SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
KESIAPAN DAN KONTRIBUSI BATAN DALAM MENYONGSONG KEMANDIRIAN TEKNOLOGI NUKLIR DI INDONESIA Falconi Margono, Budi Santoso dan Ani Syamsi Biro Perencanaan - Badan Tenaga Nuklir Nasional Jl. Kuningan Barat Mampang Prapatan Jakarta 12710
Abstrak KESIAPAN DAN KONTRIBUSI BATAN DALAM MENYONGSONG KEMANDIRIAN TEKNOLOGI NUKLIR DI INDONESIA. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nuklir di Indonesia memiliki sejarah yang panjang, dan saat ini iptek nuklir telah berkembang pesat dan telah memberikan kontribusi dalam berbagai sektor kehidupan. Berdasarkan Undang-undang RI nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 disebutkan bahwa visi pembangunan nasional adalah Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. BATAN sebagai lembaga penelitian dapat ikut berperan dalam pembangunan iptek di bidang teknologi nuklir untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penyediaan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor industri. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2025 BATAN dapat mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir. Untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir pada tahun 2025, sasaran BATAN jangka menengah yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMN 2010 – 2014 yaitu mencapai kepakaran (expertise) di bidang teknologi nuklir, sasaran BATAN 2015 – 2019 adalah tercapainya BATAN sebagai pusat keunggulan (center of excellence) teknologi nuklir, dan diharapkan pada periode 2020 – 2024 diharapkan teknologi nuklir menjadi pemercepat untuk mencapai kemandirian tahun 2025. Dalam rangka mencapai kemandirian diperlukan peningkatan kualitas SDM yang sesuai dengan kompetensi baik secara struktural, fungsional maupun SDM lainnya. Kata kunci : Kepakaran, Pusat Unggulan, Pemercepat, Kemandirian, Renstra BATAN
Abstract READINESS AND CONTRIBUTION OF BATAN TO CARRY OUT THE NUCLEAR TECHNOLOGY INDEPENDENCY IN INDONESIA. Developing of nuclear science and technology in Indonesia has been a long story. In this time being the nuclear science and technology develops quickly and provides a significant contribution in almost every lived sectors. Based on RI Act No.17 Tahun 2007 on National Long Term Development Planning (RPJPN) 2005-2025, the vision of national development is mentioned as Indonesia which is stand alone, progressive, equitable and wealthy. To support this vision, BATAN as a research institution contributes in research and development aspect especially in nuclear technology on food security; energy; health; advance materials, and produces some invention on end product of this technology and also delivers its application to industrial sectors. Based on that reason in year 2025 BATAN is expected to be a resourceful institution which has the independency in the field of nuclear technology. To achieve the independency, BATAN has to go through three National Intermediate Development Planning objectives. Those three objectives are: to achieve an expertise in nuclear technology (2010-2014), to be a center of excellence of nuclear technology (2015-2019), and to accelerate the independency of nuclear technology in Indonesia 2025 (2020-2024). In order to achieve the independency in nuclear technology, BATAN has a duty to increase the quality of its human resources in accordance with the required competencies. Keywords: Expertise, Center of Excellence, Accelerator, Independency, BATAN Strategic Planning Falconi M., dkk
121
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
PENDAHULUAN
diperlukan penguatan infrastruktur dan penguatan fokus bidang dari program dan kegiatan BATAN.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 disebutkan bahwa visi pembangunan nasional adalah Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam RPJPN disebutkan bahwa bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Salah satu arah pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing, dengan cara meningkatkan Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. BATAN sebagai lembaga penelitian dapat ikut berperan dalam pembangunan iptek di bidang teknologi nuklir untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; penyediaan teknologi kesehatan; pengembangan teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor industri. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2025 BATAN dapat mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir. Visi tersebut dapat tercapai dengan kompetensi yang dimiliki BATAN melalui dukungan infrastruktur dan empat fokus bidang penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa). Seperti yang disebutkan dalam Rencana Strategis BATAN 2010-2014, bahwa BATAN memiliki 8 kompetensi, yaitu: a) Daur Bahan Bakar Nuklir b) Pengelolaan Limbah Radioaktif c) Teknologi Produksi dan Aplikasi Isotop dan Radiasi d) Teknologi Instalasi Nuklir dan Radiasi e) Rekayasa Instalasi dan Perangkat Nuklir f) Keselamatan Nuklir dan Radiasi g) Material Industri Nuklir h) Teknik Analisis Nuklir Sedangkan infrastruktur BATAN terdiri dari lima komponen yaitu sumber daya manusia (SDM), fasilitas/instalasi teknologi nuklir, program, jejaring, dan kelembagaan. Sedangkan empat fokus bidang litbangyasa yang dilakukan BATAN adalah bidang pangan, energi, kesehatan serta sumber daya alam dan lingkungan (SDAL). Sehingga untuk mencapai kemandirian teknologi nuklir 2025,
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
FAKTA DAN PENELAAHAN Infrastruktur Batan Visi pembangunan nasional akan terwujud dengan dukungan masing-masing lembaga pemerintah, BATAN salah satunya. Untuk mencapai visi BATAN yang mandiri di bidang teknologi nuklir tahun 2025 diperlukan penguatan infrastruktur, diantaranya: Sumber Daya Manusia BATAN saat ini mempunyai 3390 orang pegawai yang tersebar di 4 (empat) Biro, 16 (enam belas) Pusat Teknis, 1 (satu) Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir, 1 (satu) Pusat Pendidikan dan Latihan, 1 (satu) Inspektorat dan 1 (satu) Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Untuk melaksanakan program dan kegiatan, BATAN memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia dengan tingkat pendidikan pegawai adalah 105 orang S-3, 299 orang S-2, 1168 orang S-1/D4, 449 D-3/Sarjana Muda, dan selebihnya D-2, D-1, SLTA Kejuruan, SLTA Umum, SLTP Kejuruan, SLTP Umum dan SD. Di antara pegawai tersebut tercatat 50 orang memiliki kualifikasi Ahli Peneliti Utama. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan keahliannya, 1150 orang meniti karir di 21 jabatan fungsional. Untuk bisa menjadi negara yang mandiri diperlukan SDM yang berkualitas dan mampu bersaing dengan negara lain. SDM yang berkualitas dihasilkan dari pendidikan yang berkualitas. Laporan dalam The Global Competitiveness Report 2010-2011 yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia menyebutkan, indeks daya saing global atau global competitiveness index (GCI) Indonesia meningkat. Pada tahun ini, GCI Indonesia berada di posisi ke-44 dari 139 negara, sedangkan tahun lalu di peringkat ke-54 dari 133 negara. Daya saing pendidikan dasar dan tinggi Indonesia merupakan komponen yang cukup signifikan menyumbang kenaikan peringkat daya saing Indonesia secara global pada tahun ini. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, BATAN harus memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka dengan cara pemberian beasiswa pendidikan kepada pegawai yang berpotensi ataupun mengizinkan mereka untuk bisa sekolah lagi dengan biaya sendiri disertai dengan menyiapkan formasi yang baru untuk penyetaraan ijazah mereka, 122
Falconi M., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 mengadakan/mengikutkan pelatihan, seminar, workshop baik di dalam maupun luar negeri. Peningkatan kapasitas pendidikan para pegawai disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki BATAN. Untuk itu diperlukan perencanaan dan pengkajian jumlah SDM BATAN secara periodik serta dibuatkan blueprint kebutuhan SDM sampai 2025 dilengkapi dengan detail spesifikasinya. Fasilitas/Instalasi Teknologi Nuklir BATAN memiliki berbagai fasilitas utama litbang nuklir yang berada di 4 (empat) kawasan nuklir yaitu: a) Kawasan Nuklir Serpong Fasilitas yang tersedia diantaranya Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (RSG-GAS) berdaya 30 MW, instalasi pengolahan limbah radioaktif, instalasi litbang produksi radioisotop dan radiofarmaka serta fasilitas siklotron berdaya 30 MeV. b) Kawasan Nuklir Pasar Jumat Kawasan Nuklir Pasar Jumat memiliki beberapa fasilitas diantaranya 3 (tiga) unit iradiator sinar gamma Cobalt-60, 2 (dua) unit mesin berkas elektron (MBE), instalasi eksplorasi dan pengolahan bahan galian nuklir serta laboratorium acuan dalam bidang keselamatan dan kesehatan radiasi. c) Kawasan Nuklir Bandung Fasilitas yang tersedia disini diantaranya Reaktor TRIGA Mark II berdaya 2 MW dan laboratorium senyawa bertanda. d) Kawasan Nuklir Yogyakarta Fasilitas yang tersedia di kawasan nuklir Yogayakarta diantaranya Reaktor Kartini berdaya 100 kW dan instalasi akselerator. Dengan usia yang memasuki 51 tahun sudah selayaknya fasilitas/instalasi teknologi nuklir yang dimiliki BATAN diperbaharui ataupun ditingkatkan kemampuannya. Tiga reaktor yang dimiliki BATAN hendaknya beroperasi dengan kondisi yang prima dengan memikirkan masa beroperasinya dan menyiapkan rencana baru ketika masa operasinya telah habis misalnya dengan penelitian dan pengembangan reactor riset inovatif. Karena reaktor merupakan fasilitas yang cukup penting untuk menopang kegiatan penelitian di BATAN. Oleh karena itu perlu adanya perencanaan revitalisasi fasilitas maupun peralatan yang menyeluruh dan bisa dilakukan secara bertahap mengingat anggaran yang diperlukan sangat besar. Hal ini mutlak dilakukan jika BATAN ingin maju dan memiliki daya saing dengan lembaga nuklir dari luar negeri.
Falconi M., dkk
123
Program Teknologi Nuklir Untuk mencapai tujuan pembangunan iptek nuklir yang ditetapkan maka pada tahun 2010-2014 BATAN akan menyelenggarakan program: 1. Penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi. 2. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BATAN Program penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi akan fokus di bidang pangan, energi, kesehatan serta sumber daya alam dan lingkungan (SDAL). Penelitian yang dilakukan BATAN seharusnya berdasarkan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat tidak hanya kepada pengembangan semata tetapi sudah mengarah kepada pemanfataan atau aplikasinya di masyarakat, inilah yang disebut dengan ”research to serve”, penelitian untuk pelayanan. Karena penelitian memerlukan waktu yang tidak sebentar diperlukan perencanaan penelitian jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. BATAN sebagai lembaga yang spesifik bergerak di bidang teknologi nuklir harus menentukan ke arah mana penelitian yang akan dilakukan BATAN. Tidak perlu semua bidang, tetapi yang penting adalah kualitas dari hasil penelitian tersebut, satu tapi besar. Dalam laporan The Global Competitiveness Report 2010-2011, disebutkan disana bahwa pilar ke-4, bidang kesehatan dan pendidikan dasar masih memerlukan perhatian khusus karena masih tingginya kejadian malaria dan TBC. Untuk kejadian malaria 1100 per 100.000 (rangking 111) dan kejadian TBC 189 per 100.000 (rangking 105). Pilar selanjutnya yang masih perlu diperhatikan adalah kesiapan teknologi (rangking 91), disini dsebutkan serapan teknologi masih berada di rangking 65 dengan skor 4,9 (skala 1-7). Hal ini bisa dijadikan peluang bagi BATAN misalnya untuk jangka pendek memfokuskan kegiatan penelitian kesehatan pada pembuatan vaksin malaria. BATAN harus berani membuat kebijakan agar penelitian sebaiknya mengarah kepada peningkatan kapasitas produksi sebagai wujud dukungan BATAN dalam pembangunan iptek di bidang teknologi nuklir untuk peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor industri. Jejaring Sebagai lembaga riset, BATAN mengembangkan jejaring kerja dengan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, lembaga pemerintah, swasta, industri bahkan lembaga-lembaga lain di dalam maupun di luar negeri diantaranya: ITB, UI, ITS, STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 UNPAD, UNTIRTA, UGM, BAPETEN, Pemda, IAEA, FNCA, ANSN, CTBTO, JICC, JAEA, KHNP, KAERI, AREVA, dan ROSATOM. Tujuan jejaring tersebut adalah untuk meningkatkan dan memperkuat kompetensi BATAN untuk menghasilkan produk litbang yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk memberikan informasi mengenai keunggulan hasil litbang BATAN dan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat maka dilakukan kegiatan promosi, pelayanan pengujian dan konsultansi. Oleh karena itu BATAN harus terus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dengan menganut prinsip Tripartit antara BATAN (pemerintah), perguruan tinggi dan swasta (masyarakat).
dapat siap dan berkontribusi dalam menyongsong kemandirian di bidang teknologi nuklir. ARAH DAN KEBIJAKAN BATAN 2005-2025
Untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir pada tahun 2025, diperlukan sasaran jangka menengah yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Sasaran BATAN pada periode RPJMN 2010-2014 adalah mencapai kepakaran (expertise) di bidang teknologi nuklir. Sasaran RPJMN berikutnya adalah tercapainya BATAN sebagai pusat unggulan (center of excellence) teknologi nuklir, pada RPJMN 2020-2024 diharapkan teknologi nuklir menjadi pemercepat untuk mencapai kemandirian tahun 2025. Berikut ini adalah gambar arah dan kebijakan strategis BATAN tahun 2005-2025 yang diterjemahkan dari RPJMN 2005-2025.
Kelembagaan Dengan struktur organisasi yang hemat struktur dan kaya fungsi maka BATAN mempunyai kesempatan dan kemampuan untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir pada tahun 2025. Fungsi kelembagaan inilah yang akan membuat perencanaan dari semua komponen untuk mencapai kemandirian tersebut. Fungsi kelembagaan yang dimaksud adalah kebijakan pimpinan BATAN. Dari segi kedisiplinan pimpinan BATAN sudah menerapkan PP No. 53 Tahun 2010 tertanggal efektif 1 November 2010 dengan tanpa toleransi. Tetapi ketegasan seperti itu belum diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, bahwasannya BATAN hanya memiliki satu kegiatan utama yaitu penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi, maka kegiatan di pusat yang tidak mendukung kegiatan BATAN hendaknya ditinjau kembali oleh pimpinan BATAN. Begitu juga dengan fasilitas yang dimiliki BATAN, kondisi reaktor TRIGA Mark II di Bandung hendaknya mendapatkan perhatian khusus dan segera diputuskan statusnya. Demikian pula dengan budaya keselamatan, BATAN sebagai lembaga penelitian di bidang teknologi nuklir harus mengedepankan budaya keselamatan, yakni dengan adanya komitmen mengenai visi keselamatan mulai dari pimpinan BATAN serta adanya serangkaian nilai dan langkah kerja yang dikembangkan dan diidentifikasi oleh para pegawai. Sebagus apapun rencana yang telah disiapkan, apabila tidak ada kebijakan dari pimpinan BATAN maka rencana itu kurang berjalan dengan baik dan benar. Apalagi sekarang BATAN dituntut untuk melaksanakan anggaran berbasis kinerja (ABK), kinerjalah yang akan dilihat Kebijakan dan ketegasan merupakan kunci bagi BATAN untuk
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
STRATEGIS
Gambar 1. Arah dan Kebijakan Strategis BATAN 2005-2025
Kepakaran (2014) Untuk mencapai kepakaran diperlukan waktu yang tidak sebentar. Di awal tahun 1990 psikolog K. Anders Ericsson melakukan penelitian di sekolah musik di Berlin Barat. Objek penelitian ini adalah para pemain biola yang dibagi menjadi tiga kelompok: yang pertama berisi para pemain biola terbaik, kedua para pemain biola yang cukup baik, sedang yang ketiga adalah kelompok yang sekelas dengan guru musik. Dari wawancara biogafi yang dilakukan dapat diketahui dari ketiga kelompok itu, semua berlatih sama banyaknya di tahun-tahun pertama mereka latihan yaitu pada usia 6 tahun, yakni sekitar dua sampai tiga jam setiap minggunya. Tapi saat berusia delapan tahun, perbedaan yang nyata mulai terlihat. Mereka yang 124
Falconi M., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 jadi terbaik di kelas berlatih lebih sering dibandingkan teman-temannya: enam jam seminggu pada usia 9, delapan jam seminggu di usia 12, enam belas jam seminggu pada usia 14, dan terus meningkat hingga di usia 20, hampir selama 30 jam setiap minggunya. Bila dihitung, kelompok pemain biola terbaik telah menghabiskan 10 ribu jam latihan di saat usia 20 tahun. Sementara kelompok pamain yang cukup baik sekitar 8 ribu jam, dan mereka kelompok ketiga yang cuma bisa jadi guru musik hanya berlatih 4 ribu jam saja. Temuan yang sama juga terjadi pada para pemain piano profesional, pemain basket, penulis novel, pemain ski es, pemain catur, hingga penjahat kelas kakap sekalipun. Kaidah 10 ribu jam ini adalah kaidah umum yang ternyata berlaku ke setiap super performer dunia. Menurut Raskin (1936) di dalam penelitan Ericsson, waktu yang lama untuk mencapai sesuatu yang luar biasa juga berlaku untuk peneliti. Dikatakan bahwa dari 120 peneliti yang paling penting di abad 19, bahwa mereka menerbitkan pekerjaan pertamanya rata-rata di usia 25,2 tahun dan menerbitkan karya terbaiknya di usia 35,4 tahun. Artinya kurang lebih butuh 10 tahun rentang antara pekerjaan pertama dengan pekerjaan terbaiknya. Dalam tulisan “The Making of an Expert” oleh K. Anders Ericsson, Michael J. Prietula, and Edward T. Cokely, dikatakan bahwa untuk menjadi seorang pakar diperlukan latihan dengan sengaja, memulai latihan untuk menjadi pakar pada usia awal dan diperlukan seorang pelatih atau mentor untuk mendampingi. BATAN dalam hal ini telah memiliki modal yang cukup besar untuk bisa dikatakan pakar. Usia BATAN telah lebih dari setengah abad. Hasil litbangyasa pada RPJP lalu tepatnya tahun 2004 BATAN telah mencapai target 10% varietas unggul tanaman pangan nasional menggunakan teknik nuklir. Dalam sambutan Kepala BATAN pada pertemuan BATAN - KATN ke II Tahun 2009, di bidang pangan, BATAN telah berhasil menemukan 15 varietas unggul padi, 5 varietas kedelai, 1 varietas kacang hijau, dan 1 varietas kapas, khusus padi telah ditanam lebih dari 2 juta Ha. Kemudian pada bidang peternakan telah dilakukan diseminasi berupa suplemen pakan ternak untuk meningkatkan produktivitas ternak ruminansia. (http://www.batan.go.id/view_news.php?id_berita= 899&db_tbl=Berita). Dalam bidang kesehatan BATAN memiliki Instalasi Poduksi Radiosotop dan Radiofarmaka, sebagai sarana untuk pemisahan dan pengemasan radioisotop dan radiofarmaka; alat pembangkit isotop teknisium untuk keperluan kesehatan; Bank Jaringan Kesehatan BATAN; pemeriksaan medik dengan menggunakan pesawat Falconi M., dkk
125
Kamera Gamma; Thyroid Up-Take untuk mempelajari kecepatan kelenjar Thyroid mengumpulkan dan melepaskan yodium; serta berbagai macam radiofarmaka dengan masingmasing manfaatnya. Kegiatan litbangyasa di bidang energi telah menghasilkan 3 calon tapak PLTN terpilih di Jepara, Jawa Tengah serta dokumen persiapan pembangunan PLTN; bundel bahan bakar reaktor daya tipe Cirene; fabrikasi elemen bakar reaktor daya tipe Cirene; prospeksi mineral uranium di Kalan, Kalimantan Barat; teknologi pengelolaan limbah radioaktif padat; teknologi penelusuran sumber air tanah dalam dengan teknik nuklir. Selain itu masih banyak hasil litbangyasa di bidang lain yang telah dihasilkan dalam kurun waktu setengah abad ini. Hal yang perlu ditekankan adalah regenarasi dari sumber daya manusia yang perlu dilakukan di setiap pusat untuk menjaga keberlangsungan tongkat estafet penelitian yang telah dilakukan BATAN selama hampir 51 tahun ini. Apalagi dengan adanya kebijakan zero growth pada 10 tahun sebelum ini yang dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan kemampuan antar generasi. Telah dikatakan bahwa perlu 10 ribu jam atau 10 tahun untuk menjadi seorang peneliti yang pakar atau ahli, artinya minimal 10 tahun sebelum pensiun telah ada peneliti muda yang akan melanjutkan penelitian dari peneliti senior tersebut. Kemudian ada baiknya para peneliti senior membimbing para peneliti muda jangan sampai terjadi ilmu seseorang itu hilang sesuai dengan masa pensiunnya karena tidak diteruskan ke peneliti mudanya. Untuk para peneliti muda agar berlatih terus menerus, bekerja dari hati tidak hanya sekedar mengejar angka kredit hanya untuk mencapai apa yang disebut dengan pakar. Pusat Keunggulan (2019) Jika digambarkan sasaran BATAN pada 2019 sebagai pusat unggulan dikaitkan dengan kompetensinya adalah pada Gambar 2. Untuk mencapai pusat keunggulan di bidang teknologi nuklir, BATAN didukung dengan 8 kompetensinya. Sasaran ini dapat dicapai dimulai dengan menciptakan pusat keunggulan di kompetensinya masing-masing, jika semua sudah tercapai secara otomatis pusat keunggulan teknologi nuklir pun akan tercapai. Pekerjaan sebenarnya lebih ringan dengan telah dimulainya upaya untuk mencapai pusat keunggulan sejak masa Renstra 2004-2009 Sasaran jangka panjang Renstra 2004-2009 dan tahun capaiannya: 1. Pusat Acuan dan Rujukan Nasional dalam aplikasi teknologi isotop dan radiasi di bidang pertanian dan peternakan (2008) 2. Science and Technology Base (STB) bidang energi nuklir (2010) STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
Daur Bahan Bakar Nuklir Teknik Analisis Nuklir
Material Industri Nuklir
Pengelolaan Limbah Radioaktif
dapat dilakukan diantaranya dengan cara meningkatkan kemampuan iptek nuklir agar lebih maju sehingga mampu mendorong perekonomian yang efisien dan produktivitas yang tinggi.
Tek. Prod. & Aplikasi Isotop & Radiasi
Kemandirian (2025) Pusat Keunggulan Teknologi Nuklir
Keselamatan Nuklir & Radiasi
Teknologi Instalasi Nuklir & Radiasi
Kemandirian adalah hakikat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi diri dan bangsanya. Oleh karena itu, pembangunan sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan, haruslah pula merupakan upaya membangun kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian. Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat, baik dalam suatu negara maupun bangsa. Terlebih lagi dalam era globalisasi dan perdagangan bebas ketergantungan antar bangsa semakin kuat. Tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran. Ditinjau dari indikator sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari kualitas sumber daya manusianya. Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan penduduknya ditandai oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta meningkatnya partisipasi pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional yang dihasilkan oleh sistem pendidikan. Untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir BATAN harus mampu dan sejajar dengan negara-negara yang telah lebih dahulu maju di bidang teknologi nuklir, untuk negara di Asia diantaranya India dan Iran. BATAN harus memiliki daya saing yang sama dengan negara-negara tersebut. Oleh karena itu, untuk membangun kemandirian, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian ini harus didukung dengan sumber daya manusia yang memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi. Karena tingkat kemajuan suatu bangsa dinilai berdasarkan berbagai ukuran, salah satunya berdasarkan kualitas sumber daya manusianya.
Rekayasa Instalasi & Perangkat Nuklir
Gambar 2. Diagram Kompetensi BATAN
3. 4.
5. 6.
Fasilitas Nasional Pelayanan Pengelolaan Limbah Radioaktif (non PLTN) (2007) Pusat informasi di bidang teknologi Nuklir dalam rangka public information dan education, pengembangan metoda komputasi, pemodelan simulasi komputer dan preservasi pengetahuan nuklir (2010) Pusat Acuan dan Kepakaran Kesehatan Masyarakat berbasis Teknologi nuklir (2010) Pusat acuan rancang bangun dan perawatan perangkat nuklir di bidang Kesehatan, Keselamatan Nuklir, dan Industri (2008)
Sasaran-sasaran diatas perlu dikaji dan dievaluasi kembali apakah sudah tercapai atau belum, tapi setidaknya usaha itu telah dimulai 5 tahun yang lalu dan masih ada waktu 9 tahun untuk memperkuat kompetensinya masing-masing dalam rangka mendukung pusat keunggulan yang telah dirintis selama ini oleh BATAN sehingga bisa dikatakan BATAN sebagai pusat keunggulan di bidang teknologi nuklir. Pemercepat (2024) Berdasarkan pada pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN ke-3, didalam RPJPN disebutkan bahwa RPJMN ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan diberbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Dengan berlandaskan keunggulan kompetensi yang dimiliki BATAN dan sumber daya manusia yang unggul diharapkan BATAN dapat ikut berperan dalam percepatan pembangunan. Hal ini STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
KESIMPULAN Untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi nuklir pada tahun 2025 diperlukan sinergi diantara pengembangan SDM yang berkelanjutan dengan pengembangan dan peningkatan kompetensi sehingga tercapai kemandirian. SDM yang 126
Falconi M., dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 dimaksud disini tidak hanya para peneliti atau fungsional lainnya tetapi juga termasuk pegawai yang mendukung kelembagaan BATAN, karena untuk memajukan BATAN menjadi lembaga penelitian nuklir yang handal yang diperlukan tidak hanya para peneliti unggulan tetapi didukung oleh para pegawai yang merencanakan pembangunan manajemen BATAN yang handal untuk ke depannya. Oleh karena itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan kegiatan litbangyasa BATAN diantaranya adalah: 1. Peningkatan kualitas SDM dengan cara pemberian beasiswa kepada pegawai yang potensial, mengadakan atau mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan dalam atau luar negeri, pembinaan berkelanjutan pegawaipegawai muda oleh pegawai yang lebih senior. 2. Pembuatan blue print kebutuhan SDM sampai 2025 dilengkapi dengan detail spesifikasi pegawai yang dibutuhkan. 3. Inventarisasi hasil litbangyasa BATAN sampai 50 tahun berkarya sebagai modal awal untuk deklarasi BATAN sebagai pusat keunggulan nuklir. 4. Menetapkan kembali pusat-pusat keunggulan yang telah dimiliki atau yang ingin dicapai dan dipertahankan serta ditentukan batasan atau syarat sehinga bisa dikatakan pusat keunggulan 5. Penelitian teknologi nuklir berbasis kebutuhan masyarakat, sehingga apa yang telah dan akan dihasilkan bermanfaat bagi masyarakat maupun industri dalam mendorong terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh sehingga memiliki daya saing yang kuat dibandingkan dengan negara-negara lainnya
5.
the Acquisition of Expert Performance, Psychological Review Vol. 100. No. 3, (1993), 363-406 Ericsson K.A., Prietula M.J., and Cokely E.T., The Making of an Expert, http://harvardbusinessonline.hbsp.harvard.edu/ hbsp/hbr/articles/article.jsp?articleID=R0... 67-2007
Seluruh perencanaan tersebut akan berhasil dengan diperkuat oleh kebijakan yang dibuat oleh pimpinan BATAN. BATAN sebagai satu diantara dua lembaga pemerintah yang bergerak di bidang nuklir harus menjadi pionir dan motor dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi ahli-ahli di bidang nuklir dalam menyongsong kemandirian di bidang teknologi nuklir. DAFTAR PUSTAKA 1. 2.
3. 4.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 Peraturan Kepala BATAN No. 13/KA/I/2010 tentang Renstra BATAN Tahun 2010-2014 Schwab K, The Global Competitiveness Report 2010-2011, World Economic Forum Ericsson K. A., Krampe R. Th., and TeschRomer C., The Role of Deliberate Practice in
Falconi M., dkk
127
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
128
Falconi M., dkk