KESIAPAN PENGGUNAAN ICT PADA SEKOLAH DASAR DI DAERAH RURAL DALAM PERUBAHAN PARADIGMA PEMBELAJARAN Sri Huning Anwariningsih, ST, M.Kom Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Sahid Surakarta Jl Adi Sucipto 154, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57144 Email :
[email protected] Abstract Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan.Salah satu pembaruan yang paling mencolok adalah mulai diterapkannya mata pelajaran TIK mulai tingkat SD mulai tahun 2004an dan rencana penerapan Kurikulum 2013 dimana mata pelajaran TIK akan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Artinya bahwa setiap guru harus mampu mengoperasikan ICT dan mengoptimalkan ICT sebagai media/sarana yang dapat memperkaya materi pengajaran. Akan tetapi kondisi ini tidaklah mudah jika tidak didukung kesiapan siswa, guru, maupun sarana pendukung ICT yang dimiliki sekolah.Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa 90% sekolah masih menggunakan pola pembelajaran konvensional. Terkait kemampuan baca dan tulis siswa terlihat bahwa kemampuan baca dan menulis pada siswa kelas 1 sudah cukup bagus yaitu 93,35 % siswa sudah dapat membaca dan menulis, 98 % siswa kelas 2 sudah mampu membaca dan menulis, dan 98,6% siswa kelas 3 sudah mampu membaca dan menulis. Terkait ketersediaan komputer hanya 15% siswa yang mengaku memiliki komputer di rumahnya. Berdasarkan hasil observasi, hanya 50% sekolah yang sudah menerapkan pelajaran TIK, sedangkan sisanya belum menerapkan pelajaran TIK sama sekali. Dari 50 % tersebut, hanya sebuah SD yang menerapkan TIK dari kelas 1 dan itupun masih masuk sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kebanyakan memulai pelajaran TIK baru mulai kelas 3. Terkait kompetensi guru, hasil penelitian menunjukkan 70% guru-guru kelas belum memiliki kemampuan dalam mengoperasikan komputer. Sedangkan 30% guru sudah mampu mengoperasikan komputer akan tetapi hanya sebatas untuk mengetik saja/keperluan administrasi sekolah.
Pendahuluan Pendidikan di Indonesia sedang mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan yang terjadi di antaranya proses pembaruan content kurikulum yang lebih mengadopsi perkembangan dunia luar. Salah satu pembaruan yang paling mencolok adalah mulai diterapkannya mata pelajaran TIK mulai tingkat SD mulai tahun 2004an. Penerapan ini bertujuan menyiapkan siswa agar dapat terlibat pada perubahan yang pesat dalam perkembangan teknologi informasi(Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan , 2003). Langkah ini semakin diperkuat dengan rencana penerapan Kurikulum 2013 dimana mata pelajaran TIK akan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2012). Artinya bahwa setiap guru harus
mampu
mengoperasikan ICT dan mengoptimalkan ICT sebagai media/sarana yang dapat memperkaya materi pengajaran.Kondisi ini tidaklah mudah karena siswa dan guru “dipaksa” untuk mengubah paradigma dalam pembelajaran. Makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang seberapa besar peran ICT dalam perubahan paradigma pembelajaran terutama di daerah rural. Pada sesi 2 akan
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
11
menjelaskan fungsi kurikulum terhadap pembentukan kompetensi anak didik. Dilanjutkan pembahasan tentang pengertian belajar,proses pembelajaran, dan modus belajar yang dapat digunakan. Sesi ke 4 akan konsen pada pembahasan tentang paradigma pembelajaran serta data/fakta yang ditemukan tentang paradigma pembelajaran di daerah rural. Sesi berikutnya akan membahas tentang peran ICT dalam pembelajaran di daerah rural. Sesi ke 5 menjelaskan proses pengumpulan data yang menggunakan kuesioner tentang peran ICT dalam pembelajaran. Sesi ke 6 menampilkan hasil analisis data dan di bagian akhir pada makalah ini berisi tentang kesimpulan serta beberapa saran untuk topik penelitian pengembangan di masa yang akan datang.
Kurikulum dan Kompetensi Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas, 2003).Tujuan pendidikan mengacu kepada UU No 20, tahun 2003, Sisdiknas Pasal 1, ayat 1 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulya dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kurikulum dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun kompetensi siswa. Kurikulum berbasis kompetensi adalah “outcomes-based curriculum” dan oleh karena itu pengembangan kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari Standar Kompetensi Lulusan. Oleh karena itu kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan 3 (tiga) kemampuan dasar, yakni baca, tulis, dan hitung serta pembentukan karakter.
Belajar, Proses Pembelajarandan Modus Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks dan terjadi sepanjang hidupnya dimana proses tersebut terjadi karena adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu
12
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan ataupun sikapnya (Arsyad, 2006). Menurut Bruner (1966) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2006) mengatakan ada tiga tingkatan utama modus belajar yaitu :: (a) Pengalaman langsung (enactive) dimana belajar dilakukan dengan mengerjakan langsung, (b) Pengalaman pictorial/gambar (iconic) dimana belajar dilakukan dengan mempelajari dan memahami obyek belajar dari gambar, lukisan, foto atau film, (c) Pengalaman abstrak (symbolic) dimana belajar dilakukan dengan mencocokkan obyek belajar yang ingin dipelajari dengan bayangan pada image mental atau mencocokkan dengan pengalamannya yang berkaitan dengan obyek belajar (Arsyad, 2006). Agar proses belajar mengajar berjalan baik maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor dari dalam siswa. Faktor yang berawal dari dalam terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktordari dalam siswa dapat berupa faktor sosial dan nonsosial(Suryabrata, 2012). Ketersediaan alat-alat termasuk ke dalam fungsi nonsosial yang mempengaruhi proses belajar. Sarana prasarana pendidikan sebagai alat bantu mengajar merupakan salah satu aspek yang dapat mempermudah / mempercepat pembelajaran suatu konsep/topik tertentu. Saranaprasarana pendidikan dapat berupa gedung, alat peraga praktik, peralatan praktik, bahan praktik, buku teks, buku penunjang serta media pendidikan.
Paradigma Pembelajaran Sejalan dengan perkembangan TIK diharapkan ada perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator,
navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan
mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran diharapkan mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari
mengungkapkan
kembali
pengetahuan
menjadi menghasilkan dan berbagai
pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual
(soliter)
menjadi
pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
13
Akan tetapi harapan tersebut tidak mudah terutama di daerah rural. Pada pembelajaran TIK sebagian besar sekolah masih mengandalkan buku pelajaran dan profil guru untuk tempat bertanya (Anwariningsih, 2010).
ICT dalam Pembelajaran Teknologi Informasi memungkinkan media alternatif lain sebagai media pengajaran selain media pengajaran konvensional seperti buku ajar. Media ini dapat digunakan sebagai media pendukung bagi kegiatan pendidikan dan pengajaran efektif dan memberikan kemudahan pembelajaran bagi siswa. Penggunaan media melalui perancangan yang sistematik dapat membantu guru-guru menyampaikan pengajaran dengan mudah. Penggunaan media juga banyak menyentuh tentang penggunaan teknologi. Penggunaan visual-visual konkrit mampu menarik minat siswa karena ia dapat menggambarkan materi pelajaran dan memberi pengalaman konkrit untuk memudahkan proses pembelajaran. Telah banyak penggunaan komputer maupun teknologi informasi komunikasi lain yang digunakan dalam pembelajaran, seperti E-Learning, media interaktif, dll. Penggunakan komputer sebagai media pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu : (1) dapat memberikan iklim yang lebih afektif sehingga dapat mengakomodasi siswa yang lamban dalam menerima pelajaran., (2) dapat merangsang siswa dalam mengerjakan latihan, (3) kendali belajar di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat disesuaikan dengan tingkat penguasaannya, dan (4) perkembangan siswa dapat dipantau dengan melihat rekaman aktivitas siswa melalui file-file latihan yang disimpan dalam komputer. Penggunaan ICT dalam pembelajaran dapat membantu sekolah dalam mengubah paradigma belajar siswa. Banyaknya media pembelajaran merupakan sarana yang dapat digunakan siswa untuk berlatih mandiri. Selain itu, guru seharusnya juga mempersiapkan diri untuk semakin meningkatkan skill dan knowledge terkait ICT sehingga guru dapat menempatkan diri sebagai fasilitator nantinya.Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan (Anwariningsih, 2010), seorang siswa yang mempunyai tingkat intelejensia yang rendah tetapi jika siswa tersebut rajin berlatih dengan dibantu media pembelajaran maka hasil belajar yang dicapai juga bagus.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Wilayah kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Pada wilayah Kecamatan Teras terdapat 26 Sekolah Dasar yang terdiri dari 25 Sekolah Dasar Negeri dan sebuah Sekolah Dasar Islam Terpadu. Jumlah SD yang menjadi objek penelitian 14
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
sebanyak 20 SD dengan mengambil siswa kelas 1 – 3 sebagai subjek penelitian sebanyak 1378 siswa. Ada beberapa data yang diobservasi, yaitu : a.
Kuesioner siswa Kuesioner siswa bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa
membaca dan menulis, dan mengetahui sejauh mana pengenalan siswa terhadap perangkat TIK. b. Kuesioner Infrastruktur Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui jumlah komputer ataupun perangkat IT yang dimiliki SD terutama yang digunakan untuk mata pelajaran TIK. Selain itu, observer akan melihat spesifikasi hardware maupun software pada setiap perangkat IT. Dari kuesioner ini akan didapatkan informasi seberapa jauh kesiapan infrastruktur TIK pada masing-masing SD untuk penerapan pelajaran TIK. c. Kuesioner Guru Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait dengan kompetensi guru pengajar TIK terutama yang berhubungan dengan kualifikasi pendidikan, skill IT, pelatihan softskill yang pernah dilakukan dalam rangka peningkatan kemampuan diri dalam mengajar TIK. Dari kuesioner ini akan didapatkan informasi tentang kesiapan SD dalam menyiapkan SDM yang berkompeten dalam mengajar mata pelajaran TIK. Selain itu, data yang dikumpulkan dari kuesioner guru ini adalah materi TIK yang diajarkan, metode pembelajaran, dan alat bantu pembelajaran. Dari data-data tersebut akan didapatkan informasi seberapa jauh pemahaman guru TIK terhadap kurikulum TIK serta model pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran TIK.
Hasil dan Pembahasan Pembahasan hasil penelitian didasarkan atas pertanyaan yang dikemukakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah deskripsi pola pembelajaran pada SD di daerah Rural 2. Bagaimanakah kesiapan siswa, guru, dan infrastruktur sekolah dalam penggunaan ICT dalam pembelajaran? Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa 90% sekolah masih menggunakan pola pembelajaran konvensional yaitu guru masih menjadi sentral dalam pembelajaran, dan siswa masih pasif dalam pembelajaran. Meskipun demikian, 20% SD mulai mengakomodir adanya
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
15
siswa inklusi meskipun proses pembelajarannya masih gabung dengan siswa non inklusi. Hal ini sudah merupakan kemajuan dalam dunia pendidikan Indonesia. Terkait dengan data kemampuan baca tulis, secara umum kemampuan siswa dalam membaca dan menulis sudah bagus, termasuk di dalamnya membaca/menulis untuk kalimatkalimat yang berakhiran konsonan. Hanya sebagian kecil yang masih harus dibantu untuk menulis terutama tentang kerapian. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa kemampuan baca dan menulis pada siswa kelas 1 sudah cukup bagus yaitu 93,35 % siswa sudah dapat membaca dan menulis, 98 % siswa kelas 2 sudah mampu membaca dan menulis, dan 98,6% siswa kelas 3 sudah mampu membaca dan menulis. Dari data ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki peluang untuk belajar aktif secara mandiri. Terkait pemahaman siswa terhadap ICT, sebagian siswa mengaku sudah mengetahui komputer, akan tetapi pemahaman ini masih terbatas pada bentuk komputer dan kegunaan komputer saja yaitu terbatas untuk mengetik dan bermain game.85% siswa tidak memiliki komputer/laptop di rumahnya. Mereka mengetahui bentuk komputer/laptop hanya dari televisi atau milik orang tuanya. Berdasarkan hasil observasi, hanya 50% yang sudah menerapkan pelajaran TIK, sedangkan sisanya belum menerapkan pelajaran TIK sama sekali. Dari 50 % tersebut, hanya sebuah SD yang menerapkan TIK dari kelas 1 dan itupun masih masuk sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kebanyakan memulai pelajaran TIK baru mulai kelas 3. Sebagian besar alasan SD belum menerapkan pelajaran TIK adalah keterbatasan sarana dan prasarana serta masih belum adanya guru pengampu khusus mata pelajaran TIK. Sebagian besar guru tetap SD belum mampu menguasai TIK. Keterbatasan ini menjadi alasan utama mengapa kurikulum TIK belum diterapkan pada sebagian besar SD. Terkait kompetensi guru, hasil penelitian menunjukkan 70% guru-guru kelas belum memiliki kemampuan dalam mengoperasikan komputer. Sedangkan 30% guru sudah mampu mengoperasikan komputer akan tetapi hanya sebatas untuk mengetik saja/keperluan administrasi sekolah.. Seiring dengan program sertifikasi guru maka mulai tahun 2013, setiap guru yang telah bersertifikasi diharuskan memiliki laptop. Data infrastruktur yang dilihat adalah jumlah ketersediaan komputer dan periperial pendukung yang berada pada sekolah dasar objek penelitian.Jumlah infrastruktur komputer masih sangat rendah. Hanya terdapat 2 SD yang telah memiliki Laboratorium komputer. Sebenarnya setiap sekolah telah memiliki minimal 1 komputer/laptop. Akan tetapi komputer/laptop tersebut hanya digunakan untuk keperluan administrasi sekolah.
16
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Data-data penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di daerah rural belum menunjukkan kesiapan dalam penerapan ICT dalam pembelajaran dan paradigma pembelajaran yang berlaku di daerah rural masih berupa guru sebagai sentral pembelajaran.
Simpulan Pada daerah rural, kesiapan ICT dalam pembelajaran belum maksimal. Hal ini ditunjukkan masih minimnya kesiapan infrastruktur sekolah terutama terkait ketersediaan laboratorium komputer serta masih minimnya skill dan knowledge guru terkait penggunaan ICT, padahal dalam paradigma pembelajaran yang baru diharapkan guru mampu menjadi sebagai fasilitator. Penerapan ICT dalam pembelajaran memang memudahkan dalam proses pembelajaran. Akan tetapi hal ini harus ditunjang dengan kesiapan siswa, guru, dan infrastruktur yang dimiliki sekolah. Daftar Pustaka Anwariningsih, S. H. (2010). Pengaruh Penggunaan Tutorial Interaktif dan Kamus TIK Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SD dengan Variasi Tingkat Intelejensia dan Frekuensi latihan. Seminar Nasional SRITI . Yogyakarta: Akakom. Arsyad, A. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan . (2003). Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi SD & MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suryabrata, S. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
17