Banyak di antara kaum muslimin yang kurang memperhatikan masalah aqidah pada kehidupannya dan kehidupan saudaranya (muslim) yang lain. Untuk itu tulisan berikut ingin sedikit mengingatkan kita, khususnya kepada para da’i akan kedudukan aqidah dalam Islam.
Ketahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi dua bagian: 1. I`tiqod yaitu perkara-perkara yang berkaitan erat dengan keyakinan, seperti meyakini ketuhanan Alloh, wajibnya beribadah hanya kepada-Nya, meyakini rukun-rukun iman, dll. Keyakinan ini biasa dinamakan aqidah. Hingga dapat disimpulkan, pengertian aqidah Islamiyah adalah keimanan yang kokoh kepada Alloh Ta`ala, mencakup rububiyahNya, uluhiyahNya, asma` (nama) dan sifatNya, beriman kepada malaikat, kitab-kitab, para rosul, hari akhir, taqdir, dan semua perkara-perkara yang termasuk pokok agama, termasuk perkara ghoib. Menerima dan tunduk terhadap hukum Alloh dan RosulNya. Aqidah dinamakan pula tauhid, lantaran pembahasannya berkisar seputar rububiyah Alloh, uluhiyahNya, asma` dan sifatNya. Bahkan tauhid merupakan bahasan ilmu aqidah yang terpenting dan terpokok.
2. Amalan yaitu perkara-perkara yang berhubungan dengan tata cara beramal, seperti sholat, zakat, puasa serta hukum-hukum amalan lainnya. Seperti ini dinamakan furu` (cabang), karena harus dibangun di atas asas yang shahih tadi, yaitu aqidah atau tauhid. Tidaklah sah suatu amalan kecuali dengan benarnya aqidah. Oleh karenanya, aqidah yang benar merupa kan asas tegaknya agama dan sahnya suatu amalan hamba. Alloh Ta`ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepa da Alloh sebenar-benar taqwa kepadaNya ; dan janganlah sekali-kali kami mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imron: 102). Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan keta`atan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah: 5). Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan membawa kebenaran. Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). (QS Az-Zumar: 2-3). Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu mempersekutukan (Alloh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang -orang yang merugi”. (QS Az-Zumar: 65).
Beberapa ayat yang mulia diatas menunjukkan bahwa aqidah atau tauhid merupakan hal yang sangat fital dalam kehidupan, sebab merupakan mizan diterima atau ditolaknya suatu amal. Amalan akan di terima oleh Alloh jika terbangun diatas keimanan, murninya keta’atan kepada Alloh dan bersih dari kesyirikan. Hal ini diperjelas lagi dalam ayat lainnya ;
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia me lainkan supaya mereka hanya beribadah kepadaKu. (QS Adz Dzariyat: 56) Dan sesungguhnya Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rosul (untuk menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja) dan jauhilah thaghut”. (QS. An Nahl: 36). Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada illah bagimu selain Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Alloh), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar (kiamat). (QS Al A’rof: 59) Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainNya.” Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya. (QS Al A’rof: 65). Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Sholeh. Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada Tuhan bagi mu selainNya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. (QS Al A’rof: 73). Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainNya.” Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Robmu (QS. Al A’rof: 85).
Demikianlah ayat demi ayat, bahkan mayoritas surat dalam Al Qur`an memprioritaskan pembahasan pentingnya aqidah tauhid dan bahaya syirik bagi pribadi dan masyarakat. Juga menjelaskan bahwa syirik adalah faktor utama penyebab kebinasaan hamba, di dunia maupun di akherat. Lantaran pentingnya perkara aqidah ini, maka semua rosul memulai dakwahnya dengan tauhid, Alloh Ta’ala berfirman:
Dan Kami tidak mengutus seorang rosulpun sebe lum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak di sembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya’: 25).
Perhatikanlah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam! Beliau tinggal di Makah selama tiga belas tahun mengajak kaumnya agar mentauhidkan Alloh semata. Dan Alloh menyuruhnya agar menyatakan kepada umatnya bahwa beliau hanya berdo’a kepada Robbnya semata dan tidak menyekutukan Nya, sebagaimana firmanNya:
Katakanlah (wahai Nabi Alloh): “Sesungguhnya aku hanya berdoa kepada Robku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun denganNya”. (QS. Al Jin: 20).
Perhatikan pula, bagaimana Rasulullah mendidik sepupunya, Abdulloh bin Abbas tatkala masih kecil
Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Alloh, dan bila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Alloh.1 Hadits hasan shohih, riwayat At Tirmidz
Semestinya dakwah tauhid merupakan prioritas utama, sebelum merambah syari`at yang lain. Maka tatkala Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassalam mengirim Mu’adz bin Jabal ke Yaman, beliau berpesan kepadanya:
Maka hendaknya; perkara yang pertama kali kau serukan kepada mereka adalah syahadat Lailaha illalloh (tidak ada sesembahan yang benar kecuali Alloh), dan dalam riwayat lain: Maka hendaknya perkara yang pertama kali kau serukan kepada mereka adalah ; agar mereka mengesakan Alloh.2 HR. Bukhori dan Muslim.
Orang-orang kafir Quraisy pernah menawarkan kepada Rasulullah jabatan raja, harta, wanita, dengan syarat bersedia meninggalkan dakwah tauhid dan tidak mencela berhala mereka. Apa jawaban beliau? Menolak semua tawaran tadi, bahkan justru terus melanjutkan dakwahnya, dengan sabar memikul berbagai rintangan dan gangguan. Hingga datang pertolongan Alloh, berupa kemenangan dakwah tauhid ini. Makkah ditaklukkan, berhala-berhala dihancurkan, seraya membaca ayat:
Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al Isro’: 81).
Dari uraian di atas, kiranya jelas bagi kita bahwa tauhid adalah kewajiban asasi bagi setiap muslim. Dia memulai kehidupannya dengan tauhid dan meninggalkannya harus dengan tauhid. Tugas hidupnya adalah merealisasikan, menegakkan dan mendakwahkan tauhid, karena tauhidlah pangkal kesuksesan hidup dan dapat menyatukan dan menghimpun kaum mukminin dalam wadah persaudaraan hakiki. Kita memohon kepada Alloh Ta’ala agar menjadikan kalimat tauhid kata akhir yang kita ucapkan di dunia yang fana ini.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks