1
KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAKKANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh : NURYATI MUSTAMIROH F 100 080 086
Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
2
3
4
5
KESIAPAN BERSEKOLAH ANAK PADA ANAK-ANAK TAMAN KANAKKANAK (TK) FULLDAY DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA Nuryati Mustamiroh Siti Nurina Hakim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Perbedaan kesiapan anak memasuki SD pada anak-anak yang mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) program fullday ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua; (2). Kesiapan bersekolah anak dengan orang tua berpendidikan Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Subjek dalam penelitian ini adalah 84 orang anak dari TK Al-Hikam dan TK Arofah, Banyudono, Boyolali tahun akademik 2011/2012. Subjek diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Kesiapan bersekolah diukur dengan menggunakan Nijmeegse Schoolbekwaamheids Test (NST), kemampuan visual anak diukur dengan Marianne Frostig Developmental Test of Visual Perception (Frostig), tingkat intellegensi anak diukur dengan Coloured Progressive Matrices (CPM), dan tingkat pendidikan orang tua diperoleh melalui dokumentasi sekolah. Metode analisis data menggunakan uji beda, dengan analisis independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan kesiapan anak memasuki SD ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Hasil analisis adalah: (1). Ada perbedaan yang signifikan kesiapan bersekolah anak yang memiliki orang tua yang berpendidikn Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi; (2). Kesiapan anak memasuki SD pada orang tua dengan pendidikan PT memiliki kategori sedang dan kesiapan anak memasuki SD pada orang tua dengan pendidikan PT memiliki kategori rendah Kata kunci: Kesiapan Anak Memasuki Sekolah Dasar, Taman Kanak-Kanak Fullday, Tingkat Pendidikan Orang Tua
1
2
PENGANTAR Pentingnya menjadi Berbagai
Setelah PAUD
telah
perhatian
internasional.
hasil
penelitian
menyelesaikan
pendidikan prasekolah di TK, seorang anak akan bersiap untuk mengikuti pendidikan formal di SD. Untuk itu
menyimpulkan bahwa perkembangan diperlukan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya. Setiap anak memiliki potensi yang akan dapat berkembang secara optimal manakala diberi
rangsangan,
bimbingan,
dan/atau perlakuan yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan
dan
perkembangannya (Semiawan, 2008). TK merupakan salah satu pendidikan anak usia dini sebelum
adanya
kesiapan
bersekolah. Menurut Fitzgerald dkk (Sulistiyaningsih, kesiapan
2005)
bersekolah
pengertian dinyatakan
sebagai kemampuan anak mencapai tingkat perkembangan emosi, fisik, dan kognisi yang memadai sehingga anak mampu atau berhasil dengan baik.
Menurut
Bergenson
(2005)
kesiapan anak memasuki SD adalah kesiapan anak untuk belajar di sekolah, kesiapan sekolah untuk menerima
memasuki SD. TK adalah salah satu anak, disertai dukungan keluarga dan bentuk satuan pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
program
pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun (Depdiknas, 2004).
kerabat
yang
berkontribusi
untuk
kesiapan bersekolah. Menurut Hurlock (Sulistiyaningsih,
2005)
kesiapan
bersekolah terdiri dari kesiapan secara fisik dan kesiapan secara psikologis,
7
yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan intelektual.
Kesiapan memasuki SD anak yang satu belum tentu sama dengan
Pada kenyataannya di SD,
anak yang lainnya, bahkan mereka
kerap kali kesuksesan seorang anak
memiliki
dalam mengikuti proses belajar di
disebabkan karena ada banyak faktor
kelas tidak hanya cukup dengan bekal
yang
kemampuan membaca, menulis, dan
kesiapan sekolah. Selain dipengaruhi
menghitung.
Ketrampilan
dalam
oleh kemasakan, lingkungan tempat
bersosialisasi,
kemampuan
dalam
berkembang juga ikut membentuk
mengelola emosi, kemampuan untuk
kesiapan anak bersekolah. Lingkungan
mandiri,
kemampuan
berbahasa,
yang terdekat dengan anak adalah
sangat
mempengaruhi
pada
keluarga. Dari berbagai karakteristik
kemampuan anak untuk mengikuti
keluarga, faktor tingkat pendidikan
pelajaran dengan baik. Misalnya saja
orang tua merupakan sesuatu yang
anak yang sudah bisa membaca,
besar
menulis
(Sulistiyaningsih, 2005).
dan
menghitung,
namun
usia
sama.
mempengaruhi
pengaruhnya
masih belum mau berpisah dengan
Hal
ini
terbentuknya
terhadap
Baharudin
anak
(2008)
orangtua, sampai-sampai ia mogok
mengungkapkan
bahwa
tidak mau masuk kelas. Hal ini
pendidikan orang tua berpengaruh
menghambat anak untuk mengikuti
terhadap
aktivitas belajar dengan baik (Edia,
nilai, dan tujuan tentang pengasuhan.
2012)
Sebagai contoh, tingkat pendidikan
pengetahuan,
tingkat
keyakinan,
8
yang lebih tinggi dapat meningkatkan
itu, dengan pengetahuan yang dimiliki,
fasilitas orang tua untuk terlibat dalam
orang tua yang berpendidikan tinggi
pendidikan
umumnya
anak-anak,
memungkinkan memperoleh
orang model
dan tua
juga untuk
keterampilan
bersikap
terbuka
dan
mampu memperlakukan anak secara positif.
Orang
memberikan
sosial dan strategi pemecahan masalah
perhatian
yang kondusif bagi sekolah untuk
perkembangan
keberhasilan
Dengan
Kondisi-kondisi inilah yang diduga
demikian, orang tua menggunakan
ikut menunjang kesiapan anak masuk
strategi belajar yang lebih efektif
SD.
anak-anak.
besar pendidikan
terhadap anak.
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
untuk anak daripada orang tua yang memiliki tingkat pendidikan lebih
yang
tua
1.
Untuk
membandingkan
tingkat
kesiapan anak memasuki SD pada
rendah.
anak anak yang mengikuti pendidikan
Jadi dapat disimpulkan bahwa
TK program full day ditinjau dari
ditinjau dari tingkat pendidikan orang
tingkat pendidikan pendidikan orang
tua, ada
perbedaan perlakuan yang tua.
diterima oleh anak. Orang tua yang 2. berpendidikan
tinggi
Untuk mengetahui kesiapan anak
memiliki memasuki SD pada anak anak yang
kesempatan dan kemampuan untuk memperoleh materi yang lebih besar yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas dan sarana belajar anak. Selain
mengikuti pendidikan TK program fullday.
9
Kecamatan Banyudono terdapat 2 TK
METODE PENELITIAN Hal
yang
fokus
program fullday yaitu TKIT Arofah
dalam penelitian ini adalah kesiapan
sebanyak 44 anak dan TKIT Al-Hikam
anak
sebanyak 40 anak. Dengan total dari
memasuki
menjadi
SD
dan
tingkat
pendidikan orang tua.
kedua TK sebanyak 84 anak.
Kesiapan anak memasuki SD
Sampel yang digunakan dalam
adalah kesiapan fisik (kemampuan
penelitian ini menggunakan purposive
motorik
sosial
sampling. Menurut Sugiyono (2010)
emosional, kognitif , dan kemampuan
purposive sampling adalah penentuan
berbahasa.
sampel dengan pertimbangan tertentu.
kasar
dan
halus),
Tingkat pendidikan formal
Sampel yang diambil dalam
orang tua adalah tingkat pendidikan
penelitian ini adalah anak-anak yang
akhir yang dimiliki oleh ibu. Tingkat
mengikuti pendidikan TK program
pendidikan
Full day dengan ciri-ciri sebagai
akan
dilihat
dari
pendidikan terakhir yang di capai oleh ibu, dengan penggolongan
Sekolah
menengah (SMP/SMA) dan Perguruan Tinggi (Diploma/ Sarjana). Populasi dalam penelitian ini adalah
anak-anak
yang mengikuti
pendidikan TK full day Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. Di
berikut : a. Anak-anak kelompok TK B program fullday b. Anak memiliki usia 5,5-7 tahun c. Masih memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan
sekolah
menengah (SMP atau SMA)
10
atau perguruan tinggi (Diploma
menggunakan metode statistic dengan
atau Sarjana).
SPSS (Stastitical Product and Service
Alat pengumpul data yang digunakan
untuk
kematangan
mengungkap
aspek-aspek
yang
Solution) 15,0 For Windows Program. Selanjutnya metode analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
menunjang kesiapan anak sekolah
beda t-test. Analisis tersebut untuk
menggunakan
mencari perbedaan kesiapan anak
alat
tes
Nijmeegse
Schoolbekwaamheids Test (N.S.T.).
memasuki SD pada kelompok anak-
Untuk mengungkap taraf kematangan
anak yang mengikuti pendidikan TK
persepsi
fullday ditinjau dari tingkat pendidikan
visual
menggunakan
anak
alat
tes
dengan Marianne
Frostig Developmental Test of Visual Perception
(Frostig),
dan
orang tua dengan kategori SMP dan SMA, Diploma dan Sarjana.
untuk HASIL PENELITIAN
mengungkap taraf intellegensi anak Hipotesa digunakan
alat
tes
penelitian
ini
Coloured menyatakan bahwa ada perbedaan
Progressive Matrices (CPM). Untuk yang signifikan kesiapan bersekolah memperoleh
informasi
tingkat antara anak dengan orang tua yang
pendidikan orang tua didapat melalui berpendidikan Sekolah menengah dan dokumentasi yang diperoleh melali yang berpendidikan Perguruan Tinggi, pihak TK. dimana kesiapan sekolah anak yang Metode analisis data yang memiliki orang tua dengan pendidikan digunakan dalam penelitian ini
11
Perguruan tinggi lebih baik dari orang
memiliki orang tua dengan pendidikan
tua
perguruan tinggi.
yang
menengah.
berpendidikan
Sekolah
Analisis
t
uji
jalur
diperoleh t A = -1,998 dengan signifikansi p = 0,049 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada kesiapan anak memasuki SD pada
anak-anak
yang
mengikuti
pendidikan tk program fullday ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Skor
kesiapan
Kategori
170,04 ≤×≤ 201,21
Sangat Tinggi
155,71 ≤×≤ 170,04
Tinggi
147,23 ≤×≤ 155,71
Sedang
132,78 ≤×≤ 147,23
Rendah
Rerata Empirik
155,47 (PT) 145,14 (SM)
Sangat Rendah Tabel 1. Kategorisasi Kesiapan Anak Memasuki SD Berdasar tabel kategorisasi
97,90 ≤×≤ 132,78
yang
diatas, artinya ada perbedaan kesiapan
memliki orang tua dengan pendidikan
anak memasuki SD pada anak yang
perguruan tinggi memiliki rata-rata
memiliki orang tua dengan pendidikan
155,47 dan skor kesiapan anak yang
perguruan
memiliki orang tua dengan pendidikan
menengah, dimana anak-anak yang
sekolah menengah memiliki rata-rata
memiliki orang tua dengan pendidikan
145,15. Sehingga selisih skor kesiapan
perguruan tinggi memiliki kesiapan
anak memasuki SD pada anak anak
sekolah lebih tinggi dibandingkan
yang memiliki tua dengan pendidikan
anak-anak yang memiliki orang tua
perguruan
sekolah
dengan pendidikan sekolah menengah.
menengah sebesar 10,32, dimana skor
Rerata orang tua yang berpendidikan
tinggi
anak
Interval Skor
dan
tersebut lebih tinggi pada anak yang
tinggi
dan
sekolah
12
perguruan tinggi berada pada kategori sedang,
sedangkan
berpendidikan
orang
sekolah
Rerata kesiapan anak yang
yang
memiliki orang tua dengan pendidikan
menengah
perguruan tinggi berada pada kategori
berada pada kategori rendah.
siap yakni 100,35, dan rerata kesiapan Rerata Empirik 100,35 (PT) 96,56 (SM)
anak yang memiliki orang tua dengan
Tidak siap 5 6 JUMLAH 39 44 Tabel 2. Kesiapan Anak Ditinjau Dari Alat Tes NST Dari tabel 2, kesiapan anak
data diatas, terdapat perbedaan rerata
memasuki
dan sekolah menengah.
Kategori
Frekuensi PT SM
Siap
29
28
Ragu
5
10
SD
pada
anak
yang
memiliki orang tua dengan pendidikan
pendidikan sekolah menengah berada pada kategori ragu yakni 96,56. Dari
kesiapan anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan perguruan tinggi
Kategori
Frekuensi PT SM
Rerata empiric 109,56 (PT) 103,09 (SM)
29 anak yang siap masuk SD dan 5
Diatas rata31 28 rata Dibawah 8 16 rata-rata Jumlah 39 44 Tabel 3. Kesiapan Anak Ditinjau Dari Alat Tes Frostig
anak yang tidak siap masuk SD. Pada
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat
perguruan menengah
tinggi
dan
sekolah
menunjukkan
jika
pendidikan perguruan tinggi terdapat
menengah,
bahwa kesiapan anak memasuki SD
terdapat 28 anak yang telah siap masuk
ditinjau dari alat tes Frostig. Dalam hal
SD dan 6 anak yang tidak siap masuk
perkembangan motorik halus dan kasar
SD.
anak, pada anak yang memiliki orang
pendidikan
sekolah
13
tua
dengan
pendidikan
perguruan
Dari tabel 4 diatas, berdasar
tinggi terdapat 31 anak yang diatas
kategorisasi alat tes CPM dapat dilihat
rata-rata dan 8 anak berada pada
bahwa kecerdasan yang tergolong baik
kategori dibawah rata-rata. Pada anak
sekali pada anak-anak yang memiliki
yang memiliki orang tua dengan
orang
pendidikan sekolah menengah terdapat
perguruan tinggi berjumlah 18 anak
28 anak pada kategori diatas rata-rata,
dan yang memiliki orang tua dengan
dan 16 anak pada kategori dibawah
pendidikan
rata-rata. Dalam hal perkembangan
berjumlah
motorik kasar dan halus, anak yang
tergolong baik pada anak-anak yang
memiliki orang tua dengan pendidikan
memiliki orang tua dengan pendidikan
perguruan tinggi memiliki rata-rata
perguruan tinggi berjumlah 12 anak
lebih
dan yang memiliki orang tua dengan
banyak
daripada
sekolah
menengah. Kategori Baik sekali Baik Cukup Kurang
tua
4
7
5
6
Rerata empirik
pendidikan
sekolah 14.
pendidikan Frekuensi PT SM 18 14 12 16
dengan
menengah
Kecerdasan
sekolah
yang
menengah
berjumlah 16. Kecerdasan yang kurang pada anak-anak yang memiliki orang
76,41 (PT) 68,91 (SM)
Kurang 0 1 sekali Jumlah 39 44 Tabel 4. Kesiapan Anak Ditinjau Dari Alat Tes CPM
tua
dengan
pendidikan
perguruan
tinggi berjumlah 5 anak dan yang memiliki orang tua dengan pendidikan sekolah
menengah
berjumlah
6.
Kecerdasan yang tergolong kurang sekali pada anak-anak yang memiliki
14
orang
tua
dengan
pendidikan
Dari tabel
5 diatas
dapat
perguruan tinggi berjumlah 0 anak dan
diketahui bahwa terdapat 18 anak
yang memiliki orang tua dengan
dengan orang tua perguruan tinggi
pendidikan
yang memiliki kesiapan diatas rata-
sekolah
menengah
berjumlah 1.
rata,
Rerata kecerdasan anak dengan
9
anak
dengan
perguruan tinggi
orang
tua
yang memiliki
orang tua perguruan tinggi ialah 76,41
kesiapan sedang, dan 12 anak dengan
berada pada kaategori cukup, dan
orang tua perguruan tinggi
rerata kecerdasan anak dengan orang
memiliki kesiapan dibawah rata-rata.
tua sekolah menengah adalah 68,81
Pada anak dengan orang tua sekolah
berada pada kategori rendah.
menengah, terdapat 15 anak memiliki
Interval skor Kategori 170,04 ≤ ≤ 201,21 155,71 ≤ ≤ 170,04 147,23 ≤ ≤ 155,71 132,78 ≤ ≤ 147,23 97,90 ≤ × 132,78
× Sangat tinggi × Tinggi
Frekuensi SM PT 4 12
Jml
yang
kesiapan diatas rata-rata, 8 anak yang
16
memiliki kesiapan sedang, dan 21 anak
11
6
17
yang memiliki kesiapan dibawah rata-
× Sedang
8
9
17
rata. Dari hasil perbandingan diatas,
× Rendah
10
7
17
mayoritas anak yang memiliki orang
≤ Sangat rendah
11
5
16
tua
44 39 83 Tabel 5. Kategorisasi Kesiapan Anak Memasuki SD Yang Mengikuti Pendidikan TK Program Fullday Ditinjau dari Tingkat Pendidikan Orang Tua
dengan
pendidikan
perguruan
tinggi memiliki kesiapan yang tinggi dan anak dengan orang tua sekolah menengah memiliki kesiapan yang sangat rendah. Akan tetapi masih ada anak dengan pendidikan orang tua
15
perguruan
tinggi
yang
memiliki
kesiapan yang rendah. Kategori
Umur 5-5.5 5.5-6 2 7
6> 7
Jml
Berdasar dari tabel 8 diatas, dilihat
bahwa
anak
yang
memiliki kesiapan masuk SD memiliki usia lebih dari 6 tahun, dan anak yang memiliki kesiapan yang sangat rendah memiliki usia dibawah 6 tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat Atmosumarto (2004) bahwa anak-anak yang masuk SD memiliki usia 6 tahun.
Sekolah
Perguruan Tinggi, dimana kesiapan sekolah anak yang memiliki orang tua dengan pendidikan Perguruan tinggi lebih baik berpendidikan
dari orang tua Sekolah
yang
menengah
terbukti. hasil analisis uji t jalur diperoleh t A = -1,998 dengan signifikansi p = 0,049 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada kesiapan anak memasuki SD pada
anak-anak
yang
mengikuti
pendidikan tk program fullday ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua. Skor
kesiapan
anak
yang
memliki orang tua dengan pendidikan
155,47 dan skor kesiapan anak yang
Dari hasil penelitian diperoleh ada
berpendidikan
perguruan tinggi memiliki rata-rata
DISKUSI
bahwa
yang
menengah dan yang berpendidikan
Sangat 16 rendah Rendah 1 8 9 18 Tinggi 7 10 17 Sangat tinggi 4 11 15 Tabel 9. Data Kesiapan Anak Memasuki SD Pada Anak-Anak yang Memiliki Orang Tua Dengan Pendidikan Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi
dapat
tua
perbedaan
memiliki orang tua dengan pendidikan
kesiapan
sekolah menengah memiliki rata-rata
bersekolah antara anak dengan orang
145,15. Sehingga selisih skor kesiapan
16
anak memasuki SD pada anak anak
Lebih baiknya kesiapan anak
yang memiliki tua dengan pendidikan
pada anak yang memiliki orang tua
perguruan
sekolah
dengan pendidikan perguruan tinggi
menengah sebesar 10,32, dimana skor
mungkin karena memperoleh fasilitas
tersebut lebih tinggi pada anak yang
lingkungan dan perlakuan yang lebih
memiliki orang tua dengan pendidikan
menguntungkan perkembangan anak
perguruan tinggi.
daripada anak yang orang tuanya
tinggi
dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penemuan
berpendidikan
sekolah
menengah.
Sulistiyaningsih
Orang tua yang berpendidikan tinggi
yang menyatakan bahwa orang tua
pada umumnya mampu memberikan
yang memiliki pendidikan tinggi akan
motivasi yang besar kepada anak yang
lebih
dan
berpengaruh terhadap perkembangan
perlakuannya kepada anak. Selain itu
intelektual anak. Orang tua juga akan
hasil penelitian ini juga mendukung
dapat
pendapat Streissguth dan Bee (dalam
nasehat yang konkrit dan tepat kepada
Sulistiyaningsih,
anak
positif
dalam
sikap
2005).
yang
memberikan
dalam
petunjuk
belajar
serta
berdasarkan
menyatakan bahwa orang tua yang
pengalaman belajar yang didapat dari
berpendidikan
efektif
sekolah. (Pudibudjo, 1989). Sementara
didalam mengajar dibanding mereka
itu menurut Haditono (dalam Monks,
yang berpendidikan sekolah menengah
dkk, 2006) anak yang rendah prestasi
atau dibawahnya .
intelektualnya
tinggi
lebih
dapat
disebabkan
anatara lain karena kurangnya fasilitas
17
belajar dan stimulasi mental yang
Bila dilihat dari rerata skor
diberikan oleh orang tua. Keadaan ini
kesiapan anak bersekolah, ditemukan
disebabkan karena rendahnya tingkat
yang lebih tinggi ialah anak yang
pendidikan yang dimiliki orang tua,
orang tuanya berpendidikan Perguruan
sehingga
mengerti
Tinggi memiliki skor 155,47 dan rerata
bagaimana membantu anak agar lebih
skor kesiapan anak yang memiliki
berhasil.
orang tua dengan pendidikan sekolah
mereka
Adanya
tidak
hubungan
tingkat
menengah memiliki rata-rata 145,15.
pendidikan orang tua dengan kesiapan sekolah
anak
ditemukan
dalam
Dari perbedaan rerata skor ini dapat
disimpulkan
bahwa
tingkat
penelitian ini, sejalan dengan teori
pendidikan orang tua berpengaruh
perkembangan anak yang menyatakan
terhadap
bahwa perkembangan anak merupakan
memasuki SD.
hasil interaksi dari berbagai faktor
SARAN
yang mempengaruhinya , faktor-faktor
1.
kesiapan
sekolah
anak
Bagi orang tua
yang mempengaruhi perkembangan
Dari hasil yang diperoleh, masih
anak tersebut menurut Craig (1980)
ada kesiapan anak memasuki SD yang
adalah
dan
tergolong rendah, baik anak yang
lingkungan. Penelitian ini menemukan
memiliki orang tua dengan pendidikan
bahwa faktor keluarga, terutama orang
perguruan
tua berpengaruh dalam kesiapan anak
menengah. Ada anak yang memiliki
kematangan,
memasuki SD.
sekolah,
tinggi
maupun
sekolah
18
kesiapan yang tergolong tinggi, baik yang
orang
perguruan
tuanya
tinggi
2.
berpendidikan
maupun
Bagi kepala TK Untuk kepala sekolah TKIT Al-
sekolah
Hikam dan TKIT Arofah disarankan
menengah. Sehingga tidak sepenuhnya
untuk megembangkan kinerja untuk
anak yang orang tuanya berpendidikan
meningkatkan
tinggi
memasuki
memiliki
kesiapan
anak
kesiapan SD
dengan
anak cara
memasuki SD yang maksimal atau
menerapkan kurikulum yang berlaku
sebaliknya, anak yang orang tuanya
dan menuntaskan seluruh program
berpendidikan sekolah menengah tidak
kegiatan belajar mengajar seperti yang
dapat
memberikan
hasil
yang
terdapat
kesiapan
anak
masing-masing TK. Selain itu juga
memasuki SD. Sehingga untuk orang
memberikan motivasi pada orang tua
tua
tetap
murid agar dirumah dapat melanjutka
melanjutkan
program belajar yang diperoleh anak
maksimal
pada
disarankan
memperhatikan
untuk dan
pendidikan
dari
dibutuhkan
dalam
pada
sekolah
yang
dari sekolah.
belajar
anak
3.
buku
panduan
di
Bagi guru TK
dirumah sehingga dapat memberikan
Bagi guru TKIT Al-Hikam dan
hasil yang optimal pada proses belajar
TKIT Arofah disarankan untuk lebih
untuk
giat dalam memberikan pembelajaran
mencapai
memasuki SD.
kesiapan
anak
yang sesuai kepada anak didik agar lebih
menunjang
memasuki SD.
kesiapan
anak
19
4.
Bagi peneliti lain
Raudhatul Depdiknas
Athfal.
Jakarta
;
Bagi peneliti selanjutnya semoga Edia, dapat menempurnakan hasil penelitian ini.
Misalnya,
mencari
perbedaan
kesiapan anak ditinjau dari tingkat ekonomi keluarga, pola asuh orang tua, latar belakang pendidikan guru, fasilitas sekolah, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA Baharudin, H. 2008. Analisis tentang Fullday School antara Mutu Pendidikan dan Pelemahan Ekonomi. Jurnal Teknologi & Manajemen Informatika. Volume 6, edisi khusus. Malang: Universitas Islam Negri Malang. Bergenson, T. 2005. Student Readiness for Kindergarten. Washington : State Superintendent of Public Instruction Semiawan. C. 2002. Belajar Dan Pembelajaran Dalam Taraf Pendidikan Usia Dini: Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar . Jakarta : Prehallindo. Craig, G.J (1980). Human Development (Second Edition). New Jersey: Prentic Hall, Inc. Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan
L. 2012. Panduan Mempersiapkan Buah Hati Agar Siap Masuk SD. Diakses dari http://www.asahasuh.com/comm unities/topic/nak-siap-siapmasuk-sd-yuk-seri-1-cekkesiapan-anak-masuk-sekolahdasar.pdf pada 25 Agustus 2012
Monks, F.J., Haditono., Rahayu, S., dan Knoers. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Perss. Pudibudjo, J.K. (1998). Aspirasi Remaja dalam Kaitannya Dengan Harga Diri, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan Orang Tua. Tesis. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Semiawan. C. 2002. Belajar Dan Pembelajaran Dalam Taraf Pendidikan Usia Dini: Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar . Jakarta : Prehallindo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan 9. Bandung : CV Alfabeta. Sulistiyaningsih, W. 2005. Kesiapan Bersekolah Ditinjau dari Jenis Pendidikan Pra Sekolah Anak dan Tingkat Pendidikan Orangtua. PSIKOLOGIA. Volume 1 No.1. Medan: Universitas Sumatra Utara.