
Pengisian kuesioner Wawancara Pengukuran langsung
6.
Pengetahuan Gizi
-
Pengisian kuesioner Wawancara
Kuesioner, timbangan makanan digital Kuesioner
7.
Kebiasaan Makan 1. Frekuensi makan
-
Pengisian kuesioner Wawancara
Kuesioner
8.
Kebiasaan Jajan 1. Frekuensi Jajan 2. Jenis jajanan
-
Pengisian Kuesioner Wawancara
Kuesioner
9.
Karakteristik Pesantren 1. Gambaran umum pesantren 2. Jumlah santri, guru, dan karyawan 3. Fasilitas secara umum
-
Pengisian kuesioner Wawancara Pengamatan langsung
Kuesioner
4.
5.
Alat Kuesioner, timbangan makanan digital Kuesioner, timbangan badan digital, microtoise
Data primer mengenai proses penyelenggaraan makanan diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pengelola, penjamah makanan, dan
15
pihak pesantren. Data sekunder diperoleh dengan melakukan wawacara dengan pihak pesantren mengenai karakteristik pondok pesantren yang meliputi gambaran umum pesantren, jumlah santri, guru dan karyawan. Selain melakukan wawancara dengan pihak pesantren juga melakukan pengamatan langsung terhadap fasilitas yang tersedia di pondok pesantren. Pengolahan dan Analisis Data Tahapan pengolahan data dimulai dari pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang (cleaning), dan analisis data. Tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan cara menyusun codebook sebagai panduan entry dan pengolahan data. Kemudian data dimasukan ke dalam tabel yang sudah disediakan.Setelah itu dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan Statistical Program for social Sciences (SPSS) versi 16.0.untuk menguji hubungan antar variabel dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Variabel yang akan diuji adalah pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi zat gizi dan tingkat konsumsi zat gizi dengan status gizi. Data status gizi diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) menggunakan timbangan berat badan digital. Kemudian pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data yang sudah diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur (IMT/U) dan indeks Tinggi Badan menurut umur (TB/U). Penentuan status gizi dilakukan dengan menggunakan software Anthroplus 2007 dan analisis indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) dilakukan dengan menggunakan software Nutrisurvey 2007. Nilai IMT menurut umur (IMT/U) dalam WHO (2007), dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai IMT menurut umur (IMT/U) Klasifikasi Sangat kurus Kurus Normal Overweight Obesitas
Z-score < -3 SD -3 SD ≤ Z-score < -2 SD -2 SD ≤ Z-score ≤ +1 SD +1 SD < Z-score ≤ +2 SD > +2 SD
Data konsumsi pangan diketahui melalui metode food record (pencatatan makanan)
selama
seminggu.
Data
konsumsi
pangan
yang
diperoleh
16
dikonversikan untuk menentukan zat gizi contoh yang terdiri dari energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B 1, vitamin C, kalsium, fosfor, dan zat besi, dengan menggunkan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah dan Briawan 1994): KGij = (Bj/100) X Gij X (BDDj/100) Keterangan: Kgij
= Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j
Bj
= Berat makan –j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan ke-j
BDD j = Bagian bahan makanan -j yang dapat dimakan
Tingkat konsumsi zat gizi dihitung dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi contoh (aktual) (KI) dengan angka kebutuhan yang dianjurkan (AKG). Untuk menghitung angka kebutuhan energi dan protein harus dikoreksi dengan berat badan, yaitu menggunakan berat badan aktual selama dalam kisaran kategori normal sedangkan untuk kebutuhan vitamin dan mineral tidak diperlukan koreksi terhadap berat badan. Rumus yang digunakan untuk menghitung angka kebutuhan zat gizi adalah (Hardinsyah et al 2002): AKGI = (Ba/Bs) x AKG Keterangan: AKGI
= Angka kebutuhan zat gizicontoh yang dicari
Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2004) (kg)
AKG
= Angka kecukupan energi atau protein yang dianjurkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2004)
Selanjutnya,
tingkat
kecukupan
zat
gizi
diperoleh
dengan
cara
membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan kecukupannya yaitu dengan menggunakan rumus tingkat kecukupan zat gizi yang di bawah ini: TKGI = (KI/AKGI) x 100%
Keterangan: TKGI
= Tingkat kecukupan zat gizi
17
KI
= Konsumsi zat gizi contoh (Food record)
AKGI
= Angka kecukupan zat gizi contoh yang dicari
Data pengetahuan gizi diukur dengan 20 (dua puluh) pertanyaan, yang masing-masing pertanyaan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Total skor dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu: 1) kategori baik apabila skor >80%, 2) kategori sedang apabila skor berkisar antara 60 dan 80%, dan 3) kategori kurang apabila skor <60% (Khomsan 2000). Data frekuensi makan dihitung dari berapa kali biasanya contoh mengonsumsi makanan utama. Data jenis jajanan makanan pada penelitian ini dikelompokkan menjadi empat jenis berdasarkan Winarno (2004), yaitu makanan sepinggan, snack, minuman, dan buah segar. Selain itu, diukur juga konsumsi jajanan dengan menghitung berapa banyak jenis dan berapa kali jajanan tersebut dikonsumsi contoh. Variabel dan kategori pengukuran variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.
18
Definisi Operasional Status gizi santri putri adalah keadaan kesehatan santri putri yang dilihat dari konsumsi
pangan
serta
penggunaannya
oleh
tubuh
dan
diukur
berdasarkan berat badan dibagi tinggi badan dalam meter dikuadratkan. Konsumsi makanan adalah jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi santri dalam satu hari yang dilihat dari total energi dan zat gizi lain. Penyelenggaraan
makanan
penyimpanan,
adalah
pemasakan
proses
dan
yang
meliputi
penghidangan
pengadaan,
makanan
untuk
mengetahui susunan menu, frekuensi makan, waktu makan, jenis makanan dan jumlah makanan. Tingkat kecukupan adalah perbandingan jumlah zat gizi yang dikonsumsi (aktual) per hari dengan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan per hari yang dinyatakan dalam persen. Frekuensi makan adalah kebiasaan berapa kali jumlah makan santri selama masa penelitian. Pengetahuan gizi adalah tanggapan atau jawaban tentang jenis-jenis bahan makanan berdasarkan penggolongannya dan fungsinya yang diberikan oleh santri putri. Umur santri putri adalah usia yang dihitung pada saat responden dilahirkan sampai saat penelitian berlangsung. Santri adalah siswa tsanawiyah dan aliyah yang tinggal di pesantren. Kecukupan gizi adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi santri agar hampir semua santri hidup sehat.