KESIAPAN GURU-GURU MADRASAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN UNTUK KURIKULUM 2013 DI JAKARTA SELATAN1 Bambang Suryadi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jl. Kerta Mukti No. 5 Cirendeu Ciputat Jakarta 15412
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan guru-guru madrasah dalam mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan untuk Kurikulum 2013 di wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melibatkan 167 guru yang berusia dari 23-58 tahun sebagai responden penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan statistik desktriptif (persentase dan frekuensi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan guru-guru madrasah di wilayah Jakarta Selatan yang menjadi responden penelitian ini masih kurang karena minimnya sosialisasi dan pelatihan tentang standar penilaian untuk Kurikulum 2013. Oleh sebab itu diperlukan sosialisasi dan pelatihan yang intensif untuk guru-guru madrasah di Jakarta Selatan sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan. Kata kunci: penilaian, kurikulum, standar, madrasah.
ABSTRACT The purpose of this study is to identify the preparation made by teachers of Islamic Schools in implementing the Assessment Standard in Education for the Curricula 2013 in the South Jakarta. This study used a quantitative method with sample size of 167 teachers aged between 23-58 years old. Data were collected through questionnaires and analyzed using frequencies and percentages. Results of this study indicate that the teachers from the Islamic Schools in South Jakarta were not well-equipped with the knowledge of the Assessment Standard for the Curricula 2013. To help the teachers have better preparation for implementing the Assessment Standard for the Curricula 2013, effective training on the Curricula 2013 and Assessment Standard is required. Keywords: Assessment, curricula, standard, Islamic School.
1
Disampaikan dalam Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan: “Implementasi Standar Penilaian dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013”, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Sabtu, 8 Maret 2014.
PENDAHULUAN Salah satu komponen standar nasional pendidikan adalah standar penilaian. Penilaian pendidikan merupakan amanat undang-undang yang mutlak dilakukan di satuan pendidikan. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab XVI pasal 57, 58, dan 59 tentang evaluasi disebutkan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Kegiatan evaluasi tersebut dapat dilaksanakan secara baik bila dilakukan secara profesional dan melembaga. Evaluasi pendidikan dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 22 ayat (1) menyatakan Penilaian hasil pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ayat (2) menyatakan bahwa teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dinyatakan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, Ujian Tingkat Kompetensi, Ujian Mutu Tingkat Kompetensi, Ujian Nasional, dan Ujian Sekolah/Madrasah. Penilaian oleh pendidik meliputi ulangan, Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester. Penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan mencakup Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) dan Ujian Sekolah/Madrasah (US/M). Pada tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan kurikulum yang disebut dengan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan terhadap kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam Kurikulum 2013 ini kompetensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti mencakup KI-1 (sikap spiritual), KI-2 (sikap sosial), KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan). KI diibaratkan anak tangga yang mengantarkan peserta didik mencapai Standar Kompetensi Lulusan. KI juga menjadi acuan pengembangan berbagai Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari suatu mata pelajaran.
2
Penerapan Kurikulum 2013 berpengaruh terhadap orientasi sistem pembelajaran. Pada jenjang SD/MI kelas rendah (kelas I-III) menggunakan tematik-terpadu, sedangkan untuk SD/MI kelas tinggi (kelas IV-VI) dan SMP/MTs diterapkan pembelajaran terpadu, khususnya untuk mata pelajaran IPA dan IPS. Implementasi Kurikulum 2013 tersebut juga dapat dipastikan memiliki dampak terhadap sistem penilaian, khususnya penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan. Dalam proses pembelajaran, penilaian memiliki tujuan dan fungsi yang sangat penting. Salah satunya, menurut Arikunto (2010) adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Dengan demikian dapat dikatakan, jika penilaian pendidikan yang dilakukan guru-guru madrasah kurang baik, maka implementasi Kurikulum 2013 dapat dikatakan kurang berhasil. Madrasah yang secara administrasi berada di bawah Kementerian Agama baru akan menerapkan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014. Alasannya, sebagaimana diungkapkan oleh Bahrul Hayat (2014) adalah karena guru-guru madrasah belum dibekali dengan konsep dan keterampilan yang cukup tentang Kurikulum 2013 dan sistem penilaiannya. Oleh karena itu, pelaksanaan Kurikulum 2013 di madrasah ditunda sampai tahun 2014. Dengan penundaan ini, diharapkan penerapan Kurikulum 2013 di madrasahmadrasah dapat berjalan dengan baik. Pertanyaan yang muncul adalah, benarkah dengan penundaan tersebut guru-guru madrasah memiliki kesiapan yang lebih baik dalam menerapkan Kurikulum 2013? Apakah guru-guru madrasah memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melakukan penilaian pendidikan sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan (Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013)? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting dan tidak dapat ditemukan tanpa melakukan penelitian ilmiah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan guru-guru madrasah dalam mengimplementasikan standar penilaian pendidikan sesuai dengan Kurikulum 2013. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan masukan dan usulan dari guru-guru madrasah dalam menerapkan Standar Penilaian Pendidikan sesuai dengan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013.
METODE PENELITIAN Penilitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif. Responden penelitian ini berjumlah 167 guru yang dipilih dengan cara non-probability sampling technique, yaitu convinience sampling technique. Madrasah yang terlibat dalam penelitian ini adalah 19 madrasah yang terdiri atas 6 madrasah negeri dan 13 madrasah swasta di wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya. Dari segi jenjang, penelitian ini meilibatkan 2 Madrasah Aliyah (MA), 16 Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 1 Madrasah Ibtidaiyah (MI).
3
Dari segi jenis kelamin, responden penelitian ini terdiri atas 66 (40%) laki-laki dan 101 (60%) perempuan, berusia dari 23 sampai dengan 58 tahun dengan pengalaman mengajar mulai dari 1 sampai dengan 35 tahun. Dari asal madrasah, responden penelitian ini terdiri atas 15 (9%) guru MI, 78 (47%) guru MTs, dan 74 (44%) guru MA. Mayoritar responden penelitian ini memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) dengan jumlah 138 (83%) dan sebanyak 26 (16%) berpendidikan magister (S2) dan hanya sebagian kecil yang belum sarjana, yaitu 3 orang (1.8%). Dari segi status guru, sebanyak 113 (67.7%) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 54 (32%) adalah tenaga honorer dan/atau tenaga tetap kontrak yayasan. Mata pelajaran yang diajar hampir mencakup seluruh mata pelajaran yang diajarkan di madrasah, yaitu Matematika, Biologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah, Ekonomi, Geografi, Kimia, Fisika, Sosiologi, Akidah Akhlak, Fikih, Bahasa Arab, dan Tafsir Hadis. Data primer penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama dari kuesioner ini menanyakan tentang data demografis (jenis kelamin, jenjang madrasah—MI/MTs/MA, usia, mata pelajaran yang diampu, pengalaman mengajar, kualifikasi akademik, dan status kepegawaian (PNS atau Kontrak/Honorer). Bagian kedua terdiri atas empat pertanyaan yang tentang sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013, pandangan mereka terhadap Kurikulm 2013 dibandingkan dengan KTSP, dan ketersediaan buku guru dan buku siswa. Bagian ketiga adalah pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan dan keterampilan guru madarasah dalam menerapkan standar penilaian pendidikan. Bagian ini terdiri atas sembilan pertanyaan yang meliputi delapan pertanyaan tertutup dan satu pertanyaan terbuka. Data sekunder penelitian ini dikumpulkan melalui telaah dokumen yang terkait dengan Kurikulum 2013 dan Standar Penilaian Pendidikan. Dokumen-dokumen tersebut berasal dari BSNP dan Puspendik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Proses pengumpulan data dilaksanakan selama lima hari kerja, mulai tanggal 14 sampai dengan 21 Februari 2014. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu frekuensi dan persentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesiapan guru madrasah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan kesiapan mereka dalam mengimplementasikan standar penilaian. a. Kesiapan guru madrasah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 Ketika ditanyakan kepada responden ”Apakah guru madrasah pernah mengikuti sosialisasi Kurikulum 2013?”, hasil penelitian menunjukkan bahwa 140 guru (84%) pernah mengikuti sosialisasi implementasi Kurikulum 2013 dan hanya 27 guru (16%) tidak pernah mengikuti sosialisasi Kurikulum 2013. Tingginya sosialisasi yang diikuti guru-guru madrasah belum seimbang dengan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 yang mereka ikuti. Data dari hasil penelitian menunjukkan 115 guru (69%) pernah 4
mengikuti pelatihan, sedangkan sisanya 52 guru (31%) tidak pernah mengikuti pelatihan. Terkait dengan ketersediaan buku pegangan guru dan buku siswa, 125 guru (75%) mengatakan bahwa sampai minggu ketiga bulan Februari 2013, mereka belum mengetahui apalagi menerima buku pegangan guru dan buku siswa untuk Kurikulum 2013, dan hanya 42 guru (25%) yang sudah menerima. Dalam implementasi Kurikulum 2013 guru menjadi kunci utama dalam proses pembelajaran. Karena itu mereka dituntut untuk melakukan kreativitas dan inovasi dengan rambu-rambu yang ada di dalam buku guru. Untuk dapat melakukan hal ini, diperlukan persiapan yang matang dan memerlukan waktu yang relatif lama. Namun, jika sampai bulan Februari 2014, empat bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai pada bulan Juli 2014, guru-guru belum menerima buku teks, maka dari segi persiapan sangat lemah. Temuan yang menarik terkait dengan Kurikulum 2013 adalah kenyataan bahwa lebih dari separuh (55%) guru-guru madrasah dalam penelitian ini mengatakan bahwa KTSP lebih baik daripada Kurikulum 2013. Sedangkan sisanya, 27 guru (16%) mengatakan bahwa Kurikulum 2013 sama saja dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan 48 guru (29%) tidak tahu tentang Kurikulum 2013. Dari pertanyaan terbuka terhadap responden, ada beberapa komentar atau usulan yang perlu dicatat sebagai berikut. 1. Implementasi Kurikulum 2013 tergesa-gesa dan persiapannya kurang matang. Masih banyak guru madrasah yang belum mengetahui tentang Kurikulum 2013. 2. Implementasi Kurikulum 2013 harus didasarkan pada evaluasi penerapan KTSP secara menyeluruh. 3. Sebelum Kurikulum 2013 diimplementasikan secara serentak (nasional), perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan implementasi bagi guru-guru madrasah. 4. Implementasi Kurikulum 2013 jangan dipaksakan sebab peningkatan mutu pendidikan tidak bisa dicapai secara instant tetapi memerlukan proses dan tahapan yang panjang. 5. Buku pegangan guru dan buku murid supaya segera didistribusikan supaya guruguru bisa melakukan pendalaman materi dan mengatur strategi pembelajaran. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulan meskipun mayoritas guru-guru madrasah telah mengikuti sosialisasi Kurikulum 2013, ternyata tingkat pemahaman dan akseptabilitas mereka terhadap Kurikulum 2013 masih rendah. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nanik Estidarsani (2013) yang menunjukkan bahwa guru-guru SMK di Bogor telah memiliki kesiapan yang baik sekali (92,31%) dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. b. Kesiapan Guru Madrasah dalam implementasi Standar Penilaian Penilaian pendidikan merupakan sub-sistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, penilaian pendidikan memiliki peranan yang sangat signifikan dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Oleh sebab itu guru-guru mesti memiliki kemampuan dan keterampilan tentang cara melakukan penilaian 5
pendidikan sesuai dengan standar penilaian sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 (selanjutnya disebut Permendikbud 66/2013) sebagai perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Ketika responden ditanya tentang Permendikbud 66/2013 tersebut, hasil penelitian menunjukkanb ahwa 108 guru (65%) sudah mengetahui dan 59 guru (35%) belum mengetahui. Artinya, sepertiga lebih dari guru-guru madrasah belum mengetahui Permendikbud 66/2013. Rendahnya pengetahuan guru-guru madrasah tentang Permendikbud 66/2013 selaras dengan rendahnya pelatihan penilaian pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Dalam hal ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa 95 guru (57%) pernah mengikuti pelatihan dan sisanya 72 guru (43%) belum pernah mengikuti pelatihan. Dalam Permendikbud 66/2013 tersebut disebutkan bahwa pendekatan penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Yang mengherankan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 64 guru (38%) yang mengetahui bahwa penilaian dilakukan dengan pendekatan PAK, sedangkan 60 guru (36%) menyatakan tidak tahu dan 43 guru (26%) mengatakan penilaian yang digunakan menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN). Artinya, pemahaman guru-guru madrasah masih tentang PAK dan PAN masih rancu dalam kaitannya dengan Kurikulum 2013. Lebih lanjut dalam Permendikbud 66/2013 tersebut dinyatakan bahwa penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Bentuk-bentuk penilaian meliputi penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, dan ujian mutu tingkat kompetensi. Pengetahuan guru-guru madrasah yang menjadi responden penelitian ini dipaparkan dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pengetahuan Guru Madrasah tentang Bentuk-Bentuk Penilaian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bentuk Penilaian Penilaian Otentik Penilaian Diri Penilaian Berbasis Portofolio Ulangan Ulangan Harian Ulangan Tengah Semester Ulangan Akhir Semester Ujian Tingkat Kompetensi (UTK) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi (UMTK)
Tahu 117 (70%) 135 (81%) 134 (80%) 153 (92%) 154 (92%) 153 (92%) 153 (92%) 95 (57%) 76 (46%)
Tidak Tahu 50 (30%) 33 (20%) 33 (20%) 14 (8%) 13 (8%) 14 (8%) 14 (8%) 72 (43%) 91 (54%)
Data pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari sembilan bentuk penilaian yang terkait dengan implementasi Kurikulum2013, ada tujuh bentuk penilaian yang telah 6
diketahui dengan baik oleh mayoritas responden, yaitu bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, dan ulangan akhir semester. Data tersebut juga menunjukkan bahwa pengetahuan guru-guru madrasah tentang UTK dan UMTK masih rendah. Dalam hal ini baru 95 guru (57%) yang mengetahui UTK dan masih ada 72 guru(43%) yang belum mengetahui. Lebih dari separuh atau 91 guru (54%) belum mengetahui UMTK dan hanya 76 (46%) yang sudah mengetahui UMTK. Selain itu, berdasarkan Permendikbud 66/2013, penilaian dilakukan terhadap tiga jenis kompetensi, yaitu kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Masing-masing kompetensi memiliki teknik penilain tersendiri. Hasil penelitian tentang kesiapan guru madrasah dalam mengimplementasikan teknik penilaian tersebut dipaparkan pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Teknik Penilaian untuk Kompetensi Sikap, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan Teknik Penilaian Kompetensi Sikap No 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Teknik Penilaian Observasi Penilaian diri Penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik Jurnal Teknik Penilaian Pengetahuan Tes tulis Tes lisan Penugasan Teknik Penilaian Keterampilan Tes praktik Projek Penilaian Portofolio
Tahu 139 (83%) 139 (83%) 134 (80%)
Tidak Tahu 28 (17%) 28 (17%) 33 (20%)
95 (57%)
72 (43%)
155 (93%) 154 (92%) 154 (92%)
12 (7%) 13 (8%) 13 (8%)
148 (89%) 122 (73%) 130 (78%)
19 (11%) 45 (27%) 37 (22%)
Berdasarkan data pada Tabel 2 di atas, dapat dipahami bahwa sebagian besar guruguru madrasah yang menjadi responden penelitian ini telah memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang teknik melakukan penilaian untuk kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, kecuali pada teknik penilaian dengan jurnal. Dalam hal ini hanya 95 (57%) dari guru-guru madrasah yang sudah mengetahui teknik penilaian jurnal, sedangkan sisanya sebanyak 72 (43%) belum mengetahui. Selain itu, pada teknik penilaian keterampilan, ada dua teknik penilaian yang perlu ditingkatkan mengingat kurang dari delapan puluh persen guru-guru yang mengetahuinya, yaitu teknik penilaian dengan projek dan penilaian portofolio. Terkait dengan kesediaan guru-guru madrasah dalam membuat laporan hasil penilaian oleh pendidik, hasil penelitian dipaparkan pada Tabel 3 berikut ini.
7
Tabel 3. Bentuk Laporan Penilaian No
Bentuk Laporan Penilaian
Tahu
Tidak Tahu
1
Nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan
98 (59%)
69 (41%)
2
Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial
93 (56%)
75 (44%)
Berdasarkan data pada Tabel 3 di atas, dapat dipahami bahwa pengetahuan guru-guru madrasah untuk membuat laporan penilaian untuk kompetensi pengetahuan, keterampilan, sikap spiritual, dan sikap sosial masih rendah. Dalam hal ini, sebanyak 98 (59%) dari guru-guru madrasah sudah mengetahui cara membuat laporan penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan, sedangkan sisanya sebanyak 69 (41%) dari guru-guru madrasah belum mengetahui. Pengetahuan mereka untuk membuat laporan penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial malah lebih rendah lagi, dimana hanya 93 (56%) yang mengetahui dan sisanya 74 (44%) tidak mengetahui cara membuat laporan penilaian untuk kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial. Dari pertanyaan terbuka terhadap responden, ada beberapa komentar atau usulan yang perlu dicatat terkait dengan teknik penilaian sebagai berikut. 1. Standar penilaian perlu disosialisasikan kepada setiap guru mata pelajaran. 2. Agar penilaian disederhanakan tanpa mengurangi tujuan penilaian itu sendiri. 3. Guru harus komit dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan penilaian sesuai dengan perencanaan yang tertulis dalam RPP 4. Penilaian dalam kuriklum 2013 supaya dibuat lebih praktis dan sederhana. Dalam kurikulum2013 terlalu banyak lembar penilaian. 5. Jangan lebih sulit dari kurikulum sebelumnya dalam pelaksanaan penilaian. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Kesiapan guru-guru madrasah dalam implementasi Kurikulum 2013 masih relatif rendah. Rendahnya kesiapan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa meskipun mayoritas guru-guru madrasah telah mengikuti sosialisasi Kurikulum 2013, namun sepertiga lebih dari mereka belum mengikuti pelatihan implementasi Kurikulum 2013. Separuh lebih dari guru-guru madrasah yang berpandangan bahwa Kurikulum 2013 lebih baik daripada KTSP, dan sisanya mengatakan sama saja dengan KTSP dan tidak tahu tentang Kurikulum 2013. Sampai saat ini, sebagian besar guru-guru madrasah belum menerima buku pegangan guru dan buku teks pelajaran bagi siswa. Berdasarkan hasil 8
penelitian ini, disarankan supaya Pemerintah melakukan sosialisasi dan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 secara menyeluruh kepada guru-guru madrasah. Pengetahuan guru-guru madrasah tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 tentang Standr Penilaian Pendidikan relatif masih kurang. Minimnya pengetahuan mereka tentang standar penilaian ini diikuti dengan minimnya pelatihan yang mereka ikuti tentang penilaian pembelajaran untuk Kurikulum 2013. Hanya sepertiga lebih sedikit dari guru-guru madarasah yang mengetahui pendekatan penilaian yang dilakukan adalah menggunakan Penilaian Acuan Kriteria (PAK), sedangkan sepertiga lagi mengatakan tidak tahu dan yang lainnya mengatakan bahwa pendekatan yang digunakan adalah Penilaian Acuan Norma (PAN). Terkait dengan bentuk-bentuk penilaian, mayorita guru-guru madrasah mengetahui bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Namun pengetahuan mereka tentang ujian tingkat kompetensi (UTK) dan ujian mutu tingkat kompetensi (UMTK) masing rendah. Pengetahuan guru-guru madrasah tentang teknik penilaian untuk kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sudah bagus untuk masing-masing teknik penilaian, kecuali teknik penilaian jurnal untuk penilaian kompetensi sikap, pengtahuan mereka masih relatif kurang. Sebagian besar guru-guru madrasah masih belum mengtahui bentuk laporan hasil penilaian untuk kompetensi pengetahuan, keterampilan, dansikap spiritual dan sikap sosial. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan supaya Pemerintah memberikan pelatihan penilaian pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi (Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Estidarsani,Nanik. Kesiapan Guru Dalam Mengimplementasikan Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK. Prosiding Konferensi Ilmiah Nasional. Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) di Manado, 20-21 September 2013, hal. 355-363. Hayat, Bahrul. Alasan Madrasah belum menerapkan Kurikulum 2013. Wawancara pribadi, pada hari Rabu, 12 Februari 2013 di Jakarta, 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 9
PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
10