ANALISIS HUBUNGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DENGAN MARKET VALUE ADDED (MVA) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BARANG KONSUMSI DAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DALAM LQ-45 Siti Badriah Toto Sugiharto,Ir.,M.Sc., Ph.D
Email:
[email protected] Undergreduated Program, Economy Faculty, 2011 Gunadarma University ABSTRACT The development of increasingly rapid and complex economy from time to time. It can be seen from the increasing trade in almost all commodities. The development of the technology used to strengthen the economic competitiveness and faster information to make a firm can continue to compete to maintain their existence. Under these conditions requires the companies to make corrections in all fields. One is the area of financial management. Analysis tool used is the Economic Value Added (EVA) and Market Value Addad (MVA). EVA analysis is a tool that can be used as a measure of the success of the management role in the company. MVA analysis is used to measure the management in creating wealth owners (shareholders) The data used are secondary data from company financial statements Manufacturing Sectors Consumer goods and Telecommunications in 2006 until 2010. Analyze the correlation of Economic Value Added (EVA) and Market Cvalue Added (MVA). The results showed that there was in the Manufacturing Sector Consumer Goods companies and telecoms that are listed in the LQ-45, no significant correlation between the Economic Value Adde (EVA) and Market Value Added (MVA). PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks dari waktu ke waktu. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perdagangan hampir di semua komoditi. Perkembangan teknologi yang digunakan untuk memperkuat daya saing ekonomi dan informasi yang semakin cepat menjadikan suatu perusahaan untuk dapat terus bersaing mempertahankan eksistensinya. Dengan kondisi tersebut menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan pembenahan disegala bidang. Salah satunya adalah bidang manajemen keuangan.
Kesuksesan suatu perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya tidak luput dari peran manajer keuangan dan pengaruh keputusan keuangan yang telah dilakukan. Para manajer keuangan memiliki tugas utama merencanakan pengadaan dan penggunaan dana untuk mamaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan keputusan keuangan yang dilakukan adalah meningkatkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham. Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan terdapat banyak teknis yang dapat digunakan. Objek yang dianalisis dalam melakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan adalah laporan keuangan. Pada penelitian ini dua alat analisis yang digunakan yaitu analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Analisis EVA dan MVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Joel M. Stern dan G. Benner Stewart III pemilik perusahaan konsultan Stern Stewart Management Service (Hamonangan, 2009). Kedua alat analisis ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen. Analisis EVA merupakan alat yang dapat digunakan sebagai pengukur keberhasilan manajemen dalam perusahaan. Analisis MVA digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan manajemen dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hal ini terwujud dengan terjadinya peningkatan nilai pasar saham. Memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba tersebut diartikan sebagai laba akuntansi. Sebaiknya memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi. Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang biasa dikonsumsikan tanpa mengurangi modal pemilik perusahaan (Prakasa, 2007). Penilaian kinerja sangat bermafaat bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi maka perlu dilakukan penelitian tentang pengukuran kinerja dengan menggunakan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) di perusahaan-perusahaan yang go public di Indonesia. Untuk itu perusahaan yang go public dituntut untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Selama ini, pengukuran kinerja keuangan jarang menggunakan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan menganalisa laporan keuangan seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya menganalisa laporan keuangan memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal, sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Adde ). EVA dan MVA merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham di perusahaan. EVA dan MVA adalah pengukuran dengan memperhatikan secara tepat semua faktor–faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value). EVA mengukur nilai tambah (value creation ) yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. MVA merupakan ukuran kumulatif kinerja keuangan yang menunjukkan seberapa besar nilai tambah terhadap modal yang ditanamkan investor selama perusahaan berdiri, atau secara jelas MVA merupakan selisih antara nilai pasar ekuitas ( market value of equity ) dan nilai buku ekuitas (book value of equity), seperti yang didefinisikan oleh Stewart (Fajar, 2008).
Penggunaan EVA sebagai pengukur kinerja (performance measurement) telah begitu luas digunakan di Amerika Serikat, seperti perusahaan Coca Cola, AT&T, Quaker Oats, Elilily dan Tenneco. EVA menurut beberapa ahli dianggap mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada pengukur kinerja lainnya, karena EVA memperhitungkan biaya modal ekuitas sehingga membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. EVA tergantung dari dua hal, yaitu manajemen operasi dan manajemen neraca. Laba operasi akan rendah, jika perusahaan beroperasi secara tidak efisien, misalnya terlalu banyak asset lancar dan terlalu banyak modal ekuitas atau terlalu banyak modal hutang, maka tentunya biaya modal akan relatif tinggi. Semakin meluasnya penggunaan EVA sangat terkait dengan semakin meningkatnya kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan serta meningkatkan kemakmuran pemegang saham dan bukannya untuk mencapai laba maksimal. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajer sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan (Utama, 1997). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hubungan EVA (Economic Value Added) dengan MVA (Market Value Added) pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan Telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45. TELAAH PUSTAKA Pengertian Manajemen Keuangan
Keuangan merupakan seni dalam mengelola uang yang baik untuk individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dan pemerintah. Manajemen Keuangan merupakan bagaimana cara untuk memperoleh sumber dana dan mengalokasikan dana tersebut secara optimal dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan, dalam hal ini memakmurkan para pemegang saham. Manajemen Keuangan adalah keseluruhan tugas yang dilakukan oleh manajer keuangan yang mencakup keputusan investasi, pembiayaan, dan dividen baik dalam hal merencanakan, mengalokasikan, memperoleh dan menggunakan dana seefisien dan seefektif mungkin. Tujuan perusahaan dahulu adalah memaksimumkan profit namum dalam perkembangannya tidak hanya profit oriented. Menurut Rasyid (2002) tujuan perusahaan dewasa ini adalah memaksimumkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tersebut direduksi menjadi memaksimukan nilai saham. Oleh karena itu perusahaan berusaha unutk memaksimumkan nilai perusahaan melalui memaksimumkan selisih antara nilai pasar saham (market value equity) dengan jumlah yang ditaman oleh investor di perusahaan. Tujuan lain yang ingin dicapai perusahaan adalah meningkatkan kepuasan manajer, kesejahteraan karyawan dan masyarakat pada umumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajer keuangan secara aktif mengatur masalah keuangan dari berbagai tipe bisnis, baik keuangan maupun non keuangan, sawasta atau umum, besar atau kecil.
Tujuan Manejemen Keuangan Tujuan Manajemen Keuangan menurut Weston (2005) dan Brigham (2006) dalam Prakasa (2007) adalah memaksimalkan nilai perusahaan terutama memaksimalkan nilai pemegang saham. Tetapi dibalik itu ada konflik potensial antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur terhadap total investasi. Menurut Sartono (1998) dalam Prakasa (2007) menyatakan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh manejer keuangan adalah bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau maximization wealth of stockholders melalui mekanisme nilai perusahaan. Tugas manajer keuangan yang paling utama adalah merencanakan keadaan dan penggunaan dana guna memaksimumkan nilai perusahaan. Menurut Brigham (2006) dan Gapenski (2002) dalam Prakasa (2007) tujuan utama manajemen adalah maksimilisasi kekayaan pemegang saham, dengan memaksimalkan harga dari saham biasa perusahaan. Definisi di atas mengarah pada tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan bagi para pemiliknya. Nilai perusahaan tercermin dalam harga sahamnya di pasar modal. Jika harga saham meningkat bearti kemakmuran pemegang saham akan menignkat, sebaliknya jika harga saham menurun berarti kesejahteraan pemegang saham juga menurun, dengan demikian harga saham juga mencerminkan keefektifan pengambilan keputusan oleh manajer keuangan perusahaan. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan memahami fungsi dan tujuan pokok manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham melalui memaksimalkan nilai perusahaan maka manajer keuangan harus mampu mengambil ketiga keputusan dari fungsi manajemen keuangan tersebut secara efektif dan efisien. Efektif dalam pembiayaan investasi tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan dengan kebijakan dividen yang optimal akan tercermin adanya peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan. Pengertian Ekonomic Value Added EVA (Economic Value Edded) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan. EVA merupakan indikator tentang adanya pertambahan nilai dari suatu inverstasi. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang EVA dengan definisi yang berbedabeda. Berikut adalah beberapa definisi EVA menurut beberapa ahli: EVA adalah suatu tolak ukur yang menggambarkan jumlah absolute dari nilai pemegang saham (Shareholder value) yang diciptakan (Created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun (Tunggal, 2001) EVA adalah alat ukur kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal perusahaan dengan biaya modal. (O’Byrne et al, 2001) EVA adalah laba di atas (melebihi) biaya kewajiban/hutang dan biaya modal (cost of capital) perusahaan. Secara lebih rici didefinisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga atas hutang serta dikurangi cadangan biaya modal (Rahardjo, 2005).
Hal tersebut diatas serupa dengan pengukuran keuntungan konvensional, tetapi dengan suatu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal. Angka nilai bersih dalam Laporan Laba Rugi hanya mempertimbangkan jenis biaya modal yang mudah dilihat bunga sementara mengabaikan biaya ekuitas. Meskipun menaksir biaya ekuitas merupakan proses subyektif, pengukuran kinerja yang mengabaikan biaya seperti itu tidak dapat mengungkapkan bagaimana perusahaan yang sukses telah menciptakan nilai bagi pemiliknya. Perbedaan lain antara EVA dengan keuntunga konvensional adalah EVA tidak dipaksakan oleh prinsip akuntansi yang diterima umum (generally accepted accounting principles/GAAP). Keunggulan EVA (Economic Value Added) EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prisipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Lisa, 1999) adalah : 1. meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal; 2. menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatkan return lebih besar dari pada biaya modal yang ada; 3. menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Keunggulan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi empat hal berikut. 1. Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan investasi yang sama. 2. Dengan meningkatnya EVA maka investai-investasi akan menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut. 3. Adanya tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang berbeda pula. 4. EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. Keunggulan EVA menurut Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding. Kelemahan EVA (Economic Value Added) Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu perusahaan mempunyai
nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negatif (Dewi, 2002). Kelemahan EVA menurut Mirza (1997) dalam Mulya (2007) yaitu sebagai berikut. 1. EVA hanya mengukur hasil akhir. Konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen. 2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Langkah-langkah untuk menghitung EVA (Rokhayati, 2003) : 1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax). Laba bersih sebelum pajak adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang merupakan laba usaha setelah dikurangi beban bunga. Pajak yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut. Rumus : NOPAT = EAT + Biaya Bunga 2. Menghitung Invested Capital. Total hutang dan ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang usaha, hutang pajak, dan lain-lain. Rumus : Invested capital = Kas + Modal Kerja + Aktiva Tetap 3
Biaya Modal rata-rata tertimbang dengan pendekatan weighted average Cost of capital (WACC) Rumus : WACC = {D x rd (1 –Tax)} + (E x re)
Keterangan: Tingkat Modal dari Hutang (D ) =
TotaL Hutang
Total Hutang dan ekuitas Biaya Hutang (rd) = Biaya Bunga Total Hutang Tingkat Pajak (T) =
Beban Pajak Laba sebelum pajak
PER =
Harga saham
EPS
Tingkat Modal dari Ekuitas (E) =
Total Ekuitas Total Hutang dan Ekuitas
Biaya Ekuitas (re) = 1 PER 4 Perhitungan Capital Charges Rumus : Capital Charges = Invested capital x WACC 5 Perhitungan Economic Value Added (EVA) Rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges Market Value Added (MVA) Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah modal yang ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value Added (MVA). MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. MVA yang dihasilkan oleh kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza & Imbuh, 1999). MVA diperoleh dengan mengalikan selisih antara harga pasar saham dan nilai buku perlembar saham dengan jumlah saham yang dikeluarkan. Nilai pasar saham perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang tercantum pada akhir periode selama tahun tersebut berlangsung (umumnya per 31 Desember). Nilai buku per lembar saham diperoleh dengan membagi keuntungan perlembar saham atau earning per share (EPS) dengan tingkat pengembalian atas modal sendiri atau return on equity (ROE) atau dengan membagi total eqiuty denga jumlah lembar saham yang beredar. Rasyid (2009) dalam Prakasa (2007) menyatakan Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara modal yang ditanamkan di perusahaaan sepanjang waktu dari investasi modal, pinjaman dan laba ditahan dan uang yang bisa diambil sekarang, atau sama dengan selisih anatara nilai buku dan nilai pasar saham plus obligasi. Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh dari kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Analisis ini didasarkan pada pemikiran kaum fundamentalis yang menyatakan bahwa Value of Equity yang mewakili Value of the Firm yang ditentukan oleh faktor-faktor fundamental perusahaan. Menurut Steward (Prakasa, 2007) menyakini dan mempopulerkan Market Value Added (MVA) sebagai ukuran yang paling tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam
menciptakan kekayaan bagi permlik. Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan (pemegang saham) akan bertambah bila Market Value Added (MVA) bertambah. Peningkatan Market Value Added (MVA) dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Economic Value Added (EVA) mempunyai hubungan yang kuat dengan Market Value Added (MVA). Perhitungan Market Value Added (MVA) MVA = (Harga Saham x Jumlah Saham Beredar) * Total Ekuitas Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) Market Value Added (MVA) digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajenal sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. EVA adalah Economic Value Added yang dihasilkan kinerja manajerial sepanjang umur perusahaan yang di-present value-kan (Mirza dan Imbuh,1999). Market Value Added (MVA) merupakan pengukur kinerja eksternal, dan hanya dapat diukur jika perusahaan telah go public, di mana Market Value Added cenderung memberikan penilaian yang lebih besar dari tambahan kekayaan investasi yang sesungguhnya. Akan terdapat banyak hal yang perlu dijelaskan tentang MVA maupun EVA (Ermawati, 2006). Pertama terdapat suatu hubungan antara MVA dan EVA, tetapi hubungan tersebut bukanlah merupakan suatu hubungan langsung. Jika sebuah perusahaan memiliki sejarah nilainilai EVA yang negatif maka nilai MVAnya kemungkinan juga akan negatif, dan begitu pula sebaliknya jika terdapat sejarah akan nilai-nilai positif. Namun begitu harga saham yang merupakan unsur utama dari perhitungan MVA, lebih bergantung kepada ekspektasi kinerja di masa yang akan datang dari pada kinerja suatu historis. Oleh sebab itu,sebuah perusahaan dengan sejarah nilai EVA yang negatif dapat saja memiliki nilai MVA yang positif, asalkan para investornya mengharapkan terjadinya suatu perubahan arah dimasa mendatang (Ermawati, 2006). Pengamatan yang kedua adalah bahwa ketika EVA dan MVA digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial sebagai bagian dari program kompensasi insentif. EVA adalah ukuran umum yang digunakan. Alasannya adalah (1) EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama suatu tahun tertentu sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan dan (2) EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit yang lain dari sebuah perusahaan besar sedangkan MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan-alasan diatas, MVA terutama hanya digunakan untuk mengevaluasi pejabatpejabat tinggi perusahaan selama jangka waktu lima tahun hingga sepuluh tahun, atau bahkan lebih lama (Ermawati, 2006). METODE PENELITIAN Obejek Penelitian Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor barang konsumsi dan telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45. Periode waktu penelitian adalah dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu, yaitu:
1. perusahaan tersebut bergerak dalam sektor barang konsumsi dan Telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45; 2. mengeluarkan laporan keuangan setiap tahun selama periode 2006 sampai 2010 dengan tahun fiskal yang berakhir 31 Desember.
Tabel 3.1 Seleksi Sample Jumlah Sample Awal
45
Perusahaan yang tidak terdaftar dalam sektor barang konsumsi dan telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45
38
Jumlah Sample Akhir
7
Sumber: Data sekunder, diolah 2011 Nama-nama yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : No Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
2
KLBF
Kalbe Farma Tbk
3
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
4
FREN
Mobile-8 Telecom Tbk
5
ISAT
Indosat Tbk
6
TLKM
Telekomunikasi Tbk
7
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
Sumber : idx.co.id Jenis dan teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Data yang dibutuhkan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, Laporan Bursa Efek Jakarta, Jurnal-jurnal, dan Literatur-literatur lainnya yang berhubungan dengan objek yang sedang diteliti.
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website www.idx.co.id dan Bursa Efek Indonesia yaitu data sekunder berupa laporan keuangan tahunan (Annual Report) yang diterbitkan oleh perusahaan, jurnal-jurnal serta literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. sampel perusahaan yang termasuk dalam sektor barang konsumsi dan telekomunikasi yang terdaftar dalam LQ-45 selama lima tahun pengamatan yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010; 2. laporan keuangan tahunan (annual report) yang diterbitkan oleh perusahaan yang menjadi objek penelitian; 3. laporan harga saham penutupan untuk periode 2006 sampai 2010; 4. laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan untuk periode 2006 samapi 2010 .
Metode Analisis Data EVA merupakan hasil pengurangan total biaya modal terhadap laba operasi setelah pajak. Biaya modal sendiri dapat berupa cost of debt dan cost of equity.
HASIL DAN PEMBAHASAN Economic Value Added (EVA) Hasil perhitungan EVA dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 EVA Tahun 2006 - 2010 No 1 2 3 4 5 6 7
KODE INDF KLBF UNVR BTEL FREN ISAT TLKM µ
2006 811,832,77 550,727,615 1,675,988.17 16,399,222.84 47,259,765.32 985,197 10,458,479.34 101,241,363.5
2007 807,529.01 351,833,703 1,855,167.13 117,390,715 -252,941,091 1,302,514.52 10,312,967.28 32,937,357.85
EVA (Rp) 2008 169,719,63 -441,290,067,8 2,293,324.74 -271,686,671,76 362,003,783,577 932,734.30 1,030,713.38 -399,1471,612
2009 2010 1,584,448.38 203,673.29 362.358.934.28 113,024,974 2,904,737.38 3,190,509.41 158,335,638,98 389,910,548,098 -222,638,359 -1,291,754,43 1,150,985.77 1,139,305.74 5,649,708.39 5,649,708.38 44,192,299.03 54,849,039.4
Sumber : data sekunder, diolah 2011
Dari perhitungan secara keseluruhan pada tebel diatas untuk semua perusahaan dari tahun 2006 – 2010, perusahaan menghasilkan nilai EVA positif maupun negatif. EVA yang positif
menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan melebihi biaya modal atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal. Hal ini sejalan dengan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya, EVA yang negatif menandakan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat pengembalian yang dituntut oleh investor. Adapun EVA negatif disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan modal yang terukur dengan Capital Charges lebih besar dibandingkan dengan NOPAT yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya, jika nilai Capital Charges lebih kecil daripada nilai NOPAT, maka akan menghsilkan nilai EVA yang positif. Hal ini menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal. Langkah-langkah menghitung EVA dapat dilihat pada lampiran. Market Vakue Added (MVA) Hasil perhitungan MVA dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 MVA Tahun 2006 - 2010 NO 1 2 3 4 5 6 7
KODE INDF KLBF UNVR BTEL FREN ISAT TLKM
2006 10,363,548. 1,203,875,0 4,831,452,7 3,114,526,7 4,676,201,5 35,863,946 203,615,96
µ
29,264,235.57
MVA 2008 9,607,766,978 1,121,466,693 1,919,613,252 -3,629,469,763 284,481,768 31,245,482,590 120,959,965,685
2007 3,381,980,98 3,778,293,95 1,913,068,44 6,085,471,400 3,465,173,759 47,004,083,45 204,623,966,2 2,457,803,929
7,520,762,584
2009 306,917,585 3,062,983,478 2,276,954,396 -1,438,076,861) 859,167,605,34 25,675,632,042 190,511,961,347 19,264,623,924
2010 1,569,289,026 2,190,412,443 1,439,082,083 1,498,537,812 1,891,622,460 29,343,582,149 160,271,955,581 28,314,925,936 Sumber: data
sekunder, diolah 2011
Dari perhitungan secara keseluruhan pada tebel diatas untuk semua perusahaan dari tahun 2006 - 2010, perusahaan menghasilkan nilai MVA positif maupun MVA negatif. MVA yang positif menandakan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi daripada nilai buku perusahaan sehingga investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika MVA perusahaan negatif menandakan nilai pasar perusahaan tersebut lebih rendah daripada nilai buku perusahaan sehingga, investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Langkah-langkah menghitung MVA dapat dilihat pada lampiran. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis Tabel 4.10 Correlations Correlations
Spearman's rho
EVA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
EVA 1.000 . 35
MVA .065 .710 35
MVA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
.065 .710 35
1.000 . 35
Sampel yang diperoleh melalui metode purposive sampling sebanyak 7 perusahaan untuk setiap tahun selama periode 2006 - 2010, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah EVA dan MVA. Uji Normalitas Data Uji Normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Tabel 4.8 Normalitas Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
EVA
.357
35
.000
.712
35
.000
MVA
.366
35
.000
.552
35
.000
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa angka probabilitas 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, atau distribusi datanya tidak normal. Oleh karena itui berdasarkan uji normalitas yang menghasilkan bahwa data tersebut tidak normal, maka peneliti mengunaka analisis Rank Sperman sedangkan jikalau datanya normal peneliti menggunakan analisis korelasi Analisis Rank Spearman Analisis dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman (rs) untuk mengetahui hubungan variabel EVA dan MVA berdasarkan ranking antara dua variabel data. Dari tabel 4.9 uji signifikansi korelasi antara variabel EVA dan MVA dengan menggunakan SPSS 18. Ringkasan hasil analisis korelasi dapat dilihat dalam tabel 4.10 sebagai berikut: Oleh karena probabilitas lebih besar dari 0,05 berarti dalam hal ini menerina hipotesis artenatif (Ha) dan menerima hipotesis nol (Ho). Sehingga dapat disimpulkan dari tabel di atas bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara variabel EVA dengan Variabel MVA pada perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi dan Telekomunikasi yang terdaftardalam LQ45. Hasi Penelitain ini sama dengan hasi penelitian sebelumya yang dilakukan pleh Prakasa (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa EVA dan MVA pada perusahaan Manufaktur tang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tidak menunjukkan korelasi yang signifikan. Namun penelitian ini tidak sama dengan yang dilakukan oleh Janiah (2007). Janiah menyimpulkan pada penelitiannnya EVA berkorelasi kuat dan positif dengan MVA pada perusahaan yang tedaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2003 - 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan atau penurunan EVA ada hubungannya dengan kenaikan atau penurunan MVA. Menurut Ermawati (2006) EVA menunjukkan nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan sejak perusahaan berdiri sampai sekarang. Maka dengan pernyataan tersebut tidak ada ketentuan EVA harus berkorelasi dengan MVA. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis statistik non parametrik dengan menggunakan metode korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis terhadap seluruh data maka, dapat disimpulkan bahwa EVA tidak berkorelasi dengan MVA. Hal ini berarti jika kinerja manajemen suatu perusahaan meningkat, yang dicerminkan oleh variabel EVA, maka nilai pasar perusahaan tersebut belum tentu juga akan meningkat, yang dicerminkan oleh variabel MVA, begitu juga sebaliknya jika kinerja manajemen suatu perusahaan menurun, maka nilai pasar perusahaan tersebut juga akan menurun. Implikasi Dari kesimpulam di atas, tidak selamanya kenaikkan nilai peusahaan diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan pemegang saham. Maka dengan itu disarankan untuk penelitian selanjutnya : 1. Menggunakan Periode waktu yang lebih lama dari penelitian ini; 2. jumlah sample yang digunakan dapat ditambahkan dan dapat diperluas ke beberapa sektor perusahaan, sehingga dapat mewakili ukuran seluruh sample perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45. 3. Bagi penelitian akan datang sebaiknya menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan mampu mempengaruhi Market Value Adde (MVA)
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari, 2009, Pengantar Statistika, Alfabeta, Bandung. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi 6, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Brigham, Eugene F dan Joel F, Houston, 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10, Jakarta : Salemba Empat. Ermawati, Iffarida. 2006. “Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan EVA dan MVA Pada perusahaan Manufaktur Sektor Food and Beverage yang Go Publik di BEJ”. Undergraduate Thesis. Universitas Muhammadiyah Malang. Govindarajan. 2002. “Sistem Pengendalian Manajemen”. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2004.”Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta: Salemba Empat. Kanti, A.R. 2004. “Analisis Hubungan EVA dan MVA Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEJ”. Skipsi S-1. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Lisa, L.U. 1999.”EVA sebagai ukuran keberhasilan kinerja manajemen”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan”. Vol 1, No.1 Mei. Lehn, K dan Makhij, A.. 1996. “EVA and MVA as Performance Measures and Signals Strategic Change”. Jurnal Akuntansi. Strategy and Leadership 24.
for
Mirza, T dan Imbuh. 1999. “Konsep Economic Value Added : Pendekatan Untuk Menentukan Nilai Riil Manajemen”. Jurnal Akuntansi. Usahawan No. 10 Tahun XXVIII. Januari. hal 37 – 40.
Mulya, Yoga Prakasa, 2007, Analisis Hubungan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) pada perusahaan Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Skipsi S-1. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Napitupulu. 2007. “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode EVA dan MVA Pada tiga Emiten Terbaik 2006”. Skipsi Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara. Nur, Sofiyani, 2005, Analisis Hubungan EVA Terhadap MVA pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ-45”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. O’Byrne, S. F. 1996. “EVA and Market Value”. Journal of Applied Corporate Finance. Vol. 9. No. 1. Rasyid, Rosyeni. 2002, Pengukuran Nilai Riil Perusahaan Dengan Menggunakan Konsep Economic Value Added”. Jurnal Akutansi. Vol. 1 No. 2, Hal 67-77. Rausana. 1999. “Memanfaatkan EVA Untuk MenilaiPerusahaan di Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Usahawan. No.4. Apil. p18-21 Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan. penerjemah F.X. Kurniawan Tjakrawala, M.Si.Ak, “Sistem Pengendalian Manajemen”, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Rokhayati Eliyah, “Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Go Publik di BEJ dengan Metode EVA dan ROA”. Skripsi S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, 2003.
Sartono, R. A. Agus. 1998, Manajemen Keuangan, Edisi Ke-3, BPFE, Yogyakarta. Sarwono. 2006. “Olah Data Skripsi dan Penelitian dengan SPSS 13”. Yogyakarta: ANDI. Sawir. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sidharta, Utama. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaan Nilai Perusahaan, Usahawan No. 4 th XXII, hal. 10-13. Tunggal, Amin Widjajaja. 2001 , Memahami Economic Value Added(EVA)”. Jakarta: Harvarindo. Tsamratul, Janiah, 2007, Analisis hubungan Economic Value Added dengan Market Value Added dan faktor-faktor yang mempengaruhi Economic Value Added pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2006”. Skipsi Sarjana. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Utama. 1997. “EVA: Pengukuran dan Penciptaan Nilai Perusahaan”. Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi. Usahawan. No. 4 April. p10 – 13. Weston, J. Fres dan Thomas, E. Copeland. 2005, Manajemen Keuangan, Binarupa Aksara, Jakarta. Young S. David dan Stephen F. O’Byrne, 2001, EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai (Panduan Praktis Untuk Implementasi), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.